Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut data World health organization (WHO), angka kematian ibu
didunia pada tahun 2015 adalah 216 per 100.000 kelahiran hidup atau
diperkirakan jumlah Angka kematian ibu adalah 303.000 kematian dengan
jumlah tertinggi berada dinegara berkembang yaitu sebesar 302.000
kematian. Angka kematian ibu di Negara maju yaitu 239 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2016 (WHO, 2016).
Berdasarkan Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia (SDKI),
angka kematian ibu Indonesia masih tinggi yaitu 359 per 100.000 tahun 2014
dengan target global MDGs (millenium development goal). Kelima adalah
menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2017 (Indoneisa, 2016)
Angka kematian ibu (AKI) karena melahirkan atau saat persalinan
disumatera selatan (sumsel) masih terbilang tinggi. Asisten IV seketaris
daerah sumsel mengatakan, angka kematian ibu disumatera selatan mencapai
146 kematian per 100.000 kelahiran pada 2017. Masih tingginya AKI
perjumlah persalinan tersebut memungkinkan provinsi sumatera selatan
mencapai target nasional sebanyak 102 kematian ibu per 100.000 kelahiran.
“untuk mencapai target nasional tersebut, perlu adanya koordinasi dari semua
instansi terkait dan seluruh stakeholder sehingga upaya mengurangi tingginya
AKI pada saat persalinan dapat ditekan, salah satunya dengan melalui
penyuluhan. Pemerintah provinsi sumatera selatan melalui dinas kesehatan
terus berupaya menekan tingkat AKI saat persalinan. Dari data di dinas
kesehatan sumsel tercatat, penyebab kematian ibu paling besar saat
melahirkan adalah pendarahan (Sumatera selatan, 2017)
Berdasarkan data Dinas kesehatan kota Palembang pada tahun 2016
kematian ibu sebanyak 13 orang dari 29,091 kelahiran hidup. Penyebabnya

1
itu perdarahan (31%), penyakit jantung (15%), terrendah post SC s(8%), dan
infeksi (8%) (Dinas kesehatan kota palembang, 2016).
Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan
keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh di
dalam rahim ibu, dan selanjutnya dapat dijelaskan tingkat pertumbuhan dan
besarnya janin sesuai usia kehamilan pada setiap dilakukannya pemeriksaan
kehamilan (Muhimmah dan safe’I, 2016)
Kehamilan resiko tinggi merupakan suatu kehamilan yang memiliki
resiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya) yang dapat
mengakibatkan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah
persalinan. Deteksi awal pada kehamilan dapat dijadikan sebagai salah satu
upaya untuk mencegah kehamilan resiko tinggi ibu hamil (Nurcahyo, 2014).
Kebanyakan kematian maternal diakibatkan oleh kehamilan resiko tinggi
tersebut sesungguhnya dapat dicegah jika mereka segera mendapatkan
pertolongan dari tenaga kesehatan. Sayangnya justru mereka terlambat
memperoleh pertolongan karena tidak mengenali tanda-tanda komplikasi
yang mengancam jiwa, lambat mengambil keputusan mencari pertolongan,
sangat jauh untuk mendapatkan perawatan yang memadai atau sering disebut
3 terlambat (Depkes RI, 2016).
Penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalah
maternal usia ibu. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman
untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada
wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5
kali lebih tinggi dari pada kematian maternalyang terjadi pada usia 20 tahun
sampai 29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30
sampai 35 tahun (Sarwono, 2008)
Usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan
tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
berisiko tinggi untuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil
harus siap fisik, emosi, psikologi, sosial dan ekonomi (Ruswana, 2006)

2
Semakin lanjut usia wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada, indung
telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin. Makin
lanjut usia wanita, maka resiko terjadi abortus, makin menigkat karena
menurunnya kualitas sel telur atau ovum dan meningkatnya risiko kejadian
kelainan kromosom (Samsulhdi, 2003).
Gerakan Sayang Ibu (GSI) yang diupayakan untuk mencegah terjadinya
kejadian yang tidak diinginkan menurut Saifudin (2015) yaitu dengan
mencegah tiga macam keterlambatan, yaitu
1. keterlambatan ditingkat keluarga dalam mengenali tanda bahaya dan
membuat keputusan untuk segera mencari pertolongan
2. keterlambatan dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan;
3. keterlambatan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapat
pertolongan yang dibutuhkan (Saifudin, 2015)

Tujuan gerakan sayang ibu :


1. menurunkan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas
serta menurunkan angka kematian bayi.
2. Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai penyakit
menukar seksual (PMS)
3. Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai
perawatan kehamilan, proses melahirkan yang sehat, pemberian ASI
ekslusif dan perawatan bayi.
4. Memantapkan komitmen dan dukungan terhadap gerakan sayang ibu.
5. Meningkatkan kepedulian dan dukungan sector terkait terhadap upaya
penanggulangan penyebab kematian ibu dan bayi secara terpadu.
6. Mementapkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam
mengembangkan dan membangun mekanisme rujukan sesuai dengan
kondisi daerah.

