BAB I
PENDAHULUAN
resiko penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup ODHA, serta mengurangi dampak sosial
dan ekonomi akibat HIV dan AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat, agar individu
dan masyarakat menjadi produktif dan bermanfaat untuk pembangunan. Hal ini memerlukan
peran aktif multipihak baik pemerintah maupun masyarakat termasuk mereka yang terinfeksi
dan terdampak, sehingga keseluruhan upaya penanggulangan HIV dan AIDS dapat
Untuk keberhasilan program pencegahan dan pengobatan diperlukan peran aktif dari
kelompok populasi kunci yaitu : (1) Orang-orang beresiko tertular atau rawan tertular karena
perilaku seksual beresiko yang tidak terlindung, bertukar alat suntik tidak steril; (2) Orang-
orang yang rentan adalah orang yang karena pekerjaan , lingkungannya rentan terhadap
penularan HIV, seperti buruh migran, pengungsi dan kalangan muda beresiko; dan (3)
Penyakit HIV, Sifilis dan Hepatitis B adalah penyakit menular seksual yang dapat
berakibat kecacatan serta pembiayaan tinggi. Penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari Ibu
ke Anak di Indonesia cukup tinggi yaitu 0,33%, 1,7% dan 2,5%, sehingga jumlah kasus HIV,
Sifilis dan Hepatitis B pada anak cenderung meningkat. Test HIV pada Bumil dan pemberian
ARV pada Bumil dengan HIV sejak trimester pertama kehamilan akan menurunkan jumlah
bayi lahir dengan HIV. Jika Ibu Hamil yang terinfeksi Sifilis tidak diobati dengan adekuat
maka 67% kehamilan akan berakhir dengan abortus, lahir mati atau sifilis kongenital pada
neonatal. Infeksi Hepatitis B pada bayi meningkatkan resiko kematian pada dewasa muda.
Dalam menghadapi epidemilogi HIV tersebut perlu dilakukan upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS yang lebih intensif, menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi,
1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan Eliminasi penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke anak adalah untuk
Tujuan khusus
- menemukan kasus baru penderita HIV, Sifilis atau Hepatitis B
- pencegahan penularan penyakit dari ibu ke anak
- meningkatkan pengetahuan kelompok resiko tinggi dan kelompok rentan tertular
tentang HIV, Sifilis dan Hepatitis B
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada orang dengan resiko terinfeksi HIV
(partner notifikasi, warga binaan permasyarakatan, man sex man, waria, pengguna narkoba
suntik, pasien IMS, pasien TB, wanita penjaja sexs dan ibu hamil).
kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga
dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan
Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi akhir dari berbagai
penyebab kematian langsung maupun tidak langsung. Secara umum kejadian kematian
pada manusia berhubungan erat dengan permasalahan kesehatan sebagai akibat dari
gangguan penyakit atau akibat dari proses interaksi berbagai faktor yang secara sendiri-
pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survey dan penelitian.
Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate) adalah banyaknya bayi yang meninggal
sebelum mencapai usia 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
gambaran tingkat permasalahan kesehatan masyarakat. Hal ini desebabkan oleh faktor-
faktor yang berkaitan dengan kematian bayi antara lain tingkat pelayanan ante natal, status
gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA-KB, serta lingkungan dan sosial ekonomi.
25
20
Jumlah Kematian Bayi
15 Tahun 2016 s/d 2020
13,5
10
8,4 8,04 8,2 8,4 Kematian Bayi Per 1000
5 Kelahiran Hidup
7
4 4 5 5
0
2016 2017 2018 2019 2020
.Tahun 2017 jumlah kelahiran hidup sebesar 515 orang dengan bayi mati berjumlah 7
orang dan angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup sebanyak 13,5. Tahun 2018 jumlah
kelahiran hidup sebesar 497 orang dengan jumlah bayi mati 4 orang dan angka kematian
bayi per 1000 kelahiran hidup sebanyak 8,04.dan Tahun 2019 jumlah kelahiran hidup
sebesar 608 orang dengan jumlah bayi mati 5 orang dan angka kematian bayi per 1000
kelahiran hidup sebanyak 8,2.Tahun 2020 jumlah kelahiran hidup sebesar 592 dengan
jumlah bayi mati 5 orang dan angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup sebanyak 8,4.
Tahun 2021 jumlah kelahiran hidup 515 dengan jumlah kematian bayi 6 orang.
Angka Kematian Anak Balita (AKABA) merupakan jumlah anak yang meninggal
sebelum mencapai usia 5 tahun, yang dinyatakan dengan angka kematian anak balita per
1.000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan peluang terjadinya kematian pada fase
Manfaat dari indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak
dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal
sangat tinggi dengan nilai >140, tinggi dengan nilai 71-140, sedang dengan nilai 20-70 dan
15
13
11
Jumlah Kematian Anak
9
Balita Tahun 2016 s/d
7 2020
5
3
1 1,6
1
2016 2017 2018 2019 2020
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di
Puskesmas Sungai Dareh pada 5 (lima) tahun terakhir pada tahun 2016, 2017 dan 2018
tidak ada kematian anak balita.dan tahun 2021 angka kematian anak balita berjumlah
4orang dengan angka kematian anak balita per 1 000 kelahiran hidup sebesar 1,6.Tahun
Jika dilihat pada nilai normatif yang ditetapkan dalam MDGs, AKABA pada 5 (lima)
Jumlah Kematian Ibu atau juga disebut Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah
menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait
dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus
insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan)
Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama
Angka Kematian Ibu (AKI) Puskesmas Sungai Dareh per 100.000 kelahiran hidup
selama 5 (lima)tahun terakhir, ini dapat dilihat dari grafik dibawah ini.
Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan secara
umum. Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara lain Bayi
Cara paling mudah untuk mengetahui status gizi balita ialah dengan melihat status
berat badan mereka di Kartu Menuju Sehat (KMS).jika berat badan anak tersebut mengikuti
garis pertumbuhan (warna yang sama) atau berpindah ke warna yang ada diatasnya maka
status gizi anak tersebut bisa dipastikan dalam kondisi baik.atau melihat kenaikan Berat
Badan Minimal (KBM) anak setiap bulan. Standar KBM setiap bulan juga tercantum di KMS.
Akan tetapi, KMS hanya menggambarkan 1 (satu) indikator dari 3 (tiga) indikator
status gizi pada balita,yaitu hanya indikator BB/U (berat badan menurut umur),sedangkan
indikator lainnya seperti BB/TB (berat badan menurut tinggi badan) dan TB/U (tinggi badan
menurut umur) tidak dapat dicover oleh KMS. Ketiga indikator tersebut sangat penting
diketahui guna untuk mengidentifikasi secara mendalam penyebab dari masalah gizi yang
Menghitung satus gizi dengan menghitung nilai Z-Score merupakan salah satu cara
dan paling sering digunakan dalam menghitung status gizi balita. Hingga saat ini telah
tersedia baku standar untuk ketiga indeks status gizi tersebut yang dikeluarkan oleh WHO.
Tabel 3.4
Klasifikasi Status Gizi Balita
Kategori Frekuensi
Gizi Buruk 13
Gizi Kurang 58
Gizi Lebih 5
Kategori Frekuensi
Gemuk 15
Pendek 106
Normal 700
Kategori Frekuensi
Kurus Sekali 2
Kurus 97
Normal 684
Gemuk 15
10
8
Cakupan
6 Bayi BBLR
4
2,5 2,8
2 2,2
0,6 0,6
0
2016 2017 2018 2019 2020
Sumber : Program KIA Puskesmas Sungai Dareh Tahun 2020
Dari grafik di atas terlihat gambaran persentase bayi dengan BBLR di Puskesmas
Sungai Dareh pada tahun 2016 angka persentase bayi BBLR 2,5%. tahun 2017 presentase
bayi dengan BBLR turun menjadi 0,6 %. Dan tahun 2018 persentase bayi dengan BBLR
masih 0,6%.Tahun 2019 persentase bayi dengan BBLR naik sebesar 2,8%.Tahun 2020
3.2.2. Jumlah Balita dengan Gizi Buruk dan yang mendapat perawatan
dengan cakupan pelayanan gizi pada balita. Berdasarkan laporan dari Program Gizi
Puskesmas Sungai Dareh Jumlah kasus balita gizi buruk yang ditemukan dalam 5 (Lima)
tahun terakhir adalah tahun 2016 sebanyak 39 orang, sedangkan pada tahun 2017
berjumlah 26 orang. tahun 2018 menurun menjadi 23 orang. Dan tahun 2019 gizi buruk
yang mendapat perawatan 2 orang.Tahun 2020 sebanyak 2 orang. Dalam hal ini petugas
sangat diharapkan untuk melakukan pembinaan terhadap kader posyandu, keluarga dan
masyarakat bahwa pentingnya posyandu bagi balita guna memantau pertumbuhan dan
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, atau masyarakat serta swasta untuk memelihara
kesehatan.
pemerintah, atau masyarakat serta swasta untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
ibu selama masa kehamilan, sedangkan tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan
pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan
dan perawat.
Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan
menggunakan indikator cakupan K1 dan K4. K1 dihitung dengan membagi jumlah ibu hamil
yang melakukan pemeriksaan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan dengan jumlah
sasaran ibu hamil yang ada dan K4 dihitung dengan membagi jumlah ibu hamil yang
melakukan pemeriksaan antenatal minimal 4 kali sesuai dengan standar oleh tenaga
100
88,290,4 89,2 90,1
90
81,8 80,3 80,6
80 76,9 76,9
68
70
60
K1
50
40
K4
30
20
10
0
2016 2017 2018 2019 2020
Dari tabel diatas dapat dilihat persentase cakupan K1 pada tahun 2016 persentase
cakupan k1 berjumlah 88,2%. tahun 2017 cakupan k1 mengalami penurunan sebesar 81,8%
sedangkan pada tahun 2018 cakupan K1 mengalami peningkatan menjadi 89,2 %. tahun
2019 persentase cakupan k1 meningkat menjadi 90,1 %.Tahun 2020 cakupan K1 sebesar
80,6 % dan cakupan K4 pada tahun 2016 cakupan k4 sebesar 90,4%. Sedangkan tahun
2017 cakupan K4 menurun menjadi 68 %. pada tahun 2018 cakupan K4 sebesar 76,9 %.
Tahun 2019 cakupan k4 meningkat sebesar 80,3%.Tahun 2020 cakupan k4 sebesar 76,9
%.
kematian ibu di Indonesia. Dalam target MDGs, salah satu upaya yang dilakukan untuk
Pada grafik berikut dapat dilihat persentase jumlah persalinan yang ditolong oleh
Grafik 4.2.
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Puskesmas Sungai Dareh Tahun 2016 s/d 2020
100
90
80 82,4 84
78,5
70 72 70,3
60 Persentas
50 e Linakes
40
30
20
10
0
2016 2017 2018 2019 2020
Dari grafik diatas memperlihatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan di Puskesmas Sungai Dareh pada Tahun 2016 berjumlah 78,5 %, dan tahun 2017
terjadi penurunan sebesar 72 % dan Tahun 2018 berjumlah 70,3 %. Tahun 2019 cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan meningkat menjadi 82,4 %.Tahun 2020
Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6
100 96,8
90 82,4 84
80 71,8 70,2
70
60
50
40
30
20
10
0
2016 2017 2018 2019 2020
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat pada tahun 2016 sebesar 96,8%. Tahun 2017
persentase pelayanan ibu nifas turun menjadi 71,8 %. Dan tahun 2018 sebesar 70,3
%.sedangkan tahun 2019 persentase pelayanan ibu nifas meningkat menjadi 82,4 %.Tahun
Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri yang disebut
Clostridium tetani. Tetanus juga dapat menyerang bayi baru lahir (Tetanus neonatorum)
pada saat persalinan dan perawatan tali pusat. Tetanus merupakan salah satu penyebab
Tahun 2017 sebesar 29,9 %. Dan Tahun 2018 juga menurun menjadi 18,5 %.sedangkan
tahun 2019 persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil meningkat menjadi 84,4
%.Tahun 2020 persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil sebesar 17,7 %.
Anemia gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebabkan karena kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut.
Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan masalah gizi terutama anemia.
Penanggulangan masalah anemia saat ini terfokus pada pemberian tablet tambah
darah (Fe) pada ibu hamil. Cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah
Dari grafik diatas dapat dilihat pada tahun 2017 persentase ibu hamil yang mendapat
tablet tambah darah FE 1 81,8 % dan FE 3 67,7 %. Tahun 2018 persentase ibu hamil yang
mendapat tablet tambah darah FE 1 89,3 % dan FE 3 76,9 %. tahun 2019 persentase ibu
Puskesmas, ibu hamil yang memiliki resiko tinggi dan memerlukan pelayanan kesehatan,
karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut perlu
yang di tangani adalah neonatus komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga
99,8
100
91,3
90 87,1
80,3
80
70
Bumil Resti
60
50 Neonatal
40 36,3 Resti
30 27,2
21,6 23,2
20
10 5,6
0
2016 2017 2018 2019 2020
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa persentase bumil resti pada tahun 2016
sebesar 80,3 %,Tahun 2017 persentase bumil resti menurun drastis menjadi 36,3%. Tahun
2018 persentase bumil resti sebesar 87,1 %.Tahun 2019 persentase bumil resti meningkat
sebesar 119,8%.Tahun 2020 persentase bumil resti sebesar 91,3% Sedangkan Neonatal
resti yang dilayani tahun 2016 sebesar 99,8% sedangkan tahun 2017 neonatal resti menjadi
27,2%.Tahun 2018 menurun lagi menjadi 21,6 %. Tahun 2019 neonatal resti berjumlah 23,2
1.1.7. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Bayi, Anak Balita dan Ibu Nifas
(Bufas)
mencegah kekurangan vitamin A. Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah
Sasaran pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi adalah bayi (umur 6-11 bulan)
diberikan kapsul vitamin A 100.000 SI, anak balita (umur 1-4 tahun) diberikan kapsul vitamin
Persentase cakupan pemberian vitamin A pada bayi, balita dan ibu nifas pada tahun
2016,2017,2018,2019 dan 2020 di Puskesmas Sungai Dareh dapat dilihat pada grafik
dibawah ini.
Grafik 4.6. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita
Puskesmas Sungai Dareh Tahun 2016 s/d 2020
100 99,6
96,5
100 90,9
100 86,2
90
86,5 83,3 93,2
80 72
70
Vit.A Bayi
60
50 Vit.A Anak
40 Balita
30
20
10
0
2016 2017 2018 2019 2020
Dari grafik diatas terlihat cakupan pemberian vitamin A pada bayi dan anak balita
tahun 2016 lebih dari 100% sedangkan Tahun 2017 cakupan pemberian vitamin A pada bayi
berjumlah 86,5% dan pada anak balita berjumlah 90,9%.Tahun 2018 cakupan pemberian
vitamin A pada Bayi menurun sebesar 72 %, pada anak Balita sebesar 83,3 %. Tahun 2019
cakupan pemberian vitamin A pada bayi berjumlah 86,2,pada anak balita sebesar 93,2
%.Tahun 2020 cakupan pemberian vitamin A pada bayi sebesar 96,5% dan pemberian
Dari Grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan pemberian Kapsul Vitamin A Bufas
dan FE Bufas pada tahun 2016 cakupan pemberian Kapsul Vitamin A bufas dan FE Bufas
sebesari 96,8% dan tahun 2017 terjadi penurunan menjadi 71,8 %. Tahun 2018 cakupan
pemberian Kapsul Vitamin A bufas dan FE Bufas yaitu 70,3 %. Dan tahun 2019 cakupan
pemberian kapsul vitamin A bufas dan FE Bufas sebesar 80,3 %. Tahun 2020 cakupan
sudah mencapai target namun tetap dilakukan upaya-upaya peningkatan distribusi melalui
promosi maupun penyuluhan dan kegiatan sweeping perlu terus dilakukan agar seluruh
pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Bayi
sampai umur 28 hari merupakan golongan umur yang memiliki resiko gangguan kesehatan
paling tinggi.
Grafik 4.9
Profil Kesehatan Puskesmas Sungai Dareh Kabupaten Dharmasraya 18
Laporan Tahunan_Tahun 2021
Cakupan Kunjungan Neonatus Puskesmas Sungai Dareh
Tahun 2016 s/d 2020
10099,8
100 99,2
99,8 100
90 99,8 98,2 99,3
80 80,6
70 77,3
60
KN 1 KN LENGKAP
50
40
30
20
10
0
2016 2017 2018 2019 2020
(KN1) pada tahun 2016 berjumlah 99,8% dan tahun 2017 sebanyak 80,6 %. Pada Tahun
2018 KN1 terjadi peningkatan sebesar 99,2 %. Tahun 2019 cakupan kunjungan naonatus
pertama (KN1) berjumlah 100%. tahun 2020 cakupan kunjungan naonatus pertama (KN1)
berjumlah 100% sedangkan cakupan kunjungan neonatus lengkap (KN Lengkap) tahun
2016 berjumlah 99,8%. Namun tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 77,7% dan
Tahun 2018 KN lengkap sebesar 98,2 %. Sedangkan tahun 2019 cakupan kunjungan
neonatus lengkap (KN Lengkap ) sebesar 99,3%.Tahun 2020 cakupan kunjungan neonatus
sarana pelayanan kesehatan seperti Polindes, Pustu, Puskesmas maupun Rumah Sakit.
Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pemberian imunisasi dasar, deteksi dini
tumbuh kembang bayi dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Pada tahun 2016
cakupan kunjungan bayi sebesar 97%, tahun 2017 cakupan kunjungan bayi sebesar 89,2%.
Tahun 2018 kunjungan bayi menjadi 69,8%. Tahun 2019 cakupan kunjungan bayi sebesar
82%. Tahun 2020 cakupan kunjungan bayi sebesar 87,8% seperti terlihat pada grafik
dibawah ini.
Grafik 4.10
Cakupan Kunjungan Bayi Tahun 2016 s/d 2020
97
100
89,2 87,8
90 82
80
69,8
70
60
50
40
30
20
10
0
2016 2017 2018 2019 2020
BAB VI
PENUTUP
Profil Kesehatan UPT Puskesmas Sungai Dareh ini menjadi paket sajian data dan
informasi yang sangat penting dan dapat digunakan baik oleh jajaran kesehatan, lintas
sektor,Lintas Program maupun masyarakat. Namun disadari pula bahwa data dan informasi
kesehatan dalam profil ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan sesuai yang diharapkan
berbagai pihak. Walaupun demikian, diharapkan Profil Kesehatan Puskesmas Sungai Dareh
ini tetap dapat memberikan gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang kondisi
Hingga tahun 2020 ini berbagai peningkatan derajat kesehatan masyarakat telah
dicapai sebagai hasil pembangunan kesehatan, sejalan dengan perbaikan kondisi umum,
perbaikan keadaan sosial dan ekonomi masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Sungai
Dareh.
Demikian penyajian profil kesehatan Puskesmas Sungai Dareh tahun 2020, semoga
narasi dan lampiran ini dapat memenuhi kebutuhan akan data dan informasi kesehatan
untuk melihat seberapa jauh perubahan yang telah dicapai dari tahun ke tahun terhadap