Anda di halaman 1dari 7

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO

KEHAMILAN >35 TAHUN DI KLINIK CAHAYA GULTOM


KECAMATAN PANYABUNGAN KABUPATEN MANDAILING
NATAL
TAHUN 2022

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodelogi Penelitian

OLEH :
RAHMI ADAWIYAH
20141753017

AKADEMI KEBIDANAN MADINA HUSADA


PANYABUNGAN
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan risiko tinggi adalah keadaan yang dapat

mempengaruhi keadaan ibu maupun janin pada kehamilan yang

dihadapi (Manuaba, 2012). Ibu hamil yang mengalami gangguan

medis atau masalah kesehatan akan dimasukan kedalam kategori

risiko tinggi, sehingga kebutuhan akan pelaksanaan asuhan pada

kehamilan menjadi lebih besar (Robson dan Waugh, 2012).Adapun

dampak yang dapat ditimbulkan akibat ibu hamil dengan risiko

tinggi sendiri dapat berdampak antara lainkeguguran, partus macet,

perdarahan antepartum, janin mati dalam kandungan (Intra Uterine

Fetal Death), keracunan dalam kehamilan, bayi lahir belum cukup

bulan, dan bayi berat lahir rendah.

Di masa globalisasi banyak wanita menunda untuk hamil, sehingga

sekarang ini banyak wanita hamil di atas 35 tahun, ini disebabkan karena

banyak pasangan suami istri (pasutri) yang hubungan mereka terbina dengan

kuat dan negara – negara maju banyak kematian resiko tinggi di atas usia 35

tahun seperti. Negara Amerika Serikat terdapat 200 orang wanita yang berusia

35 tahun atau lebih tua melahirkan bayi pertama mereka (Curtis, 2010).

Sejak akhir tahun 70-an angka wanita melahirkan di atas usia di atas 30

sampai 40 tahun meningkat drastis, angka kejadian melahirkan pada wanita

berusia 35 sampai 39 tahun dan 40 sampai 44 tahun mencapai dua kali lipat
lebih. Para tenaga kesehatan sekarang membantu para wanita hamil yang

berusia 30 dan 40 tahun untuk menuju kehamilan yang lebih aman dari

kejadian tahun-tahun sebelumnya (Suara Merdeka, 2010).

Beberapa resiko pada janin yang terjadi pada saat ibu hamil usia di atas 35

tahun seperti cacat bawaan yaitu sindrom down dan sindrom turner. Diantara

resiko janin tersebut yang paling umum terjadi adalah sindrom down, sindrom

turner kelainan kromosom yang dimiliki 47 kromosom (Curtis, 2010).

Dengan adanya resiko terhadap kehamilan, hendaknya wanita tidak hamil

lagi usia 35 tahun karena kehamilan ini disebut dengan kehamilan resiko

tinggi. Tetapi kenyataannya semakin banyak wanita hamil pada usia 35 tahun,

hal ini terjadi karena mereka selalu menunda untuk hamil dengan alasan

belum ada persiapan anak pertama ataupun anak kedua.

Dampak dari kehamilan risiko tinggi ini dapat dicegah melalui

pemeriksaan kehamilan (antenatal care) secara teratur yang bertujuan untuk

menjaga ibu agar sehat selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas serta

mengusahakan bayi yang di lahirkan sehat, memantau kemungkinan adanya

risiko kehamilan, dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap

kehamilan risiko tinggi serta menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan

bayi. Pelayanan antenatal dapat mendeteksidan menangani kasus risiko tinggi

secara memadai, pertolongan persalinan yang bersih dan aman, sertapelayanan

rujukan kebidanan/perinatal yang terjangkau. Pelayanan kesehatan ibu hamil

harus memenuhi frekuensi minimal di tiap trimester, yaitu minimal satu kali

pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), minimal satu kali pada

trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal dua kali pada
trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai menjelang persalinan).

Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan

terhadap ibu hamil dan janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan,

dan penanganan dini komplikasi kehamilan (Kemenkes RI, 2020). Pentingnya

Antenatal Care terpadu dalam pemeriksaan ibu hamil resiko tinggi diharapkan

dapatdilakukan sesuai standar minimal asuhan antenatalyang dilaksanakan

secara berkesinambungan dan menyeluruh sehingga mampu mendeteksi dan

menangani risiko tinggi pada ibu hamil.

Salah satu indikator yang peka terhadap kualitas dan

aksesibilitas fasilitas pelayanan Kesehatan adalah Angka Kematian

Ibu (AKI) (Kemenkes RI, 2020). Berdasarkan data dariWorld

Health Organization (WHO) menyatakan Angka Kematian Ibu

(AKI) di dunia pada tahun 2015 adalah 216 per 100.000 kelahiran

hidup atau diperkirakan jumlah kematian ibu adalah 303.000

kematian. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi yaitu

sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2020).

Menurut Kemenkes RI Tahun 2019, penyebab kematian ibu

terbanyak adalah perdarahan (1.280 kasus), hipertensi dalam

kehamilan (1.066 kasus), infeksi (207 kasus). Berdasarkan Profil

Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2019, Angka Kematian Ibu di

Bali tahun 2019 sebesar 67,6 per 100.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung tahun

2019, kejadian AKI di Kabupaten Klungkung dari tahun 2015 -


2019 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2018 terjadi peningkatan

menjadi 140,8 per 100.000 kelahiran hidup (4 kasus), dan pada

tahun 2019 angka kematian ibu mengalami peningkatan secara

drastis sebesar 187,6 per 100.000 kelahiran hidup (5 kasus), dan

melebihi target AKI yaitu 95/100.000 LH. Pada tahun 2019

terdapat 5 kasus kematian ibu. Kematian ibu hamil berjumlah 4

orang dengan usia 20-34 tahun, 2 diantaranya yang disebabkan

oleh perdarahan. Kematian ibu bersalin 1 orang dengan usia ibu >

35 tahun dengan perdarahan.

Angka kematian ibu bersalin dan angka perinatal umumnya dapat

digunakan sebagai petunjuk untuk menilai pada keadaan gizi dan kesehatan

ibu. Tingkat pelayanan kesehatan ibu waktu hamil, melahirkan dan masa nifas,

serta kondisi kesehatan lingkungan, menurut hasil survey kesehatan rumah

tangga, angka kematian ibu bersalin di Indonesia masih sangat tinggi, berkisar

450 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2010).

Di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010 AKI 330 per 100.000

kelahiran hidup, tahun 2010 AKI 315 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes

Sumut, 2010).

Sedangkan di Kabupaten Mandailing Natal berdasarkan keadaan tahun

2013, AKI mencapai 179 per 100.000 kelahiran hidup (dengan jumlah

kematian 19 dalam 10.595 KH), pada tahun 2016 angka ini meningkat

menjadi 393 per 100.000 kelahiran hidup (dengan total jumlah kematian 36

dalam 9.160 KH) (Dinkes Kabupaten Mandailing Natal, 2016).


Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di Klinik Cayaha

Gultom pada bulan desember dari 30 orang responden masih banyak ibu hamil

yang belum mengetahui resiko kehamilan > 35 tahun.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah

adalah “Bagaimanakah Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Resiko Kehamilan

>35 Tahun di Klinik Cahaya Gultom Kecamatan Panyabungan Kabupaten

Mandailing Natal Tahun 2022”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil

Tentang Resiko Kehamilan >35 Tahun Di Klinik Cahaya Gultom

Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun

2022.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk Mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang

Resiko Kehamilan >35 Tahun Berdasarkan Umur.

2. Untuk Mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang

Resiko Kehamilan >35Tahun Berdasarkan Pendidikan.

3. Untuk Mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang

Resiko Kehamilan >35 Tahun Berdasarkan Pekerjaan.

4. Untuk Mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang

Resiko Kehamilan >35 Tahun Berdasarkan Sumber Informasi.


5. Untuk Mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang

Resiko Kehamilan >35 Tahun Berdasarkan Paritas.

3.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Untuk dapat menambah wawasan atau pengetahuan bagi penulis

dalam hal penelitian khususnya dalam resiko kehamilan >35

tahun.

2. Bagi Responden

Sebagai sumber informasi khususnya bagi ibu hamil usia > 35

tahun

3. Bagi Institusi

Sebagai masukan dalam pengembangan dan sebagai bahan

bacaan khususnya terhadap penelitian yang berhubungan dengan

resiko kehamilan usia >35 tahun.

4. Bagi Tempat Peneliti

Diharapkan bagi penelitian ini tenaga kesehatan terutama bidan

dapat meminimalisirkan terjadi resiko kehamilan >35 tahun

pada proses persalinan normal.

Anda mungkin juga menyukai