Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016 estimasi jumlah


penduduk Indonesia mencapai 258.704.986 jiwa. Dari tahun 2012-2014
pertumbuhan penduduk per tahun terus meningkat, dari 3,59 juta per tahun
menjadi 3,70 juta per tahun. Tahun 2015 pertumbuhan penduduk sedikit menurun
dibandingkan tahun 2014 menjadi 3,34 juta per tahun dan pada tahun 2016 turun
lagi menjadi 3,24 juta per tahun1. Pada tahun 2017 jumlah penduduk Indonesia
mencapai 257,912,349 jiwa atau 3,44% dari seluruh penduduk dunia. Laju
pertumbuhan penduduk masih mencapai 1,49% atau sekitar 4 juta per tahun .
Berdasarkan data tersebut Indonesia berada di urutan keempat dibawah China,
India dan Amerika Serikat. Jika dibandingkan negara tetangga seperti Brunei,
Philipina, singapura dan Malaysia jumlah penduduk Indonesia tetap yang
tertinggi.2 Pada bulan Maret 2017, jumlah penduduk miskin di Indonesia per
Maret 2017 sebanyak 27,77 juta orang atau 10,64% dari seluruh penduduk.3
Menurut BPS dalam Lubis dan Wijaya 4setiap bulanya ada 270.883 bayi
baru lahir setiap bulannya atau 2 bayi lahir setiap menitnya. Berdasarkan struktur
umur penduduk menurut jenis kelamin yang digambarkan dalam bentuk piramida
penduduk Indonesia berada dalam kondisi struktur penduduk muda, dimana
jumlah penduduk usia 0-14 tahun (usia muda) lebih banyak dibandingkan usia di
atasnya. Keadaan ini tercemin dari bentuk piramida penduduk yang seperti
lonceng dimana bagian atas yang lebih pendek. Hal ini menunjukkan angka
kematian penduduk usia tua masih tinggi. Untuk itu diperlukan kebijakan khusus
terhadap penduduk usia tua .

1
depkes.go.id Diakses tanggal 13April 2018
2
kominfo.go.id Diakses tanggal 13 April 2018
3
undp.org Diakses 14 April 2018
4
Lusiana Andriani Lubis dn Hari Wijaya, “Family Planning Communication Strategy On Field Officer Used For Daily
Planning Programme In Langkat District, Sumatra, Indonesia”International Journal of Scientific & Technology Research
(Online), Volume 6 Issue 06 (2017) diakses 04 Maret 2018
Adapun angka Beban Tanggungan (ABT) penduduk Indonesia pada tahun
2015 mencapai 48,63 dan tahun 2016 turun menjadi 48,36. Hal ini berarti bahwa
100 penduduk Indonesia yang produktif (berusia 15-64 tahun), di samping
menanggung dirinya sendiri, juga menanggung 48 orang yang tidak produktif
(belum produktif/umur di bawah 15 tahun dan tidak produktif lagi/umur 65 tahun
ke atas). Angka ini dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat
menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi persentase
dependency ratio menunjukkan semakin tinggi beban yang harus ditanggung
penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif
dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin
rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang
produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif
lagi.5
Selain indikator tersebut diatas indikator lain yang menunjukan tingkat
keberhasilan pembangunan atau tingkat kesejahteraan suatu negara adalah Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Pembangunan manusia Indonesia terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Selama periode 2010-2016, nilai IPM Indonesia
telah meningkat 3,65 poin, yaitu dari 66,53 tahun 2010 yaitu mencapai 69,55 pada
tahun 2015 dan mencapai angka 70,18 pada tahun 2016. (UNDP, 2017)6
Badan Pusat Statistik7memproyeksikan laju pertumbuhan penduduk
Indonesia tahun 2015-2020 mencapai 1,19 dan pada tahun 2022 mencapai 2,212.
Berdasarkan data Kementrian Kesehatan tahun 2016 presentase Pasangan Usia
Subur (PUS) yang menjadi peserta KB baru di Indonesia pada tahun 2015 sebesar
13,46%. Angka ini lebih rendah dibandingkan capaian tahun 2014 yang sebesar
16,51%. Adapun persentase PUS yang menjadi peserta KB aktif di Indonesia
pada tahun 2016 sebesar 74,8%. Total angka kebutuhan ber-KB tidak terlayani
(unmet need) di Indonesia tahun 2014 sebesar 14,87%, 2015 turun menjadi
12,7% dan 12,77% pada tahun 2016. Menurut Kemenkes8 laju pertambahan
penduduk Kalimantan Selatan pada tahun 2010 sampai dengan 2016 mencapai

5
depkes.go.id, op. cit.,h.3.
6
undp.go.id, op. cit.,h.4
7
Bappenas.go.id,op.cit.,h.3
8
Pusdatin.kemenkes.go.id Diakses 05 April 2018
9
1,88. Badan Pusat Statistik memproyeksikan laju pertumbuhan penduduk
Kalimantan Selatan tahun 2015-2020 mencapai 1,53 dan Total Fetility Rate
(TFR) pada tahun 2022 mencapai 2,326. Adapun jumlah penduduk Kalimantan
Selatan diestimasi mencapai 4.055.479 jiwa dengan ABT mencapai 48,49. Pada
tahun 2015 IPM Kalimantan Selatan mencapai 68,35 dan naik pada tahun 2016
menjadi 69,0 (peringkat 21dari 34 provinsi yang ada di Indonesia). Jumlah PUS
pada tahun 2016 sebanyak 766.223 dan jumlah peserta KB Aktif 589.920
(76,99%). Unmet need pada tahun 2015 mencapai 12,09% dan naik menjadi 13,17
pada tahun 2016. Adapun jumlah penduduk di Kabupaten Hulu Sungai Selatan
(HSS) mencapai 224 474 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,29.
Jumlah PUS pada tahun 2017 mencapai 44.859 dengan angka TFR pada tahun
2017 mencapai 2,60.
Peningkatan jumlah penduduk tidak hanya berakibat pada Sumber Daya
Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) merupakan salah satu faktor
penentu kemajuan suatu negara. Jumlah penduduk yang besar dengan SDM yang
berkualitas, akan menjadi kekuatan dalam pembangunan. Sebaliknya, jumlah
penduduk besar dengan kualitas SDM rendah akan menjadi beban dan
permasalahan bagi bangsa tersebut10. Tidak seimbangnya jumlah penduduk serta
masih tingginya angka kelahiran disejumlah daerah di Indonesia adalah sebuah
situasi yang akan memicu permasalahan seperti ancaman penggangguran,
kriminalitas, persaingan kerja, krisis lahan dan krisis tanah garapan serta
kelaparan yang kesemuanya akan berdampak pada peningkatan jumlah penduduk
miskin yang akan menjadi beban bagi negara.11
Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan, meningkatnya kesenjangan,
pertumbuhan ekonomi yang stagnan dan perubahan iklim dalam sidang
Perserikatan Bangsa-bangsa (PPB) yang diadakan pada bulan September 2015
telah menyepakati program pembangunan global yaitu Sustainable Development
Goals (SDGs) sebagai pengganti Millenium Development Goals (MDGs).
Sustainable Development Goals (SDGs) atau sasaran pembangunan berkelanjutan
pada tahun 2030 terdiri dari 17 sasaran dan 109 target dan 63 Means of

9
bappenas.go.id Diakses 07 April 2018
10
Ibid., h.4
11
bkkbn.go.id Diakses 04 April 2018
Implementation (MOI). Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan
terencana di segala bidang untuk menciptakan perbandingan ideal antara
perkembangan kependudukan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan
serta memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengurangi
kemampuan dan kebutuhan generasi mendatang, sehingga menunjang kehidupan
bangsa12. Salah satu sasaran yang ke tiga dari pembangunan berkelanjutan adalah
memastikan kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan untuk semua
orang di segala rentang usia usia pada tahun 2030 dengan target memastikan akses
menyeluruh terhadap layanan kesehatan reproduksi, termasuk keluarga berencana,
informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi yang terintegrasi ke dalam
bahasan nasional.13 Pembangunan Berkelanjutan tersebut sejalan dengan 9
agenda prioritas pembangunan (Nawa Cita) dan Recana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 sebagai pedoman dalam pembangunan
nasional. Pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 59 tahun
2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Peraturan Presiden ini menetapkan 17 goals dan 169 target dan selaras dengan
target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.14
Dalam undang-undang nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dijelaskan bahwa Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memiliki tugas
melaksanakan Pengendalian Penduduk dan menyelenggarakan Keluarga
Berencana, Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
Penduduk harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan di
Indonesia. Adapun sasaran-sasaran pembangunan kependudukan dan keluarga
berencana telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (RENSTRA) BKKBN tahun 2015-
2019, dengan 6 (enam) Sasaran Strategis yang telah ditetapkan; (1) menurunkan
rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk tingkat nasional (persen per tahun) dari
1,38 % pada tahun 2015 menjadi 1,21% tahun 2019; (2) Menurunnya TFR per
perempuan usia reproduksi dari 2,37 tahun 2015 menjadi 2,28 tahun 2019; (3)

12
bappenas.go.id loc.cit., h.4
13
sustainabledevelopment.un.org Diakses 10 April 2018
14
M. Taufiq.Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainanble Develovment Goals)(2017)
meningkatnya Contraceptive Prevalence Rate (CPR) semua metode dari 65,2 %
menjadi 66%; (4) menurunnya angka unmet need pada PUS dari 10,6 % tahun
2015 menjadi 9,91 % tahun 2019; (5) menurunnya Age Specific Fertility Rate
(ASFR) dari 46 (pada tahun 2015) menjadi 38 per 1.000 perempuan kelompok
umur 15-19 tahun pada tahun 2019; (6) menurunnya persentase kehamilan yang
tidak diinginkan dari WUS dari 7,1 % tahun 2015 menjadi 6,6 % tahun 2019.15
Berdasarkan data dari Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten
Hulu Sungai Selatan (HSS), pada tahun 2017 angka TFR mencapai 2, 60 dan
ditargetkan turun menjadi 2,59 pada tahun 2018. Angka partisipasi masyarakat
masih rendah yaitu 26,14% pada tahun 2017 dan ditargetkan meningkat menjadi
49,02% sedangkan presentase usia kawin pertama pada tahun 2017 mencapai
49,14% ditargetkan mencapai 51% pada tahun 2018.16
Dalam upaya mencapai target tersebut BKKBN melakukan terobosan dalam
menggerakan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga (KKBPK) salah satunya melalui pembentukan ‘Kampung
KB’. Kampung KB adalah sebuah program baru BKKBN yang kental dengan
inovasi. Ia menjadi salah satu “pintu masuk” optimalisasi percepatan
penggarapan program KKBPK dari tingkat terkecil yaitu rukun warga atau dusun.
Program Kampung KB ini sejalan dengan visi dan misi pembangunan Indonesia
melalui agenda Nawa Cita ke 3 dan ke 5 yaitu membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah desa dalam kerangka negara
kesatuan dan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dengan misi
mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera17.
Tujuan Kampung KB adalah mewujudkan partisipasi keluarga dan masyarakat
dalam program keluarga berencana Indonesia melalui pendampingan pemerintah,
tokoh masyarakat, sehingga tercipta kesadaran dan tanggung jawab bersama
dalam mewujudkan SDM, keluarga dan lingkungan yang berkualitas Selain itu
program Kampung KB juga bertujuan untuk mempersiapkan Indonesia dalam

15
ntb.bkkbn.go.id Diakses 05 April 2018
16
Program Kerja BKKBD Kab.HSS Tahun 2018 h.5
17
BKKBN.”Membangun Indonesia Mulai dari Keluarga”.(Online).Jurnal KB .Edisi.Ketiga.(2017).Diakses 10 Mei 2018
menghadapi “Bonus Demografi” yang diprediksi akan terjadi pada 2020-2030
mendatang dimana proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun)
mencapai 70% dibandingkan dengan penduduk usia nonproduktif (usia kurang
dari 15 tahun dan di atas 65 tahun). Untuk mengambil manfaat dari situasi ini
pemerintah harus mempersiapkan genersi yang bekualitas sehingga bisa
mengambil manfaat dari situasi ini.18
Pembentukan Kampung KB didasari oleh kriteria utama, wilayah dan lintas
sektor. Desa yang termasuk dalam kriteria wilayah yang miskin, terpencil, kumuh
dan di daerah perbatasan serta pendidikan penduduknya rendah dan dengan
infrastruktur yang kurang memadai. Pelaksanaan kegiatan di Kampung KB
meliputi: 1) kependudukan; 2) keluarga berencana dan kesehatan reproduksi; 3)
ketahanan keluarga dan pemberdayaan keluarga (pembangunan keluarga); 4)
kegiatan lintas sektor seperti pemukiman, sosial ekonomi, kesehatan,
pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak yang disesuaikan dengan
kebutuhan wilayah Kampung KB.19
Jumlah kampung KB di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 94%.
Berdasarkan data BKKBN20 dari 514 Kabupaten dan 7160 kecamatan yang ada di
Indonesia terdapat 6730 kecamatan yang telah mencanangkan Program Kampung
KB dan 479 sisanya belum mencanangkan. Total Kampung KB yang dibentuk
mencapai 7657 dengan jumlah Kelompok Kerja (POKJA) Kampung KB sebanyak
2829. Dari 13 Kabupaten dan 152 kecamatan yang semuanya telah
mencanangkan Kampung KB. Jumlah Kampung KB di Provinsi Kalimantan
selatan sebanyak 155 Kampung KB. Jumlah Kelompok Kerja (POKJA) mencapai
59 POKJA. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana di
Kabupaten terdapat 11 kecamatan 4 kelurahan dan 148 desa. Pada tahun 2016
terdapat satu kampung KB dan pada tahun 2017 Bupati HSS telah meresmikan 10
desa di 10 kecamatan untuk melaksanakan program Kampung KB.

18
Ibid.,h.3
19
Ibid
20
Ekon.go.id Diakses 10 Mei 2018
21
Menurut Rochyati setiap kebijakan haruslah dilakukan evaluasi sehingga
akan diketahui keberhasilan atau kegagalan dari sebuah produk kebijakan
sehingga secara normatif akan diperoleh rekomendasi apakah kebijakan tersebut
dapat dilanjutkan, perlu perbaikan sebelum dilanjutkan atau diberhentikan. Ada 2
kategori luas dalam analisis dalam studi kebijakan publik salah satunya adalah
analisis proses kebijakan yakni analisis bagaimana mendefnisikan proses
kebijakan, mulai dari mendefinisikan problem sampai pada implementasi dan
evaluasi. Evaluasi bertujuan menilai keterkaitan antara studi (kebijakan) dengan
prakteknya (implementasi) dalam bentuk dampak kebijakan, apakah dampak
tersebut sesuai dengan yang diperkirakan atau tidak. Dari hasil evaluasi dapat
dinilai apakah sebuah kebijakan atau program memberikan manfaat bagi
masyarakat yang dituju. Evaluasi terhadap kinerja pemerintah sangat diperlukan
sebagai suatu bentuk pertangggung jawaban publik22. Evaluasi program kampung
KB juga dapat dilakukan berdasarkan pada indikator Context, Input, procces dan
product (CIPP). Evaluasi pelaksaaaan program kampung KB berdasarkan
indikator Context yaitu Aspek legalitas program Kampung KB,dukungan
Lingkungan dan tujuan dari program Kampung KB sedangkan Indikator input
dapat dilihat dari Sumber Daya Manusia, program kegiatan Kampung KB, sarana
dan peralatan pendukung pelaksanaan program Kamung KB, dana /anggaran
program Kampung KB, prosedur /Aturan yang diperlukan untuk pelaksanaan
program Kampung KB. Keberhsilan berdasarkan indikator procces yaitu proses
pelaksanaan Program Kampung KB, hambatan/dukungan pelaksanaan program
Kampung KB dan berdasarkan indikator Product yaitu Pencapaian Tujuan
Program Kampung KB Dampak Pelaksanaan Program Kampung KB
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merasa perlu melakukan suatu
studi evaluasi terhadap pelaksanaan Program KKBPK melalui program Kampung
KB yang dilaksanakan oleh BKKBD Kabupaten Hulu Sungai Selatan berdasarkan
Indikator-indikator evaluasi yang telah ditetapkan baik dari indikator Context,
Input, procces dan product

21
unair.ac.id Diakses 11 April 2018

22
Wayne Parson. Public Policy.(Jakarta: Prenada Media, 2005).hlm 45
B. Pokok Permasalahan
Berdasarkan data Dinas DPPKBPPPA Kabupaten HSS ditemukan beberapa
permasalahan yaitu ;
1. Belum terpenuhinya angka kebutuhan KB yang tidak terlayani (unmeet
need).
2. Tingginya angka putus pakai kontrasepsi (drop kepesertaan KB)
3. Rendahnya angka partisipasi program ketahanan dan kesejahteraan
keluarga.
4. Minimnya kesadaran keluarga dan masyarakat dalam pembangunan yang
berwawasan kependudukan.
5. Belum terwujudnya lingkungan kampung yang bersih, sehat dan produktif.
6. Rendahnya kesadaran keluarga dan masyarakat dalam program
pendidikan, kesehatan dan giat bekerja.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah pelaksanaan Program Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) melalui Program
Kampung KB di Kabupaten Hulu Sungai Selatan berdasarkan indikator Context,
Input, procces dan product ?

C.Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi pelaksanaan Program
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga melalui
program Kampung KB berdasarkan indikator Context, Input, procces dan
product di Kabupaten Hulu Sungai Selatan

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui evaluasi pelaksanaan Program Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga melalui program Kampung KB di
Kabupaten Hulu Sungai Selatan berdasarkan indikator context
b. Mengetahui evaluasi pelaksanaan Program Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga melalui program Kampung KB di
Kabupaten Hulu Sungai Selatan berdasarkan indikator input
c. Mengetahui evaluasi pelaksanaan Program Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga melalui program Kampung KB di
Kabupaten Hulu Sungai Selatan berdasarkan indikator procces
d. Mengetahui evaluasi pelaksanaan Program Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga melalui program Kampung KB di
Kabupaten Hulu Sungai Selatan berdasarkan indikator product
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis:
Diharapkan data dan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi
peneliti lain
2. Manfaat Praktis:
Diharapkan hasil penelitian ini memberikan masukan bagi pihak PPKB
PPPA Kabupaten HSS dalam program Kependudukan, Keluarga
Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK).

E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang hampir serupa dengan penelitian yang akan dilakukan
peneliti sebagai berikut :
1. Anisa Sevi Oktaviani23 dengan judul Efektivitas Kebijakan Kampung
Keluarga Berencana Terhadap Penerimaan Konsep Keluarga Berencana
(Studi Kasus di Kecamatan Jeruklegi Kabupaten Cilacap). Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan Kebijakan
Kampung KB belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pemahaman konsep keluarga berencana masyarakat. Perbedaan dengan
penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah pada variabel independen,
waktu dan tempat penelitian.

23
Oktaviani, Anisa Sevi.” Efektivitas Kebijakan Kampung Keluarga Berencana Terhadap Penerimaan Konsep Keluarga
Berencana (Studi Kasus di Kecamatan Jeruklegi Kabupaten Cilacap”Tesis.(Online) Universitas Sebelas
Maret.(2017).diakses 01April 2018
2. Hardianti24dengan judul Analisis Pola Pertangung Jawaban (Studi Kasus
Program Kampung KB di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional Provinsi DIY). Metode penelitian yang digunakan adalah metode
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan kampung KB
melibatkan beberapa instansi pemerintahan. Salah satu Pola Pertangung
Jawaban pada Program Kampung KB di BKKBN Provinsi DIY adalah
dengan melaporkan pelaksanaan kegiatan dari beberapa kampung KB
sebagai laporan kinerjanya. Perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan peneliti adalah pada variabel independen,waktu dan tempat
penelitian.
3. Pertiwi25 dengan judul analisis SWOT pengelolaan program Kampung KB
di Kampung Kaso Desa Suakraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten
Lebak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.Hasil penelitian
menunjukan pengglolaan program kampung KB di Kampung Kaso Desa
Suakraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak belum berjalan
optimal. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah
variabel idependen, lokasi waktu dan tempat penelitian.

