Anda di halaman 1dari 146

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN

PADA NY.NM UMUR 30 TAHUN G3P2A1


DI PMB ANIK RAKHMAWATI KLATEN

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN

Disusun Guna Memenuhi Stase Asuhan Kebidanan Berkelanjutan


Prodi Kebidanan Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi
Fakiltas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :
Roza Fitri Yeni – 2110106012

PRODI KEBIDANAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROOGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA NY.NM UMUR 30
TAHUN DI PMB ANIK RAKHMAWATI KLATEN

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN

Disusun Oleh :
Roza Fitri Yeni – 2110106012

Telah Disahkan Oleh Pembimbing


Sebagai Tugas Laporan Asuhan Kebidanan Berkelanjutan
Prodi Kebidanan Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Oleh :

Pembimbing : Nuli Nuryanti Zulala, S.ST., M.Keb


Tanggal : 14 Juli 2022
Tanda Tangan : ACC
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
Laporan Komprehensif tentang “Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Pada Ny.
NM Umur 30 Tahun G3P1A1 di PMB Anik Rakhmawati Klaten” Laporan
Komprehensif ini merupakan salah satu syarat untuk dapat melaksanakan ujian
Stase Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Praktik Profesi Bidan Program Profesi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Telah banyak bantuan dari berbagai pihak dalam Laporan Komprehensif ini,
oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati dan penuh
rasa hormat, penulis haturkan ucapan terimakasih yang setulusnya kepada:
1. Warsiti, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat selaku rektor Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
2. M. Ali Imron, S.Sos., M.Fis selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
3. Nidatul Khofiyah, S.Keb.,Bd.MPH selaku ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan Program Profesi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta
4. Nuli Nuryanti Zulala, S.ST., M.Keb selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan motivasi dan bimbingan Praktik Klinik.
5. Anik Rakhmawati, A.Md.Keb selaku preceptor di PMB Anik Rakhmawati
Klaten yang telah memberikan bimbingan dan motivasi semangat belajar
selama di lahan praktik.
6. Semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Laporan
Komprehensif yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT membalas segala bentuk bantuan dan kerjasama kalian
dengan balasan kebaikan dan kebahagiaan, aamiin. Penulis membutuhkan saran
dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan dalam penulisan
Laporan Komprehensif ini.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, Mei 2022


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Teori
1. Kehamilan
2. Persalinan
3. Nifas
4. Bayi Baru Lahir dan Neonatus
5. KB
B. Standar Asuhan Kebidanan dan Kewenangan Bidan (Sesuai Undang-
Undang/Permenkes/Kepmenkes)
C. Manajemen Kebidanan dan Dokumentasi Kebidanan
D. Bagan Asuhan Kebidanan Berkelanjutan

BAB III METODE LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN


BERKELANJUTAN
A. Rancangan Laporan
B. Tempat dan Waktu Laporan
C. Subjek Laporan
D. Jenis Data
E. Alat dan Metode Pengumpulan Data
F. Analisis Data
G. Etika Studi Kasus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Lokasi
B. Hasil
C. Pembahasan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Bimbingan


Lampiran 2 : Informed Consent
Lampiran 3 : SOAP Pengkajian Awal
Lampiran 4 : SOAP dan Laporan Perkembangan
Lampiran 5 : Dokumentasi Kinjungan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator
Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan,
dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti
kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2017).
Menurut World Health Organition (WHO) Angka kematian ibu sangat
tinggi. Sekitar 830 wanita meninggal akibat komplikasi terkait kehamilan atau
persalinan di seluruh dunia setiap hari. Diperkirakan pada tahun 2015, sekitar
303.000 wanita meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan.
Wanita meninggal akibat komplikasi selama dan setelah kehamilan dan
persalinan. Sebagian besar komplikasi ini berkembang selama kehamilan dan
sebagian besar dapat dicegah atau diobati. Komplikasi lain mungkin ada
sebelum kehamilan tetapi memburuk selama kehamilan, terutama jika tidak
dikelola sebagai bagian dari perawatan wanita (WHO, 2015).
Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 305/100.000 persalinan
hidup pada tahun 2015. Jika perkiraan persalinan di Indonesia sebesar
5.000.000 orang maka akan terdapat sekitar 15.000 sampai 15.500 kematian
ibu setiap tahunnya atau meninggal setiap 30 sampai 40 menit. Jumlah
kematian perinatal sekitar 40/1000 artinya jumlah absolut 200.000 orang atau
terjadi setiap 2-2,5 menit (Profil Kesehatan Indonesia, 2017). Angka kematian
ibu di Indonesia ini masih sangat tinggi mengingat target SDGs (Sustainable
Development Goals) pada tahun 2030 mengurangi angka kematian ibu hingga
di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan RPJMN (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah) 2015-2019, target angka kematian ibu pada
tahun 2019 yaitu 306 per 100.000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2014).
AKI menggambarkan angka wanita yang meninggal per 100.000 kelahiran
hidup dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan)
tanpa memperhitungkan lama kehamilan. AKI juga dapat digunakan sebagai
media pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini
dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan
kesehatan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap
perbaikan pelayanan kesehatan menjadikan AKI sebagai indikator keberhasilan
pembangunan sektor kesehatan.
Ditinjau berdasarkan laporan profil kesehatan Aceh tahun 2017, penurunan
angka kematian ibu di Aceh terjadi sejak tahun 2012 sampai dengan 2015 yaitu
dari 184 menjadi 134 kematian ibu. Ini menunjukkan semakin baiknya
pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
Namun demikian tahun 2016 kembali naik menjadi 167 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup. Hal ini menjadi tantangan bagi Pemerintah Aceh
untuk lebih meningkatkan komitmen daerah dalam memberikan pelayanan
kesehatan ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas. Bila dilihat dari distribusi yang
bersumber pada dinas kesehatan kabupaten/kota, diketahui jumlah kematian
ibu yang dilaporkan adalah 149 kasus dan lahir hidup 103.931 jiwa, maka rasio
angka kematian ibu di Aceh tahun 2017 kembali menunjukkan penurunan
menjadi 143 per 100.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Aceh 2017).
Penyebab kematian ibu paling banyak disebabkan karena perdarahan
sebanyak 30,3%, hipertensi sebanyak 27,1%, infeksi 7,3%, partus lama 1,3%,
abortus 1,6%, lainlain 40,8% (Depkes, 2014). AKI di Aceh mengalami
penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dimana tahun 2012
jumlah kematian ibu sebanyak 184/100.000 kelahiran hidup, tahun 2013
jumlah kematian ibu mengalami penurunan menjadi158/100.000 kelahiran
hidup, tahun 2014 jumlah kematian ibu turun menjadi149/100.000 kelahiran
hidup, tahun 2015 jumlah kematian ibu turun menjadi 134/100.000 kelahiran
hidup, akan tetapi tahun 2016 AKI mengalami peningkatan drastis sebanyak
167/100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2017, AKI di Aceh turun menjadi
143/100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan proporsi kematian ibu di dominasi oleh kematian ibu nifas 73
kasus (49 %), diikuti kematian ibu bersalin sebanyak 40 kasus (27 %) dan
kematian ibu dalam keadaan hamil sebanyak 36 kasus (24 %) (Profil
Kesehatan Aceh 2017). Dari data yang bersumber pada dinas kesehatan
kabupaten/kota, pada tahun 2018 diketahui jumlah kematian ibu yang
dilaporkan sebanyak 143 kasus dan lahir hidup 101.296 jiwa, maka rasio angka
kematian ibu di Aceh kembali menunjukkan penurunan menjadi 139 per
100.000 lahir hidup (Profil Kesehatan Aceh 2018).
Angka kematian ibu di Aceh 5 tahun terakhir berfluktuasi, pada tahun 2019
mengalami kenaikan menjadi 172 per 100,000 kelahiran hidup dengan jumlah
kematian ibu sebanyak 157 kasus, tertinggi di kabupaten Aceh Utara sebanyak
25 kasus di ikuti Bireuen 16 kasus, terendah di Pidie Jaya sebanyak 1 kasus
(Profil Kesehatan Aceh 2019).
Selama tahun 2006 sampai tahun 2017 cakupan pelayanan kesehatan ibu
hamil K4 cenderung meningkat. Jika dibandingkan dengan target Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2017 yang sebesar 76%,
capaian tahun 2017 telah mencapai target tahun tersebut walaupun masih
terdapat 11 provinsi yang belum mencapai target (Kemenkes, 2017).
Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan dalam pemberian pelayanan
antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi
waktu minimum 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0–12 minggu),
minimum 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12 - 24 minggu), dan 2
kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 -36 minggu). Standar waktu
pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu
hamil dan atau janin, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan
penanganan dini komplikasi kehamilan. Selama tahun 2015 hingga 2019
cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K-4 cenderung tidak mengalami
peningkatan, capaian tahun 2019 sebesar 79%. Bardasarkan menunjukkan
bahwa pada tahun 2015 cakupan pelayanan ibu hamil K1 dan K4 di Aceh
sebesar 79%, tahun 2016 sebesar 78%, tahun 2017 meningkat menjadi 82%,
tahun 2018 turum kembali menjadi 79% dan tahun 2019 belum mengalami
peningkatan dengan presentase yang sama sebesar 79% (Profil Kesehatan
Aceh, 2019).
Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong agar
setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis
kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan serta diupayakan
di lakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pertolongan persalinan adalah
proses pelayanan persalinan yang dimulai pada kala I dan Kala IV persalinan.
Sejak tahun 2015, penekanan persalinan yang aman adalah persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena
itu, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 menetapkan
persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai salah satu indikator upaya
kesehatan ibu, menggantikan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Pada tahun 2017, bahwa terdapat 83,67% ibu hamil yang menjalani persalinan
dengan ditolong oleh tenaga kesehatan dan dilakukan difasilitas pelayanan
kesehatan di Indonesia. Secara nasional, indikator tersebut telah memenuhi
target Renstra yang sebesar 79%. Namun demikian masih terdapat 17 provinsi
(50%) yang belum memenuhi target tersebut. Terdapat kesenjangan yang
cukup jauh antara provinsi tertinggi dan terendah yaitu 114,42% (DKI Jakarta)
sampai 30,65% (Maluku) Dengan standar deviasi sebesar 16% (Kemenkes,
2017).
Pencapaian indikator ini melalui indikator persentase persalinan ditolong
tenaga kesehatan (Cakupan APN). Dimana indikator ini memperlihatkan
tingkat kemampuan pemerintah dalam menyediakan pelayanan persalinan
berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih. Cakupan
pertolongan persalinan oleh Tenaga kesehatan (cakupan APN) di Aceh pada
tahun 2018 sebesar 74% bila dibandingkan dengan tahun 2015 dilaporkan
bahwa cakupan APN sebesar 79% dan di tahun 2016 sebesar 80% dan tahun
2017 sebesar 81% mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Pada tahun 2019 cakupan K4 membaik menjadi 83%.
Diasumsikan bahwa ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal K4
kemungkinan melakukan persalinannya ditolong tenaga kesehatan. Maka
dengan meningkatnya cakupan pelayanan ibu hamil K4 akan meningkatkan
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Profil Kesehatan Aceh,
2019)
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas
sesuai dengan standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai
dengan jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam sampai dengan tiga hari
pasca persalinan, pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan,
dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke 42 pasca persalinan. Keberhasilan
upaya kesehatan ibu nifas diukur dengan indicator cakupan pelayanan
kesehatan ibu nifas (Cakupan KF3). Indikator ini menilai kemampuan
pemerintah daerah dalam menyediakan pelayanan kesehatan ibu nifas yang
berkualitas dan sesuai standar. Cakupan kunjungan nifas (KF3) di Indonesia
menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun 2008 sebesar 17,9%
menjadi 87,36% pada tahun 2017. Dari 34 provinsi yang melaporkan data
kunjungan nifas, hampir 60% provinsi di Indonesia telah mencapai KF3 80%.
Pada tahun 2019 cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas di Aceh sebesar 77%
sedangkan di tahun 2018 sebesar 83%, bila dibandingkan dengan tahun 2017
sebesar 81%, tahun 2016 sebesar 80%, tahun 2015 sebesar 79% mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 87% (Profil
Kesehatan Aceh 2019).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga
Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga menyebutkan bahwa program
keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas. KB juga merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta
perempuan. Pelayanan KB meliputi penyediaan informasi, pendidikan, dan
cara-cara bagi keluarga untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai
anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan
akan berhenti mempunyai anak. KB aktif di antara PUS tahun 2017 sebesar
63,22%, sedangkan yang tidak pernah ber-KB sebesar 18,63%. KB aktif
tertinggi terdapat di Bengkulu yaitu sebesar 71,98% dan yang terendah di
Papua sebesar 25,73%. Terdapat lima provinsi dengan cakupan KB aktif
kurang dari 50% yaitu Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan
Kepulauan Riau (Kemenkes, 2017). Dan di Aceh Cakupan KB pasca
persalinan tahun 2019 sebesar 68% ( Profil Kesehatan Aceh 2019)
Berdasarkan pola dalam pemilihan jenis alat kontrasepsi sebagian besar
peserta KB Aktif memilih suntikan dan pil sebagai alat kontrasepsi bahkan
sangat dominan (lebih dari 80%) dibanding metode lainnya; suntikan (62,77%)
dan pil (17,24%). Padahal suntikan dan pil termasuk dalam metode kontrasepsi
jangka pendek sehingga tingkat efektifitas suntikan dan pil dalam pengendalian
kehamilan lebih rendah dibandingkan jenis kontrasepsi lainnya. Penggunaan
MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) masih sangat rendah dikarenakan
pengetahuan masyarakat yang masih rendah tentang kelebihan metode MKJP
dan keterbatasan jumlah tenaga terlatih serta sarana yang ada. Dari keseluruhan
jumlah peserta KB aktif, hanya 17,45% diantaranya yang menggunakan KB
MKJP. Sedangkan 81,23% lainnya pengguna KB non MKJP dan 1,32%
menggunakan metode KB tradisional (Kemenkes, 2017).
Upaya meningkatkan kelangsungan dan kualitas ibu dan anak dilakukan
dengan pendekatan Continuety of care the life cycle yang menekankan bahwa
upaya promotif dan preventif sama pentingnya dengan upaya kuratif dan
rehabilitatife pada tiap siklus kehidupan pada setiap level pelayanan.
Continiuum of care the life cycle adalah pelayanan yang diberikan siklus
kehidupan yang dimulai dari prakonsepsi, kehamilan, persalinan, nifas, dan
bayi, balita, anak prasekolah, remaja, dewasa hingga lansia (Pusdiklatnakes,
2015).
Bidan harus memiliki kualifikasi yang diilhami oleh filosofi asuhan
kebidanan yang menekankan asuhannya terhadap perempuan (women centred
care). Salah satu upaya untuk meningkatkan kualifikasi bidan tersebut dengan
menerapkan model asuhan kebidanan yang berkelanjutan (Continuity of
Care/CoC) dalam pendidikan klinik. Memfasilitasi mahasiswa dalam
pembelajaran klinik kebidanan yang sejalan dengan filosofi asuhan kebidanan
model Continuity of Care, maka diperlukan model pembelajaran yang
disesuaikan baik dari rancangan waktu, pengaturan penempatan siswa, peran
pembimbing akademik, peran pembimbing lahan (bidan klinik), tugas
mahasiswa, maupun sistem penilaian dan evaluasinya. Dengan demikian
menjadi sangat penting mempersiapkan mahasiswa untuk memahami
Continuity of Care dalam pembelajaran klinik kebidanan (Yanti, dkk 2015).
Dari latar belakang diatas, penulis akan melakukan asuhan Continuity Of
Care di wilayah kerja Puskesmas Galur II sebagai tempat melaksanakan
asuhan yang telah memiliki Memorandum of understanding (MOU) dengan
instuti pendidikan yang memberikan pelayanan kehamilan sekurang kurangnya
4 kali selama masa kehamilan, dan diupayakan agar memenuhi standart 7T.
Standart pelayanan tersebut meliputi pengukuran berat badan, mengukur tinggi
badan, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri, pemberian
imunisasi Tetanus neonatorium (TT), pemberian tablet zat besi minimal 90
tablet selama hamil, temu wicara.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka saya tertarik melakukan asuhan
kebidanan secara berkesinambungan (continuity of care) mulai dari masa
kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa interval, perawatan bayi baru
lahir serta melakukan pendokumentasian kebidanan yang telah dilakukan pada
ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan KB pada Ny. NM di PMB Anik
Rakhmawati Klaten.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah dalam
penulisan ini adalah “Bagaimana Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Hamil,
Bersalin, Bayi Baru Lahir, Nifas dan KB pada Ny. NM di PMB Anik
Rakhmawati Klaten Tahun 2022?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan secara
berkesinambungan (Continuity Of Care) yang komprehensif pada ibu hamil
TM I, II, III dan IV, bersalin, bayi baru lahir, nifas, dan keluarga berencana
dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dengan metode
SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memberikan asuhan kebidanan secara bekesinambungan pada
kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana pada
Ny. NM di PMB Anik Rakhmawati Klaten
b. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil meliputi pengkajian,
merumuskan diagnosa kebidanan, merencanakan asuhan kebidanan,
melaksananakan asuhan kebidanan, mengevaluasi asuhan kebidanan, dan
didokumentasikan dengan metode SOAP.
c. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin meliputi pengkajian,
merumuskan diagnosa kebidanan, merencanakan asuhan kebidanan,
melaksananakan asuhan kebidanan, mengevaluasi asuhan kebidanan, dan
didokumentasikan dengan metode SOAP.
d. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas meliputi pengkajian,
merumuskan diagnosa kebidanan, merencanakan asuhan kebidanan,
melaksananakan asuhan kebidanan, mengevaluasi asuhan kebidanan, dan
didokumentasikan dengan metode SOAP.
e. Melakukan asuhan kebidanan pada keluarga berencana meliputi
pengkajian, merumuskan diagnosa kebidanan, merencanakan asuhan
kebidanan, melaksananakan asuhan kebidanan, mengevaluasi asuhan
kebidanan, dan didokumentasikan dengan metode SOAP

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam menerapkan ilmu
yang diperoleh dari pendidikan khususnya mata kuliah Asuhan Kebidanan
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana.
Melaksanakan Asuhan secara langsung khususnya pada ibu hamil, bersalin,
nifas, bayi baru lahir, dan masa interval.
2. Bagi Klien
Manfaat bagi klien yaitu untuk mantau keadaan ibu hamil trimester III
sampai dengan KB sehingga mencegah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
pada masa hamil sampai KB.
3. Bagi Lahan Praktik
Meningkatkan kualitas asuhan mulaidari hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir dan KB.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Penulis berharap bahwa studi kasus ini dapat bermanfaat sebagai bahan
dokumentasi dan bahan perbandingan untuk studi kasus selanjutnya di
perpustakaan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori


1. Kehamilan
a) Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berangsung dalam waktu 40
minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional.
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung
dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27),
dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawiharjo,
2014).
b) Perubahan Fisiologi Dan Psikologi
Menurut Hutahaen, (2015), perubahan anatomi dan adaptasi fisiologis pada
ibu hamil trimester III, adalah sebagai berikut:
a) Uterus
Pada usia gestasi 30 minggu, fundus uteri dapat di palpasi di bagian
tengah antara umbilikus dan sternum. Pada usia kehamilan 38 minggu,
uterus sejajar dengan sternum. Tuba uterin tampak agak terdorong ke
atas bagian tengah uterus. Frekuensi dan kekuatan kontraksi otot segmen
atas rahim semakin meningkat. Oleh karena itu, segmen bawah uterus
berkembang lebih cepat dan merenggang secara radial, yang jika terjadi
bersamaan dengan pembukaan serviks dan pelunakan jaringan dasar
pelvis, akan menyebabkan presentasi janin memulai penurunannya ke
dalam pelvis bagian atas. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tinggi
fundus yang disebut dengan lightening, yang mengurangi tekanan pada
bagian atas abdomen.
17

Tabel 2.1
Tinggi Fundus Uteri (TFU) Menurut Leopold dan
Mc. Donald

No. Usia Tinggi Fundus Uteri


Kehamilan Leopold Spiegelberg
1. 12 minggu 1/3 di atas simfisis -
2. `16 minggu ½ di atas simfisis-pusat -
3. 20 minggu 2-3 jari dibawah pusat 20 cm
4. 24 minggu Setinggi pusat 23 cm
5. 28 mg 3 jari diatas pusat 26 cm
6. 32 mg Pertengahan pusat dan
prosesus xyphoideus 30 cm
7. 36 mg Setinggi PX 33 cm
8. 40 mg 2-3 jari di bawah 30 cm
prosesus xyphoideus
Sumber: Sari, 2015.

b) Vagina dan Vulva


Pada kehamilan trimester tiga kadang terjadi peningkatan rabas vagina.
Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal. Cairan
biasanya jernih. Pada awal kehamilan, cairan ini biasanya agak kental,
sedangkan pada saat mendekati persalinan cairan tersebut akan lebih cair.
c) Payudara (Mamae)
Pada ibu hamil trimester tiga, terkadang keluar rembesan cairan berwarna
kekuningan dari payudara yang disebut dengan kolostrum. Hal ini tidak
berbahaya dan merupakan pertanda bahwa payudara sedang menyiapkan
ASI untuk menyusui bayi nantinya. Progesteron menyebabkan puting
menjadi lebih menonjol dan dapat digerakkan.
d) Kulit
Perubahan warna kulit menjadi gelap terjadi pada 90% ibu hamil.
Sebelumnya, terdapat anggapan bahwa hal ini terjadi karena peningkatan
hormon penstimulasi melanosit (melanosit stimulating hormone-MSH).
Hiperpigmentasi terlihat lebih nyata pada wanita berkulit gelap dan
terlihat di area seperti aerola mamae, perineum, dan umbilikus juga di
area yang cendrung mengalami gesekan seperti aksila dan paha bagian
18

dalam. Linea alba berpigmen, yang sekarang disebut linea nigra terletak
di os. pubis sampai ke atas umbilikus. Pigmentasi wajah yang dialami
oleh sedikitnya setengah dari semua ibu hamil, disebut cloasma atau
topeng kehamilan. Cloasma biasanya menghilang pada masa nifas. Pada
beberapa wanita, mengalami tanda-tanda peregangan yaitu striae
gravidarum, terlihat sebagai garis merah yang berubah menjadi garis
putih yang berkilau sekitar 6 bulan setelah melahirkan.
e) Sistem Kardiovaskuler
Sirkulasi uteroplasenta menerima proporsi curah jantung yang terbesar,
dengan aliran darah maternal ke dasar plasenta kira-kira 500 ml/menit
pada kehamilan cukup bulan. Aliran darah ke dalam kapiler membran
mukosa dan kulit juga mengalami peningkatan, terutama pada tangan dan
kaki. Peningkatan volume darah dan aliran darah selama kehamilan akan
menekan daerah panggul dan vena di kaki, yang mengakibatkan vena
menonjol yang disebut varices. Pada akhir kehamilan, kepala bayi juga
akan menekan vena daerah panggul yang akan memperburuk varices.
f) Sitem Respirasi
Perubahan hormonal pada trimester tiga yang mempengaruhi aliran darah
ke paru-paru mengakibatkan banyak ibu hamil akan merasa susah
bernapas. Ini juga didukungan oleh adanya tekanan rahim yang
membesar yang dapat menekan diafragma. Peningkatan diafragma ini
terjadi di awal kehamilan dan terus meningkat hingga cukup bulan.
Biasanya pada 2-3 minggu sebelum persalinan pada ibu yang baru
pertama kali hamil akan merasakan lega dan bernapas lebih mudah,
karena berkurangnya tekanan bagian tubuh bayi dibawah diafragma ibu
setelah kepala bayi turun ke rongga panggul.
g) Sistem Pencernaan
Pada kehamilan trimester tiga, hemoroid cukup sering terjadi akibat
konstipasi dan naiknya tekanan vena-vena di bawah uterus termasuk
vena hemorodial. Hormon progesteron menimbulkan gerakan usus makin
berkurang (relaksasi otot-otot polos) sehingga makanan lebih lama di
dalam usus. Hal ini dapat menimbulkan konstipasi yang dikarenakan
19

kurangnya aktivitas/senam dan penurunan asupan cairan.


h) Sistem Perkemihan
Perubahan anatomis yang sangat besar terjadi pada sistem perkemihan
saat hamil yaitu pada ginjal dan ureter. Pada akhir kehamilan, terjadi
peningkatan frekuensi BAK karena kepala janin mulai turun sehingga
kandung kemih tertekan. Perubahan struktur ginjal juga merupakan
aktivitas hormonal (estrogen dan progesteron), tekanan yang timbul
akibat pembesaran uterus, dan peningkatan volume darah.
i) Perubahan Berat Badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Pada 20 minggu pertama merngalami penambahan berat badan sekitar
2,5 kg, pada 20 minggu berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg.
kemungkinan penambahan berat badan hingga maksimal 12,5 kg. IMT
dihitung dengan cara berat badan (kg) dibagi tinggi badan (m) pangkat
dua (Sari, 2015).
Tabel 2.2
Kategori Indeks Masa Tubuh Pada Ibu Hamil
Kategori IMT Rekomendasi (kg)
Rendah < 19,8 12,5 – 18
Normal 19,8 – 26 11,5 – 16
Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obesitas > 29 ≥7
Gameli – 16 – 20,5

Sumber: Sari, 2015.

Perubahan psikologis yang dialami ibu hamil trimester III (Sari, 2015) :
Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu/penantian dalam
waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menungu kelahiran
bayinya.
Trimester III adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran bayi dan
kedudukan sebagai orangtua. Peran bidan dalam persiapan psikologis ibu
hamil trimester I, II, III yaitu:
a. Informasi dan pendidikan kesehatan
b. Mengurangi pengaruh yang negatif
c. Kecemasan dan ketakutan sering dipengaruhi oleh cerita-cerita yang
menakutkan mengenai kehamilan dan persalinan, pengalaman persalinan
yang lampau atau karena kurangnya pengetahuan mengenai proses
kehamilan dan persalinan.
d. Menganjurkan latihan-latihan fisik seperti senam hamil utnuk
memperkuat otot-otot dasar panggul, melatih pernapasan, teknik
mengedan yang baik, dan latihan-latihan relaksasi.

Perubahan Fisiologispada ibu hamil Trimester I, II, III


a. Uterus
Pada trimester III itmus lebih nyata menjadi bagian korpus uteri dan
berkembang menjadi segmen bawah rahim (SBR). Pada kehamilan tua
karena kontraksi otot-otot bagian atas uterus, segmen bawah rahim
(SBR) menjadi lebih lebar dan tipis, tampak batas yang nyata antara
bagian atas yang lebih tebal dan segmen bawah yang lebih tipis. Batas itu
dikenal sebagai lingkaran retraksi fisiologis dinding uterus, di atas
lingkaran ini jauh lebih tebal dri pada dinding segmen bawah rahim
(SBR). (Ika pantiwati, 2017).
b. Sistem traktus urinarius
Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke PAP keluhan sering
kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan
kembali. Selain itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme air
menjadi lancar.Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan
ureter lebih berdilatasi dari pada pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang
berat ke kanan akibat terdapat kolon rektosigmoid di sebelah kiri.

20
c. Sistem respirasi
Pada 32 minggu ke atas karena usus-usus tertekan uterus yang membesar
ke arah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak
mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalamikesulitan bernafas.
d. Kenaikan berat badan
Terjadi kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg, penambahan BB mulai dari
awal kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 11-12 kg.
e. Sirkulasi darah
Aliran darah meningkat dengan cepat seiring pembesaran uterus.
Walaupun aliran darah uterus meningkat dua puluh kali lipat, ukuran
konseptus meningkat lebih cepat. Akibatnya lebih banyak oksigen yang
diambil dari darah ke uterus selama masa kehamilan lanjut. Pada
kehamilan cukup bulan yang normal, seperenam volume darah total ibu
berada di dalam system pendarahan uterus. Kecepatan rata rata aliran
darah uterus ialah 500 ml/menit dan konsumsi rata-rata oksigen uterus
gravida ialah 25ml/menit. Tekanan arteri maternal,kontraksi uterus dan
posisi maternal mempengaruhi aliran darah. Estrogen juga berperan
dalam mengatur aliran darah uterus.
f. Sistem muskuloskeletal
Hormon progesteron dan hormon relaxing menyebabkan relaksasi
jaringan ikat dan otot-otot, hal ini terjadi maksimal pada satu minggu
terakhir kehamilan, proses relaksasi ini memberikan kesempatan kepada
panggul untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai persiapan proses
persalinan, tulang public melunak menyerupai tulang sendi, sambungan
sendi sacrococcigus mengendur membuat tulang coccigis bergetar kearah
belakang sendi panggul yang tidak stabil, pada ibu hamil hal ini
menyebabkan sakit pinggang.
Perubahan psikologis dalam masa kehamilan.
a. Trimester I
Kebanyakan wanita bingung tentang kehamilannya, hampir 80% wanita
hamil kecewa, menolak, gelisah, depresi dan murung. Ibu hamil trimester
1 akan merenungkan dirinya. Hal tersebut akan muncul kebingungan

21
tentang kehamilannya, kebingungan secara normal berkhir spontan ketika
ibu hamil tersebut menerima kehamilannya. Adapun ketidaknyamanan
yang dirasakan ibu hamil adalah mual, lelah, perubahan selera dan
emosional.
Wanita hamil juga memiliki perubah keinginan seksual yang dalam
trismester pertama. Meskipun beberapa wanita mengalami peningkatan
hastrat, umumnya pembicaraan TM1 adalah waktu menurunnya
libido.Libido dipengaruhi oleh kelelahan, mual, depresi, sakit dan
pembesaran payudara, kekhawatiran, kekecewaan, dan keprihatinan yang
semuanyamerupakan bagian normal pada TM 1 ( Ika Pantiawati, 2017)
b. Trimester II
Pada awal Trimester II, sebagian ibu mungkin merasa kurang percaya
diri. Hal ini disebabkan oleh perubahan fisik ibu yang semakin membesar
sehingga ia menganggap penampilannya tidak menarik lagi. Namun
dibulan kelima emosi ibu semakin stabil dan ibu juga biasanya mulai
merasakan libido meningkat dan tidak takut lagi untuk melakukan
hubungan intim. (Maya Astuti, 2017).
c. Trimester III
Trimester ketiga adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan
kedudukan sebagai orang tua seperti terpusatnya perhatian pada kelahiran
bayi. Seorang ibu juga mengalami selama hamil, terpisahnya bayi dari
bagian tubuhnya dan merasa kehilangan kandungan dan menjadi kosong .
ibu merasa canggung, jelek dan tidak rapi dan memerlukan lebih besar
dan frekuensi perhatian dari pasangannya. ( Ika Pantiawati, 2017).

c) Kebutuhan Dasar Ibu Hamil


Kebutuhan ibu hamil trimester III Menurut Walyani (2015) bahwa
kebutuhan fisiologis ibu hamil sebagai berikut :
a) Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah kebutuhan yang utama pada manusia
termasuk ibu hamil. Berbagai gangguan pernapasan bisa terjadi saat

22
hamil sehingga akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada
ibu yang akan berpengaruh pada bayi yang di kandung.
b) Nutrisi
Di Trimester ke III, ibu hamil butuh makanan yang mengandung nilai
gizi bermutu tinggi. Selain untuk mengatasi beban yang kian berat, juga
sebagai cadangan energi untuk persalinan kelak. Pertumbuhan otak janin
akan terjadi cepat sekali pada dua bulan terakhir menjelang persalinan,
karena itu jangan sampai kekurangan gizi.Berikut ini sederet zat gizi
yang sebaiknya lebih di perhatikan pada kehamilan trimester ke III, tanpa
mengabaikan zat gizi lainnya.
1) Kalori
Kebutuhan kalori selama kehamilan adalah sekitar 70.00080.000
kilo kalori (kkal), dengan pertambahan berat badan sekitar 12,5kg.
Pertumbuhan ini diperlukan terutama pada 20 minggu terakhir.
Untuk itu, tambahan kalori yang diperlukan setiap hari adalah sekitar
285-300 kkal, dimana 170 kalori setara 1 porsi nasi putih.
2) Vitamin B6 (piridoksin)
Vitamin ini dibutuhkan untuk menjalankan lebih dari 100 reaksi
kimia didalam tubuh yang melibatkan enzim. Selain membantu
metabolisme asam amino, karbohidrat,lemak dan pembentukan sel
darah merah, juga berperan dalam pembentukan neurotrasmitter
(senyawa kimia penghantar pesan antar sel saraf). Semakin
berkembang otak janin, semakin meningkat pula kemampuan untuk
mengantarkan pesan. Asuhan kecukupan vitamin B6 bagi ibu hamil
adalah sekitar 2,2 miligram sehari.
3) Yodium
Yodium dibutuhkan sebagai pembentuk senyawa tiroksin yang
berperan mengontrol setiapmetabolisme sel baruyang terbentuk. Bila
kekurangan senyawa ini, akibatnyaproses perkembangan janin,
termasuk otaknya terhambat dan terganggu. Janin akan tumbuh
kerdil. Angka yang ideal untuk konsumsi yodium adalah 175
mikrogram perhari.

23
4) Tiamin (vitamin B1), Riboflavin (B2)dan Niasin (B3)
Deretan vitamin ini akan membantu enzim untuk mengatur
metabolisme sistem pernapasan dan energi. Ibu hamil dianjurkan
untuk mengonsumsi Tiamin sekitar 1,2 miligram per hari, riboflavin
sekitar 1,2 miligram per hari dan Niasin 11 miligram perhari. Ketiga
vitamin b ini bisa anda konsumsi darikeju, susu, kacang-kacangan,
hati dan telur.
5) Air
Air sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel baru, mengatur suhu
tubuh, melarutkan dan mengatur proses metabolisme zat-zat gizi,
serta mempertahankan volume darah yang meningkat selama masa
kehamilan. Sebaiknya minum 8 gelas air putih per hari, selain air
putih bisa pula ditambah dengan jus buah, makanan berkuah dan
buah-buahan.
c) Personal Hygiene
Kebersihan harus dijaga pada masa hamil mandi dianjurkan sedikitnya 2
kali sehari karena ibu hamil cenderung.
d) Pakaian
Pakaian yang baik bagi wanita hamil adalah Longgar, nyaman, dan
mudah dikenakan, Gunakan kutang/BH dengan ukuran sesuai ukuran
payudara dan mampu menyangga seluruh payudara, Untuk kasus
kehamilan menggantung, perlu di sangga dengan stagen atau kain bebat
di bawah perut, dan tidak memakai sepatu tumit tinggi.
e) Seksual
Wanita hamil tetap dapat melakukan hubungan seksual dengan suaminya
sepanjang hubungan seksual tersebut tidak menganggu
kehamilan.Beberapa tips untuk wanita hamil yang ingin berhubungan
seksual dengan suaminya.Pilih posisi yang nyaman dan tidak
menyebabkan nyeri pada ibu hamil dan lakukanlah dalam frekuensi yang
wajar, ±2-3 kali seminggu.
f) Mobilisasi dan Body Mekanik
Mobilisasi dan body mekanik untuk ibu hamil yang benar yaitu

24
melakukan latihan/senam hamil agar otot-otot tidak kaku, jangan
melakukan gerakan tiba-tiba/spontan, jangan mengangkat secara
langsung benda-benda yang cukup berat, jongkoklah terlebih dahulu baru
kemudian mengangkat benda, apabila bangun tidur, miring dulu baru
kemudian bangkit dari tempat tidur istirahat/tidur dan ibu hamil
sebaiknya memiliki jam istirahat/tidur yang cukup. Usahakantidur siang
± 1 jam dan malam ± 8 jam.
d) Kebutuhan Fisik Dan Kebutuhan Psikologi
Kebutuhan fisik ibu hamil meliputi (Sari, 2015) :
a) Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah kebutuhan yang utama pada manusia
termasuk ibu hamil. Berbagai gangguan pernapasan bila terjadi saat
hamil sehingga akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada
ibu yang akan berpengaruh pada bayi yang dikandung. Untuk mencegah
hal tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan oksigen maka ibu hamil
perlu melakukan:
1) Latihan napas melalui senam hamil.
2) Tidur dengan bantal yang lebih tinggi.
3) Makan tidak terlalu banyak.
4) Konsultasi ke dokter bila ada kelaianan atau gangguan pernapasan.
seperti asma dan lain-lain.
b) Nutrisi
Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung nilai gizi
bermutu tinggi meskipun tidak berarti makan yang mahal harganya. Gizi
pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori/hari, ibu
hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat
besi, dan minuman cukup cairan (seimbang).
1) Kalori
Ibu hamil dan menyusui masing-masing adalah 2300 dan 2800 Kkal.
Kalori dipergunakan untuk produksi energi. Pada trimester ketiga,
janin mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.
Perkembangan janin yang pesat ini terjadi pada 20 minggu terakhir

25
kehamilan. Umumnya nafsu makan sangat baik dan ibu sangat merasa
lapar.
2) Protein
Protein sangat dibutuhkan untuk perkembangan buah kehamilan yaitu
untuk pertumbuhan janin, uterus, plasenta, selain itu untuk ibu penting
untuk pertumbuhan payudara dan kenaikan sirkulasi ibu (protein
plasma, hemoglobin, dll). Selama kehamilan dibutuhkan tambahan
protein hingga 30 gr/hari. Protein yang dianjurkan adalah protein
hewani seperti daging, susu, telur, keju dan ikan karena mengandung
komposisi asam amino yang lengkap. Susu dan produk susu sebagai
sumber protein adalah juga kaya dengan kalsium.
3) Mineral
Pada prinsipnya semua mineral dapat terpenuhi dengan makan-
makanan sehari-hari yaitu buah-buahan, sayur-sayuran dan susu.
Kebutuhan akan zat besi juga diperlukan pada pertengahan kedua
kehamilan kira-kira 17 mg/hari. Untuk memenuhi kebutuhan ini
dibutuhkan suplemen besi yang mengandung FeSO4 320 mg (zat besi
30 mg), minimal 90 tablet perhari. Kebutuhan kalsium umumnya
terpenuhi dengan minum susu. Satu liter susu sapi mengandung kira-
kira 0,9 gram kalsium. Pada umumnya dokter selalu memberi
suplemen mineral dan vitamin prenatal untuk mencegah kemungkinan
terjadinya defiensi.
4) Vitamin
Vitamin sebenarnya telah terpenihi dengan makan sayur dan buah-
buahan, tetapi dapat pula diberikan ekstra vitamin. Pemberian asam
folat terbukti mencegah kecacatan pada bayi. Minimal pemberian
asam folat yang dimulai 2 bulan sebelum konsepsi dan berlanjut
hingga 3 bulan pertama kehamilan. Dosis pemberian asam folat untuk
preventif adalah 500 mikrogram, sedangkan untuk kelompok dengan
faktor resiko adalah 4 mg/hari.
c) Personal Hygiene
Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan sedikitnya

26
dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan banyak
keringat, menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, daerah
payudara, dan daerah genetalia) dengan cara membersihkan dengan air
dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan mulut perlu mendapat perhatian
karena seringkali terjadi gigi berlubang, terutama pada ibu yang
kekurangan kalsium. Rasa mual selama masa hamil dapat mengakibatkan
perburukan hygiene mulut dan dapat menimbulkan karies gigi.
d) Eliminasi (BAK dan BAB)
Frekuensi BAK meningkat karena penurunan kepala ke PAP (Pintu Atas
Panggul) BAB sering obstipasi (sembelit) akibat pengaruh progesteron
meningkat. Pada trimester III, terjadi pembesaran janin yang juga
menyebabkan desakan pada kantung kemih. Tindakan mengurangi
asupan cairan untuk mengurangi keluhan ini sangat tidak dianjurkan,
karena akan menyababkan dehidrasi (Walyani, 2015). Maka, ibu hamil
dianjurkan minum lebih 8 gelas dan sebaiknya diet yang mengandung
serat, latihan/senam, dan tidak dianjurkan memberi obat-obatan
perangsang dengan laxan (Sari, dkk, 2015).
e) Seksual
Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai akhir
kehamilan. Koitus tidak dibenarkan bila:
1) Terdapat perdarahan pervaginam
2) Terdapat riwayat abortus berulang
3) Abortus/partus prematurus imminens
4) Ketubahan pecah
5) Serviks telah membuka
f) Imunisasi
Imunisasi selama kehamilan sangat penting dilakukan untuk mencegah
penyakit yang dapat menyebabkan kematian ibu dan janin. (Sari, dkk,
2015). Untuk melindungi dari penyakit Tetanus Neonatorium (TT), efek
samping TT yaitu nyeri, kemerah-merahan dan bengkak untuk 1-2 hari
pada tempat penyuntikan. Vaksinasi terhadap tetanus (TT) diberikan 2
kali, sebaiknya setelah bulan ke tiga dengan jarak sekurang kurangnya 4

27
minggu, vaksinasi kedua sebaiknya diberikan kurang dari 1 bulan
sebelum anak lahir agar serum anti tetanus mencapai kadar optimal
(Walyani, 2015).
Tabel 2.3
Pemberian Imunisasi TT Pada Ibu Hamil
Imunisasi Interval Masa Perlindungan
TT 1 Pada kunjungan ANC pertama –
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun/seumur hidup

Sumber: Sari, 2015.


g) Mobilisasi dan Body Mekanik
Ibu hamil boleh melakukan kegiatan/aktifitas fisik biasa selama tidak
terlalu melelahkan. Hindari memutarkan badan karena dapat membebani
sendi sakroiliaka. Saat ibu melakukan aktivitas, ibu dapat dianjurkan
jongkok, dengan posisi satu lutut di depan yang lain, disaat harus
membungkuk untuk membuka lemari. Sikap tubuh yang perlu
diperhatikan oleh ibu hamil yaitu:
1) Duduk
Ibu harus diingatkan untuk duduk berstandar dikursi dengan benar,
pastikan bahwa tulang belakang tersangga dengan baik.
2) Berdiri
Ibu perlu dianjurkan untuk berdiri dan berjalan tegak, dengan
menggunakan otot tranversus dan dasar panggul. Untuk
mempertahankan keseimbangan yang baik, kaki harus direnggangkan
dengan distribusi berat badan pada masing-masing kaki.
3) Berjalan
Ibu hamil penting untuk tidak memakai sepatu berhak tinggi. Hindari
juga sepatu bertumit runcing karena mudah menghilangkan
keseimbangan.
h) Istirahat

28
Tidak dianjurkan tidur berbaring karena bisa terjadi resiko hipotensi, dan
berbaring harus dihindari setelah empat bulan kehamilan. Untuk bangun
dari tempat tidur, geser dulu tubuh ibu ke tepi tempat tidur,
kemudian tekuk lutut. Angkat tubuh ibu perlahan dengan kedua tangan,
putar tubuh lalu perlahan turunkan kaki ibu. Diamkan dulu dalam posisi
duduk beberapa saat sebelum berdiri. Lakukan setiap kali ibu bangun
dari berbaring.

Menurut (Tyastuti, 2016) kebutuhan psikologis pada ibu hamil, antara lain :
a) Support dari keluarga pada ibu hamil
1) Dukungan dari suami
Suami adalah orang yang terdekat dari istri. Dukungan dari suami
selama hamil sangat diperlukan untuk kesiapan ibu hamil dalam
menghadapi persalinan. Suami yang menerima dan memahami
perubahan yang terjadi pada istrinya, akan merencanakan dan diskusi
bersama istri tentang rencana persalinan. Suami tidak hanya
diperlukan untuk menyiapkan biaya persalinan dan mencukupi
kebutuhan keluarga, tetapi suami penting untuk memperhatikan
keadaan istrinya selama hamil. Seorang istri yang merasa gembira
selama hamil, dia akan lebih bersemangat dan akhirnya mempunyai
tenaga yang kuat untuk melahirkan bayinya sehingga mempermudah
dalam persalinan yang artinya dapat mencegah terjadinya persalinan
lama.
2) Dukungan dari keluarga
Kehamilan merupakan peristiwa penting yang menuntut peran dari
seluruh anggota keluarga. Penerimaan kehadiran anggota baru
tergantung dari dukungan dari seluruh anggota keluarga, tidak hanya
dari suami saja. Ayah dan ibu kandung maupun mertua, juga saudara
kandung maupun saudara dari suami juga perlu memperhatikan
dengan sering berkunjung, menanyakan keadaan kehamilan, bisa juga
lewat sms atau telpon dapat menambah dukungan dari keluarga.
Upacara adat istiadat yang tidak mengganggu kehamilan juga

29
mempunyai arti tersendiri bagi sebagian ibu hamil sehingga hal ini
tidak boleh diabaikan. Memberikan dukungan berbentuk perhatian,
pengertian, kasih sayang pada wanita dari ibu terutama dari suami,
anak jika sudah mempunyai anak dan keluarga-keluarga dan kerabat.
Hal ini untuk membantu ketenangan jiwa ibu hamil.
3) Dukungan dari tenaga
kesehatan pada ibu hamil Memberikan pendidikan, pengetahuan dari
awal kehamilan sampai akhir kehamilan yang berbentuk konseling,
penyuluhan, dan pelayanan-pelayanan kesehatan lainnya. Contohnya
keluhan mual dan muntah, bidan akan menyarakankan makan sedikit
tapi sering, konsumsi biskuit pada malam hari, mengkonsumsi sesuatu
yang manis (permen dan jus buah), menghindari makanan yang
beraroma tajam dan meyakinkan bahwa situasi ini akan berakhir saat
bulan ke-empat.
b) Rasa aman dan nyaman
Selama kehamilan Ibu hamil membutuhkan perasaan aman dan nyaman
yang didapat dari diri sendiri dan orang sekitar. Untuk memperoleh rasa
aman dan nyaman maka ibu hamil sendiri harus dapat menerima
kehamilan dengan senang hati. Rasa aman dan nyaman dari orang sekitar
terutama dari orang terdekat yaitu ayah dari bayi yang dikandungnya.
Maka perlu dukungan orang terdekat untuk memperoleh rasa aman dan
nyaman. Misalnya perasaan nyeri di pinggang pada saat hamil tua,
respon ibu hamil terhadap nyeri bisa berbeda-beda, apabila ibu hamil
tersebut cukup mendapat dukungan dari orang sekitar maka mungkin
tidak terlalu merasakan nyeri, tapi sebaliknya jika ibu hamil tidak
mendapat dukungan dari orang terdekat maka nyeri akan dirasakan
sangat mengganggu. Untuk memperoleh rasa aman dan nyaman ini dapat
dilakukan relaksasi atau dukungan dari orang terdekat. Rasa nyaman saat
hamil dapat dirasakan jika ibu hamil dengan posisi duduk, berdiri dan
berjalan dengan benar, melatih relaksasi sehingga dapat mengurangi
nyeri pada pinggang dan perasaan serta pikiran yang tenang.
c) Persiapan menjadi orang tua

30
Persiapan orang tua harus dipersiapkan karena setelah bayi lahir banyak
perubahan peran yang terjadi, mulai dari ibu, ayah, dan keluarga. Bagi
pasangan yang baru pertama mempunyai anak, persiapan dapat dilakukan
dengan banyak berkonsultasi dengan orang yang mampu untuk membagi
pengalamannya dan memberikan nasehat mengenai persiapan menjadi
orang tua. Bagi pasangan yang sudah mempunyai lebih dari satu anak,
dapat belajar dari pengalaman mengasuh anak sebelumnya. Selain
persiapan mental, yang tidak kalah pentingnya adalah persiapan
ekonomi, karena bertambah anggota maka bertambah pula
kebutuhannya. Pendidikan orang tua adalah sebagai proses pola untuk
membantu orang tua dalam perubahan dan peran ibu hamil.
Pendidikan orang tua bertujuan untuk mempersiapkan orang tua untuk
menemukan tantangan dalam melahirkan anak dan segera menjadi orang
tua. Persiapan orang tua sebaiknya meliputi kedua calon orang tua yaitu
istri dan suami serta harus mencangkup tentang kehamilan. Pendekatan
yang dilakukan bervariasi dengan memperhatikan aspek fisik dan
psikologi keduanya. Salah satu persiapan orang tua dapat dilaksanakan
dengan kelas pendidikan kelahiran atau kelas antenatal.
Manfaat pendidikan bagi calon orang tua antara lain : suatu
kesempatan belajar perubahan fisik selama hamil, persalinan dan
setelahnya, mengetahui perubahan psikologis, emosional, intelektual dan
perubahan lingkungan yang terjadi dalam masa kehamilan dan kelahiran
bayi, mendapatkan support sosial dari orang tua yang mempunyai
pengalaman serupa dengan mereka, suatu cara belajar dengan sesama ibu
yang baru mempunyai seorang anak, membangun kepercayaan ibu dan
suami dalam menghadapi kelahiran dan persalinan.
d) Persiapan sibling
Kehadiran seorang adik baru dalam rumah dapat menyebabkan perasaan
cemburu dan merasa adik adalah saingannya (rival sibling). Untuk
mecegah itu semua maka sejak hamil calon kakak harus sudah
dipersiapkan menghadapi datangnya adik, sikap orang tua, umur lama
waktu berpisah dengan orang tua, peraturan kunjungan rumah sakit dan

31
perhatian selama berpisah dengan ibunya. Anak umur lebih dari 3 tahun
sudah dapat diajak berkomunikasi untuk disiapkan menerima adiknya.
Orang tua dan lingkungan sering tidak sadar bahwa tindakannya sangat
menyakitkan sang kakak dan akhirnya membuat sang kakak menjadi
tidak sayang pada adiknya, padahal sebelumnya sudah disiapkan untuk
menerima adiknya, Orang tua yaitu ibu dan ayah mempunyai tugas
penting yang terkait dengan penyesuaian dan permusuhan antar saudara
kandung.

e) Ketidaknyamaan Selama Kehamilan Dan Penanganannya


Tabel 2.4 Ketidaknyamanan Pada Ibu Hamil
No. Ketidaknyamanan Cara Mengatasi
1. Sering buang air kecil a. Kurangi asupan karbohidrat murni dan
makanan yang mengandung gula.
b. Batasi minum kopi, teh, dan soda.
2. Hemoroid a. Makan makanan yang berserat, buah dan
sayuran serta banyak minum air putih dan sari
buah.
b. Lakukan senam hamil untuk mengatasi
hemoroid.
3. Keputihan a. Tingkatkan kebersihan dengan mandi tiap
hari
b. Memakai pakaian dalam dari bahan katun
dan mudah menyerap.
4. Keringat bertambah a. Pakailah pakaian yang tipis dan longgar
dan meningkat sampai b. Tingkatkan asupan cairan
akhir kehamilan c. Mandi secara teratur
5. Sembelit a. Minum 3 liter cairan taip hari terutama air
putih
b. Makan makanan yang kaya serat dan juga
minum vitamin C.
c. Lakukan senam hamil
d. Membiasakan buang air besar secara
teratur
6. Sesak napas a. Jelaskan penyebab fisiologisnya
b. Merentangkan tangan diatas kepala serta
menarik nafas panjang.
7. Perut kembung a. Hindari makanan yang mengandung gas
b. Mengunyah makanan secara teratur
8. Pusing/sakit kepala a. Bangun secara perlahan dari posisi istirahat
b. Hindari berbaring dalam posisi terlentang

32
9. Sakit punggung atas a. Gunakan bantal ketika tidur untuk
dan bawah meluruskan punggung.
b. Hindari mangangkat barang berat
10. Varices a. Istirahat dengan menaikan kaki setinggi
mungkin untuk mengembalikan efek gravitasi.
b. Hindari berdiri atau duduk terlalu lama

Sumber: Sari, 2015.

2. Persalinan
a. Pengertian Persalinan
1) Menurut Maryunani dan Sari (2016), Persalinan adalah proses dimana
bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan
dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
2) Menurut Manuaba dalam Nurasiah dkk (2014), Persalinan adalah
proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup
bulan atau hampir cukup bulan dan dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri).
b. Tanda—Tanda Persalinan
Menurut Asrinah dalam Nurasiah dkk (2014), tanda-tanda persalinan
meliputi:
1) Terjadinya his persalinan yang ditandai dengan:
a) Pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan.
b) Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin
besar.
c) Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus.
d) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan makin bertambah.
2) Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina). Dengan
his permulaan, terjadi prubahan pada serviks yang menimbulkan
perdarahan dan pembukaan, lendir yang terdapat pada kanalis servikalis
lepas, kapiler pembuluh darah pecah, yang menjadikan perdarahan
sedikit.

33
3) Pengeluaran cairan Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban
robek. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan
lengkap, tetapi kadang pecah pada pembukaan kecil (Nurasiah dkk,
2014).

c. Tahapan Persalinan (Kala I-IV)


Tahap Persalinan Menurut Prawiroharjo dalam Nurasiah dkk (2014) tahap
persalianan dibagi menjadi 4 kala, yaitu:

1) Kala I (Satu)
Dimulai sejak adanya his yang teratur dan meningkat (frekuensi dan
kekuatannya) yang menyebabkan pembukaan, sampai serviks membuka
lengkap (10 cm). Kala I terdiri dari dua fase, yaitu:
a) Fase Laten
(1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan pembukaan
sampai dengan 3 cm.
(2) Pada umumnya berlangsung selama 8 jam.
b) Fase Aktif, dibagi menjadi 3 fase, yaitu:
(1) Fase akselerasi Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4
cm
(2) Fase dilatasi maksimal Dalam waktu 2 jam pembukaan serviks
berlangsung cepat dari 4 cm menadi 9 cm.
(3) Fase deselerasi Pembukaan serviks menjadi lambat, dalam waktu
2 jam dari pembukaan 9 cm menjadi 10 cm. Pada primipara,
berlangsung selama 12 jam dan pada multipara sekitar 8 jam.
Kecepatan pembukaan serviks 1 cm/jam atau lebih dari 1 cm
hingga 2 cm (multipara).
2) Kala II (Dua)
Persalinan Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berahir dengan lahirnya bayi. Proses Kala II berlangsung selama
2 jam pada primipara dan berlangsung selama 1 jam pada multipara.
Tanda pasti Kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya
adalah:

34
a) Pembukaan serviks telah lengkap (10 cm)
b) Terlihatnya bagian bayi melalui introitus vagina.
3) Kala III (Tiga)
Persalinan Kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berahir dengan
lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung tidak lebih dari
30 menit. Biasanya plasenta akan lepas dalam waktu 6 sampai 15 menit
setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan dari fundus
uteri.

4) Kala IV (Empat)
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan selaput ketuban
sampai 2 jam postpartum (Nurasiah dkk, 2014)
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pada Persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan Menurut Nurasiah dkk (2014),
keberhasilan proses persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1) Power (kekuatan) Power adalah kekeuatan atau tenaga yang mendorong
janin keluar, kekeuatan tersebut meliputi:
a) His (Kontraksi Uterus)
His adalah adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos
rahim bekerja dengan baik dan sempurna.
b) Tenaga mengedan
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah atau
dipecahkan, serta sebagian presentasi sudah berada di dasar panggul,
sifat kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong keluar dibantu
dengan keinginan ibu untuk mengedan atau usaha volunter.
2) Passage (Jalan Lahir) Passage atau jalan lahir dibagi menjadi dua:
a) Bagian keras: tulang panggul
b) Bagian lunak: otot-otot dan ligamen-ligamen.
3) Passenger (Janin dan Plasenta)
Menurut Sumarah dalam Nurasiah (2014), Passenger atau janin bergerak
sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni

35
kepal janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta
juga harus melewati jalan lahir, maka dia dianggap sebagaivbagia dari
passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat
proses persalinan normal.
4) Psikologis Menurut Asrinah dalam Nurasiah (2014), keadaan fisiologi
ibu memepengaruhi proses persalinan. Ibu bersalin yang didampingi oleh
suami dan orang yang dicintainya cenderung mengalami proses
persalinan yang lebih lancar dibanding dengan ibu bersalin tanpa
pendamping.
Pysician (Penolong) Menurut Asrinah dalam Nurasiah (2014), kompetisi
yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk memperlancar proses
persalinan dan mencegah kematian maternal dan neonatal. Dengan
pengetahuan dan kompetisi yang baik diharapkan kesalahan atau mal
praktik dalam memberikan asuhan tidak terjadi.
e. Kebutuhan Dasar Selama Persalinan
Menurut Yulizawanti,dkk (2019) Kebutuhan dasar ibu bersalin adalah :
1) Asuhan fisik dan psikologis
Asuhan ini berorientasi pada tubuh ibu selama dalam proses persalinan
sehingga akan menghindarkan ibu dari infeksi. Asuhan yang diberikan
adalah :
a) Menjaga kebersihan diri
b) Berendam
c) Perawatan mulut
d) Kegunaan handuk
e) pengipasan
2) Kehadiran seorang pendamping
Manfaat :
a) Mengurangi rasa sakit
b) Waktu persalinan lebih singkat
c) Kelahiran dengan bantuan alat semakin sedikit
d) Menurunkan kemungkinan persalinan dengan operasi
e) Menambah rasa percaya diri ibu

36
f) Kejadian asfiksia berkurang
3) Pengurangan rasa nyeri
Rasa nyeri saat persalinan disebabkan olleh kombinasi peregangan
segmen bawah Rahim. Dengan peningkatan kekuatan kontraksi,serviks
akan tertarik yang kuat ini juga membatasi aliran oksigen pada otot
Rahim sehingga timbul nyeri iskemik yang disebabkan oleh kelelahan,
kecemasan yang selanjutnya akan menimbulkan ketegangan,
menghalangi relaksasi bagian tubuh lainnya dan mungkin pula
menyebabkan exhaustion (kehabisan tenaga)
Asuhan yang diberikan untuk pengurangan nyeri adalah :
a) Adanya seseorang yang dapat mendukung dalam persalinan
(suami,bidan)
b) Pengaturan posisi
c) Relaksasi dan Latihan nafas
d) Istirahat dan privasi
e) Penjelasan mengenai proses, kemajuan dan prosedur yang akan
dilakukan
f) Sentuhan dan pijatan mulai dengan usapan ringan sampai dengan
pijatan mendalam pada kulit dan struktur bawahnya yang membantu
relaksasi dan menurunkan nyeri melalui peningkatan aliran darah
pada daerah yang terpengaruh, merilekskan otot, perubahan suhu
kulit, memberikan perasaan nyaman
g) Counterpressure
h) Kompres hangat dan dingin
i) Berendam
j) Visualisasi dan pemusatan perhatian
4) Penerimaan terhadap sikap dan perilakunya
Biarkan sikap dan tingkah laku ibu, yang mana beberapa ibu mungkin
berteriak pada puncak his, berusaha diam dan ada juga yang menagis.
Asuhan dan pemberian dukungan mental serta penjelasan kepada ibu
bahwa rasa sakit yang dilami merupkan suatu proses yang harus dilalui
dan diharapkan ibu tenag dalam keadaan menghadapi persalinan

37
5) Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan aman
Setiap ibu membetuhkan informasi tentang kemajuan persalinannya,
sehingga ibu mapu mengambil keputusan
3. Nifas
a. Pengertian Nifas
Menurut Kemenkes R.I (2018) masa nifas merupakan masa yang dimulai
setelah persalinan selesai berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu.
Sedangkan menurut Nugroho dkk (2014), masa nifas adalah masa dimulai
beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah
melahirkan.
b. Perubahan Fisiologis Dan Psikologis Pada Masa Nifas
Menurut Astutik (2014), perubahan-perubahan pada masa nifas antara
lain:
1) Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
2) Lochea
Lochea adalah cairan/ sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Macam-macam lochea antara lain :
a) Lochea rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa ketuban, sel-sel selaput desi dua (desi
dua, yakni selaput lendir rahim dalam rahim dalam keadaan hamil),
vernik kaseosa (yakni kulit bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau
semacam noda dan sel-sel epitel, yang menyelimuti kulit janin),
lanugo (yakni, bulu halus pada anak yang baru lahir) dan mekoneum
(yakni, isi usus janin cukup bulan yang terdiri atas getah kelenjar usus
dan air ketuban, berwarna hijau kehitaman), selama 2 hari pasca
persalinan.
b) Lochea sanguinolenta
Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada
hari ke -3 sampai ke -7 pasca persalinan.

38
c) Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7- 14
pasca persalinan.
d) Lochea alba
Cairan putih, setelah 2 minggu masa nifas.
Selain lochea di atas, ada jenis lochea yang tidak normal, yaitu:
a) Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
b) Locheastasis
Lochea tidak lancar keluarnya.

3) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,
ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6
minggu persalinan, serviks akan menutup.
4) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali pada keadaan tidak hamil.
Setelah 3 minggu ruggae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
5) Payudara
Perubahan pada payudara meliputi penurunan kadar progesteron secara
tepat dengan peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan, kolostrum
sudah ada saat persalinan, produksi ASI terjadi pada hari kedua dan
ketiga setelah persalinan, dan payudara menjadi besar dan keras sebagai
tanda mulainya produksi ASI.
Adaptasi Psikologis Ibu Masa Postpartum
Menurut Bahiyyatun (2009), adaptasi psikologi pada periode postpartum
merupakan penyebab stressemosional terhadap ibu baru, bahkan menyulitkan
bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor- faktor yang mempengaruhi

39
suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa postpartum,
yaitu:
a. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman
b. Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi
c. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain
d. Pengaruh budaya
Satu atau dua hari postpartum, ibu cenderung pasif dan tergantung. Ia hanya
menuruti nasehat,ragu-ragu dalam membuat keputusan, masih berfokus untuk
memenuhi kebutuhan sendiri, masih menggebu membicarakan pengalaman
persalinan.
Periode tersebut diuraikan oleh Yanti & Sundawati (2011) menjadi 3 tahap,
yaitu:
a. Fase taking in, yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu fokus pada dirinya
sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya.
Ketidaknyamanan yang dialami antara lain; rasa mules, nyeri pada luka
jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini
adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:
(1)Kekecewaan pada bayinya
(2)Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
(3)Rasa bersalah karna belum bisa menyusui bayinya
(4)Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.

b. Fase taking hold, yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya
dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini, ibu
memerlukan dukungan dan merupakan kesempatan yang baik menerima
berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul
percaya diri.
c. Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat

40
menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat. Ada kalanya
ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya keadaan ini
disebut baby blues.
Perubahan emosi ibu postpartum menurut Whibley (2006) dalam Yusdiana
(2009) secara umum antara lain adalah:
a. Thrilled dan excaited, ibu merasakan bahwa persalinan merupakan
peristiwa besar dalam hidup. Ibu heran dengan keberhasilan melahirkan
seorang bayi dan selalu bercerita seputar peristiwa persalinan dan
bayinya.
b. Overwhelmed, merupakan masa kritis bagi ibu dalam 24 jam pertama
untuk merawat bayinya. Ibu mulai melakukan tugas- tugas baru.
c. Let down, status emosi ibu berubah-ubah, merasa sedikit kecewa
khususnya dengan perubahan fisik dan perubahan peran.
d. Weepy, ibu mengalami baby blues postpartum karena perubahan yang
tiba-tiba dalam kehidupannya, merasa cemas dan takut dengan
ketidakmampuan merawat bayinya dan merasa bersalah. Perubahanemosi
ini dapat membaik dalam beberapa hari setelahibu dapat merawat diri
dan bayinya serta mendapat dukungan keluarga.
e. Feeling beat up, merupakan masa kerja keras fisik dalam hidup dan
akhirnya merasa kelelahan.

c. Kunjungan Masa Nifas


Menurut Kemenkes R.I (2020), pelayanan nifas yang dapat diberikan pada
masa nifas yaitu:
1) Kunjungan nifas pertama (KF 1) diberikan pada enam jam sampai dua
hari setelah persalinan. Asuhan yang diberikan berupa pemeriksaan
tanda-tanda vital, pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan
cairan yang keluar dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI
Ekslusif enam bulan, pemberian kapsul Vitamin A, minum tablet
tambah darah setiap hari, pelayanan KB pasca persalinan.
2) Kunjungan nifas kedua (KF 2) diberikan pada hari ke-3 sampai hari ke-
7 setelah persalinan. Pelayanan yang diberikan adalah pemeriksaan

41
tanda-tanda vital, pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan
cairan yang keluar dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI
Ekslusif enam bulan, minum tablet tambah darah setiap hari, dari
pelayanan KB pasca persalinan.
3) Kunjungan nifas lengkap (KF 3), pelayanan yang dilakukan hari ke-8
sampai ke-28 setelah persalinan. Asuhan pelayanan yang diberikan
sama dengan asuhan pada KF 2.
4) Kunjungan nifas keempat (KF 4) Pelayanan yang dilakukan ke-29
sampai hari ke-42 setelah persalinan. Asuhan pelayanan yang diberikan
sama dengan asuhan pada KF 3 yaitu pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar
dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI Ekslusif enam
bulan, minum tablet tambah darah seriap hari, dan KB Persalinan.
Asuhan yang diberikan pada masa nifas menurut (Kemenkes R.I,
2013), yaitu:
1) Menanyakan kondisi ibu nifas secara umum.
2) Pengukuran tekanan darah, suhu tubuh, pernafasan, dan nadi.
3) Pemeriksaan lochea dan perdarahan.
4) Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda infeksi.
5) Pemeriksaan kontraksi rahim, tinggi fundus uteri, dan kandung kemih.
6) Pemeriksaan payudara anjuran pemberian ASI Ekslusif.
7) Pemberian kapsul Vitamin A.
8) Pelayanan kontrasepsi Pasca Persalinan dan Konseling

d. Komplikasi Masa Nifas


Menurut Astutik (2014), komplikasi masa nifas terdiri dari:
1) Perdarahan Pervaginam
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml
setelah kelahiran bayi.
2) Infeksi Masa Nifas
Infeksi nifas adalah infeksi melalui traktus genetalia setelah persalinan.
Kenaikan suhu tubuh yang terjadi dalam masa nifas dianggap sebagai

42
infeksi nifas jika tidak ditemukan sebab-sebab ekstra genital.
3) Pre Eklamsia dan Eklamsia
Pre Eklamsia pada masa nifas biasanya merupakan akibat timbulnya
pre eklamsia pada saat hamil ataupun bersalin, sehingga masa nifas
memerlukan observasi yang ketat terhadap timbulnya gejala ulangan
pre eklamsia. Dikatakan eklamsia bila sudah terjadi kejang.
4) Bendungan payudara
Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada
payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan
disebabkan over distensi dari saluran sistem laktasi.
5) Mastitis
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak
disertai infeksi.
6) Tromboflebitis
Tromboflebitis postpartum lebih umum terjadi pada wanita penderita
varikositis atau yang mungkin secara genetik yang rentan terhadap
relaksasi dinding vena dan statis vena.
7) Depresi Post Partum
Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres
setelah persalinan karena persalinan merupakan perjuangan hidup
seorang wanita terutama pada ibu primipara
4. Bayi Baru Lahir
a. Pengertian Bayi Baru Lahir
BBL disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin (Dewi, 2017)
Menurut Depkes RI, 2015 Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2.500
gram sampai 4.000 gram (Saputra, 2014).

43
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin
(Anjani dkk, 2018).
Klasifikasi neonatus (Anjani dkk, 2018).:
a. Neonatus menurut masa gestasinya :
1) Kurang bulan (preterm infan) :<259 hari (37 minggu)
2) Cukup bulan (term infant) : 259- 294 hari (37-42 minggu)
3) Lebih bulan(postterm infant) :>294 hari (42 minggu)
b. Neonatus menurut berat lahir :
1) Berat lahir rendah : <2500 gram.
2) Berat lahir cukup : 2500 - 4000 gram.
3) Berat lahir lebih : >4000 gram.
c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan
ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan :
1) Neonatus cukup/ kurang/ lebih bulan.
2) Sesuai/ kecil/ besar ukuran masa kehamilan.
Bayi baru lahir disebut dengan neonatus dengan tahapan :
1) Umur 0 - 7 hari disebut neonatal dini.
2) Umur 8 - 28 hari disebut neonatal lanjut.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 sampai 42
Minggu dan berat badan lahir 2500 - 4000 gram.
Menurut Saputra (2014) bayi baru lahir dikatakan normal jika :
a) Berat badan antara 2500-4000 gram.
b) Panjang badan bayi 48-52 cm.
c) Lingkar dada bayi 30-38 cm.
d) Lingkar kepala bayi 33-35 cm.
e) Masa kehamilan 37-42 minggu
f) Denyut jantung pada menit-menit pertama 180 kali/menit, kemudian
turun menjadi 120 kali/menit.
g) Respirasi: pada menit-menit pertama cepat, yaitu 80 kali/menit,
kemudian turun menjadi 40 kali/menit.

44
h) Kulit berwarna kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan diliputiverniks kaseosa.
i) Kuku telah agak panjang dan lemas.
j) Genetalia: Testis sudah turun (pada anak laki-laki) dan labia mayora
sudah menutupi labia minora (pada perempuan).
k) Refleks: Refleks mengisap dan menelan, refleksmoro,
refleksmenggenggam sudah baik jika dikagetkan, bayi akan
memperlihatkan gerakan seperti memeluk (refleks moro), jika diletakkan
suatu benda di telapak tangan bayi, bayi akan menggenggam (reflek
menggenggam)
l) Eliminasi, baik urin dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama.
m)Suhu 36,5-37°C

2. Adaptasi Fisiologi BBL


Perubahan-perubahan fisiologis yang dialami oleh bayi baru lahir adalah
(Sondakh, 2013):
a) Sistem respirasi
Terjadinya pernapasan pertama pada bayi baru lahir disebabkan oleh dua
faktor, yaitu terjadinya hipoksia pada akhir persalinan sehingga
rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat
pernapasan aktif, tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena
kompresi paru-paru selama persalinan, merangsang masuknya udara ke
dalam paru-paru secara mekanis. Upaya pernapasan pertama ini
bertujuan untuk mengeluarkan cairan pada paru-paru dan
mengembangkan alveoulus paru-paru. Pada periode pertama reaktivitas
akan terjadi pernapasan cepat (mencapai 40-60 kali/menit).
b) Kardiovasular
Setelah lahir, bayi akan menggunakan paru untuk mengambil oksigen.
Untuk membuat sirkulasi yang baik terdapat dua perubahan adalah
sebagai berikut:
(Rohani, 2014).
1) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung

45
2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.
3) Denyut nadi berkisar 120-160 kali/menit saat bangun dan 100
kali/menit saat tidur.
c) Termoregulasi dan Metabolik
Timbunan lemak pada tubuh bayi mampu meningkatkan panas sampai
100%. Dengan penjepitan tali pusat saat lahir, bayi harus mulai mampu
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada bayi baru lahir,
glukosa akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan
kadar gula darah dalam tubuh dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu
penggunaan ASI, melalui cadangan glikogen dan melalui pembuatan
glukosa dari sumber lain terutama lemak (Sondakh, 2013).
d) Sistem Gastrointestinal
Perkembangan otot dan refleks dalam menghantarkan makanan telah
aktif saat bayi lahir. Pengeluaran mekonium disekresikan dalam 24 jam
pada 90% bayi baru lahir normal. Beberapa bayi baru lahir dapat
menyusu segera bila diletakkan pada payudara dan sebagian lainnya
memerlukan 48 jam untuk menyusu secara efektif (Sondakh, 2013).
Kemampuan BBL cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan
masih terbatas. Kapasitas lambung juga masih terbatas, kurang dari 30 cc
(Rohani, 2014).
e) Sistem Ginjal
Sebagian besar BBL berkemih setelah 24 jam pertama dan 2-6 kali sehari
pada 1-2 hari pertama, setelah itu bayi berkemih 5-20 kali dalam 24 jam
(Sondakh, 2013). Beban kerja ginjal dimulai saat bayi lahir hingga
masukan cairan meningkat, mungkin urine akan tampak keruh termasuk
berwarna merah muda. Hal ini disebabkan oleh kadar ureum yang tidak
banyak berarti. Intake cairan sangat mempengaruhi adaptasi pada sistem
ginjal. Oleh karena itu, pemberian ASI sesering mungkin dapat
membantu proses tersebut. (Rohani, 2014).
f) Hati
Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang esensial untuk
pembekuan darah. Hati juga mengontrol kadar bilirubin tak terkonjugasi,

46
pigemen berasal dari Hb dan dilepaskan bersamaan dengan pemecahan
sel-sel darah merah. Saat bayi lahir enzim hati belum aktif total sehingga
neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis. Bilirubin tak
terkonjugasi dapat mengakibatkan warna kuning yang disebut jaundice
atau ikterus. Asam lemak berlebihan dapat menggeser bilirubin dari
tempat pengikatan albumin. Peningkatan kadar bilirubin tidak berikatan
mengakibatkan peningkatan resiko kern-ikterus bahkan kadar billirubin
serum 10 mg/dL (Sondakh, 2013).
g) Sistem Muskuloskletal
Otot-otot sudah dalam keadaan lengkap saat lahir, tetapi tumbuh melalui
proses hipertropi. Tumpang tindih (moulage) dapat terjadi pada waktu
lahir karena pembungkus tengkorak belum seluruhnya mengalami
asifikasi.
Kepala bayi cukup bulan berukuran ¼ panjang tubuhnya. Lengan lebih
sedikit panjang dari tungkai (Sondakh, 2013). h) Sistem Saraf
Ada beberapa refleks yang terdapat pada BBL menandakan adanya
kerjasama antara sistem saraf dan sistem muskuloskeletal. Beberapa refleks
tersebut adalah: (Sondakh, 2013).

47
a) Refleks moro
Pada refleks ini dimana bayi mengembangkan tangannya lebar-lebar dan
melebarkan jari-jarinya, lalu membalikkan tangannnya cepat seakan-akan
memeluk seseorang. Kaki juga mengikuti gerakan serupa. Refleks ini
biasanya akan hilang 3-4 bulan.
b) Refleks rooting
Refleks ini timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut. Refleks
rooting akan berkaitan dengan refleks menghisap. Refleks ini dapat dilihat
pada pipi atau sudut mulut bila disentuh dengan pelan, maka bayi akan
spontan melihat kearah sentuhan, mulutnya akan terbuka dan mulai
menghisap. Refleks ini biasanya akan menghilang saat berusia 7 bulan.
Refleks sucking
Refleks ini berkaitan dengan refleks rooting untuk menghisap dan menelan
ASI.
c) Refleks batuk dan bersin
Refleks ini timbul untuk melindungi bayi dan obstruksi pernapasan.
d) Refleks graps
Reflek ini timbul bila ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi maka
bayi akan menutup tangannya. Pada refleks ini bayi akan menggenggam jari
dan biasanya akan hilang pada 3-4 bulan.
e) Refleks babinsky
Refleks ini muncul jika ada rangsangan pada telapak kaki. Ibu jari akan
bergerak keatas dan jari-jari membuka dan biasanya menghilang setelah 1
tahun

1. Asuhan Bayi Baru Lahir


Asuhan pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan kepada
bayi yang tidak memiliki indikasi medis untuk dirawat di rumah sakit, tetapi
tetap berada di rumah sakit karena ibu mereka membutuhkan
dukungan.Asuhan normal diberikan pada bayi yang memiliki masalah minor
atau masalah medis yang umum (Williamson, 2014).

48
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir di laksanakan minimal 3 kali dan sesuai
dengan standar (menggunakan form tatalaksana bayi muda), yakni :
a. Saat bayi berusia 6 jam-48 jam
b. Saat bayi usia 3-7 hari
c. Saat bayi 8-28 hari
Menurut Kemenkes (2015), asuhan yang diberikan pada BBL yaitu :
a. Pencegahan Infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan
mikroorganisme yang terpapar selama proses persalinan berlangsung
ataupun beberapa saat setelah lahir. Pastikan penolong persalinan
melakukan pencegahan infeksi sesuai pedoman.
b. Menilai Bayi Baru Lahir
Penilaian Bayi baru lahir dilakukan dalam waktu 30 detik pertama. Keadaan
yang harus dinilai pada saat bayi baru lahir sebagai berikut.
1) Apakah bayi cukup bulan?
2) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
3) Apakah bayi menangis atau bernapas?
4) Apakah tonus otot baik?
Penilaian bayi baru lahir juga dapat dilakukan dengan Apgar Score.
Berikut table penilaian apgar score.
Tabel 2.1 Penilaian Apgar Score
Skor
Tanda
0 1 2
Appearance Biru, Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh
(warnakulit) Pucat Ekstremitas biru kemerahan
Pulse Tak Kurang dari 100 Lebih dari 100
(DenyutJantung) ada x/menit x/menit
Grimace
Tak
(reflek terhadap Meringis Batuk, bersin
ada
rangsangan)
Activity Fleksi pada
Lemah Gerakan aktif
(Tonus Otot) ekstremitas
Respiration Tak
Takteratur Menangis baik
(Upayabernafas) ada
Sumber : Arfiana, dkk, 2016
Setiap variabel diberi nilai 0, 1, atau 2 sehingga nilai tertinggi adalah 10.
Nilai 7-10 pada menit pertama menunjukkan bahwa bayi sedang berada

49
dalam kondisi baik. Nilai 4–6 menunjukkan adanya depresi sedang dan
membutuhkan beberapa jenis tindakan resusitasi. Nilai 0–3 menunjukkan
depresi serius dan membutuhkan resusitasi segera dan mungkin memerlukan
ventilasi (Sondakh, 2014)
c. Menjaga Bayi Tetap Hangat
Mekanisme kehilangan panas tubuh bayi baru lahir
1) Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas
dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh
oleh panas tubuh bayi sendiri karena
a) setelah lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan,
b) bayi yang terlalu cepat dimandikan, dan
c) tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
2) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh bayi melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
3) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin.
4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan
dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh
bayi.
d. Perawatan Tali Pusat
Lakukan perawatan tali pusat dengan cara mengklem dan memotong tali
pusat setelah bayi lahir, kemudian mengikat tali pusat tanpa membubuhkan
apapun.
e. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Menurut Kemenkes (2015), Segara setelah bayi lahir dan tali pusat diikat,
gunakan topi pada bayi di letakkan secara tengkurap di dada ibu kontak
langsung antara dada bayi dan kulit dada ibu. Bayi akan merangkak mencari
puting susu dan menyusu.
Suhu ruangan tidak boleh kurang dari 26oC. Keluarga memberi dukungan
dan membantu ibu selama proses IMD.
f. Pencegahan Infeksi Mata

50
Dengan memeberikan salep mata antibiotika tetrasiklim 1% pada ke dua
mata setelah satu jam kelahiran bayi.
g. Pemberian Imunisasi
Pemberian Vitamin K pada BBL untuk mencegah terjadinya perdarahan
karena defesiensi. BBL yang lahir normal dan cukup bulan berikan Vit.K 1
mg secara IM di paha kanan lateral. Imunisasi HB0 untuk pencegahan
infeksi hepatitis B terhadap bayi. Pemberian imunisasi pada bayi baru lahir
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.2 Pemberian Imunisasi pada Bayi Baru Lahir
Vaksin Umur Penyakit yang Dapat Dicegah
HEPATITIS B 0-7 hari Mencegah hepatitis B (kerusakanhati)
BCG 1 bulan Mencegah TBC (Tuberkulosis) yang berat
Mencegah polio yang dapat menyebabkan
POLIO 1-4 bulan
lumpuh layu pada tungkai dan lengan
DPT (Difteri,
Mencegah difteri yang
Pertusis, 2-4 bulan
Menyebabkan penyumbatan jalan nafas,
Tetanus)
Mencegah pertussis atau batuk rejan (batuk
100 hari) dan mencegah tetanus
Mencegah campak yang dapat mengakibatkan
CAMPAK 9 bulan komplikasi radang paru, radang otak, dan
kebutaan
Sumber :Kemenkes RI. 2012.

4. Pelayanan Kebidanan Bayi Baru Lahir


Pelayanan kesehatan neonatal esensial dilakukan terhadap bayi baru lahir,
meliputi tatalaksana bayi baru lahir (Depkes,2016):
a. Pada saat lahir 0 (nol) sampai 6 (enam) jam, asuhan yang diberikan :
1) Menjaga bayi tetap hangat, dengan cara keringkan bayi secara seksama,
lakukan imd, selimuti bayi dengan selimut bersih, kering dan hangat,
tutupi kepala bayi, anjurkan ibu memeluk dan memberikan asi, jangan
segera menimbang atau memandikan bayi, tempatkan bayi di lingkungan
yang hangat.
2) Inisiasi menyusu dini
3) Pemotongan dan perawatan tali pusat, cara merawat tali pusat bayi
sesudah melakukan dengan benar, jika punting tali pusat kotor bersihkan

51
(hati-hati) dengan air DTT dan sabun dan keringkan dengan
menggunakan kain bersih.
4) Pemberian suntikan vitamin KI 1 mg intramuscular di paha kiri
anterolateral setelah inisiasi menyusu dini.
5) Pemberian salep mata antibiotik, berikan sebelum 12 jam setelah
persalinan.
6) Pemberian imunisasi hepatitis B, imunisasi HB0 dilakukan boleh
dilakukan pada 0-7 hari usia bayi.
7) Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
8) Pemantauan tanda bahaya
9) Pemberian tanda identitas diri.
b. Setelah lahir 6 (enam) jam sampai 28 (dua puluh delapan) hari, dilakukan
paling sedikit 3 (tiga) kali kunjungan, yang meliputi:
1) 1 (satu) kali pada umur 6-48 jam
2) 1 (satu) kali pada umur 3-7 hari 3) 1 (satu) kali pada umur 8-28 hari.
(10)
Dengan yang diberikan:
a) Menjaga bayi tetap hangat;
b) Perawatan tali pusat;
c) Pemeriksaan bayi baru lahir;
d) Perawatan dengan metode kanguru pada bayi berat lahir rendah;
e) Pemeriksaan status vitamin Kl profilaksis dan imunisasi;
f) Penanganan bayi baru lahir sakit dan kelainan bawaan; dan
g) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil, tepat
waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

5. Keluarga Berencana (KB)


1. Pengertian Keluarga Berencana (KB)
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak
dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, pemerintah
mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan menunda
kehamilan (Sulistyawati, 2014). Menurut BKKBN (2015), keluarga

52
berencana merupakan upaya mengatur kelahiran anak, jarak ideal
melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan
sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas. Sedangkan menurut World Health Organization (WHO),
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu/pasutri
untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang
tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (BKKBN, 2017).
2. Tujuan Keluarga Berencana (KB)
Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi
perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang
berkualitas, menurunkan tingkat/angka kematian bayi, dan anak serta
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun
keluarga kecil berkualitas. Perlu diketahui bahwa tujuan-tujuan tersebut
merupakan kelanjutan dari tujuan program KB tahun 1970 yaitu tujuan
demografis berupa penurunan TFR dan tujuan filosofis berupa
kelembagaan dan pembudidayaan Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera (NKKBS) (Rusmini, 2017).
3. Sasaran Keluarga Berencana (KB)
a. Sasaran langsung yaitu Pasangan usia subur (PUS) yaitu pasangan yang
wanitanya berusia antara 15-44 tahun.
b. Sasaran tidak langsung yaitu Pelaksanaan dan pengelolaan KB, dengan
cara menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan
kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang
berkualitas, keluarga sejahtera (Rusmini, 2017).
4. Macam-Macam Metode Kontrasepsi
a. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat.
Metode kontrasepsi tanpa alat, diantaranya Metode Amenore Laktasi
(MAL), Coitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks,

53
Metode Suhu Basal Badan, dan simptoternal yaitu perpaduan antara
suhu basal dan lendir serviks. Sedangkan metode kontrasepsi
sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan
spermisida (Rusmini, 2017)
1) Metode Amenore Laktasi (MAL)
Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi
sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan
makanan dan minuman lainnya. MAL dapat dikatakan sebagai
metode kontrasepsi berencana alamiah (KBA) atau natural family
planning, apabila tidak dikombinasikan dengan metode kontrasepsi
lain. MAL hanya efektif sampai 6 bulan dan harus dilanjutkan
dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya Cara kerja MAL
yaitu dengan penundaan/ penekanan ovulasi (Handayani, 2010).
2) Metode suhu basal
Metode ini berdasarkan kenaikan suhu tubuh setelah ovulasi
sampai sehari sebelum menstruasi. Untuk mengetahui bahwa suhu
tubuh benar-benar naik, maka harus selalu diukur dengan
termometer yang sama dan pada tempat yang sama (di mulut, anus,
atau vagina) setiap pagi setelah bangun tidur sebelum mengerjakan
pekerjaan apapun dan dicatat pada tabel syaratnya tidur malam
paling sedikit 5 sampai 6 jam per hari secara berturut-turut, suhu
rendah (36,4 C – 36,7 C) kemudian 3 hari berturut-turut suhu lebih
tinggi (36,9 C – 37,5 C), maka setelah itu dapat dilakukan
senggama tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Metode ini
memiliki tingkat keamanan yang tinggi, jika suhu diukur secara
rutin dan senggama sebelum ovulasi dilakukan dengan
menggunakan alat kontrasepsi lain. Kesalahan dapat terjadi jika
sedang mengalami sakit, misalnya demam, mengukur suhu tidak
pada waktu yang biasanya, ganti termometer, ganti tempat
pengukur suhu. Metode ini baik untuk digunakan, tetapi harus
diperhatikan pada kasus-kasus tertentu, seperti ibu yang sedang

54
menyusui, karena sikklus yang tidak teratur (Handayani, 2010).
3) Metode lendir serviks
Pengamatan dilakukan pada lendir yang melindungi serviks
dari bakteri-bakteri penyebab penyakit dan dari sperma sebelum
masa subur. Pada saat menjelang ovulasi lendir ini akan
mengandung lebih banyak ovulasi lendir ini akan mengandung
lebih banyak air (menjadi encer) sehingga mudah dilalui oleh
sperma. Setelah ovulasi lendir akan kembali menjadi lebih padat.
Perubahan bentuk lendir ini bervariasi bagi setiap wanita dan pada
setiap siklus. Untuk mengamati perubahan ini bagi wanita tertentu
cukup dengan mengamati lendir yang berada di liang vagina. Pada
puncak masa subur, yaitu menjelang dan pada saat ovulasi lendir
akan keluar dalam jumlah yang lebih banyak, menjadi transparan,
encer dan bening seperti putih telur dan dapat ditarik diantara dua
jari seperti benang. Tiga hari setelah puncak masa subur dapat
dilakukan senggama tanpa alat kontrasepsi. Lendir serviks tidak
dapat diamati pada saat terangsang dan beberapa jam setelah
sengama, karena dinding vagina juga akan mengeluarkan lendir
yang akan memalsukan lendir serviks. Metode ini cukup aman
bagi wanita yang berpengalaman dalam mengenali bentuk-bentuk
lendir dengan demikian diperlukan waktu yang cukup lama untuk
dapat menggunakan metode ini (Rusmini, 2017).
4) Metode simtotermal
Menurut Handayani (2010), ibu harus mendapat instruksi
untuk metode lendir serviks dan suhu basal. Ibu dapat menentukan
masa subur ibu dengan mengamati suhu tubuh dan lendir serviks.
5) Kondom
Kondom mampu menghalangi terjadinya pertemuan sperma
dan sel telur dengan cara menampung sperma diujung selabung
karet yang dipasang pada penis. Keuntungan pemakaian KB
kondom yaitu efektif apabila digunakan dengan benar, tidak
mengganggu produksi ASI, tidak menganggu kesehatan klien,

55
murah dan dapat dibeli secara umum, dan tidak perlu resep dokter
atau pemeriksaan kesehatan khusus. Kondom memiliki
keterbatasan yaitu efektivitas tidak terlalu tinggi, keberhasilan
dipengaruhi oleh cara penggunaan, harus disiapkan sebelum
berhubungan seksual, mengganggu hubungan seksual. Akseptor
KB kondom tidak diperlukan anamnesa atau pemeriksaan khusus,
akseptor KB kondom perlu diberikan penjelasan secara lisan dan
intruksi tertulis (Affandi, 2015).
Menurut Kemenkes RI (2020), cara kerja KB kondom yaitu
dengan menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur
dengan cara menampung sperma di ujung selubung karet yang
dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke
dalam saluran reproduksi perempuan (Kemenkes RI, 2020).
6) Diafragma
Menurut Arum dan Sujiyatini (2011), Diafragma adalah kap
berbentuk cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan ke
dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
Jenis diafragma ada 3, diantaranya Flat Spring, Coil sprig, Arching
spring. Cara kerjanya yaitu menahan sperma agar tidak
mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas
(uterus dan tuba falopi) dan sebagai tempat spermisida (Arum &
Sujiyatini, 2011).
Adapun manfaat dan keterbatasan sari metode kontrasepsi
sederhana ini adalah sebagai berikut dijelaskan berdasarkan
manfaat dan keterbatasan.
a) Manfaat
Efektif bila digunakan dengan benar, tidak mengganggu
produksi ASI, tidak menganggu hubungan seksual karena
telah terpasang 6 jam sebelumnya, tidak menggangu kesehatan
klien, dan salah satu perlindungan terhadap IMS/HIV-AIDS,
khususnya apabila digunakan dengan spermisida (Arum &
Sujiyatini, 2011).

56
b) Keterbatasan
(1) Efektivitas sedang (bila digunakan spermisida angka
kegagalan 6-16 kehamilan per 100 wanita per tahun
pertama).
(2) Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada
kepatuhan mengikuti cara penggunaan.
(3) Motivasi diperlukan berkesinambungan dengan
menggunakannya setiap berhubungan seksual.
(4) Pemeriksaan pelvic oleh petugas kesehatan terlatih
diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan.
(5) Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran
uretra.
(6) Pada 6 jam pasca hubungan seksual, alat masih harus
berada pada posisinya (Arum & Sujiyatini, 2011).
b. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2,
yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen
sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi
hormonal kombinasi terdapat pil dan suntikan. Sedangkan kontrasepsi
hormon yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant
(Hartanto, 2015).
1) Pil kombinasi
a) Jenis
(1) Monofasik, yaitu pil yang tersedia dalam kemasan 21
tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron
dalam dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif.
(2) Bifasik yaitu pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron
dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif.
(3) Trifasik yaitu pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

57
mengandung hormon aktif estrogen dengan tiga dosis
yang berbeda, dengan 7 tablet.
b) Cara kerja
Menekan ovulasi, mencegah implantasi, lendir serviks
mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma, dan pergeseran
tuba tergantung sehingga transportasi telur dengan sendirinya
akan terganggu pula.
c) Manfaat
(1) Memilik efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai
efektivitas tubektomi), bila digunakan setiap hari yaitu 1
kehamilan per 100 wanita dalam tahun pertama.
(2) Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
(3) Tidak mengganggu hubungan seksual.
(4) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid
berkurang (mencegah anemia).
(5) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan
masih ingin menggunakannya untuk mencegah kehamilan.
(6) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
(7) Mudah dihentikan setiap saat.
(8) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil
dihentikan
d) Keterbatasan
Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya
setiap hari, mual terutama pada 3 bulan pertama, perdarahan
bercak terutama 3 bulan pertama, pusing, berat badan naik,
berhenti haid, tidak boleh diberikan pada perempuan
menyusui, pada sebagian kecil perempuan dapat
menimbulkan depresi dan perubahan suasana hati, serta tidak
mencegah IMS/HIV-AIDS.
e) Indikasi penggunaan pil kombinasi
Usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun yang belum
memiliki anak, gemuk atau kurus, menginginkan metode

58
kontrasepsi dengan efektivitas tinggi, setelah melahirkan
dan tidak menyusui, setelah melahirkan 6 bulan yang tidak
memberikan ASI secara eksklusif, pasca keguguran, nyeri haid
hebat, dan kelainan payudara jinak
f) Kontraindikasi penggunaan pil
(1) Hamil atau dicurigai hamil.
(2) Menyusui eksklusif.
(3) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui
penyebabnya.
(4) Penyakit hati.
(5) Perokok dengan usia > 35 tahun
(6) Riwayat penyakit jantung, stroke atau tekanan darah >
180/110 mmHg.
(7) Kanker payudara/dicurigai kanker payudara.
(8) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari
(Arum & Sujiyatini, 2011).
2) Mini pil
Menurut Arum dan Sujiyatini (2011), Mini pil adalah pil KB
yang hanya mengandung hormon progesteron dalam dosis rendah.
Dosis progestin yang digunakan 03-0,05 mg per tablet.
a) Cara kerja
(1) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di
ovarian.
(2) Endometrium mengalami transformasi lebih awal
sehingga implantasi lebih sulit.
(3) Mengentalkan lendir serviks sehingga memperlambat
penetrasi sperma.
(4) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma
terganggu.
b) Keuntungan
Sangat efektif bila digunakan secara benar, tidak mengganggu
hubungan seksual, tidak mengandung estrogen sehingga tidak

59
mempengaruhi ASI, kesuburan cepat kembali, sedikit efek
samping, nyaman dan mudah digunakan, serta dapat
dihentikan setiap saat.
c) Kontraindikasi penggunaan mini pil
Hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum
bisa diketahui penyebabnya, tidak menerima terjadinya
gangguan haid, CA payudara/riwayat Ca payudara, sering lupa
mini pil, mioma uteri, dan riwayat stroke (Arum & Sujiyatini,
2011).
3) Suntikan kombinasi (KB suntik 1 bulan)
Menurut Arum dan Sujiyatini (2009), jenis suntikan
kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5
mg Estrogen sipionat dan 50 mg noretrindron enantat dan 5 mg
estrodiol valerat.
a) Cara kerja
(1) Menekan ovulasi.
(2) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi
sperma terganggu.
(3) Perubahan pada endometrium sehingga implantasi
terganggu.
(4) Menghambat transportasi.
b) Efektivitas KB suntik kombinasi yaitu sangat efektif (0,1-0,4
kehamilan per 100 wanita) sebelum tahun pertama
penggunaan.
c) Keuntungan
Resiko terhadap kesehatan kecil, tidak berpengaruh pada
hubungan seksual, tidak diperlukan pemeriksaan dalam, jangka
panjang, efek samping sangat kecil, mengurangi jumlah
perdarahan, mengurangi nyeri haid, mencegah anemia, dan
dapat mencegah kehamilan ektopik.
d) Kerugian
(1) Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur,

60
perdarahan bercak/spotting.
(2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan
seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
(3) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan
karena klien harus kembali untuk mendapatkan suntikan.
(4) Efektivitasnya berkurang bila digunakan bersamaan
dengan obat-obat epilepsy atau obat tuberculosis.
(5) Penambahan berat badan.
(6) Tidak melindungi terhadap IMS/HIV-AIDS.
(7) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan
setelah penghentian pemakaian.
e) Indikasi penggunaan suntikan kombinasi
Usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun yang belum
memiliki anak, ingin mendapatkan kontrasepsi dengan
efektivitas yang tinggi, menyusui pasca persalinan > 6 bulan,
pasca persalinan tidak menyusui, anemia, nyeri haid, haid
teratur, riwayat kehamilan ektopik, sering lupa menggunakan
pil kontrasepsi.
f) Kontra indikasi penggunaan suntikan kombinasi
(1) Hamil atau diduga hamil
(2) Menyusui dibawah umur 6 minggu pasca persalinan.
(3) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui
penyebabnya.
(4) Penyakit hati.
(5) Usia > 35 tahun yang merokok
(6) Riwayat penyakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi ( >
180/110 mmHg)
(7) Riwayat kelainan tromboemboli atau kencing manis > 20
tahun.
(8) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala
atau migrain.
(9) Keganasan pada payudara (Arum & Sujiyatini, 2011).

61
4) Kontrasepsi suntikan progestin (3 bulan)
Kontrasepsi suntikk 3 bulan atau yang biasa dikenal juga
dengan Depo Medroxi Progesteron Asetat (DMPA) merupakan
depoprovera yang mengandung 150 mg DMPA. Yang diberikan
setiap 3 bulan dengan cara disuntikkan secara intramuskular (IM)
di daerah bokong. Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang
hanya mengandung progestin, yaitu depo medroksiprogesteron
asetat dan depo noretisteron enantat.
a) Cara kerja
(1) Mencegah ovulasi, bekerja dengan menghalangi
pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan
ovum.
(2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma, karena sperma sulit
menembus kanalis servikalis.
(3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi, sehingga
terjadi perubahan pada endometrium yang membuat
implantasi terganggu.
(4) Menghambat transportasi gamet karena terjadi perubahan
peristaltik tuba falopi
b) Efektivitas
Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas tinggi,
dengan 3 kehamilan per 100 wanita per tahun, asal
penyuntikanya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang
telah ditentukan, tingginya minat pemakaian alat kontrasepsi
ini karena murah, aman, sederhana, efektif dan dapat dipakai
pada pasca persalinan.
c) Keuntungan
(1) Sangat efektif.
(2) Pencegahan kehamilan jangka panjang.
(3) Tidak berpengaruh pada hubungan seksual.
(4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak

62
serius pada penyakit jantung dan gangguan pembekuan
darah.
(5) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
(6) Sedikit efek samping.
(7) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
perimenopuse.
(8) Membantu mencegah kanker edometrium dan kehamilan
ektopik.
(9) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
(10) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang
panggul.
(11) Menurunkan krisis anemia. (Arum dan Sujiyatini, 2009).
d) Keterbatasan
(1) Sering ditemukan gangguan haid, seperti siklus haid yang
memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau
sedikit, perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan
bercak (spotting), hingga tidak haid sama sekali.
(2) klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan
kesehatan (harus kembali untuk suntik).
(3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikut
(4) Penambahan berat badan ±2 kg merupakan hal yang biasa.
(5) Tidak memberikan perlindungan terhadap IMS/HIV-
AIDS,
(6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian
pemakaian. Ini terjadi karena belum habisnya pelepasan
obat suntikan dari deponya (tempat suntikan).
(7) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan
jangka panjang.
(8) Penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan
kepadatan tulang (densitas).
(9) Pada penggunaan jagka panjang dapat menimbulkan

63
kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan
emosi, sakit kepala, nervositas, dan jerawat.
e) Indikasi penggunaan suntikan progesteron
Usia reproduksi, nulipara dan yang telah memiliki anak,
menghendaki kontrsepsi jangka panjang dan memiliki
efektivitas yang tinggi, menyusui dan membutuhkan
kontrasepsi yang sesuai, setelah melahirkan dan tidak
menyusui, setelah keguguran, telah banyak anak tetapi belum
menghendaki tubektomi, tidak dapat memakai kontrasepsi
yang mengandung estrogen, menggunakan obat epilepsy
(fenitoin dan barbiturate), menggunakan obat tuberculosis
(rifampisin, tekanan darah <180/110 mmhg dengan
masalah gangguan pembekuan darah, perokok, serta anemia.
f) Kontraindikasi penggunaan suntikan progesteron
Hamil atau dicurigai hamil, perdarahan pervaginam yang
belum diketahui penyebabnya, tidak dapat menerima
terjadinya gangguan haid, menderita kanker payudara atau
riwayat kanker payudara, dan menderita diabetes melitus
disertai komplikasi (Arum & Sujiyatini, 2011).
5) Implant
Implant adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan pada
bagian subdermal yang hanya mengandung progestin dengan masa
kerja panjang, dosis rendah dan reversibel untuk wanita (Affandi,
2015).
a) Cara kerja implant
Lendir serviks menjadi kental, menganggu proses
pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi,
mengurangi transportasi sperma, dan menekan ovulasi
b) Keuntungan
Daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang, pengembalian
kesuburan yang cepat, tidak memerlukan pemeriksaan dalam,
bebas dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu kegiatan

64
senggama, tidak mengganggu ASI, klien hanya kembali ke
klinik bila ada keluhan, dapat dicabut setiap saat, mengurangi
jumlah darah haid, dan mengurangi/memperbaiki anemia.
c) Kerugian
(1) Perubahan pola haid.
(2) Timbulnya keluhan nyeri kepala, peningkatan berat badan,
jerawatm perubahan perasaan atau kegelisahan.
(3) Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi
dan pencabutan.
(4) Tidak memberikan efek protektif terhadap IMS/HIV-
AIDS
d) Indikasi penggunaan kontrasepsi implant
Usia reproduksi, telah memiliki anak, menyusui dan
membutuhkan kontrasepsi, pasca persalinan tidak menyusui,
pasca keguguran, tidak menginginkan anak lagi tetapi
menolak sterilisasi, riwayat kehamilan ektopik, tekanan darah
< 180/110 mmHg dengan masalah pembekuan darah, tidak
menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung
estrogen, dan sering lupa menggunakan pil.
e) Kontraindikasi penggunaan implant
Hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam yang
belum jelas penyebabnya, benjolan/kanker payudara atau
riwayat kanker payudara, tidak dapat menerima perubahan
pola haid yang terjadi dan mioma uteri (Affandi, 2015).
c. Metode Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Jenis AKDR CuT-380A berbentuk huruf T diselubungi oleh
kawat halus yang terbuat dari tembaga. Cara kerja kontrasepsi ini
dengan mencegah sperma dan ovum bertemu dan menurunkan
motilitas dan viabilitas sperma (Cunningham, 2019).
Efek samping AKDR antara lain mules, perdarahan pasca
pemasangan, spotting, keputihan, keluhan suami, kehamilan ektopik,
ekspulsi, dan translokasi (Arum & Sujiyatini, 2011).

65
1) Keuntungan
a) Sebagai kontrasepsi efektivitasnya tinggi.
b) Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan per 100 wanita dalam 1
tahun pertama.
c) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
d) Metode jangka panjang.
e) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat- ingat.
f) Tidak mempengarui hubungan seksual.
g) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut
untuk hamil.
h) Tidak ada efek samping hormonal.
i) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
j) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau setelah
keguguran.
k) Dapat digunakan sampai menopause.
l) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
m) Membantu mencegah kehamilan ektopik.
2) Indikasi pemakaian AKDR
a) Usia reproduksi.
b) Keadaan nulipara.
c) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
d) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
e) Setelah melahirkan dan masih menyusui bayinya.
f) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
g) Resiko rendah dari IMS.
h) Tidak menghendaki metode hormonal.
i) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
3) Kontraindikasi penggunaan AKDR
a) Sedang hamil.
b) Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya.
c) Sedang menderita infeksi alat genital.
d) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita

66
radang panggul atau abortus.
e) Kelainan bawaan uterus yang abnormal.
f) Diketahui menderita TBC pelvic.
g) Kanker alat genital.
h) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Arum & Sujiyatini,
2011).
d. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode
Operatif Wanita dan Metode Operatif Pria. MOW sering dikenal
sebagi dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong
atau mengikat saluran tuba/tuba falopi sehingga mencegah pertemuan
antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan
nama vasektomi, vasektomi yaitu memotong atau mengikat vas
deferens sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi
(Handayani, 2010).
Setiap peserta kontap harus memenuhi 3 syarat, yaitu:

1) Sukarela. Setiap calon peserta kontap harus secara sukarela


menerima pelayanan kontap; artinya secara sadar dan dengan
kemauan sendiri memilih kontap sebagai cara kontrasepsi.
2) Bahagia. Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat
bahagia, artinya Calon peserta tersebut dalam perkawinan yang sah
dan harmonis dan telah dianugerahi sekurang-kurangnya 2 orang
anak yang sehat rohani dan jasmani. Bila hanya mempunyai 2
orang anak, maka anak yang terkecil paling sedikitumur sekitar 2
tahun. Umur istri paling muda sekitar 25 tahun.
3) Kesehatan. Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat
kesehatan; artinya tidak ditemukan adanya hambatan atau
kontraindikasi untuk menjalani kontap. Oleh karena itu setiap calon
peserta harus diperiksa terlebih dahulu kesehatannya oleh dokter,
sehingga diketahui apakah cukup sehat untuk dikontap atau tidak.
Selain itu juga setiap calon peserta kontap harus mengikuti
konseling (bimbingan tatap muka) dan menandatangani formulir

67
persetujuan tindakan medik (Informed Consent) (Arum &
Sujiyatini, 2011).
Metode kontrasepsi mantap yang terdiri dari 2 jenis dan
diterapkan baik kepada wanita ataupun laki-laki yang memenuhi
syarat serta bersedia menjadi akseptor kotrasepsi ini, adalah antara
lain:
1) Tubektomi/MOW
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk
menghentikan fertilitas seorang perempuan.
a) Mekanisme kerja
Dengan mengikat dan memotong atau memasang cincin pada
tuba falopi sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
b) Manfaat MOW
(1) Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 wanita dalam tahun
pertama penggunaan).
(2) Tidak mempengaruhi proses menyusui.
(3) Tidak bergantung pada faktor senggama.
(4) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko
kesehatan yang serius.
(5) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan anastesi lokal.
(6) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
(7) Tidak ada perubahan dalam sistem fungsi seksual.
(8) Berkurangnya resiko kanker ovarium
c) Keterbatasan MOW
(1) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode
kontrasepsi ini tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali
dengan operasi rekanalisasi.
(2) Klien dapat menyesal di kemudian hari.
(3) Risiko komplikasi kecil meningkat apabila digunakan
anestesi umum.
(4) Rasa sakit/ketidak nyamanan dalam jangka pendek setelah
tindakan.

68
(5) Dilakukan oleh dokter spesialis ginekologi atau spesialis
bedah untuk proses laparoskopi.
(6) Tidak melindungi diri dari IMS/HIV-AIDS
d) Indikasi penggunaan tubektomi
(1) Usia lebih dari 26 tahun.
(2) Sudah punya anak cukup (2 anak), anak terkecil harus
berusia minimal 5 (lima) tahun.
(3) Yakin telah mempunyai keluarga yang sesuai dengan
kehendaknya.
(4) Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan
yang serius.
(5) Ibu pasca persalinan.
(6) Ibu pasca keguguran.
e) Kontraindikasi penggunaan tubektomi
(1) Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai).
(2) Menderita tekanan darh tinggi.
(3) Kencing manis (diabetes).
(4) Penyakit jantung.
(5) Penyakit paru-paru.
(6) Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus
dievaluasi).
(7) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga masalah itu
disembuhkan atau dikontrol).
(8) Ibu yang tidak boleh menjalani pembedahan.
(9) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilisasi di
masa depan.
(10) Belum memberikan persetujuan tertulis (Arum &
Sujiyatini, 2011).
2) MOP (Vasektomi)
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan
kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa
diferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses

69
fertilisasi penyatuan dengan ovum tidak terjadi.
a) Keuntungan
(1) Sangat efektif dan “permanen”.
(2) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
(3) Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%.
(4) Tidak menggangu hubungan seksual.
(5) Tindakan bedah yang aman dan sederhana.
b) Kerugian MOP yaitu, tidak dapat dilakukan pada orang yang
masih ingin memiliki anak, harus ada tindakan pembedahan
minor.
c) Indikasi penggunaan vasektomi adalah Untuk laki-laki subur
sudah punya anak cukup (2 anak) dan istri beresiko tinggi.
d) Kontraindikasi penggunaan vasektomi
(1) Infeksi kulit atau jamur di daerah kemaluan.
(2) Menderita kencing manis.
(3) Hidrokel atau varikokel yang besar.
(4) Hernia inguinalis.
(5) Anemia berat, ganguan pembekuan darah atau sedang
menggunakan antikoagulansia (Arum & Sujiyatini, 2011).

B. Standar Asuhan Kebidanan dan Kewenangan Bidan


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.
938/Menkes/SK/VII/2007Ruang lingkup standar kebidanan meliputi 24 standar
yang dikelompokkan sebagai berikut:
a. Standar Pelayanan Umum (2 standar)
b. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)
c. Standar Pertolongna Persalinan (4 standar)
d. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)
e. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9
standar)
1. Standar pelayanan Umum
a. STANDAR 1 : PERSIAPAN UNTUK KEHIDUPAN KELUARGA
SEHAT

70
Tujuan :
1) Memberikan penyuluh kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan
kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang tua yang
bertanggung jawab.
2) Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan,
keluarga dan masyarakat terhadap segala hal yag berkaitan dengan
kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan umum, gizi, KB dan
kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua,
menghindari kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan
yang baik.
3) Masyarakat dan perorangan ikut serta dalam upaya mencapai
kehamilan yang sehat, ibu, keluarga dan masyarakat meningkat
pengetahuannya tentang fungsi alat-alat reproduksi dan bahaya
kehamilan pada usia muda.
4) Bidan bekerjasama dengan kader kesehatan dan sektor terkait sesuai
dengan kebutuhan
b. STANDAR 2 : PENCATATAN DAN PELAPORAN
Tujuan :
1) Mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk
pelaksanaan penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian
kinerja.
2) Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya
dengan seksama seperti yang sesungguhnya yaitu, pencatatan semua
ibu hamil di wilayah kerja, rincian pelayanan yang telah diberikan
sendiri oleh bidan kepada seluruh ibu hamil/ bersalin, nifas dan bayi
baru lahir semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada
masyarakat. Disamping itu, bidan hendaknya mengikutsertakan
kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya
masyarakat yang berkaitan dengan ibu hamil, ibu dalam proses
melahirkan, ibu dalam masa nifas, dan bayi baru lahir. Bidan
meninjau secara teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan
menyusun rencana kegiatan pribadi untuk meningkatkan pelayanan.

71
3) Terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik.
4) Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri.
5) Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kehamilan, kelahiran
bayi dan pelayanan kebidanan.
6) Adanya kebijakan nasional/setempat untuk mencatat semua
kelahiran dan kematian ibu dan bayi.
7) Sistem pencatatan dan pelaporan kelahiran dan kematian ibu dan
bayi dilaksanakan sesuai ketentuan nasional atau setempat.
8) Bidan bekerja sama dengan kader/tokoh masyarakat dan memahami
masalah kesehatan setempat.
9) Register Kohort ibu dan Bayi, Kartu Ibu, KMS Ibu Hamil, Buku
KIA, dan PWS KIA, partograf digunakan untuk pencatatan dan
pelaporan pelayanan. Bidan memiliki persediaan yang cukup untuk
semua dokumen yang diperlukan.
10) Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menggunakan format
pencatatan tersebut diatas.
11) Pemerataan ibu hamil.
12) Bidan memiliki semua dokumen yang diperlukan untuk mencatat
jumlah kasus dan jadwal kerjanya setiap hari.
13) Pencatatan dan pelaporan merupakan hal yang penting bagi bidan
untuk mempelajari hasil kerjanya.
14) Pencatatan dan pelaporan harus dilakukan pada saat pelaksanaan
pelayanan. Menunda pencatatan akan meningkatkan resiko tidak
tercatatnya informasi pentig dalam pelaporan.
15) Pencatatan dan pelaporan harus mudah dibaca, cermat dan memuat
tanggal, waktu dan paraf.
2. STANDAR PELAYANAN ANTENATAL
a. STANDAR 3 : IDENTIFIKASI IBU HAMIL
Tujuannya :
1) Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan
masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan

72
memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu
untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur
2) Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan
kehamilan secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat
pemeriksaan hamil
3) Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum
kehamilan 16 minggu
4) Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk
menemukan ibu hamil dan memastikan bahwa semua ibu hamil telah
memeriksakan kandungan secara dini dan teratur
5) Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara
teratur untuk menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu
hamil, suami, keluarga maupun masyarakat.
b. STANDAR 4 : PEMERIKSAAN DAN PEMANTAUAN
ANTENATAL
Tujuan :
1) Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini
komplikasi kehamilan
2) Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan
meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama
untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal
3) Bidan juga harus mengenal kehamilan resti / kelainan khususnya
anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV memberikan
pelayanan imunisasi, nasehat, dan penyuluhan kesehatan serta tugas
terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas
4) Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama
kehamilan
5) Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini
dan komplikasi kehamilan
6) Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya
kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan

73
7) Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-
waktu terjadi kegawatdaruratan
8) Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas, termasuk
penggunaan KMS ibu hamil dan kartu pencatatan hasil pemeriksaan
kehamilan (kartu ibu )
9) Bidan ramah, sopan dan bersahabat pada setiap kunjungan.
c. STANDAR PELAYANAN 5 : PALPASI ABDOMINAL
1) Tujuannya : Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan
pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin.
2) Pernyataan standar :
Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan
melakukan partisipasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila
umur kehamialn bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah,
masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari
kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
3) Hasilnya :
1. Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik
2. Diagnosis dini kehamilan letak, dan merujuknya sesuai
kebutuhan
3. Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain serta
merujuknya sesuai dengan kebutuhan
4) Persyaratannya :
(a) Bidan telah di didik tentang prosedur palpasi abdominal
yang benar
(b) Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia
dalam kondisi baik
(c) Tersedia tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat
diterima masyarakat
(d) Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA , kartu ibu untuk
pencatatan
(e) Adanya sistem rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang
memerlukan rujukan

74
(f) Bidan harus melaksanakan palpasi abdominal pada setiap
kunjungan antenatal
d. STANDAR 6 : PENGELOLAAN ANEMIA PADA KEHAMILAN
1) Tujuan : Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan
melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia
sebelum persalinan berlangsung
2) Pernyataan standar :
Ada pedoman pengelolaan anemia pada kehamilan. Bidan mampu :
(a) Mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan
(b) Memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia
(c) Alat untuk mengukur kadar HB yang berfungsi baik
(d) Tersedia tablet zat besi dan asam folat
(e) Obat anti malaria (di daerah endemis malaria )
(f) Obat cacing
(g) Menggunakan KMS ibu hamil/ buku KIA , kartu ibu
(h) Proses yang harus dilakukan bidan :
Memeriksa kadar HB semua ibu hamil pada kunjungan pertama
dan pada minggu ke-28. HB dibawah 11gr%pada kehamilan termasuk
anemia , dibawah 8% adalah anemia berat. Dan jika anemia berat
terjadi, misalnya wajah pucat, cepat lelah, kuku pucat kebiruan,
kelopak mata sangat pucat, segera rujuk ibu hamil untuk pemeriksaan
dan perawatan selanjutnya. Sarankan ibu hamil dengan anemia untuk
tetap minum tablet zat besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan.
e. STANDAR 7 : PENGELOLAAN DINI HIPERTENSI
PADA KEHAMILAN
1) Tujuan : Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada
kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlukan
2) Pernyataan standar : Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan
tekanan darah pada kehamilan dan mengenal tanda serta gejala
preeklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan
merujuknya
3) Hasilnya : Ibu hamil dengan tanda preeklamsi mendapat perawatan

75
yang memadai dan tepat waktu, penurunan angka kesakitan dan
kematian akibat eklampsi.
4) Persyaratannya : Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara
teratur, pengukuran tekanan darah.
5) Bidan mampu : Mengukur tekanan darah dengan benar, mengenali
tanda-tanda preeklmpsia, mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan
melakukan tindak lanjut sesuai dengan ketentuan.
f. STANDAR 8 PERSIAPAN PERSALINAN
1. Pernyataan standar : Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu
hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk
memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta
suasana yang menyenangkan akan di rencanakan dengan baik.
2. Prasyarat :
(a) Semua ibu harus melakukan 2 kali kunjungan antenatal
pada trimester terakhir kehamilan
(b) Adanya kebijaksanaan dan protokol nasional/setempat
tentang indikasi persalinan yang harus dirujuk dan berlangsung di
rumah sakit
(c) Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan
persalinan yang aman dan bersih
(d) Peralatan penting untuk melakukan pemeriksaan antenatal
tersedia
(e) Perlengkapan penting yang di perlukan untuk melakukan
pertolongan persalinan yang bersih dan aman tersedia dalam
keadaan DTT/steril
(f) Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil
dengan cepat jika terjadi kegawat daruratan ibu dan janin
(g) Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA kartu ibu dan
partograf
(h) Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang
mengalami komplikasi selama kehamilan.

76
3. STANDAR PERTOLONGAN PERSALINAN
a. STANDAR 9 : ASUHAN PERSALINAN KALA SATU
1) Tujuan : Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai
dalam mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman
untuk ibu dan bayi.
2) Pernyataan standar : Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan
sudah mulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang
memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses
persalinan berlangsung.
3) Hasilnya :
(a) Ibu bersalin mendapatkan pertolongan darurat yang
memadai dan tepat waktu bia diperlukan
(b) Meningkatkan cakupan persalinan dan komplikasi lainnya
yang ditolong tenaga kesehatan terlatih
(c) Berkurangnya kematian/ kesakitan ibu atau bayi akibat partus
lama.

b. STANDAR 10 : PERSALINAN KALA DUA YANG AMAN


1) Tujuan : Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu
dan bayi.
2) Pernyataan standar : Menggunakmengurangi kejadian perdarahan
pasca persalinan, memperpendek dengan benar untuk membantu
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
3) Persyaratan :
(a) Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ ketuban pecah
(b) Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong
persalinan secara bersih dan aman
(c) Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk
sarung tangan steril
(d) Perlengkapan alat yang cukup.
c. STANDAR 11 : PENATLAKSANAAN AKTIF PERSALINAN
KALA III

77
1) Tujuan : Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput
ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca
persalinan, memperpendek kala 3, mencegah atoni uteri dan retensio
plasenta.
2) Pernyataan standar : Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan
benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban
secara lengkap.
d. STANDAR 12 : PENANGANAN KALA II DENGAN GAWAT
JANIN MELALUI EPISIOTOMY
1) Tujuan : Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi
jika ada tanda-tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan
perineum.
2) Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda tanda
gawat janin pada kala II yang lama, dan segera melakukan
episiotomy dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti
dengan penjahitan perineum.

4. STANDAR PELAYANAN MASA NIFAS


a. STANDAR 13 : PERAWATAN BAYI BARU LAHIR
1) Tujuan : Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya
pernafasan serta mencegah hipotermi, hipokglikemia dan infeksi.
2) Pernyataan standar : Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir
untuk memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder,
menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai
dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan menangani
hipotermia.
b. STANDAR 14: PENANGANAN PADA 2 JAM PERTAMA
SETELAH PERSALINAN
1) Tujuan : Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersi dan
aman selama kala 4 untuk memulihkan kesehata bayi, meningkatkan
asuhan sayang ibu dan sayang bayi, memulai pemberian IMD.

78
2) Pernyataan standar : Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi
terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan,
serta melakukan tindakan yang di perlukan
c. STANDAR 15: PELAYANAN BAGI IBU DAN BAYI PADA MASA
NIFAS
1) Tujuan : Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42
hari setelah persalinan dan penyuluhan ASI ekslusif.
2) Pernyataan standar : Bidan memberikan pelayanan selama masa
nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu ke dua dan
minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses
pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar,
penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin
terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang
kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi,
perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.

5. STANDAR PENANGANAN KEGAWATAN OBSTETRI


DAN NEONATAL
a. STANDAR 16: PENANGANAN PERDARAHAN
DALAM KEHAMILAN PADA TRIMESTER III
1) Tujuan : Mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat
perdarahan dalam trimester 3 kehamilan.
2) Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan
gejala perdarahan pada kehamilan, serta melakukan pertolongan
pertama dan merujuknya.
b. STANDAR 17: PENANGANAN KEGAWATAN DAN
EKLAMSI
1) Tujuan : Mengenali secara dini tanda-tanda
dan gejala preeklamsi berat dan memberiakn perawatan yang tepat
dan segera dalam penanganan kegawatdaruratan bila ekslampsia
terjadi.

79
2) Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala
eklampsia mengancam, serta merujuk dan atau memberikan
pertolongan pertama.
c. STANDAR 18 : PENANGANAN
KEGAWATDARURATANAN PADA PARTUS LAMA
1) Tujuan : mengetahui dengan segera dan penanganan yang tepat
keadaan kegawatdaruratan pada partus lama/macet.
2) Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala
partus lama serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat
waktu atau merujuknya.
d. STANDAR 19: PERSALINAN DENGAN MENGGUNAKAN
VACUM EKSTRATOR
1) Tujuan : untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu
dengan menggunakan vakum ekstraktor.
2) Pernyataan standar : Bidan mengenali kapan di perlukan ekstraksi
vakum, melakukannya secara benar dalam memberikan pertolongan
persalinan dengan memastikan keamanannya bagi ibu dan janin /
bayinya.

e. STANDAR 20: PENANGAN RETENSIO PLASENTA


1) Tujuan : mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika
terjadi retensio plasenta total / parsial.
2) Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali retensio plasenta,
dan memberikan pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan
penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhan.
f. STANDAR 21: PENANGANAN PERDARAHAN POST
PARTUM PRIMER
1) Tujuan : mengenali dan mengambil tindakan pertolongan
kegawatdaruratan yang tepat pada ibu yang mengalami perdarahan
postpartum primer / atoni uteri.
2) Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali perdarahan yang
berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan (perdarahan

80
postpartum primer) dan segera melakukan pertolongan pertama untuk
mengendalikan perdarahan.
g. STANDAR 22: PENANGANAN PERDARAHAN POST
PARTUM SEKUNDER
1) Tujuan : mengenali gejala dan tanda-tanda perdarahan postpartum
sekunder serta melakukan penanganan yang tepat untuk
menyelamatkan jiwa ibu.
2) Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini
tanda serta gejala perdarahan post partum sekunder, dan melakukan
pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu, atau merujuknya.
h. STANDAR 23 : PENANGANAN SEPSIS PUERPERALIS
1) Tujuan : Mengenali tanda-tanda sepsis puerperalis dan mengambil
tindakan yang tepat.
2) Pernyataan standar : Bidan mampu mengamati secara tepat tanda dan
gejala sepsis puerperalis, serta melakukan pertolongan pertama atau
merujuknya.
i. STANDAR 24: PENANGANAN ASFIKSIA NEONATURUM
1) Tujuan : Mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia
neonatorum, mengambil tindakan yang tepat dan melakukan
pertolongan kegawatdaruratan bayi baru lahir yang mengalami
asfiksia neonatorum.
2) Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru
lahir dengan asfiksia, serta melakukan resusitasi secepatnya,
mengusahakan bantuan medis yang di perlukan dan memberikan
perawatan lanjutan.

Kewenangan Bidan
Menurut PERMENKES No. 28 Tahun 2017. Dalam penyelenggaraan
Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan untuk memberikan :
a. Pelayanan Kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak, dan
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

81
1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf
a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan,
masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.
2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pelayanan :
a) Konseling pada masa sebelum hamil
b) Antenatal pada kehamilan normal
c) Persalinan normal
d) Ibu nifas normal
e) Ibu menyusui, dan
f) Konseling pada masa antara dua kehamilan.
3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan :
a) Episiotomi
b) Pertolongan persalinan normal
c) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
d) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
e) Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil
f) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
g) Fasilitasi/bimbing inisiasi menyusu dini dan promosi air susu
ibu eksklusif
h) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
i) Penyuluhan dan konseling
j) Bimbingan pada kelompok ibu hamil dan
k) Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran
4) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 18
huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak
prasekolah
5) Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Bidan berwenang melakukan :
a) Pelayanan neonatal esensial
b) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

82
c) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak
prasekolah, dan
d) Konseling dan penyuluhan.
6) Pelayanan neonatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan perawatan
tali pusat, pemberian suntikan Vit K1, pemberian ibunisasi HB0,
pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan tanda bahaya,
pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak dapat
ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang lebih mampu.
7) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi :
a) Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui
pembersihan jalan nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau
kompresi jantung
b) Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan
BBLR melalui penggunaan selimut atau fasilitas dengan cara
menghangatkan tubuh bayi dengan metode kangguru
c) Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan
alcohol atau povidon iodine serta menjaga luka tali pusat bersih
dan kering, dan
d) Membersihkan dan pemberian sakep mata pada bayi baru
lahir dengan infeksi gonore (GO).
8) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak
prasekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi
kegiatan penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala,
pengukuran tinggi badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang balita dengan menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).
9) Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d meliputi pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE)
kepada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI

83
Ekslusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan,
imunisasi, gizi seimbang, PHBS, dan tumbuh kembang.
10) Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam
pasal 18 huruf c, Bidan berwenang memberikan : Penyuluhan dan
konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana,
dan Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.
C. Manajemen Kebidanan dan Dokumentasi Kebidanan
a. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian/ tahapan
yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien.
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi (Jannah, 2013).
b. Tahap Dalam manajemen Kebidanan
Proses manajemen terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan yang dimulai
dari pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi. Tahapan dalam
proses asuhan kebidanan ada 7 langkah, yaitu :
1) Langkah 1 Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua
data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap seperti, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan
kebutuhannya, meninjau catatan terbaru atau catatan selanjutnya,
meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil
study (Rukiah, 2013). Data yang diperoleh untuk kasus anemia
dilakukan dengan cara mengumpulkan data lengkap dari klien dengan
menilai keadaan klien melalui anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang (Laboratorium). Data subjektif yaitu data
yang didapatkan dari ibu seperti ibu mengeluh sering merasa lelah dan
sering mengantuk, merasa pusing dan lemah, merasa tidak enak

84
badan, mengeluh sakit kepala. Data objektif yaitu merupakan data dari
hasil pemeriksaan yang dilakukan seperti, tampak kuku pada tangan
pucat, konjungtiva pucat dan hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan kadar Hb.
2) Langkah 2 Mengidentifikasi diagnosis atau masalah aktual
Mengidentifikasi data dengan cepat untuk mengidentifikasi diagnosa
atau masalah aktual dengan klien berdasarkan data dasar,
menguraikan bagaimana suatu data pada kasus diinterpretasikan
menjadi suatu diagnosis atau secara teori data apa yang mendukung
untuk timbulnya diagnose tersebut. Masalah lebih sering berhubungan
dengan bagaimana klien menguraikan keadaan yang ia rasakan,
sedangkan diagnose lebih sering diidentifikasi oleh bidan yang
difokuskan pada apa yang dialami oleh klien (Rukiah, 2013). Dari
data subjektif dan objektif yang didapatkan pada saat pengkajian data
maka diagnosa yang ditegakkan.
3) Langkah 3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah
di identifikasi, langkah ini membutuhkan antisipasi bila
memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis atau masalah potensial
ini benar-benar terjadi.
Adapun Masalah potensial anemia pada ibu hamil dimasa kehamilan,
dapat mengakibatkan abortus, dapat menyebabkan persalinan
prematur, dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim terganggu (Bothamley, 2013).
4) Langkah 4. Penetapan kebutuhan/ tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah
keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer

85
periodic atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita
tersebut bersama bidan terus menerus misalnya pada waktu tersebut
dalam persalinan (Jannah, 2013).
5) Langkah 5. Intervensi/Perencanaan tindakan asuhan kebidanan.
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi (Jannah, 2013).
6) Langkah 6. Implementasi/ pelaksanaan asuhan
Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh di langkah lima
harus dilaksanakan secara efisien. Perencanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan
sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika
bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksanaannya, memastikan langkah-langkah
tersebut benar-benar terlaksana. Dalam situasi dimana bidan
berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi
klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana
asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.Implementasi yang
diberikan pada ibu adalah hasil pemeriksaan kepada ibu dan jelaskan
hal-hal yang dianggap penting, agar ibu dapat mengetahui
perkembangan kehamilannya serta merupakan tujuan utama
pelayanan antenatal.
7) Langkah 7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi kebutuhan akan bantuan apakah benar- benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya.
Adapun kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut lebih efektif

86
sedang sebagian belum efektif (Jannah, 2013). Pada prinsip tahapan
evaluasi adalah pengkajian kembali terhadap klien untuk menjawab
pertanyaan seberapa jauh tercapainya rencana yang dilakukan.
c. Pendokumentasian Tindakan Asuhan Kebidanan
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasia nmengenai
asuhan yang telah dan akan dilakukan pada seorang pasien. Menurut
Varney, didalamnya tersirat proses berpikir bidan yang sistematis dalam
menghadapi seorang pasien sesuai langkah-langkah manajemen kebidanan
maka didokumentasikan dalam bentuk SOAP ,yaitu :
a. S (Data Subjektif)
Data subjektif (S) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data
yang diperoleh melalui anamnesis. Data Subjektif ini berhubungan
dengan masalah dari sudut pandang pasien. Expresi pasien mengenai
kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau
ringkasan yang akan berhubungan langsung atau ringkasan yang akan
berhubungan langsung dengan diagnosis.
b. O (Data Objektif)
Data Objektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik
pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostic lain.
c. A (Assessment)
A (Analysis/Assessment), merupakan pendokumentasian hasil analisis
dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Dalam
pendokumentasian manajemen kebidanan, karena keadaan pasien yang
setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi
baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian
data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini juga menuntut bidan untuk
sering melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka
mengikuti perkembangan pasien dan analisis yang tepat dan akurat
mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya

87
perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan/
tindakan yang tepat.
Analysis/assessment merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen varney langkah kedua, ketiga, dan keempat
sehingga mencakup hal-hal berikut ini: diagnosis/ masalah kebidanan,
diagnosa/ masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan
tindakan segera untuk antisipasi diagnosa/ masalah potensial dan
kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi menurut kewenangan
bidan, meliputi: tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan
merujuk klien.
d. P (Planning)
Planning/perencanaan, adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang
akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan
interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien secara optimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bidan mencapai kriteria
tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang
akan dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan
dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, antara
lain dokter.
Meskipun secara istilah, P adalah planning/perencanaan saja, namun P
dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran pendokumentasi
implementasi dan evaluasi. Dengan kata lain, P dalam SOAP meliputi
pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney
langkah kelima, keenam, dan ketujuh. Pendokumentasian P dalam SOAP
ini, adalah pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai
dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien.
Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan
tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. Sebanyak
mungkin pasien harus dilibatkan dalam proses implementasi ini. Bila
kondisi pasien berubah, analisis juga berubah, maka rencana asuhan

88
maupun implementasinya pun kemungkinan besar akan ikut berubah atau
harus disesuaikan

89
F. Bagan Asuhan Kebidanan Berkelanjutan

Keluhan: sering BAB


Ny. NM usia 30 Follow up 3x
th G3P1A1 UK Menganjurkan mengurangi malam dimalam
39 minggu 4 hari hari

Ny. NM usia 30 Terdapat tanda persalinan


th bersalin secara Menolong persalinan secara APN
spontan Wawancara pasca ibu bersalin

Luka perinieum tidak ada masalah, pengeluaran lochea normal


Proses menyusu lancar, ASI sudah keluar di hari ke dua
Ny. NM usia 30 Follow up 3x
th nifas normal Mengajarkan posisi menyusui yang benar dan ASI ekslusif
Edukasi cara memompa ASI, penyimpanan ASI

Bayi normal, tidak ada


kelainan, menyusu
kuat, tanda vital dan
eliminasi normal,
follow up 3x

Ibu ingin KB jangka


panjang, pasang KB
IUD
1
2
BAB III
METODE LAPORAN KASUS
A. Rancangan Laporan
Laporan asuhan kebidanan berkelanjutan diawali dengan asuhan kehamilan,
bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan diakhiri dengan asuhan keluarga berencana.
Metode pelaporan asuhan ini menggunakan studi kasus diawali dengan
pengkajian awal dilanjutkan pelaksanaan asuhan berkelanjutan mulai dari fase
kehamilan, bersalin nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana. Seluruh
dokumentasi kegiatan dibuat dengan jelas, holistic, kompleks, dinamis.
Lampiran dokumentasi tertulis secara sistematis menggambarkan proses dan
hasil asuhan kebidanan yang dilakukan pada subjek asuhan. Instrument
dokumentasi menggunakan SOAP lengkap di awal pengkajian dan follow up
selanjutnya ditulis dalam laporan perkembangan.
B. Tempat dan Waktu
1. Tempat Asuhan
Asuhan kebidanan berkelanjutan ini dilaksanakan di PMB Anik
Rakhmawati Klaten
2. Waktu
Pelaksanaan asuhan kebidanan berkelanjutan ini pada tanggal 19 Mei – 3
Juli tahun 2022
C. Subjek
Subjek kasus adalah ibu hamil multigravida trimester III di PMB Anik
Rakhmawati Klaten
D. Jenis Data
1. Data Primer
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data, di mana mendapatkan keterangan atau pemberian informasi secara
lisan dari seseorang subjek, atau bercakap-cakap berhadapan muka
dengan orang tersebut (Notoadmojo, 2010). Pada kasus ini di lakukan
pada subjek asuhan.

b. Pemeriksaan Fisik

3
1) Inspeksi
Inpeksi merupakan proses opservasi yang di lakukan secara
sistematik. Inspeksi dilakukan dengan penglihatan, pendengaran dan
penciuman (Nursalam, 2018) pada studi kasus inspeksi dilakukan
pada perut bayi.
2) Palpasi
Palpasi adalah teknik pemeriksaan dengan jari atau instrumen yang
sensitif (Nursalam, 2018) pada studi kasus asuahan kebidanan pada
bayi baru lahir normal dengan perawtan tali pusat palapasi dilakukan
pada perut bayi apakah ada masa atau tidak.
3) Perkusi
Perkusi adalah teknik pemeriksaan dengan mengetuk-ngetuk jari
kebagian tubuh klien yang di kaji untuk membandingkan bagian kiri
dan kanan. Untuk mengetahui perut kembung atau tidak.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah pemerksaan menggunakan stetoskop untuk
mendengarkan bunyi yang, di hasilkan oleh tubuh (Nursalam, 2018).
Pemeriksaan ini di lakukan untuk mendengar detak jantung.
c. Observasi
Menurut Kamus Ilmiah Populer adalah kata observasi berarti suatu
pengamatan yang teliti dan sistematis, dilakukan secara berulang-ulang.
Pada asuhan ini dilakukan observasi follow up kontak lansung kepada
subjek dan follow up menggunakan aplikasi WhatsApp.

2. Data Sekunder
a. Format asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
b. Buku KIA
c. Studi kepustakaan mengidentifikasi buku
d. laporan penelitian
e. Majalah ilmiah
f. Jurnal

4
E. Alat dan Metode Pengumpulan Data
Instrumen merupakan alat-alat fasilitas yang digunakan dalam mengumpulkan
data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti kata lebih
cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah di olah (Notoadmodjo,
2010).
Instrumen yang dibutuhkan dalam pengambilan penelitian ini adalah :
1. Alat yang digunakan untuk pengambilan data.
Format asuhan kebidanan, buku tulis dan bolpoint.
2. Alat dalam bentuk dokumentasi.
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), dan catatan rekam medis pasien.
3. Alat – alat untuk melakukan pemeriksaan
a. Format asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi
baru lahir
b. Handscoon
c. Stetoskop
d. Jam tangan
e. Penimbang Berat Badan
f. Pengukur LILA
g. Metelin
h. Tensi Meter
i. Dopler
Metode pengumpulan data
Dengan wawancara menggunakan formulir data perkembangan yang sesuai
dengan SOAP, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pengelolaan data dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu :
a. Reduksi data
Menurut Miles and Huberman dalam (Sugiono, 2012:246) Mereduksi data
berarti merangkum, melilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan selanjutnya, dengan mencapainya
bila diperlukan.
b. Penyajian data

5
Menurut Miles and Huberman dalam (Sugiono, 2012:246) Setelah data di
reduksi, langkah selajutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian
kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif.
c. Kesimpulan
Menurut Miles and Huberman dalam (Sugiono, 2012:246) Kesimpulan
dalam peneliti kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya
belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu
obyek yang sebelumnya kurang jelas sehingga setelah diteliti menjadi jelas,
dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

F. Analisis Data
Analisis data yang digugnakan dalam penelitian ini adalah analisis data
kualitatif, dilakukan secara detail dan berlangsung secara terus-menerus sampai
tuntas, sehingga datanya sampai jenuh (Sulistyaningsih, 2011).
Tahap-yahap analisis data dalam asuhan kebidanan komprehensif :
1. Melengkapi data subyektif dan data obyektif
2. Mempelajari dan menelaah data
3. Mereduksi data dengan melakukan rangkuman dan menyimpulkan sesuai
data yang telah diteliti
4. Menyusun data dalam asuhan
5. Membandingkan antara teori dengan kasus yang diambil di lahan
G. Etika Studi Kasus
Meliputi Informed concent (lembar persetujuan), kerahasisaan responden dan
keamanan responden.

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi
Lokasi asuhan ini dilakukan di PMB Anik Rakhmawati dan di rumah
subyek asuhan. Subyek asuhan yaitu Ny. NM yang beralamat di Jemawan
PMB Anik Rakhmawati merupakan salah satu praktek mandiri bidan yang
terletak di Jalan Sabrang, Dusun 2, Jemawan, Kec. Jatinom, Kabupaten Klaten,
Jawa Tengah.
Pelayanan pokok di PMB Anik Rakhmawati terdiri dari pelayanan KIA,
Persalinan, Imunisasi dan Keluarga Berencana (KB) yang mana pelayanan
tersedia 24 jam.
B. Hasil
1. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan
a. Kunjungan Pertama
Tanggal : 17 Mei 2022
Tempat : BPM Anik Rakhmawati Klaten
1) Data Subjektif
Ibu mengatakan ingin periksa rutin kehamilannya, ini merupakan
kehamilan ke 3, ibu pernah keguguran 1 kali. Ibu mengatakan tidak
ada keluhan. HPHT tanggal 03-09-2022.
2) Data Objektif
Dari pengkajian data objektif keadaan umum ibu baik, kesadaran
composmentis, pemeriksaan tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg, N
: 82 x/menit, R : 21 x/menit, BB sekarang : 74 kg. Riwayat
antropometri dari buku KIA BB awal hamil 61 kg, TB : 160 cm, Lila :
26 cm, TT5 lengkap.
Pada pemeriksaan abdomen, palpasi : TFU : 29 cm,presentasi kepala,
PUKA, kepala belum masuk PAP, DJJ : 143 x/menit. Untuk
pemeriksaan fisik dilakukan dengan hasil pada mata : Konjungtiva
merah muda, sklera putih dan simetris, wajah : tidak pucat, simetris
dan tidak ada oedema, dan bagian ektremitas bawah serta atas : Tidak
ada oedema, kuku tidak pucat, dan tidak ada varises.

7
Riwayat pemeriksaan penunjang pada buku KIA di usia kehamilan 16
minggu : HB 11,5 gr/dl, HBsAg negative, HIV negative
Pemeriksaan penunjang saat ini : HB : 12.3 gr/dl
3) Analisa
Dari hasil pengumpulan data subjektif dan objektif didapatkan dari
Ny.NM dengan Hasil pemeriksaan baik sehingga disimpulkan analisa
yaitu Ny. NM usia 30 tahun G3P1A1 Usia kehamilan 36 Minggu 4
hari dengan Kehamilan Normal.
4) Penatalaksanaan
Pada kunjungan pertama meminta persetujuan kepada ibu dan
memberitahu maksud serta tujuan yang dilakukapada pasien asuhan.
Melakukan pemeriksaan dan memberitahu ibu hasil dari pemeriksaan
tersebut. Menjelaskan perubahan fisiologis pada kehamilan TM III.
Memberikan KIE persiapan persalinan, tanda bahaya Kehamilan TM
III, dan KIE tentang nutrisi dan kebutuhan cairan pada ibu.
Memberikan tambahan terapy obat SF 1x1 sebanyak 10 tablet dan
kalk 1x1 sebanyak 10 tablet dan menganjurkan ibu untuk kunjungan
ulang 1 minggu lagi ke PMB.
b. Kunjungan ke II
Tanggal : 26 Mei 2022
Tempat : BPM Anik Rakhmawati
1) Data Subjektif
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya dan tidak ada
keluhan
2) Data Objektif
Pemeriksaan data objektif pada Ny. NM didapatkan hasil keadaan
umum baik, kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda tanda vital
didapatkan tekanan darah 115/82 mmHg, nadi 90 kali/menit,
pernapasan 22 kali/menit, dan suhu 36,2°C. BB 75 kg, TFU 30 cm,
Presentasi Kepala, PUKA, sudah masuk PAP.
3) Analisa
Dari hasil pengumpulan data subjektif dan objektif didapatkan dari

8
Ny.NM dengan Hasil pemeriksaan baik sehingga disimpulkan analisa
yaitu Ny. NM usia 30 tahun G3P1A1 Usia kehamilan 37 Minggu 6
hari dengan Kehamilan Normal.
4) Penatalaksanaan
Melakukan pemeriksaan dan memberitahu ibu hasil dari pemeriksaan
tersebut. Memberikan tambahan obat penambah darah dan kalk serta
melanjutkan obat yang dirumah. Menjelaskan tanda-tanda persalinan
dan memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif.
c. Kunjungan ke III
Tanggal : 2 Juni 2022
Tempat : BPM Anik Rakhmawati
1) Data Subjektif
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya dan mengatakan
sering buang air kecil pada saat malam hari
2) Data Objektif
Pemeriksaan data objektif pada Ny. NM didapatkan hasil keadaan
baik, kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda tanda vital
didapatkan tekanan darah 118/82 mmHg, nadi 86 kali/menit,
pernapasan 22 kali/menit, dan suhu 36,6°C. BB 76 kg, TFU 30 cm,
Presentasi Kepala, PUKA, sudah masuk PAP.
Untuk pemeriksaan fisik dilakukan dengan hasil pada mata :
Konjungtiva merah muda, sklera putih dan simetris, wajah :tidak
pucat, simetris dan tidak ada oedema, dan bagian ekstremitas bawah
serta atas: Tidak ada oedema, kuku tidak pucat, dan tidak ada varises.
3) Analisa
Dari hasil pengumpulan data subjektif dan objektif didapatkan dari
Ny.NM dengan Hasil pemeriksaan baik sehingga disimpulkan analisa
yaitu Ny. NM usia 30 tahun G3P1A1 Usia kehamilan 38 Minggu 6
hari dengan Kehamilan Normal.
4) Penatalaksanaan
Melakukan pemeriksaan dan memberitahu ibu hasil dari pemeriksaan
tersebut. Memberitahu pada ibu bahwa kebiasaan buang air kecil

9
dimalam hari merupakan perubahan fisiologis pada kehamilan
dikarenakan kepala janin mulai turun ke PAP sehingga kandung
kemih tertekan. Ibu dianjurkan untuk mengurangi minum pada malam
hari yang dapat meningkatkan pembentukkan urine dan juga
meningkatnya frekuensi keinginan berkemih serta mengganggu
kualitas tidur ibu pada malam hari. Menjelaskan pada ibu tentang
personal hygine dengan mengeringkan kemaluan setiap selesai BAK
dan BAB dan mengganti celana dalam minimal 3-4 kali sehari atau
apabila lembab. Menjelaskan tanda-tanda persalinan dan memberikan
pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif. Menganjurkan ibu untuk
jalan-jalan kaki pada pagi hari lebih kurang 10 menit untuk
mempercepat proses persalinan. Memberikan tambahan obat
penambah darah dan kalk serta melanjutkan obat yang dirumah.
2. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan
Data Perkembangan I
Tanggal : 4 Juni 2022
Jam : 06.30 WIB
Tempat : BPM Anik Rakhmawati
1) Data Subjektif
Ibu mengatakan merasakan kenceng sejak kemarin tetapi masih jarang
dan keluar lendir darah sejak kemarin sore (tgl 3 Juni 2022)
2) Data Objektif
Pemeriksaan data objektif pada Ny. NM didapatkan hasil keadaan
baik, kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda tanda vital
didapatkan tekanan darah 118/82 mmHg, nadi 86 kali/menit,
pernapasan 22 kali/menit, dan suhu 36,6°C. BB 76 kg, TFU 29 cm,
Presentasi Kepala, PUKA, sudah masuk PAP, Auskultasi DJJ : 138
x/menit dan teratur.
Pada pemeriksaan kontraksi 1x10’/25”, penurunan 4/5, hodge I-II.
Pada pemeriksaan dalam, pembukaan serviks 1 cm, ketuban utuh,
molase tidak ada, posisi UUK kiri depan, STLD (+)
3) Analisa

10
Dari hasil pengumpulan data subjektif dan objektif didapatkan analisa
yaitu Ny. NM usia 30 tahun G3P1A1 Usia kehamilan 39 Minggu 1
hari inpartu kala 1 fase laten
4) Penatalaksanaan
Melakukan pemeriksaan dan memberitahu ibu dan suami pada saat ini
ibu sudah memasuki proses persalinan dengan pembukaan 1 cm.
mengajarkan kepada ibu teknik relaksasi yaitu tarik nafas dalam pada
saat kontraksi. Menganjurkan ibu untuk banyak berjalan dan jongkok
agar kepala bayi semakin turun, dan jika merasa lelah istirahat
sebentar dan berjalan-jalan kembali. Menjelaskan kepada ibu karna
pembukaan masih 1 cm dan memberikan pilihan kepada ibu untuk
tetap tinggal di PMB atau pulang kerumah (ibu memilih untuk
pulang). Menganjurkan kepada ibu jika kenceng-kenceng makin
sering, keluar lendir darah semakin banyak atau keluar air-air(air
ketuban) untuk segera datang ke tempat bidan

Data Perkembangan II
Jam : 14.00 WIB
Tempat : BPM Anik Rakhmawati
1) Data Subjektif
Ibu mengatakan lendir darah semakin banyak dan kenceng-
kencengnya masih jarang
2) Data Objektif
Pemeriksaan data objektif pada Ny. NM didapatkan hasil keadaan
baik, kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda tanda vital
didapatkan tekanan darah 120/82 mmHg, nadi 84 kali/menit,
pernapasan 22 kali/menit, dan suhu 36,6°C. BB 76 kg, TFU 29 cm,
Auskultasi DJJ : 130 x/menit dan teratur.
Pada pemeriksaan kontraksi 2x10’/25”, penurunan 3/5, hodge II-III.
Pada pemeriksaan dalam, pembukaan serviks 1 cm, ketuban utuh,
molase tidak ada, posisi UUK kiri depan, STLD (+)
3) Analisa

11
Dari hasil pengumpulan data subjektif dan objektif didapatkan analisa
yaitu Ny. NM usia 30 tahun G3P1A1 Usia kehamilan 39 Minggu 1
hari inpartu kala 1 fase laten
4) Penatalaksanaan
Melakukan pemeriksaan dan memberitahu ibu dan suami pada saat ini
pembukaan masih 1 cm. Mengajarkan kepada ibu teknik relaksasi
yaitu tarik nafas dalam pada saat kontraksi. Menjelaskan kepada ibu
dan suami karena kenceng tidak bertambah dan pembukaan hanya
bertambah 1 cm dalam 7,5 jam dan ibu riwayat abortus dengan di
curet dikhawatirkan terjadi komplikasi kepada ibu dan janin maka
akan dilakukan rujuk ke rumah sakit ( ibu dan suami menyetujui untuk
dilakukan rujuk ke rumah sakit dan ibu dirujuk dalam keadaan stabil
dan diantar oleh bidan)

Data Perkembangan III


Pada saat pasien sudah dirumah sakit dilakukan pemantauan
menggunakan media sosial aplikasi WhatsApp, ibu mengatakan tiba di
rumah sakit pada jam 14.30 WIB dan dilakukan pemeriksaan oleh dokter
dan dan setelah dilakukan semua pemeriksaan oleh dokter, dokter
memberitahukan untuk dilakukan induksi karena kenceng-kenceng dan
pembukaan pada ibu idak bertambah, serta air ketuban sudah tinggal
sedikit. Ibu menyetujui untuk dilakukan induksi pada jam 15.00 WIB.
Pada jam 16.45 wib ibu mulai merasakan kenceng bertambah dan pada
jam 16.00 wib di lakukan pemeriksaan dalam oleh bidan dirumah sakit
dengan pembukaan 3 cm. pada jam 18.00 ibu mengatakan keluar air-air
(air ketuban), kenceng-kenceng semakin kuat dan rasa ingin BAB, dan
dilakukan pemeriksaan dalam sudah pembukaan 10 cm dan bayi lahir
pada jam 18.27 wib.

3. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas


Kunjungan I

12
Tanggal : 6 Juni 2022
Jam : 07.30 WIB
Tempat : BPM Anik Rakhmawati
1) Data Subjektif
a) Ibu mengatakan pulang dari rumah sakit pada hari minggu jam
19.30 WIB,
b) Ibu mengatakan dilakukan penjahitan oleh dokter dan sekarang
masih merasakan nyeri pada jahitan nya
c) Ibu mengatakan ASI nya sudah keluar tetapi masih sedikit

2) Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital
TD : 121/76 MmHg
Nadi : 87 kali/menit
RR : 22 kali/menit
S : 36,7 oC
4. Pemeriksaan fisik
Muka : Tidak pucat, tidak oedem, tidak ada
Mata : Tidak oedem, conjungtiva merah muda,
sklera putih
Hidung : Tidak ada polip
Telinga : Simetris dan tidak ada serumen
Leher : Tidak pembengkakan pada kelenjar
thyroid
Payudara : Aerola mamae hiperpigmentasi, puting
susu menonjol, ada pengeluaran ASI dan
tidak adanya nyeri tekan
Abdome : TFU 2 Jari dibawah pusat, kontraksi kuat
n kontraksi uterus baik
Genetalia : ada laserasi jalan lahir, perdarahan ± 10
cc, lochea rubra
Anus : Tidak ada hemoroid
3) Analisa
Ny. NM P2A1 post partum hari ke-2, normal
4) Penatalaksanaan
a) Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa keadaan
umum ibu baik

13
b) Menganjurkan ibu untuk makan makanan berprotein tinggi seperti
putih telur, ikan-ikanan untuk mempercepat penyembuhan luka
jahitan
c) Menganjurkan ibu untuk membersihkan vaginanya dengan air
bersih dan mengeringkan dengan tissue atau kain bersih sehabis
BAK/BAB serta mengganti pembalut 3-4 kali sehari atau ketika ibu
merasa tidak nyaman
d) Mengajarkan kepada ibu cara menyusui yang benar, yaitu dengan
cara mulut bayi menghisap putting susu sampai ke areola, dan
hindari tertutupnya jalan nafas bayi
e) Memberikan KIE ASI eksklusif yaitu memberikan ASI saja sampai
bayi berumur 6 bulan
f) Menjelaskan tanda bahaya nifas seperti perdarahan, sakit kepala,
penglihatan kabur, demam tinggi dan pembengkakan pada wajah,
nyeri saat BAK, payudara terasa nyeri dan panas. Menganjurkan
ibu untuk segera datang ke fasilitas kesehatan apabila merasakan
gejala tersebut.

Kunjungan Ke II
Tanggal : 11 Juni 2022
Jam : 09.00 WIB
Tempat : BPM Anik Rakhmawati
1) Data Subjektif
a) Ibu mengatakan keadaannya semakin membaik akan tetapi luka
jahitan masih terasa nyeri
b) Ibu mengatakan ASI sudah banyak keluar
c) Ibu mengatakan cairan yang keluar dari kemaluannya berwarna
kekuningan dan tidak berbau
2) Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital
TD : 110/74 MmHg

14
Nadi : 80 kali/menit
RR : 20 kali/menit
S : 36,7 oC
5. Pemeriksaan fisik
Muka : Tidak pucat, tidak oedema
Mata : Konjungtiva tidak pucat
Payudara : ASI keluar lancer dan tidak ada nyeri tekan
Genetalia : luka jahitan belum kering, lochea
sanguilenta dan tidak berbau
Kontraksi uterus : Baik, TFU : pertengan pusat-sympisis

3) Analisa
Ny. NM P2A1 post partum hari ke-7, normal
4) Penatalaksanaan
a) Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa keadaan
umum akan tetapi leka jahitan masih belum kering
b) Mengingatkan kembali ibu untuk makan makanan berprotein tinggi
seperti putih telur, ikan-ikanan untuk mempercepat penyembuhan
luka jahitan
c) Mengingatkan ibu untuk membersihkan vaginanya dengan air
bersih dan mengeringkan dengan tissue atau kain bersih sehabis
BAK/BAB serta mengganti pembalut 3-4 kali sehari atau ketika ibu
merasa tidak nyaman
d) Memberikan ibu KIE tentang perawatan payudara untuk mencegah
terjadinya bendungan ASI dengan cara menggunakan BH yang
menyokong payudara, memperhatikan kebersihan payudara,
menyusui bayi secara bergantian pada payudara kanan dan kiri
e) Menganjurkan ibu untuk menjadi akseptor KB dan memberikan
konseling jenis-jenis alat kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi
ibu yaitu MAL, IUD, suntik 3 bulan dan AKBK serta menjelasakan
keuntungan dan efek samping dari masing-masing alat kontrasepsi
tersebut (ibu ingin mendiskusikan bersama suami terlebih dahulu)
f) Mengingatkan ibu untuk tetap memakan makanan bergizi dan
asupan nutrisi yang cukup, seperti mineral, vitamin, dan protein.
Minum air putih minimal 3 liter/hari.
g) Memberikan terapy paracetamol 500 gr 3x1, Amoxcilin 500 gr

15
3x1, Sulfat Ferrous 1x1, salep bioplacenton

Kunjungan Ke III
Tanggal : 3 Juli 2022
Jam : 16.00 WIB
Tempat : Rumah pasien
1) Data Subjektif
a) Ibu mengatakan keadaannya semakin membaik dan luka jahitan
sudah tidak terasa nyeri
b) Ibu mengatakan ASI lancar dan menyusui bayi nya setiap 1-2 jam
sekali
c) Ibu mengatakan cairan yang keluar berwarna putih dan tinggal
sedikit
d) Ibu mengatakan sudah beraktivitas seperti biasa lagi dalam
mengerjalan pekerjaan rumah
2) Data Objektif
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda-tanda Vital
TD : 110/74 MmHg
Nadi : 80 kali/menit
RR : 20 kali/menit
S : 36,7 oC
6. Pemeriksaan fisik
Muka : Tidak pucat, tidak oedema
Mata : Konjungtiva tidak pucat
Payudara : ASI keluar lancer dan tidak ada nyeri tekan
Genetalia : luka jahitan sudah kering, lochea alba
TFU : Sudah tidak teraba

3) Analisa
Ny. NM P2A1 post partum hari ke-29 hari, normal
4) Penatalaksanaan
a) Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa keadaan
umum ibu baik
b) Mengingatkan ibu kembali untuk membersihkan vaginanya dengan
air bersih dan mengeringkan dengan tissue atau kain bersih sehabis

16
BAK/BAB serta mengganti pembalut 3-4 kali sehari atau ketika ibu
merasa tidak nyaman
c) Menganjurkan ibu untuk datang ke fasilitas kesehatan untuk
melakukan KB yang sudah di pilih ibu setelah masa nifas atau
setelah 42 hari
d) Mengingatkan kembali ibu untuk menjadi akseptor KB (ibu
memilih untuk untuk menggunakan metode KB MAL terlebih
dahulu)
e) Mengingatkan ibu untuk tetap memakan makanan bergizi dan
asupan nutrisi yang cukup, seperti mineral, vitamin, dan protein.
Minum air putih minimal 3 liter/hari.
4. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
a. Kunjungan Ke I
Tanggal : 06 Juni 2022
Jam : 07.30 WIB
Tempat : BPM Anik Rakhmawati
1) Data Subjektif
a) Identitas
Nama : By. A
Jam/ Tgl Lahir :18.27 WIB / 4 Juni 2022
BB lahir : 3.450 gram
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Anak ke : II (Dua)
b) Riwayat Persalinan
Jenis Persalinan : Normal, Spontan dengan Induksi
Ketuban : Pecah Spontan
c) Alasan kunjungan : Ibu mengatakan pada saat baru lahir
bayinya dilakukan IMD selama ± 1 jam dan setelah itu bayinya di
bawa oleh bidan rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan dan
pemberian suntikan vitamin K dan salep mata, ibu mengatakan saat
ibu sudah pindah ke ruangan perawatan nifas sudah dilakukan rawat
gabung dengan bayinya.

17
Dan sekarang bayinya tidak ada keluhan mengenai ASI dan
menghisap dengan baik akan tetapi ASI masih sedikit, dan bayi
langsung BAK dan BAB 1 jam setelah lahir, ibu menjaga
kehangatan bayi dengan membedong dan memakaikan topi, ibu
menjaga kebersihan tali pusat agar tidak basah dan tetap kering.
d) Riwayat Imunisasi : Ibu mengatakan bayinya sudah imunisasi
HB0 pada tanggal 5 juni 2022 jam 06.00 WIB

2) Data Objektif
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Bayi menangis kuat, tonus oto baik dan bergerak aktif
d) Tanda-tanda Vital
N : 138 x/menit
R : 48 x/menit
S : 36,6°C
e) Antropometri
LK : 32 cm BB saat ini : 3.400 gram
LD : 34 cm BB lahir : 3.450 gram (buku
KIA)
LP : 33 cm PB saat ini : 49 cm
Lila : 11 cm PB lahir : 49 cm (buku KIA)

f) Pemeriksaan fisik
Kulit : Kulit kemerahan dan tidak ikterik
Kepala : Bersih, tidak ada caput succedaneum dan cepal
hematoma
Mata : Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva merah
muda,dan tidak ada oedema
Hidung : Bentuk hidung simetris, terdapat saluran palatum
durum/mole, bernafas melalui cuping hidung
Mulut : Bentuk simetris, bersih, ada palatum, gigi belum
tumbuh

18
Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran cairan, ada saluran
telinga, dan daun telinga elastis
Leher : Tidak ada pembengkakan, pergerakan tonick neck
baik
Dada : Simetris, pergerakan diafragma sesuai dengan
irama pernafasan
Abdomen : Tali pusat belum lepas dan tidak ada tanda infeksi
dan tidak ada
perdarahan, bising usus sudah terdengar
Punggung : Tidak ada spinabifida dan tidak ada skoliosis
Genetalia : Testis sudah turun berada dalam skrotum, warna
kulit skrotum lebih gelap
Anus : Lubanga da, anus terpisah dengan genetalia dan
tidak ada kelainan
Ekstremitas : Simetris, tidak ada polidaktili dan sindaktili pada
jari tangan dan kaki dan tidak ada trauma/fraktur
h) Pemeriksaan Refleks
Refleks Moro : Positif
Refleks Rooting : Positif
Refleks Tonick Neck : Positif
Refleks Sucking : Positif
Refleks Swallowing : Positif
Refleks Grasping : Positif
3) Analisa
By.A umur 2 hari cukup bulan sesuai masa kehamilan, normal
4) Penatalaksanaan
a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum bayi
baik dan sehat.
b) Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga pusat bayi dalam keadaan
kering. Ibu mengerti dan akan selalu menjaga pusat bayi.
c) Memberi penkes tentang personal hyigene pada bayinya dengan
memandikan bayinya setiap pagi, memberitahu ibu sering

19
mengganti bajunya apabila bajunya basah agar bayi tetap hangat,
memberitahu ibu membersihkan hidung, mata, telinga dan kuku.
d) Mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
(minimal 2 jam sekali) dan setelah selesai menyusui bayi bayi
disendawakan dengan cara punggung bayi di massase agar bayi
tidak muntah.
e) Mengingatkan ibu untuk memberikan bayi ASI eksklusif dengan
tidak memberikan bayi makanan tambahan sampai bayi berusia 6
bulan, hanya ASI saja yang diberikan.
f) Menganjurkan ibu untuk menjemur bayi pada pagi hari antara jam
7-8 selama 10-15 menit agar bayi tidak kepanasan dengan cara
membuka seluruh pakaian bayi kecuali alat vital dan menutup
bagian mata, atur posisi kepala bayi agar wajah tidak menghadap
matahari langsung.
g) Menjelaskan kepada ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir seperti :
bayi sulit bernafas atau lebih dari 60 x/menit, bayi tidak mau
menyusu, sulit menghisap atau hisapannya lemah, bayi tidur terus,
h) Memberitahu ibu apabila ada kelainan atau keluhan pada bayinya
agar segera datang untuk memeriksakan kembali atau ke petugas
kesehatan terdekat
i) Melakukan pendokumentasian

b. Kunjungan ke II
Tanggal : 12 Juni 2022
Jam : 09.00 WIB
Tempat : Anik Rakhmawati
1) Data Subjektif
Ibu mengatakan kulit bayinya terlihat agak kuning dari kemarin dan
ibu mengatakan sepulang dari rumah sakit baru menjemur bayinya
sebanyak 2 kali, akan tetapi bayi nya menyusu dengan baik. Ibu
mengatakan tali pusat bayinya sudah lepas pada hari ke-4, bayi nya
BAK 7-8 kali sehari, BAB 3-4 kali sehari warna kekuningan

20
2) Data Objektif
a) Keadaan umum : Baik
b) Tanda-tanda vital :
N : 140 x.menit
R : 44 x/menit
S : 36,7 °C
c) Antropometri
BB : 3.300 gram PB : 49 cm
d) Pemeriksaan Fisik
Kulit : Tidak oedema, tampak kuning di bagian wajah dan
abdomen
Mata : Simetris, sklera ikterik, konjungtiva merah muda,
dan tidak ada oedema
Telinga : Tidak ada pengeluaran
Mulut : Bersih
Leher : Tidak ada pembengkakan
Dada : Bentuk simetris, pergerakan diafragma sesuai
irama pernafasan
Abdomen : Tampak kuning dan tali pusat sudah lepas, kering
dan tidak ada tanda infeksi
Genetalia : Bersih, testis sudah turun dalam skrotum dan
orifisium berada di ujung penis
Refleks menghisap : Kuat

3) Analisa
By.A umur 4 hari cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan ikterus
fisiologis

4) Penatalaksanan
a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi mengalami ikterus
fisiologis
b) Menjelaskan kepada ibu tentang icterus fisiologis bahwa kuning
pada bayi pada minggu pertama termasuk normal pada bayi dan

21
akan menghilang setelah sepuluh hari atau dua minggu
c) Mengingatkan kembali kepada ibu untuk menjemur bayinya setiap
hari antara jam 7-8 pagi agar bayi tidak kepanasan dengan cara
membuka seluruh pakaian bayi kecuali alat vital dan menutup
bagian mata, atur posisi kepala bayi agar wajah tidak menghadap
matahari langsung, lakukan ± 20 menit, 10 menit terlentang, 10
menit tengkurap untuk mengantisipasi terjadinya penimbunan
bilirubin dalam darah dan sinar matahari juga baik untuk
pertumbuhan tulang pada bayi karena terdapat vitamin D pada sinar
matahari.
d) Menjelaskan kepada ibu bahwa bayi baru lahir pada hari ke 5-10
mengalami penurunan kurang dari 10 % dari berat lahir dan akan
bertambah kembali pada usia 12-14 hari
e) Mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya secara adekuat dari
biasanya mungkin (minimal 2 jam sekali) dengan lamanya 5-30
menit dan setelah selesai menyusui, bayi disendawakan dengan
cara punggung bayi di massase agar bayi tidak muntah.
f) Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 3 hari lagi

c. Kunjungan ke III
Tanggal : 16 Juni 2022
Jam : 16.00 WIB
Tempat : BPM Anik Rakhmawati
1) Data Subjektif
Ibu mengatakan kulit bayi nya sudah tidak kuning lagi dan ibu sudah
rutin menjemur bayinya setiap hari seperti yang dianjurkan dan bayi
sudah menyusu dengan baik
2) Data Objektif
a) Keadaan umum : Baik
Tanda-tanda vital :
N : 140 x/menit
R : 44 x/menit

22
S : 36,7 °C
b) Antropometri
BB : 3.300 gram PB : 49 cm
c) Pemeriksaan Fisik
Kulit : Tidak oedema, bersih dan tampak kemerahan
Mata : Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva merah
muda, dan tidak ada oedema
Telinga : Tidak ada pengeluaran
Mulut : Bersih
Leher : Tidak ada pembengkakan
Dada : Bentuk simetris, pergerakan diafragma sesuai
irama pernafasan
Genetalia : Bersih, testis sudah turun dalam skrotum dan
orifisium berada di ujung penis
Abdomen : Normal, tali pusat tidak ada tanda infeksi
Refleks menghisap : Kuat

3) Analisa
By.A umur 11 hari cukup bulan sesuai masa kehamilan, normal

4) Penatalaksanaan
a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwan keadaan bayi baik dan
sudah tidak kuning lagi
b) Mengingatkan kepada ibu untuk tetap menjemurkan bayinya
seperti yang sudah dianjurkan sebelumnya
c) Memberikan KIE personal Hygiene bayi
d) Memberikan KIE imunisasi dasar bayi
e) Melakukan kunjungan ulang ke tempat bidan apabila ada keluhan
d. Kunjungan ke III
Tanggal : 3 Juli 2022
Jam : 16.00 WIB
Tempat : Rumah Pasien
1) Data Subjektif

23
Ibu mengatakan bayinya sehat dan tidak ada keluhan, bayi diberikan
ASI tanpa makanan pendamping, bayi nya BAK 7-8 kali sehari, BAB
3-4 kali sehari warna kekuningan
2) Data Objektif
a) Keadaan umum : Baik
b) Tanda-tanda vital :
N : 120 x/menit
R : 45 x/menit
S : 36,8 °C
d) Antropometri
BB : 4.000 gram PB : 51 cm
e) Pemeriksaan Fisik
Kulit : Tidak oedema, bersih dan tampak kemerahan
Mata : Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva merah
muda, dan tidak ada oedema
Telinga : Tidak ada pengeluaran
Mulut : Bersih
Leher : Tidak ada pembengkakan
Dada : Bentuk simetris, pergerakan diafragma sesuai
irama pernafasan
Genetalia : Bersih, testis sudah turun dalam skrotum dan
orifisium berada di ujung penis
Abdomen : Normal, tali pusat tidak ada tanda infeksi

3) Analisa
By.A umur 29 hari cukup bulan sesuai masa kehamilan, normal

4) Penatalaksanaan
a) Memberitahu ibu bahwa keadaan bayinya normal dan sehat
b) Mengingatkan ibu untuk memberikan bayinya ASI eksklusif
selama 6 bulan
c) Menjelaskan kepada ibu cara memompa ASI, menyimpan dan
memberi tanggal pada ASI yang disimpan agar bayi tidak

24
kekurangan ASI pada saat ibu bekerja nantinya
d) Memberitahu ibu bahwa di PMB Anik Rakhmawati jadwal
imunisasi BCG di buka pada tanggal 8 Juli 2022, menganjurkan ibu
untuk membawa bayi nya agak diberikan imunisasi BCG dan polio
1 (ibu mengerti dan bersedia membawa bayinya ke PMB Anik
Rakhmawati)
e) Memberitahu ibu apabila ada keluhan untuk membawakan bayi nya
fasilitas kesehatan.

5. Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana


Tanggal : 3 Juli 2022
Jam : 16.00 WIB
Tempat : Rumah Pasien
1) Data Subjektif
a) Ibu mengatakan saat ini belum haid dan masih menyusui bayinya
setiap 2 sampai 3 jam sekali atau setiap bayi haus
b) Ibu mengatakan dari anak pertama tidak pernah menggunakan KB
seperti pil,suntik, implant, dan IUD
2) Data Objektif
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda-tanda vital :
TD : 116/78 mmHg R : 20 x/menit
N : 82 x/menit S : 36,8°C
BB : 70 Kg TB : 160 cm
c) Pemeriksaan Fisik
Mata : Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva merah
muda, dan tidak ada oedema
Telinga : Tidak ada pengeluaran
Mulut : Bersih, tidak ada sariawan
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid dan limfa
Payudara : Bentuk simetris, putting susu menonjol,

25
pengeluaran ASI ada dan tidak ada pembengkakan
3) Analisa
Ny. NM umur 30 tahun P2A1Ah2 akseptor KB MAL

4) Penatalaksanaan
a) Memberitahu ibu hasil pemerikasaan bahwa ibu dalam keadaan
baik
b) Membantu ibu memilih kontrasepsi yang sesuai (ibu memilih KB
MAL)
c) Menjelaskan ketentuan KB MAL seperti menyusui bayinya secara
eksklusif
d) Menjelaskan kepada ibu selama menggunakan kontrasepsi MAL
bayi tidak boleh diberikan makanan atau minuman apapun selain
ASI sampai bayi berusia 6 bulan
e) Menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi untuk
memperlancar ASI seperti sayuran hijau, buah-buahan, kacang-
kacangan
f) Memberitahi ibu jika merasa ragu dapat menggunakan kontrasepsi
kondom sebagai pengaman
g) Memberitahu ibu untuk segera control jika mempunyai keluhan
atau ingin menggunakan kontrasepsi lain.

C. Pembahasan
Berdasarkan Asuhan yang berkelanjutan telah diberikan kepada Ny. NM yang
dimulai dari kehamilan trimester III, bersalin, nifas, bayi baru lahir, sampai
dengan keluarga berencana yang salah satu tujuannya adalah untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan di Indonesia dengan menggunakan
pendekatan, yaitu secara continuity of care. Asuhan ini juga secara tidak
langsung akan sangat mempengaruhi penekanan AKI di Indonesia yang
diharapkan dapat turun sesuai dengan apa yang diharapkan. Pada bab ini
penulis menyajikan pembahasan dengan membandingkan antara teori dengan
menajemen asuhan kebidanan pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi
baru lahir, dan KB yang diterapkan pada Ny. NM di PMB Anik Rakhmawati

26
Klaten. Adapun masalah maupun kendala yang dijumpai dari ibu sehingga
memiliki kesenjangan antara teori, berikut akan dibahas satu persatu.
1. Kehamilan
Selama kehamilan Ny. T melakukan kunjungan ANC di PMB Anik Rakmawati
Klaten pertama kali melakukan ANC pada usia kehamilan 8 minggu
selanjutnya melakukan ANC terpadu di Puskesmas Jatinom Klaten, kunjungan
ulang pada trimester 1 sebanyak 3 kali, trimester II sebanyak 4 kali dan
trimester ke III sebanyak 5 kali. Kunjungan ANC yang dilakukan Ny. T telah
memenuhi kunjungan antenatal minimal, hal ini dapat dilihat dari hasil
pemerikasaan pada buku KIA yang rutin dilakukan ibu selama kehamilan.
Menurut Kemenkes (2013), untuk menghindari risiko komplikasi pada
kehamilan dan persalinan, anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan
kunjungan antenatal komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali, yaitu 1 kali
pada trimester I dan 1 kali pada trimester II dan dua kali pada trimester III.
Menurut asumsi penulis kunjungan yang dilakukan Ny. NM selama kehamilan
sudah memenuhi standar kunjungan kehamilan.
Dalam melaksanakan asuhan harus sesuai dengan standart pelayanan minimal
10 T yaitu Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan, Pengukuran
Tekanan Darah, Pengukuran LILA, Pengukuran Puncak Rahim (Tinggi Fundus
Uteri), Menentukan Presentasi Janin dan Pengukuran DJJ, Pemberian Skrining
Status Imunisasi Tetanus dan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid,
Pemberian tablet Fe, Pemeriksaan Laboratorium, Tatalaksana/Penanganan
Kasus, dan Temu Wicara sudah dilakukan secara rutin setiap ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan IBI, (2016).
Pemberian imunisasi TT pada wanita usia subur atau ibu hamil harus didahului
dengan skrining terlebih dahulu untuk mengetahui jumlah dosis ataupun status
imunisasi TT yang diperoleh selama hidupnya (Kemenkes, 2013). Dari hasil
skrining, ternyata ibu tidak diberikan suntikan imunisasi TT selama hamil
dikarenakan ibu sudah pernah suntik TT (TT 5) yang diberikan pada usia 12
tahun masa anak- anak. Upaya dilakukannya suntik TT adalah untuk
menghindari terjadinya tetanus neonatorum dengan menolong persalinan
dengan menggunakan alat yang steril (Walyani, 2015).

27
Pada Ny. NM dilakukan pemeriksaan Hb pada Kunjungan pertama didapatkan
hasil 12,3 gr%. Menurut Rukiah (2013), Hb normal yaitu 11 gr %, untuk
anemia ringan yaitu 9 - 10 gr %, untuk anemia sedang yaitu 7 - 8 gr%
sedangkan anemia berat yaitu < 7 gr %. Sehingga dari pemeriksaan HB Ny.
NM dalam batas normal.
Wanita hamil sangat rentan terjadi anemia defisiensi besi karena pada volume
plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun
peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika
dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga penurunan konsentrasi
hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi. Untuk menstabilkan jumlah produksi
darah yang meningkat, memerlukan zat besi sebagai bahan bakunya. Maka
bidan memberikan tablet Fe kepada Ny. T yang dikonsumsi 2 x sehari pada
malam hari dan hindari minum dengan teh atau kopi karena akan mengganggu
proses penyerapan, menganjurkan ibu untuk konsumsi vitamin C untuk
meningkatkan absorpsi Fe dalam usus.
Asuhan kebidanan kehamilan trimester III pada Ny. NM menemukan beberapa
keluhan yang dirasakan Ny. NM yaitu mengeluh sering BAK. Ibu sering
mengeluh sering buang air kecil pada malam hari. Itu merupakan hal yang
fisiologis karena pada trimester III, kepala janin mulai turun ke PAP yang
menyebabkan adanya penekanan kandung kemih. Untuk mengatasinya penulis
memberi saran kepada ibu agar menyarankan untuk minum air putih di pagi
dan siang hari, dan kurangi minum dimalam hari dan buang air kecil sebelum
tidur, agar tidak mengganggu istirahat ibu dimalam hari. Ibu sulit tidur juga
dapat disebabkan oleh seringnya BAK dan posisi perut yang semakin besar
sehingga tidak nyaman saat berbaring. Disarankan ibu untuk tidur dengan
posisi miring kekiri. Dalam hal ini membuktikan bahwa ada kesesuaian antara
teori dengan praktik yang dikutip dari buku ( Kusmiyati, 2013).
Selama asuhan antenatal yang diberikan pada Ny. NM dapat terlaksana dengan
baik, keadaan Ny. NM secara umum normal. Ny. NM dan suami serta keluarga
bersifat kooperatif sehingga tidak terjadi kesulitan dalam memberikan asuhan.
2. Persalinan
Pada tanggal 04 – 06 – 2022 pukul 06.30 WIB, Ny. NM didampingi suami

28
dan datang ke PMB Anik Rakhamawati, mengatakan Ibu mengatakan
merasakan kenceng sejak kemarin tetapi masih jarang dan keluar lendir darah
sejak kemarin sore (tgl 3 Juni 2022)
Pemeriksaan data objektif pada Ny. NM didapatkan hasil keadaan baik,
kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda tanda vital didapatkan tekanan
darah 118/82 mmHg, nadi 86 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, dan suhu
36,6°C. BB 76 kg, TFU 29 cm, Presentasi Kepala, PUKA, sudah masuk PAP,
Auskultasi DJJ : 138 x/menit dan teratur. Pada pemeriksaan kontraksi
1x10’/25”, penurunan 4/5, hodge I-II. Pada pemeriksaan dalam, pembukaan
serviks 1 cm, ketuban utuh, molase tidak ada, posisi UUK kiri depan, STLD
(+). Berdasarkan hasil pemeriksaan Ny.NM memilih untuk pulang terlebih
dahulu dan datang lagi pada pukul 14.00 wib Ibu mengatakan lendir darah
semakin banyak dan kenceng-kencengnya masih jarang
Pemeriksaan data objektif pada Ny. NM didapatkan hasil keadaan baik,
kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda tanda vital didapatkan tekanan
darah 120/82 mmHg, nadi 84 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, dan suhu
36,6°C. BB 76 kg, TFU 29 cm, Auskultasi DJJ : 130 x/menit dan teratur.
Pada pemeriksaan kontraksi 2x10’/25”, penurunan 3/5, hodge II-III. Pada
pemeriksaan dalam, pembukaan serviks 1 cm, ketuban utuh, molase tidak ada,
posisi UUK kiri depan, STLD (+)
Berdasarkan hasil pemerikasaan bidan kepada ibu dan suami karena
kenceng tidak bertambah dan pembukaan hanya bertambah 1 cm dalam 7,5
jam dan ibu riwayat abortus dengan di curet dikhawatirkan terjadi komplikasi
kepada ibu dan janin maka akan dilakukan rujuk ke rumah sakit ( ibu dan
suami menyetujui untuk dilakukan rujuk ke rumah sakit)
Hal ini sesuai dengan Permenkes No. 97 Tahun 2014 Pasal 14 ayat (2) dan
ayat (3) menjelaskan adanya 5 aspek dasar dalam persalinan yang merupakan
bagian dari standar Asuhan Persalinan Normal (APN), yakni, membuat
keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan infeksi,
pencatatan (rekam medis) asuhan persalinan, dan rujukan pada kasus
komplikasi ibu dan bayi baru lahir
Menurut Rohani (2014), keluhan ini merupakan tanda dan gejala inpartu,

29
yaitu pinggang terasa sakit menjalar kedepan, adanya kontraksi yang teratur,
terjadi perubahan serviks, pengeluaran lendir bercampur darah melalui vagina,
penipisan dan pembukaan serviks.
Ibu mengatakan dilakukan induksi persalinan karena kenceng tidak
bertambah dan ait ketuban tinggal sedikit. Hal ini sesuai teori tang
dikemukakan oleh Saefudin (2019) indikasi dilakukan induksi salah satunya
adalah induksi. Setelah dilakukan induksi ibu merasakan kenceng-kenceng
semakin bertambah, menurut Henderso (2016) oksitosin meningkatkan kerja
sel otot polos yang diam dam memperlambat konduksi aktivitas elektrik
sehingga mendorong pengerahan serat-serat oto yang lebih banyak
berkontraksi dan akibatnya akan meningkatkan kekuatan dari kontraksi yang
lemah. Ibu melahirkan Spontan di rumah sakit Pada tanggal 04 – 06– 2022
pukul 18.27 wib
3. Asuhan Nifas
Masa nifas merupakan masa-masa setelah melahirkan bayi dan plasenta
sampai 6 minggu atau 40 hari. Masa nifas sangat penting bagi seorang wanita
karena merupakan masa pemulihan untuk mengembalikan alat kandungan serta
fisik ibu ke kondisi seperti sebelum hamil (Astuti, 2015).
Kunjungan pada tanggal 06– 06 – 2022 pukul 07.30 WIB, keadaan
umum Ny. NM baik, pengeluaran ASI lancar, TFU pada pertengahan pusat
dengan simfisis, adanya pengeluaran secret yaitu lochea sanguinolenta, pola
nutrisi ibu baik, tidak dijumpai adanya tanda-tanda infeksi, asuhan yang
diberikan pada Ny. NM sesuai dengan asuhan pada masa nifas (Saleha, 2013).
Kunjungan Nifas yang dilakukan sesuai dengan teori dan tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik lapangan.
Kunjungan kedua pada tanggal 11 – 06 – 2022 pukul 09.00 WIB,
keadaan umum ibu baik, ibu sudah dapat melakukan pekerjaan rumah,
pemberian ASI lancar, pola nutrisi, cairan dan kebutuhan istrahat ibu terpenuhi,
TFU tidak teraba diatas simfisis, adanya pengeluaran sekret yaitu lochea
serosa, dan tidak ditemukan adanya penyulit (Saleha, 2013).
Dari hasil pemantauan ibu tidak mengalami penyulit, hal ini dikarenakan ibu
selalu menjaga kebersihan diri seperti mandi dan mengganti pakaian, dan ibu

30
mengetahui cara menyusui yang benar
4. Bayi Baru Lahir
Bayi Ny. NM lahir bugar pada tanggal 04 – 06 – 2022 pukul 18.27 0 WIB
dengan BB 3450 gram dan PB 49 cm jenis kelamin laki-laki. Bayi lahir cukup
bulan dengan masa gestasi 39 minggu 1 hari. Menurut Rukiyah (2013), bahwa
bayi baru lahir dikatakan normal jika usia kehamilan 37 – 42 minggu, BB lahir
2500 – 4000, PB 48 – 52 cm, lingkar kepala 33 – 35 cm, lingkar dada 30 – 38
cm, dan lingkar lengan atas 11 cm. Bayi menangis spontan, tonus otot baik dan
kulit kemerahan, tidak ditemukan adanya masalah. Segera mengeringkan tubuh
bayi dengan handuk kering, menghangatkan bayi dengan melakukan kontak
kulit bayi dengan kulit ibu yaitu dengan melakukan IMD.
Kunjungan hari ke 7 setelah bayi lahir pada tanggal 11 – 06 – 2022.
Didapatkan bayi terlihat agak kuning akan tetapi bayi menyusu dengan baik
dan selalu diberi ASI Ekslusif 2 jam sekali atau ketika bayi menangis dan
bangun tidur, bayi sudah BAK dan BAB. Pemantauan yang dilakukan ialah
menilai apakah ada tanda-tanda penyulit, memastikan bayi menyusu kuat.
Tidak ada kesenjangan antara asuhan dan teori. Hasil pemeriksaan daya hisap
bayi kuat, tidak ada masalah dalam menyusui, gerak bayi aktif, tidak ada tanda-
tanda bahaya yang terlihat pada bayi.
Hal ini selaras dengan teori yang ditemukan yang sisadur
dari Tando (2018) yang menyebutkan bahwa Ikterus adalah warna kuning
di kulit, konjungtiva dan mukosa yang terjadi karena meningkatnya kadar
bilirubin dalam darah. Ditambah lagi dengan teori yang di sadur dari
Dewi (2010) yang memaparkan bahwaIkterus fisiologis adalah ikterus
yang timbul pada hari kedua dan hari ke tiga serta tidak mempunyai
dasar patologis atau tidak mempunyai potensi menjadi kern icterus.Icterus
fisiologos akan hilang paling lama pada hari ke-14.Untuk asuhan
kebidanan bayi dengan Ikterus fisiologis selanjutnya penulis
memberikan asuhan dengan menganjurkan ibu untuk menjemur
bayinya dibawah sinar matahari pagi pada pukul 07.00 pagi atau pukul
08.00 pagi minimal selama 5-10 menit.

31
Hal ini selaras dengan teori yang disadur dari (Sudarmoko, 2016) yang
memaparkan bahwa penanganan bayi dengan Ikterus Fisiologisadalah selain
membantu ibu dan bayi menyusu secara teratur juga dengan menjemur
bayi dibawah sinar matahari pagi karena sinar matahari pagi membantu
memecah bilirubin. Dilakukan selama 5-10 menit karena
pancaranmatahari yang terlalu lama akan menyebabkan
terbakarnya kulit bayi. Menjemur bayi ini dilakukan dengan cara membuka
seluruh pakaian bayi kecuali alat vital biarkan saja tertutup popok bayi dan
menutup bagian mata. Selanjutnya merubah posisi bayi agar sinar
matahari dapat merata ke seluruh tubuh.
Pada kunjungan neonatus hari ke 29 keadaan bayi dalam batas normal, bayi
menyusui dengan kuat dan masih diberikan ASI eksklusif tanpa makanan yang
lain dan tidak ditemukan tanda - tanda infeksi. Setelah melakukan pengkajian
sampai evaluasi asuhan bayi baru lahir maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa bayi dalam keadaan baik tidak ditemukan kesenjangan pada teori dan
praktek lapangan.
5. Keluarga Berencana
Berdasarkan asuhan pada Ny. NM menggunakan KB MAL. Menurut
Proverawati (2015), KB MAL cocok bagi ibu menyusui karena KB tersebut
tidak menimbulkan efek samping bagi ibu maupun bayi, dengan menggunakan
KB MAL bayi dapat memperoleh ASI Eksklusif dari ibu. KB MAL memiliki
banyak keuntungan yaitu ibu akan terhindar dari perdarahan dan rahim dapat
mengecil secara cepat karena pada saat ibu menyusui hormon oksitosin keluar
dan berperan dalam mengecilkan rahim. KB MAL efektif hanya sampai 6
bulan, sehingga ibu bisa menggunakan KB ini hanya sampai 6 bulan.
Efektifitas KB ini sekitar 85%, sehingga resiko untuk hamil lagi akan terjadi.
Menurut Proverawati (2015), keuntungan KB MAL tidak ada efek samping
secara sistemik, tidak perlu pengawasan medis, mengurangi perdarahan pasca
persalinan, mengurangi resiko anemia, meningkatkan hubungan psikologik ibu
dan bayi, keefektifan KB MAL 85%. Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan
antara fakta, opini dan teori

32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. NM
di PMB Anik Rakhmawati Klaten sejak kehamilan, persalinan, masa nifas,
bayi baru lahir, sampai menjadi akseptor KB dengan pendekatan menejemen
kebidanan, maka penulis dapat menyimpulkan:
1. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan
Telah diberikan Asuhan Kehamilan pada Ny. NM di PMB Anik
Rakhmawati Klaten, selama kunjungan keadaan ibu normal, tidak terdapat
tanda-tanda komplikasi dan kelainan pada masa kehamilan.
2. Asuhan Kebidanan pada Persalinan
Telah diberikan Asuhan Persalinan pada Ny. NM di PMB Anik
Rakhmawati Klaten, selama proses persalinan keadaan ibu normal,
berjalan lancar dan tidak terdapat tanda-tanda komplikasi pada persalinan.
3. Asuhan Kebidanan pada Nifas
Telah diberikan Asuhan Nifas pada Ny. NM di PMB Anik Rakhmawati
Klaten, dilakukan 3 kali kunjungan. Selama kunjungan berjalan normal,
tidak ada perdarahan dan infeksi paska persalinan.
4. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
Telah diberikan Asuhan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny. NM di PMB Anik
Rakhmawati Klaten keadaan bayi dalam batas normal, selama kunjungan
tidak terdapat tanda-tanda kelainan dan komplikasi lainnya.
5. Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana
Telah diberikan Asuhan Keluarga Berencana pada Ny. NM di PMB Anik
Rakhmawati Klaten, ibu memilih untuk menggunakan kontrasepsi metode
MAL.
B. Saran
1. Bagi penulis
Diharapkan dapat menjadi masukan dan pembelajaran dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan secara komperehensif sejak masa kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir sampai dengan KB.

33
2. Bagi klien
Diharapkan setelah dilakukannya asuhan kebidanan komperehensif pada
masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi dan KB dapat bermanfaat serta KIE
yang diberikan dapat dikelola dengan baik oleh Ny.NM serta sebagai
pembelajaran pada masa kehamilan yang selanjutnya.
3. Bagi bidan
Diharapkan Bidan tetap mempertahankan kinerja yang sudah baik dalam
memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan sesuai dengan kondisi pasien.
4. Bagi institusi
Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dalam ilmu pengetahuan di
bidang kebidanan terkait dengan ibu hamil dengan oligohidramnion.

34
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta : Trans Info
Media.

Astuti, dkk. 2017. Asuhan Ibu Dalam Masa Kehamilan. Jakarta: Erlangga

Departemen Kesehatan. 2014. Profil Kesehatan Indonesia tahun


2014.

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/
profilkesehatanindonesia /profilkesehatan-indonesia-2014.pdf.

Dewi, Vivian Nanny Liadan Tri Sunarsih


2014.AsuhanKebidananpadaIbuNifas. Jakarta: SalembaMedika

Handayani, S 2017. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta :


Pustaka Rihama.

Hartanto, H ., 2010 KeluargaBerencanadanKontrasepsi, Jakarta :


PustakaSinarHarapan.

Hutahaean, S. 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes.2013.Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan


Rujukan. Jakarta. WHO. _.2014.Riset Kesehatan Daerah 2013.
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf

________. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun2015. http://profil-kesehatan-


Indonesia -2015.pdf.

________.2016. Profil Kesehatan Sumatera Utara 2016.


http://www. depkes. go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-Indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia2016.pdf

Kusmiyati, H. dan Puji W. 2013. Asuhan ibu hamil. Yogyakarta : Fitrimaya.

Pantiawati Ika,dkk. 2017. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan).Yogyakarta: Nuha


Medika

Mangkuji,B, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan 7 Langkah Soap. Jakarta : EGC

Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. 2016. Buku Acuan Midwifery Update.
Jakarta : Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia.

35
Purwoastuti, E dan Elisabeth, S. W. 2015. Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui.
Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Prawirohardjo, S, dkk. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Rohani, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa persalinan. Jakarta : Salemba
Medika.

Rukiah, A. Y, dkk. 2014.Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta : Trans Info


Media

Saputra, L. 2017. Asuhan Neonatus bayi dan Balita. Tangerang : Bina Rupa
Aksara.

Saleha, S. 2013. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.

Sondakh, J. J. 2016. Asuhan kebidanan Persalinan dan Bayi Baru lahir. Malang :
Penerbit Erlangga.

Sulistyawati, Ari 2013.PelayananKeluargaBerencana. Jakarta : Salemba Medika.

Walyani, E.S. 2015. AsuhanKebidananMasaNifas Dan Menyusui. Yogyakarta :


PustakaBaru Press. _______,E.S. 2015.Asuhan Kebidanan Pada
Kehamilan.Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

_______, E.S. 2015. Panduan Materi Kesehatan Reproduksi dan Keluarga


Berencana. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

_______,E.S.2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.


Yogyakarta : Pustaka Baru
Press.

Varney, Helen. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Jakarta: EGC.

WHO. 2017. Maternal Mortality. http://www.int/media center/.

36
LAMPIRAN

37
Lampiran 1. Format lembar bimbingan
LEMBAR BIMBINGAN
LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN
PRODI KEBIDANAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM
PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

Nama : Roza Fitri Yeni


NIM : 2110106012
Nama Pembimbing Pendidikan : Nuli Nuryanti Zulala, S.ST., M.Keb
Judul : Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Pada
Ny.NM Di PMB Anik Rakhmawati Klaten

NO TANGGAL MATERI BIMBINGAN TTD / SCREENSHOT

38
Lampiran 2 : Informed Consent

39
Lampiran 3 SOAP Pengkajian Awal

FORMAT PENGKAJIAN IBU HAMIL

Nama Ibu : Ny. NM Nama Suami : Tn.DM


Umur : 30 tahun Umur : 38 tahun
Suku/Keb : Jawa, Indonesia Suku/ Keb : Jawa, Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Akademi Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta Pekerjaan : Wirasawasta
Alamat : Jemawan, Jatinom
No Tlp : 0882 3901 xxxx

Tanggal/jam masuk : 17 Mei 2022 / 16.00 WIB


Tanggal jam Pengkajian : 17 Mei 2022/ 16.10 WIB
Cara masuk : IRJ (Instalasi Rawat Jalan), Ruang KIA
A. SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya

2. Alasan periksa : Tidak ada keluhan

3. Riwayat kehamilan sekarang


Ibu mengatakan ini kehamilan ketiga dan ibu pernah keguguran 1 kali, ANC teratur
memeriksakan kehamilannya di dokter dan puskesmas sebanyak 8 kali, ibu mengatakan ada
keluhan pada TM I mual dan muntah, TM II tidak ada keluhan, TM III tidak ada keluan,
Imunisasi TT 4. Ibu mengatakan merasakan gerakan janin pada 18 minggu, gerakan janin
aktif kurang lebih 10 kali sehari, ibu rutin mengonsumsi obat yang diberikan oleh bidan
seperti tablet penambah darah dan kalsium.
4. Riwayat Perkawinan :
Ibu menikah secara sah di KUA, ini merupakan perkawinan pertamanya, ibu menikah usia
21 tahun, suami menikah usia 29 tahun, lama pernikahan 9 tahun
5. Riwayat Menstruasi
Ibu menstruasi pertama umur 13 tahun, siklus haid teratur 30 hari, lama haid 6-7 hari, jumlah
darah 34 kali ganti pembalut perhari, tidak ada keluhan menstruasi
HPHT : 15 – 09 – 2021 HPL : 22 – 06 – 2022
6. Riwayat Kehamilan Persalinan Dan Nifas Yang Lalu
Hamil Tgl, Umur Jenis Penolong Penyulit Jenis Kelamin Keadaan
ke thn Hamil Persalinan Persalinan /keadaan/ Berat Anak
lahir Lahir Sekarang
1 2013 Aterm Spontan Bidan - Perempuan/sehat/3000 hidup
2 2017 11 minggu Curet Dokter Abortus
3 Hamil
ini

7. Riwayat Penyakit Yang Lalu / Operasi


Ibu mengatakan pernah di rawat di rumah sakit karena abortus dan tindakan curet
Ibu mengatakan belum pernah di operasi

40
8. Riwayat Penyakit Keluarga :
Ibu mengatakan di keluarga ibu tidak ada yang menderita penyakit kanker, penyakit hati,
hipertensi, DM, Ginjal, Penyakit jiwa, kelainan bawaan, hamil kembar, TBC, epilepsy,
dan alergi
Ibu mengatakan di keluarga suami tidak ada yang menderita penyakit kanker, penyakit
hati, hipertensi, DM, Ginjal, Penyakit jiwa, kelainan bawaan, hamil kembar, TBC,
epilepsy, dan alergi
9. Riwayat Obstetri
Ibu mengatakan saat ini adalah kehamilan anak ketiga, pernah melahirkan satu kali dan
pernah keguguran satu kali.
10. Riwayat Psikososial dan spiritual
• Penerimaan ibu terhadap kehamilan ini baik, ibu sangat senang saat ini hamil anak
pertama
• Ibu, suami, dan keluarga sangat senang dan mendukung kehamilan ini
• Ibu menjalankan kewajiban shalat 5 waktu dan membaca Al-Qur’an
• Pengambil keputusan utama adalah suami
• Ibu tidak memiliki beban kerja yang terlalu berat
11. Riwayat Gynekologi
Ibu tidak pernah menderita infertilitas, infeksi virus, PMS, cervisitis cronis, endometriosis,
myoma, polip servix, kanker kandungan, tidak pernah operasi kandungan, tidak pernah
menjadi korban perkosaan
12. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi

13. Pola Makan / Minum / Eliminasi / Istirahat / Psikososial


 Pola makan : 3 kali/hari, porsi sedang, jenis variasi sayur, lauk pauk, dan buah-buahan.
Tidak ada keluhan
 Pola minum : 2000cc/hari, jenis air putih, susu, teh dan jus. Tidak ada keluhan
 Pola eliminasi : BAK 5 kali/hari, warna kuning jernih, bau khas urine. Tidak ada keluhan
 BAB 1 kali/hari, warna kuning kecoklatan, bau khas feses. Tidak ada keluhan
 Pola istirahat : Tidur siang 1 jam/hari, Tidur malam 6-7 jam/hari
14. Hewan peliharaan dan keadaan lingkungan
Ibu mengatakan tidak mempunyai hewan peliharaan
Keadaan lingkungan rumah tempat tinggal ibu bersih
B. OBJEKTIF
15. Pemeriksaan Umum:
keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, pemeriksaan tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg, N : 82 x/menit, R : 21 x/menit, BB sekarang : 74 kg. Riwayat
antropometri dari buku KIA BB awal hamil 61 kg, TB : 160 cm, Lila : 26 cm
16. Pemeriksaan Fisik
Kepala : rambut bersih, berwarna hitam, tidak rontok, tidak ada benjolan, tidak ada luka
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih, tidak ada secret
Hidung : Simetris, tidak ada secret, tidak ada polip
Mulut : Bersih, bibir tidak kering, tidak ada radang
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, kelenjar limfe, dan vena
jugularis Ketiak : tidak ada benjolan
Payudara : Simetris, tidak ada benjolan, putting menonjol

41
17. Abdomen : tidak ada luka bekas operasi
Leopold I : Bokong janin
Leopold II : Punggung janin (Kanan) ekstremitas janin (Kiri)
Leopold III : teraba keras, melenting (Kepala)
Leopold IV : kepala belum masuk panggul (konvergen)
DJJ : 143 x/m
TFU : 29 cm
TBJ : (29-13) x 155 = 2.480 gram
Gerak janin : (+)

18. Genetalia : tidak ada luka, tidak ada odema, tidak ada cairan baru yang keluar
Anus : tidak ada hemoroid
19. Ekstremitas
Oedema tangan dan jari : Tidak ada
Oedema tibia kaki : Tidak ada
Varises tungkai : Tidak ada
Refleks Patela Kanan : Positif
Refleks Patela Kiri : Positif

20. Riwayat pemeriksaan penunjang pada buku KIA di usia kehamilan 16 minggu : HB
11,5 gr/dl, HBsAg negative, HIV negative
Pemeriksaan penunjang saat ini : HB : 12.3 gr/dl
C. ANALISA

Ny. NM G3P1A1 usia 30 tahun hamil 36 minggu 4 hari dengan kehamilan normal
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal:
Jam :
1. Meminta persetujuan kepada ibu dan memberitahu maksud serta tujuan yang
dilakukapada pasien asuhan.
2. Melakukan pemeriksaan dan memberitahu ibu hasil dari pemeriksaan tersebut.
3. Menjelaskan perubahan fisiologis pada kehamilan TM III.
4. Memberikan KIE persiapan persalinan, tanda bahaya Kehamilan TM III,
5. KIE tentang nutrisi dan kebutuhan cairan pada ibu.
6. Memberikan tambahan terapy obat SF 1x1 sebanyak 10 tablet dan kalk 1x1
sebanyak 10 tablet dan
7. menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi ke PMB atau apabila
ada keluhan

42
Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan Mahasiswa

(Nuli Nuryanti Zulala, S.ST., M.Keb) (Anik Rakhmawati, A.Md.Keb) (Roza Fitri Yeni)

43
Lampiran 4 SOAP Dan Laporan Perkembangan

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEBIDANAN


BERKELANJUTAN PADA NY. NM UMUR 30 TAHUN UK 37
MINGGU 4 HARI DI PMB ANIK RAKHMAWATI KLATEN

Kunjungan ke 2 tanggal 26 – 05 – 2022 jam 16.35 WIB di PMB Anik


Rakhmawati
S Ibu mengatakan ingin periksa rutin kehamilannya. Ibu mengatakan tidak ada keluhan,

O keadaan umum baik, kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda tanda vital


didapatkan tekanan darah 115/82 mmHg, nadi 90 kali/menit, pernapasan 22
kali/menit, dan suhu 36,2°C. BB 75 kg, TFU 30 cm, Presentasi Kepala, PUKA,
sudah masuk PAP
A Ny. NM usia 30 tahun UK 37 Minggu 6 Hari dengan kehamilan normal

P 1. Melakukan pemeriksaan dan memberitahu ibu hasil dari pemeriksaan tersebut.


2. Menjelaskan tanda-tanda persalinan
3. memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif.
4. Memberikan tambahan obat penambah darah dan kalk serta melanjutkan obat
yang dirumah.

Pasien Pengkaji

(Ny. NM) (Roza Fitri Yeni)

44
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEBIDANAN
BERKELANJUTAN PADA NY. NM UMUR 30 TAHUN UK 38
MINGGU 6 HARI DI PMB ANIK RAKHMAWATI KLATEN

Kunjungan ke 3 tanggal 2-06 -2022 jam 15.45 WIB di PMB Anik Rakhmawati

S Ibu mengatakan ingin periksa rutin kehamilannya. Ibu mengatakan tidak ada keluhan,
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya dan mengatakan sering buang
air kecil pada saat malam hari

O Pemeriksaan data objektif pada Ny. NM didapatkan hasil keadaan baik, kesadaran
composmentis. Pemeriksaan tanda tanda vital didapatkan tekanan darah 118/82
mmHg, nadi 86 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, dan suhu 36,6°C. BB 76 kg,
TFU 30 cm, Presentasi Kepala, PUKA, sudah masuk PAP
A Ny. NM usia 30 tahun UK 38 Minggu6 hari dengan kehamilan normal

P 1. Melakukan pemeriksaan dan memberitahu ibu hasil dari pemeriksaan tersebut.


2. Memberitahu pada ibu bahwa kebiasaan buang air kecil dimalam hari merupakan
perubahan fisiologis pada kehamilan dikarenakan kepala janin mulai turun ke PAP
sehingga kandung kemih tertekan. Ibu dianjurkan untuk mengurangi minum pada
malam hari yang dapat meningkatkan pembentukkan urine dan juga meningkatnya
frekuensi keinginan berkemih serta mengganggu kualitas tidur ibu pada malam hari.
3. Menjelaskan pada ibu tentang personal hygine dengan mengeringkan kemaluan setiap
selesai BAK dan BAB dan mengganti celana dalam minimal 3-4 kali sehari atau
apabila lembab.
4. Menjelaskan tanda-tanda persalinan
5. Memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif.
6. Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan kaki pada pagi hari lebih kurang 10 menit untuk
mempercepat proses persalinan.
7. Memberikan tambahan obat penambah darah dan kalk serta melanjutkan obat yang
dirumah

Pasien Pengkaji

(Ny. NM) (Roza Fitri Yeni)

45
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEBIDANAN
BERKELANJUTAN PADA NY. NM UMUR 30 TAHUN UK 39
MINGGU 1 HARI INPARTU KALA 1 FASE LATEN
DI PMB ANIK RAKHMAWATI KLATEN

Kunjungan ke 4 tanggal 4-06 -2022 jam 06.30 WIB di PMB Anik Rakhmawati

S Ibu mengatakan merasakan kenceng sejak kemarin tetapi masih jarang dan keluar
Pengkaji
lendir darah sejak kemarin sore (tgl 3 Juli 2022)
O Pemeriksaan data objektif pada Ny. NM didapatkan hasil keadaan baik,
kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda tanda vital didapatkan tekanan
darah 118/82 mmHg, nadi 86 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit,
(Roza Fitri Yeni) dan suhu
36,6°C. BB 76 kg, TFU 29 cm, Presentasi Kepala, PUKA, sudah masuk PAP,
Auskultasi DJJ : 138 x/menit dan teratur.
Pada pemeriksaan kontraksi 1x10’/25”, penurunan 4/5, hodge I-II. Pada
pemeriksaan dalam, pembukaan serviks 1 cm, ketuban utuh, molase tidak ada,
posisi UUK kiri depan, STLD (+)
A Ny. NM usia 30 tahun G3P1A1 Usia kehamilan 39 Minggu 1 hari inpartu kala 1
fase laten
P 1. Melakukan pemeriksaan dan memberitahu ibu dan suami pada saat ini ibu
sudah memasuki proses persalinan dengan pembukaan 1 cm.
2. Mengajarkan kepada ibu teknik relaksasi yaitu tarik nafas dalam pada saat
kontraksi.
3. Menganjurkan ibu untuk banyak berjalan dan jongkok agar kepala bayi semakin
turun, dan jika merasa lelah istirahat sebentar dan berjalan-jalan kembali.
4. Menjelaskan kepada ibu karna pembukaan masih 1 cm dan memberikan pilihan
kepada ibu untuk tetap tinggal di PMB atau pulang kerumah (ibu memilih untuk
pulang).
5. Menganjurkan kepada ibu jika kenceng-kenceng makin sering, keluar lendir
darah semakin banyak atau keluar air-air(air ketuban) untuk segera datang ke
tempat bidan

Pasien

(Ny. NM)

CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEBIDANAN


BERKELANJUTAN PADA NY. NM UMUR 30 TAHUN UK 39

46
MINGGU 1 HARI INPARTU KALA 1 FASE LATEN
DI PMB ANIK RAKHMAWATI KLATEN

Kunjungan ke 5 tanggal 4-06 -2022 Pemantauan melalui Aplikasi WhatsApp

S Pada saat pasien sudah dirumah sakit dilakukan pemantauan


Pengkaji menggunakan media
sosial aplikasi WhatsApp, ibu mengatakan tiba di rumah sakit pada jam 14.30
WIB dan dilakukan pemeriksaan oleh dokter dan dan setelah dilakukan semua
pemeriksaan oleh dokter, dokter memberitahukan untuk dilakukan induksi karena
kenceng-kenceng dan pembukaan pada ibu idak bertambah, serta air ketuban
(Roza Fitri Yeni)
sudah tinggal sedikit. Ibu menyetujui untuk dilakukan induksi pada jam 15.00
WIB. Pada jam 16.45 wib ibu mulai merasakan kenceng bertambah dan pada jam
16.00 wib di lakukan pemeriksaan dalam oleh bidan dirumah sakit dengan
pembukaan 3 cm. pada jam 18.00 ibu mengatakan keluar air-air (air ketuban),
kenceng-kenceng semakin kuat dan rasa ingin BAB, dan dilakukan pemeriksaan
dalam sudah pembukaan 10 cm dan bayi lahir pada jam 18.27 wib.

Pasien

(Ny. NM)

47
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEBIDANAN
BERKELANJUTAN PADA NY. NM UMUR 30 TAHUN NIFAS HARI
KE-2 DI PMB ANIK RAKHMAWATI KLATEN

Kunjungan ke 6 tanggal 4-06 -2022 jam 07.30 WIB di PMB Anik Rakhmawati

S 1. Ibu mengatakan pulang dari rumah sakit pada hari minggu jam 19.30 WIB,
2. Ibu mengatakan dilakukan penjahitan oleh dokter dan sekarang masih
merasakan nyeri pada jahitan nya
3. Ibu mengatakan ASI nya sudah keluar tetapi masih sedikit
O 1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital
TD : 121/76 MmHg
Nadi : 87 kali/menit
RR : 22 kali/menit
S : 36,7 oC
4. Pemeriksaan fisik
Muka : Tidak pucat, tidak oedem, tidak ada
Mata : Tidak oedem, conjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : Tidak ada polip
Telinga : Simetris dan tidak ada serumen
Leher : Tidak pembengkakan pada kelenjar thyroid
Payudara : Aerola mamae hiperpigmentasi, puting susu
menonjol, ada pengeluaran ASI dan tidak adanya
nyeri tekan
Abdomen : TFU 2 Jari dibawah pusat, kontraksi kuat kontraksi
uterus baik
Genetalia : ada laserasi jalan lahir, perdarahan ± 10 cc, lochea
rubra
Anus : Tidak ada hemoroid
A Ny. NM P2A1 post partum hari ke-2, normal
P 1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu
baik
2. Menganjurkan ibu untuk makan makanan berprotein tinggi seperti putih telur,
ikan-ikanan untuk mempercepat penyembuhan luka jahitan
3. Menganjurkan ibu untuk membersihkan vaginanya dengan air bersih dan
mengeringkan dengan tissue atau kain bersih sehabis BAK/BAB serta
mengganti pembalut 3-4 kali sehari atau ketika ibu merasa tidak nyaman
4. Mengajarkan kepada ibu cara menyusui yang benar, yaitu dengan cara mulut
bayi menghisap putting susu sampai ke areola, dan hindari tertutupnya jalan
nafas bayi
5. Memberikan KIE ASI eksklusif yaitu memberikan ASI saja sampai bayi
berumur 6 bulan
6. Menjelaskan tanda bahaya nifas seperti perdarahan, sakit kepala, penglihatan
kabur, demam tinggi dan pembengkakan pada wajah, nyeri saat BAK,

48
payudara terasa nyeri dan panas. Menganjurkan ibu untuk segera datang ke
fasilitas kesehatan apabila merasakan gejala tersebut.

Pasien Pengkaji

(Ny. NM) (Roza Fitri Yeni)

49
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEBIDANAN
BERKELANJUTAN PADA NY. NM UMUR 30 TAHUN NIFAS HARI
KE-29 DI PMB ANIK RAKHMAWATI KLATEN

Kunjungan ke 7 tanggal 11-06 -2022 jam 09.00 WIB di PMB Anik Rakhmawati

S 1. Ibu mengatakan keadaannya semakin membaik dan luka jahitan sudah tidak
terasa nyeri
2. Ibu mengatakan ASI lancer dan menyusui bayi nya setiap 1-2 jam sekali
3. Ibu mengatakan cairan yang keluar berwarna putih dan tinggal sedikit
4. Ibu mengatakan sudah beraktivitas seperti biasa lagi dalam mengerjalan
pekerjaan rumah
O 1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital
TD : 110/74 MmHg
Nadi : 80 kali/menit
RR : 20 kali/menit
o
S : 36,7 C
4. Pemeriksaan fisik
Muka : Tidak pucat, tidak oedema
Mata : Konjungtiva tidak pucat
Payudara : ASI keluar lancer dan tidak ada nyeri tekan
Genetalia : Luka jahitan sudah kering, lochea alba
TFU : Sudah tidak teraba

A Ny. NM P2A1 post partum hari ke-29 hari, normal


P 1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu
baik
2. Mengingatkan ibu kembali untuk membersihkan vaginanya dengan air bersih
dan mengeringkan dengan tissue atau kain bersih sehabis BAK/BAB serta
mengganti pembalut 3-4 kali sehari atau ketika ibu merasa tidak nyaman
3. Menganjurkan ibu untuk datang ke fasilitas kesehatan untuk melakukan KB
yang sudah di pilih ibu setelah masa nifas atau setelah 42 hari
4. Mengingatkan kembali ibu untuk menjadi akseptor KB (ibu memilih untuk
menggunakan KB metode MAL terlebih dahulu)
5. Mengingatkan ibu untuk tetap memakan makanan bergizi dan asupan nutrisi
yang cukup, seperti mineral, vitamin, dan protein. Minum air putih minimal 3
liter/hari.

50
Pasien Pengkaji

(Ny. NM) (Roza Fitri Yeni)

51
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEBIDANAN
BERKELANJUTAN PADA BY.A UMUR 2 HARI DI PMB ANIK
RAKHMAWATI KLATEN

Kunjungan ke I tanggal 06-06 -2022 jam 07.30 WIB di PMB Anik Rakhmawati

S 1. Identitas
Nama : By. A
Jam/ Tgl Lahir :18.27 WIB / 4 Juni 2022
BB lahir : 3.450 gram
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Anak ke : II (Dua)
2. Riwayat Persalinan
Jenis Persalinan : Normal, Spontan dengan Induksi
Ketuban : Pecah Spontan
3. Alasan kunjungan : Ibu mengatakan pada saat baru lahir bayinya
dilakukan IMD selama ± 1 jam dan setelah itu bayinya di bawa oleh bidan
rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan dan pemberian suntikan vitamin K
dan salep mata, ibu mengatakan saat ibu sudah pindah ke ruangan perawatan
nifas sudah dilakukan rawat gabung dengan bayinya.
Dan sekarang bayinya tidak ada keluhan mengenai ASI dan menghisap
dengan baik akan tetapi ASI masih sedikit, dan bayi langsung BAK dan
BAB 1 jam setelah lahir, ibu menjaga kehangatan bayi dengan membedong
dan memakaikan topi, ibu menjaga kebersihan tali pusat agar tidak basah
dan tetap kering.
4. Riwayat Imunisasi : Ibu mengatakan bayinya sudah imunisasi HB0
pada tanggal 5 juni 2022 jam 06.00 WIB

O 1. Keadaan umum : Baik


2. Kesadaran : Composmentis
3. Bayi menangis kuat, tonus oto baik dan bergerak aktif
4. Tanda-tanda Vital
N : 138 x/menit
R : 48 x/menit
S : 36,6°C
5. Antropometri
LK : 32 cm BB saat ini : 3.400 gram
LD : 34 cm BB lahir : 3.450 gram (buku KIA)
LP : 33 cm PB saat ini : 49 cm
Lila : 11 cm PB lahir : 49 cm (buku KIA)
6. Pemeriksaan fisik
Kulit : Kulit kemerahan dan tidak ikterik
Kepala : Bersih, tidak ada caput succedaneum dan cepal
hematoma
Mata : Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva merah
muda,dan tidak ada oedema
Hidung : Bentuk hidung simetris, terdapat saluran palatum
durum/mole, bernafas melalui cuping hidung

52
Mulut : Bentuk simetris, bersih, ada palatum, gigi belum tumbuh
Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran cairan, ada saluran
telinga, dan daun telinga elastis
Leher : Tidak ada pembengkakan, pergerakan tonick neck
baik
Dada : Simetris, pergerakan diafragma sesuai dengan
irama pernafasan
Abdomen : Tali pusat belum lepas dan tidak ada tanda infeksi dan tidak ada
perdarahan, bising usus sudah terdengar
Punggung : Tidak ada spinabifida dan tidak ada skoliosis
Genetalia : Testis sudah turun berada dalam skrotum, warna
kulit skrotum lebih gelap
Anus : Lubanga da, anus terpisah dengan genetalia dan
tidak ada kelainan
Ekstremitas : Simetris, tidak ada polidaktili dan sindaktili pada
jari tangan dan kaki dan tidak ada trauma/fraktur
7. Pemeriksaan Refleks
Refleks Moro : Positif
Refleks Rooting : Positif
Refleks Tonick Neck : Positif
Refleks Sucking : Positif
Refleks Swallowing : Positif
Refleks Grasping : Positif

A By.A umur 2 hari cukup bulan sesuai masa kehamilan, normal


P 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum bayi baik dan
sehat.
2. Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga pusat bayi dalam keadaan kering. Ibu
mengerti dan akan selalu menjaga pusat bayi.
3. Memberi penkes tentang personal hyigene pada bayinya dengan memandikan
bayinya setiap pagi, memberitahu ibu sering mengganti bajunya apabila
bajunya basah agar bayi tetap hangat, memberitahu ibu membersihkan hidung,
mata, telinga dan kuku.
4. Mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin (minimal 2 jam
sekali) dan setelah selesai menyusui bayi bayi disendawakan dengan cara
punggung bayi di massase agar bayi tidak muntah.
5. Mengingatkan ibu untuk memberikan bayi ASI eksklusif dengan tidak
memberikan bayi makanan tambahan sampai bayi berusia 6 bulan, hanya ASI
saja yang diberikan. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayi pada pagi hari
antara jam 7-8 selama 10-15 menit agar bayi tidak kepanasan dengan cara
membuka seluruh pakaian bayi kecuali alat vital dan menutup
6. bagian mata, atur posisi kepala bayi agar wajah tidak menghadap matahari
langsung.
7. Menjelaskan kepada ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir seperti : bayi sulit
bernafas atau lebih dari 60 x/menit, bayi tidak mau menyusu, sulit menghisap
atau hisapannya lemah, bayi tidur terus,
8. Memberitahu ibu apabila ada kelainan atau keluhan pada bayinya agar segera

53
datang untuk memeriksakan kembali atau ke petugas kesehatan terdekat
9. Melakukan pendokumentasian

Pasien Pengkaji

(Ny. NM) (Roza Fitri Yeni)

54
E. Dokumentasi kunjungan (foto, screenshot, chat/vidiocall)
Tanggal Gambar
17 – 05 – 2022

26– 05 – 2022

2 – 06– 2022

55
04 – 06 – 2022

06-06-2022

11 – 06 – 2022

56
3 – 07- 2022

57

Anda mungkin juga menyukai