Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS JUMLAH MASYARAKAT DI INDONESIA

Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan tumbuh melambat pada tahun 2022. Badan Pusat
Statistik (BPS) memperkirakan bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia akan mencapai
1,17% pada tahun 2022.Laju pertumbuhan penduduk tersebut lebih lambat dari tahun
sebelumnya yang mencapai 1,22%. Transisi Demo ini terjadi seiring dengan kemajuan
pembangunan. Pertumbuhan penduduk biasanya melambat ketika angka kelahiran menurun,
seiring dengan kemajuan pendidikan dan teknologi. Pada sensus penduduk tahun 2020, jumlah
penduduk Indonesia diperkirakan tumbuh 1,25% menjadi 270,2 juta orang dibandingkan sensus
sebelumnya. Pertumbuhan penduduk antarsensus mencapai 2,31% pada tahun 1971.Sebagian
besar penduduk Indonesia berusia antara 15 dan 64 tahun. Populasi lansia hanya 5,95% dari total
populasi.

Badan Pusat Statistik (BPS) bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) melakukan rilis
data Sensus Penduduk 2020 (SP2020) dan data Administrasi Kependudukan (Adminduk) 2020,
Kamis (21/01/2021) yang disiarkan secara langsung pada kanal YouTube BPS.Kepala BPS
Suhariyanto menyampaikan, berdasarkan hasil SP2020, jumlah penduduk di Indonesia pada
bulan September 2020 adalah sebesar 270,2 juta jiwa atau bertambah 32,56 juta jiwa
dibandingkan SP2010. Hasil SP2020 menunjukkan, dengan luas daratan Indonesia sebesar 1,9
juta kilometer persegi, maka kepadatan penduduk Indonesia pada tahun 2020 adalah sebanyak
141 jiwa per kilometer persegi. Berdasarkan data BPS, selama 2010-2020 rata-rata laju
pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,25 persen per tahun, yang dipengaruhi oleh faktor
kelahiran, kematian, dan juga migrasi. “Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dari periode ke
periode memiliki kecenderungan menurun, salah satu penyebabnya adalah kebijakan pemerintah
untuk menekan laju pertumbuhan penduduk lewat program Keluarga Berencana yang
diluncurkan sejak tahun 1980,” ujar Suhariyanto. Berdasarkan sebaran per pulau, hasil SP2020
menunjukkan bahwa penduduk Indonesia masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Dengan luas
sekitar 7 persen dari total wilayah Indonesia, Pulau Jawa dihuni oleh 151,6 juta jiwa atau 56,10
persen penduduk Indonesia, diikuti Sumatra (21,68 persen), Sulawesi (7,36 persen), Kalimantan
(6,15 persen), Bali-Nusa Tenggara (5,54 persen), dan Maluku-Papua (3,17 persen).

Lebih jauh diungkapkan Kepala BPS, meskipun berjalan sangat lambat, hasil SP2020
menunjukkan adanya pergeseran penduduk antarpulau. “Misalnya, di tahun 2000, persentase
penduduk yang tinggal di Jawa adalah 59,1 persen, kemudian turun di tahun 2010 menjadi 57,5
persen, dan di tahun 2020 menjadi 56,10 persen. Sebaliknya, penduduk di Kalimantan
persentasenya mengalami peningkatan dari 5,5 persen di tahun 2000 menjadi 6,15 persen di
tahun 2020,” ungkapnya. Sementara, berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk berjenis
kelamin laki-laki adalah sebesar 136,66 juta jiwa atau 50,58 persen dan penduduk perempuan
sebesar 133,54 juta jiwa atau 49,42 persen. Jika dibandingkan dengan sensus-sensus penduduk
sebelumnya, rasio jenis kelamin penduduk Indonesia cenderung meningkat dari waktu ke waktu.
“Pada tahun 2020 rasio jenis kelamin penduduk Indonesia adalah sebesar 102, artinya terdapat
102 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Angka rasio jenis kelamin yang lebih besar dari 100
menggambarkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk
perempuan,” ujarnya.
Suhariyanto menambahkan, hanya ada dua provinsi di Indonesia yang jumlah penduduk
perempuannya melebihi jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki, yaitu DI Yogyakarta
dengan rasio 98 dan Sulawesi Selatan dengan rasio 99. Selanjutnya, berdasarkan kelompok usia,
hasil SP2020 menunjukkan, mayoritas penduduk Indonesia berada pada kelompok usia produktif
(15-64 tahun) dengan persentase 70,72 persen. Sementara kelompok usia 65 tahun ke atas
berjumlah 5,95 persen dan kelompok usia muda (0-14 tahun) sebesar 23,33 persen. Kepala BPS
mengatakan, Indonesia masih dalam masa bonus demografi yang diperkirakan akan mencapai
puncaknya pada tahun ini. “Pada tahun 2020 kita bisa melihat bahwa kelompok usia muda terus
mengalami penurunan karena adanya penurunan kelahiran, sebaliknya kelompok usia produktif
meningkat dari waktu ke waktu dari 53,39 persen di tahun ’71 menjadi 70,72 di tahun 2020,”
ujarnya.

Suhariyanto menambahkan, proporsi penduduk berusia di atas 65 tahun juga mengalami


peningkatan dari waktu ke waktu, dari 2,49 persen di tahun 1971 menjadi 5,95 persen di tahun
2020. “Peningkatan persentase penduduk berusia lanjut ini dapat diinterpretasikan sebagai hasil
perbaikan kesehatan masyarakat, peningkatan gizi, dan perbaikan pola hidup yang selama ini
dilaksanakan secara baik, baik oleh Pemerintah maupun swasta,” terangnya. Kepala BPS juga
menyampaikan klasifikasi penduduk Indonesia berdasarkan generasi, di manapenduduk
Indonesia didominasi oleh Generasi Z dan Generasi Milenial, dengan proporsi masing-masing
27,94 persen dan 25,87 persen. Generasi Z adalah mereka yang lahir tahun 1997-2012, yang saat
ini diperkiraan berusia 8-23 tahun, sementara Generasi Milenial lahir di tahun 1981-1996 dan
saat ini diperkiraan berusia 24-39 tahun. “Pengklasifikasian ini menjadi penting karena setiap
generasi mempunyai karakteristik dan sifat yang berbeda-beda. Pengklasifikasian ini perlu kita
pelajari sehingga komunikasi antargenerasi bisa menjadi lancar dan bisa memberikan dampak
yang positif bagi seluruh kehidupan bangsa,” ujarnya.

SP2020 adalah sensus penduduk yang ke-7 dengan tema besar yang diusung adalah mencatat
Indonesia menuju Satu Data Kependudukan menuju Indonesia Maju. Suhariyanto
menyampaikan, tujuan utama SP2020 adalah, pertama untuk menyediakan data tentang jumlah,
komposisi, dan distribusi serta karakteristik penduduk Indonesia secara de facto dan de jure.
Yang kedua, yang akan dilaksanakan pada tahun 2021 ini, adalah menyediakan parameter
demografi (fertilitas, mortalitas, dan migrasi) serta karakteristik penduduk lainnya untuk
keperluan proyeksi penduduk, indikator SDG’s, dan juga keperluan lainnya. “Data sensus
penduduk tidak hanya bermanfaat untuk membuat perencanaan di masa kini tetapi juga
mengantisipasi apa yang akan terjadi di masa depan dengan cara membuat proyeksi penduduk
sampai dengan tahun 2050,” ujarnya.

Lebih lanjut, Suhariyanto mengatakan, bahwa pada SP2020 lanjutan yang akan dilaksanakan
pada bulan September tersebut akan dilakukan pendataan long form menggunakan sampel 5
persen keluarga yang ada di Indonesia. Ditambahkannya, variabel-variabel yang akan
dikumpulkan pada sensus lanjutan ini sangat rinci, terdiri dari 99 pertanyaan menyangkut
individu, fertilitas dan mortalitas, migrasi, ketenagakerjaan, disabilitas, pendidikan, dan
perumahan. “Dalam kesempatan ini, sekali lagi saya memohon dukungan dan partisipasi dari
masyarakat agar pelaksanaan sensus lanjutan di bulan September 2021 ini dapat berjalan lancar,”
ujarnya.
Berdasarkan Data Adminduk
Dalam keterangannya, Kepala BPS juga mengungkapkan, ada dua perubahan mendasar dalam
SP2020. Kesatu, untuk pertama kalinya di Indonesia, SP menggunakan metode kombinasi
dengan cara menggunakan data adminduk sebagai data dasar dengan tujuan untuk menghasilkan
satu data kependudukan Indonesia. Kedua, untuk pertama kalinya juga pada SP2020 digunakan
metode sensus secara online. Ditegaskannya, data penduduk berdasarkan SP2020 adalah data per
September 2020, sementara data Adminduk yang dirilis Kemendagri adalah data pada bulan
Desember 2020, yaitu sebesar 271,35 juta jiwa.

“Jumlah penduduk (hasil SP2020) ini diperoleh melalui proses yang sangat panjang dari hasil
sensus penduduk online, pendataan di lapangan pada bulan September, yang kemudian kita
sinkronisasi dengan data Adminduk. Sehingga dengan demikian, data hasil Sensus Penduduk
Tahun 2020 dan data Adminduk sekarang sudah menyatu,” ujarnya.

BPS dan Kemendagri, imbuh Suhariyanto, akan terus bekerja sama bahu membahu untuk
membenahi data kependudukan Indonesia. “Ke depan, BPS dan Dukcapil harus terus menerus
bekerja sama sehingga pada suatu titik tertentu, sensus penduduk Indonesia bisa dilakukan
berbasis registrasi. Dengan modal yang kita punya, yang dimiliki oleh BPS dan Kemendagri,
saya yakin bahwa titik tersebut tidak akan lama lagi bisa terwujud,” ujarnya.

Menutup penjelasannya, Kepala BPS juga menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang
telah mendukung terlaksananya SP2020, baik petugas sensus, kementerian/lembaga, masyarakat,
dan pihak lainnya. “Saya sangat berharap bahwa hasil rilis bersama antara BPS dan Kemendagri
ini dapat dimanfaatkan oleh semua pihak untuk berbagai keperluan. Mari kita terus menerus
bergandeng tangan dan berkolaborasi satu data kependudukan yang semakin berkualitas untuk
Indonesia maju,” pungkasnya.

Anda mungkin juga menyukai