24
Yovita Dian Hardianti. “Analisis Pola Pertangung Jawaban (Studi Kasus Program Kampung KB diBadan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi DIY”.(Online).Skripsi.Universitas Senata (2017)

25
Pertiwi, Apriadalista Nurul and Dirlanudin, Dirlanudin and Supriadi, Oman. “Analisis SWOT Pengelolaan Program
Kampung Kelurga Berencana (KB) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten
Lebak.(Online)Thesis,Universitas Sultan Ageng Tirtayasa(2018)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Evaluasi Program
1. Definisi Evaluasi
Definisi yang tuliskan dalam kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary
of Current English (AS Hornby, 1986) dalam Arikunto26 evaluasi adalah to find
out, decide the amount or value yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai
atau jumlah. Selain arti berdasarkan terjemahan, kata-kata yang terkandung di
dalam definisi pun menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi harus dilakukan secara
hati-hati, bertanggungjawab, menggunakan strategi, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Menurut Stufflebeam dan Shinkfiled dalam
Widoyoko27evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat
dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and
merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk
membantu membuat keputusan, membantu pertanggungjawaban dan
meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.
Menurut Suchman dalam Arikunto dan Jabar28 evaluasi adalah proses untuk
menentukan hasil yang telah di capai dalam beberapa kali kegiatan yang telah
direncanakan untuk mencapai suatu tujuan. Jadi evaluasi merupakan suatu
kegiatan untuk membandingkan antara hasil yang telah di capai dengan rencana
yang telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu di mulai
dari evaluasi menuju tujuan program dan sebaliknya, serta penelitian dapat di
mulai dari tujuan program kemudian mengevaluasi pelaksanaan atau proses
29
sampai dengan output yang dihasilkan oleh program.. Wirawan mendefinisikan
bahwa evaluasi sebagai kegiatan investigasi yang sistematis tentang keberhasilan
suatu tujuan, dan prosesnya di nilai berdasarkan standar objektif atau standar

26
Suharsimi Arikunto.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Ed.Revisi VI.Jakarta. PT. Rineka Cipta.2006.h.1

27
Eko Putro Widoyoko.Evaluasi Program Pembelajaran. Edisi Cetakan ke .Yogyakarta. Pustaka Pelajar.2010.h 3

28
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. EvaluasiProgram Pendidikan: Pedoman Teoretis Praktis bagi
Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan .Jakarta: Bumi Aksara.2008. h. 2
29
Wirawan.Evaluasi.Teori,Model,Standar,Aplikasi dan Profesi. Edisi Revisi.Jakarta : Rajawali Press.2012.h35
evaluasi yang telah ditetapkan untuk mengambil keputusan dari hasil yang sudah
di evaluasi. Jadi evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk
menilai rancangan, selanjutnya menyajikan informasi dalam rangka pengambilan
keputusan terhadap implementasi dan efektifitas suatu program.
Komite Studi Nasional tentang Evaluasi (National Study Committee on
Evaluation) dari UCLA (Stark & Thomas, 1994:) dalam Widoyoko30, menyatakan
bahwa evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan,
analisis dan penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan serta penyusunan program selanjutnya. Selanjutnya Griffin & Nix
(1991) dalam Widoyoko31, Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hierarki.
Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului
dengan pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil
pengamatan dengan kriteria, penilaian (assessment) merupakan kegiatan
menafsirkan dan mendeskripsikan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi
merupakan penetapan nilai atau implikasi perilaku.
Menurut Suharsimi Arikunto dan Jabar32 ada dua pengertian untuk istilah
“program”, yaitu pengertian secara khusus dan umum. Menurut pengertian secara
umum, “program” dapat diartikan sebagai “rencana”. Apabila program ini
langsung dikaitkan dengan evaluasi program maka program didefinisikan sebagai
suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implentasi dari
suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi
dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Sedangkan menurut
dalam Joan L. Herman & Cs (1987) dalam Tayibnapis33mengemukakan bahwa
program adalah segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang dengan harapan
akan mendatangkan hasil atau pengaruh.
Definisi yang terkenal untuk evaluasi program dikemukakan oleh Ralph
Tyler dalam Arikunto34 yang mengatakan bahwa evaluasi program adalah proses
untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah dapat terealisasikan.
Sedangkan menurut dua orang ahli evaluasi yaitu Cronbach (1963) dan

30
Widyoko.op. cit.,h.21
31
Ibid.,h.22
32
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, op. cit.,h.10
33
Farida Yusuf Tayibnapis. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi.Jakarta: Rineka Cipta.2008.h.5
34
Suharsimi Arikunto. op. cit.,h.14
Stufflebeam (1971) dalam Arikunto35 mereka mengemukakan bahwa evaluasi
program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada
pengambil keputusan. Dengan demikian evaluasi program merupakan rangkaian
kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan secara cermat untuk mengetahui
tingkat keterlaksanaan atau keberhasilan suatu program dengan cara mengetahui
efektivitas masing-masing komponennya, baik terhadap program yang sedang
berjalan maupun program yang telah berlalu. Evaluasi program biasanya
dilakukan untuk kepentingan pengambilan keputusan dalam rangka menentukan
kebijakan selanjutnya. Melalui evaluasi suatu program dapat dilakukan penilaian
secara sistematik, rinci, dan menggunakan prosedur yang sudah diuji secara
cermat. Dengan metode tertentu akan diperoleh data yang handal, dapat dipercaya
sehingga penentuan kebijakan akan tepat, dengan catatan data yang digunakan
sebagai dasar pertimbangan tersebut adalah data yang tepat, baik dari segi isi,
cakupan, format maupun tepat dari segi waktu penyampaian.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan evaluasi program adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan
data dan informasi tentang pelaksanaan rancangan program yang telah disusun
sebagai dasar membuat keputusan dan mengambil kebijakan untuk menyusun
program yang akan dibuat selanjutnya.
2. Tujuan Evaluasi

Menurut Anderson dalam Kamil36mengemukakan bahwa tujuan evaluasi


mengacu pada pengambilan keputusan, yakni dalam rangka menyediakamasukan
bagi pengambilan keputusan tentang perencanaan, kelanjutan, perluasan,
penghentian, dan modifikasi program penggunaan dan pengembangan landasan
ilmiah yang mendasar proses penilaian. Menurut Stufflebeam dalam Arikunto dan
Jabar37 secara umum alasan dilaksanakannya program evaluasi yaitu;

a. Pemenuhan ketentuan undang-undang dan peraturan pelaksanaannya


b. Mengukur efektivitas dan efesiensi program

35
Suharsimi Arikunto.,op. cit., h.11
36
Kamil Mustofa.Model Pendidikan dan Pelatihan Model Pendidikan Dan Pelatihan (Konsep Dan Aplikasi).Bandung.
Penerbit Alfabetha.2010.h.9
37
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, op. cit.,h.17
c. Mengukur pengaruh, efek sampingan program
d. Akuntabilitas pelaksanaan program
e. Akreditasi program
f. Alat komunikasi dengan stakeholder program
g. Keputusan mengenai program ;
1) Diteruskan
2) Dilaksanakan di tempat lain
3) Di ubah/Di revisi
4) Dihentikan

Pendapat Stufflebeam dalam Arikunto dan Jabar38untuk mempermudah


mengidentifikasi tujuan evaluasi program , perlu diperhatikan unsur-unsur dalam
kegiatan pelaksanaannya yang terdiri dari:

a. What yaitu apa yang akan dilaksanakan


b. Who yaitu siapa yang akan melaksanakan
c. How yaitu bagaimana melaksanakannya
Dari pendapat di atas ditambahkan pula bahwa, penelitian evaluasi program
haruslah memperhatikan pada tiga unsur kegiatan, yaitu ada tiga komponen paling
sedikit yang dapat di evaluasi : tujuan, pelaksana kegiatan dan prosedur atau
teknik pelaksanaan. Selain itu dikatakan juga bahwa di dalam evaluasi program
pendidikan terdapat ketepatan model evaluasi yang berarti ada keterkaitan yang
erat antara evaluasi program dengan jenis program yang di evaluasi. Arikunto dan
Jabar39 , jenis program ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Program pemprosesan, maksudnya adalah program yang kegiatan
pokoknya mengubah bahan mentah (input) menjadi bahan jadi sebagai
hasil proses (output).
b. Program layanan, maksudnya adalah sebuah kesatuan kegiatan yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu sehingga merasa puas
dengan tujuan program.
c. Program umum, maksudnya adalah sebuah program yang tidak tampak apa
yang menjadi ciri utamanya.

