Anda di halaman 1dari 41

PENGARUH PENDIDIKAN, UPAH, DAN USIA TERHADAP

PRODUKTIFITAS TENAGA KERJA DI KABUPATEN LUWU UTARA

Oleh

FIRMAN ALI AKBAR


NIM : 90300116077

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan

kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat (Arsyad,

2003). Oleh karena itu, pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan

kualitas sumber daya.Ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar

dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi sosial dan ekonomi. Salah

satu tujuan penting dalam pembangunan ekonomi adalah penyediaan lapangan

kerja yang cukup untuk mengejar pertumbuhan angkatan kerja, yang

pertumbuhannya lebih cepat dari pertumbuhan kesempatankerja.

Masalah kesempatan kerja merupakan masalah penting dalam makro

ekonomi karena tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi selain modal

dan teknologi. Di Indonesia sendiri, dimana jumlah penduduk mencapai 220 juta

orang, mempunyai sumber daya manusia yang sangat besar sekali untuk

didayagunakan. Jumlah penduduk yang besar ini akan menjadi potensi atau modal

bagi pembangunan ekonomi karena menyediakan tenaga kerja berlimpah sehingga

mampu menciptakan nilai tambah bagi produksi nasional jika kualitasnya bagus.

Namun, akan menjadi beban apabila kualitasnya rendah karena memiliki

kemampuan dan produktivitas yang terbatas dalam menghasilkan produksi untuk

kebutuhan pangan, sandang dan papan. Kondisi tingginya jumlah penduduk tetapi
memiliki kemampuan yang rendah inilah yang menjadi masalah ketenagakerjaan

di Indonesia selama ini.

Islam memerintahkan manusia agar melaksanakan aktivitas produksi dan

pengembangannya, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, lewat pengerahan

segala kemampuannya dengan tekun. Al-Qur’an menerangkan bahwa hamparan

bumi adalah potensi yang dengan ketekunan manusianya menciptakan dan

mengembangkannya (Effendi, 2007). Produktivitas kerja seorang muslim

tercermin dari kuantitas dan kualitasnya. Dalam hal ini digambarkan pada Quran

Surah (QS) Az-Zariyat/Surah Ke-51 dalam Al-quran: 22 yang berbunyi

‫َوفِى ال َّس َم ۤا ِء ِر ْزقُ ُك ْم َو َما تُ ْو َع ُد ْو َن‬


Terjemahnya:

“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa


yang dijanjikan kepadamu”
Bermakna bahwa Bekerja untuk mencari nafkah adalah hal yang istimewa

dalam pandangan Islam. Allah telah berjanji kepada orang yang beriman dan

melakukan pekerjaan yang baik bahwa bagi mereka ampunan Allah dan

ganjaran yang besar. Ayat ini menunjukkan bahwa adanya motivasi kerja yang

utuh dalam Islam. Motivasi bekerja untuk mendapatkan ampunan dan ganjaran

Allah adalah motivasi terbesar bagi seorang muslim. Bekerja dalam Islam tidak

hanya mengejar “bonus duniawi” namun juga sebagai amal soleh manusia untuk

menuju kepada kekekalan


Luwu utara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan

yang memiliki jumlah penduduk cukup tinggi sehingga jumlah angkatan kerja

juga tinggi hal ini dapat di lihat pada tabel 1.1

Tabel 1.1
Banyak penduduk dan Produktivitas
Kabupaten luwu utara 2016-2020
Tahun Jumlah tenaga PDRB(juta) Produktivitas(juta/jiwa)
kerja(jiwa)
2016 1320,300.00 9 790 450,3 7,4
2017 1411,400.00 10 800 790,9 7,6
2018 1431,500.00 11 964 803,5 8,1
2019 1473,100.00 13 047 300,0 8,8
2020 1540,400.00 14 067 630,0 9,1
Sumber: BPS Kabupaten Luwu Utara, 2016-2020

Produktivitas(juta/jiwa)
10
8 Produktivitas(juta/jiwa)

6
4
2
0
9 790 450,3 10 800 790,9 11 964 803,5 13 047 300,0 14 067 630,0
1320,300.00 1411,400.00 1431,500.00 1473,100.00 1540,400.00
2016 2017 2018 2019 2020

Dari data tabel 1.1 dapat dilihat bahwa kurun waktu 2016-2020 jumlah

penduduk luwu utara yang bekerja kian meningkat tiap tahun nya. Persentase

peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2020 yaitu sebesar 1540,400.00 jiwa dan
terendah pada tahun 2016 yaitu 1320,300.00 jiwa. Dengan jumlah penduduk yang

tinggi berarti jumlah angkatan kerja bertambah sehingga jumlah penduduk yang

berkerja di kabupaten luwu utara juga tinggi..bisa di lihat pada tabel 1.1 bahwa

PDRB luwu utara mengalami fluktuasi dimana angka tertinggi pada tahun 2020

yaitu sebesar 9.1% dan terendah pada tahun 2016 yaitu sebesar 7,4% dan sisanya

tidak terlalu mieningkat maupun menurun secara signifikan. Partisipasi angkatan

kerja yang banyak tersebut diharapkan akan mampu memacu meningkatkan

kegiatan ekonomi, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Akan tetapi pada kenyataannya, jumlah penduduk yang banyak tidak

selalu memberikan dampak yang positif terhadap kesejahteraan.

Banyaknya jumlah tenaga kerja harusnya bisa lebih dimaksimalkan

produktivitasnya sehingga dapat menyokong pendapatan rumah tangga dan pada

akhirnya berdampak positif pada pembangunan nasional. Produktivitas secara

sederhana dapat diartikan dengan peningkatan kuantitas dan kualitas, bisa juga

diartikan bekerja secara efektif dan efisien. Karena itu antara produktivitas, efektif

dan efisien dan kualitas sangat berdekatan artinya. Sumber-sumber ekonomi yang

digerakkan secara efektif memerlukan keterampilan organisatoris dan teknis,

sehingga mempunyai tingkat hasil guna yang tinggi. Artinya, hasil ataupun

output yang diperoleh seimbang dengan masukan (sumber-sumber ekonomi) yang

diolah (Sinungan,2005).

Menurut Mulyadi dalam penelitian Oktaviana (2011), tingkat produktivitas

tenaga kerja digambarkan dari rasio PDRB terhadap jumlah tenaga kerja yang

digunakan. Jadi, produktivitas itu sendiri merupakan gambaran kemampuan


pekerja dalam menghasilkan output. Semakin tinggi output yang dihasilkan oleh

seorang pekerja, menunjukkan semakin tinggi tingkat produktivitas pekerja

tersebut. Untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas maka

dibutuhkan pendidikan, karena pendidikan dianggap mampu menghasilkan tenaga

kerja yang bermutu tinggi, mempunyai pola pikir dan cara bertindak yang modern.

Sumber daya manusia seperti inilah yang diharapkan mampu menggerakkan roda

pembangunan kedepan.

Tabel 1.2 akan menunjukan jumlah penduduk kabupaten luwu utara di

tinjau dari tingkatan pendidikan yang di tamatkan.

Tabel 1.2
Banyaknya penduduk usia 15 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan dan
rata-rata lama sekolah di kabupaten luwu utara tahun 2016-2020
Tahun Jumlah penduduk Rata-rata lama sekolah
(jiwa) (%)
2016 13.824 7.39
2017 13.658 7.52
2018 13.800 7.53
2019 14.234 7.78
2020 14.600 7.79
Sumber : Kabupaten luwu utara dalam angka 2016-2020

Menurut tingkat pendidikan kabupaten luwu utara tahun 2016-2020 yang

mengalami perkembangan yang cukup baik. Jika di lihat dari pertumbuhan setiap

tahunnya maka pada tahun 2020 memuncaki jumlah tertinggi yaitu 14.600 jiwa

dengan rata-rata lama sekolah 7.79% dan paling rendah pada tahun 2017 sebesar

13.658 jiwa namun dengan rata-rata lama sekolah yang lebih unggul dari pada

tahun yang ada di bawahnya yaitu 7,52% sedangkan pada tahun 2016 sebesar

13,824 jiwa dengan rata-rata lama sekolah 7.39% dan selalu mengalami

peningkatan di tahun-tahun berikutnya


Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi juga

tingkat produktivitas atau kinerja tenaga kerja tersebut (Simanjuntak, 2001). Pada

umumnya orang yang mempunyai pendidikan formal maupun informal yang lebih

tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas. Tingginya kesadaran akan

pentingnya produktivitas, akan mendorong tenaga kerja yang bersangkutan

melakukan tindakan yang produktif (Kurniawan, 2010). Dari pernyataan tersebut

dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan seorang tenaga kerja berpengaruh

positif terhadap produktivitas, karena orang yang berpendidikan lebih tinggi

memiliki pengetahuan yang lebih untuk meningkatkan kinerjanya.

Pada umunya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi, formal atau

informal akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama dalam penghayatan

akan arti pentingnya produktivitas. Tingginya kesadaran akan pentingnya

produktivitas, mendorong tenaga kerja bersangkutan melakukan tindakan

produktif.

Kondisi ini didukung oleh kurang meratanya kesempatan bagi sebagian

penduduk dalam mengakses pendidikan di Kabupaten Luwu Utara. Padahal

pendidikan merupakan salah satu hal yang memampukan masyarakat bersaing

dalam dunia kerja, karena diharapkan dengan semakin tinggi pendidikan

seseorang, maka produktivitas orang tersebut juga semakin tinggi.

Selain pendidikan hal yang tidak kalah penting dalam meningkatkan

produktivitas tenaga kerja adalah usia (Tanto 2012),dan (Mahendra 2104). Usia

yang masih dalam masa produktif biasanya mempunyai tingkat produktivitas lebih

tinggi di bandingkan dengan tenaga kerja yang sudah berusia tua sehingga fisik
yang dimiliki menjadi lemah dan terbatas begitupun dengan usia yang belum

masuk dalam usia produktif atau belum matang, apabila usia pekerja beranjak

naik maka tingkat produktivitas dari pegawai tersebut akan meningkat karena

pekerja tersebut berada dalam usia produktif dan apabila usia pekerja menjelang

tua maka tingkat produktivitas pekerja pun akan semakin menurun karena

keterbatasan faktor fisik dan kesehatan mempengaruhi (Simanjuntak

2001).Defenisi ketenegakerjaan yang digunakan dalam penyusunan perencanaan

PTKD adalah defenisi yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik dalam

pengumpulan data ketenagakerjaan adalah penduduk usia kerja adalah penduduk

berusia 15 tahun atau lebih.

Produktivitas tenaga kerja merupakan suatu ukuran sampai sejauh mana

manusia atau angkatan kerja dipergunakan dengan baik dalam suatu proses

produksi untuk mewujudkan hasil (output) yang diinginkan. Oleh karena itu,

dibutuhkan tenaga kerja yang profesional/kompetitif supaya perusahaaan dapat

melakukan aktivitasnya secara maksimal, meskipun semua peralatan modern yang

diperlukan telah tersedia. Tenaga kerja diharapkan dapat bekerja lebih produktif

dan profesional dengan didorong oleh rasa aman dalam melakukan segala

aktivitasnya. Untuk meningkatkan produktivitas para tenaga kerja, maka

diperlukan penghargaan serta pengakuan keberadaan para tenaga kerja tersebut.

Seseorang melakukan suatu pekerjaan karena mengharapkan suatu

imbalan dalam bentuk uang atau upah. Upah adalah hak pekerja yang diterima

dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha / pemberi

kerja kepada pekerja yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian
kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi

pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan

dilakukan (UU Tenaga Kerja No.13 Tahun 2000, Bab I, pasal 1, Ayat 30). Untuk

penjelasan upah minimum Kabupaten luwu utara selengkapnya dapat dilihat

dalam tabel 1.3berikut

Tabel 1.3
Upah Minimum Kabupaten Luwu Utara 2016-2020
Tahun UMK pertumbuhan (%)
2016 3.045.000 -
2017 3.269.212 0,07
2018 3.583.312 0,10
2019 3.871.052 0,08
2020 4.200.479 0,09
Sumber : BPS Kabupaten Luwu Utara

Pada tabel 1.3 terlihat bahwa dalam kurun waktu 2016 sampai 2020 , upah

minimum kabupaten luwu utara cenderung meningkat. Peningkatan tertinggi

terjadi pada tahun 2018 yaitu 0.10 % dan terendah 2017 yaitu sebesar 0,07 %

Kenaikan upah tersebut terjadi karena biaya hidup layak meningkat akibat harga-

harga kebutuhan ekonomi yang selalu meningkat. Pemerintah berusaha

meningkatkan upah minimum dan menyeimbangkan dengan Kebutuhan Hidup

Layak (KHL).

Upah merupakan masalah yang menarik dan penting bagi suatu

perusahaan, karena upah mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

pekerja. Apabila upah yang diberikan oleh suatu perusahaan di rasa sudah sesuai

dengan jasa atau pengorbanan yang diberikan maka karyawan akan tetap bekerja

dan lebih giat dalam bekerja (Setiadi, 2009). Diharapkan dengan tingkat upah

yang diperoleh dapat meningkatkan produktivitas seorang tenagakerja.


Besar kecil nya upah yang di berikan perusahaan kepada para pekerjanya

akan mempenaruhi tinggi rendahnya tingkat produktivitas kerja karyawan

(Setiadi, 2009). Saat seorang pekerja merasa nyaman dengan upah diterima maka

produktivitas nya dalam bekerja diharapkan akan meningkat. Upah yang nyaman

dalam bekerja diharapkan akan meningkat. Upah yang nyaman dalam hal ini

dapat di artikan dengan upah yang wajar,yakni dapat memungkinkan pekerja

untuk memenuhi kebutuhannya secara manusiawi. Sehingga ketika tingkat

penghasilan cukup, akan menimbulkan konsentrasi kerja dan mengarahkan

kemampuan yang dimiliki untuk meningktakan produktivitas (Kurniawan,2010)

Berdasarkan fakta-fakta di atas, penulis tertarik untuk meneliti dengan

judul “Pengaruh Pendidikan, Upah, dan Usia terhadap Produktifitas Tenaga

Kerja di Kabupaten Luwu Utara.

B. Rumusan masalah

1. Apakah pendidikan berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja di

Kabupaten Luwu Utara

2. Apakah upah berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja di

Kabupaten Luwu Utara

3. Apakah usia berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja di

Kabupateni Luwu Utara

C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap produktivitas tenaga

kerja di Kabupaten Luwu Utara

2. Untuk mengetahui pengaruh upah terhadap produktivitas tenaga kerja di

Kabupaten Luwu Utara

3. Untuk mengetahui pengaruh usia terhadap produktivitas tenaga kerja di

Kabupaten Luwu Utara

D. Manfaat penelitian

1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi di bidang ketenaga

kerjaan khususnya dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja

2. Praktis

a. Bagi perusahaan

Diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan bagi

pemerintah dalam pengolahan sumber daya manusia khusunya yang berhubungan

dengan produktivitas tenaga kerja.

b. Bagi peneliti

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dibidang ketenagakerjaan dan

dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan ataupun acuan untuk penelitian

berikutnya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Adam Smith ( 1729-1790) merupakan tokoh utama aliran klasik. Smith

menganggap bahwa manusia/penduduk merupakan factor produksi utama yang

akan menentukan kemakmuran karena tanah tidak akan berarti kalau tidak ada

sumber daya manusia yang pandai mengolahnya sehingga bermanfaat bagi

kehidupan. Menurut teori klasik kondisi full employment akan selalu terjadi

karena gaji berfungsi sebagai pengimbang antara penawaran dan permintaan

tenaga kerja (upah bersifat fleksibel). Penawaran dan permintaan tenaga kerja

berpotongan pada tingkat gaji

Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua

golongan tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong tenaga kerja adalah

penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-

beda antara satu negara dengan negara yang lain, seperti di Indonesia batas usia

kerja minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum, jadi setiap orang atau

semua penduduk yang sudah berusia 10 tahun tergolong sebagai angkatan kerja

(Dumairy,2001)

1. Konsep Ketenaga Kerjaan

Sumber daya manusia (SDM) mengandung dua pengertian. Pertama SDM

dapat diartikan sebagai usaha kerja atau jasa yang dapat di berikan dalam proses

produksi. Kedua , SDM menyangkut manusia yang mampu memberikan jasa atau

usaha kerja. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai
sifat ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut dinamakan tenaga kerja atau man

power (Simanjuntak, 2001). Daam produksi sebagai suatu struktur dasar aktivitas

perekonomian, tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting karena tenaga

kerja bertindak sebagai pelaku ekonomi, berbeda dengan faktor produksi lainnya

yang bersifat pasif (seperti : modal,bahan baku, mesin, dan tanah ). Tenaga kerja

berkemampuan bertindak aktif, mampu mempengaruhi dan melakukan

manajmenen terhadap faktor produksi lainnya yang terlibat dalam produksi

Gambar 2.1
Komposisi Penduduk Tenaga Kerja

Penduduk

Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja

Angkatan Bukan Dibawah DiAtas Usia


Angkatan Usia Kerja Kerja

Menganggur Bekerja Ibu Penerima Bersekolah


Rumah Pendapatan
Tangga

Berkerja Setengah
Penuh Menganggur

Kentara Tidak
(jam) Kentara
Sumber :Simanjuntak,2001

Pada dasarnya tenaga kerja dibagi ke dalam kelompok angkatan kerja

(labor force) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk dalam angkatan kerja
adalah (1) golongan yang bekerja dan (2) golongan yang menganggur dan

mencari pekerjaan. Menurut BPS (2009), angkatan kerja yang di golongkan

bekerja adalah:

a. Angkatan kerja yang digolongkan bekerja adalah:

1) Mereka yang dalam seminggu belum pencacahan melakukan perkerjaan

dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau

keuntungan yang lamanya bekerja palimg sedikit selama satu jam dalam

seminggu yang lalu.

2) Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan

pekerjaan atau bekerja kurang dari satu jam tetapi mereka adalahPekerja

tetap, pegawai pemerintah / swasta yang saling tidak masuk kerja karena

cuti, sakit, mogok, mangkir ataupun perusahaan menghentikan

kegiatansementara,Petani yang mengusahakan tanah pertanian yang tidak

bekerja karena menunggu hujan untuk menggarapsawah, Orang yang

bekerja di bidang keahlian seperti dokter, dalang dan lain- lain.

b. Angkatan kerja yang digolongkan menganggur dan sedang mencari pekerjaan

yaitu :

1) Mereka yang belum pernah bekerja, tetapi saat ini sedang berusaha

mencari pekerjaan

2) Mereka yang sudah pernah bekerja, tetapi pada saat pencacahan

menganggur dan berusaha mendapatkanpekerjaan.

3) Mereka yang dibebas tugaskan dan sedang berusaha mendapatkan

pekerjaaan.
Sedangkan yang termasuk dalam kelompok bukan angkatan kerja adalah

tenaga kerja atau penduduk usia kerja yang tidak bekerja dan tidak mempunyai

pekerjaan, yaitu orang-orang yang kegiataannya bersekolah (pelajar/mahasiswa),

mengurus rumah tangga maksudnya ibu-ibu yang bukan wanita karier atau

bekerja, serta penerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung dari

jasa kerjanya (pensiun/penderita cacat) (Simanjuntak,2001).

2. Teori Penawaran

Terdapatnya perminta akan suatu barang dalam suatu aktivitas ekonomi

belum tentu merupakan syarat untuk mewujudkan transaksi dalam pasar.

Permintaan akan dapat dipenuhi apabila para penjual dapat menyediakan barang

yang di perlukan tersebut, salah satunya adalah harga. Harga suatu barang atau

jasa di pandang sebagai faktor yang sangat penting dalam menentukan penawaran

barang. Oleh sebab itu, teori penawaran meumpukan perhatiannya kepada

hubungan antara tingkat harga dengan jumlah barang yang di tawarkan

(Sukirno.2008).

Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa semakin tinggi

harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang yang ditawarkan oleh para

penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang, semakin sedikit jumlah

barang yang ditawarkan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar2.2
Gambar 2.2
Kurva Penawaran
P

S
P1

P2

S
0 Q2 Q1

Sumber :Sukirno,2008

Perusahaan harus menggunakan berbagai jenis input yaitu tenaga kerja,

modal dan sumberdaya alam guna menghasilkan output yang dapat ditawarkan di

pasar. Adanya perubahan di pasar barang, misalnya meningkatnya permintaan

barang dan jasa maka perusahaan akan meresponnya dengan meningkatkan

produksi. Peningkatan produksi tentu akan mempengaruhi permintaan faktor-

faktor input tadi. Perusahaan akan memilih faktor produksi yang lebih

menguntungkan dengan membandingkan biaya modal dan tenaga kerja yang

terjadi di pasar modal dan pasar tenaga kerja (Nicholson, 2002).

3. Teori Penawaran kerja

Penawaran tenaga kerja adalah hubungan antara tingkat upah dengan

jumlah tenaga kerja. Motif perusahaan mempekerjakan seseorang adalah untuk

membantu produksi barang atau jasa yang akan dijual kepada konsumennya.

Besarnya permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja tergantung pada besarnya

permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksi perusahaan itu. Oleh


karenanya, permintaan terhadap tenaga kerja merupakan permintaan turunan

(derived demand). Sementara besarnya orang yang diterima bekerja dipengaruhi

oleh faktor penawaran tenaga kerja dan permintaan barang tersebut.

Besarnya penawaran dan permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat

upah (Simanjuntak, 2001). Seperti halnya dengan hukum penawaran barang,

dimana semakin tinggi harga maka penawaran barang akan meningkat, begitu

juga dengan penawaran tenaga kerja. Pada tingkat upah yang lebih tinggi

penawaran tenaga kerja melebihi permintaan tenaga kerja, sehingga persaingan di

antara individu dalam rangka memperebutkan pekerjaan akan mendorong

turunnya tingkat upah. Dan pada tingkat upah yang lebih rendah, jumlah total

tenaga kerja yang diminta oleh para produsen melebihi kuantitas penawaran yang

ada, sehingga produsen akan meminta lagi tenaga kerja dan penawaran tenaga

kerja akan kembalimeningkat.

4. Teori Labor

Satu minggu terdiri dari 168 jam dan masing-masing individu berbeda

dalam mengalokasikan jumlah jam tersebut untuk berbagai aktivitas. Diasumsikan

bahwa masing-masing individu mempunyai kebutuhan biologis yang tetap seperti

makan, tidur dan lain sebagainya yang membutuhkan waktu kurang lebih

sebanyak 68 jam per minggunya sehingga terdapat waktu 100 jam dalam satu

minggu untuk menentukan pilihan bagi masing-masing individu yang

dialokasikan untuk bekerja dan waktu senggang (Kauffman,1999).


Gambar 2.3
Perbedaan preferensi antara bekerja dan waktu senggang

income

(Y)

Ib

I2(Laid back person)

Ia I1(Workaholic person)

Sumber :Kauffman,1999

Kurva indifferen menunjukan ,workaholic person yaitu seorang yang ingin

menukarkan satujam waktu senggang hanya dengan kenaikan pendapatan yang

sedikit sedangkan hanya dengan kenaikan pendapatan yang sedikit. Sedangkan

kurva indifferent I2 menunjukan laid backperson, yaitu seorang yang ingin

mengarahkan satu jam dari waktu senggang dengan kenaikan pendapatan yang

lebih besar.

Keputusan individu untuk menambah jam kerja dipengaruhi oleh

perubahan (Mc Connel,Brue,dan Macpherson,1999)

a. Income effect, Individuakan mengurangi jam kerjanya apabila pendapatan

meningkat tetapi tingkat upah konstan.

b. Substitution effect, mengindikasikan perubahan keinginan menmbah jam

kerja karena perubahan tingkat upah konstan

c. Jika substitution effect lebih dominan dari income effect, keinginan individu

untuk bekerja menjadi lebih lama saat upah meningkat. Sebaliknya jika

income effect lebih besar dari substitution effect, kenaikan tingkat upah akan
menyebabkan keinginan untuk bekerja semakin sedikit.

5. Faktor yang mempengaruhi Penawaran Tenaga Kerja

Besarnya penawaran atau supply tenaga kerja dalam masyarakat adalah

jumlah orang yang menawarkan jasanya untuk proses produksi. Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja (Simbolon, 2010) yaitu :

a. Jumlah penduduk

Makin besar jumlah penduduk, makin banyak tenaga kerja yang tersedia

baik untuk angkatan kerja atau bukan angkatan kerja, dengan demikian jumlah

penawaran tenaga kerja juga akan semakin besar.

b. Struktur umur

Penduduk Indonesia termasuk dalam struktur umur muda, hal ini dapat

dilihat pada bentuk piramida penduduk Indonesia. Meskipun pertambahan

penduduk dapat ditekan tetapi penawaran tenaga kerja semakin tinggi karena

semakin banyaknya penduduk yang memasuki usia kerja, dengan demikian

penawaran tenaga kerja juga akan bertambah.

c. Tingkat Pendapatan

Secara teoritis tingkat upah akan mempengaruhi jumlah penawaran tenaga

kerja. Apabila tingkat upah naik, maka jumlah penawaran tenaga kerja akan

meningkat dan sebaliknya. Apabila upah meningkat dengan asumsi jam kerja

yang sama, maka pendapatan akan bertambah sehingga ibu

rumahtanggayangbekerjatidakperlulagimembantusuamiuntuk mencari nafkah

akibatnya tingkat partisipasi angkatan kerja akan berkurang, dengan demikian

supply tenaga kerja efektif akan berkurang.


d. Kebijaksanaan Pemerintah

Memasukkan kebijaksanaan Pemerintah dalam mengatasi permasalahan

penawaran tenaga kerja merupakan hal yang sangat relevan. Dimisalkan

kebijaksanaan pemerintah dalam hal wajib belajar 9 tahun, akan mengurangi

jumlah tenaga kerja dan adanya batasan umur kerja menjadi lebih tinggi akan

menimbulkan pengur angan jumlah tenaga kerja.

e. Bukan Angkatan Kerja

Wanita yang mengurus rumah tangga tidak termasuk dalam angkatan

kerja, tetapi mereka adalah tenaga kerja yang potensial yang sewaktu- waktu bisa

memasuki pasar kerja. Dengan demikian semakin besar jumlah wanita yang

mengurus rumah tangga maka penawaran tenaga kerja akan berkurang atau

sebaliknya. Sama dengan hal di atas, penduduk yang bersekolah tidak termasuk

dalam angkatan kerja tetapi mereka sewaktu- waktu dapat menjadi tenaga kerja

yang potensial, dengan demikian semakin besar jumlah penduduk yang

bersekolah berarti supply tenaga kerja akan berkurang. Oleh karena itu jumlah

penduduk yang bersekolah perlu diperhitungkan untuk masa yang akandatang.

f. Keadaan Perekonomian

keadaan perekonomian dapat mendesak seseorang untuk bekerja

memenuhi kebutuhannya, misalnya dalam satu keluarga harus bekerja semua

karena pendapatan suami tidak mencukupi kebutuhankeluarga, atau seorang

mahasiswa yang lulus tidak mau bekerja karena perekonomian orang tua sangat

memadai, atau seorang istri tidak perlu bekerja karena perekonomian suami sudah

mencukupi
6. Defenisi Produktivitas

Produktivitas menurut Sudomo, mempunyai berbagai pengertian

terpenting sebagai berikut

a. Produktivitas ialah rasio dari apa yang dihasilkan (output) terhadap

keseluruhan faktor produksi yang digunakan(input)

b. Dewan Produktivitas Nasional Indonesia merumuskan produktivitas sebagai

berikut : Produktivitas pada dasarnya adalah sesuatu sikap mental yang selalu

mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari

kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.

c. Produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan secara terpadu sumber daya

manusia dan ketrampilan barang modal, teknologi, manajemen, informasi,

energi dan sumber-sumber lain menuju kepada pengembangan dan

peningkatan standar hidup untuk seluruh masyarakat melalui konsep

produktivitas semesta/total.

d. Produktivitas adalah kekuatan pendorong (driving force) untuk mewujudkan

kualitas hidup, pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial yang pada

hakekatnya adalah sasaran pembangunan nasional. Dengan perkataan lain

produktivitas

mendorongpertumbuhandanpertumbuhanadalahkemajuan.Untuksuatun
e. Negara ukurannya adalah Gross Domestik Bruto (GDB)

O
Produktivitas¿
I

Dimana : P = Produktivitas

O = Output

I = Input

Dari defenisi di atas dapat dipahami bahwa pribadi yang produktif

menggambarkan potensi, persepsi dan kreativitas seorang yang senantiasa ingin

menyumbangkan kemampuannya agar bermanfaat bagi diri dan lingkungan. Jadi

orang yang produktif berarti orang yang dapat memberi sumbangan nyata dan

bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.

7. Manfaat masyarakatan Produktif

Produktivitas merupakan salah satu kunci dalam mendorong kehidupan

dan pertumbuhan ekonomi secara optimal. Mutu kehidupan negara yang

ekonominya telah maju ternyata lebih tinggi dibanting dengan mutu kehidupan di

negara-negara yang sedang berkembang. Beberapa manfaat yang dapat di peroleh

dalam memasyarakatan produktivitas, secara garis besar di antaranya adalah

a. Meningkatkan produktivitas nasional

Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan terwujud kemakmuran

rakyat yang ditandai dengan standard hidup yang lebih baik. Standard hidup yang

lebih baik antara lain, perolehan pendapatan perkapita lebih besar, pelayanan

sosial semakin bervariasi, berkualitas dan lebih baik, pendapatan pemerintah dari

berbagai sektor meningkat terutama dari sektor swasta. Hasil-hasil yang diperoleh
dapat digunakan untuk membiayai pembangunan, terutama pada sektor-sektor

yang berkaitan dengan infrastruktur dan pengembangan pendidikan, yang

dianggap sebagai pilar peningkatan kualitas disegala aspek kehidupan. Dengan

pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, diharapkan akan menjadi daya tarik

investor untuk menanamkanmodalnya.

b. Meningkatkan produktivitas regional

Di tingkat regional, masing-masing Provinsi/ Kota/ Kabupaten saling

berlomba untuk berkreatifitas dalam rangka mengembangkan potensi yang

dimiliki, sehingga memiliki daya saing yang lebih tinggi. Tingginya tingkat

produktivitas di salah satu daerah, akan menjadi daya tarik tersendiri bagi daerah

lainnya.

c. Meningkatkan Produktivitas sektoral

Peningkatan produktivitas di tingkat sektoral memberi manfaat pada suatu

daerah, untuk mengetahui sektor mana yang merupakan prioritas utama, yang

perlu dikembangkan serta subsektor apa saja yang menjadi komoditi andalan

daerah tersebut. Mengetahui peningkatan produktivitas tingkat nasional, regional

dan maupun sektoral merupakan salah satu instrumen dalam merumuskan

kebijaksanaan pemerintah dalam menyusun perencanaan pembangunan

d. Memperkuat daya saing perusahaan, karena dapat memproduksi dengan biaya

yang lebih rendah dan mutu produksi lebihbaik.

e. Menunjang kelestarian dan perkembangan perusahaan, karena dengan

peningkatan produktivitas perusahaan akan memperoleh keuntungan yang

dapat dimanfaatkan untuk investasibaru.


f. Menunjang terwujudnya hubungan industrial yang lebih baik, terutama

apabila nilai tambah yang diperoleh disebabkan peningkatan produktivitas

dan dinikmati secara bersama oleh pengusaha, karyawan, masyarakat

dannegara

g. Mendorong terciptanya perluasan lapangan kerja, kesempatan kerja yang

disebabkan ekspansiperusahaan.

8. Cara-cara meningkatkan produktivitas

a. Menerapkan program reduksi biaya

Reduksi biaya berarti dalam menghasilkan output dengan kuantitas yang

sama kita menggunakan input dalam jumlah yang lebih sedikit. Jadi peningkatan

produktivitas melalui program reduksi biaya berarti output yang tetap dibagi

dengan input yang lebih sedikit.

b. Mengelola pertumbuhan

Peningkatan produktivitas dengan cara mengelola pertumbuhan berarti kita

meningkatkan output dalam kualitas yang lebih besar melalui peningkatan

penggunaan input dalam kuantitas yang lebih kecil. Artinya output meningkat

lebih banyak.sedangkan input meningkat lebih sedikit..

B. Hubungan antar Variabel

1. Pengaruh pendidikan terhadap produktivitas tenaga kerja

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi juga

tingkat produktivitas atau kinerja tenaga kerja tersebut penelitian ini dilalukan

oleh Adya Dwi Mahendra (2014) yang berjudul “analisis pengaruh

pendidikan,upah,jenis,kelamin,usia terhadap produktivitas tenaga kerja di kota


semarang hasil penelitian menunjukan bahwa variabel pendidikan tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja di kota

semarang. Pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan formal maupun

informal yang lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas. Tingginya

kesadaran akan pentingnya produktivitas, akan mendorong tenaga kerja yang

bersangkutan melakukan tindakan yang produktif (Kurniawan, 2010). Dari

pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan seorang tenaga

kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas, karena orang yang

berpendidikan lebih tinggi memiliki pengetahuan yang lebih untuk meningkatkan

kinerjanya.

2. Pengaruh upah terhadapa produktivitas tenaga kerja

Besar kecilnya upah yang diberikan perusahaan kepada para pekerjanya

akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat produktivitas kerja karyawan

(Setiadi, 2013). Adapun penelitian ini dilakukan oleh vellina tambunan (2012)

yang berjudul “pengaruh upah,pendidikan,insentif,jaminan sosial dan pengalaman

kerja terhadap produktivitas tenaga kerja di kecamatan Banyumanik”, dan

menyimpulkan bahwa variabel upah berpengaruh positif dan merupakan variabel

yang paling dominan terhadapa produktivitas kerja.

Saat seorang pekerja merasa nyaman dengan upah yang diterima maka

produktivitasnya dalam bekerja diharapkan akan meningkat. Upah yang nyaman

dalam hal ini dapat diartikan upah yang wajar, yakni dapat memungkinkan

pekerja untuk memenuhi kebutuhannya secara manusiawi. Sehingga ketika tingkat

penghasilan cukup, akan menimbulkan konsentrasi kerja dan mengarahkan


kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas. (Kurniawan,2017)

3. Pengaruh usia terhadap produktivitas tenaga kerja

Umur tenaga kerja cukup menentukan keberhasilan dalam melakukan

suatu pekerjaan, baik sifatnya fisik maupun non fisik. Pada umumnya, tenaga

kerja yang berumur tua mempunyai tenaga fisik yang lemah dan terbatas,

sebaliknya tenaga kerja yang berumur muda mempunyai kemampuan fisik yang

kuat(Amron,2009). Adapun penelitian yang di lakukan oleh Selvia Aprilianti

(2017) yang berjudul “pengaruh usia dan masa kerja terhadap produktivitas tenaga

kerja di kota palembang” hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel usia

bersifat tidak signifikan terhadap produktifitas tenaga kerja

Namun umur yang produktif memiliki batas usia tertentu. Semakin

bertambah umur semakin produktif karena dianggap memiliki pengalaman kerja

yang lebih banyak dibanding yang masih muda. Kecuali tenaga kerja yang

memasuki pangsa pensiun. Dengan demikian umur memiliki pengaruh positif

terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja

C. Penilitian Terdahulu

Bagian ini memperlihatkan beberapa disertasi atau penelitian terdahulu

yang di jadikan rujukan oleh penulis dalam menyusun penelitian ini yaitu:

N Nama Dan Tahun Judul Penelitian Metode Hasil peneitian


o Penelitian
1 Faradillah Analisis yang Metode Hasil peneitian ini
Ramadhani mempengaruhi regresi mnunjukan bahwa secara
Rahman(2018) Produktivitas berganda simultan (bersama-sama)
tenaga kerja terhadapat pengaruh
industri signifikan antara
kerajinan pendidikandan pengalaman
maubel kerja terhadapat
kecamatan produktivitas tenaga kerja,
manggala kota secara parsial (individu)
makassar variabel pendidikan tidak
berpengaruh signifikan
terhadap produktifitas
tenaga kerja maubel di
kecamatan manggala kota
makassar,sedangkan
variabel pengalaman kerja
memiliki pengaruh
signifikan terhadap
produktivitas tenaga kerja
maubel di kecamatan
manggala
2 Rofilah Disyah Analisis Metode Hasil penelitian
Purnama Produktivitas regresi menunjukan bahwa
S.Piadjo(2018) industri kecil berganda pengalaman kerja
konveksi di pendidikan
kecamaan kota berpengaruhpositif
Gede terhadapproduktivitas
Yogyakarta tenagakerja,
kursus/pelatihan
menunjukkan tidak ada
perbedaan,antaraproduktivit
as yang ikut
kursus/pelatihan dengan
yang tidak
mengikuti kursus dan jenis
kelamin menunjukkan ada
perbedaan antara
pekerja laki-laki dan wanita
pada industri kecil konveksi
diKabupatenKotagede Kota
Yogyakarta.

3 Setiadi (2013) Pengaruh upah Spesifikas Hubungan upah dengan


dan Jaminan i produktivitas kerja memiliki
sosial terhadap penelitian hubungan yang rendah dan
produktifitas yang negatif dimana upah hanya
Kerja karyawan digunakan mempengaruhi 2,7% saja
dikota Semarang adalah Jaminan sosial dengan
inferensial produktivitas tenaga kerja
analitik. memiliki hubungan yang
sangat rendah dan negatif
dan angka probuilitas
(p=0,267).
Ternyata variabel lain yang
lebih besar pengaruhnya
terhadap produktivitas di
luar upah dan jaminan sosial
4 Kabulmutolib Pengaruh Metode Dua variabel independen
(2016) Kepuasan dan regresi yang dipilih berdasarkan
motivasi kerja linier hasil uji-t ternyata variabel
Terhadap Berganda Motivasi kerja lebih besar
produktivitas pengaruh nya daripada
kerja Surakarta variabel kepuasan kerja
terhadap produktivitas kerja
(R-) sebesar 0,397 artinya
39,7% variabel kepuasan
dan motivasi kerja dapat
menjalankan variabel
terikat. Sementara sisanya
sebesar 61,3% disebabkan
oleh faktor-faktor lain di
luar model
5 Vellina Analisis Metode Hasil menunjukan bahwa
Tambuanan(2020 pengaruh regresi dari lima variabel
) pendidikan,upah linear independen, hanya tiga
,insentif,jaminan berganda variabel yang berpengaruh
sosial dan secara signifikan terhadapat
pengalaman produktivitas tenaga kerja
keeja terhadap yaitu, upah insentif dan
produktivitas pengalaman kerja,
tenaga kerja di sedangkan yang tidak
kota semarang signifikan adalah
pendidikan dan jaminan
sosial. Nilai koefisien
determinasi sebesar 0,876
yang kuat yang artinya
produktivitas tenaga kerja
dapat dijelaskan oleh
variabel upah, insentif dan
pengalaman kerja sebesar
87,6%. Sedangkan sisanya
sebesar 12,4% persen
produktivitas tenaga kerja
dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan
dalam metode analisis ini.

D. Kerangka Pikir

Tinggi rendahnya kualitas dari seorang tenaga kerja akan mempengaruhi

kinerja tenaga kerja untuk meningkatkan hasil outputnya dalam pekerjaan, yang
akan mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. Sejalan dengan teori yang ada dan

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka dalam penelitian ini

produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

pendidikan, upah, dan usia. Untuk memperjelas faktor-faktor yang dimaksud

dapat dilihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.3
Kerangka pikir

Pendidikan (X1)

Upah (X2) Produktivitas


Tenaga Kerja (Y)

Usia (X3)

E. Hipotesis

Hipotesis yang baik memiliki karakteristik, antara lain dapat diteliti,

menunjukkan hubungan antar variabel, dapat diuji dan mengikuti temuan temuan

penelitian terdahulu. Berdasarkan variabel yang diambil dalam kerangka

pemikiran diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Tingkat pendidikan diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap

produktivitas tenaga kerja

2. Upah diduga berpengaruh positif dan siginfikan terhadap produktivitas


tenaga kerja

3. Usia diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadapa produktivitas

tenaga kerja
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif

kuantitatif yaitu memaparkan fenomena yang ada di tengah masyarakat di

kabupaten Luwu Utara menggunakan angka-angka untuk menggambarkan

karakteristik permasalahan dan penelitian yang akan dipaparkan, penelitian ini

bermaksud untuk mencari pengaruh pendidikan, usia, dan upah terhadap

produktivitas tenaga kerja di Kabupaten Luwu Utara.

2. Lokasi penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kabupaten Luwu Utara

dengan mengambil laporan statistic dari Badan Pusat Statistic yang di akses

melalui website resminya yaitu www.bps.go.id.

B. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.

Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung

sebagai variabel dalam bentuk angka atau bilangan

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu data sekunder, dimana data sekunder

adalah data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpulan data dan publikasikan
kepada masyarakat pengguna data. Data sekunder yang digunakan pada penelitian

ini adalah data laporan statistik di Bada Pusat Statistik (BPS) yang diperoleh

melalui website resminya yaitu www.bps.go.id.

C. Metode Pengumpulan data

Untuk memperoleh bahan serta keterangan data dan informasi yang efektif

dalam penyusunan peneltian ini menggunakan metode sebagai berikut.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang di peroleh

melalui dokumentasi, yaitu kegiatan pemngumpulan data dengan mencari hal

yang berkaitan dengan penelitian seperti buku, catatan, dan yang lainnya yang

berkaitan dengan permasalahan yang sudah di teliti oleh peneliti

D. Metode Analisis Data

Teknik yang umum digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua

atau lebih variabel adalah analisis regresi. Analisis regresi merupakan suatu teknik

untuk membangun persamaan garis lurus dan menggunakan persamaan tersebut

untuk membuat perkiraan. Sedangkan persamaan regresi merupakan suatu

persamaan matematis yang mendefenisikan hubungan antara dua variabel.Alat

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear

berganda, yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen

terhadap variabel dependen, dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least

Square (OLS) (Gujarati, 2007). Metode OLS berusaha menimalkan

penyimpangan hasil perhitungan (regresi) terhadap kondisiaktual.


Dalam menghasilkan estimasi persamaan yang baik,maka setiap estimator

OLS harus memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbised Estimator ), yaitu :

1) Estimator parameter (βi ) bersifat linear terhadap variabeldependen

2) Estimator parameter (βi) bersifat tidak bias atau nilai rata-rata yang

diharapkan sama dengan nilai (βi)sesungguhnya

3) Estimator βi memiliki varians yang minimum, sehingga disebutefisien.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka perumusan model fungsi

produktivitas tenaga kerja adalah sebagai berikut:

Y=f (X1, X2, X3,)

Maka Y= =β1X1+Ln2X2+Ln3X3

Dimana :

Y = Produktivitas tenaga kerja


X1 = Pendidikan ( Tahun )
X2 = Usia ( Tahun )
X3 = Upah ( Rupiah )
β1,Ln2,Ln3 = Koefisien Regresi

1. Uji Asumsi Klasik

Dalam melakukan analisis regresi berganda dengan metode OLS, maka

pengujian model terhadap asumsi klasik harus dilakukan. Uji asumsi klasik

tersebut antara lain sebagai berikut :

a. Uji Normalitas
Deteksi normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu memiliki distribusi normal atau tidak. Penggunaan uji

normalitas karena pada analisis statistik parametrik asumsi yang harus dimiliki

oleh data adalah bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal. Model

regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal.

Cara mendeteksinya adalah dengan melihat normal probability plot yang

membandingkan distribusi dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif

dari distribusi normal. Selain itu, pengambilan kesimpulan dengan melihat

tampilan grafik histogram, apabila histogram hampir menyerupai genta dan titik

variance semuanya mengikuti arah garis diagonal, menunjukkan model regresi

memenuhi asumsi normalitas artinya layak pakai (Ghozali,2006).

b. Uji Multikolinearitas

Deteksi Mulkolinearitas adalah hubungan linear antar variabel independen.

Dalam asumsi regresi linear klasik, antar variabel independen tidak diijinkan

untuk saling kolerasi. Adanya multikolinearitas akan menyebabkan besarnya

varian koefisien regresi yang berdampak pada lebarnya interval kepercayaan

terhadap variabel bebas yangdigunakan.uji multikolinearitas digunkan untuk

menguji ada tidaknya korelasi antara variabel independen, dikarenakan varibael

bebas harus terbebas dari gejala multikolinearitas. Karena apabila hal tersebut

terjadi maka variabel tidak akan ontogonal. Variabel onogonal adalah suatu

keadaan dimana variabel bebas yang nilai kolerasinya sesama variabel bebas sama

dengan 0. Uji multikolinearitas merupakan bentuk pengujian untuk melihat ada


tidaknya multikoleniertias dengan ketentuan sebagai berikut: Nilai tolerance lebih

kecil 0,01 atau sama dengan VIF 10

c. Uji Heterokedastisitas

Deteksi heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatanlain.

Jika variancedari residual satu pengamatan lain tetap,maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi

yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Untuk menentukan apakah terdapat heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah

dengan melihat grafik scatter plot, jika hasil data menyebar, yaitu di atas dan di

bawah nilai nol maka model regresi layak pakai karena bebas heteroskedastisitas

(Gujarati,2007).

2. Uji Hipotesis

a. Koefesien Determinasi

Koefisien Determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R 2yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat

terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi

adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam

model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak
peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

independen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan

Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2,

nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen

ditambahkan kedalam model (Ghozali,2006).

b. Deteksi signifikan simultan (Uji F)

Digunakan untuk menunjukkan apakah keseluruhan variabel independen

berpengaruh terhadap variabel dependen. Perumusan hipotesisnya adalah sebagai

berikut (Gujarati, 2007):

Ho : β1, β2, β3, =0

Artinya seluruh varaiabel independen tidak berpengarih secara signifikan

terhadap variabel dependen

Hi : β1, β2, β3, ≠0

Seluruh variabel berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

independen

Rumus yang digunakan Uji F ini adalah sebagai berikut:

F=

Dimana :

R2 = Koefesien determinasi
N = Jumlah Observasi
K = Jumlah Variabel
Sedangkan kriteria pengujinya adalah sebagai berikut :

Apabila F hitung < F tabel, maka H1ditolak dan H0diterima

ApabilaFhitung>Ftabel,makaH1diterimadanH0ditolak

E. Defenisi Operasional Variabel

Defenisi operasional variabel adalah sebuah penjelasan menganai cara

peneliti dalam mengukur setiap variabel yang digunakan, pengukuran tersebut

dapat dilakukan berdasarakan angka-angka maupun atribut-atribut tertentu.

Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Produktivitas (Y)

Produktivitas tenaga kerja (Y). Produktivitas tenaga kerja adalah gambar-

an kemampuan pekerja dalam menghasilkan output. Dalam penelitian ini

produktivitas tenaga kerja dihitung dengan membagi jumlah nilai produksi dengan

jumlah jam kerja. Produktivitas tenaga kerja dinyatakan dalam satuan rasio

2. Pendidikan (X1)

Pendidikan (X1). Pendidikan merupakan lama tahun sekolah atau

pendidikan formal yang diikuti oleh responden. Pendidikan dinyatakan dalam

satuan tahun

3. Upah (X2)

Upah (X2). Upah merupakan hak pekerja/buruh yang diterima dan

dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja
kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian

kerja, kesepakatan, atau peraturan. Upah dinyatakan dalam satuan rupiah

4. Usia (X3)

Usia (X3) usia merupakan acuan dalam meningkatkan produktivitas di

golongkan dalam angkatan kerja. Di nyatakan dalam satuan tahun


Daftar Pustaka

Setiadi. Pengaruh upah,pendidikan,insentif,jaminan sosial dan pengalaman kerja


terhadap produktivitas tenaga kerja di kecamatan Banyumanik
SkripsiEkonomi Pembangunan, FakultasEkonomi dan Bisnis.USU (2013)
Selvia Aprilianti. pengaruh usia dan masa kerja terhadap produktivitas tenaga
kerja di kota Palembang, Skripsi Produktivitas Tenaga kerja. Universitas
Sebelas Maret (2017)
Adya Dwi Mahendra. Analisis pengaruh upah,pendidikan, jenis kelamin, usia, dan
pengalaman kerja terhadap Produktivitas tenaga kerja di industri tempe kota
semarang. Universitas Diponegoro (2014)
Tanti, Hariyani, dan Tuwis “Pengaruh Tingkat Upah, Masa Kerja, Usia Terhadap
Produktivitas Tenaga Kerja” Jurnal Ekuivalensi, Universitas Kahuripan
Kediri Vol 2 No 1 (2016) ISSN : 2615-3246
Nur Herawati. Pengaruh pendidikan, pengalaman kerja, jenis kelamin, dan umur
terhadapa Produktivitas Tenaga Kerja industri shuttlecock kota tegal.
Universitas Diponegoro (2013)
Firmansyah.“Analisis pengaruh umur, pendidikan, dan upah terhadap
produktivitas tenaga kerja” Economics Development Analysis Journal,
Universitas Negeri Semarang Vol 4 No 1(2015)
Badan Pusat Statistik (BPS) Luwu Utara 2020
Prayudo, A., Fathorrahman, F., & Karnawati, T. (2020). Analisis pengaruh masa
kerja, upah dan usia terhadap produktivitas tenaga kerja buruh borongan
linting rokok di skt gebog, pt.djarum kudus. Jurnal Ekonomi Manajemen
Dan Bisnis, Institut Teknologi dan Bisnis Asia Malang Vol 1 No 1 (2020)
Simanjuntak, 2001 dalam Erni Ummi Hasanah, 2011 Analisis produktivitas
tenaga kerja pada industri rumah tangga krecekdi kelurahan segoroyoso
Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra Vol 2
No 2 (2011)
Satrio Adi Setiawan. Pengaruh umur, pendidikan, pendapatan, pengalaman kerja,
dan jenis kelamin terhadap lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di
kota Megelang, Universitas Diponegoro (2010)
QS. Az-Zariyat Ayat 22
Kristina Natalia Sidebang. Pengaruh gaji, masa kerja, dan usia terhadap
produktivitas karyawan pada PT.Sanbe farma divisi Jawa Barat, Universitas
Komputer Indonesia (2019)
\Dedy Arianto. Pengaruh pendidikan, motivasi, usia, dan pengalaman kerja
terhadap produktivitas tenaga kerja karyawan bagian keperawatan pada
rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta (2007)
Luwu Utara dalam angka 2016-2020
Vellina Tambuanan. Analisi Pengaruh pendidikan, upah, insentif, jaminan sosial
dan pengalaman kerja terhadap produktuvutas tenaga kerja di Kota
Semarang, Universitas Diponegoro (2012)
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2000 Tentang Tenaga kerja
Simanjuntak ,Komposisi Penduduk Tenaga Kerja 2001

Anda mungkin juga menyukai