Asuhan sayang Ibu


Dokumen WHO/safe motherhood menjelaskan salah satu cara untuk
memberikan asuhan yang bersifat “sayang ibu”. Diseluruh dunia asuhan jenis

3
ini kini sedang dimasyarakatkan dan sudah terbukti efektif karena kaum ibu
merasa nyaman dengan asuhan ini dan akan terus berupaya mendapatkannya,
hal ini kebetulan pula konsisten dengan caranya bidan-bidan memberikan jasa
pelayannya secara tradisional.
Jika layanan diberikan dengan penuh hormat dan rasa peduli yang peka sesuai
kebutuhan ibu serta memberikan rasa percaya yang besar, maka ibu akan
lebih memilih asuhan yang seperti ini dan merekomendasikan hal ini pada
ibu-ibu yang lain. Badan Coalition For Imporving maternity Services (CIMS)
melahirkan Safe Motherhood Initiative pada tahun 1987. Badan ini terdiri
dari sejumlah individu dan organisasi nasional yang misinya untuk
mempromosikan kesempurnaan model asuhan persalinan yang dapat
meningkatkan hasil kelahiran serta menghemat biaya. Misi ini berdasarkan
penelitian, sayang ibu, bayi, dan keluarga dan memfokuskan pada
pencegahan dan kesempurnaan sebagai alternatif untuk penafisan, diagnosa,
dan program perawat yang berbiaya tinggi.
Berdasarkan kunjungan ibu hami di Puskesmas Plaju Palembang pada
tahun 2018 terdapat 123 kasus ibu hamil dengan usia >35 dari 726 kasus yang
ditemukan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah yaitu
“Bagaimana asuhan kebidanan pada Ny.“S” usia 38 tahun G1P0A0 hamil 8
minggu dengan resiko usia lebih dari 35 tahun di Puskesmas Plaju tahun
2019”

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini terdiri dari 2 yaitu :
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny.“S” usia 38
tahun G1P0A0 hamil 8 minggu dengan resiko usia lebih dari 35 tahun di

4
Puskesmas Plaju tahun 2019 sesuai standar pelayanan kebidanan pada
ibu hamil dengan menggunakan metode SOAP.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah :
a. Mampu melaksanakan pengumpulan data subjektif pada Ny.“S” usia
38 tahun G1P0A0 hamil 8 minggu dengan resiko usia lebih dari 35
tahun di Puskesmas Plaju tahun 2019.
b. Mampu melaksanakan pengumpulan data objektif pada Ny.“S” usia
38 tahun G1P0A0 hamil 8 minggu dengan resiko usia lebih dari 35
tahun di Puskesmas Plaju tahun 2019.
c. Mampu menganalisis dan menentukan diagnose pada Ny.“S” usia
38 tahun G1P0A0 hamil 8 minggu dengan resiko usia lebih dari 35
tahun di Puskesmas Plaju tahun 2019.
d. Mampu melaksanakan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada
Ny.“S” usia 38 tahun G1P0A0 hamil 8 minggu dengan resiko usia
lebih dari 35 tahun di Puskesmas Plaju tahun 2019.
e. Mendokumentasikan askeb yang telah dilakukan pada Ny.“S” usia
38 tahun G1P0A0 hamil 8 minggu dengan resiko usia lebih dari 35
tahun di Puskesmas Plaju tahun 2019 metode dengan SOAP.

