Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, UPAH MINIMUM


KABUPATEN/KOTA (UMK), INFLASI DAN ANGKA MELEK HURUF
TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) DI
WILAYAH BARLINGMASCAKEB

Oleh:

NUR AMALINA MUFIDAH

NIM C1A020048

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
PURWOKERTO
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha dalam perekonomian

untuk mengembangkan kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan

infrastruktur, meningkatnya taraf pendidikan dan teknologi serta semakin

bertambah dan berkembangnya perusahaan. Dengan perkembangan kegiatan

ekonomi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesempatan kerja, pendapatan


(Sukirno, 2006)
dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat . Pembangunan

ekonomi dapat dikatakan sebagai upaya perubahan struktural yang memiliki

tujuan untuk meningkatkan produktivitas dan menciptakan kesempatan kerja yang


(Saptenno & Maatoke, 2022)
dapat meningkatkan pendapatan .

Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki salah satu

permasalahan yang sama dengan negara berkembang lainnya yaitu masalah

pengangguran. Jumlah penduduk yang semakin meningkat, meyebabkan


(Mahroji & Anwar, 2020)
meningkatnya jumlah angkatan kerja dan pencari kerja .
(Badan Pusat Statistik, 2020)
Berdasarkan , jumlah penduduk di Indonesia

meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2020 jumlah penduduk Indonesia

mencapai 270,20 juta jiwa, selanjutnya pada tahun 2021 jumlah penduduk

mencapai 272,68 juta dan pada tahun 2022 mencapai 275,77 juta jiwa. Kenaikan

jumlah penduduk mengakibatkan jumlah angkatan kerja mengalami peningkatan,


yang artinya jumlah pencari kerja juga akan semakin banyak
(Widyaningrum & Bintariningtyas, 2021)
.

Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki tingkat

pertumbuhan penduduk cukup tinggi di Indonesia. Jumlah penduduk di Jawa

Tengah pada tahun 2021 mencapai 36,74 juta jiwa. Jumlah tersebut menempati

posisi ke-3 setelah Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk 48,78 juta jiwa

dan Provinsi Jawa Timur dengan jumlah penduduk 40,87 juta jiwa
(Badan Pusat Statistik, 2021)
. Perkembangan jumlah angkatan kerja dan jumlah penduduk

bekerja di Jawa Tengah tahun 2019 – 2022 dapat dilihat pada Gambar 1.1,

20000000

19500000

19000000

18500000

18000000

17500000

17000000

16500000
2019 2020 2021 2022

Angkatan Kerja Bekerja

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Tengah


Gambar 1.1 Jumlah Angkatan Kerja dan Jumlah Bekerja di Jawa Tengah

Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa seiring meningkatnya jumlah

penduduk maka jumlah angkatan kerja juga mengalami peningkatan. Meskipun


demikian, angkatan kerja masih belum terserap semua oleh lapangan pekerjaan

yang menyebabkan pengangguran.

Menurut (Sukirno, 2007) pengangguran merupakan suatu keadaan dimana

seseorang yang termasuk dalam angkatan kerja dan sedang mencari kerja pada

upah tertentu, namun tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkan.

Pengangguran terjadi karena ketidakseimbangan pada pasar tenaga kerja, jumlah

tenaga kerja yang ditawarkan lebih tinggi dibandingkan jumlah tenaga kerja yang

diminta, hal tersebut disebabkan oleh tingginya laju pertumbuhan penduduk

(angkatan kerja) dibandingkan laju pertumbuhan lapangan kerja, sehingga tidak


(Corolina & Panjawa, 2020)
semua angkatan kerja dapat terserap . Masalah

pengangguran dapat menyebabkan berbagai persoalan baik ekonomi maupun

sosial. Pengangguran yang berkepanjangan dapat berdampak pada psikologis

yang buruk dan dapat menimbulkan kekacauan sosial dan politik, serta

terhambatnya pertumbuhan ekonomi dan menurunnya tingkat kesejahteraan


(Gilarso, 2004)
masyarakat .

Besarnya Tingkat Pengangguran terbuka (TPT) menggambarkan penduduk

yang merupakan usia kerja yang termasuk dalam pengangguran. Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan presentase besarnya jumlah


(Badan Pusat Statistik, n.d.)
pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja .

Pengangguran terbuka dikatakan cukup banyak, karena tenaga kerja belum

mendapatkan pekerjaan meskipun sudah berusaha mencari pekerjaan, hal tersebut

disebabkan oleh pertumbuhan tenaga kerja yang lebih tinggi dibandingkan


(Permadi & Chrystanto, 2021)
pertumbuhan lapangan pekerjaan .
Barlingmascakeb merupakan singkatan dari Banjarnegara, Purbalingga,

Banyumas, Cilacap, Kebumen yang merupakan beberapa wilayah metropolitan di

Provinsi Jawa Tengah. Menurut Badan Pusat Statistik, wilayah Barlingmascakeb

memiliki jumlah penduduk cukup tinggi. Jumlah penduduk tersebut

mengakibatkan bertambahnya jumlah angkatan kerja dan jumlah pencari kerja

semakin meningkat. Namun, angkatan kerja di wilayah Barlingmascakeb belum

semua dapat terserap. Hal tersebut dibuktikan dengan masih tingginya tingkat

pengangguran di wilayah Barlingmascakeb. Besarnya Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) di wilayah Barlingmascakeb dapat dilihat pada Tabel 1.1,

Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di wilayah


Barlingmascakeb (persen)

No. Tahun
Kabupaten
2017 2018 2019 2020 2021 2022

1. Banjarnegara 4,72 3,99 4,44 5,86 5,86 6,38

2. Purbalingga 5,33 6,02 4,73 6,10 6,05 5,23

3. Banyumas 4,62 4,15 4,17 6,00 6,05 6,05

4. Cilacap 6,30 7,49 7,24 9,10 9,97 9,62

5. Kebumen 5,58 5,48 4,69 6,07 6,03 5,92

Rata-rata 5,31 5,42 5,05 6,62 6,79 6,64

Jawa Tengah 4,57 4,47 4,44 6,48 5,95 5,75


Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Tengah

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa rata-rata Tingkat

Pengangguran Terbuka di wilayah Barlingmascakeb selama periode 2017 – 2022

memiliki rata-rata pertahun lebih besar dibandingkan rata-rata Tingkat


Pengangguran Terbuka pertahun di Jawa Tengah. Pada tahun 2017 rata-rata TPT

Barlingmascakeb sebesar 5,31, sedangkan TPT Jawa Tengah sebesar 4,57. Pada

tahun 2018 rata-rata TPT Barlingmascakeb sebesar 5,42, sedangkan TPT Jawa

Tengah sebesar 4,47. Tahun 2019 rata-rata TPT Barlingmascakeb sebesar 5,05

sedangkan TPT Jawa Tengah sebesar 4,44. Tahun 2020 rata-rata TPT

Barlingmascakeb sebesar 6,62 sedangkan TPT Jawa Tengah sebesar 6,48, begitu

pula tahun 2021 dan 2022. Hal ini terjadi karena wilayah Barlingmascakeb belum

mencapai penyerapan tenaga kerja secara maksimal, sehingga mengakibatkan

tingkat pengangguran menjadi tinggi.

