Anda di halaman 1dari 38

BERPIKIR KRITIS DALAM KEBIDANAN

“ ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA”

Sebagai tugas untuk memenuhi UAS mata Kuliah

Berpikir Kritis Dalam Kebidanan

Disusun Oleh:

Jeni Cesi Cintiani PO71242220190

Vina Jayanti PO71242220184

Dosen Pengampu :

Diniyati, SST., Bdn., M.Keb

POLTEKKES KEMENKES JAMBI

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah berpikir kritis dalam
kebidanan. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu
Diniyati, SST., Bdn., M.Keb selaku Dosen Pengampu mata kuliah berpikir kritis.

Tugas ini telah disusun oleh Penulis, apabila dalam penulisan masih terdapat kekeliruan
maupun kesalahan, maka Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat
mengarahkan kepada perbaikan rancangan aktualisasi ini. Semoga Rancangan
Aktualisasi ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Tanjungpinang, 26 Juli 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................... 4
A. Konsep Anemia.......................................................................................................4
B. Konsep Anemia Pada Kehamilan.............................................................................6
BAB III........................................................................................................................ 15
A. Gambaran umum lokasi pengkajian......................................................................15
B. Hasil pengkajian data Asuhan Kebidanan Kehamilan pada Ny. A dengan Anemia. 15
C. SOAP Asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. A dengan Anemia Ringan...............18
BAB IV........................................................................................................................ 26
BAB V......................................................................................................................... 32
A. Kesimpulan........................................................................................................... 32
B. Saran.................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................33

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indikator derajat kesehatan suatu Negara dilihat dari kesehatan Ibu dan
Anak yang berkualitas serta rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Berdasarkan pengamatan World Health Organization
(WHO) pada tahun 2017AKI di dunia sebanyak 295.000 (UI 80%: 279.000-
340.000) wanita di seluruh dunia kehilangan nyawa mereka selama dan setelah
kehamilan dan melahirkan, dengan AKI menyumbang sekitar 86% dari semua ibu
kematian di seluruh dunia. Kematian Ibu juga dapat dikurangi melalui perbaikan
jarak kelahiran, yang lebih mudah dicapai saat berkeluarga kebutuhan perencanaan
terpenuhi. Sedangkan AKB 2018 angka kematian neonatal menurun dari 31 (30-
31) per 1000 kelahiran hidup ini diwakili deiperkirakan 2,5 (2,4-2,7) juta kematian
neonatal pada tahun 2018 (WHO, 2020).
Indonesia merupakan salah satu Negara Berkembang di Dunia dengan AKI
dan AKB masih tergolong tinggi. Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015,
didapatkan AKI sebesar 305/100.000 kelahiran hidup, dengan penyebab kematian
utama adalah perdarahan, disusul oleh hipertensi dan infeksi. Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan AKB sebesar 24/1000
kelahiran hidup, dengan penyebab terbesar ialah Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).
AKI dan AKB masih sangat jauh dari target Sustainable Development Goals
(SDG’s) yang merupakan kelanjutan dari Millenium Development Goals (MDG’s)
pada tahun 2015-2030 yaitu jumlah AKI sebesar 70/100.000 dan AKB sebesar
12/1000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan RI, 2017).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator
ketidakberhasilan dalam memberikan pelayanan kesehatan di suatu Negara.
Kematian Ibu dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya Anemia
(Amiruddin, 2007) Penderita Anemia pada ibu hamil lebih banyak terjadi di
Negara berkembang dibandingkan dengan Negara maju. Di Amerika hanya sekitar
6% ibu hamil yang menderita Anemia, sedangkan di Indonesia relatif tinggi yaitu
63,5%.
Anemia dalam kehamilan menjadi perhatian besar dunia karena berakibat
pada peningkatan kejadian mortalitas dan morbiditas ibu dan bayinya. Dampak
pada ibu diantaranya perdarahan dan peningkatan resiko terhadap infeksi.
Sedangkan pada janin, diantaranya hambatan pertumbuhan intrauterin, kelahiran
prematur dan BBLR (AbuOuf & Jan, 2015). Anemia didefinisikan sebagai
konsentrasi sel darah merah lebih rendah dari kebutuhan tubuh. Anemia pada
kehamilan diinterpretasikan sebagai kondisi kehamilan dengan konsentrasi
hemoglobin yang kurang dari 11 gr/dl (WHO, 2015). Definisi yang dihubungkan
juga dengan usia kehamilan, dimana kondisi anemia jika kadar Hb dibawah 11 g/dl
pada 1–12 (trimester pertama) dan 29–40 (trimester ketiga) kehamilan, dan
dibawah 10,5 g/dl selama minggu 13-28 (trimester kedua).
Anemia adalah permasalahan hematologi yang paling sering ditemui selama
kehamilan. Penyebab utama anemia selama periode kehamilan ini yaitu kekurangan
zat besi sebagai akibat perubahan fisiologis selama kehamilannya. Diketahui bahwa
banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, tingkat pendidikan, usia, paritas dll
mempengaruhi tingkat hemoglobin ibu hamil (Cavak, 2017). Child Health
Epidemiology Reference Group (CHERG) baru-baru ini melaporkan, kisaran
prevalensi anemia karena kekurangan zat besi adalah 20-78% dengan rata-rata
global 42,8%. Angka prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia tahun 2018
mengalami kenaikan berdasarkan data Riskesdas, yaitu 48,9% pada tahun 2018,
yang sebelumnya 37,1% di tahun 2013 (Kemenkes RI, 2018).
Kehamilan mengakibatkan peningkatan kebutuhan zat besi. Kurangnya
konsumsi zat besi dan protein akan berakibat kepada penurunan kadar hemoglobin
yang berdampak pada jatuhnya ibu kedalam kondisi anemia. Penambahan usia
kehamilan akan semakin meningkatkan kebutuhan zat besi, hal ini diakibatkan
karena mengimbangi perubahan fisiologis ibu dan kebutuhan janin. Pada trimester
pertama kehamilan, kebutuhan zat besi pada ibu hamil sekitar 0,8 mg/hari,
meningkat menjadi 7,5 mg/hari pada akhir kehamilan. Peningkatan kebutuhan yang
tidak diimbangi dengan intake zat besi yang memadai akan berakibat pada
terjadinya anemia pada trimester III (Breymann, 2013)
Anemia di trimester III kehamilan akan berdampak kepada penurunan
kondisi ibu hamil maupun janinnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia
kehamilan dan kadar Hb pada ibu hamil trimester III berhubungan dengan kejadian
Berat Badan Lahir Rendah (Fanni & Adriani, 2017). Selain meningkatkan resiko

2
BBLR anemia dapat meningkatkan resiko lahir mati dan kematian neonatal (Patel
et al., 2018)
Pola konsumsi tablet tambah darah selama kehamilan mempengaruhi status
anemia ibu hamil. Di Indonesia anjuran tablet tambah darah yang dikonsumsi
selama kehamilan adalah ≥ 90 tablet, namun capaian tersebut masih belum sesuai
dengan yang diharapkan, yakni 38,1% (Kemenkes RI, 2018). Penelitian pada ibu
hamil anemia di Salatiga menunjukkan hasil bahwa pola konsumsi tablet tambah
darah selama kehamilan dalam ketegori tidak patuh, yaitu 74% (Tampubolon
Rifatolistia , Panuntun Bagus, 2021). Ketidakpatuhan ibu hamil yang tinggi salah
satunya disebabkan karena banyaknya permasalahan gastrointestinal yang muncul
akibat efek samping dari pemberian besi oral (Garzon et al., 2020).
Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan anemia sangatlah penting. Hal
ini dikarenakan anemia sangat berbahaya, adapun akibat yang terjadi pada ibu
hamil jika anemia tidak segera ditangani dapat berdampak pada bayi dan juga sang
ibu. Pada bayi bisa terjadi kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan
rendah, keguguran dan juga bisa terjadi cacat bawaan terhadap sang bayi
(Manuaba, 2010). Adapun bagi ibu hamil bisa terjadi kelemahan, kelelahan, kurang
berenergi, sulit bernapas atau dypsnea, gagal jantung dan terjadinya persalinan
prematur (Hollingworth, 2012). Gagal jantung disebabkan karena rendahnya
kapasitas darah untuk membawa oksigen memicu kompensasi tubuh dengan
memacu jantung meningkatkan curah jantung dan bekerja secara terus-menerus
yang akhirnya mengakibatkan gagal jantung (Roosleyn, 2016).

B. Rumusan Masalah
“Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia?”

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan anemia pada kehamilan
2. Untuk mengetahui penyebab anemia pada ibu hamil trimester
3. Untuk mengetahui patofisiologi anemia dalam kehamilan
4. Untuk mengetahui dampak anemia

3
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
anemia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Anemia
1. Pengertian anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah kadar Hb (Hemoglobin),
hematokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal atau bisa disebut
juga penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi atau jumlah kadar
hemoglobin (Hb) dibawah batas normal. Menurut American Society of
Hematology, anemia adalah menurunnya jumlah hemoglobin dari batas normal
sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen dalam jumlah
yang cukup ke jaringan perifer. Anemia ditandai dengan beberapa gejala yaitu
sering lesu, lemah, pusing, mata berkunang-kunang dan wajah pucat. Hal ini dapat
berdampak pada penurunan daya tahan tubuh sehingga mudah terserang penyakit
dan mengakibatkan menurunnya aktivitas dan kurang konsentrasi.

2. Gambaran resiko anemia


Gambaran-Gambaran yang menyebabkan anemia pada suatu populasi dapat
melibatkan interaksi kompleks dari Gambaran sosial, politik, ekologi, dan biologi.
Penelitian Pala K dan Dundar N di Turki menunjukkan bahwa Gambaran lama
menstruasi berhubungan dengan kejadian anemia. Di samping itu kondisi sosial
ekonomi rumah tangga juga berkaitan dengan kejadian anemia, beberapa penelitian
menunjukkan kejadian anemia cenderung lebih tinggi pada rumah tangga miskin.
Pada anemia defisiensi besi dipengaruhi oleh beberapa gambaran yaitu
kurang mengkonsumsi sumber makanan hewani sebagai salah satu sumber zat besi
yang mudah diserap (heme iron), sedangkan bahan makanan nabati (nonheme iron)
adalah zat besi yang tinggi tetapi sulit diserap oleh tubuh sehingga diperlukan porsi
yang besar untuk mencuckupi kebutuhan zat besi harian. Gambaran lain yang dapat
mempengaruhi anemia defisiensi besi antara lain pola haid pada wanita,
pengetahuan tentang anemia dan status gizi. Berdasarkan hasil penelitian di

4
Meksiko, obesitas juga merupakan Gambaran risiko anemia yang dapat
meningkatkan risiko 2 - 4 kali pada wanita dan anak-anak.

3. Etiologi
Penyebab anemia menurut Sudoyo dkk dalam penelitian Indartanti dan
Apoina (2014) antara lain karena gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum
tulang belakang, kehilangan darah (perdarahan), proses penghancuran eritrosit
dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis), kurangnya asupan zat besi, vitamin C,
vitamin B12, dan asam folat. Menurut Agragawal S, penyebab utama anemia
adalah gizi dan infeksi.
Masalah gizi yang berkaitan dengan anemia adalah kekurangan zat besi, hal
tersebut karena mengkonsumsi makanan yang tidak beragam atau cenderung
monoton dan kaya akan zat yang dapat menghambat penyerapan zat besi (phytates)
sehingga zat besi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Kekurangan zat besi juga
dapat diperburuk oleh status gizi yang buruk, terutama yang berkaitan dengan
kekurangan asam folat, vitamin B12 dan vitamin A. Pola konsumsi sumber
penghambat penyerapan zat besi (inhibitor) dapat berpengaruh terhadap status
anemia. Sumber makanan yang mengandung zat penghambat zat besi (inhibitor)
atau yang mengandung tanin dan oksalat adalah kacang-kacangan, pisang, bayam,
kopi, teh, coklat selain itu mengkonsumsi teh 1-2 cangkir sehari juga mampu
menurunkan absorbsi besi, baik pada wanita dengan anemia ataupun tidak
anemia. Konsumsi 1 cangkir teh sehari dapat menurunkan absorbsi besi sebanyak
49% pada enderita anemia defisiensi besi, sedangkan konsumsi 2 cangkir
teh sehari menurunkan absorbsi besi sebesar 67% pada penderita
anemia efisiensi besi dan 66% pada kelompok kontrol.
Apabila mengonsumsi teh >2 kali sehari maka akan lebih
menurunkan absorbsi besi dalam tubuh. Teh yang dikonsumsi setelah makan
hingga 1 jam akan mengurangi daya serap sel darah merah terhadap zat besi
sebesar 4% maka dari itu dianjurkan untuk mengkonsumsi teh 2 jam setelah
makan (Thankachan, 2008)

5
B. Konsep Anemia Pada Kehamilan
1. Pengertian Anemia pada kehamilan
Anemia adalah suatu penyakit kekurangan sel darah merah (WHO, 2011).
Ibu hamil dikatakan mengalami anemia apabila kadar hemoglobin ibu kurang dari
11g/dl pada trimester satu dan tiga, serta kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Anemia pada ibu hamil adalah keadaan dimana seorang ibu hamil
mengalami defisiensi zat besi dalam darahnya. Anemia atau sering disebut kurang
darah adalah keadaan di mana darah merah kurang dari normal, dan biasanya yang
digunakan sebagai dasar adalah kadar Hemoglobin (Hb) (Nurhidayanti, 2013).
Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pengangkut oksigen) kurang dari normal. Selama hamil,
volume darah bertambah sehingga penurunan konsentrasi sel darah merah dan
hemoglobin yang sifatnya menengah adalah normal. Selama hamil, diperlukan
lebih banyak zat besi (yang diperluakan untuk menghasilkan sel darah merah)
karena ibu harus memenuhi kebutuhan janin dan dirinya sendiri (Wati, 2011).

2. Diagnosis Anemia dalam Kehamilan


Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan
anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing,
mata berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
Ada beberapa tingkatan anemia ibu hamil yang dialami ibu hamil menurut
WHO (2011), yaitu:
a. Anemia ringan: anemia pada ibu hamil disebut ringan apabila kadar hemoglobin
ibu 10,9 g/dl sampai 10g/dl.
b. Anemia sedang: anemia pada ibu hamil disebut sedang apabila kadar
hemoglobin ibu 9,9g/dl sampai 7,0g/dl.
c. Anemia berat: anemia pada ibu hamil disebut berat apabila kadar hemoglobin
ibu berada dibawah 7,0g/dl.

3. Anemia fisiologi pada ibu hamil

6
Perubahan fisiologis alami yang terjadi selama kehamilan akan
memengaruhi jumlah sel darah merah normal pada kehamilan. Peningkatan volume
darah ibu terutama terjadi akibat peningkatan plasma, bukan akibat peningkatan sel
darah merah. Walaupun ada peningkatan jumlah sel darah merah di dalam
sirkulasi, tetapi jumlahnya tidak seimbang dengan peningkatan volume plasma.
Ketidakseimbangan ini akan terlihat dalam bentuk penurunan kadar Hb
(hemoglobin).
Peningkatan jumlah eritrosit ini juga merupakan salah satu Gambaran
penyebab peningkatan kebutuhan akan zat besi selama kehamilan sekaligus untuk
janin. Ketidakseimbangan jumlah eritrosit dan plasma mencapai puncaknya pada
trimester kedua sebab peningkatan volume plasma terhenti menjelang akhir
kehamilan, sementara produksi sel darah merah terus meningkat. Anemia
didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan
konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah.
Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena ibu hamil mengalami
hemodelusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang
puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah
18% sampai 30% dan hemoglobin sekitar 19%.

4. Patofisiologi anemia dalam kehamilan


Anemia pada kehamilan yang disebabkan kekurangan zat besi mencapai
kurang lebih 95%. Wanita hamil sangat rentan terjadi anemia defisiensi besi karena
pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan
produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah
(eritrosit) meningkat. Namun peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi
yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi
penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.
Cadangan zat besi pada wanita yang hamil dapat rendah karena menstruasi
dan diet yang buruk. Kehamilan dapat meningkatkan kebutuhan zat besi sebanyak
dua atau tiga kali lipat. Zat besi diperlukan untuk produksi sel darah merah ekstra,
untuk enzim tertentu yang dibutuhkan untuk jaringan, janin dan plasenta, dan untuk
mengganti peningkatan kehilangan harian yang normal.
Kebutuhan zat besi janin yang paling besar terjadi selama empat minggu
terakhir dalam kehamilan, dan kebutuhan ini akan terpenuhi dengan mengorbankan

7
kebutuhan ibu. Kebutuhan zat besi selama kehamilan tercukupi sebagian karena
tidak terjadi menstruasi dan terjadi peningkatan absorbsi besi dari diet oleh mukosa
usus walaupun juga bergantung hanya pada cadangan besi ibu. Zat besi yang
terkandung dalam makanan hanya diabsorbsi kurang dari 10%, dan diet biasa tidak
dapat mencukupi kebutuhan zat besi ibu hamil. Kebutuhan zat besi yang tidak
terpenuhi selama kehamilan dapat menimbulkan konsekuensi anemia defisiensi
besi sehingga dapat membawa pengaruh buruk pada ibu maupun janin, hal ini
dapat menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan.

5. Tanda dan gejala anemia


Tanda ibu hamil mengalami anemia adalah pucat, glossitis, stomatitis,
eodema pada kaki karena hypoproteinemia. Gejala ibu hamil yang mengalami
anemia adalah lesu dan perasaan kelelahan atau merasa lemah, gangguan
pencernaan dan kehilangan nafsu makan (Tewary, 2011).

6. Tipe-tipe anemia
Menurut Waryana (2010) dapat anemia digolongkan menjadi beberapa
golongan, yaitu :
a. Anemia defisiensi gizi besi Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan
hipokromik. Keadaan ini paling banyak dijumpai pada kehamilan.
b. Anemia megaloblastik Anemia ini biasanya berbentuk makrosistik,
penyebabnya adalah karena kekurangan asam folat, namun jenis anemia ini
jarang terjadi.
c. Anemia hipoplastik Anemia hipoplastik disebabkan oleh hipofungsi sumsum
tulang dalam membentuk sel-sel darah merah baru.
d. Anemia hemolitik Anemia hemolitik disebabkan oleh penghancuran atau
pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya

7. Upaya pencegahan anemia


Pencegahan dapat dilakukan dengan mengatur pola makan yaitu dengan
mengkombinasikan menu makanan serta konsumsi buah dan sayuran yang
mengandung vitamin C (seperti tomat, jeruk, jambu) dan mengandung zat besi
(sayuran berwarna hijau tua seperti bayam). Kopi dan teh adalah minuman yang

8
dapat menghambat penyerapan zat besi sehingga tidak dianjurkan untuk
dikonsumsi (Nurhidayati, A., & Erlyn, H,2014).
Konsumsi susu perlu dihindari karena pada produk tersebut zat besi
berikatan dengan kalsium sehingga dapat menghambat penyerapan zat besi dengan
sempurna (Green & Judith, 2012). 9 Kalsium dalam susu merupakan salah satu
nutrisi yang menghambat penyerapan Fe karena kalsium sukar larut sehingga dapat
menyebabkan tingginya prevalensi ibu hamil dengan anemia (Samuel dkk, 2013).
Selain itu ibu hamil juga dilarang mengkonsumsi segala sesuatu yang mengandung
alkohol, hal ini dikarenakan konsumsi alkohol selama kehamilan dapat
meyebabkan cacat bawaan, berat bayi lahir rendah, dan juga keguguran pada janin
(Yohana dkk, 2010).
Penanganan anemia dengan pemberian suplemen tablet zat besi (Fe) yang
merupakan suatu cara yang paling efektif untuk meningkatkan kadar zat besi (Fe)
dalam jangka waktu yang pendek pada ibu hamil. Pelayanan bidan dalam
mencegah terjadinya anemia melalui pemeriksaan antenatal care (ANC) kepada
setiap ibu hamil. Peran bidan mendukung peningkatan konsumsi tablet zat besi
(Fatimah & Ernawati, S, 2015).

8. Gambaran-gambaran yang mempengaruhi anemia pada kehamilan


a. Penyakit infeksi
Perdarahan patologis akibat penyakit atau infeksi parasit seperti cacingan
dan saluran pencernaan juga berhubungan positif terhadap anemia. Darah yang
hilang akibat infestasi cacing bervariasi antara 2-100cc/hari, 8 tergantung beratnya
infestasi. Anemia yang disebabkan karena penyakit infeksi, seperti seperti malaria,
infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan cacingan terjadi secara cepat saat
cadangan zat besi tidak mencukupi peningkatan kebutuhan zat besi (Listiana,
2016).
b. Umur
Ibu yang berumur dibawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun lebih rentan
menderita anemia hal ini disebabkan oleh faktor fisik dan psikis. Wanita yang
hamil di usia kurang dari 20 tahun beresiko terhadap anemia karena pada usia ini
sering terjadi kekurangan gizi. Hal ini muncul biasanya karena usia remaja
menginginkan tubuh yang ideal sehingga mendorong untuk melakukan diet yang
ketat tanpa memperhatikan keseimbangan gizi sehingga pada saat memasuki

9
kehamilan dengan status gizi kurang. Sedangkan, ibu yang berusia di atas 35 tahun
usia ini rentan terhadap penurunan daya tahan tubuh sehingga mengakibatkan ibu
hamil mudah terkena infeksi dan terserang penyakit (Herawati dan Astuti, 2010).
Ibu hamil pada umur muda atau di bawah 20 tahun perlu tambahan gizi
yang banyak, karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan
dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Ibu hamil
dengan umur yang tua di atas 35 tahun perlu energi yang besar juga karena fungsi
organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka
memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang
sedang berlangsung (Kristiyanasari, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Dwi (2016), usia ibu hamil dapat
mempengaruhi anemia jika usia ibu hamil relatif muda di bawah 20 tahun, karena
pada umur tersebut masih terjadi pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih
banyak. Jika zat gizi yang dibutuhkan tidak terpenuhi, akan terjadi kompetisi zat
gizi antara ibu dan bayinya.
c. Pekerjaan
Penelitian Obai et al (2016) tentang Gambaran-Gambaran yang
berhubungan dengan anemia pada ibu hamil yang melakukan ANC di Rumah Sakit
Daerah Gulu dan Hoima, Uganda menunjukkan bahwa terdapat hubungan
signifikan antara Gambaran pekerjaan dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Ibu
hamil yang menjadi ibu rumah tangga merupakan Gambaran risiko anemia.
Kebanyakan ibu rumah tangga hanya bergantung pada pendapatan suami mereka
dalam kaitannya dengan kebutuhan finansial. Penelitian lain yaitu oleh Idowu et al
(2005) tentang anemia dalam kehamilan di Afrika menunjukkan bahwa ibu hamil
yang tidak bekerja berhubungan signifikan dengan anemia karena ibu hamil yang
tidak bekerja tidak dapat melakukan kunjungan ANC lebih awal dan kurang
mengkonsumsi makanan yang bergizi.
d. Paritas
Penelitian oleh Abriha et al (2014) menunjukkan bahwa ibu dengan paritas
dua atau lebih, berisiko 2,3 kali lebih besar mengalami anemia dari pada ibu
dengan paritas kurang dari dua. Hal ini dapat dijelaskan karena wanita yang
memiliki paritas tinggi umumnya dapat meningkatkan kerentanan untuk perdarahan
dan deplesi gizi ibu. Dalam kehamilan yang sehat, perubahan hormonal

10
menyebabkan peningkatan volume plasma yang menyebabkan penurunan kadar
hemoglobin namun tidak turun di bawah tingkat tertentu (misalnya 11,0 g / dl).
Dibandingkan dengan keadaan tidak hamil, setiap kehamilan meningkatkan
risiko perdarahan sebelum, selama, dan setelah melahirkan. Paritas yang lebih
tinggi memperparah risiko perdarahan. Di sisi lain, seorang wanita dengan paritas
tinggi memiliki ukuran jumlah anak yang besar yang berarti tingginya tingkat
berbagi makanan yang tersedia dan sumber daya keluarga lainnya dapat
mengganggu asupan makanan wanita hamil.
e. Status gizi
Melorys dan Nita (2017) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa terdapat
hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Kekurangan
gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi ibu dan janin.
Kekurangan gizi dapat menyebabkan ibu menderita anemia, suplai darah yang
mengantarkan oksigen dan makanan pada janin akan terhambat, sehingga janin
akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu,
pemantauan gizi ibu hamil sangat penting dilakukan.
Menurut Muliawati (2013) penilaian status gizi dapat dilakukan dengan
menggunakan penilaian antropometri yang terdiri dari:
1) Tinggi Badan
Tinggi badan dapat dijadikan sebagai salah satu syarat status gizi ibu hamil
disebut baik. Tinggi badan ibu hamil dianggap memenuhi syarat, apabila memiliki
tinggi minimal 145 cm.
2) Berat badan
Pertambahan berat badan secara teratur selama kehamilan yang tercatat dan
membandingkan hal tersebut dengan berat badan sebelum hamil adalah salah satu
metode untuk mengetahui atau memantau status gizi seorang ibu hamil. Kenaikan
berat badan yang ideal selama kehamilan adalah 10kg hingga 12kg dengan
perhitungan pada trimester pertama kenaikan kurang lebih satu kilogram, trimester
kedua kurang lebih tiga kilogram dan trimester tiga kurang lebih enam kilogram.
Ibu hamil yang dapat mencapai kenaikan berat badan tersebut ibu dapat dikatakan
memiliki status gizi yang baik.
3) Lingkar lengan atas (LILA)
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui
risiko kekurangan energi kronis wanita usia subur. Wanita usia subur adalah wanita

11
dengan usia 15 sampai dengan 45 tahun yang meliputi remaja, ibu hamil, ibu
menyusui dan pasangan usia subur (PUS). Ambang batas LILA wanita usia subur
(WUS) dengan resiko kekurangan energi kronis (KEK) adalah 23,5cm, yang diukur
dengan menggunakan pita ukur.
4) Gizi atau nutrisi ibu hamil
Gizi pada masa kehamilan sangat penting, bukan saja karena makanan yang
diperoleh mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi, tetapi juga berpengaruh saat
menyusui nanti. Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal memerlukan kira-
kira 80.000 kalori selama kurang lebih 280 hari.
Nutrisi yang diperlukan oleh ibu hamil secara garis besar adalah
karbohidrat, lemak, protein, vitamin A, D, E, K, vitamin C, B2 dan B12, asam
folat, kalsium, phospor, zat besi, zeng dan iodium (Sukarni & Margareth, 2013).
f. Tingkat Pendidikan
Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa anemia yang di derita
masyarakat adalah banyak di jumpai di daerah pedesaan dengan malnutrisi atau
kekurangan gizi, kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan, dan ibu
hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah.
Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh terhadap
peningkatan kemapuan berpikir. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan
dapat mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka untuk
menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu yang
berpendidikan rendah. Pendidikan formal yang dimiliki seseorang akan
memberikan wawasan kepada orang tersebut terhadap fenomena lingkungan yang
terjadi, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin luas wawasan
berpikir sehingga keputusan yang akan diambil akan lebih realistis dan rasional.
Dalam konteks kesehatan tentunya jika pendidikan seseorang cukup baik, gejala
penyakit akan lebih dini dikenali dan mendorong orang tersebut untuk mencari
upaya yang bersifat preventif.
Menurut Undang-undang RI No.20 tahun 2013, jenjang pendidikan formal
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau
bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah
tsanawiya (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah terdiri atas
pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan

12
menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA),
sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau
bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan
setelah pendidikan menengah yangmencakup program pendidikan diploma,
sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan
tinggi. Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,
institut, atau universitas.
Di Indonesia, pemerintah mencanangkan program pendidikan formal wajib
belajar 9 tahun untuk seluruh rakyatnya yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia minimal
harus menempuh pendidikan selama 9 tahun, terhitung dari Sekolah Dasar (SD)
sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP). Masyarakat yang sudah menempuh
pendidikan selama 9 tahun ini dianggap sudah layak kualiatasnya untuk
kehidupannya sendiri dan untuk memajukan negara. Program wajib belajar 9 tahun
tercantum dalam Undang-undang RI No.20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

9. Dampak Anemia
a. Abortus
Penelitian yang dilakukan oleh Aryanti (2016) menyebutkan bawah terdapat
hubungan antara anemia dengan abortus. Hal ini disebabkan oleh metabolisme ibu
yang terganggu karena kekurangan kadar hemoglobin untuk mengikat oksigen.
Efek tidak langsung yang dapat diakibatkan oleh ibu dan janin antara lain
terjadinya abortus, selain itu ibu lebih rentan terhadap infeksi dan kemungkinan
bayi lahir prematur.
b. Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini dapat disebabkan oleh anemia karena karena sel-sel
tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen sehingga kemampuan jasmani
menjadi menurun. Anemia pada wanita hamil dapat meningkatkan frekuensi
komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka
prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal dapat
meningkat oleh hal tersebut (Usman, 2017).
c. Perdarahan post partum

13
Penelitian Frass (2015) dalam Rizky, dkk. (2017) yang melaporkan bahwa
terdapat hubungan antara anemia dengan risiko perdarahan postpartum. Anemia
pada kehamilan menyebabkan oksigen yang diikat dalam darah kurang sehingga
jumlah oksigen berkurang dalam uterus dan menyebabkan otot-otot uterus tidak
berkontraksi dengan adekuat sehingga menimbulkan perdarahan postpartum,
sehingga ibu hamil yang mengalami anemia memiliki kemungkinan 12 terjadi
perdarahan postpartum 15,62 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil yang tidak
mengalami anemia.
g. Kala I lama
Ibu bersalin dengan anemia akan lebih mudah mengalami keletihan otot
uterus yang mengakibatkan his menjadi terganggu. Apabila his yang ditimbulkan
sifatnya lemah, pendek, dan jarang maka akan mempengaruhi turunnya kepala dan
pembukaan serviks atau yang disebut inkoordinasi kontraksi otot rahim, yang
akhirnya akan mengganggu proses persalinan. His yang ditimbulkannya sifatnya
lemah, pendek, dan jarang hal ini di sebabkan oleh proses terganggunya
pembentukan Adenosin Trifosfat (ATP). Salah satu senyawa terpenting dalam
pembentukan ATP adalah oksigen. Energi yang di hasilkan oleh ATP merupakan
salah satu faktor yang berperan dalam terjadinya suatu kontraksi otot. Anemia
dapat menyebabkan jumlah sel darah merah berkurang sehingga oksigen yang
diikat dalam darah sedikit kemudian menghambat aliran darah menuju otot yang
sedang berkontraksi, sehingga mengakibatkan kinerja otot uterus tidak maksimal
(Ulfatul, dkk., 2014).
h. Berat badan lahir rendah (BBLR)
Penelitian yang dilakukan oleh Siti dan Siti (2018) menyebutkan bahwa
terdapat hubungan antara anemia dan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR).
Anemia pada kehamilan akan menyebabkan terganggunya oksigenasi maupun
suplai nutrisi dari ibu terhadap janin, akibatnya janin akan mengalami gangguan
penambahan berat badan sehingga terjadi BBLR.
Ibu hamil yang mengalami anemia pada trimester pertama berisiko 10,29
kali melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia dan ibu yang
13 mengalami anemia pada trimester kedua kehamilan berisiko sebesar 16 kali
lebih banyak melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) daripada ibu yang
tidak anemia (Labir, dkk., 2013).

14
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Gambaran umum lokasi pengkajian


Praktik Mandiri Bidan (PMB) Fitriani, SST Tanjungpinang merupakan
tempat praktik bidan yang memberikan pelayanan kesehatan dengan berlokasi di
Perumahan Bintan Permai Blok C IV No. 25 bisa diakses dengan menggunakan
motor maupun mobil.
PMB ini dikelola oleh salah seorang bidan yaitu bidan Fitriani, SST yang
memiliki 2 orang asisten serta memiliki 1 ruang tunggu melahirkan dengan 2
tempat tidur, 1 ruang pemeriksaan, 1 kamar dengan 2 tempat tidur, serta waktu
pelayanan dari jam 08 pagi hingga 21 malam.
Jenis pelayanan kebidanan kebidanan yang diberikan adalah pelayanan
kebidanan kehamilan, persalinan normal, ibu nifas, bayi dan balita, serta imunisasi
dan KB. Selain memberikan pelayanan mandiri di PMB Fitriani, SST juga
melayani BPJS.

B. Hasil pengkajian data Asuhan Kebidanan Kehamilan pada Ny. A dengan


Anemia
Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 Jul 2022 pukul 17.00 WIB di PMB
Fitriani, SST Kota Tanjungpinang. Ibu bernama Ny. A umur 28 tahun, suku
Melayu, agama Islam, pendidikan terakhir SMA. Nama suami Tn. A umur 30
tahun, suku Melayu, agama Islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan wiraswasta,
beralamat di Jalan MT. Haryono Tanjungpinang. Ibu datang ke PMB Fitriani, SST
untuk memeriksakan kehamilannya. Dengan keluhan ibu mengatakan sering pusing
dan lemah. Riwayat haid ibu yaitu menarche pada usia 13 tahun, siklus menstruasi
28 hari, banyaknya 3 kali ganti pembalut/hari. Hari perttama haid terakhir (HPHT)
pada tanggal 20 November 202. Tafsiran persalinan 27 Agustus 2022. Ini
merupakan kehamilan kedua ibu.
Riwayat kesehatan, ibu tidak memiliki riwayat penyakit keluarga, tidak ada
alergi makanan atau obat-obatan, tidak ada riwayat operasi. Ibu tidak merok, tidak
minum alkohol dan tidak mengkonsumsi obat-obatan. Pola nutrisi ibu makan 3 kali
sehari, minum ±7-8 gelas sehari. Jenis makanan yang ibu makan yaitu nasi, sayur,

15
lauk-pauk dan buah-buahan, ibu selalu minum air putih dan sesekalo minum susu
untuk ibu hamil. Pola eliminasi, ibu buang air kecil ±5-6 kali sehari, buang air
besar 1 kali sehari, pola istirahat ibu tidur siang 2 jam, tidur malam ±5-6 jam
sehari. Kehamilan ini sangat diterima oleh keluarga. Ibu merasakan gerakan janin
pada usia kehamilan 17 minggu dengan frekuensi kurang dari 11 kali/24 jam. Ibu
sudah mendapatkan dosis lengkap untuk Imunisasi TT dengan status ibu TT5. Ibu
sudah pernah melakukan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 26 Februari 2022
dengan hasil HB : 9,5 gr%, protein urin dengan hasil negatif, glukosa urin dengan
hasil negatif, screening HIV/AIDS dengan hasil non reaktif, dan HBsAg dengan
hasil non reaktif.
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dengan cara melakukan
anamnesa pada ibu, saat ini bidan akan melakukan pemeriksaan umum, fisik, dan
pemeriksaan laboratorium. Pada saat pemeriksaan diperoleh hasil antara lain :
keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis dan keadaan emosional ibu baik.
Tekanan darah ibu 110/70 mmHg, denyut nadi 80 x/menit, pernapasan 20 x/menit,
suhu 36,40C. Tinggi badan ibu 150 cm dengan BB sebelum hamil 50 kg dan BB
saat ini 60 kg. LiLA 26 cm.
Pada pemeriksaan head to toe tidak ditemukan kelainan pada ibu, hanya
pada saat pemeriksaan bagian mata ditemukan bahwa konjungtiva ibu terlihat
pucat. Saat dilakukan palpasi, TFU ibu 30 cm, pada pemeriksaan Leopold I hasil
pengukuran TFU teraba dua jari dibawah procesius xipoideus, pada bagian fundus
teraba bulat, lunak dan tidak melenting, yaitu bokong janin. Pada pemeriksaan
Leopold II bagian perut ibu sebelah kanan teraba keras, panjang dan memapan
yaitu punggung janin, sedangkan pada perut ibu sebelah kiri teraba tonjolan-
tonjolan kecil yaitu ekstremitas janin. Pada pemeriksaan Leopold III dibagian
bawah perut ibu teraba bulat, keras, melenting yaitu kepala janin, kepala janin
masih bisa digoyangkan yang berarti bagian terbawah janin belum masuk pintu atas
panggul (PAP). Pemeriksaan Leopold IV tidak dilakukan. Tafsiran berar janin yang
didapatkan yaitu 2.635 gram. Pada pemeriksaan DJJ diperoleh hasil 136 x/menit.
Pemeriksaan selanjutnya yang dilakukan yaitu pemeriksaan laboratorium,
dimana pengkaji melakukan pemeriksaan HB, glukosa urine dan protein urine.
Hasil yang didapat pada pemeriksaan laboratorium yaitu HB : 10 gr%, protein
urine negative dan glukosa urine negatif.
Dari hasil anamenesa dan pemeriksaan didapatkan diagnosa Ny. A umur 26

16
tahun G2P1A0 usia kehamilan 34-35 minggu dengan anemia ringan. Kebutuhan :
Penkes nutrisi dan penkes istirahat. Asuhan kebidanan kehamilan yang diberikan
kepada Ny.A sesuai dengan keadaan dan usia kehamilannya, yaitu
memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan, memberitahu ibu penyebab ibu
mengalami pusing dan lelah yaitu dikarenakan ibu kurang istirahat, asupan gizi
yang tidak seimbang dan rendahnya Hb ibu sehingga ibu mengalami anemia
ringan, menganjurkan kepada ibu untuk makan makanan yang mengandung zat
besi tinggi seperti bayam, buah bit, kacang-kacangan, beras merah, daging merah
dan lain-lain, memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester III,
memberitahukan kepada ibu persiapan persalinan seperti kendaraan, pendonor
darah, biaya, perlengkapan ibu dan bayi, penolong persalinan dan pendamping
persalinan. menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi tablet Fe 1 x 1, kalk 1x1
dan kalk, dan menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang
Dari hasil pemeriksaan dan tindakan asuhan kebidanan yang diberikan
didapatkan evaluasi ibu mengerti dan bersedia datang untuk kunjungan ulang.

17
C. SOAP Asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. A dengan Anemia Ringan

ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL CARE KUNJUNGAN I PADA NY.M


G2P1A0H1 UMUR 32 TAHUN DI PMB FITRIANI, SST TANJUNGPINANG
TAHUN 2022

Nama Pengkaji : Vina Jayanti SST MKM NIM : PO71242220189


Nama Pengkaji : Jeni Cesi Cintiani SST NIM : PO71242220190
Tanggal : 25 Juli 2022 Pukul : 17.00 WIB

1. Data Subjektif
a. Identitas Pasien
Nama Ibu : Ny. A Nama Suami : Tn. A
Umur :28 Tahun Umur : 30 Tahun
Suku : Melayu Suku : Melayu
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Honorer Pekerjaan : Wirausaha
Gol. Darah :O Gol. Darah :O
Alamat : Jl. MT.Haryono,Gg.Tanjungsari, No.50

b. Alasan Kunjungan : Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya

Keluhan Utama :Ibu mengatakan sering pusing dan lemah

c. Riwayat Haid
Menarche : 13 Tahun UK : 34-35 mggu
Siklus : Teratur HPHT : 20 Nov 21
Lama Haid : 3-4 hari TP : 27 Agus 22
Banyaknya : 3 kali ganti

18
d. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu

Anak Kehamilan Persalinan Nifas


ke
ANC Periksa Tempat Tahun Penolong UK JK PB/BB ASI Lochea Involusi

1 6x Bidan PMB 2018 Bidan 42 P 49 cm/ Eks Lancar Baik


mg 3.400 gr

2 H A M I L I N I

d. Riwayat Kehamilan Saat Ini


1) Jumlah kunjungan dan keluhan pada:
 Trimester I : 2 kali, mual
 Trimester II : 2 kali, Tidak ada keluhan
 Trimester III : 2 kali, sering sakit kepala
2) Obat yang dikonsumsi selama hamil/jamu : Tablet Fe
3) Kapan ibu pertama kali merasakan gerakan janin : 17 minggu
4) Berapa kali pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : 11 kali
5) Rasa 5L (lemah, letih, lelah, lesu dan lunglai) : Ada
6) Sakit kepala terus menerus : Ada
7) Penglihatan kabur : Tidak ada
8) Odemea : Tidak ada
9) Keputihan : Tidak ada

10) Imunisasi
 TT1 : Bayi
 TT2 : Bayi
 TT3 : SD
 TT4 : SD
 TT5 : Catin
11) Riwayat screening/laboratorium (26 Februari 2022)
Hb : 9,5 g/dL Glukosa urine : Negatif
Golongan darah :0 Protein Urin : Negatif
HIV/AIDS : Negatif HbsAg : Non Reaktif

19
f. Riwayat Penyakit Yang Menyertai Kehamilan Ini
Jantung : Tidak ada Preeklampsi : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada Eklampsia : Tidak ada
Asma : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada PMS : Tidak ada
DM : Tidak ada Gang. Darah : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada Lain- dan laim : Tidak ada
g. Riwayat Penyakit Keluarga
Jantung : Tidak ada DM : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada Hipertensi : Tidak ada
Asma : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada PMS : Tidak ada

h. Riwayat Perkawinan
Perkawinan ke : Satu
Status perkawinan : Sah
Umur waktu kawin : 23 Tahun
Berapa lama nikah baru punya anak : 1 tahun

i. Riwayat Kontrasepsi
Jenis KB yang pernah diapakai : Tidak ada
Jenis KB yang ingin dipakai : IUD
Pandangan ibu terhadap kehamilannya : Senang
Pandangan suami terhadap kehamilan : Senang
Pengambil keputusan utama : Suami
Pengambil keputusan penganti : Istri
Jenis kelamin anak yang diinginkan : Laki laki

j. Pola Nutrisi
1) Makanan

20
 Jenis makanan berat : Setengah piring nasi,sepotong
lauk, dan semangkuk sayur
 Frekuensi : 2x/hari
 Jenis makanan ringan : Tidak ada
 Masalah : Tidak ada
2) Minuman
 Jenis minuman sehari - hari : Air Putih hari
 Frekuensi : 5-6 gelas/hari
 Jenis minuman ringan : Tidak ada
 Masalah : Tidak ada

k. Pola Eliminasi
a) BAB b) BAK
Frekuensi : 1x/hari Frekuensi : ±6x/hari
Warna : Kecoklatan Warna : Kuning
Konsistensi : Padat Masalah : Tidak ada
Masalah : Tidak ada

l. Pola Istirahat
Siang : 1 jam Masalah : Tidak ada
Malam : 5-6 jam Masalah : Tidak ada

m. Aktivitas sehari – hari


Seksualitas : Ada, 1x seminggu
Olahraga : Jalan Pagi
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

n. Personal Hygiene
 Mandi : 2x/hari Ganti pakaian dalam : 3x/hari
 Keramas : 3x/minggu Sikat gigi : 2x/hari

o. Penggunaan Obat – obatan, Alkohol dan rokok : Tidak ada

21
p. Perencanaan Persiapan Persalinan
Tempat : PMB Penolong : Bidan
Transportasi : Roda Dua Pendamping : Suami
Calon donor darah : Suami Biaya : Ada

2. Data Objektif
a. Pemeriksaan umum
KU : Baik Kesadaran : Compos mentis
TD : 110/70 mmHg BB Sebelum : 50 Kg
RR : 20x/menit BB Sekarang : 60 Kg
S : 36,4 ºC TB : 150 cm
N : 80x/menit LILA : 26 cm

b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : Bersih, tidak rontok, tidak berketombe
2) Muka
Oedema : Tidak ada
Pucat/tidak : Pucat
Chloasmagravidarum : Tidak ada
3) Mata
Konjungtiva : Pucat
Sklera : Putih
4) Hidung
Bentuk : Simetris Polip : Tidak ada

5) Telinga
a) Kanan b) Kiri
Pengeluaran : Tidak ada Pengeluaran : Tidak ada
Masalah : Tidak ada Masalah : Tidak ada
6) Mulut
Stomatitis : Tidak ada
Gigi berlubang : Tidak ada
Carries : Tidak ada

22
7) Leher
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan
Vena jugularis : Tidak ada pembesaran
8) Dada
a) Kanan
Pembesaran mamae : Ada
Areola mamae : Hiperpigmentasi
Puting susu : Menonjol
Kebersihan : Bersih
Pengeluaran : Tidak ada
b) Kiri
Pembesaran mamae : Ada
Areola mamae : Hiperpigmentasi
Puting susu : Menonjol
Kebersihan : Bersih
Pengeluaran : Tidak ada

9) Jantung : Tidak ada


10) Paru –paru : Bunyi vesikuler
11) Abdomen
Pembesaran perut : Sesuai Linea : Ada
Luka bekas operasi : Tidak ada Striae : Tidak ada
Palpasi
Leopold I : Dua jari dibawah px, pada bagian fundus ibu teraba bulat, lunak
dan tidak melenting yaitu bokong janin.
Leopold II : Pada bagian kiri ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil yaitu
ekstremitas sedangkan bagian kanan teraba keras memapan
yaitu
punggung janin.
Leopold III : Pada bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras, dan melenting
yaitu kepala. Kepala masih bisa digoyangkan, kepala belum
masuk PAP.
Leopold IV : Konvergen
TFU Mc.Donald : 30 cm

23
TBJ : (30-13) x 155 = 2.635 gram
Auskultasi
DJJ : Ada
Irama : Teratur
Frekuensi : 136x/menit
Punctum max : Kanan perut ibu,dibawah umbilikus
12) Genetalia
Pengeluaran : Tidak ada Haemoroid : Tidak ada
Varises : Tidak ada Oedema : Tidak ada
13) Ekstremitas
Atas Bawah
Oedema : Tidak ada Oedema : Tidak ada
Kaku : Tidak ada Kaku : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada Reflek patella : Positif
14) Pemeriksaan Panggul Luar
Distansia Spinarum : Tidak dilakukan
Distosia Cristarum : Tidak dilakukan
Konjugata Eksterna : Tidak dilakukan
Lingkar panggul : Tidak dilakukan
15) Pemeriksaan Penunjang
 HB : 10 gr/dl
 Golongan darah : Tidak dilakukan
 Glukosa urin : Negatif
 Protein urin : Negatif
 Lainnya : Tidak dilakukan

3. Assesment
Diagnosa : Ny.A G2P1A0H1 Usia Kehamilan 34-35 Minggu
dengan Anemia Ringan
Masalah : Sering sakit kepala
Kebutuhan : Penkes Nutrisi dan Penkes Istirahat
Tindakan segera : Tidak ada
Diagnosa potensial : Tidak ada

24
4. Planning
1) Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin baik,
Usia Kehamilan (UK) ibu 34-35 Mg, TD 110/70 mmHg, N 80x/menit, R
20x/menit, S 36,4, BB 56,5 kg, DJJ 136 x/i. Ibu dan Janin keadaan baik (Ibu
mengetahui hasil dari pemeriksaan).
2) Memberitahukan kepada ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan dikarenakan hasil
pemeriksaan Hb ibu 10 gr% dan ibu mengalami anemia ringan. (Ibu mengetahui
hasil pemeriksaan)
3) Memberitahukan kepada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang menganduk
zat besi tinggi seperti sayur bayam, buah bit, buah naga, kacang-kacangan,
daging merah, dll untuk meningkatkan kadar Hb ibu (ibu mengerti tentang
informasi yang diberikan)
4) Memberitahu kepada ibu untuk istirahat malam selama ±7-8 jam dan istirahat
siang ±1 jam (ibu mengerti tentang informasi yang diberikan)
5) Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsmsi tablet tambah darah/ tablet Fe
selama kehamilan guna memenuhi kebutuhan zat besi ibu selama kehamilan (ibu
mengerti tentang informasi yang diberikan)
6) Memberitahu ibu untuk rutin mengkonsumsi makanan tambahan yang diberikan
petugas kesehatan (ibu mengerti dan besedia melakukannya)
7) Memberitahu ibu tanda bahaya TM III yaitu demam tinggi, perdarahan
pervaginam, sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak di wajah dan
jari- jari tangan, keluar cairan pervaginam, gerakan janin tidak terasa, nyeri
abdomen yang hebat (Ibu mengerti)
8) Memberitahu kepada ibu persiapan persalinan seperti, kendaraan, pendonor
darah, biaya, perlengkapan pakaian ibu dan bayi, penolong, tempat persalinan,
dan pendamping persalinan (Ibu mengerti dan bersedia melakukannya).
9) Memberikan ibu vit B 12 dan Kalk (Ibu mengerti dan bersedia melakukannya).
10) Memberitahu kepada ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu tanggal 08 Agustus
2022 atau jika ibu ada keluhan (Ibu mengerti dan mau melakukanya).
11)

BAB IV
PEMBAHASAN

25
Pada pembahasan ini akan dijelaskan tentang kesesuaian antara teori dan kenyataan
yang terjadi pada kasus yang diambil dan teori yang mendukung diantara fakta dan
kenyataan serta ditambahnya opini yang luas sebagai pengkaji klien yang melakukan
asuhan kebidanan pada Ny A dengan kasus anemia ringan di PMB Fitriani SST Kota
Tanjungpinang.

A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Trimester III


Pembahasan yang pertama adalah tentang pemeriksaan pada masa kehamilan atau
ANC (Antenatal Care), yang dilakukan oleh Ny. A dengan kasus anemia ringan di
PMB Fitriani, SST. Dari data yang diperoleh dapat dianalisa sebagai berikut
1. Data Subjektif
a. Umur
Faktanya umur Ny. A 28 tahun. Menurut pengkaji usia Ny A yaitu
28 tahun sudah termasuk usia yang matang, sudah bisa diajak untuk
sering dan bekerja sama untuk kelancaran kehamilannya agar jauh dari
komplikasi. Pada usia ini Ny A sudah aman untuk hamil, dan siap
untuk menerima tumbuh kembangnya janin.
Menurut Padila (2014), usia aman untuk kehamilan dan persalinan
adalah 20-30 tahun.
b. Kontrol ANC
Berdasarkan Ny A kontrol pada TM I ANC 2 kali, TM II ANC 2
kali, TM III ANC 2 kali Menurut penulis, kontrol ANC Ny A sudah bagus
sudah mengikuti standar, karena ini kehamilan kedua, Ny A sangat
berhati-hati agar tidak ada komplikasi yang dialami, hasil lab di
dapatkan bahwa Ny A mengalami anemia ringan. Ny A harus lebih
rutin periksa ANC agar terhindar dari komplikasi.
Menurut Padila (2014), standar minimal kontrol ANC, meliputi : TM I
minimal 1 kali (< 14 minggu), TM II minimal 1 kali (antara minggu 14-
28), TM III minimal 2 kali (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu
ke 36).
Hal ini membuat adanya kesenjangan antara pengkajian yang dilakukan
dengan penelitian yg dilakukan oleh Tuladhar dan Dhakal (2011) dalam
jurnal yang berjudul Impact of Antenatal Care on Maternal and Perinatal

26
utcome: A Study at Nepal Medical College Teaching Hospital menjelaskan
bahwa komplikasi ibu hamil seperti anemia terjadi lebih sering pada wanita
hamil tanpa melakukan ANC secara rutin. Pentingnya melakukan ANC guna
mendeteksi secara dini kesejahteraan ibu dan janin yang dikandungnya.
c. Keluhan selama trimester III
Berdasarkan faktanya pada usia kehamilan 34-35 minggu, Ny A
mengeluh sering sakit kepala menurut penulis keluhan sakit kepala pada ibu
hamil trimester III disebabkan, kurangnya asupan vitamin dan zat besi di
dalam tubuh, sehingga menyebabkan sel darah merah berkurang, semakin
tua
kehamilan maka semakin meningkat kebutuhan sel darah merah dalam
tubuh.
Menurut Proverawati (2011), jika tubuh tidak memiliki cukup zat
besi, tubuh tidak dapat membuat sel-sel darah merah yang di butuhkan
untuk membuat darah ekstra, banyak wanita mengalami defesiensi besi
pada TM II dan TM III.

2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Tekanan darah
Berdasarkan kasus ini tekanan darah Ny A pada usia
kehamilan 34-35 minggu yaitu 110/70 mmHg menurut penulis tekanan
darah Ny A dalam batas normal tekanan darah untuk ibu hamil adalah
110/70-130/90 mmHg, apabila lebih dari 130/90 mmHg ibu akan
mengalami pre-eklampsia namun jika tekanan darah kurang dari normal
maka akan menimbulkan suplai darah dari ibu ke janin akan terhambat
dan janin akan kekurangan asupan oksigen Menurut Padila (2014)
tekanan darah normalnya 100/70 mmHg sampai dengan 130/90 mmHg.
2) Berat Badan
Berdasarkan fakta berat badan Ny A sebelum hamil 50 kg,
pada akhir kehamilan 60 kg, terjadi peningkatan 10 kg menurut penulis
peningkatan berat badan Ny A dalam batas normal, karena selama
kehamilan kebutuhan nutrisi Ny A terpenuhi dan tidak ada yang
menganggu selama proses kenaikan berat badannya seperti mual-

27
muntah. Menurut Sulistyawati (2009) berat badan normal pada trimester
III akan bertambah 0,5 kg/minggu. Penambahan berat badan dari
awal kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 6,5-16,5 kg.
3) Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Berdasarkan faktanya pada saat pemeriksaan ukuran LILA
Ny A 26 cm. Menurut penulis ukuran LILA 26 cm dalam batas normal,
karena selama kehamilan pola nutrisi ibu baik, jadi sudah tidak
dikhawatirkan lagi ibu kekurangan gizi.
Menurut Sulistyawati (2009), LILA normal adalah lebih dari
23,5 cm, merupakan indikator kuat untuk menentukan status gizi
lbu kurang atau buruk

b. Pemeriksaan fisik khusus


Perubahan fisik yang terjadi pada Ny A saat hamil trimester
III, yaitu muka tidak oedem, sklera putih, konjungtiva pucat,
tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tyroid, tidak ada bendungan
vena jugularis, kolostrum sudah keluar, pada perut ibu terjadi
pembesaran membujur.
Menurut penulis, perubahan yang dialami Ny A merupakan
perubahan fisiologis yang di alami oleh setiap ibu hamil, karena setiap
ibu hamil memiliki perubahan yang berbeda-beda. Pemeriksaan fisik
untuk ibu hamil wajib dilakukan untuk menyimpulkan ada atau
tidaknya tanda bahaya dalam kehamilan
Menurut Sulistyawati (2009) perubahan fisiologis yang terjadi
pada ibu hamil trimester III didapatkan tidak ada oedem pada muka,
sklera tidak putih, konjungtiva merah muda, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe dan tyroid, tidak ada bendungan vena jugularis, puting
susu menonjol dan kolostrum sudah keluar, terjadi pembesaran
membujur pada abdomen.

c. Abdomen
Pada Ny A ukuran TFU menurut WHO saat UK 34-35 minggu
pertengahan 2 jari dibawah processus xipoideus, 34-35 letak
penurunan kepala.

28
Menurut penulis ukuran TFU Ny A pada TM III, sesuai
dengan usia kehamilannya. Karena nutrisi ibu sudah baik maka akan
mempengaruhi perkembangan janin yang di kandungnya, janin menjadi
sehat dan perkembangannya menjadi normal sesuai dengan usia
kehamilannya, hal tersebut dapat dilihat Pada TM III bentuk perut ibu
semakin besar dan tinggi fundus uteri ibu otomatis juga akan
meningkat, letak penurunannya juga normal yaitu letak kepala, karena
ibu sering sujud lama saat shalat. Sehingga tidak ada komplikasi saat
kehamilannya.
Menurut Padila (2010) ukuran TFU pada kehamilan 32
pertengahan pusat-px (30cm), kehamilan 36 minggu sekitar 1 jari di
bawah processus xyphoideus (33 cm), kehamilan 40 minggu TFU
turun setinggi 3 jari di bawah processus xphoideus. Menurut Padila
(2010) pada kehamilan trimester ke tiga, pemeriksaan ANC sangat
penting, untuk melihat presentasi atau letak janin dalam rahim ibu.

d. Pemeriksaan penunjang
Pada hasil pemeriksaan Hb pertama Ny. “L” 9,2 g/dl. Menurut penulis
kadar Hb Ny A kurang dari normal, sehingga mengalami anemia ringan,
penyebabnya karena factor nutrisi, kurangnya zat besi yang di komsumsi
dan pola istirahat yang kurang sehinggamenyebabkan anemia, apalagi pada
saat hamil kebutuhan nutrisi bertambah dua kali lipat, dan pola istirahat juga
harus di tingkatkan, agar terhindar dari komplikasi
Menurut penulis Ny A mengalami anemia ringan, Menurut Manuaba
(2010) kadar Hb normal pada ibu hamil adalah 11g/dl.

3. Analisa Data
Analisa data pada Ny A adalah G2P1A0 hamil 34-35 minggu dengan
anemia ringan. Menurut penulis Ny A kehamilan kedua, tidak pernah
mengalami abortus, berdasarkan HPHT : 20 November 2021 sudah sesuai
dengan
tafsiran usia kehamilannya. Pada pemeriksaan ANC pertama di dapatkan
hasil lab yaitu Hb 9,5 g/dl ibu mengalami anemia ringan, karena
kurangnya asupan zat besi atau nutrisi dan pola istirahat yang kurang dan tidak

29
teratur sehingga menyebabkan ibu merasa sakit kepala,
untuk memenuhi kebutuhan janin yang dikandungnya di butuhkan nutrisi
yang baik dan pola istirahat yang lebih.
Menurut Proverawati (2011)Ketika hamil tubuh membuat lebih
banyak darah untuk berbagi dengan bayinya. Jika tubuh tidak memiliki
cukup zat besi, tubuh tidak dapat membuat sel-sel darah merah yang di
butuhkan untuk membuat darah ekstra. Banyak wanita mengalami
defesiensi besi (anemia) pada TM II dan TM III.
Menurut hasil dari penelitian Aksari, S.T & Imanah, N.D.N. (2022),
dalam penelitian ini subjek penelitian mayoritas merupakan ibu hamil trimester
III dengan angka kejadian anemia adalah 17,1%. Untuk mendukung
perkembangan janin selama kehamilan dan mempersiapkan ibu menghadapi
kehamilan dan persalinannya, tubuh ibu akan mengalami perubahan-perubahan
secara fisiologis dimana salah satunya adalah di sistem kardiovaskuler. Jumlah
plasma akan meningkat secara signifikan, dimana puncak peningkatan ini akan
terjadi pada trimester III sejalan dengan peningkatan berat janin yaitu pada usia
kehamilan 34 minggu. Peningkatan jumlah plasma yang tidak sebanding dengan
peningkatan sel darah merah akan berdampak terhadap terjadinya
hemokonsentrasi, penurunan hematokrit dan jumlah eritrosit atau yang disebut
dengan hemodiluasi (Soma-Pillay et al., 2016)
Kondisi anemia dengan konsentrasi hemoglobin yang rendah
menjadikan tidak optimalnya oksigenasi ke organ tubuh ibu termasuk
transportasi ke janin. Anemia defisiensi besi selama kehamilan dikaitkan dengan
peningkatan kejadian berat badan lahir rendah dan resiko kematian ibu dan
perinatal (Liyew et al., 2021; WHO, 2015).
Hasil penelitian Aksari, S.T & Imanah, N.D.N. (2022), menunjukkan
bahwa usia kehamilan berhubungan dengan kejadian anemia. Hal ini didukung
penelitian lain yang dilakukan di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara
tepatnya di Puskesmas Poasia (Susianty, 2017). Penelitian di Jakarta juga
didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia gestasi dengan
anemia selama kehamilan (Harna et al., 2020). Hasil penelitian di Ghana
terhadap 400 ibu hamil juga menunjukkan hasil bahwa prevalensi anemia
meningkat dengan trimester kehamilan. Penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan resiko anemia 4 kali lipat lebih tinggi pada ibu hamil di

30
trimester akhir dibandingkan dengan awal kehamilannya. Selain itu faktor
pengetahuan yang rendah juga memberikan kontribusi terhadap peningkatan
kejadian anemia 3 kali lebih tinggi (Wemakor, 2019).

4. Penatalaksanaan
Berdasarkan faktanya Asuhan yang diberikan untuk melakukan
penatalaksanaan pada Ny A dengan Anemia Ringan. Sebagaimana Asuhan
yang di berikan untuk ibu dengan Anemia Ringan yaitu menjelaskan kepada
ibu tentang resiko kehamilan dengan anemia, menganjurkan ibu ANC
secara rutin dan mengecek HB secara teratur, memberikan tablet Fe, KIE
nutrisi dan istirahat yang cukup.
Menurut pengkaji ibu yang mengalami anemia ringan sangat perlu
penanganan khusus untuk mencegah terjadinya komplikasi yaitu dengan
memberitahu ibu untuk lebih sesering mungkin mengonsumsi makanan yang
banyak mengandung zat besi contohnyasayur bayam, buah bit, buah naga,
kacang-kacangan, daging merah dan lain-lain, memberitahu ibu cara
mengonsumsi tablet Fe secara rutin di minum 1x sehari malam hari sebelum
tidur, ini bertujuan untuk untuk mencegah terjadinya anemia yang lebih berat
yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi.
Menurut Fedilla (2012) Salah satu usaha yang ditetapkan adalah
pemeriksaan kehamilan secara rutin (ANC). Ai Yeyeh
(2010) memotivasi ibu untuk banyak memakan makanan yang
mengandung banyak zat besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-
kacangan, sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam, daun katuk) dan
buah-buahan (jeruk, jambu biji, pisang) dan perhatikan pula pola makan
teratur 3x sehari. Memberikan tablet Fe dengan dosis 1x1 diminum dengan
air putih satu gelas dan sebaiknya diminum menjelang tidur pada malam
hari agar mengurangi efek sampingnya seperti mual dan feses menjadi
merah. Tablet Fe harus diminum teratur setiap hari untuk menambah
darah.

31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan kebidanan kehamilan yang telah dilakukan pada NY A
G2P1A0 usia kehamila 34-35 minggu dengan anemia ringan dapat disimpulkan
1. Pengkajian data subjkektif pada Ny A didapatkan bahwa Ny A mengalami
anemia ringan dikarenakan kurang istirahat dan kurang mengkonsumsi gizi
seimbang
2. Pengkajian data objektif pada Ny A didapatkan pada pemeriksaan mata
konjgungtiva pucat dan Hb 10 g/dL
3. Hasil assessment yang didapatkan pada Ny A G2P1A0 usia kehamilan 34-35
minggu dengan anemia ringan
4. Penatalaksanaan serta evaluasi yang diberikan kepada Ny A adalah memberikan
ibu pendidikan kesehatan tentang pola istrirahat, gizi seimbang, konsumsi tablet
Fe.

B. Saran
1. Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan dapat melakukan pengkajian secara lengkap dengan memantau
pasien sampai dengan soap perkembangan
2. Bagi Klien
Diharapkan pasien mau menerapkan semua penkes yang telah diberikan

32
DAFTAR PUSTAKA

Abidah, N.S & Anggasari Yasi. (2019). Analisis faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di BPM Kusmawati

Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan (Journal of Health Science). Vol 12 No. 2,

hal 99-108

Abu-Ouf, N. M., & Jan, M. M. (2015). The impact of maternal iron deficiency and iron
deficiency anemia on child’s health. Saudi Medical Journal, 36(2), 146– 149.
https://doi.org/10.15537/smj.2015.2.10289
Aksari, S.T & Imanah, N.D.N. (2022). Usia kehamilan sebagai faktor yang
berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil selama pandemi covid 19.
Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol. 13, No.1, hal : 1-9.
Amirudin R, Syam m, Rusnah. 2007. Studi kasus kontrol anemia ibu hamil. Jurnal
Medika Unhas: Jurnal Medika
Breymann, C. (2013). Iron deficiency anemia in pregnancy. Expert Review of
Obstetrics and Gynecology, 8(6), 587–596.
https://doi.org/10.1586/17474108.2013.842683
Fatimah & Ernawati, S. (2015). Pelaksanaan antenatal care berhubungan dengan
anemia pada kehamilan trimester III di Puskesmas Sedayu I Yogyakarta. Jurnal
Ners dan Kebidanan Indonesia (JNKI). Vol. 3, No. 3, hal 134-139.
Garzon, S., Cacciato, P. M., Certelli, C., Salvaggio, C., Magliarditi, M., & Rizzo, G.
(2020). Iron deficiency anemia in pregnancy: Novel approaches for an old
problem. Oman Medical Journal, 35(5), 1–9.
https://doi.org/10.5001/omj.2020.108
Green, C.J., dan Judith, M.W. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal dan
Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.
Harna, Muliani, E. Y., Sa’pang, M., Dewanti, L. P., & Irawan, A. M. A. (2020).
Prevalensi Dan Determinan Kejadian Anemia Ibu Hamil .Prevalence and
Determinant of Anemia Pregnant Women. JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan), 4(2),
78–83.
Liyew, A. M., Tesema, G. A., Alamneh, T. S., Worku, M. G., Teshale, A. B., Alem, A.
Z., Tessema, Z. T., & Yeshaw, Y. (2021). Prevalence and determinants of

33
anemia among pregnant women in East Africa; A multi-level analysis of recent
demographic and health surveys. PLoS ONE, 16(4 April 2021), 1–15.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0250560
Nurhidayati, A., & Erlyn, H. (2014). Hb Pada Ibu Hamil DiBPS Suratini Suwarno
Surakarta. Jurnal KesMaDaSka.
Patel, A., Prakash, A. A., Das, P. K., Gupta, S., Pusdekar, Y. V., & Hibberd, P. L.
(2018). Maternal anemia and underweight as determinants of pregnancy
outcomes: Cohort study in eastern rural Maharashtra, India. BMJ Open, 8(8),
1–15. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2018-021623
Tampubolon Rifatolistia , Panuntun Bagus, L. F. (2021). Identifikasi Faktor-Faktor
Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku
Tengah. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 3(4), 489–505.
Roosleyn, I.P.T. (2016). Strategi Dalam Penanggulangan Pencegahan Anemia Pada
Kehamilan. Jurnal Ilmiah Widya. Vol. 3, No. 3, hal : 1-9.
Samuel, T.M., Tinku, T., Julia, F., Ronald, B., Ramya, R., Suvi, M.V., Krishnamachari,
S., Anura, V.K., & Christopher, D. (2013). Correlates Of Anemia In Pregnant
Urban South Indian Women: A Possible Role Of Dietary Intake Of Nutritients
That Inhibit Iron Absorption. Public Health Nutrition. Vol. 16, No. 2, hal : 316-
324.
Soma-Pillay, P., Nelson-Piercy, C., Tolppanen, H., & Mebazaa, A. (2016).
Physiological changes in pregnancy. Cardiovascular Journal of Africa, 27(2),
89–94. https://doi.org/10.5830/CVJA-2016-021
Sukarni, I.K., & Margareth, Z.H. (2013). Kehamilan, Persalinan dan Nifas.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Susianty. (2017). Hubungan usia kehamilan dan paritas dengan kejadian anemia pada
ibu hamil di Puskesmas Poasia Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun
2016. Skripsi, POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI.
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/433/1/SKRIPSI SUSIANTY.pdf
Thankachan. 2008. Iron Absorbtion in Young India Women : the Interaction of
Iron Status With the Influence of Tea and Ascorbic Acid. The American
Journal of Clinical Nutrition, 87 (4) : 881- 886
Tuladhar & Dhakal (2011) Impact of Antenatal Care on Maternal and Perinatal utcome:
A Study at Nepal Medical College Teaching Hospital. Journal of Obstetrics and
Gynaccology. Vol. 6. Issue 2. Pages 37-43

34
Wemakor, A. (2019). Prevalence and determinants of anaemia in pregnant women
receiving antenatal care at a tertiary referral hospital in Northern Ghana. BMC
Pregnancy and Childbirth, 19(1), 1–11. https://doi.org/10.1186/s12884-019-
2644-5
Yohana., Yovita., & Yessica. (2010). Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : Garda Media.
Yukiastuti, E., Tutiana, A., Syahlani, A. 2014. Hubungan Pendidikan Dan Paritas Ibu
Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil. Jurnal Dinamika kesehatan Vol.14.

35

Anda mungkin juga menyukai