D. Manfaat Penulisan
Merupakan manfaat yang diharapkan dari penysunan makalah, meliputi:
a. Bagi Lahan Praktik (Puskesmas Plaju Palembang)
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat memberikan asuhan pelayanan
kebidanan ibu hamil dengan resiko usia > 35 tahun di Puskesmas Plaju
palembang
b. Bagi STIKes Muhammadiyah Palembang
Sebagai bahan kajian untuk meningkatkan pengetahuan peserta didik.
c. Bagi Mahasiswa
Sebagai salah satu persyaratan untuk mengumpulkan tugas selama dinas di
Puskesmas Plaju Palembang serta menambah pengetahuan mengenai

5
asuhan kebidanan pada Ny.“S” usia 38 tahun G1P0A0 hamil 8 minggu
dengan resiko usia lebih dari 35 tahun di Puskesmas Plaju tahun 2019.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan
1. Konsep Dasar Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine
(dalam kandungan) dimulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan
persalinan (Maryunani, 2010). Menurut Federasi Obstetri Ginekologi
Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan
dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi (Prawirohardjo, 2014).
Ditinjau dari usia kehamilan, kehamilan di bagi dalam 3 trimester
yaitu trimester I dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu),
trimester II dari bulan keempat sampai keenam (13-28 minggu), trimester
III dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (29-42 minggu) (Rukiyah, 2009).

b. Diagnosis Kehamilan
Tanda dan gejala kehamilan untuk dapat menegakkan kehamilan menurut
Jannah (2012) dengan melakukan penilaian terhadap :
1) Tanda presumtif/tanda tidak pasti
Tanda presumtif /tanda tidak pasti kehamilan adalah perubahan-
perubahan yang dirasakan oleh ibu (subyektif) yang timbul selama
kehamilan. Yang termasuk tanda presumtif/tanda tidak pasti
kehamilan sebagai berikut.
a) Amenorhoe (tidak dapat haid)
b) Nausea (enek) dan emisis (muntah)
c) Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)
d) Mamae menjadi tegang dan membesar
e) Anoreksia (tidak nafsu makan)

7
f) Sering kencing
g) Obstipasi pigmentasi kulit
h) Epulis
i) Varises (penekanan vena-vena)
j) Pigmentasi kulit
2) Tanda kemungkinan hamil
Tanda kemungkinan hamil adalah perubahan-perubahan yang
diobservasi oleh pemeriksa (bersifat obyektif), namun berupa dugaan
kehamilan saja. Makin banyak tanda-tanda yang mungkin kita dapati,
makin besar kemungkinan kehamilan. Yang termasuk tanda
kemungkinan hamil yaitu:
a) Uterus membesar
b) Tanda hegar
c) Tanda chadwick
d) Tanda piscaseck
e) Tanda braxton hicks
f) Goodell sign
g) Reaksi kehamilan positif
3) Tanda pasti kehamilan
Tanda pasti kehamilan adalah tanda-tanda obyektif yang didapatkan
oleh pemeriksa yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa
pada kehamilan.
a) Terasa gerakan janin
b) Teraba bagian-bagian janin
c) Denyut jantung janin
d) Terlihat kerangka janin pada pemeriksaan sinar rontgen
e) Dengan menggunakan USG dapat terlihat gambaran janin berupa
ukuran kantong janin, panjangnya janin, dan diameter biperalis
hingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan

8
c. Diagnosa banding kehamilan
Pembesaran perut wanita tidak selamanya merupakan kehamilan sehingga
perlu dilakukan diagnosis banding menurut Manuaba (2010) diantaranya
adalah:
1) Hamil palsu (pseudosiesis) atau kehamilan spuria.
2) Tumor kandungan atau mioma uteri.
3) Kista ovarium.
4) Hematometra.
5) Kandung kemih penuh.

d. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil


Kebutuhan dasar ibu hamil antara lain :
1) Kebutuhan nutrisi
Pada masa kehamilan, ibu hamil harus menyediakan nutrisi yang
penting bagi pertumbuhan anak dan dirinya sendiri.Kebutuhan nutrisi
wanita hamil banyak mendapatkan perhatian dari berbagai komite
disejumlah Negara.Calon ibu sebaiknya makan diet seimbang,
menyediakan perawatan yang mencukupi memeriksakan kandungan
hemoglobin dalam darah dan memperoleh resep tablet mengandung
garam besi. Kebutuhan nutrisi ibu hamil antara lain; Kebutuhan
energi, sumber protein, sumber lemak, sumber karbohidrat, dan
sumber vitamin (Jannah, 2012).
2) Kebutuhan oksigen
Hampir 75% wanita hamil mengalami peningkatan kesulitan
pernapasan. Pada awal kehamilan ¼ wanita hamil terserang, pada
minggu ke-20 kira kira separuh wanita kesulitan pernapasan, dan pada
minggu ke-30 jumlah itu meningkat menjadi 75 %. Untuk
menyeimbangkan kebutuhan oksigen ibu hamil, perlunya suasana
lingkungan yang selalu mendukung ibu dapat bernapas dengan lega,
lingkungan atau tempat yang pengap, sesak, dan tempat keramaian

9
sangatlah perlu dihindari karena suplai oksigen ibu tidak efektif lagi
(Jannah, 2012)
3) Kebutuhan personal hygiene
Personal hygiene ini berkaitan dengan perubahan sistem pada tubuh
ibu hamil, hal ini desebabkan: selama kelamilan PH vagina menjadi
asam berubah dari 4-3 menjadi 5-6,5 akibat vagina mudah terkena
infeksi, stimulus oestrogen menyebabkan adanya Fluor Albus
(keputihan), peningkatan vaskularisasi di perifer mengakibatkan
wanita hamil sering berkeringat, uterus yang membesar menekan
kandung kemih, mengakibatkan keinginan wanita hamil untuk sering
berkemih, mandi teratur mencegah iritasi vagina, teknik pencucian
perianal dari depan kebelakang, pada triwulan pertama wanita hamil
mengalami enek dan muntah. Keadaan ini menyebabkan peraatan gigi
tidak diperhatikan dengan baik (Rukiah, 2009).
4) Kebutuhan istirahat
Adanya aktivitas yang dilakukan setiap hari otomatis ibu hamil akan
sering merasa lelah daripada sebelum waktu hamil. Ini salah satunya
disebabkan oleh factor beban dari berat janin yang semakin terasa oleh
sang ibu. Oleh karena itu pengaturan aktivitas yang tidak terlalu
berlebihan sangatlah perlu diterapkan oleh setiap ibu hamil (Jannah,
2012). Ada beberapa posisi relaksasi yang dapat dilakukan selama
dalam keadaan istirahat atau selama proses persalinan yaitu;
terlentang, berbaring miring, dan duduk (Jannah, 2012).
5) Kebutuhan seks
Jika kehamilan calon ibu normal serta tidak mempunyai
kecenderungan melahirkan premature dan aborsi ulang maka
senggama dapat dilanjutkan dengan frekuensi yang normal untuk
pasangan tersebut (Jannah, 2012).
6) Persiapan persalinan
Persiapan persalinan adalah rencana tindakan yang dibuat oleh ibu,
anggota keluarga dan bidan. Dengan adanya rencana persalinan akan

10
mengurangi kebingungan dan kekacauan pada saat persalinandan
meningkatkan kemungkinan ibu akan menerima asuhan yang sesuai
dan tepat waktu (Jannah, 2012).
7) Aktivitas senam hamil
Senam hamil bukan merupakan keharusan. Namun, dengan
melakukan senam hamil akan banyak memberikan manfaat dalam
membantu kelancaran proses persalinan antara lain dapat melatih
pernapasan dan relaksasi, menguatkan otot otot panggul dan perut,
serta melatih cara mengedan yang benar. Kesiapan ini merupakan
bekal penting bagi calon ibu saat persalinan (Jannah, 2012).

e. Kajian Islam Tentang Kehamilan


Proses kehamilan adalah proses yang sangat panjang. Al-qur’an bahkan
telah menjelaskannya, jauh sebelum ilmuan-ilmuan barat menemukannya
setelah proses panjang penelitian. Al-qur’an surat Al-mu’minun ayat 12-
14. Di dalam 3 ayat tersebut, diterangkan dengan jelas perjalanan kejadian
manusia.Dari awal ovum yang dibuahi oleh sperma, sampai terbentuklah
bayi yang siap lahir ke dunia.
Mengenai jenis kelamin janin. Allah berfirman dalam (Asy-Syura : 49-50 )
yang artinya “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia
menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak
perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak
lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugrahkan kedua
jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendakiNya), dan
Dia menjadikan mandul siapa yang Dia dikehendaki. Sesungguhnya Dia
Maha Mengetahui lagi Mahakuasa”
Proses kehamilan seorang wanita yang berharga ini tercantum dalam. Q.S-
Lukman ayat 14 yang mengabdikan perjuangan ibu selama kehamilan
yang artinya:” Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik)
kepada kedua orang tuanya, Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah dan bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun,

11
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada
aku kembali”.

2. Standar Pelayanan Antenatal


a. Pengertian Antenatal Care
Antenatal care adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan
obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui
serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan
(Prawirohardjo, 2010).
Antenatal care merupakan pelayanan yang diberikan pada ibu hamil
untuk memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu
apakah ibu hamil normal atau bermasalah, (Rukiyah, 2009).
b. Tujuan Antenatal Care
Menurut Rukiyah, (2009), tujuan antenatal care yaitu:
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang ibu dan bayi.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan
sosial ibu dan bayi.
3) Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan
selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian Air
Susu Ibu (ASI) ekslusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
c. Kebijakan Program
Pada kehamilan normal, kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan
paling sedikit 4 kali selama kehamilan. Namun apabila kehamilan
termasuk kedalam kehamilan resiko tinggi, maka jadwal kunjungan

12
harus lebih rutin untuk mendapatkan perhatian yang lebih ketat. Dalam
bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi
kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan
antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan K4. Kunjungan
antenatal minimal dilakukan satu kali pada trimester I, satu kali pada
trimester II dan dua kali pada trimester III (Prawirohardjo, 2014).
d. Standar Pelayanan Asuhan Minimal Antenatal
Pelayanan atau asuhan standar minimal 10T menurut Kemenkes RI
(2015) adalah sebagai berikut:
1) Pengkuran tinggi badan cukup 1 kali
Bila tinggi badan < 145 cm, maka faktor resiko panggul sempit,
kemungkinan sulit melahirkan secara normal.Penimbangan berat
badan setiap kali periksa,Sejak bulan ke-4 pertambahan BB paling
sedikit 1 kg/bulan
2) Pengukuran tekanan darah (tensi)
Tekanan darah normal 120/80 mmHg. Bila tekanan darah lebih
besar atau sama dengan 140/90 mmHg, ada faktor resiko hipertensi
(tekanan darah tinggi) dalam kehamilan.
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Bila < 23,5 cm menunjukkan ibu hamil menderita Kurang Energi
Kronis (KEK) dan beresiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
4) Pengukuran tinggi rahim
Pengukuran tinggi rahim berguna untuk melihat pertumbuhan janin
apakah sesuai dengan usia kehamilan.
5) Penentuan letak janin (presentasi janin) dan penghitungan denyut
jantung janin
Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala
belum masuk panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau ada
masalah lain. Bila denyut jantung janin kurang dari 120 kali/menit

13
atau lebih dari 160 kali/ menit menunjukkan ada tanda gawat janin,
segera dirujuk.
6) Penentuan status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi yaitu
infeksi tetanus yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani
sebagai akibat dari proses persalinan yang tidak aman/steril atau
berasal dari luka yang diperoleh ibu hamil sebelum melahirkan.
ClostridiumTetani masuk melalui luka terbuka danmenghasilkan
racun yang menyerang sistem syaraf pusat (Kemenkes RI, 2015).
Sebagai upaya mengendalikan infeksi tetanus yang
merupakan salah satu faktor risiko kematian ibu dan kematian bayi,
maka dilaksanakan program imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bagi
Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil. Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Imunisasi mengamanatkan bahwa wanita usia subur dan ibu hamil
merupakan salah satu kelompok populasi yang menjadi sasaran
imunisasi lanjutan. Imunisasi lanjutan adalah kegiatan yang
bertujuan untuk melengkapi imunisasi dasar pada bayi yang
diberikan kepada anak Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia
subur termasuk ibu hamil. Wanita usia subur yang menjadi sasaran
imunisasi TT adalah wanita berusia antara 15-49 tahun yang terdiri
dari WUS hamil (ibu hamil) dan tidak hamil. Imunisasi lanjutan
pada WUS salah satunya dilaksanakan pada waktu melakukan
pelayanan antenatal.Imunisasi TT pada WUS diberikan sebanyak 5
dosis dengan interval tertentu, dimulai sebelum dan atau saat hamil
yang berguna bagi kekebalan seumur hidup (Kemenkes RI, 2015).
Menurut Kemenkes RI (2015).Interval pemberian imunisasi TT dan
lama masa perlindungan yang diberikan sebagai berikut:
a) TT2 memiliki interval minimal 4 minggu setelah TT1 dengan
masa perlindungan 3 tahun.

14
b) TT3 memiliki interval minimal 6 bulan setelah TT2 dengan
masa perlindungan 5 tahun.
c) TT4 memiliki interval minimal 1 tahun setelah TT3 dengan
masa perlindungan 10 tahun.
d) TT5 memiliki interval minimal 1 tahun setelah TT4 dengan
masa perlindungan 25 tahun.
Screening status imunisasi TT harus dilakukan sebelum
pemberian vaksin. Pemberian imunisasi TT tidak perlu dilakukan
bila hasil screening menunjukkan wanita usia subur telah
mendapatkan imunisasi TT5 yang harus dibuktikan dengan buku
KIA,rekam medis, dan atau kohort. Kelompok ibu hamil yang
sudah mendapatkan TT2 sampai dengan TT5 dikatakan
mendapatkan imunisasi TT2+ (Kemenkes RI, 2015).
7) Pemberian tablet tambah darah
Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah darah
setiap hari minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah diminum
pada malam hari untuk mengurangi rasa mual.
8) Tes laboratorium:
- Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil
bila diperlukan.
- Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu kekurangan
darah (Anemia).
- Tes pemeriksaan urine (air kencing)
- Tes pemeriksaan darah lainnya, sesuai indikasi seperti malaria,
HIV, Sifilis dan lain lain.
9) Konseling atau penjelasan
Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan
kehamilan, pencegahan kelainan bawaan, persalinan dan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir, ASI
eksklusif, Keluarga Berencana, dan imunisasi pada bayi. Penjelasan
ini diberikan secara bertahap pada saat kunjungan ibu hamil.

15
10) Tatalaksana atau mendapatkan pengobatan
Jika ibu mempunyai masalah kesehatan pada saat hamil.

3. Asuhan Kunjungan Kehamilan


a. Asuhan Kunjungan Awal
Kunjungan awal adalah kunjungan antenatal yang pertama kali
dilakukan oleh ibu hamil. Tujuannya untuk mengumpulkan informasi
mengenai ibu hamil yang dapat membantu bidan dalam membina
hubungan yang baik dan rasa saling percaya antara ibu dan bidan,
mendeteksi komplikasi serta merencanakan asuhan khusus yang
dibutuhkan ibu (Jannah, 2012). Menurut Jannah (2012), tahapan
pemeriksaan pada kunjungan ini yaitu :
 Anamnesa
Isi riwayat pada kunjungan awal yaitu informasi biodata, keluhan
utama, riwayat reproduksi meliputi siklus haid dan Hari Pertama
Haid Terakhir (HPHT), usia kehamilan dan taksiran persalinan
(menggunakan rumus naegele), riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas yang lalu, riwayat kehamilan sekarang meliputi tanda-tanda
kehamilan dan pergerakan janin, keluhan yang dirasakan, riwayat
kesehatan sekarang dan yang lalu, data psikososial dan pola
pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
 Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi komplikasi-
komplikasi kehamilan. Pemeriksaan fisik ini meliputi tinggi badan,
berat badan, Tanda-Tanda Vital (TTV), head to toe, pemeriksaan
obstetrik meliputi palpasi leopold. Sedangkan tes laboratorium
meliputi tes haemoglobin, protein urin, glukosa urin serta golongan
darah. Tes ini dapat dipakai untuk menilai adanya masalah pada ibu
hamil dan jika ditangani akan mencegah kesakitan dan kematian
pada ibu dan anak.

16
b. Asuhan Kunjungan Ulang
Kunjungan ulang adalah setiap kali kunjungan yang dilakukan setelah
kunjungan antenatal pertama sampai memasuki persalinan. Kunjungan
ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesahatan yang kedua
dan seterusnya untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan
standar antenatal selama 1 periode kehamilan berlangsung
(Pemantauan Wilayah Setempat-Kesehatan Ibu dan Anak). Tujuan
kunjungan ini adalah pendeteksian komlikasi, mempersiapkan
kelahiran dan kegawatdaruratan serta pemeriksaan fisik terfokus
(Jannah, 2012).
 Anamnesa
Pada kunjungan ulang, anamnesa difokuskan pada penemuan
masalah yang terjadi serta aspek-aspek yang menonjol pada wanita
hamil, mengevaluasi keefektifan asuhan, mendeteksi
ketidaknyamanan dan komplikasi yang ibu alami dan pergerakan
janin selama 24 jam terakhir (usia kehamilan ± 20 minggu).
 Pemeriksaa Fisik dan Laboratorium
Pada kunjungan ulang, pemeriksaan fisik hanya sebatas memeriksa
TTV dan pemeriksaan Leopold. Sedangkan tes laboratorium yang
perlu diperiksa tergantung dari hasil anamnesa dan pemeriksaan
fisik jika ibu mempunyai salah satu tanda bahaya pada kehamilan,
misalnya preeklampsia berat, anemia dan penyakit diabetes
mellitus.

B. Faktor Resiko Kehamilan


1. Terlalu Tua
a. Pengertian Terlalu Tua
Terlalu Tua adalah ibu hamil pada usia ≥ 35 tahun. Pada usia ini organ
kandungan menua, jalan lahir tambah kaku, ada kemungkinan besar ibu
hamil mendapat anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan.

17
b. Resiko Yang Dapat Terjadi
Resiko yang dapat terjadi pada kehamilan terlalu tua(≥ 35 tahun) adalah :
1) Hipertensi/tekanan darah tinggi
2) Pre-eklamspsi
3) Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum persalinan dimulai
4) Persalinan macet: ibu yang mengejan lebih dari 1 jam, bayi tidak
dapat lahir dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa.
5) Perdarahan setelah bayi lahir
6) Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah/BBLR < 2500gr
c. Alasan yang perlu diketahui adalah :
1) Pada usia ini kondisi kesehatan ibu mulai menurun
2) Fungsi rahim menurun
3) Kualitas sel telur berkurang
d. Meningkatnya komplikasi medis dan persalian
Terlalu Tua (Hamil Usia > 35 tahun) Umur ibu juga mempengaruhi
kapasitas tropiknya, sehingga pada ibu dengan umur lebih tua cenderung
mempunyai bayi yang berat badannya lebih rendah. Pada umur 35 tahun
atau lebih, kesehatan ibu sudah menurun, akibatnya ibu hamil pada usia itu
mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mempunyai anak cacat,
persalinan lama dan perdarahan.
Selain itu, hal yang paling dikhawatirkan jika usia ibu diatas 35 tahun ialah
kualitas sel telur yang dihasilkan juga tidak baik. Ibu yang hamil pada usia
ini punya resiko 4 kali lipat dibanding sebelum usia 35 tahun.
e. Dampak Kehamilan Resiko Tinggi Pada Usia Tua
Risiko kehamilan yang mungkin terjadi saat terjadi kehamilan usia ibu
mencapai 40 tahun atau lebih. Terdapat risiko pada ibu dan risiko pada
bayi. Sel telur itu kan sudah ada di dalam organ reproduksi sejak wanita
dilahirkan. Namun, setiap bulan sel telur itu dilepaskan satu per satu
karena sudah matang.Berarti, sel telur yang tersimpan selama hampir 40
tahun ini usianya juga sudah cukup tua.Karena, selama itu sel telur

18
mungkin terkena paparan radiasi. Di usia ini, wanita akan lebih sulit
mendapatkan keturunan karena tingkat kesuburan yang sudah menurun.
1) Resiko Pada Bayi.
a) Kehamilan di atas usia 40 itu berisiko melahirkan bayi yang cacat.
Kecacatan yang paling umum adalah down syndrome (kelemahan
motorik, IQ rendah) atau bisa juga cacat fisik.
b) Adanya kelainan kromosom dipercaya sebagai risiko kehamilan di
usia 40 tahun. Pertambahan usia dapat menyebabkan terjadinya
kelainan terutama pada pembelahan kromosom. Pembelahan
kromosom abnormal menyebabkan adanya peristiwa gagal
berpisah yang menimbulkan kelainan pada individu yang
dilahirkan. Terjadinya kelahiran anak dengan sindroma down,
kembar siam, autism sering disangkut pautkan dengan masalah
kelainan kromosom yang diakibatkan oleh usia ibu yang sudah
terlalu tua untuk hamil. Akan tetapi hal inipun masih berada di
dalam penelitian lanjut mengenai kebenarannya.
c) Seiring bertambah usia maka resiko kelahiran bayi dengan down
syndrome cukup tinggi yakni 1:50. Hal ini berbeda pada
kehamilan di usia 20-30 tahun dengan rasio 1:1500.
d) Selain itu, bayi yang lahir dari kelompok tertua lebih cenderung
untuk memiliki cacat lahir dan harus dirawat di unit perawatan
intensif neonatal.
e) Kebanyakan akan mengalami penurunan stamina. Karena itu
disarankan untuk melakukan persalinan secara operasi caesar. Hal
ini dilakukan bukan tanpa alasan namun mengingat untuk
melahirkan normal membutuhkan tenaga yang kuat.
f) Pada ibu hamil dengan usia 40 tahun ke atas kebanyakan tidak kuat
untuk mengejan karena nafas yang pendek. Akibatnya bayi bisa
mengalami stres karena saat proses persalinan pembukaan mulut
rahim akan terasa sulit. Kebanyakan kasus kehamilan di usia 40
tahun ke atas akan mengalami kesulitan saat melahirkan secara

19
normal. Apalagi untuk ibu hamil yang hipertensi, maka sangat
dianjurkan untuk melakukan persalinan dengan operasi caesar.
Untuk menyelamatkan ibu dan juga bayi

2) Risiko pada ibu.


a) Memasuki usia 35, wanita sudah harus berhati-hati ketika hamil
karena kesehatan reproduksi wanita pada usia ini menurun.
Kondisi ini akan makin menurun ketika memasuki usia 40 tahun.
b) Risiko makin bertambah karena pada usia 40 tahun, penyakit-
penyakit degeneratif (seperti tekanan darah tinggi, diabetes) mulai
muncul. Selain bisa menyebabkan kematian pada ibu, bayi yang
dilahirkan juga bisa cacat.
c) Kehamilan di usia ini sangat rentan terhadap kemungkinan
komplikasi seperti, placenta previa, pre-eklampsia, dan diabetes.
d) Risiko keguguran juga akan meningkat hingga 50 persen saat
wanita menginjak usia 42 tahun. Terjadi perdarahan dan penyulit
kelahiran. Elastisitas jaringan akan berkurang seiring dengan
bertambahnya usia. Di usia semakin lanjut, maka sering terjadi
penipisan dinding pembuluh darah meskipun kasus tidak terlalu
banyak dijumpai, namun masalah pada kualitas dinding pembuluh
darah khususnya yang terdapat di dinding rahim, dengan adanya
pembesaran ruang rahim akibat adanya pertumbuhan janin dapat
menyebabkan perdarahan.
e) Hamil di usia 40 merupakan kehamilan dengan resiko komplikasi
yang tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan Royal College of
Obstetricians and Gynaecologists, perempuan yang hamil di akhir
usia 30-an dan 40-an lebih beresiko mengalami hipertensi saat
kehamilan (preeclampsia), kehamilan di luar rahim (kehamilan
etopik), mengalami keguguran.
f) Kualitas sel telur yang lemah menyebabkan penempelan janin pada
dinding rahim lemah sehingga sering menimbulkan perdarahan.

20
g) Terjadi pre eklampsia. Preeklampsia atau perdarahan yang
disebabkan oleh adanya tekanan darah yang tinggi melebihi batas
normal sering menjadi penyebab kematian ibu yang melahirkan.
Pre eklampsia banyak dikaitkan dengan usia ibu yang terlalu tua
untuk hamil.
h) Kesulitan melahirkan. Proses melahirkan butuh energi yang ekstra.
Tanpa adanya tenaga yang kuat, maka ibu dapat sulit mengejan
sehingga justru berbahaya bagi bayi yang dilahirkan. Semakin tua
usia ibu dikhawatirkan tenaga sudah relatif menurun, meskipun
tidak dapat disamaratakan antara individu satu dengan lainnya.
i) Di saat melahirkan, pembukaan mulut rahim mungkin akan terasa
sulit sehingga bayi bisa mengalami stres. Oleh karena itu, proses
melahirkan pada ibu yang berusia 40 tahun pada umumnya
dilakukan secara Caesar.

f. Pencegahan
1) Rajin menjaga kebugaran tubuh, Anda tak perlu terlalu khawatir.
Karena, Anda tetap bisa melahirkan secara normal. Anda dan bayi pun
akan sehat-sehat saja.
2) Berkonsultasi kepada dokter mengenai asupan gizi yang perlu bagi
kesehatan kehamilan. Jangan lupakan menerapkan pola hidup sehat
dengan mengonsumi makanan sehat bernutrisi yang dibutuhkan untuk
ibu hamil dan janin dalam perut.
3) Karena adanya sejumlah risiko komplikasi ini, Anda yang berusia 35
tahun ke atas cukup besar kemungkinannya untuk melahirkan secara
Caesar.
4) Sejumlah resiko di atas tetap dapat diminimalkan dengan
berkonsultasi secara intensif dengan dokter kandungan.
5) Ibu hamil dengan usia beresiko lebih sering melakukan pemeriksaan
dan konsultasi. Segeralah melakuan screening atau tes untuk
mencegah atau mengurangi resiko yang membahayakan ibu dan anak.

21
Pemeriksaan yang bisa dilakukan seperti, USG, Triple Test dengan
mengambil sampel darah, Nuchal Translucency yang mengukur
ketebalan belakang leher janin, dan Amniocentesis yaitu pengambilan
cairan ketuban dari dalam rahim, yang selanjutnya dikirim ke
laboratorium genetik untuk dilihat adakah kelebihan atau kelainan
kromosom.
6) Disarankan untuk mengonsumi minuman suplemen asam folat dan
rajin mengunjungi dokter spesialis kandungan.
7) Melakukan olahraga low impact juga bisa dilakukan untuk melatih
stamina selama menjalani kehamilan.

22

Anda mungkin juga menyukai