Jumlah penduduk yang semakin bertambah dapat mendorong maupun


(Sukirno, 2016)
menghambat perkembangan ekonomi . Banyaknya jumlah

penduduk namun tidak diikuti dengan pertumbuhan ekonomi maka akan

menyebabkan berbagai masalah, salah satunya pengangguran. Penyebab dasar

terjadinya pengangguran adalah semakin bertambahnya pencari kerja, namun

lapangan pekerjaan yang tersedia tidak mencukupi atau tidak sebanding dengan

pencari kerja. Akibatnya jumlah pengangguran setiap tahun semakin bertambah


(Suparmono, 2004)
. Menurut Nelson dan Leibsten dalam
(Nur Azizah & Nur Asiyah, 2022)
menjelaskan bahwa adanya pengaruh antara tingkat jumlah penduduk dan

tingkat kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup

signifikan dapat menyebabkan sulitnya perbaikan tingkat kesejahteraan

masyarakat, dalam jangka panjang kesejahtaeraan masyarakat akan menurun.

Jumlah penduduk di wilayah Barlingmascakeb cukup banyak, berikut data jumlah

penduduk dapat dilihat pada Tabel 1.2,


Tabel 1.2 Jumlah Penduduk di wilayah Barlingmascakeb tahun 2020 – 2022

(jiwa)

Tahun
Kabupaten
No 2020 2021 2022
1. Banjarnegara 1.017.76 1.026.866 1.038.718
7
2. Purbalingga 998.561 1.007.794 1.019.840

3. Banyumas 1.776.91 1.789.630 1.806.013


8
4. Cilacap 1.944.85 1.963.824 1.988.622
7
5. Kebumen 1.350.43 1.361.913 1.376.825
8
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Tengah

Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui terdapat Kabupaten dengan

penduduk terbanyak yaitu Kabupaten Cilacap, disusul oleh Kabupaten Banyumas,

selanjutnya Kabupaten Kebumen, Kabupaten Banjarnegara dan terkahir

Kabupaten Purbalingga. Namun, pada laju pertumbuhan penduduk dari tahun

2020 – 2022 dari ke lima Kabupaten di atas yang paling tinggi yaitu Kabupaten

Cilacap sebesar 1,28 persen dan disusul oleh Kabupaten Purbalingga sebesar 1,21
(Permadi & Chrystanto, 2021)
persen. Menurut pada penelitian terdahulu

menjelaskan bahwa jumlah penduduk berpengaruh terhadap tingkat

pengangguran, hasil tersebut diperkuat oleh nilai koefisien regresi variabel jumlah

penduduk sebesar 7,83 persen yang artinya terdapat perubahan jumlah penduduk

1 persen akan meningkatkan Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa

Timur sebesar 7,83 persen.


Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi tingkat pengangguran

adalah upah. Upah merupakan balas jasa atau imbalan dari pengusaha yang

diberikan kepada pekerja atas pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan dan

dinyatakan dalam bentuk uang yang ditetapkan sesuai dengan perjanjian atau

perundang-undangan serta atas dasar perjanjian pengusaha dan pekerja termasuk


(Badan Pusat Statistik, n.d.)
tunjangan . Menurut Kaum Klasik apabila upah cukup

fleksibel maka permintaan tenaga kerja akan seimbang dengan penawaran tenaga

kerja, oleh karena itu memungkinkan tidak ada pengangguran sukarela. Artinya

pada tingkat upah riil yang berlaku pada pasar tenaga kerja semua orang yang

bersedia untuk bekerja pada tingkat upah tersebut akan memperoleh pekerjaan,

sedangkan yang disebut pengangguran sukarela adalah mereka yang menganggur


(Boediono, 2001)
yang tidak bersedia bekerja pada upah yang berlaku . Upah

minimum merupakan suatu standar minimum yang digunakan oleh pengusaha


(Megantara et al., 2020)
dalam memberikan upah kepada tenaga kerja . Pemerintah

menetapkan upah minimum yang harus dibayarkan oleh pengusaha kepada


(Agustin, 2020)
pekerja untuk melindungi dan menjamin kesejahteraan pekerja .

Berikut merupakan data Upah Minimum Kabupaten/Kota di Wilayah

Barlingmascakeb.

Tabel 1.3 UMK di wilayah Barlingmascakeb tahun 2020 – 2022 (rupiah)

Tahun
Kabupaten
No 2020 2021 2022
1. Banjarnegara 1.748.00 1.805.000 1.819.835
0
2. Purbalingga 1.940.80 1.988.000 1.996.814
0
3. Banyumas 1.900.00 1.970.000 1.983.261
0
4. Cilacap 2.158.32 2.228.904 2.230.731
7
5. Kebumen 1.845.00 1.905.400 1.911.850
0
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Tengah

Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui, kabupaten dengan Upah

Minimum Kabupaten/Kota (UMK) tertinggi di wilayah Barlingmascakeb tahun

2020 – 2022 adalah Kabupaten Cilacap dan selanjutnya disusul oleh Kabupaten
(Corolina & Panjawa, 2020)
Purbalingga. Menurut penelitian terdahulu juga

menyatakan bahwa upah minimum berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

tingkat pengangguran di Purwomanggung, dengan peningkatan upah minimum

maka akan menurunkan jumlah pengangguran. Selain itu, menurut penelitian


(Rozaini & Nabila, 2022)
menyatakan bahwa upah minimum memiliki pengaruh

negatif dan signifikan terhadap pengangguran terbuka di Kota Padang Sidempuan.

Hasil analisis menjelaskan setiap kenaikan UMK sebesar 1 persen maka akan

mengurangi TPT Kota Padang Sidempuan sebesar 6,498069 persen, koefisien

memiliki nilai negatif.

Perkembangan inflasi di wilayah Barlingmascakeb setiap tahunnya juga

mengalami fluktuasi. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan menurunnya


(Kuntiarti, 2018)
perekonomian . Menurut Samuelson & Nordhaus (2010) dalam
(Soekapdjo & Oktavia, 2021)
hubungan inflasi dengan pengangguran digambarkan

dalam kurva Philips, yang menyatakan bahwa pengangguran yang rendah disertai

inflasi tinggi, begitu pula sebaliknya. Terdapat asumsi yang menjadi dasar adanya
hubungan antara inflasi dan tingkat pengangguran yaitu dijelaskan bahwa inflasi

adalah cerminan dari kenaikan permintaan agregat. Adanya kenaikan permintaan

agregat sesuai dengan teori permintaan yang menyatakan bahwa apabila

permintaan naik maka harga juga naik. Pada saat terjadi inflasi, produsen akan

meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah tenaga kerja untuk

memenuhi permintaan tersebut. Oleh karena itu, peningkatan permintaan tenaga

kerja yang disebabkan oleh naiknya harga akan mengurangi pengangguran.


