Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul ”Kematian Ibu
dan Bayi” sesuai waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini kami susun sebagai bahan Laporan Kematian Ibu di UPTD Puskesmas
Kedawung.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapatkan banyak pengarahan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada
yang terhormat Bapak/Ibu :
1.      Hj. Sumiyati, S.Tr.Keb.MM, yang telah memberikan petunjuk, saran, dorongan moril
selama penyusunan makalah ini.
2.      Semua pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materil demi
terselesaikannya makalah ini.
Semoga Allah SWT memberi balasan pahala atas semua amal kebaikan yang
diberikan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu
segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan, akhirnya penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi semua
pembaca pada umumnya.

Cirebon,  November 2020

Penulis            

  
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil, atau dalam 42
hari setelah akhir kehamilanya, tanpa melihat usia dan letak kehamilanya, yang
diakibatkan oleh sebab apapun yang terkait dengan atau diperburuk dengan kehamilannya
atau penangannya, tetapi bukan disebabkan oleh insiden atau kecelakaan (Triana, 2015:
40).
Angka kematian ibu merupakan jumlah kematian ibu (15-49) tahun per 100.000
perempuan per tahun. Kematian bayi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
kematian yang terjadi dibawah usia 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun
tertentu. Angka kematian ibu (maternal) dan angka kematian bayi (neonatal) senantiasa
menjadi indikator keberhasilan sektor pembangunan di bidang kesehatan.
Di indonesia kematian ibu melahirkan masih merupakan masalah utama hingga saat
ini masih sulit diatasi. Tingginya angka kematian ibu di Indonesia terkait dengan banyak
faktor, diantaranya kualitas perilaku ibu hamil yang tidak memanfaatkan ANC (Antenatal
Care) pada pelayanan kesehatan. Disamping faktor geografis maupun ekonomi,
peengetahuan ibu yang minim berkaitan dengan kehamilannya menjadi masalah tersendiri
bagi para tenaga medis dalam memberikan pelayanan yang menjadi kurang sempurna.
Data World Health Organization (WHO) mengenai status kesehatan nasional pada
capaian target Sustainable Development Goals (SDGs) menyatakan secara global sekitar
830 wanita meninggal setiap hari karena komplikasi selama kehamilan dan persalinan,
dengan tingkat AKI sebanyak 216 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2017: 29).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) mulai menurun di
Kabupaten Cirebon. Penurunannya mencapai angka dua, tiga, sampai sepuluh persen setiap
tahunnya. Data yang diterima dari Dinas Kesehatan, jumlah AKI di tahun 2017 adalah 84,3
persen per 100.000 KH, tahun 2018 73,3 persen per 100.000 KH dan, di tahun 2019
jumlahnya 70,2 persen per 100.000 KH. Sedangkan AKB juga sama mengalami penurunan
di tahun 2017 jumlahnya 3,9 persen per 1.000 KH, di tahun 2018 2,9 persen per 1.000 KH,
dan di tahun 2019 jumlahnya mencapai 2,6 persen per 1000 KH.

2. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan kematian ibu dan bayi?
b.  Bagaimana tingkat kematian maternal dan perinatal?
c. Apa penyebab kematian maternal dan perinatal?
d. Bagaimana upaya memperbaiki kematian ibu dan bayi?
e. Bagaimana strategi percepatan penurunan kematian bayi?

3. Tujuan
a. Agar petugas dapat mengetahui definisi kematian ibu dan bayi
b. Agar petugas dapat mengetahui tingkat kematian maternal dan perinatal
c.  Agar petugas dapat mengetahui penyebab kematian maternal dan perinatal
d. Agar petugas dapat mengetahui upaya memperbaiki kematian ibu dan bayi
e. Agar petugas dapat mengetahui strategi percepatan penurunan kematian bayi
4. Manfaat
a. Bagi Petugas
Petugas dapat berpartisipasi dalam penurunan AKI dan AKB sesuai kemampuan
dan teori yang didapat.
b. Bagi Puskesmas
Dijadikan tolak ukur dan penilaian sejauh mana mahasiswa petugas dapat
menerapkan teori yang didapatkan.
c. Bagi Masyarakat
Masyarakat mengetahui tentang kematian ibu dan bayi sehingga dapat berperan
serta dalam upaya menurunkan AKI dan AKB tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi AKI dan AKB


Menurut laporan dari WHO, kematian ibu umumnya terjadi akibat komplikasi saat, dan
pasca kehamilan. Adapun jenis-jenis komplikasi yang menyebabkan mayoritas kasus
kematian ibu – sekitar 75% dari total kasus kematian ibu – adalah pendarahan, infeksi,
tekanan darah tinggi saat kehamilan, komplikasi persalinan, dan aborsi yang tidak aman
(WHO, 2014)
Kematian maternal didefinisikan sebagai setiap kematian ibu yang terjadi pada
waktu kehamilan, melahirkan, atau dua bulan setelah melahirkan atau penghentian
kehamilan.
Kematian maternal juga didefinisikan sebagai proporsi kematian pada wanita usia
reproduktif atau proporsi kematian pada semua wanita di usia reproduktif yang disebabkan
oleh penyebab maternal.
Angka kematian Bayi (AKB) adalah angka probabilitas untuk meninggal di umur
antara lahir dan 1 tahun dalam 1000 kelahiran hidup.
Angka kematian perinatal (perinatal mortality rate) ialah jumlah kematian perinatal
dikalikan 1000 dan kemudian di bagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati pada
tahun yang sama. (Sarwono,2002:786).

2.2. Tingkat Kematian Maternal dan perinatal


2.2.1 Kematian maternal
            Di Negara maju angka kematian maternal berkisar antara 5-10 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan di Negara sedang berkembang berkisar antara 750-1000 per
100.000 kelahiran hidup. Tingkat kematian maternal di Indonesia diperkirakan sekitar 450
per 100.000 kelahiran hidup. (Sarwono,2002:23)
Estimasi AKI Maternal Indonesia pada tahun 2002-2003 sebesar 307 kematian per 100.000
kelahiran. Di tahun 2007 AKI turun menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup). (Survei
Demografi dan Kesehatan).
2.2.2 Kematian Perinatal (AKB)
            Berdasarkan SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia) berturut-turut tahun 1997, 2002- 2003 dan 2007, AKB Indonesia adalah 46, 35
dan 34 per 1000 kelahiran hidup.

2.3. Penyebab Kematian Maternal dan Perinatal


2.3.1 Kematian Maternal
a.       Faktor reproduksi meliputi :
a)      Usia
Usia paling aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.
b)      Paritas
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
c)      Kehamilan tidak di inginkan
b.      Komplikasi obstetric
a)      Perdarahan pada abortus
Perdarahan pervaginam yang terjadi pada kehamilan trimester I umumnya disebabkan oleh
abortus, dan hanya sebagian kecil saja karena sebab-sebab lainnya.
b)      Kehamilan ektopik
Penyakit radang panggul, penyakit hubungan seksual atau infeksi pada paska abortus
sering merupakan factor predisposisi pada kehamilan ektopik.
c)      Perdarahan pada kehamilan trimester III
Penyebab utama perdarahan ini adalah plasenta previe dan solusio plasenta.
d)     Perdarahan post partum
Disebabkan oleh atonia uteri atau sisa plasenta sering berlangsung sangat banyak dan
cepat. renjat      an karena perdarahan banyak segera akan disusul dengan kematian
maternal, jika masalah ini tidak dapat di atasi secara cepat dan tepat oleh tenaga yang
terampil dan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.
e)      Infeksi nifas
Terjadi pada pertolongan persalinan yang tidak mengindahkan syarat-syarat asepsis-
antisepsis, partus lama, ketuban pecah dini dan sebagainya.
f)       Gestosis
Primipara dan gravida pada usia 35 tahun merupakan kelompok resiko tinggi untuk
gestosis.
g)      Distosia
Panggung kecil, persalinan pada usia sangat muda, kelainan presentasi janin, letak lintang
dapat menyebabkan timbulnya distosia.
h)      Pengguguran kandungan
Pengguguran kandungan secara illegal, merupakan penyebab kematian maternal yang
penting. Sisa jaringan, serta tindakan yang tidak steril serta tidak aman secara medis akan
berakibat timbulnya perdarahan dan sepsis.
c.       Factor-faktor pelayanan kesehatan
a)      Kurangnya kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal
b)      Asuhan medic yang kurang baik
c)      Kurangnya tenaga terlatih dan obat-obat penyelamat jiwa.
2.3.2 Penyebab Kematian Perinatal
         Sebab utama kematian perinatal di Rumah Sakit Dr.Cipo Mangunkusumo, Jakarta, ialah :
1)      Infeksi
2)      Asfiksia neonatorum
3)      Trauma kelahiran
4)      Cacat bawaan/kelainan kongenital
5)      Penyakit yang berhubungan dengan prematuritas dan dismaturitas
6)      Imaturitas, dll.
2.4.Upaya Memperbaiki AKI dan AKB
2.4.1        AKI
1.         Pencegahan
Keluarga berencana. Jika para ibu yang tidak ingin hamil lagi dapat memperoleh
pelayanan kontrasepsi efektif sebagaimana yang diharapkan, maka akan berkuranglah
prevalensi abortus provokatus serta prevelensi wanita hamil pada usia lanjut dan paritas
tinggi. Dengan berkurangnya faktor resiko tinggi ini maka kematian maternal akan turun
pula secara bermakna. Oleh karena itu pelayanan keluarga berencana harus dapat mencapai
sasaran seluas-luasnya dimasyarakat, khususnya golongan resiko tinggi.
Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan rujukan. Pemeriksaan antenatal yang baik
dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus resiko tinggi dapat menurunkan angka
kematian maternal. Petugas kesehatan seharusnya dapat mengidentifikasi faktor-faktor
resiko yang berhubungan dengan usia, paritas, riwayat obstetrik buru, dan perdarahan
selama kehamilan. Mereka harus mampu memberi pengobatan pada penyakit-penyakit
yang menyertai kehamilan, misalnya anemia. Mereka juga harus mampu mengenal tanda-
tanda dini infeksi, partus lama, perdarahan berlebihan dan mengetahui bilamana saat yang
tepat untuk merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap.
2.         Perbaikan pelayanan gawat darurat
Walaupun upaya pencegahan dengan identifikasi faktor-faktor resiko telah
dilakukan sebagaiman diuraikan diatas, namun masih ada kemungkinan komplikasi berat
terjadi sewaktu-waktu. Dalam hal ini rujukan segera harus dilakukan, karena kematian
dapat terjadi dalam waktu singkat. Oleh karena itu petugas kesehatan di lini terdepan harus
dibekali dengan kemampuan melakukan tindakan-tindakan darurat secara cepat.
Perdarahan. Perdarahan post partum sering memerlukan tindakan cepat dari
penolong persalinan, misalnya pengeluaran plasenta secara manual, memberikan obat-obat
oksitosin, masase uterus, dan pemberian cairan pengganti cairan tranfusi darah.
Infeksi nifas. Kematian karena infeksi nifas dapat dikurangi dengan meningktkan
kebersihan selama persalinan. Kepada penolong persalinan senantiasa perlu diingatkan
tentang tindakan . asepsis pada pertolongan persalinan. Antibiotika perlu diberikan pada
persalinan lama dan ketuban pecah dini.
Gestosis. Petugas kesehatan harus mampu mengenal tanda-tanda awal gestasis
seperti edema,.hipertensi, hiperrefleksia, dan jika mungkin proteinuria. Jika gestosis
memberat maka diperlukan rujukan.
Distosia. Gravida dengan postur tubuh kecil atau terlalu pendek, primi atau
grandemultigravida, perlu di curigai akan kemungkinan terjadinya distosia oleh karena
disproporsi sefalopelvix. Pemanfaatan partograf untuk mendeteksi secara dini persalinan
lama terbukti dapat menurunkan angka kematian maternal.
Abortus provokatus. Kematian karena abortus provokatus seharusnya dapat di
cegah, antara lain dengan pelayanan kontrasepsi efektif sehingga kehamilan yang tidak
diingkan dapat dihindari. Pengobatan pada abortus incomplate adalah kuretase,yang
seharusnya dapat dilakukan di lini terdepan. Jika diragukan apakah sebelumnya telah
dilakukan usaha abortus provokatus, perlu diberikan antibiotik, walaupun belum ada tanda-
tanda infeksi. Jika sudah terjadi infeksi, perlu diberikan antibiotik lebih tinggi secara
intravena.
3.         Perbaikan jaringan pelayanan kesehatan
Pengadaan tenaga terlatih di pedesaan. Di indinesia sebagian besar persalinan
masih ditolong oleh dukun, khususnya yang berlangsung di desa desa. Para dukun ini harus
dimanfaatkan dan diajak bekerjasama antara lain dengan melatih merek dalam teknik
asepsis dan pengenalan dini tanda tanda bahaya serta kemampuan pertolongan pertama dan
mengetahui kemana rujukan yang harus dilakukan pada waktunya. Pada saat ini
pemerintah sedang mengupayakan pengadaan tenaga bidan untuk setiap desa, sehingga
diperkirakan perlu dididik sekitar 80.000orang bidan untuk memenuhi kebutuhan tersebut
sampai pelita VI.
Peningkatan kemampuan puskesmas. Puskesmas yang merupakan fasilitas rujukan
pertama dari petugas lini terdepan perlu dilengkapi dengan dokter terlatih serta
kelengkapan yang diperlukan untuk mencegah kematian maternal. Puskesma seharusnya
mampu mengatasi perdarahan akut, tersedia antibiotik dan cairan yang cukup, dan mampu
memberikan pertolongan bedah obstetris sederhana.
Rumah sakit rujukan. Rumahsakit rujukan harus dilengkapi dengan fasilitas tranfusi
darah, listrik, air bersih, alat alat operasi, anastesi, antibiotik dan obat serta bahan lain, dan
tenaga terlatih.
2.4.2        AKB
a.       Perbaikan keadaan social dan ekonomi.
b.      Kerjasama yang erat antara ahli obstetri, ahli kesehatan anak, ahli kesehatan masyarakat,
dokter umum, dan perawat kesejahteraan ibu dan anak.
c.       Pemeriksaan postmortem terhadap sebab-sebab kematian perinatal.
d.      Pendaftaran kelahiran dan kematioan janin serta kematian bayi secara sempurna.
e.       Perbaikan kesehatan ibu dan pengawasan antenatal yang baik, antara lain memperbaiki
keadaan gizi ibu dan menemukan high risk mothers untuk dirawat dan diobati.
f.       Ibu dengan high risk pregnancy hendaknya melahirkan di rumah sakit yang mempunyai
fasilitas yang cukup.
g.      Perbaikan teknik diagnosis gawat-janin.
h.      Persediaan tempat perawatan yang khusus untuk berat-badan lahir rendah.
i.        Perbaikan resusitasi bayi yang lahir dengan asfiksia dan perbaikan dalam teknik perawatan
bayi baru lahir terutama bayi premature.
j.        Penyelidikan sebab-sebab intrauterine undernutrition.
k.      Pencegahan infeksi secara sungguh-sungguh, dll.

2.5. Strategi Percepatan Penurunan AKB


1.   Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas baik
ditingkat dasar maupun rujukan, terutama bagi bayi dan balita dengan menggunakan
intervensi yang telah terbukti menurunkan AKB:
a.       Tatalaksana penanganan asfiksia (bayi lahir tidak bisa menangis spontan) dan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR).
b.      Kunjungan neonatal secara berkala.
c.       Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
d.      Pelayanan Emergensi.
2.      Menggerakkan dan mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat luas
untuk hidup sehat.
3.      Menggerakkan penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
4.      Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan anak.

BAB 3
PENUTUP

3.1.KESIMPULAN
Kematian maternal/AKI  merupakan kematian wanita sewaktu hamil, melahirkan
atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi
kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau
penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab tambahan lainnya.
Penyebab kematian maternal adalah karena faktor reproduksi, komplikasi
obstetric, factor-faktor pelayanan kesehatan. Penyebab kematian perinatal adalah
karena infeksi, asfiksia neonatorum, trauma kelahiran, cacat bawaan/kelainan
kongenital, dll.
Upaya memperbaiki AKI adalah melalui pencegahan, perbaikan pelayanan gawat
darurat, perbaikan jaringan pelayanan kesehatan. Upaya memperbaiki AKB adalah
melalui perbaikan keadaan social dan ekonomi, kerjasama yang erat antara ahli obstetri,
ahli kesehatan anak, ahli kesehatan masyarakat, dokter umum, dan perawat kesejahteraan
ibu dan anak, dll.

3.2.SARAN
Setelah ditarik kesimpulan sebagaimana tersebut di atas selanjutnya
penulis mengajukan beberapa saran, yaitu sebagai berikut :
1.      Untuk Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat berpartisipasi dalam upaya menekan AKI dan AKB
sesuai kemampuan dan teori yang sudah didapatkan.
2.      Untuk Akademi
Diharapkan Akademi dapat memberikan penilaian terhadap mahasiswa apakah
sudah memahami penjelasan dari tugas yang diberikan.
3.      Untuk Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat mengetahui AKI dan AKB dan upaya-upaya yang
sudah dan yang akan dilaksanakan untuk menekan AKI dan AKB.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo,Sarwono.2002.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka


Manuaba,Ida Bagus.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai