Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai tujuan di dalam

pembangunan nasional yaitu untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

yang merata baik materiil maupun spiritual. Berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 pembangunan nasional memfokuskan pada

pembangunan ekonomi tanpa mengesampingkan bidang lainnya.

Pembangunan ekonomi merupakan salah satu tujuan pokok dalam

melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara (Wardana, 2014).

Pembangunan ekonomi suatu daerah atau suatu negara tidak terlepas

dari faktor-faktor yang saling berinteraksi antara lain sumber daya manusia,

sumber daya alam, modal, teknologi dan lain-lain. Oleh karena itu,

pembangunan ekonomi tidak lepas dari peran manusia dalam mengelolanya.

Dimana manusia merupakan tenaga kerja, input pembangunan, juga

merupakan konsumen hasil pembangunan itu sendiri (Pangastuti, 2015).

Arsyad (2009), mengemukakan bahwa masalah pokok dalam

pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-

kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang

bersangkutan dengan menggunakan potensi sumber daya manusia,

kelembagaan dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Proses

1
2

pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang

peningkatan kegiatan ekonomi. Pertumbuhan penduduk harus diimbangi

dengan pertumbuhan kesempatan kerja, sehingga pertumbuhan penduduk

tidak menjadi kendala dalam pembangunan ekonomi daerah.

Penduduk mempunyai dua peranan penting dalam perekonomian,

dalam konteks pasar berada disisi permintaan dan penawaran. Disisi

permintaan, penduduk bertindak sebagai konsumen, sedangkan disisi

penawaran penduduk bertindak sebagai produsen (Dumairy, 1999). Penduduk

yang besar jumlahnya sebagai sumber daya manusia yang potensial dan

produktif didukung oleh kekayaan alam yang beraneka ragam merupakan

modal dasar dalam pembangunan masyarakat adil dan makmur. Dalam rangka

pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya manusia dalam mengelola

sumber daya alam yang tersedia tersebut pertumbuhan ekonomi harus

didukung oleh peningkatan produktivitas dan efisiensi serta sumber daya

manusia yang berkualitas.

Kepadatan penduduk di Jawa Tengah tahun 2017 mencapai 1.053

jiwa/km². Kepadatan Penduduk di 35 Kabupaten/Kota cukup beragam dengan

kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kota Surakarta dengan kepadatan

sebesar 11.722 jiwa/km² dan terendah di Kabupaten Blora sebesar 479

jiwa/km² (BPS Jawa Tengah, 2018).


3

Tabel 1.1
Jumlah Penduduk di Karesidenan Surakarta Tahun 2010-2017
Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk
Karesidenan Surakarta (persen)
(Jiwa)
2010 5.995.344 -
2011 6.035.885 0,67
2012 6.075.046 0,64
2013 6.112.621 0,61
2014 6.148.530 0,58
2015 6.183.160 0,56
2016 6.216.197 0,53
2017 6.247.880 0,50
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), diolah 2019

Tabel 1.1 menunjukkan banyaknya jumlah penduduk di Karesidenan

Surakarta pada tahun 2010 sampai tahun 2017. Dari tabel di atas dapat

memberi gambaran mengenai pertumbuhan jumlah penduduk di Karesidenan

Surakarta yang selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dari tahun

2010 hingga tahun 2017 jumlah penduduk tertinggi terjadi pada tahun 2017

yaitu sebesar 6.247.880 jiwa dan kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2011

sebesar 0,67 persen dari tahun sebelumnya. Dengan adanya peningkatan

jumlah penduduk harapannya pemerintah mampu meningkatkan kualitas

penduduknya agar dapat menghasilkan produksi untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi di Karesidenan Surakarta.

Peningkatan jumlah penduduk membawa konsekuensi pertambahan

jumlah angkatan kerja (Dimas, 2009). Angkatan kerja yaitu mereka yang

termasuk usia kerja selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan, baik
4

yang bekerja maupun sementara tidak bekerja dikarenakan suatu alasan

tertentu. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia adalah minimum 15

tahun keatas, tanpa batas umur maksimum. Jadi setiap orang atau penduduk

yang sudah berusia 15 tahun keatas, tergolong tenaga kerja.