38
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, op. cit.,h.15
39
Ibid.,h.16
Selanjutnya masih pendapat di atas tadi mengatakan juga, secara garis besar
evaluasi program dilaksanakan melalui beberapa tahapan: 1) tahap persiapan
evaluasi program, 2) tahap pelaksanaan evaluasi program dan 3) tahap
monitoring pelaksanaan program.
3. Manfaat Evaluasi Program
Menurut Arikunto40 evaluasi program dapat disamaartikan dengan supervisi.
Secara singkat, supervisi diartikan sebagai upaya mengadakan peninjauan untuk
memberikan pembinaan maka evaluasi program adalah langkah awal dalam
supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan
pemberian pembinaan yang tepat pula.
Program adalah rangkaian kegiatan sebagai realisasi dari suatu kebijakan.
Apabila suatu program tidak dievaluasi maka tidak dapat diketahui bagaimana dan
seberapa tinggi kebijakan yang sudah dikeluarkan dapat terlaksana. Informasi
yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sangat berguna bagi pengambilan keputusan
dan kebijakan lanjutan dari program, karena dari masukan hasil evaluasi program
itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program
yang sedang atau telah dilaksanakan. Wujud dari hasil evaluasi adalah sebuah
rekomendasi dari evaluator untuk pengambil keputusan (decision maker). Ada
empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil dalam
pelaksanaan sebuah program keputusan, yaitu:
a. Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut tidak
ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana diharapkan.
b. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan
harapan (terdapat kesalahan tetapi hanya sedikit).
c. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa
segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil
yang bermanfaat.
d. Menyebarluaskan program (melaksanakan program di tempat-tempat lain
atau mengulangi lagi program dilain waktu), karena program tersebut
berhasil dengan baik maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat dan
waktu yang lain. Jadi manfaat dari evaluasi program adalah memberikan

40
Suharsimi Arikunto.,op. cit., h.18
data dan informasi guna mengambil keputusan mengenai apakah suatu
program itu berhenti, perlu revisi, dilanjutkan, dan medesain ulang program.
4. Pendekatan Evaluasi Program
Menurut Stecher, Brian M & W. Alan Davis dalam Tayibnapis41 ada
beberapa konsep tentang evaluasi dan bagaimana melakukannya, kita namakan
sebagai pendekatan evaluasi. Istilah pendekatan evaluasi ini diartikan sebagai
beberapa pendapat tentang apa tugas evaluasi dan bagaimana dilakukan,
dengan kata lain tujuan dan prosedur evaluasi. Berikut ini adalah beberapa
pendekatan evaluasi, yaitu:
a. Pendekatan Experimental
Yang dimaksud dengan pendekatan eksperimental yaitu evaluasi yang
beroerientasi pada penggunaan experimental science dalam program
evaluasi. Pendekatan ini berasal dari kontrol eksperimen yang biasanya
dilakukan dalam penelitian akademik. Tujuan evaluator yaitu untuk
memperoleh kesimpulan yang bersifat umum tentang dampak suatu
program tertentu yang mengontrol sebanyak-banyaknya faktor dan
mengisolasi pengaruh program. Keuntungan dari pendekatan eksperimen
ini yaitu kemampuannya dalam menarik kesimpulan yang relatif objektif,
generalisasi jawaban terhadap pertanyaan program yang bersangkutan.
Sedangkan keterbatasannya kita tidak dapat melakukan kontrol yang begitu
ketat dalam kenyataannya atau dalam keadaan yang sebenarnya.
b. Pendekatan yang berorientasi pada tujuan (Goal Oriented Approach)
Pendekatan ini memakai tujuan program sebagai kriteria untuk menentukan
keberhasilan. Evaluator mencoba mengukur sampai di mana pencapaian
tujuan telah dicapai. Kelebihan pendekatan ini terletak pada hubungan
antara tujuan dan kegiatan dan penekanan pada elemen yang penting dalam
program yang melibatkan individu pada elemen khusus bagi mereka.
Sedangkan keterbatasannya yaitu kemungkinan evaluasi ini melewati
konsekuensi yang tak diharapkan akan terjadi.

41
Farida Yusuf Tayibnapis. op. cit.,h.14
c. Pendekatan yang berfokus kepada keputusan (The Decision Focused
Approach)
Pendekatan ini menekankan pada peranan informasi yang sistematik untuk
pengelola program dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan pandangan
ini, informasi akan amat berguna apabila dapat membantu para pengelola
program membuat keputusan. Oleh sebab itu, kegiatan evaluasi harus
direncanakan sesuai dengan kebutuhan untuk keputusan program.
Keunggulan pendekatan ini adalah perhatiaannya terhadap kebutuhan
pembuat keputusan yang khusus dan pengaruh yang makin besar pada
keputusan program yang relevan. Keterbatasan pendekatan ini yaitu banyak
keputusan penting dibuat tidak pada waktu yang tepat, tapi dibuat pada
waktu yang kurang tepat.
d. Pendekatan yang berorientasi kepada pemakai (The User Oriented
Approach)
Evaluasi dalam pendekatan ini menyadari sejumlah elemen yang cenderung
akan mempengaruhi kegunaan evaluasi. Elemen yang paling penting
mungkin keterlibatan pemakai yang potensial selama evaluasi berlangsung.
Evaluator dalam hal ini mencoba melibatkan orang-orang penting ke dalam
proses evaluasi. Evaluator menekankan usaha pada pemakai dan cara
pemakaian informasi. Kelebihan pendekatan ini adalah perhatiannya
terhadap individu yang berurusan dengan program dan perhatiannya
terhadap informasi yang berguna untuk individu tersebut. Keterbatasan
pendekatan ini yaitu ketergantungannya terhadap kelompok yang sama dan
kelemahan ini bertambah besar pengaruhnya sehingga hal-hal lain di luar itu
kurang mendapat perhatian.
e. Pendekatan yang responsif (The Responsive Approach)
Evaluasi dalam pendekatan ini percaya bahwa evaluasi yang berarti yaitu
yang mencari pengertian suatu isu dari berbagai sudut pandangan dari
semua orang yang terlibat, yang berminat, dan yang berkepentingan dengan
program. Dalam hal ini, tujuan evaluator adalah berusaha mengerti urusan
program melalui berbagai sudut pandangan yang berbeda. Kelebihan
pendekatan ini adalah epekaannya terhadap berbagai titik pandangan dan
kemampuannya mengakomodasi pendapat yang ambigis dan tidak fokus.
Keterbatasan pendekatan ini adalah keengganannya membuat prioritas atau
penyederhanaan informasi untuk pemegang keputusan dan kenyataan yang
praktis tidak mungkin menampung semua sudut pandangan dari berbagai
kelompok.
f. Goal Free Evaluation
Menurut Scriven dalam Tayibnapis42 percaya bahwa fungsi evaluasi bebas
tujuan adalah untuk mengurangi bias dan menambah objektifitas. Dalam
evaluasi yang berorientasi pada tujuan, seorang evaluator diberitahu tujuan
proyek dan karenanya membatasi dalam persepsinya, tujuan berlaku
sebagai penutup mata (blinders), yang menyebabkannya melewati hasil
penting yang langsung berhubungan dengan tujuan. Berikut ini merupakan
ciri-ciri evaluasi bebas tujuan, yaitu:
1) Evaluator sengaja menghindar untuk mengetahui tujuan program.
2) Tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu tidak dibenarkan
menyempit fokus evaluasi.
3) Evaluasi bebas tujuan berfokus pada hasil yang sebenarnya, bukan
pada hasil yang direncanakan.
4) Hubungan evaluator dan manajer atau dengan karyawan proyek
dibuat seminimal mungkin.
5) Evaluasi menambah kemungkinan ditemukannya dampak yang tak
diramalkan.

Berdasarkan uraian jenis-jenis pendekatan evaluasi di atas, pada saat


memilih model-model evaluasi yang harus dipertimbangkan adalah apakah
pendekatan atau konsep sebenarnya yang dimaksud adalah sama yaitu strategi
yang akan dipakai sebagai kerangka kerja dalam melakukan evaluasi. Apa yang
akan dipilih akan tergantung pada maksud dan tujuan evaluasi. Untuk ini harus
memilih teori atau fungsi dari model atau pendekatan tersebut dan tidak
tergantung pada satu model atau pendekatan atau konsep, harus dikuasai seluk-

42
Farida Yusuf Tayibnapis op. cit.,h.19
beluk setiap model yang menjadi pilihan dan tidak menjadi budak dari satu
model atau pendekatan.

Setiap pendekatan evaluasi telah memiliki cara tersendiri dalam proses


evaluasi program, maka seorang evaluator menyesuaikan kebutuhannya dalam
pemilihan jenis pendekatan evaluasi yang akan digunakan.

5. Model-Model Evaluasi
Model evaluasi merupakan penjabaran teori evaluasi dalam praktik
melaksanakan evaluasi. Suatu model evaluasimengemukakan pengertian
mengenai evaluasi dan proses bagaimanamelaksanakannya. Model evaluasi
membedakan antara evaluasi dengan penelitian murni dan penelitian terapan
lainnya. Hanya evaluasi yang mempergunakan model evaluasi dalam
melaksanakan penelitian.
Para teoritis evaluasi mengemukakan berbagai model evaluasi diawali oleh
model evaluasi berbasis tujuan yang dikembangkan oleh Ralph W. Tyler. Di
bawah ini dibahas prinsip-prinsip dasar model-model evaluasi tersebut dan
bagaimana melaksanakannya.
a. Model Evaluasi Berbasis Tujuan
Model evaluasi berbasis tujuan secara umum mengukur apakah tujuan
yang ditetapkan oleh kebijakan, program atau proyek dapat dicapai atau
tidak. Model evaluasi ini memfokuskan pada pengumpulan informasi
yang bertujuan mengukur pencapaian tujuan kebijakan, program dan
proyek untuk pertanggungjawaban dan pengambilan. Jika suatu program
tidak mempunyai tujuan, atau tidak mempunyai tujuan yang bernilai,
maka program tersebut merupakan proram yang buruk. Tujuan
merupakan tujuan yang akan dicapai, pengaruh atau akhir dari yang akan
dicapai program.
b. Model Evaluasi Sistem Analisis
Model evaluasi lainnya yang banyak dipakai adalah Model Evaluasi
Sistem Analisis (System Analisis Evaluation Model) atau sering juga
disebut Management Evaluation Model. Sebagai sistem program dalam
Model Evaluasi Sistem Analisis terdapat lima jenis evaluasi yaitu:
Evaluasi masukan (Input evaluation); Evaluasi proses (Process
evaluation); Evaluasi keluaran (Output evaluation); Evaluasi akibat
(Outcome evaluation); dan Evaluasi pengaruh (Impact evaluation)
c. Model Evaluasi Brenchmarking (Bangku Ukur)
Brenchmarking adalah suatu proses mengevaluasi dan produktivitas,
kualitas proses khusus, tenaga, atau metode – suatu organisasi dengan
organisasi lainnya yang dianggap sebagai suatu standar industri atau
praktik yang terbaik dalam suatu industri. Pada prinsipnya bencmarking
menyediakan potret kinerja organisasi dan posisinya dalam hubungan
standar tertentu. Suatu organisasi yang melakukan bencmarking
mengukur kinerjanya dengan standar kinerja tertentu – dapat kinerja
standar dalam jenis industri tertentu atau kinerja organisasi yang lainnya
yang dianggap terbaik – kemudian berupaya menyamakan kinerjanya
dengan kinerja standar tersebut.

B. Model EValuasi CIPP ( Context, Input, Process, dan Product)


Model CIPP ini dikembangkan oleh Stufflebeam, dkk (1967) dalam buku
Suharsimi Arikunto dan Jabar43 di Ohio State University sebagai hasil
usahanya mengevaluasi ESEA (the Elementary and Secondary Education Act).
Konsep tersebut ditawarkan oleh Sufflebeam dengan pandangan bahwa tujuan
penting evaluasi adalah bukan membuktikan, tetapi untuk memperbaiki.
Stufflebeam (1969, 1971, 1983, Stufflebeam & Shinkfield, 1985) dalam
Tayibnapis44 adalah ahli yang mengusulkan pendekatan yang berorientasi
kepada pemegang keputusan (a decision oriented evaluation approach
structured) untuk menolong administrator membuat keputusan. Ia merumuskan
evaluasi sebagai suatu proses menggambarkan, memperoleh, dan menyediakan
informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.
Menurut Sukardi45 model CIPP ini juga termasuk model yang tidak
terlalu menekankan pada tujuan suatu program. Model CIPP pada prinsipnya

43
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar op. cit.,h.21
44
Ibid.,h.22
45
Sukardi. Evaluasi Pendidikan: Prinsip Dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.2011.h.10
konsisten dengan definisi evaluasi program pendidikan yang diajukan oleh
komite tentang “Tingkatan untuk menggambarkan pencapaian dan penyediaan
informasi guna pengambilan keputusan alternatif.” Model CIPP ini disusun
dengan tujuan untuk melengkapi dasar pembuatan keputusan dalam evaluasi
sistem dengan analisis yang berorientasi pada perubahan terencana. Batasan
tersebut mempunyai tiga asumsi mendasar:
a. Menyatakan pertanyaan yang meminta jawaban dan informasi spesifik
yang harus dicapai.
b. Memerlukan data yang relevan, untuk mendukung identifikasi tercapainya
masing-masing komponen.
c. Menyediakan informasi yang hasil keberadaannya diperlukan oleh para
pembuat keputusan peningkatan program pendidikan.

Evaluasi model CIPP dapat diterapkan dalam berbagai bidang, seperti


pendidikan, manajemen, perusahaan, dan sebagainya serta dalam berbagai jenjang
baik itu proyek, program maupun institusi. Evaluasi model CIPP terbagi atas
empat dimensi, yaitu context, input, process, dan product sehingga model
evaluasinya diberi nama CIPP yang merupakan sebuah singkatan dari huruf awal
empat buah kata yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program,
yaitu:

a. Context evaluation : evaluasi terhadap konteks


b. Input evaluation : evaluasi terhadap masukan
c. Process evaluation : evaluasi terhadap proses
d. Product evaluation : evaluasi terhadap hasil/produk

Gambar.1 Tahapan dalam Model CIPP


Menurut Sukardi46evaluasi model CIPP pada garis besarnya melayani empat
macam keputusan:
a. perencanaan keputusan yang mempengaruhi pemilihan tujuan umum dan
tujuan khusus
b. keputusan pembentukan atau structuring, yang kegiatannya mencakup
pemastian strategi optimal dan desain proses untuk mencapai tujuan yang
telah diturunkan dari keputusan perencanaan
c. keputusan implementasi, dimana pada keputusan ini para evaluator
mengusahakan sarana-prasarana untuk menghasilkan dan meningkatkan
pengambilan keputusan atau eksekusi, rencana, metode, dan strategi yang
hendak dipilih
d. keputusan pemutaran (recycling) yang menentukan, jika suatu program itu
diteruskan, diteruskan dengan modifikasi, dan atau diberhentikan secara
total atas dasar kriteria yang ada.
Berikut ini uraian model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product):
a. Evaluasi Konteks (Context Evaluation) Menurut Sax dalam Widoyoko
47
mendefinisikan Evaluasi konteks sebagai penggambaran dan spesifikasi
tentang lingkungan program, kebutuhan yang belum dipenuhi,
karakteristik populasi dan sampel dari individu yang dilayani dan tujuan
program. Evaluasi konteks membantu merencanakan keputusan,
menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program dan merumuskan
tujuan program. Menurut Arikunto48ada beberapa pertanyaan yang dapat
diajukan sehubungan dengan evaluasi konteks, yaitu sebagai berikut:
1) Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh program?
2) Tujuan pengembangan apakah yang belum dapat tercapai oleh
program?
3) Tujuan pengembangan manakah yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan?
4) Tujuan mana sajakah yang paling mudah dicapai?

46
Sukardi, op. cit.,h.23
47
Widoyoko op. cit.,h.21
48
Suharsimi Arikunto op. cit.,h.28
Menurut Tayibnapis49context evaluation to serve planning decision.
Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan
kebutuhan yang akan dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan
program. Sedangkan menurut Sukardi50evaluasi konteks, menghasilkan
informasi tentang macam-macam kebutuhan yang telah diatur prioritasnya,
agar tujuan dapat diformulasikan.
Menurut Daryanto51konteks adalah situasi atau latar belakang yang
mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan
dikembangkan dalam sistem yang bersangkutan, seperti misalnya masalah
pendidikan yang dirasakan, keadaan ekonomi negara, pandangan hidup
masyarakat dan seterusnya. Sedangkan menurut Mutrofin52 evaluasi
konteks dilaksanakan untuk mengidentifikasi kondisi, berbagai isu,
kesempatan, dan kendala yang ada di dalam lingkungan program. Hal ini
semacam analisis kebutuhan, suatu kegiatan awal untuk mengidentifikasi
berbagai jenis program yang sesuai atau cocok dengan latar belakang yang
tersedia. Informasi yang disediakan oleh evaluasi konteks, memberi
kontribusi beberapa tipe keputusan: 1) setting yang akan ditetapkan, 2)
tujuan umum yang akan diupayakan, dan 3) sasaran yang akan dicapai.
Analisis konteks berfungsi sebagai latar belakang desain proyek yang lebih
terinci dan spesifik yang mungkin menyertainya.
b. Evaluasi Masukan
Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi masukan. Evaluasi
masukan membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber
yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk
mencapai tujuan, bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.
Menurut Stufflebeam dalam Widoyoko53, pertanyaan yang
berkenaan dengan masukan mengarah pada pemecahan masalah yang
mendorong diselenggarakannya program yang bersangkutan. Komponen
evaluasi masukan meliputi:

49
Farida Yusuf Tayibnapis op. cit.,h.29
50
Sukardi op. cit.,h.24
51
Daryanto.”Evaluasi Pendidikan”.Jakarta.Rineka Cipta.2007.h.17
52
Mutrofin.”Evaluasi Program”. Yogyakarta.LaksBang PRESSindo.2010.h.13
53
Widoyoko op. cit.,h.25
1) Sumber daya manusia.
2) Sarana dan peralatan pendukung.
3) Dana atau anggaran.
4) Berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan.
Menurut Tayibnapis54Input evaluation, structuring decision. Evaluasi
ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada,
alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai
kebutuhan. Bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Sedangkan
menurut Sukardi55evaluasi input, menyediakan informasi tentang masukan
yang terpilih, butir-butir kekuatan dan kelemahan, strategi, dan desain untuk
merealisasikan tujuan.
Menurut Daryanto56masukan adalah sarana/modal/bahan dan rencana
strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut.
Sedangkan menurut Mutrofin57evaluasi input memberikan informasi untuk
menentukan bagaimana cara memanfaatkan sumber daya agar dapat
mencapai tujuan dan sasaran proyek. Evaluasi ini terdiri dari upaya
identifikasi dan analisis : 1) kapabilitas agen dan kelompok yang
bertanggungjawab yang relevan, 2) berbagai strategi untuk mencapai tujuan
proyek, dan 3) desain untuk mencapai strategi spesifik. Informasi yang
diberikan dalam suatu evaluasi input merupakan informasi yang penting
untuk menstrukturkan desain spesifik agar dapat mencapai tujuan proyek.
c. Evaluasi Proses
Menurut Worthen & Sanders dalam Widoyoko58evaluasi proses
menekankan pada tiga tujuan
1) Evaluasi proses digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi
rancangan prosedur atan rancangan implementasi selama tahap
implementasi
2) Menyediakan informasi untuk keputusan program
3) Sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi.

54
Farida Yusuf Tayibnapis op. cit.,h.31
55
Sukardi, op. cit.,h.29
56
Daryanto, op. cit.,h.20
57
Mutrofin, op. cit.,h.24
58
Widoyoko, op. cit.,h.29
Evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk pada “apa” (what)
kegiatan yang dilakukan dalam program, “siapa” (who) orang yang
ditunjuk sebagai penanggungjawab program, “kapan” (when) kegiatan
akan selesai. Evaluasi proses meliputi koleksi data penilaian yang telah
ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan program. Pada
dasarnya evaluasi proses diarahkan untuk mengetahui seberapa jauh
mana rencana yang telah dilaksanakan di dalam program sudah
terlaksana sesuai dengan rencana dan komponen apa yang perlu
diperbaiki. Oleh Stufflebeam dalam Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul
59
Jabar diusulkan pertanyaan-pertanyaan untuk evaluasi proses antara
lain sebagai berikut:
1) Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal?
2) Apakah staf yang terlibat di dalam perlaksanaan program akan sanggup
menangani kegiatan selama program berlangsung dan kemungkinan jika
dilanjutkan?
3) Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara
maksimal?
4) Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan program
dan kemungkinan jika program dilanjutkan?
Menurut Farida Tayibnapis60process evaluation, to serve implementing
decision. Evaluasi proses untuk membantu mengimplementasikan keputusan.
Sampai sejauh mana rencana telah diterapkan? Apa yang harus direvisi? Begitu
pertanyaan tersebut terjawab, prosedur dapat dimonitor, dikontrol, dan diperbaiki.
Sedangkan menurut Sukardi61evaluasi proses menyediakan informasi untuk
para evaluator melakukan prosedur monitoring terpilih yang mungkin baru di-
implementasi sehingga butir yang kuat dapat dimanfaatkan dan yang lemah dapat
dihilangkan. Menurut Daryanto62evaluasi proses adalah pelaksanaan strategi dan
penggunaan sarana/modal/bahan di dalam kegiatan nyata di lapangan. Sedangkan
menurut Mutrofin (2010) tiga tujuan utama evaluasi masukan adalah :

59
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar, op. cit. 28.
60
Farida Yusuf Tayibnapis, op. cit.,h.33
61
Sukardi, op. cit.,h.31
62
Daryanto, op. cit.,h.24
1) Agar dapat mengidentifikasi berbagai konsekuensi program tak
terantisipasi tepat pada waktunya untuk kepentingan para manajer
program dengan maksud agar dapat menghindari segala konsekuensi
yang tidak diinginkan.
2) Agar dapat memberikan informasi yang berkesinambungan
mengenai kinerja progam (misal, tingkat implementasi, konsistensi
pada tujuan awal, persoalan sehubungan dengan cara program
ituakan ditangkap atau diterima).
3) Agar dapat mendokumentasikan segala apa yang terjadi dengan
proyeknya
d. Evaluasi Produk atau Hasil
Menurut Sax dalam Widoyoko63fungsi evaluasi produk atau hasil adalah “to
allow to project director (or teacher) to make decision regarding continuation,
termination, or modification of program”. Dari hasil evaluasi proses diharapkan
dapat membantu pimpinan program untuk membuat keputusan yang berkenaan
dengan kelanjutan, akhir maupun modifikasi program. Sementara menurut
Tayibnapis64evaluasi produk untuk membantu membuat keputusan selanjutnya,
baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah
program itu berjalan. Evaluasi produk atau hasil diarahkan pada hal-hal yang
menunjukkan perubahan yang terjadi pada masukan mentah. Evaluasi produk
merupakan tahap akhir dari serangkaian evaluasi program.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa evaluasi produk
merupakan penilaian yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan dalam
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Data yang dihasilkan akan sangat
menentukan apakah program diteruskan, dimodifikasi atau dihentikan.
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan dalam evaluasi produk atau hasil,
antara lain:
1) Apa hasil yang telah dicapai?
2) Apa yang dilakukan setelah program berjalan?

63
Widoyoko, op. cit.,h.30
64
Farida Yusuf Tayibnapis, op. cit.,h.34
Menurut Daryanto65evaluasi produk adalah hasil yang dicapai baik
selama maupun pada akhir pengembangan sistem pendidikan yang
bersangkutan. Sedangkan menurut Sukardi66evaluasi produk,
mengakomodasi informasi untuk meyakinkan dalam kondisi apa tujuan
dicapai dan juga untuk menentukan, jika strategi yang berkaitan dengan
prosedur dan metode yang diterapkan guna mencapai tujuan sebaiknya
berhenti, modifikasi atau dilanjutkan dalam bentuk yang seperti sekarang.
Berdasarkan uraian dari berbagai model evaluasi di atas, penelitian ini
menggunakan model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, dan Product).
Model evaluasi CIPP adalah model evaluasi yang lebih komprehensif
karena objek evaluasi tidak hanya pada hasil, melainkan juga mencakup
konteks, masukan, proses, dan produk atau hasil.
C. Kampung KB
1. Definisi Kampung KB
Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan KB yang diterbitakan Direktorat
Teknologi Informasi dan Dokumentasi (Dittifdok)67 pada tahun 2011 “Kampung
KB adalah salah satu upaya penguatan Program KKBPK yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakat dalam memberdayakan dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh pelayanan total
program KB, sebagai upaya mewujudkan keluarga yang berkualitas”. Kampung
KB adalah satuan wilayah setingkat RW, dusun atau setara, yang memiliki kriteria
tertentu, dimana terdapat keterpaduan program kependudukan, keluarga
berencana, pembangunan keluarga dan pembangunan sektor terkait yang
dilaksanakan secara sistemik dan sistematis. Menurut Notoatmodjo68 Kampung
KB adalah salah satu upay penguatan Program KKBPK yang dikeloladan
diselenggarakan untuk masyarakat dalam memberdayakan dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat untu memperoleh pelayanan total program KB,
sebagai upaya mewujudkan keluarga yang berkualitas.

65
Daryanto, op. cit.,h.26
66
Sukardi, op. cit.,h.32
67
kampungkb.bkkbn.go.id Diakses 05 April 2018
68
Soekidjo Notoatmodjo.’Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat”.Jakarta.Rineka Cipta.2003.h.19
2. Tujuan Program Kampung KB
a. Tujuan Umum:
Meningkatkan kualitas hidup masyarakat di tingkat kampung atau yang
setara melalui program kependudukan, keluarga berencana dan
pembangunan keluarga serta pembangunan sektor terkait dalam rangka
mewujudkan keluarga kecil berkualitas.
b. Tujuan Khusus:
1) Meningkatkan peran pemerintah, pemerintah daerah, lembaga non
pemerintah dan swasta dalam memfasilitasi, pendampingan dan
pembinaan masyarakat untuk menyelenggarakan program
kependudukan, keluarga berencana, pembangunan keluarga dan
pembangunan sektor terkait;
2) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pembangunan
berwawasan kependudukan;
3) Meningkatkan jumlah peserta KB aktif modern;
4) Meningkatkan ketahanan keluarga melalui program Bina Keluarga
Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia
(BKL), dan Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja;
5) Meningkatkan pemberdayaan keluarga melalui Kelompok UPPKS;
6) Menurunkan angka Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT);
7) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;
8) Meningkatkan rata-rata lama sekolah penduduk usia sekolah;
9) Meningkatkan sarana dan prasarana pembangunan kampung
10) Meningkatkan sanitasi dan lingkungan kampung yang sehat dan bersi
11) Meningkatkan kualitas keimanan para remaja/mahasiswa dalam
kegiatan keagamaan (pesantren, kelompok ibadah/kelompok
doa/ceramah keagamaan) di kelompok PIK KRR/remaja
12) Meningkatkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air para
remaja/mahasiswa dalam kegiatan sosial budaya (festival seni dan
budaya, dan lain-lain) di kelompok PIK KRR/mahasiswa dan
seterusnya.
3. Prasyarat Wajib Pembentukan Kampung KB
Dalam proses pembentukannya, suatu wilayah yang akan dijadikan sebagai
lokasi Kampung KB perlu memperhatikan persyaratan wajib yang harus dipenuhi,
yaitu:
a. Tersedianya Data Kependudukan Yang Akurat
Data Kependudukan yang akurat adalah data yang bersumber dari Hasil
Pendataan Keluarga, data Potensi Desa dan data Catatan Sipil yang akurat
sehingga dapat digunakan sebagai dasar penetapan prioritas, sasaran dan
program yang akan dilaksanakan di suatu wilayah Kampung KB secara
berkesinambungan.
b. Dukungan dan Komitmen Pemerintah Daerah
Komitmen dan peranan aktif seluruh instansi/unit kerja pemerintah
khususnya Pemerintahan Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan
dalam memberikan dukungan pelaksanaan program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan di kampung KB dan memberikan pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan bidang tugas instansi masing masing untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat
c. Partisipasi Masyarakat yang berpartisipasi aktif
Partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan dan pelaksanaan seluruh
kegiatan yang akan dilakukan di kampung KB secara berkesinambungan
guna meningkatkan taraf hidup seluruh masyarakat yang di wilayahnya.
4. Model Pelaksanaan Kampung KB

PROGRAM
KB KR

KAMPUNG
KB

1. DATA KEPENDUDUKAN YANG PROGRAM


DINAMIS DAN AKURAT PEMBANGUNAN
PROGRAM
KEPENDUDUK
2. PEMERINTAHAN YANG KELUARGA
AN BERDAYA DAN MELAYANI
3. KERJASAMA MASAYARAKAT

PROGRAM
LINTAS
SEKTOR

Gambar 1. Model Pelaksanaan Kampung KB

5. Ruang Lingkup Kegiatan Kampung KB


Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan di Kampung KB meliputi:
a. Kependudukan;
b. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi;
c. Ketahanan Keluarga dan Pemberdayaan Keluarga (Pembangunan
Keluarga)
d. Kegiatan Lintas Sektor (Bidang Pemukiman, Sosial Ekonomi, Kesehatan,
Pendidikan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan
sebagainya–disesuaikan dengan kebutuhan wilayah Kampung KB)

6. Sasaran Penggarapan
a. Sasaran:
Sasaran yang merupakan subjek dan objek dalam pelaksanaan program dan
kegiatan di Kampung KB adalah :
1) Keluarga
2) Remaja
3) Penduduk Lanjut Usia (Lansia)
4) Pasangan Usia Subur (PUS)
5) Keluarga dengan balita
6) Keluarga dengan remaja
7) Keluarga dengan lansia
8) Sasaran sektor sesuai dengan bidang tugas masing masing
b. Pelaksana:
1) Kepala Desa/Lurah
2) Ketua RW
3) Ketua RT
4) PKB/PLKB/TPD
5) Petugas Lapangan sektor terkait
6) Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Tingkat Desa/Kelurahan
7) Institusi Masyarakat Pedesaan (PPKBD dan Sub PPKBD)

8) Tokoh Masyarakat (Tokoh Adat/Tokoh Agama/Tokoh Masyarakat di


desa/kelurahan)
9) Kader
7. Kriteria Pemilihan Wilayah Kampung KB
a. Kriteria Utama
Terdapat dua kriteria utama yang wajib dipenuhi dalam pemilihan dan
penetapan pembentukan kampung KB. Kedua kriteria utama tersebut
adalah:
1) Jumlah Pra-KS dan KS-1 (miskin) di atas rata-rata Pra KS- dan KS-1
tingkat desa/kelurahan dimana kampung tersebut berada.
2) Jumlah peserta KB di bawah rata-rata pencapaian peserta KB tingkat
desa/kelurahan dimana kampung tersebut berlokasi.
b. Kriteria Wilayah
Setelah terpenuhi dua kriteria di atas sebagai kriteria utama pemilihan dan
pembentukan kampung KB, maka selanjutnya dapat memilih salah satu
atau lebih kriteria wilayah berikut:
1) Kumuh
2) Pesisir/Nelayan;
3) Daerah Aliran Sungai (DAS);
4) Bantaran Kereta Api;
5) Kawasan Miskin (termasuk Miskin Perkotaan);
6) Terpencil;
7) Perbatasan;
8) Kawasan Industri;
9) Kawasan Wisata;
10) Padat penduduk
c. Kriteria Khusus
1) Kriteria Data
Setiap RT/RW memiliki Data dan Peta Keluarga yang bersumber dari
hasil Pendataan Keluarga, data kependudukan dan/atau pencatatan
sipil yang akurat.

2) Kriteria Kependudukan
Angka partisipasi penduduk usia sekolah rendah
e. Kriteria Program Keluarga Berencana
1) Peserta KB Aktif lebih rendah dari capaian rata-rata tingkat
desa/kelurahan;
2) Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) lebih
rendah dari capaian rata-rata tingkat desa/kelurahan;
3) Tingkat Unmet Need lebih tinggi dari capaian rata-rata tingkat
desa/kelurahan.

f. Kriteria Program Pembangunan Keluarga


1) Partisipasi keluarga dalam program pembinaan ketahanan keluarga
2) Partisipasi keluarga dalam program pemberdayaan peningkatan
ekonomi keluarga
3) Partisipasi Remaja dalam kegiatan Generasi Berencana (GenRe)
melalui Pusat Informasi dan Konseling (PIK)

g. Kriteria Program Pembangunan Sektor Terkait


1) Kesehatan:
Sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga, Pemerintahan
Provinsi, Pemerintahan Kabupaten dan Kota;
2) Sosial Ekonomi:
Sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga, Pemerintahan
Provinsi, Pemerintahan Kabupaten dan Kota;
3) Pendidikan:
Sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga, Pemerintahan
Provinsi, Pemerintahan Kabupaten dan Kota;
4) Pemukiman dan Lingkungan:
Sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga, Pemerintahan
Provinsi, Pemerintahan Kabupaten dan Kota;
5) Kriteria Program lainnya sesuai dengan perkembangan.
8. Kelompok Kerja (Pokja) Kampung KB
Kampung KB dibentuk pada tingkatan wilayah Desa/Kelurahan atau
Dusun/Rukun Warga (RW) yang memenuhi kriteria-kriteria pemilihan wilayah
(sesuai pada point A di atas) dan dalam pelaksanaan program dan kegiatannya
dikelola oleh Kelompok.
a. Kerja (Pokja) Kampung KB yang terdiri atas:
1) Pelindung : Bupati/Walikota
2) Penasehat : Kepala SKPD-KB kabupaten/kota
3) Pembina : Camat
4) Ketua : Kepala Desa/Lurah
5) Sekretaris : PKB/PLKB
6) Bendahara : Ketua PKK Tingkat Desa/Kelurahan
7) Pelaksana Operasional : PKB/PLKB, Kader, PPKBD/Sub PPKBD,
Pos KB
b. Kelompok Kegiatan (Poktan) dalam Kampung KB terdiri dari:
1) Forum Musyawarah terdiri dari BPD, LPMD,Toma, Toma, Toga,
Todat, dan lain-lain
2) Petugas Lini Lapangan terdiri dari PLKB, BIDAN, TP PKK, PPL, dan
Petugas
c. Lapangan Instansi terkait;
Poktan Kader-Kader per Bidang sesuai kebutuhan program dan kegiatan
pada wilayah Kampung KB (misal: Poktan Kader KKBPK, Poktan Kader
Bidang Kesehatan, dst)
Sebagai legalitas pelaksanaan program dan kegiatan di Kampung KB,
maka Kepengurusan Kampung KB disahkan oleh Bupati/Walikota dengan Sura
Keputusan (SK) Bupati/Walikota. Kemudian untuk menjaga kesinambungan
dan pengembangan kegiatan di Kampung KB, rapat-rapat koordinasi secara
rutin dilaksanakan dan segala perkembangan baik dari sisi realisasi kegiatan
maupun rencana pengembangan kegiatan dikoordinasikan melalui forum
musyawarah. Selain itu, hal-hal terkait koordinasi kemitraan lintas sektor
(instansi pemerintah dan swasta) ditindaklanjuti melalui rapat-rapat koordinasi
Poktan Kader (per-Bidang) untuk kemudian dilaporkan secara rutin kepada
Pembina sebagai bahan evaluasi guna pelaksanaan kegiatan berikutnya serta
sebagai salah satu bahan perencanaan pengembangan kegiatan yang akan
datang.

9. Indikator keberhasilan
Sebagai sebuah proses, indikator ketercapaian model kampung KB tidak
sematamata hanya melihat hasil, namun keberhasilan juga didasarkan pada
input, proses dan output. Keberhasilan “input” ditandai dengan jumlah
PLKB/PKB proporsional, ketersediaan dukungan operasional (anggaran) untuk
program KKBPK dari APBD dan APBN maupun sumber dana lain seperti
PNPM, Anggaran Dana Desa (ADD), Program keluarga harapan (PKH),
Jamkesmas atau Jamkesda, ketersediaan sarana operasional, baik kontrasepsi
maupun sarana pendukung lainnya. Keberhasilan “proses” ditentukan
berdasarkan pada: 1). Peningkatan frekuensi dan kualitas kegiatan advokasi
dan KIE; 2). Peningkatan kualitas pelayanan KB an KR; 3). Pertemuan berkala
kelompok kegiatan BKB, BKR, BKL, UPPKS, pertemuan IMP, Staf Meeting
dan Lokakarya mini; 4).Pelayanan Taman Posyandu (PAUD,
Kesehatan/Posyandu dan BKB), surat nikah, akta kelahiran, KTP.
Sedangkan keberhasilan “Output: ditentukan berdasarkan pada beberapa
indikator sebagai berikut:
NO INDIKATOR CAPAIAN
1 Data Informasi
Setiap RT/RW memiliki Data dan Peta
Keluarga yang bersumber dari Pendataan 100%
Keluarga
2 Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi
Peserta KB aktif (CU/PUS) > Rata-rata capaian
Desa/Kelurahan
MKJP > Rata-rata capaian
Desa/Kelurahan
Pria ber-KB dari total peserta KB > Rata-rata capaian
Desa/Kelurahan
Unmet need < Rata-rata capaian
Desa/Kelurahan
NO INDIKATOR CAPAIAN
3 Keluarga Sejahtera dan Pembangunan > Rata-rata capaian
Keluarga Desa/Kelurahan
Partisipasi keluarga yang memiliki balita dlm > Rata-rata capaian
BKB Desa/Kelurahan
Partisipasi keluarga yang memiliki remaja > Rata-rata capaian
dlm BKR Desa/Kelurahan
Partisipasi keluarga yang memiliki lansia dlm > Rata-rata capaian
BKL Desa/Kelurahan
Partisipasi lansia dalam BKL > Rata-rata capaian
Desa/Kelurahan
Partisipasi remaja dalam PIK > Rata-rata capaian
Desa/Kelurahan
Rata-rata usia kawin pertama perempuan > 20 Thn

4 Pemberdayaan Perempuan dan


Perlindungan Anak
Ditentukan oleh Kementerian/Lembaga,
Pemerintahan Provinsi, Pemerintahan
Kabupaten dan Kota
5 Kesehatan
Ditentukan oleh Kementerian/Lembaga,
Pemerintahan Provinsi, Pemerintahan
Kabupaten dan Kota
6 Sosial Ekonomi
Ditentukan oleh Kementerian/Lembaga,
Pemerintahan Provinsi, Pemerintahan
Kabupaten dan Kota
7 Pendidikan
Ditentukan oleh Kementerian/Lembaga,
Pemerintahan Provinsi, Pemerintahan
Kabupaten dan Kota
8 Pemukiman dan Lingkungan
Ditentukan oleh Kementerian/Lembaga,
Pemerintahan Provinsi, Pemerintahan
Kabupaten dan Kota
9 Program lainnya sesuai dengan
perkembangan
Ditentukan oleh Kementerian/Lembaga,
Pemerintahan Provinsi, Pemerintahan
Kabupaten dan Kota

10. Evaluasi dan pelaporan kegiatan Kampung KB


Perkembangan pelaksanaan kegiatan dan realisasi program dan anggarannya
secara rutin dilaporkan (triwulan, semester dan tahunan) oleh Ketua
Kampung KB secara berjenjang kepada Kepala SKPD KB untuk ditembuskan
kepada Bupati/Walikota selaku Pembina Kampung KB dan Kepala
Perwakilan BKKBN Provinsi.

11. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Kampung KB


Secara umum, keberhasilan Kampung KB sangat dipengaruhi oleh 5 (lima)
faktor utama, yaitu:
a. Komitmen yang kuat dari para pemangku kebijakan disemua tingkatan
(Kabupaten, Kecamatan, Desa dan Kelurahan);
b. Intensitas opini publik tentang Program KKBPK beserta integrasinya
dengan lintas sektor;
c. Opimalisasi fasilitasi dan dukungan mitra kerja/stakeholders;
d. Semangat dan dedikasi para pengelola program diseluruh tingkatan wilayah
serta para petugas lini lapangan KB (PKB/PLKB).
e. Partisipasi aktif masyarakat.
D. erangka Konsep

• Context Evaluatio • S
• Legalitas Program Kampung KB • P
• Dukungan Lingkungan • S
• Tujuan Program Kampung KB P
• D
K
• P
Goals Plans
u
K

Outcomes Actions

• Product Evaluation • P
• Pencapaian Tujuan Program • P
Kampung KB K
• Dampak Pelaksanaan Program • H
Kampung KB P
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Menurut Arikunto69, penelitian evaluasi bermaksud mengumpulkan data
tentang implementasi kebijakan. Dengan demikian manfaat hasil penelitiannya
juga untuk pihak yang membua kebijakan. Sedangkan Wirawan70 menjelaskan
bahwa evaluasi program merupakan salah satu obyek evaluasi. Program
adalah kegiatan yang dirancang untuk melaksanakan kebijakan. Desain
penelitian ini adalah penelitian evaluasi dengan model penelitian Context,
Input, Process, Product (CIPP). Dalam hal ini peneliti mengevaluasi program
Kampung KB di Kampung KB yang ditinjau dari CIPP. Penelitian ini
diharapkan dapat mengetahui gambaran pelaksanaan program Kampung KB di
Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Pendekatan dalam penelitian ini menggunaan penelitian deskriptif
71
kualitatif. Menurut Bogdandan Taylor dalam Moleong mendefinisikan
metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, data
yang dikumpulkan umumnya berupa uraian bukan angka, dalam bentuk
deskripsi dan gambaran dari orang-orang yang bersangkutan mengenai
program Kampung KB. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama,
mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetil disertai catatan-catatan hasil
wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian
evaluatif. Evaluasi pada penelitian ini merupakan kegiatan pengumpulan data
dan informasi untuk pengambilan keputusan mengenai program yang sedang

69
Suharsimi Arikunto op. cit.,h.28
70
Wirawan, op. cit.,h.41
71
Lexy J Moleong..Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya.2005.h.5.
berjalan, keputusan tersebut antara lain melanjutkan program, memperluas
program, memperbaiki program, dan menghentikan program. Penelitian ini
menggunakan desain evaluatif untuk mengetahui hasil evaluasi program
Kampung KB menggunakan model evaluasi CIPP

B. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan selama 3 bulan sejak tanggal bulan Februari
sampai dengan April 2019. Penenlitian ini dilakukan di Kabupaten Hulu
Sungai Selatan

C. Subyek Penelitian
Pemilihan informan dilakukan secara purposive sampling yaitu dengan
menentukan terlebih dahulu kriteria sesuai dengan penelitian dimana informan
mempunyai informasi yang berharga dalam penelitian Moleong dalam
Arikunto72. Menurut Sugiyono73 Pemilihan informan dalam penelitian ini
didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki informan dalam
pelaksanaan program Kampung KB. Penetapan informan dalam konteks ini
bukan ditentukan oleh pemikiran informan harus representatif terhadap
populasi, tetapi informan harus representatif dalam memberikan informasi
yang diperlukan sesuai dengan focus dan tujuan penelitian. Oleh karena
informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah :
1. Kepala BKKBD (1 orang)
2. Kepala Dinas Kesehatan (1 orang)
3. Camat (2 orang)
4. Kepala desa/Lurah (2 orang)
5. Tenaga PLKB (2 orang)
6. Tokoh Masyarakat (2 orang)
7. Kader (2 orang)
8. Peserta KB aktif

72
Suharsimi Arikunto op. cit.,h.29
73
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.2011.h18.
Pemilihan informan Camat, Kepala Desa/lurah, PLKB dan Tokoh
masyarakat/Tokoh Agama di desa sebanyak 4 orang berdasarkan prinsip
kecukupan dan kesesuaian karena tempat tinggal maupun tempat bertugas
informan terdapat kampung KB.

D. Cara Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono74 teknik pengumpulan data merupakan langkah yang


paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti
tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga metode,
yaitu observasi, wawancara, dan analisa dokumen.

1. Observasi
Menurut Sukmadinata75 observasi (observation) atau pengamatan
merupakan suatu teknik atau cara mengumpulan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
76
Sedangkan menurut Sukardi observasi digunakan oleh para evaluator
dengan cara melihat dan merasakan sendiri terhadap hal yang telah
dilakukan subjek atau objek yang dievaluasi. Dalam observasi, evaluator
biasanya menggunakan alat bantu seperti misalnya alat perekam audio
visual untuk memaksimalkan perolehan data observasi. Tujuan
menggunakan alat bantu ialah untuk memaksimalkan perolehan data
evaluatif sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal tentang program
atau proyek yang dinilai. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif
maupun non-partisipatif. Dalam observasi partisipatif (participatory
observation) pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung.
Sedangkan observasi non-patisipatif (non- participatory observation)
pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan. Observasi yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu observasi non- partisipatif Observasi dalam penelitian

74
Sugiyono, op. cit.,h.19
75
Nana SyaodihSukmadinata.”Metode Penelitian Pendidikan..Bandung.Remaja Rosdakarya.2009.h28
76
Sukardi.”Evaluasi Pendidikan: Prinsip Dan Operasionalnya” Jakarta:.Bumi Aksara.2011.h.43
ini berisi aspek dari konteks, input, proses, dan produk yang berkaitan
dengan program Kampung KB.

E. Instrumen Penelitian
1. Menurut Sugiyono77 peneliti kualitatif sebagai Human instrument,
berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber
data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,
menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Oleh karena
itu, dalam penelitian ini seorang peneliti merupakan instrumen kunci
penelitian kualitatif. Selain peneliti instrument penelitian lainnya adalah
Lembar observasi, panduan wawancara dan panduan dokumen. Berikut
panduan wawancara berdasarkan metode evaluasi CIPP :
NO ASPEK INDIKATOR
1 Context 1. Latar belakang Program Kampung KB
Evaluation
2. Tujuan pelaksanaan program Kampung KB
3. Dasar hukum /legalitas program Kampung KB
4. Dukungan Lingkungan terhadap program
Kampung KB
2 Input Evaluation 1. Jumlah Sumber Daya Manusia yang dimiliki
untuk melaksanakan Program
2. Apasaja program Kegiatan Kampung KB
3. Sarana dan Peralatan apa saja yang
mendukung Pendukung pelaksanaan program
Kampung KB
4. Berapa Dana yang dianggarkan untuk
pelaksanaan program Kampung KB
5. Prosedur /Aturan yang apa saja yang
diperlukan untuk pelaksanaan program
Kampung KB
3 Process 1. Bagaimana Pelaksanaan Program Kampung
Evaluation KB
2. Bagaimana Proses Pelaksanaan Program
Kampung KB
3. Apa saja Hambatan maupun Dukungan dalam
pelaksanaan Pelaksanaan Program Kampung
KB
4 Product 1. Sejauhmana Pencapaian Tujuan Program

77
Sugiyono, op. cit.,h.22
Evaluation Kampung KB
2. Dampak Program Kampung KB terhadap
masalah kependudukan dan keuntungan apa
yang di dapat masyrakat setelah program
Kampung KB berjalan

F. Validasi Data

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode
triangulasi data, yaitu pengecekan dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan
berbagai waktu.78Dalam penelitian ini triangulasi sumber dan triangulasi metode.
Triangulasi sumber dilakukan dengan mencari data dari sumber yang beragam dan
saling berkaitan, dan peneliti melakukan eksplorasi untuk mengecek kredibilitas
dari berbagai sumber. Triagulasi dengan menggunakan metode selain wawancara
mendalam dalam pengumpulan data, peneliti juga menggunakan cara observasi
partisipatif yang bersifat pasif. Tehnik ini digunakan sebagai triangulasi terhadap
data yang didapat untuk meningkatkan validasi data tersebut.

G. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga
metode yaitu ;
a. Observasi
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi non-
partisipatif. Observasi dalam penelitian ini berisi aspek dari konteks,
input, proses, dan produk yang berkaitan dengan program
b. Wawancara
Sebelum melakukan wawancara peneliti menyiapkan instrumen
wawancara yang disebut dengan panduan wawancara (interview guide).
Panduan ini berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang meminta
untuk dijawab atau direspon oleh responden. Isi pertanyaan atau
pernyataan antara lain mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep,

78
Sugiyono,op. cit., h.25
pendapat, persepsi atau evaluasi responden mengenai program
Kampung KB yang sedang dilaksanakan.
c. Analisa Dokumen
Selain melakukan observasi dan wawancara peneliti mengumpulkan
informasi tentang program Kampung KB dari dokumen yang relevan
dan mendukung kegiatan program yang berkaitan erat dengan fokus
evaluasi. Data dokumentasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data
resmi (formal) dan data pribadi (personal) Data ini digunakan untuk
memperoleh data atau informasi yang luas tentang program yang
dievaluasi. Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dalam
penelitian ini, analisa dokumen digunakan untuk mencari data dan
informasi mengenai program kampung KB yang ditinjau dari evaluasi
CIPP

2. Analisa Data

Analisa data dilakukan secara terus menerus pada setiap tahap


penelitian sampai akhir penelitian. Analisis dilakukan sampai
mendapatkan data yang jenuh. Teknik analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Analisis data kualitatif menurut
Bogdan dan Biklen dalam buku LexyJ Moleong79 adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dalam hal ini,
menurut Nasution dalam buku Sugiyono80analisa telah mulai sejak
merumuskan masalah dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke
lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Model Alir (Miles &

79
Lexy J Moleong, op. cit,.h.248
80
Sugiyono, op. cit,.h.
Huberman81 yang dibagi menjadi tiga tahapan yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
b. Penyajian Data
Penyajian data pada penelitian kualitatif adalah dengan menggunakan
teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan
memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
c. Penarikan Kesimpulan
Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

H. Keabsahan Data
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data
yangdigunakan dalam penelitian ini. Menurut Moleong82 triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dan
diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
83
data itu. Denzin dalam buku Moleong membedakan empat macam
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan
sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan dua macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan
data, yaitu:

81
Matthew B. Miles & A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif.Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
2014.h.64
82
Lexy J Moleong, op. cit,.h.250
83
.Ibid.,h. 251
1. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber yang digunakan dalam penelitian ini ialah Sekertaris
Daerah, Kepala Dinas, Camat, Kepala Desa dan lain-lain.
2. Triangulasi metode
Dalam penelitian ini, triangulasi metode yang digunakan ialah observasi,
wawancara, dan analisa dokumen.
Kesimpulannya triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan
perbedaan- perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu
studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai pandangan. Dengan
kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya
dengan jalan membandingkannya data dan informasi yang diperoleh dari
subjek penelitian dan pihak-pihak terkait sehingga menghasilkan
keabsahaan data guna menghindari subjektivitas peneliti.

Anda mungkin juga menyukai