(Sembiring & Sasongko, 2019)
Sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan

inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran di Indonesia


(Corolina & Panjawa, 2020)
Periode 2011 – 2017. Berbeda dengan penelitian yang

menjelaskan bahwa variabel inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Purwomanggung. Dalam penelitian

tersebut menjelaskan bahwa inflasi menyebabkan meningkatnya harga bahan baku

yang akhirnya produksi berkurang sehingga mengalami penurunan output, yang

pada akhirnya perusahaan akan mengurangi faktor produksinya yaitu tenaga kerja

yang menyebabkan meningkatnya pengangguran.

Angka melek huruf dapat menjadi indikator untuk melihat perkembangan

pendidikan penduduk. Semakin tinggi nilai angka melek huruf, maka akan
(Dores & Koto, 2015)
semakin tinggi pula kualitas Sumber Daya Manusia . Selain

itu, tinggi rendahnya angka melek huruf juga dapat dijadikan ukuran meratanya
(Megantara et al., 2020)
kesejahteraan sosial . Dalam satu tahun terkahir menurut
(Statistik Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2022)
. Kabupaten dengan angka melek

huruf tertinggi adalah Kabupaten Cilacap sebesar 95,4 persen, selanjutnya adalah
Kabupaten Purbalingga sebesar 95,28 persen, Kabupaten Banyumas sebesar 94,83

persen, Kabupaten Kebumen sebesar 94,64 dan terkahir Kabupaten Banjarnegara


(Windasari et al., 2022)
sebesar 91,58 persen. Dalam penelitian terdahulu

menjelaskan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel angka

melek huruf terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten, semakin

meningkatnya angka melek huruf maka akan mengurangi tingkat pengangguran.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH JUMLAH

PENDUDUK, UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK), INFLASI

DAN ANGKA MELEK HURUF TERHADAP TINGKAT

PENGANGGURAN TERBUKA DI WILAYAH BARLINGMASCAKEB”

B. Rumusan Masalah

Indonesia merupakan negara berkembang dimana salah memiliki

permasalahan salah satunya pengangguran. Jumlah penduduk Indonesia yang

semakin banyak mengakibatkan peningkatan jumlah angkatan kerja. Salah satu

provinsi dengan jumlah penduduk yang cukup banyak adalah Provinsi Jawa

Tengah. Jumlah penduduk di Provinsi Jawa Tengah menempati posisi ketiga

terbanyak setelah Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur. Dengan jumlah penduduk

yang tinggi menyebabkan angkatan kerja dan pencari kerja juga mengalami

peningkatan. Meningkatnya angkatan kerja tetapi tidak diimbangi dengan

meningkatnya lapangan pekerjaan, maka akan menyebabkan pengangguran.


Barlingmascakeb merupakan singkatan wilayah metropolitan kabupaten di

Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga,

Kabuoaten Banyumas, Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Kebumen. Rata-rata

TPT di Wilayah Barlingmascakeb pertahun cenderung lebih tinggi dibandingkan

dengan rata-rata TPT Provinsi Jawa Tengah. Jumlah penduduk Wilayah

Barlingmascakeb cukup banyak menyebabkan angkatan kerja meningkat, namun

lapangan kerja masih terbatas yang menyebabkan tingginya nilai TPT. Upah

Minimum Kabupaten/Kota (UMK) yang ditetapkan pada masing-masing

kabupaten berbeda-beda. Selain itu tingkat inflasi di Wilayah Barlingmascakeb

juga mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Tingkat inflasi tersebut berpengaruh

terhadap perekonomian. Tingginya angka melek huruf juga berbeda-beda, angka

melek huruf tersebut menjadi indikator pendidikan atau kualitas SDM suatu

daerah serta dapat berpengaruh terhadap tingkat pengangguran. Berdasarkan latar

belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah jumlah penduduk berpengaruh secara signifikan terhadap Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) di wilayah Barlingmascakeb ?

2. Apakah Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) berpengaruh secara

signifikan terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di wilayah

Barlingmascakeb ?

3. Apakah inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) di wilayah Barlingmascakeb ?

4. Apakah angka melek huruf berpengaruh secara signifikan terhadap

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di wilayah Barlingmascakeb ?


C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan yang

ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pengaruh jumlah penduduk terhadap Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) di wilayah Barlingmascakeb.

2. Menganalisis pengaruh Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) terhadap

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di wilayah Barlingmascakeb.

3. Menganalisis pengaruh inflasi terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT) di wilayah Barlingmascakeb.

4. Menganalisis pengaruh angka melek huruf terhadap Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) di wilayah Barlingmascakeb.

D. Ruang Lingkup Penelitiaan

Berdasarkan topik yang penulis angkat, penelitian ini termasuk dalam

ruang lingkup Ilmu Ekonomi pada konsentrasi Ekonomi Sumber Daya

Manusia (SDM), karena dalam penelitian ini menganalisis penyebab tingkat

pengangguran pada suatu wilayah dengan melihat jumlah penduduk, Upah

Minimum Kabupaten/Kota (UMK), inflasi dan Angka Melek Huruf. Lokasi

yang menjadi objek penelitian ini adalah wilayah Barlingmascakeb dengan

rata-rata Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pertahun cenderung lebih

tinggi dari rata-rata Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Tengah.

Penelitian ini dibatasi untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk, Upah

Minimum Kabupaten/Kota (UMK), inflasi dan Angka Melek Huruf terhadap

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).


E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun praktis sebagai berikut :

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi penelitian yang

sejenis terkait pengaruh jumlah penduduk, Upah Minimum

Kabupaten/Kota (UMK), inflasi dan angka melek huruf terhadap Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT).

2) Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

berikut :

a. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan

pertimbangan pengambil keputusan terkait Upah Minimum

Kabupaten/Kota (UMK) dan kebijakan terkait ketengakerjaan

khususnya tingkat pengangguran, dengan membuat kebijakan atau

upaya untuk memperluas lapangan pekerjaan agar angkatan kerja dapat

terserap serta dapat menekan tingkat pengangguran di wilayah

Barlingmascakeb.

b. Bagi tenaga kerja, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi

untuk melihat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengangguran

dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan agar dapat mengurangi tingkat pengangguran.


BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN KAJIAN HIPOTESIS

A. Telaah Pustaka

1. Pengangguran

Menurut (Badan Pusat Statistik, n.d.) pegangguran adalah penduduk yang

tidak bekerja, tetapi aktif mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan

pekerjaan baru atau tidak aktif mencari kerja karena sudah memiliki pekerjaan

tetapi belum mulai bekerja. Pengangguran merupakan masalah makroekonomi


(Mankiw, 2006)
secara langsung yang mempengaruhi manusia . Dengan

adanya kehilangan pekerjaan, maka dapat menurunkan standar kehidupan dan

menyebabkan tekanan psikologis. Tingkat pengangguran (unemployment)

merupakan presentase besarnya angkatan kerja yang tidak mendapatkan


(Mankiw et al., 2013)
pekerjaan atau tidak bekerja . Untuk mengetahui tingkat

pengangguran dapat menggunakan perhitungan sebagai berikut :

Jumlah orang yang tidak bekerja


Tingkat Pengangguran= X 100
Angkatan Kerja

Angkatan Kerja=Jumlah orang yang bekerja+ Jumlah tidak bekerja

Menurut (Sukirno, 2016) pengangguran berdasarkan ciri atau

karakteristikya dapat digolongkan sebagai berikut :


1.) Pengangguran Terbuka

Pengangguran ini terjadi karena jumlah lapangan pekerjaan

yang tersedia lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja

yang meningkat. Keadaan tersebut mengakibatkan meningkatnya

jumlah tenaga kerja yang tidak mendapatkan pekerjaan.

2.) Pengangguran Tersembunyi

Pengangguran terjadi apabila bertambahnya tenaga kerja

namun tidak menghasilkan penambahan pada tingkat produksi.

3.) Pengangguran Musiman

Pengangguran musiman umumnya terjadi pada sektor pertanian

dan sektor perikanan. Pengangguran musiman terjadi disebabkan

karena pergantian musim.

4.) Setengah Menganggur

Pengangguran yang terjadi karena adanya imigrasi dari desa ke

kota dan tidak semua orang mendapatkan pekerjaan dengan mudah

di kota. Sebagian menjadi pengangguran dan ada yang tidak

menganggur namun tidak bekerja penuh waktu serta jam kerja

lebih rendah dibawah normal.

Menurut (Sukirno, 2016) pengangguran dapat diklasifikasikan

berdasarkan penyebabnya sebagai berikut :

1.) Pengangguran Friksional


Pengangguran ini terjadi bukan karena tidak mendapatkan

pekerjaan, tetapi dikarenakan sesorang ingin mencari pekerjaan lain

yang lebih baik. Pada saat perusahaan menawarkan upah atau gaji yang

tinggi maka mendorong pekerja untuk mencari pekerjaan yang baru

dengan upah atau gaji yang tinggi. Pekerja dalam proses mencari

pekerjaan tersebut dapat digolongkan sebagai pengangguran.

2.) Pengangguran Siklikal

Dalam perekonomian, pada saat permintaan agregat mengalami

kenaikan maka akan mendorong produksi dan meningkatkan tenaga

kerja. Namun, pada saat permintaan agregat mengalami penurunan

maka akan menyebabkan perusahaan mengurangi tenaga kerja yang

menyebabkan meningkatnya tingkat pengangguran.

3.) Pengangguran Struktural

Tidak semua perusahaan dalam perekonomian terus mengalami

kemajuan, beberapa mengalami kemunduran. Kemunduran tersebut

dapat menyebabkan menurunya produksi dalam perusahaan yang

menyebabkan tenaga kerja diberhentikan dan mengakibatkan

pengangguran. Pengangguran tersebut disebabkan karena perubahan

struktur dalam kegiatan ekonomi.

4.) Pengangguran Teknologi

Pengangguran ini disebabkan oleh kemajaun teknologi. Tenaga

manusia digantikan dengan mesin-mesin atau sejenisnya. Misalnya,


pabrik mengganti tenaga kerja manusia dengan menggunakan

teknologi canggih seperti mesin-mesin dan lainnya.

Menurut (Suparmono, 2004) terdapat beberapa faktor yang

menyebabkan pengangguran antara lain :

a.) Pertumbuhan penduduk yang tinggi, apabila pertumbuhan

penduduk tinggi tetapi tidak memiliki keahlian dan

perekonomian tidak dapat menyerap tenaga kerja tersebut.

Adanya ketidakseimbangan pertumbuhan penduduk dan

lapangan pekerjaan.

b.) Rendahnya laju investasi produktif, dengan rendahnya investasi

menyebabkan rendahnya kesempatan kerja bagi masyarakat.

c.) Siklus bisnis yang melemah, terdapat gelombang ekonomi pada

siklus bisnis, secara aktual siklus bisnis diukur dari GNP riil

yang dihasilkan selama satu tahun, Pada saat puncak kegiatan

bisnis (peak) kebutuhan tenaga kerja meningkat sehingga

jumlah penangguran rendah, setelah kondisi puncak siklus

bisnis mengalami kondisi puncak kelesuan (trough) kebutuhan

tenaga kerja sedikit sehingga mennyebabkan pengangguran.

d.) Rendahnya kualitas pendidikan masyarakat, masyarakat tidak

dapat memanfaatkan kesempatan kerja yang ada yang

disebabkan oleh ketidaksesuaian keahlian tenaga kerja yang

dimiliki dengan keahlian tenga kerja yang dibutuhkan.


e.) Strategi industri yang labor saving, dengan kemajuan teknologi

menyebabkan penghematan tenaga kerja pada proses produksi

dan penggunaan modal secara insentif (capital insentive)

Menurut (Nanga, 2005) dampak terjadinya pengangguran

terhadap perekonomian antara lain :

a.) Masyarakat tidak dapat mencapai tingkat kesejahteraan,

karena pengangguran menyebabkan output aktual yang

dapat dicapai berada di bawah output potensial.

b.) Pengangguran yang terjadi karena rendahnya tingkat

kegiatan ekonomi dapat mengurangi pendapatan pajak yang

mungkin diperoleh pemerintah.

c.) Menghambat pertumbuhan ekonomi dan berdampak buruk

pada kegiatan sektor swasta. Pengangguran yang

disebabkan kelesuan kegiatan perusahaan menyebabkan

berkurangnya keuntungan yang mengakibatkan

berkurangnya keinginan perusahaan untuk melakukan

investasi.

2. Penduduk

Menurut (Badan Pusat Statistik, n.d.) penduduk merupakan orang yang

berada di wilayah geografis Negara Indonesia dalam waktu enam bulan atau

lebih dan orang yang berdomisili dalam waku kurang dari enam bulan akan
menetap. Dalam pembaharuan SP2020 penduduk adalah semua orang yang

berdomisili wilayah NKRI dalam waktu satu tahun atau lebih maupun mereka

yang berdomisili kurang dari satu tahun namun memiliki tujuan untuk

menetap. Jumlah penduduk berarti jumlah masyarakat yang berdomisili dalam

suatu wilayah. Pertumbuhan penduduk dapat diukur menggunakan laju

pertumbuhan penduduk yang merupakan presentase perubahan penduduk


(Badan Pusat Statistik, n.d.)
pertahun dalam jangka waktu tertentu .

Teori Malthus dalam (Nur Azizah & Nur Asiyah, 2022) mempercayai

apabila pertumbuhan penduduk tidak dikendalikan maka sumber daya alam

akan habis akhirnya. Menurut Malthus dan Philip Hauser jumlah penduduk

yang besar dapat menyebabkan tinggi rendahya kemiskinan, jumlah penduduk

tersebut dipengaruhi oleh kelahiran, kematian dan migrasi. Dengan

meningkatnya angka kelahiran maka akan meningkatkan pertumbuhan

penduduk.

3. Upah

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021 tentang

Pengupahan, yang dimaksud upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan

dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi

kerja kepada tenaga kerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan sesuai

perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undang, termasuk

tunjangan pekerja dan keluarganya atas pekerjaan yang telah dilakukan.


(Badan Pusat Statistik, 2020)
Menurut Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)
adalah upah yang berlaku di wilayah kabupaten atau kota. Dalam Pasal 1

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.18 Tahun 2022 upah minimum

merupakan upah bulanan terendah yang ditetapkan oleh Gurbenur sebagai

jaring pengaman. Pada padal 5 dijelaskan bahwa :

(1) Upah Minimum terdiri atas :

a. Upah Minimum provinsi;

b. Upah Minimum kabupaten/kota;

(2) Upah Minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

berdasarkan kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan.

(3) Penetapan Upah Minimum dilakukan bagi :

a. Daerah yang telah memiliki Upah Minimum

b. Kabupaten/kota yang belum memiliki Upah Minimum dan

c. Daerah hasil pemekaran.

Dasar-dasar teori ekonomi dari upah minimum menurut


(Mankiw et al., 2013)
yaitu pada saat adanya peraturan minimum yang mengharuskan

upah berada di atas titik keseimbangan permintaan dan penawaran, maka

dapat meningkatkan jumlah penawaran tenaga kerja dan jumlah permintaan

tenaga kerja berkurang dibandingkan dengan titik keseimbangan. Maka terjadi

surplus tenaga kerja terjadi karena jumlah orang yang ingin bekerja lebih

banyak dibandingkan jumlah pekerjaan yang ada dan menyebabkan sebagian

pekerja tidak mendapatkan pekerjaan. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar

2.1 berikut,
Gambar 2.1 Kurva Upah Minimum

4. Inflasi

Inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga-harga secara


(Boediono, 2001)
umum dan terjadi secara terus menerus . Naiknya harga

barang dan jasa tersebut dapat mengakibatkan turunnya nilai mata uang,

dengan kata lain adanya inflasi, nilai mata uang mengalami penurunan
(Badan Pusat Statistik, n.d.)
terhadap nilai barang dan jasa secara umum .

Terdapat penggolangan inflasi berdasarkan tingkat keparahannya antara

lain :

a.) Inflasi ringan, memiliki nilai di bawah 10% setahun

b.) Inflasi sedang, memiliki nilai antara 10% – 30% setahun

c.) Inflasi berat, memiliki nilai antara 30% – 100% setahun

d.) Hiperinflasi, memiliki nilai di atas 100% setahun

Menurut (Boediono, 2001) penggolongan inflasi berdasarkan

penyebabnya dapat dibedakan dalam dua macam yaitu :


a.) Demand inflation, inflasi yang disebabkan oleh permintaan masyarakat

akan barang-barang yang sangat kuat.

b.) Cost inflation, inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan ongkos atau

biaya produksi.

Pada dasarnya inflasi mengukur adanya perubahan harga dari


(Suparmono, 2004)
waktu ke waktu . Salah satu indeks yang digunakan

untuk melihat inflasi adalah Angka Indeks Laspeyres :

L=
∑ Pn Qn x 100
∑ P0 Q 0

Keterangan :

L = Indeks Laspeyres

Pn= Indeks harga barang tahun perhitungan

P0= Indeks barang dan jasa tahun dasar (base year)

Q 0= Jumlah barang dan jasa pada tahun dasar

Inflasi dapat menguntungkan bagi sekelompok orang yang

memiliki uang lebih, karena uang tersebut dapat dialokasikan di pasar

uang dan diinvestasikan untuk aset. Namun, bagi sekelompok orang

dengan pendapatan rendah dapat menyebabkan penurunan daya beli

uang yang dimiliki untuk membeli kebutuhan sehari-hari


(Suparmono, 2004)
.

5. Angka Melek Huruf


Menurut (Statistik Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2020) melek huruf

adalah kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis. Kemampuan

baca-tulis tersebut dianggap penting, karena melibatkan pembelajaran

secara berkelanjutan seseorang agar dapat mencapai tujuan yang

diinginkan dan berkaitan langsung tentang bagaimana seseorang

mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya dan berpartisipasi dalam

masyarakat. Angka Melek Huruf (AMH) merupakan proporsi besarnya

penduduk yang berusia 15 tahun keatas yang memiliki kemampuan

membaca dan menulis kalimat sederhana terhadap penduduk yang berusia

15 tahun keatas. Untuk mengetahui angka melek huruf dapat

menggunakan perhitungan sebagai berikut :

Jml penduduk usia 15th ke atasbisa membaca menulis


AMH= X 100
Jml penduduk umur 15 th ke atas

Angka melek huruf tersebut merupakan tolok ukur sumber daya

manusia di suatu daerah. Umumnya orang yang memiliki kemampuan

baca-tulis memiliki status sosial ekonomi, kesehatan dan peluang kerja

yang lebih baik. Dengan kemampuan baca-tulis maka dapat meningkatkan

peluang kerja dan akses pendidikan yang lebih luas


(Statistik Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2020)
.

B. Pengembangan Hipotesis

1. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai

referensi atau acuan penelitian. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang

peneliti peroleh dari beberapa jurnal sebagai berikut :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti, Metode


No Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Penelitian

1 Corolina, Natalia Mengetahui pengaruh Analisis regresi Inflasi dan upah


Nola & Panjawa, pertumbuhan data panel minimum
Jihad Lukis. 2020 ekonomi, inflasi, berpengaruh
pembangunan positif terhadap
manusia dan upah tingkat
minimum terhadap pengangguran.
tingkat pengangguran Pertumbuhan
di wilayah ekonomi dan
pengembangan pembangunan
Purwomanggung. manusia tidak
berpengaruh
signifikan.
2 Mahroji, Dwi & Mengetahui pengaruh Analisis regresi Jumlah
Anwar, Saiful, jumlah penduduk, linier berganda penduduk, PDRB
2020 PDRB dan indeks dan IPM
pembangunan berpengaruh
manusia terhadap positif dan
tingkat pengangguran signifikan
di Provinsi Jawa terhadap tingkat
Tengah tahun 2008 – pengangguran di
2012. Jawa Tengah
tahun 2008 –
2012.
3 Permadi, Edo & Mengetahui pengaruh Analisis regresi Jumlah
Chrystanto, Eko, jumlah penduduk, linier berganda penduduk, PDRB
2021 PDRB dan upah dan upah
minimum minimum
kabupaten/kota kabupaten/kota
terhadap tingkat berpengaruh
pengangguran terbuka signifikan
di Kabupaten/Kota di terhadap tingkat
Jawa Timur. pengangguran
terbuka di
Kabupaten/Kota
di Jawa Timur.
4 Windasari, Mengetahui pengaruh Analisis regresi Angka melek
Marcella P, angka melek huruf linier berganda huruf bepengaruh
Maulida, Mila & dan tingkat signifikan dan
Desmawan, Deris, pertumbuhan pertunbuhan
2022 penduduk terhadap penduduk
pengangguran di berpengaruh
Provinsi Banten tahun signifikan
2011 – 2019. terhadap tingkat
pengangguran.
5 Soekapdjo, Megetahui pengaruh Analisis regresi Inflasi dan indeks
Soeharjoto & inflasi, indeks data panel pembangunan
Oktavia, Mitha pembangunan manusia
Rachma, 2021 manusia dan upah berpengaruh
minimum provinsi negative dan
terhadap tingkat signifikan
pengangguran di terhadap
Indonesia. pengangguran.
Upah minimum
provinsi tidak
signifikan
terhadap
pengangguran di
Indonesia.
6 Sembiring, Mengetahui pengaruh Analisis regresi Produk domestik
Valentine B.P & produk domestik data panel regional bruto,
Sasongko, Gatot, regional bruto, inflasi, inflasi dan upah
2019 upah minimum dan minimum
jumlah penduduk berpengaruh
terhadap negatif dan
pengangguran di signifikan
Indonesia periode terhadap
2011 – 2017 pengangguran.
Jumlah penduduk
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengangguran.
7 Sisnita, Aisyah & Mengetahui jumlah Analisis regresi Jumlah penduduk
Prawoto, Nano, penduduk, upah data panel dan indeks
2017 minimum regional pembangunan
dan indeks manusia
pembangunan berpengaruh
manusia terhadap signifikan
tingkat pengangguran terhadap
terbuka di Provinsi pengangguran
Lampung (periode terbuka. Upah
2009 – 2015). minimum tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengangguran
terbuka.
8 Pratiwi, Hasih; Mengetahui pengaruh Analisis regresi Angkatan kerja,
Prawastyorini, angkatan kerja, angka data panel rasio
Ardina N & partisipasi kasar, rasio ketergantungan
Sugiyanto, 2019 ketergantungan, dan indeks
PDRB, upah pembangunan
minimum manusia
kabupaten/kota, berpengaruh
jumlah penduduk, signifikan
inflasi dan indeks terhadap tingkat
pembangunan pengangguran
manusia terhadap terbuka. Angka
tingkat pengangguran partisipasi kasar,
terbuka di Pulau PDRB, upah
Jawa. minimum
kabupaten/kota,
jumlah penduduk
dan inflasi tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap tingkat
pengangguran.
9 Gylych, Jelilov Mengetahui pengaruh Analisis OLS
Olanrewaju inflasi terhadap
Joseph, Obasa & pengangguran di
Abdurahman, Isik, Nigeria
2016
10
11

2. Kerangka Pemikiran

Pengangguran merupakan permasalahan yang dihadapi oleh negara

berkembang khususnya Indonesia. Jumlah penduduk yang cukup besar


mengakibatkan meningkatnya jumlah angkatan kerja, namun pertumbuhan

tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan jumlah lapangan kerja.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di wilayah Barlingmascakeb

memiliki rata-rata lebih tinggi setiap tahunnya dibandingkan dengan TPT

Provinsi Jawa Tengah. Menurut Badan Pusat Statistik, pada tahun 2020

rata-rata TPT Barlingmascakeb sebesar 6,62 sedangkan TPT Jawa Tengah

sebesar 6,48, begitu pula tahun 2021 dan 2022 yang memiliki nilai rata-

rata TPT lebih tinggi dibandingkan TPT Provinsi Jawa Tengah.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengangalisis pengaruh jumlah

penduduk, Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), inflasi dan angka

melek huruf terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Wilayah

Barlingmascakeb. Penulis menggunakan variabel independent yaitu

jumlah penduduk (X1), upah minimum kabupaten/kota (X2), inflasi (X3),

angka melek huruf (X4). Variabel dependen pada penelitian ini adalah

tingkat pengangguran terbuka (Y).

Variabel jumlah penduduk dengan tingkat pengangguran terbuka

memiliki hubungan positif, apabila jumlah penduduk tinggi maka dapat

meningkatkan pengangguran. Bertambahnya jumlah penduduk

menyebabkan angkatan kerja juga meningkat dan apabila tidak diimbangi

dengan bertambahnya jumlah lapangan kerja maka akan menyebabkan

meningkatnya angka pengangguran.


Variabel Upah Minimum Kabupaten/Kota dengan tingkat

pengangguran terbuka memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap

tingkat pengangguran. Pada saat Upah Minimum Kabupaten/Kota naik

maka tingkat pengangguran akan mengalami penurunan. Dengan adanya

upah yang tinggi akan mendorong tenaga kerja untuk bekerja dan

meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

Variabel Inflasi dengan tingkat pengangguran terbuka memiliki

hubungan negatif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran.

Keterkaitan inflasi dan pengangguran dapat dijelaskan pada kurva Philips

yang menyatakan bahwa pada tingkat pengangguran rendah cenderung

disertai inflasi yang tinggi. Hubungan tersebut didasarkan pada asumsi

bahwa inflasi adalah cerminan dari kenaikan permintaan agregat. Untuk

memenuhi kebutuhan pada saat inflasi, produsen akan meningkatkan

kapasitas produksinya dengan menambah tenaga kerja.

Variabel angka melek huruf dengan tingkat pengangguran terbuka

memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran.

Tingginya angka melek huruf maka akan meningkatkan kualitas SDM,

dimana SDM tersebut akan mempengaruhi pekerja untuk mendapatkan

pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.


Jumlah Penduduk (X1)

UMK (X2)
TPT (Y)

Inflasi (X3)

Angka Melek Huruf (X4)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

3. Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan penelitian terdahulu dan telaah pustaka di atas, maka

dapat dibuat dugaan sementara atau hipotesis pada penelitian ini, yaitu :

a. Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap TPT

Tingginya pertumbuhan penduduk dapat menjadi masalah

serius apabila penduduk tidak memiliki keahlian dan perekonomian

tidak mampu menyerapnya. Ketidakseimbangan antara tingginya

pertumbuhan penduduk dengan kemampuan perekonomian dalam

menyediakan lapangan pekerjaan akan menyebabkan munculnya


(Suparmono, 2004)
pengangguran . Dalam teori Malthus, pertumbuhan

jumlah penduduk lebih cepat dibandingkan pertumbuhan lapangan

kerja, akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara jumlah

pencari kerja dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, adanya gap

tersebut menyebabkan munculnya pengangguran. Penelitian yang


(Mahroji & Anwar, 2020)
dilakukan oleh menyatakan bahwa jumlah
penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran.
(Permadi & Chrystanto, 2021)
Kemudian, penelitian menyatakan bahwa

jumlah penduduk berpengaruh terhadap tingkat pengangguran.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disusun hipotesis sebagai

berikut :

Hi : jumlah penduduk memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap tingkat pengangguran terbuka

b. Pengaruh Upah Minimum Kabupaten/Kota Terhadap TPT

Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang ditetapkan

oleh Gurbenur sebagai jaring pengaman. Upah minimum merupakan

standar minimum dalam pemberian upah yang digunakan oleh

pengusaha kepada pekerja. Tujuan penetapan upah minimum tersebut

agar pekerja memperoleh penghasilan yang layak sebagai balas jasa


(Mankiw, 2006)
atas pekerjaan yang telah dilakukan. Namun, menurut

kekakuan upah dapat menyebabkan pengangguran. Pada saat upah riil

berada di atas tingkat keseimbangan permintaan dan penawaran maka

menyebabkan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah

tenaga kerja yang diminta. Perusahaan menjatah pekerjanya untuk

mendapatkan pekerjaan yang langka. Kekakuan upah riil mengurangi

kesempatan kerja dan meningkatkan pengangguran. Penelitian yang


(Permadi & Chrystanto, 2021)
dilakukan oleh menyatakan bahwa upah

minimum kabupaten/kota berpengaruh negatif dan signifikan terhadap


(Megantara et al., 2020)
tingkat pengangguran. Kemudian, penelitian
menyatakan bahwa upah minimum memiliki pengaruh negatif dan

signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka. Berdasarkan uraian

di atas, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :

Hi : upah minimum kabupaten/kota memiliki pengaruh negatif dan

signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka

c. Pengaruh Inflasi Terhadap TPT

Inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga secara umum

dan terus menerus selama periode tertentu. Adanya inflasi dapat

mempengaruhi kegiatan perekonomian masyarakat. Teori kurva

Philips menyatakan bahwa adanya keterkaitan inflasi dan

pengangguran, pada tingkat pengangguran rendah cenderung disertai

inflasi yang tinggi. Hubungan tersebut didasarkan pada asumsi bahwa

inflasi adalah cerminan permintaan agregat. Pada saat inflasi untuk

memenuhi permintaan yang naik maka produsen akan meningkatkan

kapasitas produksinya dengan menambah tenaga kerja. Sejalan dengan


(Sembiring & Sasongko, 2019)
penelitian menyatakan bahwa inflasi

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran. Kemudian


(Wijayanti & Karmini, 2014)
penelitian menyatakan bahwa tingkat inflasi

memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat


(Corolina & Panjawa, 2020)
pengangguran di Provinsi Bali. Sedangkan

penelitian menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka di Purwomanggung.


Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disusun hipotesis sebagai

berikut :

Hi : inflasi memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat

pengangguran terbuka

d. Pengaruh Angka Melek Huruf Terhadap TPT

Angka melek huruf dapat menjadi salah satu indikator

perkembangan pendidikan penduduk. Semakin tinggi nilai angka

melek huruf maka semakin tinggi pula kualitas SDM. Pada negara

berkembang, rendahnya keterampilan angkatan kerja disebabkan oleh

rendahnya kualitas pendidikan yang diterima masyarakat. Dengan

demikian, peluang kerja yang ada akan dimanfaatkan oleh tenaga kerja
(Suparmono, 2004)
dari luar . Penelitian yang dilakukan
(Windasari et al., 2022)
menyatakan bahwa angka melek huruf berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap tingkat pengangguran, apabila nilai angka

melek huruf tinggi, maka tingkat pengangguran akan berkurang.


(Ayu Arianti, 2020)
Sedangkan penelitian menyatakan bahwa angka

melek huruf tidak berpengaruh signifikan terhadap pengangguran.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disusun hipotesis sebagai

berikut :

Hi : angka melek huruf memiliki pengaruh negatif dan signifikan

terhadap tingkat pengangguran terbuka


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini merupakan presentase Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) di wilayah Barlingmascakeb yaitu Kabupaten

Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banyumas,

Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Kebumen.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 5 kabupaten di Jawa Tengah yaitu

Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten

Banyumas, Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Kebumen.

4. Metode Penelitian

Dalam Penelitian ini menggunakan metode penilitian

kuantitatif dengan teknik pengumpulan data skunder. Alat analisis


yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel yang

merupakan kombinasi dari data time series dan cross section.

5. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder, data sekunder

merupakan…

Data sekunder tersebut diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik

(BPS), diantaranya sebagai berikut :

a.) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5 Kabupaten di Jawa

Tengah tahun…

b.) Jumlah Penduduk pada 5 Kabupaten di Jawa Tengah tahun….

c.) Upah minimum kabupaten/kota pada 5 Kabupaten di Jawa Tengah

tahun..

d.) Inflasi pada 5 Kabupaten di Jawa Tengah tahun…

e.) Angka melek huruf pada 5 Kabupaten di Jawa Tengah tahun….

B. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

1. Definisi Konseptual Variabel

a. Tingkat Pengangguran Terbuka (Y)

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Badan

Pusat Statistik (BPS) merupakan presentase besarnya jumlah

penganggiran terhadap jumlah angkatan kerja. Tingkat

pengangguran (unemployment) merupakan presentase besarnya

angkatan kerja yang tidak mendapatkan pekerjaan atau tidak


(Mankiw et al., 2013)
bekerja .
b. Jumlah Penduduk (X1)

Dalam pembaharuan SP2020 penduduk adalah semua orang

yang berdomisili di wilayah NKRI dalam waktu satu tahun atau

lebih maupun mereka yang berdomisili kurang dari satu tahun

namun memiliki tujuan untuk menetap. Jumlah penduduk berarti

jumlah semua orang yang berdomisili di wilayah NKRI.

c. Upah Minimum Kabupaten/Kota (X2)

Menurut Pasal 1 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.18

Tahun 2022 upah minimum merupakan upah bulanan terendah

yang ditetapkan oleh Gurbenur sebagai jaring pengaman.

Sedangkan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) adalah upah

yang berlaku di wilayah kabupaten atau kota


(Badan Pusat Statistik, 2020)
.

d. Inflasi (X3)

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) inflasi merupakan

kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan berlangsung

secara terus menerus.

e. Angka Melek Huruf (X4)

Menurut BPS, angka melek huruf merupakan proporsi

jumlah penduduk yang berusia 15 tahun keatas yang memiliki

kemampuan membaca dan menulis terhadap penduduk yang

berusia 15 tahun keatas.


2. Definisi Operasional Variabel

a. Tingkat Pengangguran Terbuka (Y)

Tingkat pengangguran terbuka merupakan presentase

jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja di 5

kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dalam rentang tahun … dalam

satuan presentase. TPT dapat dihitung dengan rumus yang

digunakan oleh BPS, yaitu sebagai berikut :

Jumlah orang yang tidak bekerja


Tingkat Pengangguran= X 100
Angkatan Kerja

Angkatan Kerja=Jumlah orang yang bekerja+ Jumlah tidak bekerja

b. Jumlah Penduduk (X1)

Jumlah penduduk merupakan jumlah masyarakat yang

berdomisili dalam suatu wilayah dan tercatat secara sah

berdasarkan peraturan yang berlaku. Jumlah penduduk dalam

penelitian ini merupakan jumlah penduduk total baik laki-laki

maupun perempuan pada 5 kabupaten di Provinsi Jawa Tengah

dalam rentang tahun.. Untuk satuan dari jumlah penduduk yaitu

jiwa.

c. Upah Minimum Kabupaten/Kota (X2)

Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) merupakan upah

yang berlaku dalam sebuah kabupaten/kota yang ditetapkan pada


masing-masing daerah. Dalam penelitian ini merupakan UMK

pada 5 kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dalam rentang tahun.. .

Untuk satuan dari Upah Minimum Kabupaten/Kota yaitu rupiah.

d. Inflasi (X3)

Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dan terjadi

secara terus menerus. Inflasi sendiri memiliki satuan dalam bentuk

presentase. Salah satu indeks yang digunakan untuk menghitung

inflasi adalah

e. Angka Melek Huruf (X4)

Angka melek huruf merupakan merupakan besarnya

penduduk yang berusia 15 tahun ke atas yang memiliki

kemampuan membaca dan menulis kalimat sederhana terhadap

penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. Untuk satuan dari

angkamelek huruf yaitu presentase. Angka melek huruf dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Jml penduduk usia 15th ke atasbisa membaca menulis


AMH= X 100
Jml penduduk umur 15 th ke atas

C. Teknik Analisis Data


DAFTAR PUSTAKA

Agustin, E. (2020). Pengaruh Tingkat Pendidikan dan UMK Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
di Kabupaten Mojokerto Tahun 2014 - 2018. Jurnal Inovasi Penelitian, Vol. 1 No.7.

Ayu Arianti, D. (2020). Pengaruh Angka Melek Huruf dan Inflasi Terhadap
Pengangguran di Provinsi Jawa Tengah. In JUPE (Vol. 08).
Badan Pusat Statistik. (n.d.).
Badan Pusat Statistik. (2020).
Badan Pusat Statistik. (2021).
Boediono. (2001). Ekonomi Makro (Edisi 4).
Corolina, N. N., & Panjawa, J. L. (2020). Determinan Tingkat Pengangguran: Studi
Kasus Wilayah Pengembangan Purwomanggung, Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, 9(1), 45–55. https://doi.org/10.23960/jep.v9i1.77
Dores, E., & Koto, J. (2015). Pengaruh Angka Melek Huruf dan Angka Harapan Hidup
Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Propinsi Sumatera Barat. Economica, 2(2),
126–133. https://doi.org/10.22202/economica.2014.v2.i2.225
Gilarso, T. (2004). Pengantar Ilmu Ekonomi Makro (Edisi Revisi). Kanisius (Anggota
IKAPI).
Kuntiarti, D. D. (2018). Pengaruh Inflasi, Jumlah Penduduk dan Kenaikan Upah
Minimum Terhadap Pengangguran Terbuka di Provinsi Banten Tahun 2010-2015.
Jurnal Pendidikan Dan Ekonomi.
Mahroji, D., & Anwar, S. (2020). Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB dan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap Tingkat Pengangguran di Provinsi Jawa
Tengah. JURNAL EKOBIS. http://ejournal.stiemj.ac.id/index.php/ekobis48
Mankiw, N. G. (2006). Makroekonomi (Edisi Keenam). Erlangga.
Mankiw, N. G., Quah, E., & Wilson, P. (2013). Pengantar Ekonomi Makro: Vol.
Volume 2 (Edisi Asia). Salemba Empat.
Megantara, D. E., Kembar, M., & Budhi, S. (2020). Pengaruh Angka Melek Huruf dan
Upah Minimum Terhadap Tingkat Pengangguran dan Indeks Pembangunan
Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. E-Jurnal Unud, 91–119.
Nanga, M. (2005). Makroekonomi (Teori, Masalah & Kebijakan). Raja Grafindo
Persada.
Nur Azizah, A., & Nur Asiyah, B. (2022). Pengaruh Jumlah Penduduk, Indeks
Pembangunan Manusia, Produk Domestik Regional Bruto, dan Pengangguran
Terhadap Kemiskinan di Jawa Timur. SIBATIK JOURNAL: Jurnal Ilmiah Bidang
Sosial, Ekonomi, Budaya, Teknologi, Dan Pendidikan, 1(12), 2697–2718.
https://doi.org/10.54443/sibatik.v1i12.420
Permadi, E., & Chrystanto, E. (2021). Analisa Pengaruh Jumlah Penduduk, Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Upah Minimum Kabupaten/Kota terhadap
Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun
2012-2018. OECONOMICUS Journal of Economics.
Rozaini, N., & Nabila. (2022). Pengaruh Inflasi dan Upah Minimum Kota (UMK)
Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Padang Sidempuan.
NIAGAWAN, 11(3).
Saptenno, F., & Maatoke, C. K. (2022). Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan
Manusia, Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Terhadap Pengangguran Di Provinsi
Maluku. Jurnal Cita Ekonomika, 16(1), 41–49.
https://doi.org/10.51125/citaekonomika.v16i1.5760
Sembiring, V. B. P., & Sasongko, G. (2019). Pengaruh Produk Domestik Regional
Bruto, Inflasi, Upah Minimum dan Jumlah Penduduk Terhadap Pengangguran di
Indonesia Periode 2011 - 2017. International Journal of Social Science and
Business, 430–443.
Soekapdjo, S., & Oktavia, M. R. (2021). Pengaruh Inflasi, Indeks Pembangunan
Manusia, Dan Upah Minimum Provinsi Terhadap Pengangguran Di Indonesia.
Jurnal Ecodemica Jurnal Ekonomi Manajemen Dan Bisnis, 5(2), 94–102.
https://doi.org/10.31294/eco.v5i2.10070
Statistik Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. (2020).
Statistik Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. (2022).
Sukirno, S. (2006). Ekonomi Pembangunan (Edisi Kedua). Kencana Prenanda Media
Group.
Sukirno, S. (2007). Makroekonomi Modern Perkembangan Pemikiran Dari Klasik
Hingga Keynesian Baru. Raja Grafindo Persada.
Sukirno, S. (2016). Makroekonomi Teori Pengantar (Edisi Ketiga). Raja Grafindo
Persada.
Suparmono. (2004). Pengantar Ekonomika Makro (Edisi Pertama).
Widyaningrum, A., & Bintariningtyas, S. (2021). Pengaruh Upah Minimum, PDRB
dan Jumlah Industri Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Di
Karesidenan Madiun Pada Tahun 2017-2020. EKOMAS : Jurnal Ilmu Ekonomi
Manajemen Dan Akuntansi, 10, 67–74.
http://ekomaks.unmermadiun.ac.id/index.php/ekomaks
Wijayanti, N. N. S. A., & Karmini, N. L. (2014). Pengaruh Tingkat Inflasi, Laju
Pertumbuhan Ekonomi dan Upah Minimum Terhadap Tingkat Pengangguran
Terbuka di Provinsi Bali. E-Jurnal EP Unud .
Windasari, M. P., Maulida, M., & Desmawan, D. (2022). Pengaruh Angka Melek
Huruf dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Terhadap Pengangguran di Provinsi
Banten Tahun 2011-2019. Jurnal Ekonomi, Binsis Dan Manajemen, Vol.1, 149–
155.

Anda mungkin juga menyukai