Grafik 1.1
Jumlah Angkatan Kerja di Karesidenan Surakarta Tahun 2010-2017

3.400.000

3.200.000
Jiwa

3.000.000

2.800.000
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Jumlah Angkatan Kerja TK

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), diolah 2019

Pada Grafik 1.1 menunjukan kondisi angkatan kerja dan penyerapan

tenaga kerja di Karesidenan Surakarta dari tahun 2010 sampai dengan tahun

2017. Dari grafik diatas menunjukan bahwa jumlah angkatan kerja tertinggi

terjadi pada tahun 2013, namun jumlah penyerapan tenaga kerja tertinggi

terjadi pada tahun 2017. Dari grafik diatas juga dapat dilihat bahwa jumlah

penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta selama kurun waktu

delapan tahun dari tahun 2010 sampai tahun 2017 mengalami fluktuasi.

Dapat dilihat dari hal tersebut bahwa penyerapan tenaga kerja masih belum

maksimal karena masih terjadi penurunan. Sehingga pemerintah harus

menyedikan lapangan pekerjaan yang lebih banyak agar angkatan kerja yang
5

ada dapat terserap. Tingginya angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan

penyediaan lapangan kerja yang memadai akan menyebabkan pengangguran.

Pengangguran adalah masalah dimana lapangan pekerjaan yang

tersedia tidak mampu memenuhi jumlah permintaan tenaga kerja yang tinggi.

Angka pengangguran yang meningkat pesat terutama disebabkan oleh

terbatasnya permintaan tenaga kerja dan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor

eksternal seperti memburuknya kondisi necara pembayaran, meningkatnya

masalah utang luar negeri dan kebijakan lainnya, yang pada akhirnya

mengakibatkan rendahnya dalam penyediaan lapangan kerja (Todaro, 2000).

Grafik 1.2
Tingkat Pengangguran di Karesidenan Surakarta Tahun 2010-2017
250.000
200.000
150.000
Jiwa

100.000
50.000
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Jumlah Pengangguran Terbuka di Karesidenan Surakarta

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), diolah 2019

Menurut Grafik 1.2 jumlah pengangguran terbuka di Karesidenan

Surakarta dari tahun 2010 sampai tahun 2017 mengalami fluktuasi. Dari

grafik diatas menunjukkan jumlah pengangguran tertinggi terjadi pada tahun

2011 sebesar 210.413 jiwa dan terendah terjadi pada tahun 2015 sebesar

114.491 jiwa.
6

Salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah penyerapan tenaga kerja

adalah pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah merupakan salah

satu aspek penggunaan sumber daya ekonomi yang secara langsung dikuasai

dan dimikili oleh pemerintah (Susanti, 1995). Belanja pemerintah merupakan

dana yang digunakan untuk membeli produk berdasarkan keputusan yang

dibuat oleh pemerintah untuk membeli dan menyediakan barang-barang

publik dan pelayanan kepada masyarakat. Ketika kebijakan pemerintah

melalui belanja pemerintah ditingkatkan maka tingkat produksi juga

meningkat. Dengan meningkatnya tingkat produksi maka produsen akan

membutuhkan tenaga kerja lebih banyak lagi untuk mencapai produksi yang

di targetkan. Sehingga dengan adanya pengeluaran pemerintah menyebabkan

penyerapan tenaga kerja juga semakin tinggi (Sukirno, 2004).

Grafik 1.3
Pengeluaran Pemerintah di Karesidenan Surakarta Tahun 2010-2017
20.000

15.000
Miliar Rupiah

10.000

5.000

-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber: Badan Pusat Statitik (BPS), diolah 2019

Grafik 1.3 diatas menunjukkan pengeluaran pemerintah di

Karesidenan Surakarta dari tahun 2010 sampai tahun 2017. Berdasarkan data

tersebut pengeluaran pemerintah tahun 2011 sampai tahun 2016 selalu


7

mengalami peningkatan, tetapi pada tahun 2017 mengalami penurunan

sebesar 82 miliar rupiah dari tahun 2016.

PDRB dapat dijadikan salah satu faktor meningkatnya perekonomian

suatu daerah atau wilayah tertentu. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit

usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan

jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Jika

PDRB suatu wilayah meningkat, maka seluruh kegiatan perekonomian

disuatu wilayah pun juga akan ikut meningkat ataupun baik. Semakin besar

output atau penjualan yang dilakukan perusahaan maka akan mendorong

perusahaan untuk menambah permintaan tenaga kerja agar produksinya dapat

ditingkatkan untuk mengejar peningkatan penjualan yang terjadi (Feriyanto,

2014).

Tabel 1.2
Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan di
Karesidenan Surakarta Tahun 2013-2017 (persen)
Kabupaten/Kota 2013 2014 2015 2016 2017
Boyolali 5,83 5,42 5,96 5,30 5,52
Klaten 5,96 5,84 5,30 5,14 5,07
Sukoharjo 5,78 5,40 5,69 5,71 5,72
Wonogiri 4,78 5,26 5,40 5,23 5,17
Karanganyar 5,69 5,22 5,05 5,37 5,52
Sragen 6,70 5,59 6,05 5,74 5,81
Surakarta 6,25 5,28 5,44 5,32 5,33
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
8

Tabel 1.2 memperlihatkan laju pertumbuhan PDRB di tujuh

Kabupaten/Kota di Karesidenan Surakarta selama tahun 2013 sampai tahun

2017 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2017 laju pertumbuhan PDRB tertinggi

terjadi di Kabupaten Sragen sebesar 5,81 persen, meningkat dari tahun

sebelumnya dengan nilai 5,74 persen dan Klaten merupakan Kabupaten

dengan laju pertumbuhan PDRB terendah dengan nilai 5,07 persen.

Upah juga mempunyai pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja.

Semakin tinggi tingkat upah yang ditetapkan, maka berpengaruh pada

meningkatnya biaya produksi, akibatnya untuk melakukan efisiensi,

perusahaan terpaksa melakukan pengurangan tenaga kerja, yang berakibat

pada rendahnya tingkat kesempatan kerja. Sehingga diduga tingkat upah

mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kesempatan kerja (Simanjuntak,

2002).

Inflasi juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

penyerapan tenaga kerja. Inflasi adalah gejala yang menunjukkan kenaikan

tingkat harga barang dan jasa yang berlangsung secara terus menerus. Apabila

tingkat inflasi meningkat, maka harga barang dan jasa akhirnya juga akan

naik, selanjutnya permintaan akan barang dan jasa akan turun, dan berakibat

perusahaan akan mengurangi permintaan terhadap tenaga kerja yang

dibutuhkan, sehingga jumlah angkatan kerja yang bekerja menurun. Jadi

diduga tingkat inflasi mempunyai pengaruh negatif terhadap jumlah angkatan

kerja yang bekerja (Sukirno, 1994).


9

Selain inflasi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga merupakan

salah satu aspek yang berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Indeks

pembangunan manusia merupakan indeks komposisi yang didasarkan pada

tiga indikator yaitu kesehatan, pendidikan serta standar hidup manusia

(Hakim, 2002). Jika setiap masyarakat memiliki sumber daya manusia yang

berkualitas maka dapat dengan mudah mendapatkan pekerjaan yang

diinginkan. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat dicapai dari

investasi pendidikan dan kesehatan melalui penguasaan ilmu dan ketrampilan.

Dilihat dari kondisinya, Karesidenan Surakarta mengalami

pertumbuhan penduduk yang cukup besar. Jumlah penduduk yang besar di

satu sisi merupakan potensi sumber daya manusia yang dapat diandalkan,

tetapi di sisi lain juga merupakan masalah yang menimbulkan dampak besar

di sektor ekonomi. Jika pertumbuhan angkatan kerja jauh lebih tinggi dari

lapangan kerja baru yang tersedia, maka tingkat pengangguran cenderung

relatif tinggi.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

dan mengembangkan faktor-faktor yang diyakini mampu mempengaruhi

penyerapan tenaga kerja meliputi, pengeluaran pemerintah, PDRB, upah

minimum Kabupaten/Kota, inflasi dan IPM. Sehingga judul penelitian yang

diangkat oleh peneliti adalah “Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja Di Karesidenan

Surakarta Tahun 2008-2017”.


10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diketahui bahwa penyerapan

tenaga kerja dapat dijadikan tolak ukur dalam keberhasilan pembangunan

ekonomi suatu daerah atau wilayah. Penyerapan tenaga kerja merupakan suatu

kondisi adanya permintaan tenaga kerja yang tercermin dari tersedianya

lapangan kerja sehingga penduduk yang bersedia dan mampu bekerja dapat

memperoleh pekerjaan. Oleh karena itu, peningkatan penyerapan tenaga kerja

dapat mengurangi tingkat pengangguran.

Menurut data dari BPS jumlah angkatan kerja di Karesidenan

Surakarta pada tahun 2017 adalah 3.375.162 jiwa dan jumlah angkatan kerja

yang terserap pada tahun 2017 sebesar 3.256.499 jiwa. Walaupun angkatan

kerja yang terserap pada tahun 2017 telah mengalami kenaikan sebesar 3.187

jiwa dari tahun 2016, tetapi masih ada 118.663 jiwa angkatan kerja yang

belum terserap. Terkait dengan kondisi tersebut, maka perlu beberapa

pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini:

1. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap tingkat

penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun 2008-2017?

2. Bagaimana pengaruh PDRB terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja

di Karesidenan Surakarta tahun 2008-2017?

3. Bagaimana pengaruh UMK terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja

di Karesidenan Surakarta tahun 2008-2017?


11

4. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja

di Karesidenan Surakarta tahun 2008-2017?

5. Bagaimana pengaruh IPM terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja di

Karesidenan Surakarta tahun 2008-2017?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang didasarkan pada rumusan masalah di atas adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap tingkat

penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun 2008-2017.

2. Untuk mengetahui pengaruh PDRB terhadap tingkat penyerapan

tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun 2008-2017.

3. Untuk mengetahui pengaruh UMK terhadap tingkat penyerapan tenaga

kerja di Karesidenan Surakarta tahun 2008-2017.

4. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap tingkat penyerapan

tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun 2008-2017.

5. Untuk mengetahui pengaruh IPM terhadap tingkat penyerapan tenaga

kerja di Karesidenan Surakarta tahun 2008-2017.


12

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

1. Pemerintah daerah di Karesidenan Surakarta

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai gagasan, guna

memperbaiki sistem pemerintahan dalam mendorong pembangunan

ekonomi yang lebih baik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

di Karesidenan Surakarta.

2. Dinas ketenagakerjaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

bagi dinas ketenagakerjaan untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan

dalam upaya meningkatkan tingkat penyerapan tenaga kerja di

Karesidenan Surakarta.

3. Peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

referensi bagi mereka yang melakukan penelitian dengan tema yang

terkait tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

penyerapan tenaga kerja.

E. Metode Analisis

1. Alat dan Model Penelitian

Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi data panel. Analisis

data panel dilakukan dengan menggunakan tiga model yaitu Pooled Least
13

Square (PLS), Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model

(REM). Pemilihan model data panel yang tepat dapat digunakan dengan

uji chow dan uji hausman. Setelah penentuan model yang tepat, langkah

selanjutnya perlu dilakukan uji eksistensi model (uji F), koefisien

determinasi ( ), dan uji validitas pengaruh (uji t).

Model dalam penelitian ini modifikasi dari jurnal (Biamrillah, 2018

dan Sulistiawati, 2012) dengan judul tentang penyerapan tenaga kerja.

Berikut model regresinya:

Dimana:

TK = Penyerapan Tenaga Kerja (jiwa)


PP = Pengeluaran Pemerintah (ribu rupiah)
PDRB = Produk Domestik Regional Bruto (juta rupiah)
UMK = Upah Minimum Kabupaten/Kota (rupiah)
INF = Inflasi (persen)
IPM = Indeks Pembangunan Manusia (indeks)
i = Wilayah di Karesidenan Surakarta
t = Waktu (tahun 2008-2017)
β = Koefisien regresi masing-masing variabel
ε = Variabel pengganggu
14

2. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel yang

terdiri dari data cross section meliputi tujuh wilayah di Karesidenan

Surakarta dan data time series dengan rentang waktu sepuluh tahun dari

2008-2017.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) untuk variabel tenaga

kerja, pengeluaran pemerintah, PDRB, upah minimum, inflasi dan indeks

pembangunan manusia.

F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metode analisis dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menguraikan tentang landasan teori yang

merupakan penjelasan teori-teori yang relevan sesuai dengan

variabel yang diteliti, kerangka pemikiran, penelitian terdahulu

serta hipotesis atau dugaan sementara penelitian.


15

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini menguraikan tentang definisi operasional

variabel, jenis dan sumber data serta alat dan model analisis

yang digunakan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini menguraikan tentang gambaran umum analisis

data dan pembahasan dari hasil penelitian.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang

berkaitan dengan hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai