Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PRE EKLAMSIA BERAT


DI RUANG TERATAI RSUD ARIFIN ACHMAD

Disusun Oleh

Wila Desriani (200206001)

CI PENDIDIKAN : Sarah Fitria, M.Tr.Keb

CI LAHAN : Marline, S.Tr.Keb

PRODI KEBIDANAN

FAKULTAS MIPA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis


kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Tanpa pertolongannya tentunya penulis tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa'atnya di akhirat
nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-nya, Baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai dari tugas laporan pendahuluan asuhan kebidanan dengan judul
PEB (Pre Eklampsia Berat)
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini Masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan
didalamnya. Untuk ibu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Pekanbaru, 19 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
1. Latar Belakang...................................................................................................1
2. Tujuan.....................................................................................................................2
3. Manfaat........................................................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................4
1. Pengertian............................................................................................................4
2. Etiologi...................................................................................................................5
3. Patofisiologi...........................................................................................................6
4. Manifestasi Klinik....................................................................................................8
5. Pemeriksaan penunjang............................................................................................8
6. Komplikasi...............................................................................................................8
7. Penatalaksanaan.......................................................................................................9
8. Pathway..................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) memperkirakan di


dunia setiap menit perempuan meninggal karena komplikasi
yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, dengan
kata lain 1400 perempuan meninggal setiap harinya atau
kurang lebih 500.000 perempuan meninggal setiap tahun
karena kehamilan dan persalinan. Kematian ibu di Indonesia
merupakan peringkat tertinggi di negara ASEAN, yang mana
diperkirakan sedikitnya 18.000 ibu meninggal setiap
tahun, karena kehamilan atau persalinan. Dari jumlah kematian
ibu prevalensi paling besar adalah pre-eklampsia dan eklampsia
sebesar 12,9% dari keseluruhan kematian ibu (Siswono, 2003).

Pre eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai


proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan
20 minggu atau segera setelah persalinan. Kejadian pre
eklampsia menduduki urutan nomor 2 dengan persentase 24%
dari angka kematian ibu di Indonesia. Angka Kematian Ibu
(AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan
salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan
pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5, meningkatkan
kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun
2015 adalah mengurangi sampai ¾ risiko jumlah kematian ibu.
Dari survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan
penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya
untuk menunjukkan target tujuan pembangunan millenium
masih membutuhkan komitmen dan usaha keras (Depkes RI,
2010).

1
Menurut Depkes RI (2010), angka kematian ibu melahirka
di Indonesia saat ini tergolong masih cukup tinggi yaitu
mencapai 228 per 100.000 kelahiran. Walaupun sebelumnya
Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari angka 300
per 100.000 kelahiran pada tahun 2004. Padahal berdasarkan
Sasaran Pembangunan Milenium atau Millenium Development
Goal (MDGs), kematian ibu melahirkan ditetapkan pada angka
103 per 100.000 kelahiran pada tahun 2015. Masalah AKI di
Indonesia masih cukup tinggi dari Asia. Berdasarkan
persentase penyebab kematian ibu melahirkan, perdarahan
merupakan penyebab terbesar kematian ibu melahirkan denganj
persentase 28%, penyebab kedua adalah hipertensi saat
hamil atau pre eklampsia dengan persentase 24%, penyebab
ketiga dikarenakan infeksi saat melahirkan dan lain-lain yang
merupakan penyakit penyerta saat kehamilan maupun
persalinan dengan persentase 11%. Penyebab lain adalah
komplikasi masa puerporium dengan persentase 5%, dan
penyebab lain karena terjadinya emboli obat sebanyak 3%
(surveiSDKI2007).

Tingginya angka kematian ibu akibat pre eklamsia dan eklamsia


menuntut peranan tenaga kesehatan dalam mencegah komplikasi dari
terjadinya pre eklamsia. Tenaga kesehatan khususnya perawat harus
mampu melakukan perawatan yang tepat terhadap ibu pre eklamsia
sehingga kejadian pre eklamsia dapat ditangani dengan cepat dan tepat.
Hal tersebut akan lebih baik apabila pre eklamsia dapat ditangani
sampai sebelum ibu akan melakukan proses persalinan sehingga ibu
dapat melahirkan dalam kondisi dan partus normal tanpa adanya
komplikasi persalinan. Oleh karena itu, dilakukan penyusunan laporan
pendahuluan tentang post partum dengan pre eklamsia, supaya
mahasiswa memahami tentang bagaimana konsep dasar dan pemberian

2
asuhan keperawatan terhadap pasien post partum dengan pre eklamsia.

Preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama morbilitas


dan mortalitas pada ibu. Sekitar 8,3% perempuan meninggal setiap
harinya pada saat masa kehamilan dan paska proses persalinan karena
mengalami peningkatan tekanan darah, oedema, ditemukannya protein
dan kejang-kejang serta berakhir dengan kematian. Angka kejadian
Preeklampsia di RSUD Arifin Achmad kota Pekanbaru tahun 2018
adalah sebanyak 155 kasus (31,6%). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
preeklampsia (umur, kehamilan kembar, paritas, dan diabetes mellitus)
pada ibu bersalin di RSUD Arifin Achmad Kota Pekanbaru Tahun
2018.Penelitian ini mengunakan jenis penelitian deskriptif
analitikdengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada bulan
Agustus-April tahun 2020.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
ibu bersalin dengan risiko tinggi yang berjumlah 490 yang tercatat
dalam rekam medik tahun 2018.Pengambilan sampel dalam peneltian
ini menggunakan teknik total sampling.Instrument penelitian
menggunakan lembar cheklist. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan data sekunder yang tercatat direkam medik dan diolah
menggunakan program SPSS dengan analisis data secara univariat dan
bivariat menggunakan uji statistik chi square dengan tingkat
kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang
berhubungan dengan kejadian preeklampsia adalah umur ibu dengan
nilai p 0,000, paritas dengan nilai p 0,021 dan diabetes mellitus dengan
nilai p 0,000 sedangkan variabel kehamilan kembar dengan nilai p
0,932 tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian
preeklampsia. Kepada bidan di ruangan feto maternal dapat
memberikan informasi tentang tanda bahaya serta melakukan deteksi
dini atau skrining pada ibu bersalindengan mengontrol tekanan darah
secara berkala.

3
2. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan penyusunan laporan pendahuluan diharapkan
mahasiswa dapat mengelola pasien post partum dengan pre
eklamsia.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan penyusunan laporan pendahuluan diharapkan
mahasiswa dapat:
1) Mengetahui konsep post partum dengan pre eklamsia.
2) Melakukan pengkajian pada pasien post partum dengan pre
eklamsia.
3) Menetapkan diagnosa keperawatan pasien post partum dengan
pre eklamsia.
4) Melakukan intervensi keperawatan pada pasien post partum

3.Manfaat
1.Bagi Institut
Laporan Pendahuluan ini diharapkan dapat menambah
informasi,bahan bacaan atau pun referensi untuk pembelajaran tentang
asuhan kebidanan pada pasien post operasi pre eklamsia berat.
2.Bagi Profesi Kebidanan
Dapat memberikan inovasi pemberian asuhan kebidanan pada
pasien pre eklamsia dan dapat memberikan pengembangan cara dalam
pemberian asuhan kebidanan pada pasien pre eklamsia.
3.Bagi masyarakat
Laporan Pendahuluan ini diharapkan bisa bermanfaat khususnya
bagi pasien dan keluarga untuk mengetahui cara perawatan pasien pre
eklamsia.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian
Pre eklamsia merupakan penyakit khas akibat kehamilan
yang memperlihatkan gejala trias (hipertensi, edema, dan
proteinuria), kadang-kadang hanya hipertensi dan edema atau
hipertensi dan proteinuria (dua gejala dari trias dan satu gejala
yang harus ada yaitu hipertensi).
Menurut Mansjoer (2000), pre eklamsia merupakan
timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan.
Pre eklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan
dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita
yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal dan diartikan
juga sebagai penyakit vasospastik yang melibatkan banyak
sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan
proteinuria (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2005). Klasifikasi
pre eklamsia dibagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut:
a. Pre eklamsia ringan
Pre eklamsia ringan ditandai dengan:
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada
posisi berbaring terlentang; kenaikan diastolik 15 mmHg atau
lebih dari tensi baseline (tensi sebelum kehamilan 20 minggu);
dan kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran
sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak
periksa 1 jam, atau berada dalam interval 4-6 jam.
2) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; kenaikan berat
badan 1 kg atau lebih dalam seminggu.
3) Proteinuria kuantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kualitatif 1 +
atau 2 + pada urin kateter atau midstream (aliran tengah).

5
b. Pre eklamsia berat
Pre eklamsia berat ditandai dengan:
1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2) Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.
4) Terdapat edema paru dan sianosis
5) Kadar enzim hati (SGOT, SGPT) meningkat disertai ikterik.
6) Perdarahan pada retina.
7) Trombosit kurang dari 100.000/mm.
2. Etiologi
Penyebab pre-eklampsia belum diketahui
secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai
"maladaptation syndrome" akibat penyempitan
pembuluh darah secara umum yang
mengakibatkan iskemia plasenta (ari-ari)
sehingga berakibat kurangnya pasokan darah
yang membawa nutrisi ke janin. Namun ada
beberapa faktor predisposisi terjadinya pre
eklamsia, diantaranya yaitu:
a. Primigravida atau primipara mudab (85%).
b. Grand multigravida
c. Sosial ekonomi rendah.
d. Gizi buruk.
e. Faktor usia (remaja; < 20 tahun dan usia diatas 35 tahun).
f. Pernah pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.
g. Hipertensi kronik(peningkatan tekanan darah sejak sebelum
kehamilan).
h. Diabetes mellitus.
i. Mola hidatidosa(hamil anggur)
j. Pemuaian uterus yang berlebihan, biasanya akibat dari
kehamilan ganda atau polihidramnion (14-20%).
k. Riwayat keluarga dengan pre eklamsia dan eklamsia (ibu dan

6
saudara perempuan).
l. Hidrofetalis.
m. Penyakit ginjal kronik.
n. Hiperplasentosis: mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops
fetalis, bayi besar, dan diabetes mellitus.
o. Obesitas.
p. Interval antar kehamilan yang jauh.

3. Patofisiologi
Pada preeklampsia terdapat penurunan alira
darah. Perubahan ini menyebabkan prostaglandin
plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia
uterus. hiperoksidase lemak dan pelepasan renin
uterus. Bahan tropoblastik berperan dalam proses
terjadinya endotheliosis yang menyebabkan
pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang
dilepaskan mengakibatkan pelepasan tomboksan
dan aktivasi/ agregasi trombosit deposisi fibrin.
Pelepasan tromboksan akan menyebabkan
terjadinya vasospasme sedangkan
aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin akan
menyebabkan koagulasi intravaskular yang
mengakibatkan perfusi darah menurun dan
konsumtif koagulapati.
Konsumtif koagulapati mengakibatkan
trombosit dan faktor pembekuan darah menurun
dan menyebabkan gangguan faal hemostasis.
Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir
bersama darah sampai organ hati dan bersama-
sama angiotensinogen menjadi angiotensin I dan
selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin
II bersama tromboksan akan menyebabkan

7
terjadinya vasospasme. Vasospasme
menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen
arteriol yang menyempit menyebabkan lumen
hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah.
Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen
mencukupi kebutuhan sehingga menyebabkan
terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan
vasospasme, angiotensin II akan merangsang
glandula suprarenal untuk mengeluarkan
aldosteron. Vasospasme bersama dengan
koagulasi intravaskular akan menyebabkan
gangguan perfusi darah dan gangguan multi
organ.

Gangguan multiorgan terjadi pada organ-


oragan tubuh diantaranya otak, darah, paru- paru,
hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan
dapat menyebabkan terjadinya edema serebri
dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan
intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat
menyebabkan terjadinya gangguan perfusi
serebral, nyeri dan terjadinya kejang sehingga
menimbulkan diagnosa keperawatan risiko
cedera. Pada darah akan terjadi endotheliosis
menyebabkan sel darah merah dan  pembuluh
darah pecah. Pecahnya pembuluh darah akan
menyebabkan terjadinya pendarahan, sedangkan
sel darah merah yang pecah akan menyebabkan
terjadinya anemia hemolitik.

Paru-paru, akan meningkat menyebabkan


terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan
cairan sehingga akan mengakibatkan terjadinya

8
edema paru. Edema paru akan menyebabkan
terjadinya gangguan pertukaran gas. Pada hati,
vasokontriksi pembuluh darah akan menyebabkan
gangguan kontraktilitas miokard sehingga
menyebabkan payah jantung dan memunculkan
diagnosa keperawatan penurunan curah jantung.
Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi
peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan
retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya
edema sehingga dapat memunculkan diagnosa
keperawatan. perawatan mandiri untuk kasus pre
eklamsia
1) Aromatherapy : penelitian membuktikan bahwa minyak tertentu
dapat menimbulkan efek pada penurunan tekanan darah dan
membantu relaksasi seperti : levender, kamomile, kenanga,
neroli dan cendana. Tetapi ada juga aromatehrapy yang dapat
meningkatkan tekanan darah diantaranya rosemary, fenel,
hyssop dan sage.
2) Pijat : pijat bagian punggung, leher, bahu, kaki, bisa
memberikan ketenangan dan kenyamanan.
3) Shiatsu, tai chi, yoga, dan latihan relaksasi
4) Terapi nutrisi : spesialis nutrisi menganjurkan penggunaan
vitamin dan suplemen mineral, khususnya zinc dan vitamin
4. Gejala-gejala pre eklamsia
a. Penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg
seminggu beberapa
b. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari
tangan dan muka.
c. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
d. TD > 140/90 mmHg atau
e. Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg

9
f. Diastolik>15 mmHg
g. Tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai
sebagai preeklamsi
h. Proteinuria
i. Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau
pemeriksaan kuwalitatif +1 / +2. Kadar protein > 1 g/l dalam urine
yang di keluarkan dengan kateter atau urine porsi tengah, di ambil 2
kali dalam waktu 6 jam
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaa darah lengkap
b. Pemeriksaan Urinalisasi
c. Pemeriksaan protein urin merupakan pemeriksaan penunjang
utama.Urin ditampung selama 24 jam merupakan metode yang paling
direkomendasikan untuk mengukur kadar protein dalam urine.
6. Komplikasi
Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang
termasuk komplikasi antara lain atonia uteri (uterus
couvelaire), yaitu kondisi ketika rahim tidak bisa
berkontraksi kembali setelah melahirkan, sindrom
HELLP (Haemolysis Elevated Liver Enzymes, Low
Platelet Cown), ablasi retina yaitu keadaan
darurat.jaringan dibelakang mata ditarik dari lapisan
pembuluh darah yang menyediakan oksigen dan nutrisi
yang diperlukan, , gagal ginjal, perdarahan otal, oedem
paru, gagal jantung, syok dan kematian. Komplikasi
pada janin berhubungan dengan akut kronisnya
insufisiensi uteroplasental, misalnya pertumbuhan
janin terhambat dan prematuritas.
7. Penatalaksanaan
a. Prinsip penatalaksanaan pre-eklampsia
1) Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah

10
2) Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
3) Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta yaitu dimana
plasenta terlepas dari dinding rahim, pertumbuhan janin terhambat,
hipoksia sampai kematian janin)
4) Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat
sesegera mungkin setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa
risiko janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda
lebih lama.
b. Penanganan konservatif
Untuk mencegah kejadian pre eklampsia ringan dapat dilakukan
nasehat tentang tentang dan berkaitan dengan:
1) Diet makanan
Makanan tinggi protein tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah
lemak. Kurangi garan apabila berat badan bertanbah atau edema.
Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk
meningkatkan jumlah portein dengan tambahan sau butir telur stiap
hari.
2) Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja dan
disesuaikan dengan kmampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring ke
arah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak
mengalami gangguan.
3) Pengawasan antenatal ( hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera
datang ke tempat pemeriksaan.
4) Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan
mengusahakan agarsemua wanita hamil memeriksakan diri sejak
hamil muda.
5) Mencari pada setiap pemeriksaan tanda-tanda preeklampsia dan
mengobatinya segera apabila ditemukan.
6) Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke
atas apabila setelah dirawat tanda-tanda preeklampsia tidak juga dapat

11
dihilangkan.
C.Penatalaksanaan Preeklampsia Berat
Tujuannya : mencegah kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan
cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat dan
saat yang tepat untuk persalinan. (Angsar MD, 2009; Saifuddin et al.
2002):
1) Tirah baring miring ke satu sisi (kiri).
2) Pengelolaan cairan, monitoring input dan output cairan.
3) Pemberian obat antikejang.
4) Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-
paru, payah jantung. Diuretikum yang dipakai adalah furosemid.
5) Pemberian antihipertensi
6) Masih banyak perdebatan tentang penetuan batas (cut off) tekanan
darah, untuk pemberian antihipertensi. Misalnya Belfort mengusulkan
cut off yang dipakai adalah ≥ 160/110 mmHg dan MAP ≥ 126 mmHg.
Di RSU Soetomo Surabaya batas tekanan darah pemberian
antihipertensi ialah apabila tekanan sistolik ≥ 180 mmHg dan/atau
tekanan diastolik ≥ 110 mmHg.
7) Pemberian glukokortikoid
Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak
merugikan ibu. Diberikan pada kehamilan 32 – 34 minggu, 2 x 24 jam.
Obat ini juga diberikan pada sindrom HELLP

8. Pathway

12
Gambar:faktor resiko hipertensi

13
DAFTAR PUSTAKA

Amru S. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC; 2011.

Rozakhan. Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Preeklamsia Berat Di Rumah Sakit DR.H


Soewondo Kendal. 2010.

Marni D. Asuhan Kebidanan Patologi Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2011.

Dkk Fd. Suplementasi Asam Folat Sebagai Upaya Pencegahan Preeklamsia Pada Ibu Hamil
Di Indonesia Jakarta. 2010.

Haryanti Id. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklamsia Eklamsia Pada
Ibu Hamil Di RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto. 2011.

Yusnardi. Perbandingan Kadar Asam Folat Serum Maternal Penderita Preeklamsia Berat
Dengan Kehamilan Normal Medan. 2010.

Winkjosastro. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Nina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;


2011.

14

Anda mungkin juga menyukai