Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

PRAKTEK ASUHAN KEBIDANAN DENGAN KASUS


KOMPLEKS
“ Penurunan AKI dan AKB Menurut Riskesdas 2018”

DISUSUN OLEH :
WELA TRISKA

Npm: 202262002

DOSEN PEMBIMBING :
GUSTINA,M.KEB

PROGRAM SARJANA DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
JAMBI 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang
“ MENURUNKAN AKI DAN AKB”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,
baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang kami
susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Jambi, 30 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang..................................................................................................

1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................

1.3 Tujuan................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Penyebab AKI dan AKB Berdasarkan Riskesdas Tahun 2018.........................

2.2 Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuik Menurunkan AKI

dan AKB..........................................................................................................

2.3. Apa pendapat Bidan Tentang Upaya yang telah dilakukan...........................

BAB III PENUTUP

3.1 .Kesimpulan.......................................................................................................

3.2 Saran..................................................................................................................

Daftar pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan kelompok yang rentan.
Hal ini terkait dengan fase kehamilan, persalinan dan nifas pada ibu dan fase tumbuh
kembang pada anak. Sehingga menjadi alasan pentingnya upaya kesehatan ibu dan anak
sebagai salah satuprioritas pembangunan kesehatan di Indonesia. (Profil Kesehatan
Indonesia,2018)

Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu target dalam Sustainable
Development Goals (SDGs) yang akan menjadi acuan untuk melanjutkan pembangunan
pasca Millenium Development Goals (MDGs)yang sudah mencapai tahap akhir tahun 2015.
Target yang akan dicapai yaitu mengurangi rasio AKI hingga kurang dari 70 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2020. Sedangkan target penurunan Angka Kematian
Neonatal(AKN) sebesar 12 per 1000 Kelahiran Hidup (KH) dan Angka KematianBalita 25
per 1000.

Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2018) AKI di Indonesia tahun 2018adalah 305 per
100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKI di Provinsi JawaTimur tahun 2018 mencapai 91,45
per 100.000 kelahiran hidup. Pre Eklampsi/ Eklampsi, perdarahan 22,8%, dan penyebab lain-
lain 32,57%.

Masih tingginya kematiannya disebabkan oleh perdarahan sejalan dengan hasil data dari
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mengenai angkakejadian anemia pada ibu hamil
yang masih tinggi sebesar 48,9%. Anemiapada ibu hamil berdampak kurangnya asupan gizi
dalam tubuh ibu dan janinselama masa kehamilan yang menyebabkan bayi memiliki Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), selain itu bayi rentan terhadap infeksi karena daya tahantubuh
yang menurun, meningkatnya resiko terjadinya jantung, diabetes danberbagai penyakit tidak
menular lainnya.

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017menunjukkan


Angka Kematian Neonatus (AKN) sebesar 15 per 1000kelahiran hidup, Angka Kematian
Bayi (AKB) 24 per 1000 kelahiran hidup,dan Angka Kematian Balita (AKABA) 32 per 1000
kelahiran hidup. Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018,pneumonia menjadi
penyebab tertinggi kematian pada bayi maupun balitasebesar 2% di Indonesia.

Secara agregat AKI Di indonesia masih merupakan yang tertinggi di asia


tenggara ,indonesia menduduki peringkat ke dua ( Kemenkes RI,2021).AKI di indonesia pada
tahun 2020 sebesar 97,61 KH, dan AKI tersebut masih belum memenuhi dari target
global SDGs menurunkan AKI menjadi 70 per 100.000 KH pada tahun 2020, Berdasarkan
data Kementrian Kesehatan pada tahun 2020,jumlah kematian ibu pada tahun 2020 sebesar
4,627 kematian, jumlah ini menyatakan terjadinya peningkatan dibandingkan denagn tahun
2019 sebesar 4.221 kematian (Kemenkes,2021).

Menurut Riskesdas 2018 proporsi status gizi buruk 3,9%, sedangkan gizi
kurang 13,8%. Proporsi status gizi sangat pendek sebesar 11,5% dan proporsi
status gizi pendek pada balita sebesar 19,3%.

Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan ya ng diberikan guna


menurunkan AKI dan AKB salah satunya adalah dengan melakukan pendampingan dan
pemantaun secara berlanjutan sejak dari kehamilan, persaliann,masa nifas,bayi ,bayi baru
lahir, hingga KB dengan tujuan mengantisipasi masalah kemungkinan terjadi
selanjutnya,prioritas intervensi pada periode 1000 hari pertama kehidupan, yaitu selama masa
kehamilan sampai anak berusia 23 bulan ,pemeriksaan yang dilakukan tidak hanya memantau
kondisi kesehatan ibu,tetapi juga pemantaun pertumbuhan dan perkembangan janin di
kandungan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Penyebab AKI dan AKB Berdasarkan Riskesdas Tahun 2018

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan bahwa AKI adalah


kematian yang disebabkan kehamilan, melahirkan atau nifas bukan karena kecelakaan. AKI
di hitung per 100.000 kelahiran. AKB adalah jumlah lahir mati dan kematian bayi dalam 7
hari pertama dalam hidupnya. Sedangkan yang disebut AKB adalah jumlah kematian 1.000
kemudian dibagi jumlah bayi lahir-hidup dan lahir-mati pada tahun yang sama.(Kemenkes
RI)

Penyebab kematian dan kesakitan ibu dan bayi telah dikenal sejak dulu dan tidak
berubah banyak. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan post partum, eklampsia, infeksi,
aborsi tidak aman, partus macet, dan sebab-sebab lain seperti kehamilan ektopik dan mola
hidatidosa. Keadaan ini diperkuat dengan kurang gizi, malaria, dan penyakit- penyakit lain
seperti tuberkulosis, penyakit jantung, hepatitis, asma, atau HIV. Pada kehamilan remaja
lebih sering terjadi komplikasi seperti anemia dan persalinan preterm

Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan kelompok yang rentan.
Hal ini terkait dengan fase kehamilan, persalinan dan nifas pada ibu dan fase tumbuh
kembang pada anak. Sehingga menjadi alasan pentingnya upaya kesehatan ibu dan anak
sebagai salah satuprioritas pembangunan kesehatan di Indonesia. (Profil Kesehatan
Indonesia,2018)

Penyebab tingginya angka kematian ibu adalah komplikasi kehamilan.


Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar didunia terutama bagi
kelompok wanita usia subur (WUS). Ibu hamil dianggap sebagai salah satu
kelompok yang rentan mengalami anemia, meskipun jenis anemia pada kehamilan
umumnya bersifat fisiologis. Anemia tersebut terjadi karena peningkatan volume
plasma yang berakibat pengenceran kadar Hb tanpa perubahan bentuk sel darah
merah. Ibu hamil dianggap mengalami anemia bila kadar Hb-nya di bawah 11,0
g/dL (Riskesdas, 2013). Menurut WHO secara global prevalensi anemia pada ibu
hamil diseluruh dunia adalah sebesar 41,8 %. Prevalensi Ibu hamil dengan anemia
menurut Riskesdas (2018) tejadi peningkatan yang signifikan dari tahun 2013-
2018. Prevalensi ibu hamil dengan anemia pada tahun 2013 yaitu 37,1 sedangkan
pada tahun 2018 yaitu 48,9 (Riskesdas, 2018).

Salah satu penyebab anemia pada kehamilan yaitu paritas dan usia ibu.
Penyebab paling umum anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi, asam
folat dan perdarahan akut dapat terjadi karena interaksi antara keduanya
(Noversiti, 2012). Pada masa kehamilan zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan
organ reproduksi ibu maupun untuk pertumbuhan janin. Kebutuhan zat besi ibu
selama kehamilan adalah 800 mg besi diantaranya 300 mg untuk janin plasenta
dan 500mg untuk pertambahan eritrosit ibu. Ibu hamil membutuhkan 2-3mg zat
besi setiap hari (Manuaba,2010).

Anemia kehamilan disebut potential danger to mother and child (potensial


membahayakan bagi ibu dan bayi). Dampak dari anemia pada kehamilan dapat
terjadi abortus, persalinan prematur, hambatan tumbuh kembang janin dalam
rahim, mudah infeksi, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD),
gangguan his, partus lama, perdarahan postpartum, dan pengeluaran ASI
berkurang (Aryanti, 2018).

Ibu dengan anemia akan mengalami penurunan volume darah yang akan
mengakibatkan cardiac output menurun yang berdampak pada aliran darah ke
plasenta menurun. Penurunan aliran darah ke plasenta dapat menyebabkan
transfer zat gizi ke janin berkurang, jika itu terjadi maka dapat mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan janin yang berisiko menyebabkan terjadinya
penurunan berat badan lahir saat bayi dilahirkan.

Kematian bayi adalah jumlah bayi lahir hidup yang meninggal pada rentang waktu
antara 7 hingga 28 hari,Setiap bayi yang lahir hidup mempunyai kondisi masa
kehamilan,proses kelahiran,dan lingkungan yang mungkin juga berbeda serta akses
pelayanan terhadap fasilitas kesehatan yang mungkin juga bervbeda,hal ini diperkirakan
setiap bayi mempunyai kelangsungan hidup yang berbeda-beda.
Angka kematian neonatal dini merupakan satu dari ukuran pelayanan perinatal yang
paling penting. Angka ini terutama menandai standar pelayanan kesehatan yang diberikan
pada ibu hamil selama persalinan dan bayi pada satu minggu pertama kehidupannya. Standar
pelayanan yang diberikan pada bayi merupakan faktor utama yang menentukan angka
kematian neonatal dini.
Penyeabab Utama kematian Neonatal dini adalah masalah obsentrik selama
kehamilan maupun persalinan,yang dapat mengakibatkan kematian. Penyebab utama
kematian Neonatal dini Yaitu persalinan premature,hopoksia Intrapartum,Perdarahan
Antepartum, Hipertensi pada kehamilan,Anemia pada kehamilan,Ganguan
pertumbuhan,Trauma,penyakit sistemik pada ibu hamil (Riskesdas,2018).

Berdasarkan faktor risiko dari neonatal, berikut ini merupakan risiko


tinggi neonatal yang berisiko mengalami kematian (Munuaba, 2017):
a. Bayi baru lahir dengan asfiksia.
b. Bayi baru lahir dengan tetanus neonatorum.
c. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah < 2500 gram).
d. Bayi baru lahir dengan ikterus neonatorum (ikterus > 10 hari setelah
lahir).
e. Bayi baru lahir dengan sepsis.
f. Bayi kurang bulan dan lebih bulan.
g. Bayi baru lahir dengan cacat bawaan.
h. Bayi lahir melalui proses persalinan dengan tindakan.
Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu
kematian bayi endogen dan kematian bayi eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum
disebut kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah
dilahirkan dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang
diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian
eksogen atau kematian post neonatal adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu
bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian
dengan pengaruh lingkungan luar.
2.2. Penyebab Dan Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuik Menurunkan AKI dan
AKB

Perbaikan kesehatan ibu dan anak telah menjadi prioritas utama dari pemerintah,
berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Kemajuan suatu negara, pada hakikatnya tidak terlepas dari kualitas kesehatan ibu dan anak,
karena dari kesehatan seorang ibu yang baik maka akan terlahir generasi penerus bangsa yang
bertanggung jawab. Akan tetapi, sampai saat ini masih diwarnai oleh rawannya derajat
kesehatan ibu dan anak, terutama pada kelompok yang paling rawan yaitu ibu hamil, bersalin
dan nifas, serta bayi baru lahir, yang menyebabkan masih tingginya angka kematian ibu
(AKI), angka lahir mati, dan angka kematian bayi (AKB) baru lahir.

Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan


guna menurunkan AKI dan AKB salah satunya yaitu dengan melakukan pendampingan dan
pemantauan secara berkelanjutan atau Continuity of Care (COC) sejak dari kehamilan,
persalinan, masa nifas, bayi baru lahir, hingga KB dengan tujuan mengantisipasi masalah
kemungkinan terjadi selanjutnya. Prioritas intervensi pada periode 1.000 hari pertama
kehidupan, yaitu selama masa kehamilan sampai anak berusia 23 bulan. Pemeriksaan yang
dilakukan tidak hanya memantau kondisi kesehatan ibu, tetapi juga pemantauan pertumbuhan
dan perkembangan janin di kandungan.

Continuity of Care (COC) dalam kebidanan adalah serangkaian kegiatan yang


berkelanjutan dan menyeluruh mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, pelayanan bayi baru
lahir, serta pelayanan keluarga berencana yang menghubungkan kebutuhan kesehatan
perempuan khususnya dan keadaan pribadi setiap individu. Hubungan tersebut salah satunya
dengan dukungan emosional dalam bentuk dorongan, pujian, kepastian, mendengarkan
keluhan perempuan dan menyertai perempuan telah diakui sebagai komponen kunci
perawatan intrapartum. Dukungan bidan tersebut mengarah pada pelayanan yang berpusat
pada perempuan.

Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu
mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan
ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan
kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika
terjadi komplikasi, dan Pelayanan keluarga berencana termasuk KB pasca persalinan. Upaya-
upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah diantaranya pemerintah melalui Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia melakukan kerjasama dengan USAID (Badan Bantuan
Pembangunan Internasional Amerika) dengan membentuk program Expanding Maternal and
Neonatal Survival (EMAS) pada tahun 2012-2016 untuk menurunkan AKI dan AKN sebesar
25%.

Berbagai upaya sudah dibuat untuk menekan angka kematian ibu, diantaranya melalui
pengadaan bidan di setiap desa, pemberdayaan keluarga serta masyarakat dengan bentuk
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K), dan juga penyediaan fasilitas-fasilitaskesehatan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas perawatan dan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit.

Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia, Kementerian


Kesehatan menetapkan lima strategi operasional yaitu penguatan Puskesmas dan jaringannya,
penguatan manajemen program dan sistem rujukannya, meningkatkan peran serta
masyarakat, kerjasama dan kemitraan,kegiatan akselerasi dan inovasi

Kemudian, Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) merupakan upaya pemerintah


untuk menurunkan beban biaya kesehatan akibat penyakit. Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga merupakan program yang diselenggarakan oleh Kemenkes RI untuk
mewujudkan masyarakat Indonesia yang berperilaku sehat, hidup dalam lingkungan yang
sehat, serta sadar akan pentingnya kesehatan.

Mengingat pentingnya tablet Fe untuk ibu hamil maka pemerintah mengeluarkan


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2014 Tentang Standar
Tablet Tambah Darah Bagi Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil. Meskipun pemerintah sudah
melakukan program penanggulangan anemia pada ibu hamil yaitu dengan memberikan 90
tablet Fe
kepada ibu hamil selama periode kehamilan dengan tujuan menurunkan angka
anemia ibu hamil, tetapi kejadian anemia masih tinggi. Menurut riskesdas (2018)
26,8 % ibu hamil di Indonesia tidak mendapat Tablet Penambah Darah (TTD) dan
73,2% ibu hamil telah mendapat TTD, akan tetapi dari 73,2% tersebut 76%
mendapat TTD < 90 butir dan hanya 24 % dari 73,2% ibu yang mendapat TTD
sebanyak >90 butir.
2.3. Apa pendapat Bidan Tentang Upaya yang telah dilakukan

Peran bidan dalam penurunan AKI dan AKB antara lain memberikan pelayanan yang
berkesinambungan berfokus pada aspek pencegahan melalui pendidikan kesehatan dan
konseling, promosi kesehatan, pertolongan persalinan normal dengan berlandaskan kemitraan
dan pemberdayaan perempuan serta melakukan deteksi dini pada kasus yang telah ada.Upaya
yang diberikan diatas sudah sangat cukup untuk menurunkan AKI dan AKB untuk tahun-
tahun selanjutnya,dan untuk para tenaga kesehatan khususnya Bidan untuk bisa
menyelenggrakan pemantaun ibu tentang Buku KIA ( Buku kesehatan Ibu dan Anak).

Peran seorang bidan yaitu memberikan perawatan prenatal atau sebelum persalinan,
memeriksa kondisi fisik ibu selama masa kehamilan, saat persalinan dan setelah melahirkan,
mendampingi ibu dan menangani secara langsung persalinan per vaginal, mengidentifikasi
kemungkinan terjadinya komplikasi dari persalinan. Untuk Mengenai kendala Bidan
Mungkin bisa mempunyai kendala masing-masing bidan,Menurut saya kendala yang saya
dapat dalam upaya tersebut yaitu jangkaun jaringan bagi tenaga kesehatan maupun
masyarakat yang tempat tinggal tanpa mempunyai jaringan untuk bisa mengkases berbagai
macam informasi mengenai kesehatan baik itu ibu hamil maupun bayi dan balita.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan kelompok yang rentan.
Hal ini terkait dengan fase kehamilan, persalinan dan nifas pada ibu dan fase tumbuh
kembang pada anak. Sehingga menjadi alasan pentingnya upaya kesehatan ibu dan anak
sebagai salah satuprioritas pembangunan kesehatan di Indonesia. (Profil Kesehatan
Indonesia,2018)

Perbaikan kesehatan ibu dan anak telah menjadi prioritas utama dari pemerintah,
berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Kemajuan suatu negara, pada hakikatnya tidak terlepas dari kualitas kesehatan ibu dan anak,
karena dari kesehatan seorang ibu yang baik maka akan terlahir generasi penerus bangsa yang
bertanggung jawab. Akan tetapi, sampai saat ini masih diwarnai oleh rawannya derajat
kesehatan ibu dan anak, terutama pada kelompok yang paling rawan yaitu ibu hamil, bersalin
dan nifas, serta bayi baru lahir, yang menyebabkan masih tingginya angka kematian ibu
(AKI), angka lahir mati, dan angka kematian bayi (AKB) baru lahir
Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia, Kementerian
Kesehatan menetapkan lima strategi operasional yaitu penguatan Puskesmas dan jaringannya,
penguatan manajemen program dan sistem rujukannya, meningkatkan peran serta
masyarakat, kerjasama dan kemitraan,kegiatan akselerasi dan inovasi

3.2. Saran
Dengan dibuatnya makalah mengenai Angka Kematian Ibu Dan Bayi dan persiapan
umum pada tindakan kegawat daruratan Ibu dan neonatal ini, penulis berharap makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagai tenaga kesehatan agar dapat sama-sama menurunkan
angka kematian ibu dan bayi yang ada di indonesia .
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2021. Profil Kesehatan Indonesia 2020. Jakarta.
Kemenkes RI (Terdapat di https://pusdatin.kemkes.go.id/folder/view/01/ structure -publikasi-
pusdatin-profil-kesehatan.html)
Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat. 2020.
Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta. Kemenkes-RI ( Terdapat di
https://repository.binawan.ac.id/1451/)
Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan KB untuk Pendidikan Bidan. Edisi kedua. Jakarta: EGC.
Manuaba, 2017. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan. Edisi kedua. Jakarta: EGC
Prawirohardjo,S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai