Anda di halaman 1dari 140

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA NY. T G2P1A0 DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN


DIANY SARIPUDIN, AMD.KEB KOTA CIMAHI
TAHUN 2022

KOMPREHENSIF

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Ahli Madya

DESI SARIPUDIN
2119083

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WHO (2019) Angka Kematian Ibu (maternal mortality rate)


merupakan jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan, dan
pasca persalinan yang dijadikan indikator derajat kesehatan perempuan. Angka
Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai
usia tepat 1 tahun yang dinyatakan per 1000 kelahiran hidup (UNICEF, 2020).
Berdasarkan data dari World Heath Organization (WHO) tahun 2018 AKI
diseluruh dunia pada tahun 2015 diperkirakan 216/100.000 kelahiran hidup dan
Angka Kematian Neonatal turun 47 % antara tahun 1990-2015, yaitu dari 36/1000
kelahiran hidup menjadi 18,6/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (WHO,
2018). Kematian ibu dan bayi masih banyak terjadi di Negara berkembang sebesar
99%. Di Asia Tenggara AKI tertinggi pada tahun 2015 terdapat di negara Laos
yaitu 357/100.000 kelahiran hidup, dan secara keseluruhan AKI di Negara
ASEAN yaitu 197/100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2015, AKB di Negara
ASEAN yaitu 20/1000 kelahiran hidup. Dalam hal ini AKI dan AKB telah
melampaui target yaitu AKI 72/100.000 kelahiran hidup dan AKB 19/1000
kelahiran hidup. (WHO, 2018)

Menurut Ketua Komite Ilmiah International Conference on Indonesia Family


Planning and Reproductive Health (ICIFPRH), Meiwita Budhiharsana, hingga
tahun 2019 AKI Indonesia masih tetap tinggi, yaitu 305 per 100.000 kelahiran
hidup. Padahal, target 13 Vol. XI, No.24/II/Puslit/Desember/2019 AKI Indonesia
pada tahun 2015 adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup. (Susiana, 2019). Hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 dilaporkan AKB
di Indonesia masih tetap tinggi yaitu 24 per 1.000 kelahiran hidup (KH), namun
target yang diharapkan dapat menurunkan AKB menjadi 16 per 1.000 kelahiran
hidup di tahun 2024 (Kemenkes RI, 2020). Jumlah kematian ibu per kabupaten/
kota provinsi jawa barat periode bulan januari – juli tahun 2020 sebesar 416
kasus, jumlah kasus kematian ini hampir sama dengan tahun 2019 (417), namun
pada tahun 2020 ini masih cenderung ada kenaikan karena belum semua kab/kota
melaporkan kematian ibu. Tahun 2019- 2020, kasus kematian ibu tertinggi ada di
Kabupaten Bogor. Penyebab kematian ibu masih didominasi oleh perdarahan 28%
dan hipertensi 29%, meskipun penyebab lain-lain juga masih tinggi yaitu 24%
(Dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2020). Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat memaparkan jumlah kematian ibu per kabupaten/ kota provinsi jawa barat
periode bulan januari – juli tahun 2020 sebanyak 1.649 kasus, meningkat
dibandingkan tahun 2019 pada periode yang sama yaitu sebesar 1.575 kasus.
Proporsi kematian bayi 81% adalah kematian neonatal, 19% adalah kematian post
neonatal (29hr –11 bulan). Penyebab kematian neonatal tertinggi BBLR 42% dan
Asfiksia 29%. Sedangkan pada post neo, tertinggi akibat penyebab lain-lain 60%
dan pneumonia 23%. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat memaparkan Ratio
kematian ibu–bayi provinsi jawa barat berdasarkan jumlah kasus kematian bulan
januari-agustus 2020 di kabupaten bekasi untuk angka kematian ibu sebanyak 17
kasus dengan rasio kematian ibu 32,95. Sedangkan untuk angka kematian bayi
sebanyak 14 kasus dengan ratio kematian bayi yaitu 0,27. Lima penyebab
kematian ibu terbesar di Indonesia diantaranya adalah karena hipertensi dalam
kehamilan (Kementrian Kesehatan RI, 2018). Pada tahun 2018 target AKI yang
telah ditetapkan dalam Renstra Dinas Kesehatan 2017-2022 sebesar 102 /100.000
KH. Sementara itu hasil capaian untuk AKI di tahun 2018 sebesar 102.16
/100.000 KH atau ada 11 kasus kematian ibu dari 10.767 Kelahiran Hidup yang
terjadi di Kota Cimahi. Jumlah kematian pada bayi di Kota Cimahi tahun 2018
yang terlaporkan sebanyak 50 kasus dari 10.767 KH atau bila di konversikan
maka Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 4.18 per 1000 KH. Angka Kematian
Bayi tahun 2018 berada di bawah target Renstra 7.12 per 1000 KH, target
Nasional dan SDGs yaitu 23/1000 KH. Jumlah kasus kematian bayi ditahun 2018
mengalami penurunan, jauh lebih rendah dari jumlah kematian bayi yang terjadi
pada 5 (lima) tahun terakhir. Adapun penyebab kematian bayi yang terjadi di
tahun 2018 antara lain karena Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 13
kasus, Asfiksia 12 kasus, Kelainan kongenital 10 kasus, Aspirasi 2 kasus, Infeksi
7 kasus, diare 2 kasus, dan kasus lainnya seperti kejang 1 kasus, immature 1
kasus, icterus 1 kasus dan TB paru 1 kasus. (Dinkes Kota Cimahi, 2018)

Usia adalah bagian yang sangat penting dari status reproduksi. Usia ini
dikaitkan pada peningkatan atau penurunan fungsi tubuh, sehingga sangat
mempengaruhi status kesehatan bagi seseorang. Penyebab kematian maternal
yaitu salah satunya adalah usia ibu, usia ibu yang aman untuk kehamilan dan
persalinan yaitu pada usia 20 sampai 30 tahun. Salah satu factor penyebab
hipertensi pada kehamilan yaitu ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun atau
ibu hamil yang berusia lebih dari 35 tahun lebih berisiko tinggi mengalami
hipertensi pada kehamilan dibandingkan ibu hamil yang berusia normal sekitar
20-30 tahun (Susi Sriwahyuni, et al. 2020). Usia ibu merupakan salah satu factor
risiko yang berhubungan dengan kualitas kehamilan atau berkaitan dengan
kesiapan ibu dalam reproduksi. Pada ibu dengan usia kurang dari 20 tahun,
perkembangan alat–alat reproduksi belum matang sehingga sering timbul
komplikasi persalinan, sedangkan pada ibu dengan usia lebih dari 35 tahun, mulai
terjadi regresi sel–sel tubuh. (Wiknjosastro 2012)

Pada usia ≥ 35 tahun organ kandungan menua jalan lahir tambah kaku, ada
kemungkinan besar ibu hamil mendapat anak cacat, terjadi persalinan macet dan
perdarahan. Umur ibu juga mempengaruhi kapasitas tropiknya, sehingga pada ibu
dengan umur lebih tua cenderung mempunyai bayi yang berat badannya lebih
rendah. Selain itu hal yang paling dikhawatirkan jika usia ibu diatas 35 tahun ialah
kualitas sel telur yang di hasilkan juga tidak baik. Ibu yang hamil pada usia ini
punya resiko 4 kali lipat di banding sebelum usia 35 tahun. Kehamilan pada usia >
35 tahun dapat juga terjadi hipertensi. Insiden hipertensi yang makin meningkat
dengan bertambahnya usia. Arteri akan kehilangan elastisitas atau kelenturan
sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku.
Terjadinya preeklamsi pada kehamilan dengan usia terlalu tua karena kesehatan
ibu sudah menurun, banyaknya penyakit, system imun sudah menurun, asupan
makanan tidak dijaga. Pada usia >35 tahun, otot-otot dasar panggul tidak elastis
lagi sehingga mudah terjadi komplikasi baik saat hamil maupun persalinan seperti
pre-eklampsi,hipertensi, diabetes mellitus, anemia yang juga dapat mengakibatkan
kelahiran prematur atau BBLR. (Wiknjosastro 2012)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah sebagai


berikut Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. T Usia 38 Tahun
G2P1A0 Di Praktik Mandiri Bidan Diany Saripudin Kota Cimahi Tahun 2022.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu
hamil dengan kehamilan trimester III, persalinan, nifas dan bayi baru lahir
dengan menggunakan metode Varney dan pendokumentasian SOAP.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Penulis mampu melakukan pengkajian subjektif pada ibu dan bayi
Ny. T dalam kehamilan trimester III, persalinan, nifas dan bayi baru
lahir.
2. Penulis mampu melakukan pengkajian objektif pada ibu dan bayi
Ny. T dalam kehamilan trimester III, persalinan, nifas dan bayi baru
lahir
3. Penulis mampu melakukan analisa pada ibu dan bayi Ny. T dalam
kehamilan trimester III, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
4. Penulis mampu melakukan pelaksanaan pada ibu dan bayi Ny. T
dalam kehamilan trimester III, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
5. Penulis mampu melaksanakan pendokumentasian pada ibu dan bayi
Ny. T dalam kehamilan trimester III, persalinan, nifas dan bayi baru
lahir.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan,
kesehatan dan khususnya kebidanan yang dititik beratkan pada asuhan selama
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Penulis
Memberikan pengalaman bagi penulis untuk dapat melakukan
asuhan kebidanan secara komprehensif dari masa kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
2. Bagi Institusi
Memberikan pendidikan, pengalaman dan kesempatan bagi
mahasiswa dalam melakukan asuhan kebidanan komprehensif,
sehingga dapat menumbuhkan dan menciptakan bidan yang
terampil dan professional.
3. Bagi Lahan Praktek
a) Sebagai salah satu gambaran pelaksanaan pelayanan kesehatan
asuhan kebidanan
b) Sebagai bahan pertimbangan untuk pemberian asuhan
kebidanan selanjutnya yang lebih baik di masa yang akan
datang.
4. Bagi Pasien dan Keluarga
Dapat menjadi sumber informasi dan motivasi yang bermanfaat
untuk pasien bahwa pentingnya untuk melakukan pemeriksaan dan
pemantauan kesehatan khususnya dalam asuhan kebidanan pada
masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Kehamilan
2.1.1 Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan proses normal yang menghasilkan serangkaian
perubahan fisiologis dan psikologis pada wanita hamil. Kehamilan menyebabkan
perubahan yang besar dalam tubuh seorang perempuan. Perubahan tersebut
dimulai segera setelah pembuahan dan berlanjut selama kehamilan, dan sebagian
besar terjadi sebagai respon terhadap rangsangan fisiologis yang ditimbulkan
oleh janin dan plasenta (Cunningham et al, 2013).
Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan yang
terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis, bukan
patologis. Oleh karena itu asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang
meminimalkan intervensi atau campur tangan. Bidan harus memfasilitasi proses
alamiah dari kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis
yang tidak terbukti manfaatnya, seperti memberikan multivitamin pada semua
ibu tanpa mempertimbangkan apakah kebutuhan nutrisi ibu sudah tercukupi atau
memang belum tercukupi sehingga memerlukan suplemen mikronutrien
(Widatiningsih, 2017).

2.1.2 Tujuan Asuhan Kehamilan


Tujuan utama ANC adalah menurunkan/ mencegah kesakitan dan
kematian maternal dan perinatal. Adapun tujuan khususnya adalah:
1. Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu dan
perkembangan bayi yang normal.
2. Deteksi dini penyimpangan dari normal yang memberikan
penatalaksanaan yang diperlukan.
3. Membina hubungan saling percaya ibu-bidan dalam rangka
mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional dan logis
untuk menghadapi persalinan serta kemungkinan adanya komplikasi.
4. Menyiapkan ibu untuk menyusui, nifas dengan baik.
5. Menyiapkan ibu agar dapat membesarkan anaknya dengan baik secara
fisik, psikis dan sosial (Widatiningsih, 2017).
2.1.3 Standar Asuhan Kehamilan
Kebijakan Program Asuhan Antenatal menurut World Health
Organisation (WHO) tahun 2016, merekomendasikan untuk Kunjungan
Antenatal Care (ANC) minimal 8 kali. Kunjungan pertama pada trimester I: 1
kali di umur kehamilan 0-12 minggu, kunjungan pada trimester II: 2 kali di umur
kehamilan 20 dan 26 minggu, kunjungan pada trimester III: 5 kali di umur
kehamilan 30, 34, 36, 38, 40 minggu. (WHO, 2016)
Dalam kebijakan Kemkes RI (2020) merekomendasikan pada kehamilan
normal Kunjungan Antenatal Care (ANC) minimal 6 kali dengan rincian berikut:
Tabel 2.1 Kunjungan Pemeriksaan Antenatal
Trimester Jumlah minimal Waktu kunjungan yang
kunjungan dianjurkan
I 2x Sebelum minggu ke 12
II 1x Antara minggu ke 24-28
III 3x Antara minggu 30-38
Sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2020
Menurut permenkes 2019, setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar. Standar kualitas yaitu pelayanan antenatal yang
memenuhi 10 T, meliputi:
a. Pengukuran berat badan.
b. Pengukuran tekanan darah.
c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
d. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
e. Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ).
f. Pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi.
g. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet.
h. Tes Laboratorium.
i. Tatalaksana/penanganan kasus.
j. Temu wicara (konseling).

2.1.4 Kunjungan Ulang Kehamilan


Menurut Sutanto (2018).Yang dimaksud dengan kunjungan ulang yaitu
setiap kunjungan pemeriksaan antenatal yang dilakukan setelah kunjungan
pemeriksaan antenatal pertama. Kunjungan ulang lebih diarahkan untuk
mendeteksi komplikasi-komplikasi, mempersiapkan kelahiran, dan mendeteksi
kegawat daruratan, pemeriksaan fisik yang terarah serta penyuluhan bagi ibu
hamil.
1. Riwayat kehamilan sekarang
a. Gerakan janin
b. Setiap masalah atau tanda bahaya
c. Keluhan-keluhan lazim dalam kehamilan
d. Kekhawatiran-kekhawatiran lain
2. Pemeriksaan fisik
a. Berat badan
b. Tekanan darah
c. Pengukuran tinggi fundus uteri (setelah kehamilan 12 minggu
dengan palpasi, setelah kehamilan 22 minggu dengan pita ukuran)
d. Maneuver leopold untuk seleksi kedudukan abnormal (setelah
kehamilan 36 minggu)
e. Menghitung taksiran berat badan janin
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Khususnya terhadap protein dan urin
b. Pemeriksaan laboratorium lainnya dilakukan bilamana ada indikasi

2.1.5 Ketidaknyaman Kehamilan Trimester III


1. Sering Berkemih
Mekanisme terjadinya keluhan sering berkemih dikeluhkan sebanyak
60% oleh ibu selama kehamilan akibat dari meningkatnya laju Filtrasi
Glomerolus. Dilaporkan 59% terjadi pada trimester pertama, 61% pada
trimester dua dan 81% pada trimester tiga. Keluhan sering berkemih karena
tertekannya kandung kemih oleh uterus yang semakin membesar dan
menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang serta frekuensi berkemih
meningkat (Irianti, 2015).
Menjelang akhir kehamilan, pada nulipara presentasi terendah sering
ditemukan ja kan dasar kandung kemih ter dorong ke depan dan ke atas,
mengubah permukaan yang semula konveks menjadi konkaf akibat tekanan
(Irianti, 2015).
Asuhan kebidanan :
Dalam menangani keluhan ini, bidan dapat menjelaskan pada ibu bahwa
sering berkemih merupakan hal normal akibat dari perubahan yang terjadi
selama kehamilan, menganjurkan ibu mengurangi asupan cairan 2 jam
sebelum tidur agar istirahat ibu tidak akan terganggu (Irianti, 2015).
2. Gangguan Tidur dan Mudah Lelah
Mekanisme terjadinya keluhan: dalam sebuah penelitian terbaru oleh
National Sleep Foundation, lebih dari 79% wanita hamil mengalami
ketidakteraturan dalam tidurnya. Gangguan tidur dan sering lelah adalah
salah satu keluhan yang paling sering dilaporkan oleh ibu hamil. Rata-rata
60% dari ibu hamil merasakan sering lelah pada akhir trimester dan lebih
dari 75 % mengeluhkan gangguan tidur (Irianti, 2015).
Pada trimester III, hampir semua wanita mengalami gangguan tidur.
Cepat lelah pada kehamilan disebabkan oleh nokturia (sering berkemih di
malam hari), terbangun di malam hari dan mengganggu tidur yang nyenyak.
Dari beberapa penelitian menyatakan bahwa cepat lelah pada ibu hamil
dikarenakan tidur malam yang tidak nyenyak karena terbangun tengah
malam untuk berkemih (Irianti, 2015).
Wanita hamil yang mengalami insomnia disebabkan ketidaknyamanan
akibat uterus yang membesar, ketidaknyamanan lain selama kehamilan dan
pergerakan janin, terutama jika janin aktif (Irianti, 2015).
Asuhan kebidanan
a. Mandi air hangat
b. Minum air hangat, contohnya susu sebelum tidur
c. Lakukan aktivitas yang tidak menimbulkan stimulus sebelum tidur
3. Nyeri Perut Bawah
Nyeri perut bawah dikeluhkan oleh sebagian besar ibu hamil. Keluhan ini
dapat bersifat fisiologis dan beberapa lainnya merupakan tanda adanya
bahaya dalam kehamilan. Secara normal, nyeri perut bawah dapat
disebabkan oleh muntah yang berlebihan dan konstipasi yang dialami oleh
sebagian besar ibu dalam kehamilannya. Nyeri ligamentum, torsi uterus
yang parah dan adanya kontraksi Braxton-Hicks juga mempengaruhi
keluhan ibu terkait dengan nyeri pada perut bagian bawah (Irianti, 2015).
Torsi uterus yang parah biasanya dapat diatasi dengan tirah baring,
mengubah posisi ibu agar uterus yang mengalami torsi dapat kembali ke
keadaannya semula tanpa harus diberikan manipulasi. Pemberian analgesik
dalam hal ini harus mendapatkan pemantauan dari bidan atau dokter (Irianti,
2015).
2.1.6 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III
Secara umum tanda-tanda bahaya pada kehamilan menurut (Sutanto,
2018) dirangkum dalam tabel berikut :
Tanda-Tanda Bahaya Penjelasan Pengumpulan Data
Bengkak/ Oedema pada Sebagian ibu hamil  Tanyakan pada ibu
muka atau tangan mengalami apakah ia mengalami
bengkak/oedema yang sakit kepala atau
normal pada kaki, masalah penglihatan
biasanya muncul pada  Periksa bengkak
sore hari dan hilang  Ukur tekanan darah
setelah istirahat atau dan protein urin
menaikkan kaki lebih  Periksa hemoglobin
tinggi. (atau warna
Bengkak bisa konjungtiva/ telapak
menunjukkan adanya tangan) dan tanyakan
masalah serius jika tanda/ gejala lain dari
muncul pada muka dan anemia
tangan, tidak hilang
setelah beristirahat dan
diikuti dengan keluhan
fisik lainnya. Hal ini bisa
merupakan gejala
anemia, gagal jantung
atau preeklamsia.
Nyeri abdomen yang Nyeri abdomen yang  Tanyakan pada ibu
hebat tidak berhubungan karakteristik dan
dengan persalinan adalah kapan terjadi nyeri,
tidak normal. Nyeri seberapa hebat, kapan
abdomen yang dapat mulai dirasakan, dll.
mengancam jiwa adalah  Tanyakan pada ibu
nyeri yang hebat, apakah ada muntah,
menetap, dan tidak
hilang setelah istirahat. diare, demam
Hal ini bisa disebabkan  Ukur tekanan darah,
karena appendicitis, suhu, nadi
kehamilan ektopik,  Lakukan pemeriksaan
aborsi, radang pelvic, luar, pemeriksaan
persalinan pre-term, dalam, raba nyeri
gastritis, penyakit abdomen atau
kandung empedu, iritasi rebound tenderness,
uterus, abrupsi plasenta, periksa nyeri sudut
STIs, infeksi saluran costovertebral
kemih atau infeksi lain  Periksa protein urine

Berkurangnya gerakan Ibu mulai merasakan Jika bayi tidak bergerak,


janin gerakan bayinya mulai tanyakan pada ibu:
bulan ke-5 atau ke-6,  Kapan terkahir
kadang lebih awal bayinya bergerak?
Pada saat bayi tidur,  Raba gerakan bayi
gerakannya akan  Dengarkan denyut
melemah jantung bayi
Bayi harus bergerak  Anjurkan ibu untuk
paling sedikit 3 kali memeriksa gerakan
dalam 3 jam setiap hari mulai
Gerakan bayi akan lebih kehamilan 32 minggu
mudah terasa bila ibu sampai saat
berbaring atau persalinan
beristirahat dan jika ibu  Bila gerakan
makan atau minum berkurang selama 2
dengan baik hari berturut-turut
segera periksa

Perdarahan pervaginan Perdarahan pervaginam  Minta ibu


dalam kehamilan cukup menyebutkan
normal. Pada masa awal karakteristik
kehamilan, ibu mungkin perdarahannya kapan
akan mengalami mulal, berapa banyak,
perdarahan atau spotting. bagaimanal
Perdarahan ini adalah warnanya, apakah
perdarahan implantasi, bergumpal, dil
dan merupakan keadaan  Tanyakan pada Ibu
normal. apakah la merasa
Pada waktu lain dalam nyeri/sakit ketika
kehamilan, perdarahan mengalami
kecil mungkin tanda dari pendarahan tersebut
'friable cervix.  Periksa tekanan
Perdarahan semacam ini darah, suhu, nadi dan
bisa normal atau denyut jantung janin.
mungkin suatu tanda  Lakukan pemeriksaan
adanya infeksi. eksternal, rabat
Pada awal kehamilan, apakah ada nyeri
perdarahan yang tidak abdomen bagian
normal adalah yang bawah, lakukan
merah. perdarahan yang pemeriksaan
banyak, atau perdarahan psekulum (jika
yang sangat memungkinkan)
menyakitkan,  Jangan melakukan
Perdarahan ini bisa pemeriksaan vagina
karena aborsi, kehamilan pada perdarahan tri
molar, atau kehamilan semester tiga
ektopik.

Pada akhir kehamilan.


peradarahan yang tidak
normal adalah merah,
jumlahnya banyak dan
kadang-kadang tetapi
tidak selalu, disertai
dengan rasa nyeri.
Perdarahan semacam ini
bisa disebabkan karena
plasenta previa atau
abrupsi plasenta
Sakit kepala hebat Sakit kepala selama  Tanyakan pada ibu
kehamilan merupakan apakah ia mengalami
hal yang umum, edema pada
seringkali merupakan muka/tangan atau
keluhan yang normal masalah penglihatan
dalam kehamilan. Sakit  Periksa tekanan
kepala yang ENDO darah, protein
menunjukkan suatu urine,refleks dan
masalah yang serius edema/bengkak
adalah sakit kepala hebat  Periksa suhu dan jika
yang menetap dan tidak tinggi, pikirkan untuk
hilang dengan melakukan
beristirahat. Kadang- permeriksaan darah
kadang dengan sakit guna mengetahui
kepala yang hebat adanya parasit
tersebut, ibu dapat malaria
menemukan
penglihatannya menjadi
kabur atau kepala
berbayangan. Sakit
kepala hebat dalam
kehamilan merupakan
gejala dan preeklamsia.
Penglihatan kabur Karena pengaruh Periksa tekanan darah,
hormonal. ketajaman protein urine, refleks dan
penglihatan ibu dapat edema
berubah dalam
kehamilan. Perubahan
yang kecil adalah
normal. Masalah
penglihatan yang
menunjukkan keadaan
yang mengancam jiwa
adalah perubahan
penglihatan mendadak,
misalnya pandangan
kabur atau
berbayang/berbintik-
bintik Perubahan
penglihatan ini mungkin
disertai dengan sakit
kepala yang hebat.
Perubahan penglihatan
mendadak mungkin
merupakan suatau tanda
preeklamsia

2.1.7 Kehamilan Dengan Faktor Risiko


Kriteria kehamilan risiko tinggi (KRT) menurut (Widatiningsih, 2017)
sebagai berikut:
1. Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan
untuk terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada
masa mendatang, seperti kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak
nyamanan, atau ketidak puasan (5K) pada ibu dan bayi. Ukuran risiko
dapat dituangkan dalam bentuk angka disebut SKOR. Digunakan angka
bulat, sebagai angka dasar yaitu 2, 4 dan 8 pada tiap faktor untuk
membedakan risiko yang rendah, risiko menengah, risiko tinggi.
Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi tiga kelompok, yaitu:
a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2, yaitu
kehamilan tanpa masalah/faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan
besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup.
sehat.
b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10, yaitu:
kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu
maupun janinnya yang memberi dampak kurang menguntungkan
baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko kegawatan tetapi
tidak darurat.
c. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12,
yaitu kehamilan dengan faktor risiko:
1) Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan
darurat bagi jiwa ibu dan atau bayinya, membutuhkan di rujuk
tepat waktu dan tindakan segera untuk penanganan adekuat
dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.
2) Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko
kegawatannya meningkat, yang membutuhkan pertolongan
persalinan di rumah sakit oleh dokter Spesialis.
Data statistik memperlihatkan kenyataan bahwa kehamilan yang sehat
mencapai persentase 85%. Selebihnya merupakan porsi kehamilan
berisiko dimana 10% kehamilan berisiko tinggi dan 5% kehamilan dengan
risiko sangat tinggi.
2. Batasan Faktor Risiko/Masalah
a. Ada Potensi Gawat Obstetri/APGO (kehamilan yang perlu
diwaspadai)
1) Primi muda
Ibu hamil pertama pada umur ≤ 20 tahun, rahim dan panggul
belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan
keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Selain itu
mental ibu belum cukup dewasa. Bahaya yang mungkin terjadi
antara lain: bayi lahir belum cukup umur dan perdarahan bisa
terjadi sebelum atau sesudah bayi lahir.
2) Primi tua
Seorang wanita yang telah mencapai usia 35 tahun atau lebih
pada saat hamil pertama. Pada usia tersebut mudah terjadi
penyakit pada ibu dan organ kandungan yang menua, jalan lahir
juga tambah kaku. Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil
mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet dan
perdarahan.
3) Anak terkecil < 2 tahun
Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari
2 tahun. Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup
istirahat sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyulit seperti
keguguran, anemia, gangguan kekuatan kontraksi, kelainan letak
dan posisi janin. Ada kemungkinan ibu masih menyusui. Selain
itu anak masih butuh asuhan dan perhatian orang tuanya,
4) Primi tua sekunder
Ibu hamil dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu. Ibu
dalam kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi
persalinan yang pertama lagi. Bahaya yang dapat terjadi seperti
persalinan dapat berjalan tidak lancar dan perdarahan pasca
persalinan.
5) Grandemultipara
Ibu pernah hamil/melahirkan 4 kali atau lebih. Karena ibu sering
melahirkan maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan:
kesehatan terganggu, kekendoran pada dinding perut, perut
menggantung, kekendoran dinding rahim. Bahaya yang dapat
terjadi:
(a) Kelainan letak, persalinan letak lintang
(b) Robekan rahim pada kelainan letak lintang
(c) Persalinan lama
(d) Perdarahan pasca persalinan
6) Umur 35 tahun atau lebih
Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, di mana pada usia
tersebut terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan
jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu ada kecenderungan
didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat
terjadi:
(1) Tekanan darah tinggi dan pre-eklamsia
(2) Ketuban pecah dini
(3) Persalinan tidak lancar/macet
(4) Perdarahan setelah bayi lahir

2.2 Persalinan
2.2.1 Definisi Persalinan
Pelahiran bayi adalah periode dari awitan kontraksi uterus yang regular
sampai ekspulsi plasenta. Proses terjadinya hal ini secara normal disebut
persalinan (labor) suatu istilah yang pada konteks obstetric mengambil beberapa
konotasi dari bahasa inggris. Menurut New Shorter Oxford English Dictionary
(1993), toil, trouble, suffering, bodily exertion, especially when painful, and an
outcome of work merupakan karakteristik persalinan dan terlihat dalam proses
persalinan. Konotasi tersebut, seluruhnya, tampaknya sesuai dan menekankan
perlunya tenaga medis untuk mendukung kebutuhan perempuan yang sedang
bersalin, terutama dalam peredaan nyeri secara efektif. (Cuningham dkk, 2014).
Dalam pengertian sehari-hari persalinan sering diartikan serangkaian
kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri).
(Kurniarun, 2016)
2.2.2 Macam-Macam Persalinan
Macam-macam persalinan (Kurniarun,2016) adalah sebagai berikut:
1.Persalinan Spontan
Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, melalui
jalan lahir ibu tersebut.
2.Persalinan Buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi forceps,
atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.
3.Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung
setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.
2.2.3 Persalinan Berdasarkan Umur Kehamilan
Persalinan berdasarkan umur kehamilan (Kurniarun,2016):
1. Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi
dengan berat badan kurang dari 500 gr.
2. Partus immaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu atau
bayi dengan berat badan antara 500 gram dan 999 gram.
3. Partus prematurus
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau
bayi dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499 gram.
4. Partus maturus atau a’terme
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu atau
bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih.
5. Partus postmaturus atau serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu.
2.2.4 Sebab-Sebab Mulainya Persalinan
Menurut (Kurniarun,2016) sebab mulainya persalinan belum diketahui
dengan jelas. Agaknya banyak faktor yang memegang peranan dan bekerjasama
sehingga terjadi persalinan. Beberapa teori yang dikemukakan adalah:
penurunan kadar progesteron, teori oxitosin, keregangan otot-otot, pengaruh
janin, dan teori prostaglandin. Beberapa teori yang menyebabkan mulainya
persalinan adalah sebagai berikut :
1. Penurunan Kadar Progesteron
Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan
antara kadar progesterone dan estrogen dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan
kadar progesteron menurun sehingga timbul his.
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana
terjadi penimbunan jaringan ikat, dan pembuluh darah mengalami penyempitan
dan buntu. Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim
lebih sensitive terhadap oxitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi
setelah tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu.
2. Teori Oxitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot
rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Di akhir kehamilan
kadar progesteron menurun sehingga oxytocin bertambah dan meningkatkan
aktivitas otot-otot rahim yang memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat
tanda-tanda persalinan.
3. Keregangan Otot-otot.
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
Seperti halnya dengan Bladder dan Lambung, bila dindingnya teregang oleh isi
yang bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian
pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot
dan otot-otot rahim makin rentan. Contoh, pada kehamilan ganda sering terjadi
kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses persalinan.
4. Pengaruh Janin
Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan
karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa, karena tidak
terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturasi
janin, dan induksi (mulainya ) persalinan.
5. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga
menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan
menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena,
intra dan extra amnial menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur
kehamilan. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi
otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat keluar. Prostaglandin dapat dianggap
sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal ini juga didukung dengan adanya
kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun daerah perifer
pada ibu hamil, sebelum melahirkan atau selama persalinan.

2.2.5 Tujuan Asuhan Persalinan


Tujuan Asuhan Persalinan adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan
mencapai derajad kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai
upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal dengan asuhan
kebidanan persalinan yang adekuat sesuai dengan tahapan persalinan sehingga
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
optimal. (Kurniarun,2016)
Dengan pendekatan – pendekatan seperti itu berarti bahwa setiap
intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus
mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi
tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan. (Amelia dan
Cholifah, 2019)
Menurut (Amelia dan Cholifah, 2019) Ada lima aspek dasar atau LIMA
BENANG MERAH, yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan
yangbersih dan aman. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan,
baik normal maupun patologis. LIMA BENANG MERAH tersebut adalah :
1. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan yang akan
digunakan untuk merencanakan arahan bagi Ibu dan bayi baru lahir :
Tujuh langkah dalam membuat keputusan klinik :
a. Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan.
b. Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah.
c. Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi.
d. Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengatasi
masalah.
e. Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi
masalah.
f. Memantau efektifitas asuhan atau intervensi.
g. Mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi.

2. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi


Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai
budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip
dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses
persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu
selama proses persalinan akan mendapatkan rasa aman dan
keluaranyang lebih baik. Juga mengurangi jumlah persalinan dengan
tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan persalinan akan
berlangsung lebih cepat.

Asuhan sayang ibu dan bayi yang dapat diberikan oleh bidan adalah
dengan menanyakan pada diri kita sendiri “Bagaimanakah bila hal
tersebut atau masalah tersebut terjadi pada saya sendiri atau terjadi pada
keluarga saya”. Persalinan merupakan proses alami atau fisiologis.
Setiap perempuan yang menginginkan kehamilan dan bayinya, pastilah
akan melalui suatu proses persalinan. Tanpa seorang penolong, proses
persalinan tetap dapat berlangsung. Namun, yang menjadi
permasalahan adalah apakah proses persalinan tersebut berjalan sesuai
yang diharapkan, yang berarti apakah ibu dan bayi dapat terselamatkan?
Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
terjadi dalam persalinan, maka diperlukan peran seorang bidan yang
dapat menurunkan kematian ibu dan bayinya. Mengingat bahwa
persalinan merupakan suatu proses yang alami, maka jika tidak ada
indikasi, bidan diharapkan tidak melakukan intervensi yang tidak perlu
terutama tanpa persetujuan ibu. Dengan demikian, diharapkan
persalinan akan berlangsung aman dan nyaman sesuai yang diharapkan
bidan, ibu, dan keluarganya. Selain itu, asuhan saying ibu dan bayi
dapat diberikan oleh bidan pada setiap kala persalinan dengan
mengacu pada hak-hak klien.

Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :


a. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan
memperlakukannya sesuai martabatnya.
b. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu
sebelum memulai asuhan tersebut.
c. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
d. Menganjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut
atau kuatir.
e. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
f. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan
perasaan ibu beserta anggota keluarga yang lain.
g. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota
keluarga yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.
h. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara
memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan
kelahiran bayinya.
i. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secarakonsisten.
j. Menghargai privasi ibu.
k. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama
persalinan dan kelahiran bayi.
l. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan
bila ia menginginkannya.
m. Menghargai dan membolehkan praktik tradisional yang tidak
memberikan pengaruh yang merugikan.
n. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan
(episiotomy, pencukuran, dan klisma).
o. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin.
p. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah
kelahiran bayi.
q. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
r. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-
bahan, perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap
melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
3. Prinsip dan Praktik Pencegahan Infeksi
Tujuan pencegahan infeksi pada persalinan adalah meminimalkan
infeksi yang mungkin terjadi yang disebabkan oleh mikroorganisme
dan menurunkan risiko terjadinya penularan penyakit yang mengancam
jiwa, seperti penyakit hepatitis, HIV/AIDS.
Pada kehamilan 0-14 minggu, virus HIV pada ibu dapatmenular pada
bayinya sebesar 1%. Pada kehamilan 14-36 minggu, penularan dapat
mencapai 4%. Sementara itu, penularan HIV pada kehamilan 36
minggu sampai persalinan adalah sebesar 12% dan penularan selama
persalinan adalah sebesar 8%. Pada periode postpartum melalui ASI,
penularan virus HIV pada bayi berusia 0-6bulan adalah sebesar 7% dan
penularan pada bayi berusia 6-24 bulan adalah sebesar 3%
Pada persalinan, virus hepatitis dan HIV dapat menular pada penolong
melalui percikan darah atau cairan tubuh pada mata, hidung, mulut serta
luka lecet kecil pada permukaan kulit. Selain itu, penularannya juga
dapat disebabkan oleh luka tusuk jarum yang terkontaminasi.
Tindakan pencegahan infeksi dapat melalui antisepsis, yaitu semua
upaya untuk meminimalkan masuknya kuman atau mikroorganisme
pada benda hidup, sedangkan pada benda mati disebut dengan istilah
dekontaminasi.

Prinsip-prinsip pencegahan infeksi :


a. Setiap orang harus dianggap dapat menularkan penyakit.
b. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
c. Permukaan benda di sekitar kita, peralatan atau benda-benda
lainnya yang akan dan telah bersentuhan dengan atau darah harus
dianggap terkontaminasi, sehingga harus di proses secara benar.
d. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda
lainnya telah di proses maka semua itu harus dianggap masih
terkontaminasi.
e. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tetapi dapat
dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-
tindakan pencegahan infeksi secara benar dan konsisten.
Setiap bidan perlu memperhatikan tindakan pencegahan infeksi yang
dilaksanakan pada saat menolong persalinan, yaitu antara lain :
1. Cuci tangan dengan langkah-langkah yang benar sebelum
melakukan tindakan dan sesudah melakukan tindakan.
2. Selalu menggunakan sarung tangan pada saat melakukan tindakan.
3. Menggunakan pelindung diri lengkap pada saat melakukan
tindakan.
4. Upayakan pemberian pelayanan dengan teknik aseptic.
5. Setelah alat digunakan hendaknya diproses sesuai prosedur
pemrosesan alat bekas pakai.
6. Perlu diupayakan bahwa peralatan tajam dilakukan dengan benar
karena akan sangat berisiko pada penolong persalinan terutama
pada petugas kebersihan.
7. Tindakan pencegahan infeksi yang lain adalah bagaimana bidan
mengupayakan kebersihan lingkungan dan sanitasi untuk
memutuskan rantai penularan penyakit.
4. Pencatatan (rekam medis).
Pada setiap pelayanan atau asuhan, harus selalu memperhatikan
pencatatan atau dokumentasi. Manfaat dari dokumentasi adalah
sebagai berikut :
1. Aspek legal, atau landasan hokum bagi bidan dalam
pelayanannya.
2. Aspek manajemen, dokumentasi dapat mengidentifikasi mutu
pelayanan seorang bidan dan juga dapat dipakai untuk
mengatur kebutuhan saran yang perlu dipersiapkan seorang
bidan pada saat praktik di klinik.
3. Aspek pembelajaran, dokumentasi merupakan asset yang
sangat berharga bagi bidan dalam pelayanannya

Aspek – aspek penting dalam pencatatan :


a. Tanggal dan waktu asuhan tersebut diberikan.
b. Identifikasi penolong persalinan.
c. Paraf atau tandatangan (dari penolong persalinan) pada semua
catatan.
d. Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat, dicatat
dengan jelas dan dapat dibaca.
e. Ketersediaan system penyimpanan catatan atau data pasien.
f. Kerahasiaan dokumen-dokumen medis.
Bentuk dokumentasi dapat berupa SOAP atau menggunakan
manajemen asuhan kebidanan dengan yang lain. Akan tetapi, pada
persalinan, dokumentasi yang digunakan adalah partograf.
5. Rujukan
Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan normal namun
sekitar 10-15% ibu diantaranya akan mengalami masalah selama
proses persalinan dan kelahiran sehingga perlu dirujuk ke fasilitas
kesehatan rujukan. Dugaan untukmengetahui kapan penyulit akan
terjadi sangatlah sulit sehingga kesiapan merujuk ibu dan / atau
bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat
waktu jika penyulit terjadi. Setiap tenaga penolong / fasilitas
pelayanan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan terdekat yang
mampu melayani kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru lahir.
Hal – hal yang penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu
(BAKSOKUDA) :
a. Bidan
b. Alat
c. Keluarga
d. Surat
e. Obat
f. Kendaraan
g. Uang
h. Darah
Semua persalinan berisiko, baik risiko tinggi ataupun berisiko HIV.
Peran bidan sesuai dengan standar praktik dan kewenangannya,
bila ibu bersalin berisiko maka perlu dilakukan rujukan. Dalam
merujuk, ibu dan keluarga harus dipersiapkan dan sebaiknya
dibahas sejak antenatal, kecuali dalam keadaan darurat. Pada saat
merujuk, bidan harus mengetahui lokasi rujukan, ketersediaan
pelayanan, biayapelayanan, dan jarak tempuh.
2.2.6 Tanda Dan Gejala Persalinan
Menurut (Kurniarun,2016) untuk mendukung deskripsi tentang tanda dan
gejala persalinan, akan dibahas materi sebagai berikut :
1. Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat
a. Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa
keadaannya menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi
sebaliknya ia merasa bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering
diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota bawah.
b. Pollikasuria
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium
kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya dan kepala
janin sudah mulai masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini
menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu
untuk sering kencing yang disebut Pollakisuria.
c. False labor
Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan, calon ibu
diganggu oleh his pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan
peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat:
1) Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah
2) Tidak teratur
3) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya
waktu dan bila dibawa jalan malah sering berkurang
4) Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix
d. Perubahan cervix
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix menunjukkan
bahwa cervix yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak,
kemudian menjadi lebih lembut, dan beberapa menunjukkan telah
terjadi pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masing-
masing ibu, misalnya pada multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm
namun pada primipara sebagian besar masih dalam keadaan tertutup.
e. Energy Sport
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28
jam sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelumnya
merasa kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati
satu hari sebelum persalinan dengan energi yang penuh.
Peningkatan energi ibu ini tampak dari aktifitas yang dilakukannya
seperti membersihkan rumah, mengepel, mencuci perabot rumah, dan
pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu akan kehabisan tenaga menjelang
kelahiran bayi, sehingga persalinan menjadi panjang dan sulit.
f. Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare,
obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap
sistem pencernaan.
2. Tanda-tanda persalinan
Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah :
a. Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang
mempunyai sifat sebagai berikut :
1. Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian
depan.
2. Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
3. Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan
kekuatannya makin besar
4. Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan
cervix.
5. Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang
terjadi dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan
pembukaan serviks.
b. Penipisan dan pembukaan servix
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya
pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula.
c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis
keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini
disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen
bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.
d. Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari
jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek.
Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap
dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali.
Tetapi kadang-kadang ketuban pecah padapembukaan kecil, malahan
kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun
demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air
ketuban keluar.
2.2.7 Tahapan Persalinan
Menurut (Amelia dan Cholifah, 2019) tahapan dari persalinan terdiri
atas kala I (kala pembukaan), kala II (kala pengeluaran janin), kala III
(pelepasan plasenta), dan kala IV (kala pengawasan / observasi/ pemulihan).
Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 kala yaitu
1. Kala I (Kala Pembukaan).
Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala I, jika sudah terjadi
pembukaan serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam
10 menit selama 40 detik. Pada kala I serviks membuka sampai terjadi
pembukaan 10 cm, disebut juga kala pembukaan. Secara klinis partus
dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang
bersemu darah (bloody show). Lendir yang bersemu darah ini berasal
dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau
mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler
yang berada di sekitar kanalis sevikalis itu pecah karena
pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. Proses membukanya
serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase :
a. Fase laten : berlangsung selama 8 jam sampai pembukaan 3 cm his
masih lemah dengan frekuensi jarang, pembukaan terjadi sangat
lambat.
b. Fase aktif : berlangsung selama 7 jam, dibagi menjadi 3, yaitu :
1) Fase akselerasi lamanya 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4
cm.
2) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 menjadi 9 cm.
3) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam waktu2
jam pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm. his tiap 3-4 menit
selama 45 detik. Fase-fase ersebut dijumpai pada
primigravida, pada multigravida pun terjadi demikian, akan
tetapi fase laten, fase aktif dan fase deselerasi terjadi lebih
pendek. Mekanisme membukanya serviks berbeda antara
pada primigravida dan multigravida. Pada primigravida
ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu,
sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Pada
multigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka.
Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan
pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama. Ketuban
akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir
lengkap atau telah lengkap. Tidak jarang ketuban harus
dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah
lengkap. Kala I selesai apabila pembukaan serviksuteri
telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-
kira 13 jam, sedangkan multigravida kira-kira 7 jam.
Berdasarkan Kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan
primigravida 1 cm per jam dan pembukaan multigravida 2
cm per jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu
pembukaan lengkap dapat diperkirakan. Kontraksi lebih
kuat dan sering terjadi selama fase aktif. Pada permulaan
his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga
parturient (ibu yang sedang bersalin) masih dapat berjalan-
jalan.
2. Kala II (Kala Pengeluaran Janin).
Kala II adalah kala pengeluaran bayi. Kala atau fase yang dimulai dari
pembukaan lengkap (10 cm) sampai dengan pengeluaran bayi. Setelah
serviks membuka lengkap, janin akan segera keluar. His 2-3 x/menit
lamanya 60-90 detik. His sempurna dan efektif bila koordinasi gelombang
kontraksi sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di fundus,
mempunyai amplitude 40-60 mm air raksa berlangsung 60-90 detik
dengan jangka waktu 2-4 menit dan tonus uterus saat relaksasi kurang dari
12 mm air raksa. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk
ke dalam panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar
panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Juga
dirasakan tekanan pada rectum dan hendak buang air besar. Kemudian
perineum menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai
membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada
waktu his. Diagnosispersalinan kala II ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan
kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.
Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :
1. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi
50 sampai 100 detik.
2. Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
3. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan akibat tertekannya pleksus Frankenhauser.
4. Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga terjadi :
 Kepala membuka pintu.
 Subocciput bertindak sebagai hipomoglion, kemudian secara
berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, serta
kepala seluruhnya.
5. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala pada punggung.
6. Setelah putar paksi kuar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong
dengan cara :
 Kepala dipegang pada os occiput dan di bawah dagu, kemudian
ditarik dengan menggunakan cunam ke bawah untuk melahirkan
bahu depan dan ke atas untuk melahirkan bahu belakang
 Setelah kedua bahu lahir, melahirkan sisa badan bayi.
 Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
7. Lamanya kala II untuk primigravida 1,5 – 2 jam dan multigravida
1,5 – 1 jam.
3. Kala III (Pelepasan Plasenta).
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta.
Disebut juga dengan kala uri (kala pengeluaran plasenta dan selaput
ketuban). Setelah kala II yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit,
kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Setelah bayi lahir dan proses
retraksi uterus, uterus teraba keras dengan fundus uteri sedikit di atas
pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6
sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan
pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
Proses lepasnya plasenta dapat diperkirakan dengan mempertahankan
tanda-tanda di bawah ini :
1. Uterus menjadi bundar.
2. Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah
rahim.
3. Tali pusat bertambah panjang.
4. Terjadi semburan darah tiba-tiba.
Cara melahirkan plasenta adalah menggunakan teknik dorsokranial.
Sebab – sebab Terlepasnya Plasenta.
1. Saat bayi dilahirkan, rahim sangat mengecil dan setelah bayi lahir
uterus merupakan organ dengan dinding yang tebal dan rongganya
hampir tidak ada. Posisi fundus uterus turun sedikit dibawah pusat,
karena terjadi pengecilan uterus, maka tempat perlekatan plasenta juga
sangat mengecil. Plasenta harus mengikuti proses pengecilan ini
hingga tebalnya menjadi dua kali lipat daripada permulaan persalinan,
dan karena pengecilan tempat perlekatannya maka plasenta menjadi
berlipat-lipat pada bagian yang terlepas dari dinding rahim karena
tidak dapat mengikuti pengecilan dari dasarnya. Jadi faktor yang paling
penting dalam pelepasan plasenta adalah retraksi dan kontraksi uterus
setelah anak lahir.
2. Di tempat pelepasan plasenta yaitu antara plasenta dan desidua basalis
terjadi perdarahan, karena hematom ini membesar maka seolah-olah
plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematom tersebut sehingga
daerah pelepasan meluas. Pengeluaran Selaput Ketuban. Selaput janin
biasanya lahir dengan mudah, namun kadang-kadang masih ada bagian
plasenta yang tertinggal. Bagian tertinggal tersebut dapat dikeluarkan
dengan cara :
1. Menarik pelan-pelan.
2. Memutar atau memilinnya seperti tali.
3. Memutar pada klem.
4. Manual atau digital.
Plasenta dan selaput ketuban harus diperiksa secara
teliti setelah dilahirkan. Apakah setiap bagian plasenta
lengkap atau tidak lengkap. Bagian plasenta yang diperiksa
yaitu permukaan maternal yang pada normalnya memiliki
6-20 kotiledon, permukaan feotal, dan apakah terdapat
tanda-tanda plasenta suksenturia. Jika plasenta tidak
lengkap, maka disebut ada sisa plasenta. Keadaan ini dapat
menyebabkan perdarahan yang banyak dan infeksi.

Kala III terdiri dari dua fase, yaitu :


1. Fase Pelepasan Plasenta.
Beberapa cara pelepasan plasenta antara lain :
a. Schultze
Proses lepasnya plasenta seperti menutup paying. Cara ini
merupakan cara yang paling sering terjadi (80%). Bagian yang lepas
terlebih dulu adalah bagian tengah, lalu terjadi retroplasental
hematoma yang menolak plasenta mula-mula bagian tengah,
kemudian seluruhnya. Menurut cara ini, perdarahan biasanya tidak
ada sebelum plasenta lahir dan berjumlah banyak setelah plasenta
lahir.
b. Duncan
Berbeda dengan sebelumnya, pada cara ini lepasnya plasenta mulai
dari pinggir 20%. Darah akan mengalir keluar antara selaput
ketuban. Pengeluarannya juga serempak dari tengah dan pinggir
plasenta.
2. Fase Pengeluaran Plasenta.
Perasat – perasat untuk mengetahui lepasnya plasenta adalah :
c. Kustner.
Dengan meletakkan tangan disertai tekanan di atas simfisis, tali
pusat ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti belum lepas.
Jika diam atau maju berarti sudah lepas.
d. Klein.
Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Bila tali pusat kembali
berarti belum lepas, diam atau turun berarti lepas. (Cara ini
digunakan lagi).
e. Strassman .
Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar
berarti plasenta belum lepas, tidak bergetar berarti sudah lepas.
Tanda-tanda plasenta telah lepas adalah rahim menonjol di atas
simfisis, tali pusat bertambah panjang, rahim bundar dan keras, serta
keluar darah secara tiba-tiba.
4. Kala IV
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam atau kala/fase
setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan sampai dengan 2 jam post
partum. Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan observasi karena
perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Darah
yang keluar selama perdarahan harus ditakar sebaik-baiknya. Kehilangan
darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada saat
pelepasanplasenta dan robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata
jumlah perdarahan yang dikatakan normal adalah 250 cc, biasanya 100-
300 cc. jika perdarahan lebih dari 500 cc, maka sudah dianggap abnormal,
dengan demikian harus dicari penyebabnya. Penting untuk diingat : Jangan
meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi dan plasenta lahir.
Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru melahirkan, periksa ulang
terlebih dulu dan perhatikan 7 pokok penting berikut :
1. Kontraksi rahim : baik atau tidaknya diketahui dengan pemeriksaan
palpasi. Jika perlu dilakukan massase dan berikan uterotonika,
seperti methergin, atau ermetrin dan oksitosin.
2. Perdarahan : ada atau tidak, banyak atau biasa.
3. Kandung kemih : harus kosong, jika penuh, ibu dianjurkan berkemih
dan kalau tidak bisa, lakukan kateter.
4. Luka – luka : jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.
5. Plasenta atau selaput ketuban harus lengkap.
6. Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernapasan, dan masalah
lain.
7. Bayi dalam keadaan baik
2.8 Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin.
Menurut (Amelia dan Cholifah, 2019), keinginan dasar ibu dalam
melahirkan telah diperkenalkan oleh perawat Leser dan Keane. Keinginan –
keinginan tersebut antara lain :
1. Ditemani oleh orang lain.
2. Perawatan tubuh atau fisik.
3. Mendapatkan penurun rasa sakit.
4. Mendapat jaminan tujuan yang aman bagi dirinya dan bayinya.
5. Mendapat perhatian yang menerima sikap pribadi dan perilakunya
selama persalinan.
Untuk dapat membantu pasien secara terus menerus selama persalinan,
bidan harus dapat memperlihatkan perasaan berada terus dekat pasien, bahkan
bila mereka tidak lagi berada di ruangan kapan saja persalinan terjadi.
a. Peran Orang Terdekat
Suami atau orang terdekat dapat memainkan peranan penting bagi
wanita yang sedang melahirkan. Bila orang terdekat menghadiri kelas
prenatal bersama dengan ibu, maka orang tersebut dapat memberikan
informasi yang membantu dan menemani ibu selama proses persalinan.
Bantuan yang dapat diberikan seperti menghitung kontraksi ibu,
menggosok punggungnya, mencuci mukanya, memberikan dorongan
padanya untuk istirahat di antara kontraksi, dan mengingatkan padanya
tentang teknik bernafas. Selain itu, juga dapat memberikan perhatian
penuh kepada ibu dengan cara memegang tangannya.
b. Menjaga Kebersihan dan Kondisi Kering
Kebersihan dan kondisi kering dapat meningkatkan kenyamanan dan
relaksasi, serta menurunkan risiko terinfeksi. Kombinasi bloody show,
keringat, cairan amnion, larutan untuk pemeriksaan vaginam dan feses
dapat membuat wanita merasa sangat kotor, tidak nyaman, dan sangat
tidak karuan. Perawatan perineum dan mempertahankan tetap kering akan
menambah perasaan sejahtera pada wanita. Hal ini dilakukan dengan
mengganti pakaian yang dikenakan jika sudah basah karena keringat,
mengganti perlak jika sudah basah, melakukan perawatan perineum,
menggunakan teknik membersihkan cermat dari depan ke belakang, dan
mengganti dengan sering pembalut yang menyerap di antara bokongnya.
c. Mengajarkan dan Memandu
Telah menjadi keyakinan bahwa ketakutan karena ketidaktahuan
berpengaruh pada rasa nyeri saat melahirkan. Hal ini merupakan alasan
utama untuk kelas-kelas prenatal. Bila pasien dalam proses melahirkan
tidak mengunjungi kelas ini atau menambah pengetahuan dengan buku,
maka bidan harus menerangkan, memandu, dan mengajarkan pada pasien
hal-hal yang rumit dalam waktu yang amat singkat. Untuk mengajarkan
pada pasien seluruh proses fisik dari persalinan dan melahirkan selama
beberapa jam saat pasien dalam proses persalinan adalah masalah besar.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan detail, tetapi aspek tertentu yang
penting dapat dijelaskan dengan sederhana dan singkat. Hal ini harus
sesuai dengan tahap persalinan yang sedang dihadapi oleh pasien.
d. Makanan dan Cairan.
Sebagai peraturan khusus, makanan padat tidak boleh diberikan selama
persalinan aktif, karena makanan padat lebih lama tinggal dalam lambung
daripada cairan, dan pencernaan menjadi sangat lambat selama persalinan.
Pada saat bersamaan, kombinasi dari stres persalinan, kontraksi dan obat-
obatan tertentu mungkin akan menyebabkan mual. Bersamaan dengan
faktor ini, lambung yang penuh dan mual dapat menyebabkan muntah
sehingga berisiko aspirasi dari partikel-partikel makanan ke dalam paru-
paru. Di lain pihak, cairan sangat penting untuk mencegah dehidrasi.
Banyak dokter menganjurkan pasien minum air putih sepanjang proses
persalinan. Bila pasien mengalami mual, maka larutan ringer laktat 5%
secara intravena dianjurkan untuk diberikan.
e. Eliminasi.
Kandung kemih harus dikosongkan secara berkala sepanjang proses
persalinan, minimal setiap 2 jam. Catatan yang jelas mengenai jumlah dan
waktu berkemih harus disertakan. Bila ibu tidak mampu berkemih dan
kandung kemihnya menjadi distensi, turunnya kepala janin ke pelvis dapat
terganggu. Kandung kemih yang penuh dapat dipalpasi tepat di bawah
pubis. Hal ini amat menyakitkan dan meningkatkan rasa tidak nyaman,
tetapi karena adanya kontraksi, pasien tidak mengenali sumber dari rasa
nyerinya. Bidan harus tetap memeriksa dengan cermat akan kebutuhan
pasien ini. Bila pasien telah menjalani enema pada saat masuk, rektumnya
akan kosong. Oleh karena itu, bila pasien mengatakan bahwa ia ingin
buang air besar lagi, bidan harus melihat pada perineum dengan cermat.
Terdapat kemungkinan bahwa bayinya akan segera lahir. Tekanan kepala
bayi pada perineum merangsang jaras refleks saraf sehingga menimbulkan
keinginan buang air besar.
f. Positioning dan Aktivitas.
Beberapa orang mempunyai keyakinan bahwa bila ibu jongkok atau
berjalan, serviks akan berdilatasi dengan pendataran yang lebih cepat.
Terdapat bukti bahwa bila ibu dapat benar-benar merelaksasikan otot-otot
abdomennya, persalinan dapat berlanjut dengan lebih mudah.
Kemungkinan posisi yang paling nyaman bagi ibu adalah posisi yang
biasanya dilakukan bila ibu tidur. Dengan meletakkan bantal di belakang
di bawah abdomen, dan di antara lutut juga dapat membantu. Selain itu,
menggosok punggung dan mengusap keringat yang memenuhi wajah ibu
juga merupakan hal yang dapat memberikan rasa nyaman. Orang terdekat
dapat menolong bidan untuk melakukan tindakan tersebut. Oleh karena
tekanan uterus pada vena cava danpembuluh besar lainnya dapat
melambatkan arus balik darah vena, jangan biarkan ibu untuk berbaring
terlentang. Jika tetap melakukan hal tersebut, maka dapat menyebabkan
sindrom hipotensi supinasi. Keinginan untuk mandi dan ambulasi di
sekitar ruang bersalin biasanya di perbolehkan kecuali ibu telah mendapat
obat sedative atau terlihat gejala-gejala persalinan yang tepat. Sebagian
tempat tidur di ruang bersalin dilengkapi dengan bantalan bokong yang
dapat diubah dengan cepat dan mudah kapan saja dibutuhkan. Merupakan
hal yang penting untuk menjaga ibu tetap kering dan bersih karena hal ini
tidak hanya membuatnya lebih nyaman, tetapi juga untuk mengurangi
kontaminasi jalan lahir.
g. Kontrol Rasa Nyeri.
Rasa sakit selama melahirkan dan persalinan disebabkan
olehketegangan emosional, tekanan pada ujung saraf, regangan pada
jaringan dan persendian, serta hipoksia otot uterus selama dan setelah
kontraksi yang panjang. Disproporsional sephalopelvis dan penyebab lain
yang menyulitkan kelahiran (distosia) dapat meningkatkan rasa sakit.
Metode persalinan secara alami dirancang untuk mengurangi ketakutan
dan mengontrol rasa sakit yang berhubungan saat persalinan.
Menggunakan latihan peregangan otot dan teknik relaksasi merupakan
metode untuk menyiapkan ibu untuk melahirkan. Teknik relaksasi
digunakan untuk membantu memberikan rasa nyaman pada ibu. Pada
proses persalinan, terdapat beberapa jenis latihan relaksasi yang dapat
membantu wanita bersalin, yaitu relaksasi progresif, relaksasi terkendali,
serta mengambil dan mengeluarkan nafas.
h. Menjamin Privasi dan Mencegah Pajanan.
Menjamin privasi dan mencegah pajanan bukanlah sesuatu yang harus
dipastikan pada persalinan rumah, tetapi sangat penting untuk diberikan
pada penyuluhan di rumah sakit. Privasi bukan saja mengacu pada
penghargaan terhadap tubuh ibu sebagai seorang pribadi, tetapi juga
menghormati tubuhnya, yang merupakan haknya sebagai individu.
Menjaga privasi dan mencegah pajanan merupakan upaya untuk
menghormati martabat ibu. Pemikiran mengenai martabat sangat bervariasi
saat ini. Salah satu contohnya, seorang ibu yang berpengetahuan tetap
merasa nyaman walaupun
2.3 Nifas
2.3.1 Pengertian Nifas
Masa nifas adalah masa setelah lahirnya plasenta hingga organ reproduksi
khususnya alat alat kandungan kembali pulih seperti keadaa sebelum hamil. Masa
nifas atau disebut perperium simulai sejak jam setelah lahirnya olasenta sampai
dengan 6 minggu hari setelah itu. Bila diartikan dalam bahsa lati, puerperium
yaitu waktu mulai tertetntu setelah melahirkan anak ini disebut puer yang artinya
bayi dan parous melahhirkan. Sehingga diartikan sebagai “setelah melahirkan
bayi”.
Postpartum adalah masa setlah melahirkan hingga pulihnya rahim dan organ
kewanitaan yag umumnya di iringi dengan keluarnya darah nifas.lamanya periode
postpartum yaitu sekitar 6- minggu. Selain terjadinya perubahan perubahan
tubuh, pada periode postpartum juga akan mengakibatkan terjadinya perubahan
kondisi psikologis (Hernawati & Lia, 2017)
2.3.2 Tujuan Asuhan Kebidanan Nifas
Tujuan asuhan kebidanan nifas dan menyusui adalah sebagai berikut:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun pisikologis
dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting,
dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka kesehatan ibu
dan bayi selalu terjaga.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana
bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa
nifas secara sistematis yaitu mulai pengkajian, interpretasi data dan
analisa masalah, perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi. Sehingga
dengan asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui dapat mendeteksi
secara dini penyulit maupun komplikasi yang terjadi pada ibu dan
bayi.
3. Melakukan rujukan secara aman dan tepat waktu bila terjadi penyulit
atau komplikasi pada ibu dan bayinya, ke fasilitas pelayanan rujukan.
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan nifas
dan menyusui, kebutuhan nutrisi, perencanaan pengaturan jarak
kelahiran, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, perawatan
bayi sehat serta memberikan pelayanan keluarga berencana, sesuai
dengan pilihan ibu.
(Wahyuningsih, 2018)
2.3.3 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1) Perubahan Sistem Reproduksi
Perubahan Selama masa nifas alat alat internal maupun eksternal
berangsur-angsur kembali keadaan sebelum hamil. Perubahan
keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi.pada masa ini terjadi juga
perubahan penting lainnya, perubahan-perubahan yang terjadi antara lain
sebagai berikut :
a. Uterus
Involusi uterus atau pegerutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Proses nvolusi uterus
sebagai berikut :
1) Iskemia Miometrium : hal ini disebabkan oleh kontraksi dan
retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluarann
plasenta sehingga membuat uterus menjadi relative anemi dan
menyebabkan otot atrofi
2) Atrofi jaringan : terjadi sebagai reaksi penghentian hormone
estrogen saat pelepasan plasenta
3) Autolysis : merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi di dalam ototuterus. Enzim proteolitik akan memendekkan
jaringan otot yag telah mengedur hingga panjangnya kali
panjang sebelum hamil danlebarnya 5 kali lebar sebelum hamil
yang trejadi selamakehamilan. Hal ini disebabkan karena
penurunan hormone estrige dan progesterone
4) Efek oksitosin: meyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yag
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu mengurangi tempat implantasi plasenta serta
mengurang serta mengurangi perdarahan. Ukuran uterus pada
masa nifas akan megecil seperti sebelum hamil.
(Aritonang & Yunida, 2021)
b. Lokia
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs
plaseta akan menjadi nekotik. Desidua yang mati akan keluar bersama
dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang
dinamakan lokia. (Aritonang & Yunida, 2021)
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang
lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina ormal. Lokia
mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan
volumenya berbeda pada setia wanita. Lokia mengalami perubahan
karena proses involusi. Pengeluaran lokia terbagi menjadi lokia rubra,
sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing-masing lokia dapat
dilihat sebagi berikut
1) Rubra (1-3 hari) : merah kehitaman yang terdiri dari sel dsesidua,
verniks caseosa, rambut lanugo, sisa meconium dan sisa darah
2) Sanguileta (3-7 hari) : berwarna putih bercampur merah, sisa
darah bercampur lendir
3) Serosa (7-14 hari) : kekuningan/coklat, lebih sedikit darah dan
lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi
plasenta
4) Alba (>14 hari) : berwarnna putih mengandung leukosit, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan yang mati
(Aritonang & Yunida, 2021)
c. Vagina dan perineum
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan
serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan, kedua organ ini
kembali dalam keadaan kendur. Rugae timbul kembali pada minggu
ketiga. Hymen tampak sebagai tonjola kecil dan dalamproses
pembentukan berubah menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi
wanita multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan
keadaan saat sebelum persalinan pertama. (Aritonang & Yunida, 2021)
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat
perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara
spontan ataupun dilakukan episiotomy dengan indikasi tertentu.
meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus
tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. hal
ini dapat dilakukan pada akhir perperium dengan latihan harian.
(Aritonang & Yunida, 2021)
d. Perubahan pada sistem pencernaan Antara lain :
Sistem gastrointestial selama kehamila dipengaruhi oleh beberapa
hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu
keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan
melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar
progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus
memerlukan waktu – hari untuk kembali normal. Beberapa hal yang
berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan antara lain :
1) Nafsu makan
Nafsu makan biasanya ibu selalu merasa lapar sehingga
diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pada masa
pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal
usus kembali normal. Meskipun kadar progresteron menurun
setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan
selama 1-2 hari.
2) Motilitas
Penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama
waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan
anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas
ke keadaan normal.
(Aritonang & Yunida, 2021)
2) Pengosongan usus
Pasca melahirkan ibu sering mengalami konstipasi yang disebabkan
oleh tonus otot menurun selama proses persalinan dan awal masa pasca
partum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang
makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Beberapa cara
agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain :
1) Pemberian diet/makanan yang mengandung serat
2) Pemberian cairan yang cukup
3) Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan
4) Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir
Bila usaha diatas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau
obat lain. (Aritonang & Yunida, 2021)
3) Perubahan pada sistem muskuluskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta
dilahirkan. (Aritonang & Yunida, 2021)
Ligament-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada
waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali
sehingga jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena
ligamentum retundum mejadi kendur. Tidak jarang pula wanita mengeluh
“kandungannya turun” setelah melahirkan karena ligament, fasia, jaringan
penunjang alat genitalia menjadi kendur. Stabilisasi secara sempurna
terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. (Aritonang & Yunida, 2021)
Sebagai akibat putusnya serat serat plastic kulit dan distensi yang
berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding
abdomen masih agaklunak dan kendur untuk sementara waktu. Untuk
memulihkan kembali jaringan-jarigan penunjang alat genitalia, serta otot-
otot dinding perut dan dasar panggul, di anjurkan untukmelakukan latihan-
latihhan tertentu. (Aritonang & Yunida, 2021)
4) Perubahan Pada Tanda-Tanda Vital
a. Suhu badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. Pasca melahirkan,
suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5°C dari keadaan normal.
Kenaikkan suhu badan ini akaibat dari kerja keras sewaktu
melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih pada
hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi.
b. Nadi
Pasca melahirkan denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun
lebuh cepat. Denyut nadi yang melebihi 100kali/menit, harus
waspada kemungkinan infeksi atau pendarahan post partum.
c. Tekanan darah
Pasca melahirkan pada kasus normal tekanan darah biasanya tidak
berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca
melahirkan dapat di akibatkan oleh mendarahan.
d. Pernafasan
Pada ibu post partum umum nya pernafasan lambat atau normal. Hal
ini di karnakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi
istirahat. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat
kemungkinan ada tanda-tanda syok.
(Aritonang & Yunida, 2021)
5) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung
aliran darah yang meninngkat, yang diperlukan oleh plaseta dan pembuluh
darah uteri. Penarikan kembali estrogen menyebabkan dieresis yang terjadi
secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi
normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi.
Selama masa ini, ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine. Hilangnya
progesterone membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan
menigkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama masa kehamilan
bersama sama dengan trauma masa persalinan. Pada persalinan vagina
kehilangan darah sekitar 200-500ml, sedangkan pada persalinan dengan
SC pengeluaran dua kali lipatnya. Perubahan terdiri dara darah dan dkadar
hematocrit. (Aritonang & Yunida, 2021)
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba tiba. Volume darah
ibu relative akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada
jantug dan akann menimbulkan decompensatio cordis pada pasien dengan
vitum cardio. Keadaan ini dapat di atasi degan mekanisme kompensasi
dengan tumbuhnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali
seperti sedia kala. Umumnya, ini akan terjadi pada 3-5 hari postpartum.
(Aritonang & Yunida, 2021)
6) Perubahan Pada Hematologi
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar pibrinogen dan plasma
akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan
viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Pada awal
post partum, jumlah hemoglobin, hematrokrit dan eritrosit sangat
berfariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat
volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status
gizi dan hidrasi dari wanita tersebut. Penurunan volume dan peningkatan
sel darah pada kehamilan di asosiakan dengan peningkatan hematokrit dan
hemoglobin pada hari ke-3 sampai ke-7 post partum dan akan normal
dalam 4-5minggu post partum. (Aritonang & Yunida, 2021)
7) Perubahan Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endoekrin, hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut
antara lain:
a. Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan
menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas. Human
Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap
sampai 10% dalam 3jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai
onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.
b. Hormon pituitary
Hormon pituitary anatara lain: hormon prolaktin, FSH, dan LH.
Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, ada wanita tidak
menyusui menurun dalam waktu 2minggu. FSH dan LH meningkat
pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap
rendah hingga ovulasi terjadi.
c. Hopitalamik pituitary ovarium
Pada wanita menyusui mendapatkan menstruasi pada 6minggu pasca
melahirkan berkisar 16% dan 45% setelah 12minggu pasca
melahirkan. Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui akan
mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6minggu pasca
melahirkan dan 90% setelah 24minggu.
d. Hormon oksitosin
Isapan bayi dapat merangsang produksi asi dan sekresi oksitosin,
sehingga dapat membantu revolusi uteri.
e. Hormon estrogen dan progresteron
Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti diuretik
yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan progresteron
mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan
peningkatan pembuluh darah. (Aritonang & Yunida, 2021)
8) Perubahan Pada Sistem Perkemihan
Pada pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan
penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal pada waktu 1 bulan
setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan
dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Hal yang berkaitan dengan
fungsi sistem perkemihan, antara lain :
a. Hemostatis internal
Cairan ekstraseluler terbagi dalam plasma darah, dan langsung
diberikan untuk sel-sel yang disebut cairan interstisial. Cairan
intraseluler terdiri dari air dan unsur-unsur yang larut didalamnya
70% dari cairan tubuh terletak didalam sel-sel.
b. Keseimbangan asam basa tubuh
Batas normal pH cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila pH >7,4
disebut alkalosis dan jika pH < 7,35 disebut asidosis.
c. Pengeluaran sistem metabolisme, racun dan zat toksin ginjal
Zat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir dari metabolisme protein
yang mengandung nitrogen terutama urea, asam urat, dan kreatinin.
(Aritonang & Yunida, 2021)
2.3.3 Perubahan Psikologis Masa Nifas
1) Perubahan Peran
Terjadinya perubahan peran, yaitu menjadi orang tua setelah kelahiran
anak. Sebenarnya suami dan istri sudah mengalami perubahan peran
mereka sejak masa kehamilan. Perubahan peran ini semakin meningkat
setelah kelahiran anak. Selanjutnya, dalam periode postpartum atau masa
nifas muncul tugas dan tanggung jawab baru, disertai dengan perubahan-
perubahan perilaku. Perubahan tingkah laku iniakan terus berekembang
dan selalu mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan waktu
cenderung mengikuti suatu arah yang bisa diramalkan. (Aritonang &
Yunida, 2021)
2) Peran Menjadi Orang Tua Setelah Melahirkan
Selama periode postpartum, tugas dan tanggung jawab baru muncul dan
kebiasaan lama perlu diubah atau ditambah dengan yang baru. Ibu dan
ayah, orang tua harus mengenali hubunga mereka dengan bayinya. Bayi
perlu perlindungan, perawatan dan sosialisasi. Periode ini ditandai oleh
masa pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk mengasuh. Lama
periode ini bervariasi, tetapi biasanya berlangsung selama kira kira 4
minggu. (Aritonang & Yunida, 2021)
3) Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua
Tugas pertama orangtua adalah mencoba menerima keadaan bila anak
yang dilahirkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Karena dampak dari
kekecewaan ini dapat mempengaruhi proses pengasuhan anak. Orangtua
perlu memiliki keterampilan dalam merawat bayi mereka, yang meliputi
kegiatan kegiatan pengasuhan, mengamati tanda-tanda komunikasi yang
diberikan bayi untuk memenuhi kebutuhannya serta bereaksi secara cepat
dan tepat terhadap tanda-tanda tersebut. (Aritonang & Yunida, 2021)
2.3.4 Tahapan Masa Nifas
Tahapan pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
merupakan fase kritis, sering terjadi insiden perdarahan postpartum karena
atonia uteri. Oleh karena itu, bidan perlu melakukan pemantauan secara
kontinu, yang meliputi; kontraksi uterus, pengeluaran lokia, kandung
kemih, tekanan darah dan suhu.
2. Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan asuhan dan pemeriksaan sehari-
hari serta konseling perencanaan KB.
4. Remote puerperium
Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila
selama hamil atau bersalin memiliki penyulit atau komplikasi.
(Wahyuningsih, 2018)
Tahapan masa nifas menurut Reva Rubin dalam (Fitriani & Sry, 2021)
1. Periode Taking In (Hari ke 1-2 setelah melahirkan)
a. Ibu pasif dan tergatung degan oranglain
b. Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya
c. Ibu akan mengulangi pengalama-pengalaman waktu melahirkan
d. Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan
keadaan tubuh ke kondisi normal
e. nafsu makan ibu biasanya akan bertambah hingga membutuhkan
peningkatan nutrisi. Jika ibu kurang nafsu makan menandakan
tubuh tidak normal
2. Periode taking on/taking hold (hari ke 2-4 setelah melahirkan)
a. Ibu meningkatkan kemampuan sebagai orang tua dan
meningkatkan tanggung jawab terhadap bayinya
b. Ibu memfokuskan perhatian ada pengontrolan fugsi tubuh bayi,
BAK, BAB dan daya tahan tubuh bayi
c. Ibu berusaha utuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti
menggendog, menyusui, memandikan dan mengganti popok.
d. kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa
tidak mampu membesarkan/merawat bayinya
3. Periode Letting Go
a. Terjadi setelah pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan
serta perhatian suami serta keluarga
b. Mengambil tanggung jawab dalam perawatan bayi dan memahami
kebutuhan bayi sehingga akan menguranngi hak ibu dalam
innteraksi sosial
c. Depresi postpartum rentan terjadi pada masa ini

2.3.5 Tanda Bahaya Masa Nifas


Menurut (Fitriani & Sry, 2021)Tanda-tanda bahaya masa nifas, yaitu :
1. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba tiba
(melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih
dari pembalut dalam waktu setengah jam)
2. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang menyengat
3. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung
4. Sakit kepala yang terus menerus, nyeriepigastric, atau terdapat
masalah/gangguan penglihatan
5. Pembengkakan pada wajah da tangan, demam, mutah, rasa sakit
sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan
6. Payudara yang berwarna kemerahan, panas dan atau sakit
7. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepajangan
8. Rasa sakit, warna merah, kelembutan atau pembengkakan pada kaki
9. Merasa sangat sedih dan tidak mampu menngurus diri sendiri atau
mengurus bayi
10. Merasa sangat letih atau bernafas terengah engah
2.3.6 Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Peran dan tanggungjawab bidan secara komprehensif dalam asuhan masa
nifas sebagai berikut.
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor yang memfasilitasi hubungan antara ibu dan bayi
serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui serta meningkatkan rasa nyaman ibu
dan bayi.
4. Mendeteksi penyulit maupun komplikasi selama masa nifas dan
menyusui serta melaksanakan rujukan secara aman dan tepat waktu
sesuai dengan indikasi.
5. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya pada masa nifas
dan menyusui, pemenuhan nutrisi yang baik, serta mempraktekkan
personal higiene yang baik.
6. Melakukan manajemen asuhan dengan langkah-langkah; pengkajian,
melakukan interpretasi data serta menetapkan diagnosa, antisipasi
tindakan segera terhadap permasalahan potensial, menyusun rencana
asuhan serta melakukan penatalaksanaan dan evaluasi untuk
mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi, serta untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas
7. Memberikan asuhan kebidanan nifas dan menyusui secara etis
profesional.
(Wahyuningsih, 2018)
2.3.7 Kebijakan Dan Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas
Menurut (Wahyuningsih, 2018) Seorang ibu yang baru bersalin
membutuhkan perawatan selama masa nifas. Asuhan pada ibu nifas yang
diberikan oleh seorang bidan dilakukan selama kurun waktu 6 minggu.
Kebijakan program nasional pada masa nifas dan menyusui sebagai berikut.
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukanpencegahan terhadapkemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa
nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
Beberapa komponen esensial dalam asuhan kebidanan pada ibu selama
masa nifas adalah sebagai berikut.
1. Anjurkan ibu untuk melakukan kontrol/kunjungan masa nifas
setidaknya 4 kali, yaitu:
1) 6-8 jam setelah persalinan (sebelum pulang)
2) 6 hari setelah persalinan
3) 2 minggu setelah persalinan
4) 6 minggu setelah persalinan
2. Periksa tekanan darah, perdarahan pervaginam, kondisi perineum,
tanda infeksi, kontraksi uterus, tinggi fundus, dan temperatur secara
rutin.
3. Nilai fungsi berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit kepala,
rasa lelah dan nyeri punggung.
4. Tanyakan ibu mengenai suasana emosinya, bagaimana dukungan yang
didapatkannya dari keluarga, pasangan, dan masyarakat untuk
perawatan bayinya.
5. Tatalaksana atau rujuk ibu bila ditemukan masalah.
6. Lengkapi vaksinasi tetanus toksoid bila diperlukan.
7. Minta ibu segera menghubungi tenaga kesehatan bila ibu menemukan
salah satu tanda berikut:
a. Perdarahan berlebihan
b. Sekret vagina berbau
c. Demam
d. Nyeri perut berat
e. Kelelahan atau sesak nafas
f. Bengkak di tangan, wajah, tungkai atau sakit kepala atau
pandangan kabur.
g. Nyeri payudara, pembengkakan payudara, luka atau perdarahan
putting
8. Berikan informasi tentang perlunya melakukan hal-hal berikut.
a. Kebersihan diri
1) Membersihkan daerah vulva dari depan ke belakang setelah
buang air kecil atau besar dengan sabun dan air.
2) Mengganti pembalut minimal dua kali sehari, atau sewaktu-
waktu terasa basah atau kotor dan tidak nyaman.
3) Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelamin.
4) Menghindari menyentuh daerah luka episiotomi atau laserasi.
e. Istirahat
1) Beristirahat yang cukup, mengatur waktu istirahat pada saat
bayi tidur, karena terdapat kemungkinan ibu harus sering
terbangun pada malam hari karena menyusui.
2) Kembali melakukan rutinitas rumah tangga secara bertahap.
f. Latihan (exercise)
1) Menjelaskan pentingnya otot perut dan panggul.
2) Mengajarkan latihan untuk otot perut dan panggul: Menarik
otot perut bagian bawah selagi menarik napas dalam posisi
tidur terlentang dengan lengan disamping, tahan napas
sampai hitungan 5,angkat dagu ke dada, ulangi sebanyak 10
kali. Kemudian berdiri dengan kedua tungkai dirapatkan.
Tahan dan kencangkan otot pantat, pinggul sampai hitungan
5, ulangi sebanyak 5 kali.
g. Gizi
1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori/hari
2. Diet seimbang (cukup protein, mineral dan vitamin)
3. Minum minimal 3 liter/hari
4. Suplemen besi diminum setidaknya selama 3 bulan pascasalin,
terutama di daerah dengan prevalensi anemia tinggi.
5. Suplemen vitamin A sebanyak 1 kapsul 200.000 IU diminum
segera setelah persalinan dan 1 kapsul 200.000 IU diminum 24
jam kemudian.
h. Menyusui dan merawat payudara
1. Jelaskan kepada ibu mengenai cara menyusui dan merawat
payudara.
2. Jelaskan kepada ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif.
3. Jelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda kecukupan ASI dan
tentang manajemen laktasi.
i. Senggama
1) Senggama aman dilakukan setelah darah tidak keluar dan ibu
tidak merasa nyeri ketika memasukkan jari ke dalam vagina.
2) Keputusan tentang senggama bergantung pada pasangan yang
bersangkutan.
j. Kontrasepsi dan KB
Jelaskan kepada ibu mengenai pentingnya kontrasepsi dan keluarga
berencana setelah bersalin.
Asuhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sewaktu melakukan
kunjungan nifas memiliki tujuan yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada tabel
dibawah:
Kunjung Waktu Tujuan
an
1 a. Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena
atonia uteri.
b. Mendeteksi dan perawatan penyebab lain
perdarahan serta
6-8 jam c. melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
setelah d. Memberikan konseling pada ibu dan keluarga
persali- tentang cara
nan e. mencegahperdarahan yang disebabkan atonia
uteri.
f. Pemberian ASI awal.
g. Mengajarkan cara mempererat hubungan
antara ibu dan bayi
h. baru lahir.
i. Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan
hipotermi.
j. Setelah bidan melakukan pertolongan
persalinan,
k. maka bidan harus menjaga ibu dan bayi
untuk 2 jam pertama
l. setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu
dan bayi baru
m. lahir dalam keadaan baik.
2 6 hari a. Memastikan involusi uterus barjalan
setelah b. dengan normal, uterus berkontraksi dengan
persali- baik, tinggi fundus
c. uteri di bawah umbilikus, tidak ada
perdarahanabnormal.
d. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
dan perdarahan.
e. Memastikan ibu mendapat istirahat yang
cukup.
f. Memastikan ibu mendapat makanan yang
bergizi dan
g. cukup cairan.
h. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
benar serta tidak
i. ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
j. Memberikan konseling tentang perawatan
bayi baru lahir.
3 6 hari Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan
setelah asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post
persalinan partum.
4 6 minggu a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
setela h penyulit yang ia atau bayi alami.
persalinan b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
Tabel Kebijakan kunjungan nifas (Kemenkes RI., 2013)
2.4 Bayi Baru Lahir
2.4.1 Definisi Bayi Baru Lahir
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. Tiga
faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan peoses vital neonatus yaitu
maturasi, adaptasi dan toleransi. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang
paling dramatik dan cepat berlangsung adalah pada sisem pernafasan, sirkulasi,
kemampuan menghasilkan glukosa. (Jamil, 2017)
Bayi baru lahir atau neonatus adalah masa kehidupan neonatus
pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari dimana terjadi perubahan
yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menjadi di luar rahim.
Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir di semua sistem
(Cunningham, 2012).
2.4.2 Fisiologi Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir dikatakan normal jika usia kehamilan aterm antara 37- 42
minggu, BB 2500 gram – 4000 gram, panjang badan 48- 52 cm, lingkar dada 30-
38 cm, lingkar kepala 33- 35 cm, lingkar lengan 11- 12 cm, frekuensi DJ 120-
160 x permenit, pernafasan ± 40- 60 x permenit, kulit kemerahan dan licin
karena jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan rambut
kepala biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >
7, gerakan aktif, bayi langsung menangis kuat, refleks rooting (mencari putting
susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk
dengan baik, refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik,
refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik,
refleks grasping (menggenggam) sudah baik, genetaliasudah terbentuk sempurna
, pada laki- laki testis sudah turun ke skrotum dan penis berlubang, pada
perempuan: Vagina dan uretra yang berlubang, serta labia mayora sudah
menutupi labia minora, eliminasi baik, mekonium dalam 24 jam pertama,
berwarna hitam kecoklatan. (Jamil, 2017)
a. Penilaian Penampilan bayi baru lahir
1) Kesadaran dan Reaksi terhadap sekeliling, perlu di kurangi rangsangan
terhadap reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit, atau suara keras yang
mengejutkan atau suara mainan;
2) Keaktifan, bayi normal melakukan gerakan-gerakan yang simetris pada
waktu bangun. adanya temor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu
menangis adalah normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu tidur,
kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut;
3) Simetris, apakah secara keseluruhan badan seimbang; kepala: apakah
terlihat simetris, benjolan seperti tumor yang lunak dibelakang atas yang
menyebabkan kepala tampak lebih panjang ini disebabkan akibat proses
kelahiran, benjolan pada kepala tersebut hanya terdapat dibelahan kiri
atau kanan saja, atau di sisi kiri dan kanan tetapi tidak melampaui garis
tengah bujur kepala, pengukuran lingkar kepala dapat ditunda sampai
kondisi benjol (Capput sucsedenaum) dikepala hilang dan jika terjadi
moulase, tunggu hingga kepala bayi kembali pada bentuknya semula.
4) Muka wajah: bayi tampak ekspresi;mata: perhatikan antara kesimetrisan
antara mata kanan dan mata kiri, perhatikan adanya tanda-tanda
perdarahan berupa bercak merah yang akan menghilang dalam waktu 6
minggu;
5) Mulut: penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu seperti mulut
ikan, tidak ada tanda kebiruan pada mulut bayi, saliva tidak terdapat pada
bayi normal, bila terdapat secret yang berlebihan, kemungkinan ada
kelainan bawaan saluran cerna;
6) Leher, dada, abdomen: melihat adanya cedera akibat persalinan;
perhatikan ada tidaknya kelainan pada pernapasan bayi, karena bayi
biasanya bayi masih ada pernapasan perut;
7) Punggung: adanya benjolan atau tumor atau tulang punggung dengan
lekukan yang kurang sempurna; Bahu, tangan, sendi, tungkai: perlu
diperhatikan bentuk, gerakannya, faktur (bila ekstremitas lunglai/kurang
gerak), varices;
8) Kulit dan kuku: dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan,
kadang-kadang didapatkan kulit yang mengelupas ringan, pengelupasan
yang berlebihan harus dipikirkan kemungkinan adanya kelainan,
waspada timbulnya kulit dengan warna yang tak rata (“cuti Marmorata”)
ini dapat disebabkan karena temperature dingin, telapak tangan, telapak
kaki atau kuku yang menjadi biru, kulit menjadi pucat dan kuning,
bercak- bercak besar biru yang sering terdapat disekitar bokong
(Mongolian Spot) akan menghilang pada umur 1 (satu) sampai 5 (lima)
tahun;
9) Kelancaran menhisap dan pencernaan: harus diperhatikan: tinja dan
kemih: diharapkan keluar dalam 24 jam pertama. Waspada bila terjadi
perut yang tiba-tiba membesar, tanpa keluarnya tinja, disertai muntah,
dan mungkin dengan kulit kebiruan, harap segera konsultasi untuk
pemeriksaan lebih lanjut, untuk kemungkinsn Hirschprung/Congenital
Megacolon;
10) Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan spontan
tanpa disadari pada bayi normal, refleks pada bayi antara lain Tonik neek
refleks , yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila
ditengkurapkan akan secara spontan memiringkan kepalanya, Rooting
refleks yaitu bila jarinya menyentuh daerah sekitar mulut bayi maka ia
akan membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya ke arah datangnya
jari , Grasping refleks yaitu bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi
maka jari-jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat, Moro refleks
yaitu reflek yang timbul diluar kesadaran bayi misalnya bila bayi
diangkat/direnggut secara kasar dari gendongan kemudian seolah-olah
bayi melakukan gerakan yang mengangkat tubuhnya pada orang yang
mendekapnya, Stapping refleks yaitu reflek kaki secara spontan apabila
bayi diangkat tegak dan kakinya satu
persatu disentuhkan pada satu dasar maka bayi seolah-olah berjalan,
Suckling refleks (menghisap) yaitu areola putting susu tertekan gusi bayi,
lidah, dan langis-langit sehingga sinus laktiferus tertekan dan
memancarkan ASI, Swallowing refleks (menelan) dimana ASI dimulut
bayi mendesak otot didaerah mulut dan faring sehingga
mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung.
11) Berat badan: sebaiknya tiap hari dipantau penurunan berat badan lebih
dari 5% berat badan waktu lahir, menunjukan kekurangan cairan.

b. Penilaian Bayi Untuk Tanda-Tanda Kegawatan


Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan/kelainan
yang menujukan suatu penyakit. Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila
mempunyai salah satu atau beberapa tanda antra lain: Sesak nafas, Frekuensi
pernafasan 60 kali/menit, gerak retraksi didada, malas minum, panas atau suhu
badan bayi rendah, kurang aktif, berat lahir rendah (500-2500gram) dengan
kesulitan minum. Tanda-tanda bayi sakit berat, apabila terdapat salah satu atau
lebih tanda seperti: sulit minum, sianosis setral (lidah biru), perut kembung,
priode apneu, kejang/priode kejang-kejang kecil, merintih, perdarahan, sangat
kuning, berat badan lahir <1500 gram. (Jamil, 2017)
Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong persalinan telah
melakukan upaya pencegahan infeksi seperti berikut:
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi;
2) Pakai sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum dimandikan;
3) Semua peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan telah di DTT
atau steril. Khusus bola karet penghisap lendir jangan diapakai untuk
lebih dari satu bayi
4) Handuk, pakaian atau kain yang akan digunakan dalam keadaan bersih.
(demikian juga dengan timbangan, pita pengukur, thermometer,
stetoskok dll.
5) Dekontaminasi dan cuci setelah digunakan
(Jamil, 2017)
c. Penilaian
Segera setelah lahir letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang
disiapkan di atas perut ibu (bila tidak memungkinkan, letakkan di dekat ibu
misalnya diantara kedua kaki ibu atau I sebelah ibu) pastikan area tersebut bersih
dan kering, keringkan bayi terutama muka dan permukaan tubuh dengan kering,
hangat dan bersih. Kemudian lakukan penilaian awal sebagai berikut:
1) Apakah menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?
2) Apakah bergerak dengan aktif atau lemas? jika bayi tidak bernafas atau
megap-megap atau lemah maka segera lakukan resusitasi bayi baru lahir.
(Jamil, 2017)
Nilai APGAR
Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2
Appearance Pucat/Biru Tubuh merah, Seluruh tubuh
(Warna Kulit) seluruh badan eksternitas biru kemerahan
Pulse Tidak Ada <100 >100
(Denyut
Jantung)
Grimace Tidak ada Eksternitas Gerakan aktif
(Tonus Otot) sedikit fleksi
Activity Tidak ada Sedikit gerak Langsung
(Aktifitas) menangis
Respiration Tidak ada Lemah/ tidak Menangis
(Pernafasan) teratur

d. Fisiologi Bayi Baru Lahir


1. Sistem Pernapasan
Masa yang paling kritis neonatus adalah ketika harus mengatasi resistensi
paru pada saat pernapasan janin atau bayi pertama. Pada saat persalinan
kepala bayi menyebabkan badan khususnya toraks berada di jalan lahir
sehingga terjadi kompresi dan cairan yang terdapat dalam percabangan
trakheobronkial keluar sebanyak 10-28 cc. Setelah torak lahir terjadi
mekanisme balik yang menyebabkan terjadinya beberapa hal sebagai berikut
yaitu:
a) Inspirasi pasif paru karena bebasnya toraks dari jalan lahir
b) Perluasan permukaan paru yang mengakibatkan perubahan penting:
pembuluh darah kapiler paru makin terbuka untuk persiapan pertukaran
oksigen dan karbondioksida, surfaktan menyebar sehingga
memudahkan untuk menggelembungnya alveoli, resistensi pembuluh
darah paru makin menurun sehingga dapat meningkatkan aliran darah
menuju paru, pelebaran toraks secara pasif yang cukup tinggi untuk
menggelembungkan seluruh alveoli yang memerlukan tekanan sekitar
25 mm air.
c) Saat toraks bebas dan terjadi inspirasi pasif selanjutnya terjadi dengan
ekspirasi yang berlangsung lebih panjang untuk meningkatkan
pengeluaran lendir. (Sinta, 2019)
2. Sistem Kardiovaskular
Terdapat perbedaan prinsip antara sirkulasi janin dan bayi karena paru
mulai berkurang dan sirkulasi tali pusat putus. Perubahan ini menyebabkan
berbagai bentuk perubahan hemodinamik yang dapat dijabarkan sebagai
berikut:
a) Darah vena umbilikalis mempunyai tekanan 30-35 mmHg dengan
saturasi oksigen sebesar 80-90% karena hemoglobin janin mempunayi
afinitas yang tinggi terhadap oksigen.
b) Darah dari vena cava inferior yang kaya oksigen dan nutrisi langsung
masuk oramen ovale dari atrium kanan menuju atrium kiri. Atrium
kanan menerima aliran darah yang berasal dari vena pulmonalis.
c) Aliran darah dari vena cava superior yang berasal dari sirkulasi darah
ekstremitas bagian atas, otak, dan jantung, akan langsung masuk atrium
kanan dan selanjutnya langsung menuju ventrikel kanan.
d) Curah jantung janin pada saat mendekati aterm adalah sekitar 450
cc/kg/menit dari kedua ventrikel jantung janin.
e) Aliran dari ventrikel kiri dengan tekanan 25-28 mmHg dengan saturasi
60% sksn menuju ke arteri koroner jantung, eketremitas bagian atas,
dan 10% menuju aorta desenden.
f) Aliran dari ventrikel kanan, dengan tekanan oksigen 20-23 mmHg
dengan saturasi 55% akan menujuk ke aorta desenden yang selanjutnya
menuju ke sirkulasi abdomen dan ekstremitas bagian bawah.
Pada saat lahir terjadi pengembangan alveoli paru sehingga tahanan
pembuluh darah paru semakin menurun karena:
a) Endothelium relaxing factor menyebabkan relaksasi pembuluh darah
dan menurunkan tahanan pembuluh darah paru.
b) Pembuluh darah paru melebar sehingga tahanan pembuluh darah makin
menurun. (Sinta, 2019)
3. Pengaturan Suhu
Bayi kehilangan panas melalui empat cara, yaitu: ·
a) Konveksi: pendinginan melaui aliran udara di sekitar bayi. Suhu udara
di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 20 C dan sebaiknya tidak
berangin. Tidak boleh ada pintu dan jendela yang terbka. Kipas angin
dan AC yang kuat harus cukup jauh dari area resusitasi. Troli resusitasi
harus mempunyai sisi untuk meminimalkan konveksi ke udara sekitar
bayi.
b) Evaporasi: kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi
yang basah. Bayi baru lahir yang dalam keadaan basah kehilangan
panas dengan cepat melalui cara ini. Karena itu, bayi harus dikeringkan
seluruhnya, termasuk kepala dan rambut, sesegera mungkin setelah
dilahirkan.
c) Radiasi: melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secara
langsung dengan kulit bayi. Panas dapat hilang secara radiasi ke benda
padat yang terdekat, misalnya jendela pada musim dingin. Karena itu ,
bayi harus diselimuti, termasuk kepalanya, idealnya dengan handuk
hangat.
d) Konduksi: melalui benda-benda padat yang berkontak dengan kulit bayi
(Sinta, 2019)
4. Sistem Ginjal
Ginjal bayi belum matur sehingga menyebabkan laju filtrasi glomerulus
rendah dan kemampuan reabsorbsi tubular terbatas. Urin pertama keluar
dalam 24 jam pertama dan dengan frekuensi yang semakin sering sesuai
intake. (Sinta, 2019)
5. Sistem Pencernaan
Secara struktur sudah lengkap tapi belum sempurna, mukosa mulut lembab
dan pink. Lapisan keratin berwarna pink, kapasitas lambung sekitar 15-30 ml,
feses pertama berwarna hijau kehitaman. (Sinta, 2019)

2.4.3 Reflek Bayi Baru Lahir


a. Reflek Moro
Bayi akan mengembangkan tangan lebar dan melebarkan jari, lalu
membalikkan dengan tangan yang cepat seakan-akan memeluk seseorang.
Diperoleh dengan memukul permukaan yang rata dimana dekat bayi
dibaringkan dengan posisi telentang
b. Reflek Rooting
Timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut. Bayi akan
memutar kepala seakan mencari putting susu. Refleks ini menghilang pada
usia 7 bulan.
c. Reflek Sucking
Timbul bersamaan dengan reflek rooting untuk mengisap putting susu
dan menelan ASI.
d. Reflek Batuk dan Bersin
Untuk melindungi bayi dan obsmuksi pernafasan.
e. Reflek Graps
Timbul jika ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi, lalu bayi akan
menutup telapak tangannya atau ketika telapak kaki digores dekat ujung
jari kaki, jari kaki menekuk.
f. Reflek Walking dan Stapping
Reflek ini timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan
spontan kaki melangkah ke depan walaupun bayi tersebut belum bisa
berjalan. Menghilang pada usia 4 bulan.
g. Reflek tonic neck
Reflek ini timbul jika bayi mengangkat leher dan menoleh kekanan atau
kiri jika diposisikan tengkurap. Reflek ini bisa diamati saat bayi berusia 3-
4 bulan.
h. Reflek Babinsky
Muncul ketika ada rangsangan pada telapak kaki, ibu jari akan bergerak
keatas dan jari-jari lainnya membuka, menghilang pada usia 1 tahun.
i. Reflek Membengkokkan Badan (Reflek Galant)
Ketika bayi tengkurap, gerakan bayi pada punggung menyebabkan
pelvis membengkok ke samping. Berkurang pada usia 2-3 bulan.
j. Reflek Bauer/Merangkak
Pada bayi aterm dengan posisi tengkurap. BBL akan melakukan
gerakan merangkak dengan menggunakan lengan dan tungkai. Menghilang
pada usia 6 minggu.
(Sinta, 2019)
2.4.4 Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi Menyusui Dini dimulai sedini mungkin. Segera setelah bayi lahir
setelah tali pusat dipotong letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit ke
kulit biarkan selama 1 jam/lebih sampai bayi menyusu sendiri, selimuti dan beri
topi. Suami dan keluarga beri dukungan dan siap membantu selama proses
menyusui. Pada jam perama si bayi menemukan payudara ibunya dan ini
merupakan awal hubungan menyusui yang berkelanjutan yang bisa mendukung
kesuksesan ASI Eksklusif selama 6 bulan. Berdasarkan penelitian bayi bar lahir
yang dipisahkan dari ibunya dapat meningkatkan hormon stres sekitar 50% dan
membuat kekebalan tubuh bayi menjadi menurun. (Sinta, 2019)
Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan,
mengendalikan suhu tubuh lebih baik dibandingkan dengan inkubtor, menjaga
kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosokomial.
Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium
lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus bayi baru lahir. Kontak
kulit ke kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga didapat pola tidur yang
lebih baik. (Sinta, 2019)
Berikut ini langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang
dianjurkan :
1) Begitu lahir bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi
kain kering.
2) Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya,
kecuali kedua tangan.
3) Tali pusar dipotong lalu diikat.
4) Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak
dibersikan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.
5) Tanpa dibendong bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu
dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-
sama, jika perlu bayi diberi topi untuk menurangi pengeluaran panas
dari kepalanya
(Jamil, 2017)
2.4.5 Perawatan Bayi Baru Lahir
Menurut JNPK-KR/POGI, APN, (2007) asuhan segera, aman dan bersih
untuk bayi baru lahir ialah:
a. Pencegahan Infeksi
1. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan
dengan bayi
2. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan
3. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem,
gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah
didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.
4. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan
untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan
timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop. (Sinta, 2019)
b. Melakukan penilaian
1. Apakah bayi cukup bulan/tidak
2. Apakah air ketuban bercampur mekonium/tidak
3. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
4. Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas Jika bayi tidak
bernapas atau bernapas megap–megap atau lemah maka segera
lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. (Sinta, 2019)
c. Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme kehilangan panas :
1. Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi
sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
2. Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin, seperti: meja, tempat tidur, timbangan
yang temperaturnya ebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas
tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda–benda tersebut.·
3. Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang
lebih dingin, co/ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas
angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan. ·
4. Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda–
benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi,
karena benda–benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi
(walaupun tidak bersentuhan secara langsung) (Sinta, 2019)

Mencegah kehilangan panas melalui upaya berikut:


1. Keringkan bayi dengan seksama
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan
rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya.
2. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan
selimut atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering)
3. Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi
akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan
mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai
dalam waktu satu (1) jam pertama kelahiran
5. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya,
sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan
kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari
selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan
berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam jam
setelah lahir. (Sinta, 2019)
d. Membebaskan Jalan Nafas
Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan
segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong
segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut:
1. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat. ·
2. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher
bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus
sedikit tengadah kebelakang.
3. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari
tangan yang dibungkus kassa steril.
4. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit
bayi dengan kain kering dan kasar.
5. Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya
yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat
6. Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
7. Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar
Score)
8. Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut
harus diperhatikan. (Sinta, 2019)
e. Merawat Tali Pusat
1. Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau
jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
2. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam
larutan klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh
lainnya.
3. Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi
4. Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau
kain bersih dan kering.
5. Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan
menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali
pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan simpul kunci
atau jepitankan secara mantap klem tali pusat tertentu.
6. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling
ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul
kunci dibagian tali pusat pada sisi yang berlawanan.
7. Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan
klonin 0,5%
8. Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa
bagian kepala bayi tertutup dengan baik. (Sinta, 2019)
f. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya,
dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat.
Bayi baru lahir harus di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok
ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya
sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat (Prawiroharjo, 2002). Bayi baru lahir
tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadaidan dapat
dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi
yang mengalami kehilangan panas (hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh
sakit atau meninggal, jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti
mungkin akan mengalami hipoterdak, meskipun berada dalam ruangan
yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah sangat rentan
terhadap terjadinya hipotermia. Pencegah terjadinya kehilangan panas
yaitu dengan: ·
1. Keringkan bayi secara seksama
2. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
3. Tutup bagian kepala bayi
4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya
5. Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
6. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. (Sinta, 2019)
g. Pencegahan infeks
1. Memberikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K
pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K
per oral 1 mg/hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri
vitamin K parenteral dengan dosis 0,5–1 mg IM.
2. Memberikan obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular
seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan,
yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %,
sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir.
a) Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat
dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat
b) Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan
langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir
- Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk
melakukan tindakanpencegahan infeksi berikut ini:
- Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan
kontak denganbayi.
- Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang
belum dimandikan.
- Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan
benang tali pusat telah didinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika
menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan
baru.
- Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain
yang digunakan. Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur,
termometer, stetoskop dan benda-benda lainnya yang akan
bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi
dan cuci setiap setelah digunakan). (Sinta, 2019)
h. Identifikasi bayi
- Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di pasang
segera pasca persalinan. Alat pengenal yang efektif harus diberikan
kepada bayi setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya
sampai waktu bayi dipulangkan.
- Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat
penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi
- Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus
tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas
- Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum nama (bayi,
nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama
lengkap ibu
- Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan
nama, tanggal lahir, nomor identifikasi. (Sinta, 2019)
2.4.6 Imunisasi pada Bayi
Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya
penyakit menulardan juga salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian
pada anak. Oleh karena itu upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk
mencapai tingkat kekebalan masyarakat yang tinggi sehingga Penyakit yang
Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) dapat dieradikasi, dieliminasi dan
direduksi melalui pelayanan imunisasi yang semakin efektif, efisien dan
berkualitas. (Setiyani, 2016)
Anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal membutuhkan
beberapa upaya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Salah satu kebutuhan
penting dari anak adalah imunisasi, karena imunisasi dapat mencegah beberapa
penyakit yang berperan dalampenyebab kematian pada anak. Seperti
Tuberculosis, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Campak dan Hepatitis ini
merupakan (PD3I). Berikut adalah jenis imunisasi yang diselenggarakan di
Indonesia :
1. Imunisasi Wajib
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintahuntuk
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi
yangbersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu.
Imunisasiwajib terdiri atas (a) imunisasi rutin, (b) imunisasi tambahan, dan (c)
imunisasi khusus. (Setiyani, 2016)
a. Imunisasi Rutin
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara
terusmenerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar
dan imunisasi lanjutan. Berikut macam vaksin imunisasi rutin meliputi
deskripsi, indikasi, carapemberian dan dosis, kontraindikasi, efek samping
serta penanganan efek samping imunisasi :
- Imunisasi Dasar
a. Vaksin BCG
Deskripsi:
Vaksin BCG merupakan vaksin
beku kering yang mengandung
Mycrobacterium bovis hidup yang
dilemahkan (Bacillus Calmette
Guerin), strain paris.

Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan aktif
terhadap tuberculosis
Cara pemberian dan dosis:
• Dosis pemberian: 0,05 ml, sebanyak 1 kali.
• Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio
musculus deltoideus),dengan menggunakan ADS 0,05 ml.

Efek samping:
2–6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan timbul
bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi
dalam waktu 2–4 bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan
menimbulkan jaringan parut dengan diameter 2–10 mm.
Penanganan efek samping:
• Apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan cairan
antiseptik
• Apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar
anjurkan orangtua membawa bayi ke dokter.

(Setiyani, 2016)

b. Vaksin DPT-HB-HiB

Deskripsi:
Vaksin DTP-HB-Hib digunakan
untuk pencegahan terhadap difteri,
tetanus, pertusis (batuk rejan),
hepatitis B, dan infeksi
Haemophilus influenzae tipe b
secara simultan.
Cara pemberian dan dosis:
• Vaksin harus disuntikkan secara intramuskular pada anterolateral
paha atas.
• Satu dosis anak adalah 0,5 ml

Kontra indikasi:
Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan
saraf serius .

Efek samping:
Reaksi lokal sementara seperti bengkak, nyeri dan kemerahan pada
lokasi suntikan disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar
kasus. Kadang-kadang reaksi berat seperti demamtinggi, irritabilitas
(rewel), dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam
setelah pemberian.
Penanganan efek samping:
• Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI
atau sari buah).
• Jika demam pakaikan pakaian yang tipis.
• Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
• Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam).
• Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
• Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter.

(Setiyani, 2016)
c. Vaksin Hepatitis B
Deskripsi:
Adalah vaksin virus recombinan
yang telah diinaktivasikan dan
bersifat non-infecious,berasal dari
HBsAg
Cara pemberian dan dosis:
• Dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB PID, secara intra-muskuler, sebaiknya
pada anterolateral paha.
• Pemberian sebanyak 3 dosis.
• Dosis pertama usia 0–7 hari, dosis berikutnya interval minimum 4
minggu (1 bulan).

Kontra indikasi:
Penderita infeksi berat yang disertai kejang.

Efek Samping:
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di
sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan
biasanya hilang setelah 2 hari.
Penanganan Efek samping:
• Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI
atau sari buah).
• Jika demam pakaikan pakaian yang tipis.
• Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
• Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam).
• Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat

(Setiyani, 2016)
d. Vaksin Polio
- Vaksin Polio Oral
Deskripsi:
Vaksin Polio Trivalent yang terdiri
dari suspensi viruspoliomyelitis
tipe 1,2, dan 3 (strain Sabin) yang
sudahdilemahkan.

Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan aktif
terhadap poliomielitis
Cara pemberian dan dosis:
Secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali (dosis)
pemberian, denganinterval setiap dosis minimal 4 minggu.

Kontra indikasi:
Pada individu yang menderita “immune deficiency” tidak ada efek
yang berbahaya yang timbulakibat pemberian polio pada anak yang
sedang sakit.
Efek Samping:
Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio oral. Setelah
mendapat vaksin polio oral bayi boleh makan minum seperti bisa.
Apabila muntah dalam 30 menit segera diberi
dosis ulang.

Penanganan efek samping:


Orang tua tidak perlu melakukan tindakan apapun

(Setiyani, 2016)
- Vaksin PolioInactive Polio Vaccine (IPV)
Deskripsi:
Bentuk suspensi injeksi.

Indikasi:
Untuk pencegahan poliomyelitis
pada bayi dan anak
immunocompromised, kontak di
lingkungan keluarga dan pada
individu dimana vaksin polio oral
menjadi kontra indikasi.
Cara pemberian dan dosis:
• Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan
dosis pemberian 0,5 ml.
• Dari usia 2 bulan, 3 suntikan berturut-turut 0,5 ml harus diberikan
pada interval satu atau dua bulan.
• IPV dapat diberikan setelah usia bayi 6, 10, dan 14, sesuai dengan
rekomendasi dari WHO.
• Bagi orang dewasa yang belum di imunisasi diberikan 2 suntikan
berturut-turut dengan interval satu atau dua bulan.
Kontra indikasi:
• Sedang menderita demam, penyakit akut atau penyakit kronis
progresif.
• Hipersensitif pada saat pemberian vaksin ini sebelumnya.
• Penyakit demam akibat infeksi akut: tunggu sampai sembuh.
• Alergi terhadap Streptomycin.

Efek samping:
Reaksi lokal pada tempat penyuntikan: nyeri, kemerahan, indurasi dan
bengkak bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan dan bisa
bertahan selama satu atau dua hari.

Penanganan efek samping:


• Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI
atau sari buah).
• Jika demam pakaikan pakaian yang tipis.
• Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
• Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam)
• Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

(Setiyani, 2016)
e. Vaksin Campak
Deskripsi:
Vaksin virus hidup yang
dilemahkan.

Indikasi:
Pemberian kekebalan aktif
terhadap penyakit campak
Cara pemberian dan dosis:
0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas atau
anterolateral paha, pada usia 9–11 bulan.

Kontra indikasi:
Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu
yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia,
limfoma.

Efek samping:
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan
selama 3 hari yang dapat terjadi 8–12 hari setelah vaksinasi.

Penanganan efek samping:


• Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI
atau sari buah).
• Jika demam pakaikan pakaian yang tipis.
• Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
• Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam).
• Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
• Jika reaksi tersebut berat dan menetap bawa bayi ke dokter.

(Setiyani, 2016)

Usia Jenis imunisasi Kegunaan


0-7 hari Hb0 Mencegah penyakit
hepatitis B
1 bulan BCG + polio 1 Mencegah penyakit
tuberkulosis
2 bulan DPT-Hb-Hib 1 + Mencegah penyakit
polio 2 difteri, pertusis,
tetanus, polio
3 bulan DPT-Hb-Hib 2 + Mencegah penyakit
polio 3 difteri, pertusis,
tetanus, polio,
hepatitis B
4 bulan DPT-Hb-Hib 3 + Mencegah penyakit
polio 4 difteri, pertusis,
tetanus, polio,
hepatitis B
9 bulan Campak Mencegah penyakit
campak

(Vivian, 2014)

b. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk
mempertahankan tingkatkekebalan atau untuk memperpanjang masa
perlindungan. Imunisasi lanjutandiberikan kepada anak usia bawah tiga
tahun (Batita), anak usia sekolah dasar, danwanita usia subur. Vaksin yang
diberikan adalah: vaksin DT, vaksin TD. (Setiyani, 2016)
c. Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan diberikan kepada kelompok umur tertentu yang
paling berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode
waktu tertentu.Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan adalah
sebagai berikut :
a) Backlog Fighting
Backlog Fightingmerupakan upaya aktif yang dilakukan untuk
melengkapi imunisasi dasar kepada anak yang berumur 1–3 tahun.
Kegiatan Backlog fighting ini diprioritaskan pada desa yang selama
2 (dua)tahun berturut-turut tidak mencapai UCI (Universal Child
Immunization). (Setiyani, 2016)
b) Crash Program
Crash program merupakan kegiatan yang ditujukan untuk wilayah
yang memerlukan intervensi secara cepat untuk mencegah terjadinya
KLB. Kriteria pemilihan daerah yang akan dilakukan crash program
adalah angkakematian bayi akibat PD3I tinggi, infrastruktur (tenaga,
sarana, dana) kurang. Desa yang selama 3 tahun berturut-turut tidak
mencapai UCI. Crash program bisadilakukan untuk satu atau lebih
jenis imunisasi, misalnya campak, atau campakterpadu dengan polio.
(Setiyani, 2016)
c) PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
PIN merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara
serentak di suatu negara dalam waktu singkat.Kegiatan PIN ini
bertujuan untuk memutuskan mata rantai penyebaran suatupenyakit
(misalnya polio). Imunisasi yang diberikan pada PIN diberikan
tanpamemandang status imunisasi sebelumnya. (Setiyani, 2016)
d) Sub-PIN
Sub PIN merupakan kegiatan serupa dengan PIN tetapi dilaksanakan
pada wilayah terbatas (beberapa provinsi atau kabupaten/kota).
(Setiyani, 2016)
e) Catch up Campaign Campak
Catch up campaign campak merupakan suatu upaya untuk
memutuskan transmisi penularan virus campak pada anak usia
sekolah dasar. Kegiatan ini dilakukandengan pemberian imunisasi
campak secara serentak kepada anak sekolah dasardari kelas satu
hingga kelas enam atau yang sederajat, serta anak usia 6–12 tahun
yang tidak sekolah, tanpa mempertimbangkan status imunisasi
sebelumnya.Pemberian imunisasi campak pada waktu catch up
campaign campak di sampinguntuk memutus rantai penularan, juga
berguna sebagai booster atau imunisasiulangan (dosis kedua).
(Setiyani, 2016)
f) Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response
Immunization/ORI)
Pedoman pelaksanaan imunisasi dalam penanganan KLB
disesuaikan dengansituasi epidemiologis penyakit masing-masing
(Setiyani, 2016)
2. Imunisasi Pilihan
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dari penyakit menular tertentu. Macam- macam vaksin imunisasi
pilihan yaitu ; vaksin MMR, Hib,Tifoid,Varisela, Hepatitis A, Influensa,
Pneumokokus, Rotavirus, Japanese Ensephalitis dan HPV. (Setiyani, 2016)

2.5 Keluarga Berencana


Pentingnya Penggunaan Kontrasepsi Selama Masa Postpartum. Kehamilan
yang tidak direncanakan biasanya diikuti dengan perilaku kehamilan yang
merugikan dan memberikan beberapa dampak negatif, seperti ter lambat
melakukan prenatal care, kebiasaan merokok, meningkatkan insidensi bayi berat
rendah, dan tidak menyusui secara ekslusif. Selain itu, interval ke hamilan yang
terlalu dekat juga dapat menghasilkan dampak negatif seperti kelahiran bayi berat
rendah dan bayi prematur. Masa postpartum merupakan masa yang cukup penting
untuk memulai penggunaan kontrasepsi untuk menjaga kesehatan wanita. Masa
ovulasi dapat terjadi secepatnya pada umur 25 hari post partum pada wanita yang
tidak menyusui, yang menjadi alasan kuat buat wanita untuk menggunakan
kontrasepsi secepat mungkin (Purwoastuti, 2019).
Keamanan penggunaan kontrasepsi postpartum tetap juga harus diper
timbangkan. Perubahan hematologi secara normal akan terjadi selama kehamilan,
termasuk peningkatan faktor koagulasi dan fibrinogen dan penurunan bahan anti
koagulan alami, yang menyebabkan peningkatan risiko tromboemboli vena (TEV)
selama masa postpartum. Banyak wanita postpartum memiliki faktor risiko
tambahan yang meningkatkan risiko tromboemboli, misalnya umur ≥ 35 tahun,
merokok, atau melahirkan secara caesar. Hal-hal tersebut memengaruhi penentuan
penggunaan kontrasepsi oleh karena kontrasepsi hormonal kombinasi (estrogen
dan progestin) memiliki efek samping yang bisa meningkatkan risiko
tromboemboli pada wanita usia produktif (Purwoastuti, 2019).
2.5.1 Definisi Keluarga Berencana
Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (UU Nomor 10 Tahun 1992)
(Jitowiyono, 2018).
2.5.2 Konseling Program Keluarga Berencana
Menurut (Jitowiyono, 2018) komponen penting dalam pelayanan KB
dapat dibagi dalam tiga tahap. Konseling awal pada saat menerima klien,
konseling khusus tentang cara KB, dan konseling tindak lanjut.
1. Konseling Awal
Konseling awal memiliki tujuan untuk menentukan metode atau jenis KB apa
yang cocok dipakai. Saat konseling awal, tenaga kesehatan juga harus
mengenalkan pada klien semua cara dan jenis KB atau pelayanan kesehatan,
prosedur klinik dari masing masing jenis KB tersebut, kebijakan, dan bagaimana
pengalaman klien pada kunjungannya itu. Bila dilakukan dengan efektif,pada
dasarnya konseling awal bertujuan untuk membantu klien dalam memilih jenis
KB yang cocok untuknya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan konseling awal antara
lain bertanya kepada klien cara apa yang disukainya, dan apa yang dia ketahui
tentang cara tersebut. Saat melakukan konseling awal juga sebaiknya
memberikan pemahaman secara ringkas tentang cara kerja, kelebihan, dan
kekurangan dari masing-masing jenis KB.
2. Konseling Khusus
Pada tahap ini, klien juga akan mendapatkan informasi lebih jelas dan rinci
tentang cara KB yang tersedia yang ingin dipilihnya. Klien juga mendapatkan
bantuan untuk memilih metode KB yang cocok serta mendapat penjelasan lebih
jauh tentang bagaimana menggunakan metode tersebut dengan aman, efektif,
dan memuaskan. Konseling khusus mengenai metode KB diharapkan dapat
memberi kesempatan pada klien untuk bertanya tentang cara KB tertentu dan
membicarakan pengalamannya.
3. Konseling Tindak Lanjut
Konseling sebelumnya diperlukan jika ada klien yang datang kembali untuk
mendapatkan obat baru atau melakukan pemeriksaan ulang. Konseling
sebelumnya dapat dijadikan acuan atau pijakan. Saat melakukan kunjungan
ulang, klien akan mendapatkan konseling yang lebih dalam. Contohnya, tenaga
kesehatan harus memberi tahu tentang apa yang harus dikerjakan pada situasi
tertentu kepada klien. Tenaga kesehatan juga harus memberikan pemahaman
tentang perbedaan antara masalah serius yang harus segera ditangani dan
masalah ringan yang bisa diselesaikan di tempat oleh klien sendiri.
Langkah-Langkah Konseling KB SATU TUJU menurut (Jitowiyono, 2018):
SATU TUJU adalah kata kunci atau pedoman yang dilakukan saat melakukan
konseling terhadap klien yang akan melakukan program KB. SATU TUJU
memuat enam langkah dan tidak harus dilakukan secara berurutan karena tenaga
kesehatan harus memutuskan langkah mana yang perlu dilakukan terelebih dulu.
Langkah langkah yang diambil ditentukan dari keadaan dan. kebutuhan klien.
Tidak menutup kemungkinan satu klien memiliki tindakan dan langkah yang
berbeda dari klien yang lain. Kata kunci atau pedoman SATU TUJU adalah
sebagai berikut.
SA: Sapa dan Salam
Sapa dan salam klien secara terbuka dan sopan. Tenaga kesehatan harus
memberikan perha tian sepenuhnya kepada mereka dan menjelaskan di
tempat yang nyaman dengan privasi yang terjamin. Klien diyakinkan untuk
membangun rasa percaya diri. Tenaga kesehatan juga perlu bertanya kepada
klien apa yang perlu dibantu dan menjelaskan pelayanan apa yang dapat
diperolehnya.
T: Tanya
Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Klien diarahkan untuk
berbicara tentang pengalaman keluarga berencana dan kesehatan reproduksi,
tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan
keluarganya. Tenaga kesehatan juga perlu bertanya kepada klien jenis
kontrasepsi apa yang diinginkan. Menciptakan situasi tertentu agar klien
yakin bahwa tenaga kesehatan sudah memahami perkataan klien. Situasi ini
bisa didukung dengan perkataan dan gerak isyarat. Tenaga kesehatan juga
harus memahami posisi klien sehingga bisa memahami pengetahuan,
kebutuhan, dan keinginan klien.
U: Uraikan
Uraikan kepada klien tentang pilihannya dan jelaskan juga tentang pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan jenis-jenis kontrasepsi.
Bantu klien memilih jenis kontrasepsi yang paling diinginkan, serta jelaskan
pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada. Jelaskan juga tentang risiko
penularan HIV/AIDS dan pilihan metode ganda.
TU: Bantu
Bantulah klien memutuskanapa yang paling sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya. Arahkan klien. untuk menunjukkan keinginannya sehingga
bisa mengajukan pertanyaan. Tanggapilah pertanyaan tersebut secara terbuka.
Tenaga kesehatan atau petugas membantu klien mempertimbangkan kriteria
dan keinginan klien tentang setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah
pasangan dari klien tersebut akan mendukung pilihannya. Jika
memungkinkan, lakukan diskusi tentang pilihan tersebut pada pasangannya.
Setelah itu, yakinkan klien bahwa ia telah membuat suatu keputusan yang
tepat.
J: Jelaskan
Jelaskan secara lengkap langkah atau proses menggunakan kontrasepsi
pilihannya. Langkah ini dilakukan setelah klien memilih jenis kontrasepsinya,
danakan lebih baik lagi jika klien diperlihatkan obat atau alat kontrasepsinya.
Jelaskan cara atau prosedur penggunaan alat atau obat kontrasepsi tersebut.
Agar klien lebih jelas lagi, tenaga kesehatan perlu memancing klien untuk
bertanya dan petugas juga harus menjawab secara jelas dan terbuka. Berikan
pemahaman manfaat ganda metode kontrasepsi, contohnya alat kontrasepsi
jenis kondom yang tidak hanya mencegah kehamilan tetapi juga dapat
mencegah infeksi menular seksual (IMS). Pastikan pengetahuan klien
mengenai penggunaan kontrasepsi pilihannya dan berikan pujian. kepada
klien jika klien dapat menjawab dengan benar.
U: Kunjungan Ulang
Kunjungan ulang sangat perlu untuk dilakukan. Bicarakan dan buatlah
perjanjian, kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan atau
permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan. Petugas. juga perlu mengingatkan
klien untuk kembali apabila terjadi suatu masalah.
2.5.3 Macam-Macam Metode Kontrasepsi
1. Kontrasepsi oral kombinasi.
2. Kontrasepsi oral progestin.
3. Kontrasepsi suntikan progestin.
4. Kontrasepsi suntikan estrogen-progesteron.
5. Implant progestin.
6. Kontrasepsi Patch
a. Kontrasepsi barrier (penghalang)
b. Kondom (pria dan wanita)
7. Diafragma dan cervical cap.
8. Spermisida.
9. IUD (spiral).
10. Perencanaan keluarga alami
11. Penarikan penis sebelum terjadinya ejakulasi.
12. Metode amenorea menyusui.
13. Kontrasepsi darurat
a. Kontrasepsi darurat hormonal
b. Kontrasepsi darurat IUD
14. Sterilisasi
a. Vasektomi
b. Ligasi tuba (Purwoastuti, 2019).
2.5.4 Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi
1. Spermisida
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia (non
oksinol-9) yang digunakan untuk membunuh sperma. Jenis spermisida
terbagi menjadi:
a. Aerosol (busa).
b. Tablet vagina, suppositoria atau dissolvable film.
c. Krim.
2. Cervical Cap
Merupakan kontrasepsi wanita, terbuat dari bahan latex, yang dimasuk
kan ke dalam liang kemaluan dan menutupi leher rahim (serviks). Efek
sedotan menyebabkan cap tetap nempel di leher rahim. Cervical cap ber
fungsi sebagai barier (penghalang) agar sperma tidak masuk ke dalam rahim
sehingga tidak terjadi kehamilan. Setelah berhubungan (ML) cap tidak
boleh dibuka minimal selama 8 jam. Agar efektif, cap biasanya di campur
pe makaiannya dengan jeli spermisidal (pembunuh sperma). (Purwoastuti,
2019).
3. Suntik
Suntikan kontrasepsi diberikan setiap 3 bulan sekali. Suntikan
kontrasepsi mengandung hormon progestogen yang menyerupai hormon
progesterone yang diproduksi oleh wanita selama 2 minggu pada setiap
awal siklus mens truasi. Hormon tersebut mencegah wanita untuk
melepaskan sel telur sehingga memberikan efek kontrasepsi. Banyak klinik
kesehatan yang menyarankan penggunaan kondom pada minggu pertama
saat suntik kontrasepsi. Sekitar 3 dari 100 orang yang menggunakan
kontrasepsi suntik dapat mengalami kehamilan pada tahun pertama
pemakaiannya. (Purwoastuti, 2019).
4. Kontrasepsi Darurat IUD
Alat kontrasepsi intrauterine device (IUD) dinilai efektif 100% untuk
kontrasepsi darurat. Hal itu tergambar dalam sebuah studi yang melibatkan
sekitar 2.000 wanita China yang memakai alat ini 5 hari setelah melakukan
hubungan intim tanpa pelindung. Alat yang disebut Copper T380A, atau
Copper T bahkan terus efektif dalam mencegah kehamilan setahun setelah
alat ini ditanamkan dalam rahim. (Purwoastuti, 2019).
5. Implan
Implan atau susuk kontrasepsi merupakan alat kontrasepsi yang ber
bentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang di dalamnya terdapat
hormon progestogen, implan ini kemudian dimasukkan ke dalam kulit di
bagian lengan atas. Hormon tersebut kemudian akan dilepaskan secara per
lahan dan implan ini dapat efektif sebagai alat kontrasepsi selama 3 tahun.
Sama seperti pada kontrasepsi suntik, maka disarankan penggunaan kondom
untuk minggu pertama sejak pemasangan implan kontrasepsi tersebut.
(Purwoastuti, 2019).
6. Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Lactational Amenorrhea Method (LAM) adalah metode kontrasepsi
sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara
eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan
minuman. lainnya. Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational
Amenorrhea. Method (LAM) dapat dikatakan sebagai metode keluarga
berencana alamiah (KBA) atau natural family planning, apabila tidak
dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain. (Purwoastuti, 2019).
7. IUD & IUS
IUD (intra uterine device) merupakan alat kecil berbentuk seperti huruf T
yang lentur dan diletakkan di dalam rahim untuk mencegah kehamilan, efek
kontrasepsi didapatkan dari lilitan tembaga yang ada di badan IUD. IUD
merupakan salah satu kontrasepsi yang paling banyak digunakan di dunia.
Efektivitas IUD sangat tinggi sekitar 99.2-99,9%, tetapi IUD tidak mem
berikan perlindungan bagi penularan penyakit menular seksual (PMS).
(Purwoastuti, 2019).
Saat ini, sudah ada modifikasi lain dari IUD yang disebut dengan IUS
(intra uterine system), bila pada IUD efek kontrasepsi berasal dari lilitan
tembaga dan dapat efektif selama 12 tahun maka pada IUS efek kontrasepsi
didapat melalui pelepasan hormon progestogen dan efektif selama 5 tahun.
Baik IUD dan IUS mempunyai benang plastik yang menempel pada bagian
bawah alat, benang tersebut dapat teraba oleh jari didalam vagina tetapi
tidak terlihat dari luar vagina. Disarankan untuk memeriksa keberadaan
benang tersebut setiap habis menstruasi supaya posisi IUD dapat diketahui.
(Purwoastuti, 2019).
8. Kontrasepsi Darurat Hormonal
Morning after pill adalah hormonal tingkat tinggi yang di minum untuk
mengontrol kehamilan sesaat setelah melakukan hubungan seks yang beri
siko. Pada prinsipnya pil tersebut bekerja dengan cara menghalangi sperma
berenang memasuki sel telur dan memperkecil terjadinya pembuahan.
(Purwoastuti, 2019).
9. Kontrasepsi Patch
Patch ini didesain untuk melepaskan 20ug ethinyl estradiol dan 150 µg
norelgestromin. Mencegah kehamilan dengan cara yang sama seperti
kontrasepsi oral (pil). Digunakan selama 3 minggu, dan 1 minggu bebas
patch untuk siklus menstruasi. (Purwoastuti, 2019).
10. Pil Kontrasepsi
Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon estrogen &
progestogen) ataupun hanya berisi progestogen saja. Pil kontrasepsi bekerja
dengan cara mencegah terjadinya ovulasi dan mencegah terjadinya
penebalan dinding rahim. Apabila pil kontrasepsi ini digunakan secara tepat
maka angka kejadian kehamilannya hanya 3 dari 1000 wanita. Disarankan
penggunaan kontrasepsi lain (kondom) pada minggu pertama pemakaian pil
kontrasepsi. (Purwoastuti, 2019).
11. Kontrasepsi Sterilisasi
Kontrasepsi mantap pada wanita atau MOW (Metoda Operasi Wanita)
atau tubektomi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran telur
agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma, Kontrasepsi mantap pada pria
atau MOP (Metoda Operasi Pria) atau vasektomi, yaitu tindakan pengikatan
dan pemotongan saluran benih agar sperma tidak keluar dari buah zakar.
(Purwoastuti, 2019).
12. Kondom
Kondom merupakan jenis kontrasepsi penghalang mekanik. Kondom
mencegah kehamilan dan infeksi penyakit kelamin dengan cara menghenti
kan sperma untuk masuk ke dalam vagina. Kondom pria dapat terbuat dari
bahan latex (karet), polyurethane (plastik), sedangkan kondom wanita ter
buat dari polyurethane. Pasangan yang mempunyai alergi terhadap latex
dapat menggunakan kondom yang terbuat dari polyurethane. Efektivitas
kondom pria antara 85-98% sedangkan efektivitas kondom wanita antara 79
95%. Harap diperhatikan bahwa kondom pria dan wanita sebaiknya jangan
digunakan secara bersamaan. (Purwoastuti, 2019).
2.5.5 Keuntungan dan Kerugian Alat Kontrasepsi
Setiap metode kontrasepsi pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing, berikut kelebihan dan kekurangan dari metode kontrasepsi yang
telah disebutkan di atas menurut (Purwoastuti, 2019) :

Jenia Kontrasepsi Keuntungan Kerugian


Spermisida  Efektif seketika (busa  Iritasi vagina atau
dan krim). iritasi penis dan tidak
 Tidak mengganggu nyaman.
produksi ASI.  Gangguan rasa panas
 Sebagai pendukung di vagina.
metode lain.  Tablet busa vaginal
 Tidak mengganggu tidak larut dengan
kesehatan klien. baik.
 Tidak mempunyai
pengaruh sistemik.
 Mudah digunakan.
 Meningkatkan
lubrikasi selama
hubungan seksual.
 Tidak memerlukan
resep ataupun
pemeriksaan medik
Cervical Cap  Bisa dipakai jauh  Tidak melindungi dari
sebelum berhubungan. HIV/AIDS.
 Mudah dibawa dan  Butuh fitting
nyaman. sebelumnya.
 Tidak mempengaruhi  Ada wanita yang gak
siklus haid. bisa muat (fitted).
 Tidak mempengaruhi  Kadang pemakaian
kesuburan. dan membukanya
agak sulit.
 Bisa copot saat
berhubungan
 Kemungkinan reaksi
alergi
Suntik Kontrasepsi  Dapat digunakan oleh  Dapat memengaruhi
ibu yang menyusui. siklus mentruasi.
 Tidak perlu  Kekurangan suntik
dikonsumsi setiap hari kontrasepsi/kb suntik
atau dipakai sebelum dapat menyebabkan
melakukan hubungan kenaikan berat badan
seksual. pada beberapa wanita.
 Darah menstruasi  Tidak melindungi ter
menjadi lebih sedikit hadap penyakit
dan membantu menular seksual.
mengatasi kram saat  Harus mengunjungi
menstruasi. dok ter/klinik setiap 3
bulan sekali untuk
mendapatkan suntikan
berikutnya.
Kontrasepsi Darurat IUD  IUD/AKDR hanya  Perdarahan dan rasa
perlu di pasang setiap nyeri. Kadangkala
5-10 tahun sekali, IUD/AKDR dapat
tergantung dari tipe terlepas. Perforasi
alat yang digunakan. rahim (jarang sekali).
Alat tersebut harus
dipasang atau dilepas
oleh dokter.
Implan/ Susuk  Dapat mencegah  Sama seperti
Kontrasepsi terjadinya kehamilan kekurangan
dalam jangka waktu 3 kontrasepsi suntik,
tahun. Implan/ Susuk dapat
 Sama seperti suntik, memengaruhi siklus
dapat digunakan oleh mentruasi.
wanita yang  Tidak melindungi
menyusui. terhadap penyakit
 Tidak perlu menular seksual.
dikonsumsi setiap hari  Dapat menyebabkan
atau dipakai sebelum kenaikan berat badan
melakukan hubungan pada beberapa wanita
seksual
Amenor Laktasi  Efektivitas tinggi  Memerlukan
(98% apabila persiapan dimulai
digunakan selama sejak kehamilan.
enam bulan pertama  Metode ini hanya
setelah melahirkan, efektif digunakan
belum mendapat haid selama 6 bulan setelah
dan meny usui melahirkan, belum
mendapat haid dan
eksklusif. meny usui secara
 Dapat segera dimulai eksklusif.
setelah me lahirkan.  Tidak melindungi dari
 Tidak memerlukan pe nyakit menular
prosedur khusus, alat seksual termasuk
maupun obat. Hepatitis B atau pun
 Tidak memerlukan HIV/AIDS
perawatan medis.  Tidak menjadi pilihan
 Tidak mengganggu bagi wanita yang tidak
senggama. Mudah menyusui.
digunakan.  Kesulitan dalam mem
 Tidak perlu biaya. pertahankan pola
 Tidak menimbulkan menyusui secara
efek samping eksklusif.
sistemik.
 Tidak bertentangan
dengan budaya
maupun agama.
IUD/IUS  Merupakan metode  Pada 4 bulan pertama
kontrasepsi yang pemakaian dapat
sangat efektif. terjadi risiko infeksi.
 Bagi wanita yang  Kekurangan IUD/IUS
tidak tahan ter hadap alatnya dapat keluar
hormon dapat tanpa disadari.
mengguna kan IUD  Tembaga pada IUD
dengan lilitan dapat meningkatkan
tembaga. darah menstruasi dan
 IUS dapat membuat kram menstruasi.
menstruasi menjadi  Walaupun jarang
lebih sedikit (sesuai terjadi, IUD/IUS dapat
untuk yang sering menancap ke dalam
mengalami menstruasi rahim.
hebat).
Kontrasepsi Darurat  Memengaruhi hormon  Mual dan Muntah
Hormonal  Digunakan paling
lama 72 jam setelah
terjadi hubungan
seksual tanpa
kontrasepsi
Kontrasepsi Patch  Wanita menggunakan  Efek samping sama
patch kontrasepsi dengan kontrasepsi
(berbentuk seperti oral, namun jarang
koyo) untuk ditemukan adanya
penggunaan selama 3 perdarahan tidak
minggu. 1 minggu teratur.
berikutnya tidak perlu
menggunakan koyo
KB.
Pil Kontrasepsi  Mengurangi risiko  Tidak melindungi terh
terkena kanker rahim adap penyakit menular
dan kanker seksual.
endometrium.  Harus rutin diminum
 Mengurangi darah setiap hari.
menstruasi dan kram  Saat pertama
saat menstruasi. pemakaian dapat
 Dapat mengontrol timbul pusing dan
waktu untuk spotting.
terjadinya menstruasi.  Efek samping yang
 Untuk pil tertentu mungkin dirasakan
dapat mengu rangi adalah sakit kepala,
timbulnya jerawat atau depresi, letih,
pun hirsutism (rambut perubahan mood dan
tumbuh menyerupai menurunnya nafsu
pria). seksual.
 Kekurangan Untuk pil
kb tertentu harganya
bisa mahal dan
memerlukan resep
dokter untuk pem
beliannya
Sterilisasi  Lebih aman, karena Tubektomi (MOW):
keluhan lebih sedikit  Rasa sakit /ketidaknya
dibandingkan den gan manan dalam jangka
cara kontrasepsi lain. pendek setelah
 Lebih praktis, karena tindakan.
hanya me merlukan  Ada kemungkinan
satu kali tindakan saja. menga lami risiko
 Lebih efektif, karena pembedahan.
tingkat kegagalannya Vasektomi (MOP):
sangat kecil dan  Tidak dapat dilakukan
merupakan cara pada orang yang
kontrasepsi yang masih ingin memiliki
permanen. anak.
 Lebih ekonomis,  Harus ada tindakan
karena hanya pem bedahan minor.
memerlukan biaya
untuk satu kali
tindakan saja
Kondom  Bila digunakan secara  Kekurangan
tepat maka kondom penggunaan kondom
dapat digunakan untuk memerlukan lati han
mencegah kehamilan dan tidak efisien
dan penularan  Karena sangat tipis
penyakit menular maka kondom mudah
seksual (PMS) robek bila tidak
 Kondom tidak digunakan atau
memengaruhi disimpan sesuai aturan
kesuburan jika  Beberapa pria tidak
digunakan dalam dapat
jangka panjang mempertahankan
 Kondom mudah ereksinya saat
didapat dan tersedia menggunakan
dengan harga yang kondom.
terjangkau  Setelah terjadi ejaku
lasi, pria harus
menarik penisnya dari
vagina, bila tidak,
dapat terjadi risiko
kehamilan atau
penularan penyakit
menular seksual.
 Kondom yang terbuat
dari latex dapat
menimbul kan alergi
bagi beberapa orang.

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.2 Asuhan Kebidanan Kehamilan
Asuhan Kebidanan Kehamilan Pada Ny. T G2P1A0 37 Minggu Di
Praktek Mandiri Diany Saripudin
Amd.Keb Kota Cimahi Tahun 2022

Hari/Tanggal : 25 April 2022


Jam pengkajian : 11.00 WIB
Pengkaji : Desi Saripudin
Tempat : Praktik Mandiri Bidan
I. Data Subjektif
A. Identitas pasien
Istri Suami
Nama : Ny.H Nama : Tn. A
Umur : 38 Tahun Umur : 38 Tahun
Suku/Bangsa : Sunda Suku/Bangsa : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Status : Menikah Status : Menikah
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta
No.Telepon : 081572257556
Alamat : Cibodas Cempaka RT 04/09 Kel. Utama Kec. Cimahi
Selatan
B. Status Kesehatan
1. Alasan Kunjungan : Pemeriksaan Kehamilan
2. Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat kehamilan sekarang : G2P1A0
b. HPHT : 11 Agustus 2021
c. HPL : 17 Mei 2022
d. Gerakan Janin : Aktif
e. Keluhan saat hamil muda : Mual dan muntah
f. Imunisasi TT : 3x
g. Obat yang dikonsumsi : Folamil Genio
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 13 Tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Lamanya : 6 hari
d. Banyaknya : 2x Ganti pembalut
e. Diemenorea : Di hari pertama kadang kadang
sakit perut bagian bawah
5. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Penyulit Anak Nifas
Tahun
Hamil U Jenis kehamila
persalina Penolong
ke K Persalinan n dan JK BB PB ASI Penyulit
n Kuretase
persalinan
40 Tidak 3,0k Norma Tidak Tidak
1 2019 Spontan Bidan L 40cm
mg Ada g l Ada Ada

6. Riwayat KB
a. Kontrasepsi yang dipakai : Tidak ada
b. Keluhan : Tidak ada
c. Kontrasepsi yang lalu : Pil KB
d. Lamanya pemakaian : 1 tahun
e. Alasan Berhenti : Ibu mengatakan ingin mempunyai
anak kembali
7. Riwayat penyakit yang lalu : Ibu mengatakan tidak memiliki
riwayat penyakit berat seperti hipertensi, diabetes, asma, ginjal,
jantung
8. Pola Nutrisi
a. Makan : 3 X/hari (teratur)
b. Pantang makan : Tidak ada
c. Minum : 7-8 gelas / hari
9. Pola eliminasi
a. BAB : 1X/hari
b. BAK : 5-6X/hari
c. Masalah : tidak ada
10. Pola tidur
a. Malam : 8 jam
b. Siang : 2 jam
c. Masalah : Tidak ada
11. Data sosial
a. Dukungan suami : Suami sangat mendukung pada
kehamilan ini
b. Dukungan keluarga : Keluarga sangat mendukung pada
kehamilan ini
c. Masalah : Tidak ada

II. Data Objektif


A. Keadaan Umum : Baik
B. Kesadaran : Composmentis
C. Antopometri
1. BB Sekarang : 56 kg
2. BB sebelum hamil : 47 kg
3. TB : 163 cm
4. LILA : 25 cm
D. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80X/ menit
Respirasi : 20X/ menit
Suhu : 36,5 C

E. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
a. Rambut : Bersih, tebal, tidak ada benjolan
b. Wajah : Simetris , tidak ada oedema
c. Mata : Sklera tidak ikterik , konjungtiva merah
muda (normal)
d. Hidung : Simeteris , tidak ada pengeluaran , tidak
ada polip
e. Telinga : Simetris , tidak ada pengeluaran
f. Mulut : Simetris , tidak ada lesi dan tidak ada
stomatitis
g. Gigi : Simetris , tidak ada karies dan bersih
2. Leher
a. Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
b. Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
c. Vena jugularis : Tidak ada pembengkakan
3. Dada
a. Jantung : Bunyi reguler
b. Paru – paru : Tidak ada wheezing
c. Mamae : Simetris , puting susu menonjol,
hiperpigmentasi, tidak ada benjolan dan
tidak ada pengeluaran
4. Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk : Simetris
- Striae : Tidak ada
- Luka Operasi : Tidak ada
b. Palpasi
- TFU : 27 cm
- TBBJ : 2.325 gram

- Posisi Janin
 Leopold I : Teraba bulat, lunak, tidak ada lentingan
yaitu bokong
 Leopold II
- Kanan : Teraba bagian terkecil janin yaitu
ekstermitas
- Kiri : Teraba keras, memanjang yaitu
punggung (PUKI)
 Leopold III : Teraba bulat, keras yaitu kepala belum
masuk PAP
c. Auskultasi
- DJJ : 142 X/menit, bunyi regular
5. Ekstremitas Atas dan Bawah
a. Atas
- Bentuk kuku : Simetris, pendek, dan bersih
- Refleks Patela : (+) Positif
- Oedema : Tidak ada
b. Bawah
- Bentuk kuku : Simetris pendek, dan bersih
- Refleks Patela : (+) Positif
- Oedema : Tidak ada
6. Kulit
a. Warna : Kuning langsat
b. Turgor : Normal
8. Data penunjang (Laboratorium)
a. Pemeriksaan Urine
- Protein : Tidak dikaji
- Reduksi : Tidak dikaji
- Urobilin : Tidak dikaji
- Bilirubin : Tidak dikaji
b. Pemeriksaan darah
- HB : 11,9 g/dL
- Golongan Darah :A
- VDRL : Tidak dikaji
c. Pemeriksaan pap smear : Tidak dikaji
III. Analisa
G2P1A0 usia kehamilan 37-38 minggu janin hidup tunggal intrauterine
IV. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan sehat
dengan TD: 120/70 mmHg, N: 80X/menit, S: 36.5C, P: 20X/menit,
BB: 57 kg, TB: 163 cm, TFU : 27 cm dan janin dalam keadaan sehat
yaitu DJJ: 142x/menit dengan usia kehamilan 37 minggu.
Evaluasi : Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
seperti sayuran, kacang kacangan, buah buahan agar kebutuhan nutrisi
ibu terpenuhi.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia mengkonsumsi makanan yang
bergizi
3. Menganjurkan ibu untuk tetap mengatur pola istirahat dan beristirahat
ketika lelah, tidak bekerja terlalu berat, tidak lama berdiri, tidur siang
1-2 jam dan malam 7-8 jam
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia beristirahat yang cukup
4. Memberitahu ibu tentang bahaya kehamilan trimester III yaitu:
a. Pecah ketuban sebelum waktunya
b. Terjadi perdarahan
c. Demam yang tinggi
d. Gerakan janin yang berkurang
e. Anemia Berat
f. Nyeri kepala yang hebat
Evaluasi : Ibu mengerti tentang tanda bahaya trimester III dan
bersedia periksa ke tenaga kesehatan bila mengalami salah satu tanda
tersebut.
5. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi obat folamil genio 1x1 setiap
hari setelah makan untuk membantu proses pertumbuhan dan
perkembangan janin, mendukung kesehatan ibu, memberi nutrisi pada
otak janin dan mencegah kecacatan dalam kehamilan
Evaluasi : Ibu bersedia minum folamil secara teratur.
6. Menganjurkan ibu untuk terus menjaga kebersihan diri seperti mandi
2x/hari, keramas rambut 2x seminggu, menggosok gigi 2x sehari,
ganti pakaian dalam 2x sehari dan bila merasa lembab, membersihkan
daerah genetalia sehabis mandi BAK dan BAB dari arah depan
kebelakang untuk mencegah penyebaran kuman dari anus ke vagina.
Evaluasi : Ibu bersedia menjaga kebersihan diri.
7. Memberitahu ibu tanda tanda persalinan seperti ibu merasa ingin
meneran, perineum menonjol, vulva vagina membuka, adanya
tekanan pada spinghter anus.
Evaluasi : Ibu mengerti tentang tanda tanda persalunan
8. Menganjurkan ibu untuk datang kembali memeriksakan kehamilannya
1 minggu kemudian pada tanggal 2 Mei 2022 atau bila ada keluhan.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk datang kembali sesuai dengan tanggal
yang telah ditentukan dan apabila ada keluhan.

3.2 Asuhan Kebidanan Kehamilan


Asuhan Kebidanan Kehamilan Pada Ny. T G2P1A0 38 Minggu 2 Hari
Di Praktek Mandiri Bidan Diany Saripudin Amd.Keb Kota Cimahi
Tahun 2022
Hari/Tanggal : 4 Mei 2022
Jam pengkajian : 12.00 WIB
Pengkaji : Desi Saripudin
Tempat : Praktik Mandiri Bidan
I. Data Subjektif
A. Status Kesehatan
1. Alasan Kunjungan : Pemeriksaan kehamilan
2. Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat kehamilan sekarang : G2P1A0
b. HPHT : 11 Agustus 2021
c. Tafsiran Persalinan : 17 Mei 2022
d. Gerakan Janin : Aktif
4. Pola Nutrisi
a. Makan : 3 X/hari (teratur)
b. Pantang makan : Tidak ada
c. Minum : 7-8 gelas / hari
5. Pola eliminasi
a. BAB : 1X/hari
b. BAK : 5-6X/hari
c. Masalah : tidak ada
6. Pola tidur
a. Malam : 8 jam
b. Siang : 2 jam
c. Masalah : Tidak ada
7. Data sosial
a. Dukungan suami : Suami sangat mendukung pada kehamilan
ini
b. Dukungan keluarga : Keluarga sangat mendukung pada
kehamilan ini
c. Masalah : Tidak ada
II. Data Objektif
A. Keadaan Umum : Baik
B. Kesadaran : Composmentis
C. Antopometri
1. BB Sekarang : 57 kg
2. BB sebelum hamil : 47 kg
3. TB : 163 cm
4. LILA : 26 cm
D. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 65X/ menit
Respirasi : 20X/ menit
Suhu : 36,5 C
E. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
a. Rambut : Bersih, tebal, tidak ada benjolan
b. Wajah : Simetris , tidak ada oedema
c. Mata : Sklera tidak ikterik , konjungtiva merah
muda (normal)
d. Hidung : Simetris , tidak ada pengeluaran , tidak ada
polip
e. Telinga : Simetris , tidak ada pengeluaran
f. Mulut : Simetris , tidak ada lesi dan tidak ada
stomatitis
g. Gigi : Simetris , tidak ada karies dan bersih
2. Leher
a. Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
b. Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
c. Vena jugularis : Tidak ada pembengkakan
3. Dada
a. Jantung : Bunyi reguler
b. Paru – paru : Tidak ada wheezing
c. Mamae : Simetris , puting susu menonjol,
hiperpigmentasi, tidak ada benjolan dan
tidak ada pengeluaran
4. Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk : Simetris
- Striae : Tidak ada
- Luka Operasi : Tidak ada
b. Palpasi
- TFU : 28 cm
- TBBJ : 2.480 gram
- Posisi Janin
 Leopold I : Teraba bulat, lunak, tidak ada lentingan
yaitu bokong
 Leopold II
- Kanan : Teraba bagian terkecil janin yaitu
ekstermitas
- Kiri : Teraba keras seperti ada tahanan yaitu
punggung (PUKI)
 Leopold III : Teraba bulat, keras yaitu kepala, belum
masuk PAP
c. Auskultasi
- DJJ : 142 X/menit, bunyi regular
5. Ekstremitas Atas dan Bawah
a. Atas
- Bentuk kuku : Simetris, pendek, dan bersih
- Refleks Patela : (+) Positif kanan dan kiri
- Oedema : Tidak ada
b. Bawah
- Bentuk kuku : Simetris pendek, dan bersih
- Refleks Patela : (+) Positif kanan dan kiri
- Oedema : Tidak ada
6. Kulit
a. Warna : Kuning langsat
b. Turgor : Normal
8. Data penunjang (Laboratorium)
a. Pemeriksaan darah
- HB : Tidak dikaji
- Golongan Darah :A
III. Analisa
G2P1A0 usia kehamilan 38-39 minggu janin hidup tunggal intrauterine
IV. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan sehat
dengan TD: 110/70 mmHg, N: 80X/menit, S: 36.5C, P: 22X/menit, BB:
57kg, TB: 163 cm, TFU : 28 cm dan janin dalam keadaan sehat yaitu DJJ:
142x/menit dengan usia kehamilan 38 minggu.
Evaluasi : Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
seperti sayuran, kacang kacangan, buah buahan agar kebutuhan nutrisi ibu
terpenuhi.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap mengatur pola istirahat dan beristirahat
ketika lelah, tidak bekerja terlalu berat, tidak lama berdiri, tidur siang 1-2
jam dan malam 7-8 jam
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia beristirahat yang cukup
4. Memberitahu ibu tentang bahaya kehamilan trimester III yaitu:
a. Pecah ketuban sebelum waktunya
b. Terjadi perdarahan
c. Demam yang tinggi
d. Gerakan janin yang berkurang
e. Anemia Berat
f. Nyeri kepala yang hebat
Evaluasi : Ibu mengerti tentang tanda bahaya trimester III dan bersedia
periksa ke tenaga kesehatan bila mengalami salah satu tanda tersebut.
5. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi obat folamil genio 1x1 setiap hari
setelah makan untuk membantu proses oertumbuhan dan perkembangan
janin, mendukung kesehatan ibu, memberi nutrisi pada otak janin dan
mencegah kecacatan dalam kehamilan
Evaluasi : Ibu mengatakan selalu minum folamil genio secara teratur.
6. Menganjurkan ibu untuk terus menjaga kebersihan diri seperti mandi
2x/hari, keramas rambut 2x seminggu, menggosok gigi 2x sehari, ganti
pakaian dalam 2x sehari dan bila merasa lembab, membersihkan daerah
genetalia sehabis mandi BAK dan BAB dari arah depan kebelakang untuk
mencegah penyebaran kuman dari anus ke vagina.
Evaluasi : Ibu bersedia menjaga kebersihan diri.
7. Memberitahu ibu tanda tanda persalinan seperti ibu merasa ingin meneran,
perineum menonjol, vulva vagina membuka, adanya tekanan pada
spinghter anus.
Evaluasi : Ibu mengerti tentang tanda tanda persalinan
8. Menganjurkan ibu untuk datang kembali memeriksakan kehamilannya 1
minggu kemudian pada tanggal 11 Mei 2022 atau bila ada keluhan.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk datang kembali sesuai dengan tanggal yang
telah ditentukan dan apabila ada keluhan.

3.3 Asuhan Kebidanan Persalinan


Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ny. T G2P1A0 39 Minggu 1 Hari Di
Praktek Mandiri Bidan Diany Saripudin, A.Md.Keb
Tahun 2022
Hari/ tanggal pengkaji : 11 Mei 2022
Tanggal masuk/jam : 19.30 WIB
Tempat : Ruang bersalin

I. DATA SUBJEKTIF
A. Keluhan Utama
Ny. T mengatakan mules mules sejak pukul 16.00 WIB.
B. Riwayat Obstetri
HPHT : 11 Agustus 2021
Tafsiran Persalinan : 17 Mei 2022
Ukuran Kehamilan : 39 minggu 1 hari
Obat yang dikonsumsi : Folamil genio

II. DATA OBJEKTIF


1. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg R : 20 x/Menit
N : 80 x/Menit S : 36,8°C
3. Anthopometry
TB : 163 cm
BB : Sebelum hamil : 47 Kg Setelah hamil : 57 Kg
Kenaikan berat badan 10,0 kg
7. Genetalia :
Pemeriksaan Dalam (19.30 WIB)
Vulva/Vagina : Tidak Ada Kelainan
Portio : Tebal Lunak
Pembukaan : 5 cm
Ketuban : Utuh
Presentasi : kepala
Penurunan kepala : stasion 0
Posisi : Ubun ubun kecil
Molase :0
Menumbung : Tidak ada

III. ANALISA
G2P1A0 Parturient aterm kala I fase aktif

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan normal
dengan hasil : TD = 120/70 mmhg, N=80x/menit, S=36,8, R=20x/menit
TFU= 26cm, DJJ= 143x/menit, Pembukaan 5
Evaluasi : ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memberi dukungan kepada ibu
Evaluasi : ibu merasa tenang
3. Memberikan ibu asupan cairan dan nutrisi serta menganjurkan eliminasi,
mobilisasi
Evaluasi : ibu telah meminum teh manis dan memilih gerakan mobilisasi
yaitu dengan berjalan
4. Memberikan KIE miring ke kiri kepada ibu
Evaluasi : ibu bersedia dan melakukannya
5. Memberikan KIE teknik relaksasi ketika kontraksi yaitu dengan ibu tetap
tenang, tarik nafas dari hidung pelan-pelan dan keluarkan dari mulut
secara perlahan.
Evaluasi : ibu mengerti dan melakukannya
6. Menganjurkan ibu posisi yang nyaman
Evaluasi : ibu mengerti dan melakukannya
7. Memijat punggung ibu agar rasa nyeri berkurang
Evaluasi : ibu merasa senang karena nyeri terasa berkurang
8. Memantau kemajuan persalinan
Evaluasi : melakukan pendokumentasian menggunakan lembar observasi
dan partograf
KALA II
Tanggal/jam pengkaji : 11 Mei 2022/20.40 WIB
Tempat pengkajian : Ruang bersalin
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan sudah merasa mulas yang semakin sering dan sudah ada
keinginan untuk meneran.
II. DATA OBJEKTIF
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 120/80 mmHg
R : 20 x/menit
N : 80 x/menit
S : 36,5 C
Pemeriksaan dalam
Vulva/Vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tidak teraba
Pembukaan : 10 cm ( Lengkap )
Ketuban : Pecah sejak pukul 20.40 WIB
Penurunan kepala : Station +2
Presentasi : Kepala
Posisi : Ubun-ubun kecil
Molase : 0, menumbung

III. ANALISA
G2p01a0 parturient aterm kala II

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa ibu akan segera
melahirkan
Evaluasi : ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
KALA III
Tanggal / jam pengkaji : 11 Mei 2022 /20.50 WIB
Tempat : Ruang bersalin
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan masih merasa mules

II. DATA OBJEKTIF


Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Abdomen
a. TFU : Sepusat
b. Kontraksi : Baik
c. Konsistensi : Keras
d. Kandung kemih : kosong
Perdarahan : ± 150cc
Genetalia : tali pusat tampak didepan vulva

III. ANALISA
P2a0 kala III

IV. PENATALAKSANAAN .
1. Memberitahu ibu bahwa akan di sutikan oksitosin secara IM di paha
sebelah kanan 1/3 paha luar.
Evaluasi : oksitosin telah diberikan pukul 20.50
2. Melakukan penjepitan tali pusat menggunakan klem ± 3 cm dari tali pusat
bayi dan menjepit klem kedua jarak 2 cm dari klem pertama.
Evaluasi : tali pusat telah terjepit
3. Memotong tali pusat diantara 2 klem dengan tangan kiri dan tangan kanan
tetap melindungi bayi dari guntinng kemudian mengikatnya

KALA IV
Tanggal/jam pengkajian : 11 Mei 2022 / 21.15 WIB
Tempat : Ruang bersalin
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan masih merasakan mules, namun lega atas kelahiran bayinya.

II. DATA OBJEKTIF


Keadaan umum : baik
Kesadaran : Composmentis
TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 79x/m
R : 20x/m
S : 36,8°C
Abdomen
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : keras
Kandung kemih : kosong
Perdarahan : ± 150 cc
Genetalia : Tidak ada sisa plasenta

III. ANALISA
P2a0 kala IV

IV. PENATALAKSANAAN
1. Mengecek kelengkapan plasenta
Evaluasi : plasenta lahir lengkap
2. Mengecek luka laserasi
Evaluasi : tidak terdapat luka laserasi
3. Menilai ulang kontraksi
Evaluasi : kontraksi uterus keras
4. Mengajarkan keluarga masase uterus dan diberikan pengertian jika uterus
lembek segara beri tahu bidan dan jika bagian perut keras berarti kontraksi
baik
Evaluasi : ibu dan keluarga mengerti atas pejelasan yang diberikan
5. Membersihkan badan ibu menggunakan air bersih pasca persalinan dan
membantu ibu memakai pakaian
Evaluasi : ibu tampak bersih dan nyaman
6. Melakukan IMD selama 1 jam
Evaluasi : bayi berhasil melakukan IMD
7. Mengajurkan ibu untuk makan dan minum agar tenaga ibu cepat pulih
Evaluasi : ibu mengerti, serta ibu mau makan dan minum
8. Memberikan vit K kepada bayi dan salep mata satu jam setelah lahir.
Evaluasi : vit K dan salep mata telah diberikan.
9. Dekontaminasi alat partus set ke dalam klorin 0,5 % selama 10 menit
Evaluasi : melakukan dekontaminasi alat
10.Melakukan pemantauan kala IV yaitu observasi TD, His, Nadi, TFU,
Kotraksi kandung kemih dan pendarahan setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan setiap 30 menit pada jam ke 2 serta observasi suhu setiap 1
jam.
Evaluasi : pemantauan telah dilakukan

3.4 Asuhan Kebidanan Nifas 6 Jam


Asuhan Kebidanan Nifas 6 Jam Pada Ny. T P2A0 Di Praktek Mandiri Bidan
Diany Saripudin, A.Md.Keb
Tahun 2022

Tanggal pengkajian : 12 Mei 2022


Waktu pengkajian : 03.30 WIB
Nama Pengkaji : Desi Saripudin

I. DATA SUBJEKTIF
A. Status kesehatan
1. Keluhan utama : ibu mengatakan masih merasa mulas
2. Pada 6 jam terakhir
Ibu mengatakan sudah makan roti dengan teh, tidak ada pantangan
makanan. ibu sudah BAK dan belum BAB.
3. Riwayat persalinan sekarang
4. Riwayat mobilisasi
Ibu mengatakan sudah dapat miring kanan/kiri, duduk, turun dari
tempat tidur dan pergi ke kamar mandi untuk ganti pembalut dan BAK
tidak dibantu/ sendiri.

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 76 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,5 C
4. Pemeriksaan Fisik
a. Payudara : Payudara simetris, tidak ada benjolan, puting susu
menonjol, keadaan bersih dan adanya pengeluaran
kolostrum
b. Abdomen : TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : baik
Kandung kemih : kosong
Konsistensi : keras
c. Genetalia : Vulva dan vagina tidak ada kelainan, tidak ada oedema,
pengeluaran darah berwarna merah (lochea rubra),
konsistensi cair, banyaknya ± 2-3 ganti pembalut
sebanyak total +/- 100 cc.
d. Ekstermitas : Tidak ada oedema , tidak ada varices, reflek patella (+)
kanan dan kiri, tungkai simetris.

III. ANALISA
P2a0 postpartum 6 jam

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluaga hasil pemeriksaan fisik bahwa ibu dalam
keadaan baik dengan hasil : TD = 110/80 mmhg, N = 80x/menit,
R=20x/menit, S=36,5
Evaluasi : ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memberi tahu ibu untuk tidur/beristirahat saat bayi tidur
Evaluasi : ibu mengerti dan akan melakukannya
3. Memberitahu ibu untuk memberikan ASI ekslusif 6 bulan tanpa tambahan/
makanan apapun
Evaluasi : ibu mengerti dan mau melakukannya
4. Mengajari ibu untuk melakukan perawatan payudara dirumah agar
produksi ASI lebih banyak dan tidak ada bendungan ASI dengan cara
menyusui sendiri
Evaluasi : ibu mau diajari dan melakukannya
5. Memberitahu untuk konsumsi makanan yang bergizi dan mengandung
protein yang tinggi serta tinggi serat utuk mempercepat proses
peyembuhan jahitan perineum seperti daging dan ikan
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia melakukannya
6. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya nifas seperti pengeluaran cairan
berbau busuk dari jalan lahir, terjadi pendarahan pada jalan lahir, ibu
merasa demam, pusing, pandangan kabur, kejang dan tanda bahaya pada
bayi seperti tali pusat mengeluarkan nanah dan berbau, bayi tidak mau
menyusu, badan bayi berwarna kuning segera beritahu ibu untuk
membawa bayi kepetugas kesehatan terdekat.
Evaluasi : ibu dapat mengerti dan mampu menjelaskan kembali tanda
bahaya nifas dan bayi
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 18 Mei
2022
Evaluasi : ibu mengerti dan akan datang pada kunjungan ulang
8. Melakukan pendokumentasian asuhan yang telah diberikan
Evaluasi : pendokumentasian telah dilakukan

3.4 Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir 8 Jam


Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir 8 Jam Pada Bayi Ny. T P2A0 Di
Praktek Mandiri Bidan Diany Saripudin, A.Md.Keb
Tahun 2022
Tanggal pengkajian : 12 Mei 2022
Waktu pengkajian : 06.00 WIB
Nama Pengkaji : Desi Saripudin

I. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas
1) Identitas Bayi
Nama bayi : By. Ny. T
Umur bayi : 8 jam
Tanggal/Jam lahir : 11 Mei 2022/ 20:50 WIB
Jenis Kelamin : Laki Laki
B. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan Maternal
a. Penyakit jantung : tidak ada
b. Diabetes melitus : tidak ada
c. Penyakit ginjal : tidak ada
d. Penyakit hati : tidak ada
e. Hipertensi : tidak ada
f. Penyakit kelamin : tidak ada
g. Riwayat abortus : tidak ada
2. Riwayat kesehatan prenatal
a. HPHT : 11 Agustus 2021
b. TP : 17 Mei 2022
c. Imunisasi TT : 2 kali
d. BB Ibu : Sebelum hamil : 47 kg
Setelah hamil : 57 kg
e. Keluhan TM I : Mual
Keluhan TM II : Tidak ada keluhan
Keluhan TM III : Sakit Pinggang
f. Pendarahan : tidak ada
g. Pre-eklamsi : tidak ada
h. Eklamsi : tidak ada
i. Diabetes Gestasional : tidak ada
k. Poly/oligohyramion : tidak ada
l. Infeksi : tidak ada
3. Riwayat kesehatan intranatal
a. Tanggal lahir / Jam : 11 Mei 2022 / 20:50 WIB
b. Tempat : Praktek Mandiri Bidan
c. Penolong : Bidan
d. Jenis persalinan : Normal
e. Ketuban pecah : Pecah pada pukul 20.40 WIB
f. Penyulit : Tidak ada
4. Riwayat postnatal
a. APGAR Score : 9/9
II. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital :
Suhu : 36,5oC
Nadi : 138 x/menit
Respirasi : 45x/menit
4. Anthropometry
a. Berat badan : 2800 g
b. Panjang badan : 45 cm
c. Lingkar kepala : 33 cm
d. Lingkar dada : 34 cm

5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Tidak ada masa , bentuk simetris, distribusi rambut di
puncak kepala merata, hitam, tekstur lurus, jumlah tipis,
tidak ada kelainan
b. Muka : Tidak ada oedema , tidak pucat
c. Mata : Bentuk simetris sklera putih, konjugtiva tidak anemis,
reflek labirin (+)
d. Hidung : Bentuk simetris, tidak ada cuping hidung, tidak ada polip
e. Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran
f. Mulut : bentuk simetris, tidak ada labioskizis palatoskizis atau
labiopalatoskizis , reflek rooting (+) , reflek sucking (+)
g. Leher : adanya reflek tonic kneck (+), tidak ada pembengkakkan,
tidak ada kelenjar limfe dan kelenar tiroid
h. Dada : bentuk simetris, frekuensi bunyi nafas 45x/menit, bunyi
jantung 138/menit, lingkar dada 34 cm
i. Tangan : bentuk simetris, jumlah kelengkapan normal, reflek
grasping (+), kulit terlihat keriput
j. Abdomen : tidak ada cekungan, tidak ada pendarahan tali pusat, tidak
ada benjolan sekitar daerah perut
k. Genetalia : terlihat penis, teraba testis dan skrotum
l. Ekstermitas : bentuk simetris, pergerakkan normal, jumlah jari lengkap,
reflek babinski (+),
m. Punggung : tidak ada pembengkakkan, terlihat simetris, tidak ada
cekungan pada tulang punggung
n. Anus : adanya anus, berlubang
o. Kulit : verniks ada, warna kemerahan, tidak ada pembengkakkan,
tidak ada tanda lahir, kulit keriput

III. ANALISA
Neonatal cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 8 jam

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada orang tua bayi bahwa kondisi bayi
dalam keadaan baik- baik saja
Evaluasi : orang tua telah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memandikan bayi
Evaluasi : bayi sudah di mandikan
3. Mengganti pakaian bayi dengan pakaian bersih dan kering
Evaluasi : bayi sudah dipakaikan pakaian bersih dan kering
4. Menjaga kehangatan bayi
Evaluasi : bayi telah memakai topi
5. Membantu ibu untuk menyusui bayinya
Evaluasi : ibu menyusui bayinya
6. Mengajarkan ibu mengenai teknik menyusui yang baik yaitu badan bayi
harus dekat dengan ibu, puting susu dan areola harus tercakup mulut bayi,
dan bayi tidak mengeluarkan bunyi saat menyusui.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bisa melakukannya
7. Memberikan imunisasi Hb0 0,5 mg secara intramuskular di paha kanan
anterolateral.
Evaluasi : imunisasi Hb0 telah diberikan pada bayi jam 06:15 WIB
8. Memberitahu ibu tentang perawatan tali pusat
Evaluasi : ibu mengerti dan memahami tentang perawatan tali pusat
9. Menjadwalkan kunjungan ulang pada tanggal 18 Mei 2022
Evaluasi : ibu paham dan mengerti
10. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin minimal
setiap 2-3 jam sekali
Evaluasi : ibu mengerti dan akan melakukannya
11. Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan
Evaluasi : hasil pemeriksaan telah didokumentasikan

3.5 Asuhan Kebidanan Nifas 6 Hari


Asuhan Kebidanan Nifas 6 Hari Pada Ny. T P2A0 Di Praktek
Mandiri Bidan Diany Saripudin, A.Md.Keb
Tahun 2022
Hari / Tanggal Pengkajian : Kamis/ 17 Mei 2022
Waktu Pengkajian : 13.00 WIB
Tempat pengkajian : Rumah Ny. T
Nama Pengkaji : Desi Saripudin

I. DATA SUBJEKTIF
Status kesehatan
Keluhan utama : Ibu mengatakan merasa sedikit lelah karena bayinya suka
terbangun di malam hari dan harus menyusui bayinya
Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
a) Makan
Frekuensi : 3x/hari
Jenis makanan : nasi, sayur, dan lauk-pauk
b) Minum
Frekuensi : 8 gelas/hari
Jenis minuman : air putih, teh, susu
b. Eliminasi
a) BAB
Frekuensi : 1x/hari
Konsistensi : padat
Warna : kuning
b) BAK
Frekuensi : 3x/hari
Warna : jernih
Konsistensi : cair
c. Istirahat
a) Tidur siang : 2 jam/ketika bayi tidur ibu pun istirahat
b) Tidur malam : ±7 jam/hari
II. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36,7°C
4. Berat badan : 52 kg
5. Payudara
Inspeksi : Bentuk simetris, areola kecoklatan, puting susu
menonjol, pengeluaran ASI
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
6. Abdomen
Inspeksi : Bentuk cembung, tidak ada luka jahitan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
TFU : pertegahan pusat dan simpisis pubis
Kontraksi uterus : keras
Kandung kemih : kosong
7. Genetalia
Inspeksi : Tidak terdapat luka jahitan, tidak ada oedema,
darah berwarna merah kecoklatan (lochea
sanguelenta), pengeluaran ±10 cc
8. Ekstremitas
a. Atas : Simetris, tidak ada oedema,
b. Bawah : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada luka atau
bekas luka, tidak ada varises.
III. ANALISA
P2a0 post partum 6 hari

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi normal.
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan ibu untuk beristirahat atau tidur siang pada saat bayi
tertidur dan mengurangi pekerjaan rumahnya.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melaksanakannya
3. Memotivasi agar ibu memberikan ASI setiap 2 jam sekali atau on demand
(sesuai keinginan bayi), sehingga pemberian ASI menjadi optimal
Evaluasi : ibu mengerti dengan hal yang telah dijelaskan.
4. Menganjurkan ibu untuk mengganti pembalut apabila dalam 4 jam
pembalut sudah penuh atau maksimal 6 jam ibu harus mengganti pembalut
walaupun pembalut belum penuh.
Evaluasi : Ibu mengerti dan paham serta dapat menyebutkan kembali
konseling yang telah diberikan.
5. Menjelaskan mengenai tanda bahaya post partum seperti demam, keluar
darah banyak dari vagina, payudara bengkak atau mengeluarkan nanah.
Evaluasi : Ibu mengerti mengenai tanda bahaya post partum.
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 25 Mei
2022
Evaluasi : ibu mengerti dan akan melakukan kunjungan ulang
7. Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan
Evaluasi : hasil pemeriksaan telah didokumentasikan.

3.6 Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir 6 Hari


Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir 7 Hari Bayi Ny. T Di Praktek
Mandiri Bidan Diany, A.Md.Keb
Tahun 2022

Hari / Tanggal Pengkajian : Kamis/ 17 Mei 2022


Waktu Pengkajian : 14.00 WIB
Tempat pengkajian : Rumah Ny. T
Nama Pengkaji : Desi Saripudin

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya tidak demam. Dalam sehari bayi BAK 9-10 kali
dan BAB 3 kali. Bayi hanya diberikan ASI 2-3 jam sekali atau ketika bayi
menangis, dan pola tidur bayi pada malam hari sering terbangun pada pukul 12.00
WIB, atau 02.00 WIB dini hari, dan pada siang hari bayi sering tertidur

II. DATA OBJEKTIF


A. Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Antopometry : BB : 3100 gram
PB : 45 cm
4. Lingkar dada : 35 cm
5. Lingkar kepala : 34 cm
6. TTV
BJA :136x/menit
Respirasi : 45x/menit
Suhu : 36,8oC
B. Pemeriksaan fisik
1. Kepala : Tidak ada kelainan
2. Muka : Simetris, tidak ada oedema
3. Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva berwarna merah
muda
4. Hidung : Simetris, keadaan bersih tidak ada pernafasan
cupping hidung, tidak ada benjolan tidak ada
pengeluaran
5. Telinga : Simetris, keadaan bersih tidak ada kelainan tidak
ada pengeluaran.
6. Mulut : Tidak ada kelainan
7. Leher : Tidak ada pembengkakan, tidak ada benjolan
8. Dada : Simetris puting susu sejajar, tidak ada
pembengkakan, tidak ada retraksi dada
9. Abdomen : Bentuk terlihat cembung, tali pusat sudah lepas
dan tidak ada tanda-tanda infeksi, dengan keadaan
bersih
10. Genetalia : Keadaan bersih, tidak ada ruam popok
11. Bahu dan lengan : Reflek moro positif
12. Ektremitas atas : Simetris, tidak ada kelainan dan refleks grasping
positif
13. Ektremitas bawah: Simetris, tidak ada kelainan dan refleks Babinski
positif
14. Punggung/spina : Berbentuk lurus, tidak ada pembengkakan pada
tulang belakang
15. Kulit : Warna kulit kemerahan, tidak ada pembengkakan
akibat cedera tidak terdapat tanda lahir, kulit
terlihat mengelupas.

III. ANALISA
Neonatal cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 hari

IV. PETALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi dalam keadaan normal.
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan cara menjaga kehangatan bayi dengan cara memakaikan baju,
topi, kaos kaki dan membungkus atau membedong bayi dengan pernel
serta menyelimuti dengan kain bersih.
Evaluasi :Ibu mengerti cara kehangatan bayi
3. Memotivasi ibu untuk memberikan ASI Ekslusif selama 6 bulan tanpa
makanan tambahan lainnya.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan
4. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya 2 jam sekali atau sesuai
dengan keinginan bayi.
Evaluasi : Ibu mengerti waktu untuk menyusui bayinya
5. Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi yaitu malas atau tidak mau
menyusu, kejang, nafas tidak normal, bayi kuning, merintih, tampak biru
pada ektremitas, demam, jika a da tanda bahaya jika ada tanda bahaya
pada bayi ibu harus segera memeriksakan bayinya ke petugas kesehatan.
Evaluasi : Ibu mengerti tanda bahaya pada bayi.
6. Menjelaskan mengenai personal hygiene seperti memandikan bayi 2 kali
sehari dengan air hangat dan dijemur setiap pagi selama 15 menit pada
pukul 08:00 WIB.
Evaluasi : Ibu mengetahui dan akan menerapkannya
7. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 25 Mei 2022.
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia untuk kunjungan ulang.
8. Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan
Evaluasi : hasil pemeriksaan telah didokumentasikan.

3.7 Asuhan Kebidanan Nifas 2 Minggu


Asuhan Kebidanan Nifas 2 Minggu Pada Ny. T P2A0 Di Praktek
Mandiri Bidan Diany, A.Md.Keb
Tahun 2022

Tanggal Pengkjian : 25 Mei 2022


Waktu Pengkajian : 14.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Diany
Nama Pengkaji : Desi Saripudin

I. DATA SUBJEKTIF
A. Status Kesehatan
1. Alasan
Ny. T melakukan kunjungan nifas 2 minggu ke PMB Diany
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan masih kurang tidur dan kelelahan karena bayi masih
suka begadang.
3. Riwayat Obstetrik : P2A0
5. Pola sehari-hari
a. Pola Tidur : Ibu mengatakan bayi selalu terbangun
sekitar pukul 02.00 atau 03.00 dan bayi
lebih banyak tidur ketika siang hari
g. Pola menyusui :
a) Frekuensi menyusui : Setiap bayi ingin menyusu
b) Durasi : Sampai bayi merasa kenyang
c) Keluhan : Tidak ada keluhan
h. Pola eliminasi
a) BAK : 8x/hari
b) BAB : 6x/hari
Konsistensi : lembek, cair
6. Riwayat Post Partum
Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
a) Makan
Frekuensi : 3x/hari
Jenis makanan : nasi, sayur, dan lauk-pauk
b) Minum
Frekuensi : 8 gelas/hari
Jenis minuman : air putih, teh, susu
b. Eliminasi
a) BAB
Frekuensi : 1x/hari
Konsistensi : padat
Warna : kuning
b) BAK
Frekuensi : 3x/hari
Warna : jernih
Konsistensi : cair
c. Istirahat
a) Tidur siang : 2 jam/ketika bayi tidur ibu pun istirahat
b) Tidur malam : ±7 jam/hari
d. Pola aktivitas
Jalan-jalan, melakukan pekerjaan rumah yang ringan dan merawat
bayinya
e. Kebiasaan menyusui
Posisi : duduk
Durasi : 25 menit/sampai bayi kenyang
Keluhan : tidak ada keluhan

f. Pengetahuan ibu (perawatan ibu, bayi, dan laktasi)


Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang, cara merawat bayi, dan
cara menyusui bayinya yang benar.

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital :
TD : 120/70 mmHg
N : 82x/menit
S : 36,5˚C
R : 20x/menit
BB : 52 kg
PB : 163 cm
2. Pemeriksaan fisik
a. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih
b. Dada : Pernapasan normal, tidak ada wheezing, frekuensi
20x/menit, dan bunyi jantung 80x/menit, regular
c. Payudara : Simetris, putting susu tidak tenggelam, tidak lecet,
ada nya pengeluaran.
d. Abdomen : Tidak ada pembesaran benjolan, tfu tidak teraba
e. Ekstermitas : Simetris, tidak ada oedema, dan varices, reflex
patella (+) baik, tungkai simetris, tidak ada
siarnosis, tugor baik
f.Genetalia : Tidak ada bekas luka jahitan, masih sedikit basah,
lochea serosa
III. ANALISA
P2A0 post partum 2 minggu

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik dan normal
Evaluasi: ibu sudah mengetahui keadaan nya dan memahami hasil
pemeriksaan
2. Memberi tahu ibu pola istirahat agar ibu tidak mudah lelah dengan cara
tidur siang ketika bayi sudah tidur
Evaluasi : ibu dapat memahami apa yang di anjurkan dan ibu sudah bisa
mengatur waktu istirahat dengan cukup
3. Memastikan ibu masih memberikan ASI ekslusif
Evaluasi : ibu mengatakan bayi nya masih di beri ASI ekslusif
4. Memberitahu kepada ibu tentang konsumsi makanan yang bergizi seperti
sayuran, daging, buah buahan
Evaluasi : ibu dapat memahami tentang penting nya mengkonsumsi makan
bergizi dan sudah melakukan nya
5. Memberikan konseling jenis-jenis kontrasepsi KB beserta efek sampingnya
Evaluasi : ibu mengatakan ingin menggunakan kontrasepsi IUD
6. Melakukan pendokumentasian SOAP
Evaluasi : SOAP sudah didokumentasikan

3.8 Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir 2 Minggu


Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir 2 Minggu Di Praktek Mandiri Bidan
Diany, A.Md.Keb Tahun 2022

Tanggal pengkajian : 25 Mei 2022


Waktu pengkajian : 14.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Diany
Nama Pengkaji : Desi Saripudin

I. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas/Biodata
1. Identitas bayi
Nama bayi : By. N
Umur bayi : 2 minggu
Tanggal/Jam lahir : 11 Mei 2022/ 20.50 WIB
Jenis kelamin : laki laki
B. Status Kesehatan
1. Alasan kunjungan : Ibu mengatakan ingin memeriksaan bayinya.
2. Keluhan : Ibu mengatakan bayi dalam keadaan sehat, tidak
demam serta tidak ada keluhan lainnya.
3. Riwayat kesehatan : Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan sehat,
tidak demam, batuk ataupun pilek.
4. ASI : Ibu mengatakan bayinya masih diberikan ASI
eksklusif.

II. DATA OBJEKTIF


A. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Umur : 2 minggu
4. BB : 3200 gram
5. PB : 50 cm
6. Lingkar dada : 37 cm
7. Lingkar kepala : 36 cm
8. Denyut Jantung : 142 x/menit, bunyi regular
Respirasi : 42 x/menit
Suhu : 36,6 °C
9. Kepala : Simetris, rambut hitam, merata, tidak ada bejolan,
tidak ada tanda-tanda kelainan.
10. Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak
ikterus.
11. Hidung : simetris, tidak ada pembesaran polip dan sinus.
12. Telinga : simetris sejajar dengan mata, tidak ada kelainan.
13. Mulut : simetris, tidak ada labioskizis, palatoskizis, dan
labiopalatoskizis.
14. Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
getah bening.
15. Dada : pergerakan dinding dada normal, tidak ada bunyi
tambahan seperti wheezing
16. Abdomen : tidak ada massa diperut, tali pusat sudah puput 4
hari usia bayi, tidak ada lesi.
17. Genitalia : tidak ada kelainan, tidak ada pembengkakan.
18. Ekstremitas : simetris, lengkap tidak sindaktili ataupun
polidaktili.
19. Reflek :
a. Reflek rooting : (+)
b. Reflek swallowing : (+)
c. Reflek sucking : (+)
d. Reflek labirin : (+)
e. Reflek babinsky : (+)
f. Reflek grasping : (+)
g. Reflek moro : (+)
III. ANALISA
Neonatal cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 2 minggu

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan ibu bahwa hasil pemeriksaan bayinya dalam keadaan
normal.
Evaluasi : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan bayinya dalam keadaan
normal
2. Memastikan ibu utuk masih menyusui bayinya dengan ASI eksklusif
selama 6 bulan penuh tanpa tambahan
Evaluasi : ibu masih memberikan ASI eksklusif tanpa tambahan apapun
3. Memberitahu ibu untuk menjemur bayinya agar kebutuhan vitamin D bayi
terpenuhi.
Evaluasi : ibu bersedia untuk menjemur bayi setiap pagi.
4. Memberitahu tanda bahaya pada bayi yaitu tidak mau menyusu, demam,
tidur terus-terusan, berwarna kuning , untuk segera mengujungi fasilitas
kesehatan untuk melakukan pemeriksaan.
Evaluasi : ibu mengerti tentang tanda bahaya pada bayi
5. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang imunisasi bayi selajutnya pada
tanggal 11 Juni 2022
Evaluasi : ibu bersedia untuk imunisasi bayi berikutnya
6. Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan.
Evaluasi : hasil pemeriksaan telah didokumentasikan.

3.9 Asuhan Kebidanan Nifas 6 Minggu


Asuhan Kebidanan Nifas 6 Minggu Pada Ny. T P2A0 Di Praktek
Mandiri Bidan Diany, A.Md.Keb
Tahun 2022

Tanggal pengkajian : 22 Juni 2022


Waktu pengkajian : 14.00 WIB
Tempat pengkajian : PMB Diany
Nama Pengkaji : Desi Saripudin

I. DATA SUBJEKTIF
A. Status Kesehatan
1. Alasan
Ny. T melakukan kunjungan nifas 2 minggu ke PMB Diany
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan
3. Riwayat Obstetrik : P2A0
4. Pola sehari-hari
a. Pola Tidur : ibu mengatakan terkadang terbangun pada
malam hari ketika bayi menangis
b. Pola menyusui :
a) Frekuensi menyusui : setiap bayi ingin menyusu
b) Durasi : sampai bayi merasa kenyang
c) Posisi : duduk
c) Keluhan : Tidak ada keluhan
6. Riwayat Post Partum
Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
a) Makan
Frekuensi : 3x/hari
Jenis makanan : nasi, sayur, dan lauk-pauk
b) Minum
Frekuensi : 8 gelas/hari
Jenis minuman : air putih, teh, susu
b. Eliminasi
a) BAB
Frekuensi : 1x/hari
Konsistensi : padat
Warna : kuning
b) BAK
Frekuensi : 3x/hari
Warna : jernih
Konsistensi : cair
c. Istirahat
a) Tidur siang : 2 jam/ketika bayi tidur ibu pun istirahat
b) Tidur malam : ±7-8 jam/hari
d. Pola aktivitas (terkait kegiatan fisik, perawatan bayi dan diri)
Jalan-jalan, melakukan pekerjaan rumah yang ringan dan merawat
bayinya

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital :
TD : 120/70 mmHg
N : 82x/menit
S : 36,5˚C
R : 20x/menit
BB : 52 kg
PB : 163 cm

2. Pemeriksaan fisik
a. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih
b. Dada : Pernapasan normal, tidak ada wheezing, frekuensi
20x/menit, dan bunyi jantung 80x/menit
c. Payudara : Simetris, putting susu tidak tenggelam, tidak lecet,
ada nya pengeluaran.
d. Abdomen : Tidak ada pembesaran benjolan, tfu tidak teraba
e. Ekstermitas : Simetris, tidak ada oedema, dan varices, reflex
patella (+) baik, tungkai simetris, tidak ada
siarnosis, tugor baik
f.Genetalia : Tidak ada bekas luka jahitan, lochea serosa

III. ANALISA
P2A0 post partum 6 minggu

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik dan normal
Evaluasi: ibu sudah mengetahui keadaan nya dan memahami hasil
pemeriksaan
2. Memberi tahu ibu pola istirahat agar ibu tidak mudah lelah dengan cara
tidur siang ketika bayi sudah tidur
Evaluasi : ibu dapat memahami apa yang di anjurkan dan ibu sudah bisa
mengatur waktu istirahat dengan cukup
3. Memastikan ibu masih memberikan ASI ekslusif
Evaluasi : ibu mengatakan bayi nya masih di beri ASI ekslusif
4. Memberitahu kepada ibu tentang konsumsi makanan yang bernutrisi dan
bergizi
Evaluasi : ibu dapat memahami tentang penting nya mengkonsumsi makan
bergizi dan sudah melakukan nya
5. Memberi konseling mengenai alat kontrasepsi yang akan digunakan ibu
untuk menjarangkan anak.
Evaluasi : ibu memilih alat kontrasepsi IUD
6. Melakukan pemasangan kontrasepsi IUD
Evaluasi : Kontrasepsi sudah dipasangkan
7. Melakukan pendokumentasian SOAP
Evaluasi : SOAP sudah didokumentasikan

Anda mungkin juga menyukai