Anda di halaman 1dari 15

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemakmuran dan kemajuan sebuah negara dapat tercipta melalui

pembangunan berkelanjutan yang dilakukan secara efektif dan efisien.

Paradigma pembangunan kini mengalami pergeseran yang sebelumnya

berorientasi kepada pertumbuhan atau product oriented, menjadi pembangunan

yang berbasis kepada masyarakat atau people centre development (BPS Jawa

Barat, 2021). Indonesia mempunyai kekayaan sumber daya alam yang

melimpah. Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki Indonesia berpotensi

memajukan perekonomian di negara Indonesia, apabila sumber daya alam

dikelola oleh sumber daya manusia yang unggul.

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu kompenen yang

menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Sumber daya manusia

atau Human Capital yang berkualitas dalam mengelola sumber daya alam yang

melimpah dapat mendukung kemajuan sebuah negara, sehingga pembangunan

terhadap kualitas sumber daya manusia menjadi sebuah prioritas pembangunan.

Menurut pendapat Teori Neo-Klasik salah satunya yaitu adanya akumulasi

capital merupakan faktor penting dalam perkembangan ekonomi. Salah satu

capital yang dimaksud adalah SDM atau modal sumber daya manusia

(Setyanto, 2021). Sumber Daya Manusia atau SDM merupakan faktor penting
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa karena SDM memegang peranan

utama yang menggerakkan pembangunan (Ismi, 2021). SDM menjadi penentu

dalam kemajuan suatu bangsa di segala aspek. Kualitas SDM merupakan syarat

mutlak dalam pembangunan suatu negara (Rivani, 2019).

Menurut BPS pada tahun 1990 dalam Human Devlopment Report

(HDR) oleh United Nations Development Programme (UNDP) memberikan

penegasan bahwa manusia merupakan kekayaan bangsa yang sesungguhnya.

Sehingga tujuan utama dari sebuah pembangunan yaitu menciptakan

lingkungan yang dapat dinikmati oleh masyarakat diantaranya adalah umur

panjang, sehat, dan mampu menjalankan kehidupan yang produktif. Untuk

mengukur keberhasilan sebuah negara dalam pembangunan manusia, maka

negara-negara menggunakan Human Development Index atau yang disebut

dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurut UNDP, IPM mengukur

capaian pembangunan manusia berbasis pada komponen dasar kualitas hidup

yang meliputi umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life),

pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent standard of living)

(BPS Jawa Barat, 2022).

IPM merupakan indikator penting dalam mengukur keberhasilan

sebagai upaya membangun kualitas hidup manusia yang dibentuk berdasarkan

tiga dimensi dasar meliputi kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran

(Kemenkeu Jabar, 2019:8).


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang

menggunakan IPM sebagai tolok ukur pembangunan manusia. Berdasarkan

rata-rata pencapaian IPM tahun 2018 – 2021, Jawa Barat mencapai peringkat

ke-8 pada Laporan Pemantauan IPM Nasional oleh Bappenas. Status

pencapaian rata-rata IPM Jawa Barat pada tahun 2018 hingga 2021 secara

nasional adalah tinggi, sebab berada pada rentan IPM tujuh puluh sampai

dengan delapan puluh yaitu mencapai indeks IPM 71.97. Pencapaian ini tentu

sudah baik, namun program pemerintah terkait dengan pembangunan manusia

perlu ditingkatkan kembali untuk bisa mencapai IPM sangat tinggi yang berada

pada angka IPM lebih dari 80.

Tabel 1.1 Pencapaian Rata-Rata IPM Nasional Tahun 2018 – 2021


Rata Rata IPM
No. Provinsi
Tahun 2018 – 2021
1 Provinsi DKI Jakarta 80.78
2 Provinsi DI Yogyakarta 79.93
3 Provinsi Kalimantan Timur 76.39
4 Provinsi Bali 75.36
5 Provinsi Kepulauan Riau 74.43
6 Provinsi Sulawesi Utara 72.86
7 Provinsi Banten 72.39
8 Provinsi Jawa Barat 71.97
9 Provinsi Aceh 71.82
10 Provinsi Riau 71.78
Sumber: Bappenas 2021, diolah.

Perkembangan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) di Jawa barat

dilaporkan secara berkala oleh Badan Pusat Statistik Jawa Barat setiap tahun

nya. Berdasarkan capaian IPM, maka dapat terlihat grafik kemajuan dari
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

kualitas hidup manusia di Jawa Barat. Berikut merupakan grafik pencapaian

IPM Jawa Barat.


74
72
70
68
66
64
62
IPM
2010 2011 2012 2013 2014 2015
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Gambar 1.1 IPM Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2021
Sumber: BPS Jawa Barat, 2022

Berdasarkan gambar 1.1 maka dapat disimpulkan bahwa IPM Provinsi

Jawa Barat cenderung mengalami kenaikan setiap tahun sampai dengan 2021

mencapai titik tertinggi dengan IPM 72.45. Status IPM dari tahun 2016-2021

berada pada status tetap yaitu IPM nya adalah tinggi. Sementara itu IPM yang

dicapai Kota dan Kabupaten di Jawa Barat pada tahun 2021 dapat diketahui dari

gambar 1.2 sebagai berikut:

90
80
70
60
50
IPM

40
30
20
10
0
Kota Tasikmalaya

Subang
Kota Bandung

Kota Banjar
Kota Bogor

Provinsi Jawa Barat

Karawang

Kuningan

Cirebon

Indramayu
Sukabumi
Bogor

Garut

Cianjur
Kota Bekasi
Kota Depok
Kota Cimahi

Tasikmalaya
Sumedang
Purwakarta

Ciamis

Majalengka
Kota Cirebon
Kota Sukabumi
Bekasi

Bandung

Pangandaran
Bandung Barat

Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Barat

Gambar 1.2 Indeks Pembangunan Manusia Jawa Barat 2021


Sumber: BPS Jabar, 2022
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

Berdasarkan gambar 1.2 dapat disimpulkan bahwa IPM tertinggi di

Provinsi Jawa Barat 2021 adalah Kota Bandung dengan IPM 81.95, yang

melebihi IPM Provinsi Jawa Barat 72.45. Meskipun beberapa Kabupaten dan

Kota melebihi indeks Provinsi, pada kenyataannya ada 11 wilayah kabupaten

dan kota yang IPM 2021 menunjukkan wilayah tersebut masih berstatus IPM

sedang. Kabupaten dan Kota tersebut yaitu Kab. Kuningan, Kab. Subang, Kab.

Cirebon, Kab. Bandung Barat, Kab. Pangandaran, Kab. Majalengka, Kab.

Indramayu, Kab. Sukabumi, Kab. Garut, Kab. Tasikmalaya, dan Kab. Cianjur.

Aspek kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dalam program

pembangunan manusia. Menurut BPS Jawa Barat (2022), pengangguran

merupakan suatu permasalahan yang cukup pelik dalam dunia ekonomi dan

tenaga kerja.

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada tahun

2021 terdapat 2,43 juta yang berstatus pengangguran di Provinsi Jawa Barat

atau setara dengan 9.8 %. Apabila masyarakat menganggur maka mereka akan

mengalami penurunan atau bahkan kehilangan pendapatan untuk memenuhi

kebutuhan hidup. Pengangguran merupakan salah satu masalah dalam

perekonomian nasional yang berpotensi menghambat pembangunan manusia.

Menurut Bappeda Provinsi Jawa Barat (2022), Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT) di Jawa barat lebih tinggi dibandingkan degan TPT capaian nasional,

sehingga TPT merupakan salah satu isu strategis di Jawa Barat. Perbandingan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

antara tingkat TPT secara nasional dengan TPT yang dicapai oleh Jawa Barat

dapat diketahui dari gambar 1.3 sebagai berikut.

Gambar 1.3 Tingkat Pengangguran Terbuka Jawa Barat dan Indonesia Tahun 2018-
2021
12
10.46
9.82
10
8.23 8.04
Persentase TPT
8 7.07
6.49
6 5.3 5.23

0
2018 2019 2020 2021
Tahun

INDONESIA JAWA BARAT

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2022


Berdasarkan gambar 1.3 persentase TPT Nasional dan Jawa Barat

menunjukkan bahwa, persentase TPT Jawa Barat lebih tinggi dibandingkan

dengan persentase TPT Indonesia selama empat tahun berturut-turut. Angka

persentase TPT yang tinggi pada tahun 2020 merupakan sebuah kenaikan

jumlah pengangguran yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Sementara itu

kondisi persentase TPT di masing-masing kabupaten dan kota pada tahun 2021

di Jawa Barat adalah sebagai berikut pada gambar 1.4:


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

14

Presentase TPT
12
10
8
6
4
2
0

Kota Depok
Bekasi

Subang

Cianjur

Tasikmalaya
Bogor

Kota Bekasi

Kota Cirebon

Sumedang
Garut

Kota Tasikmalaya

Majalengka

Pangandaran
Provinsi Jawa Barat
Kota Bogor
Kuningan
Bandung Barat

Bandung

Kota Banjar
Kota Cimahi

Karawang

Kota Bandung

Sukabumi
Purwakarta

Ciamis
Cirebon

Indramayu
Kota Sukabumi
Kabupaten&Kota Jawa Barat

Gambar 1.4 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota Jawa Barat 2021


Sumber: BPS Jabar, 2022

Berdasarkan gambar 1.4 Kota Cimahi mempunyai persentase TPT

tertinggi di wilayah Provinsi Jawa Barat. Terdapat 13 kabupaten dan kota di

Jawa Barat yang persentase TPT nya melebihi persentase TPT Provinsi. TPT

yang tinggi di Jawa Barat merupakan problematika yang harus segera ditangani

oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Selain pengangguran, kemiskinan merupakan salah satu permasalahan

ekonomi yang berpotensi mempengaruhi pembangunan manusia. Menurut BPS

Jawa Barat (2022) salah satu penghambat dalam laju pembangunan manusia

yaitu masalah kemiskinan. Kemiskinan menjadi faktor yang menghambat

penduduk dalam mengakses pendidikan dan kesehatan. Pemberantasan

kemiskinan merupakan strategi peningkatan terhadap kualitas pembangunan

manusia, terlebih pada sisi ekonomi suatu daerah.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

Tingkat kemiskinan Jawa Barat dapat diketahui pada gambar 1.5 yang

menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Barat cenderung

fluktuatif. Namun apabila dilihat dari dua tahun terakhir, tingkat kemiskinan di

Jawa Barat mengalami kenaikan. Tingkat kemiskinan mengalami kenaikan

yang signifikan yaitu pada tahun 2020 yaitu sebesar 0.97 %. Kenaikan tersebut

disebabkan oleh perekonomian yang mengalami kemerosotan yang terdampak

oleh Pandemi Covid-19.


12 10.57 10.09
9.52 9.44 9.53 8.95
Tingkat Kemiskinan (%)

10 8.71 8.4
7.45 6.91 7.88
8
6
4
2
0
2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022
Tahun

Gambar 1.5 Tingkat Kemiskinan Provinsi Jawa Barat


Sumber: BPS Jabar, 2022

Tingkat kemiskinan yang ada di kabupaten dan kota di Jawa Barat pada

tahun 2021 terdapat pada gambar 1.5. Dalam gambar 1.5 tingkat kemiskinan di

Kabupaten dan Kota di Jawa Barat mengindikasikan masih banyak wilayah

yang tingkat kemiskinannya lebih tinggi dari Provinsi Jawa Barat. Terdapat

lebih dari 50% jumlah kabupaten dan kota di Jawa Barat yang memiliki tingkat

kemiskinan lebih tinggi dari Provinsi Jawa Barat. Tingkat kemiskinan paling

tinggi yaitu Kota Tasikmalaya, sementara tingkat kemiskinan paling rendah di

Provinsi Jawa Barat adalah Kota Depok. BPS menyebutkan bahwa persentase
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

penduduk miskin pada tahun 2021 mencapai 8.40 % atau setara dengan

4.200.000 penduduk.
14
12
Tingkat Kemiskinan (%)

10
8
6
4
2
0
Kota Tasikmalaya
Kuningan
Indramayu

Cirebon

Garut
Subang

Karawang

Sukabumi
Cianjur

Provinsi Jawa Barat

Kota Bogor

Kota Banjar
Kota Cimahi

Kota Depok
Majalengka

Sumedang

Kota Cirebon

Ciamis

Kota Bekasi
Kota Bandung
Tasikmalaya

Pangandaran

Purwakarta

Bogor
Kota Sukabumi

Bandung

Bekasi
Bandung Barat

Kabupaten Kota
Gambar 1.6 Tingkat Kemiskinan Kabupaten dan Kota Jawa Barat Tahun 2021
Sumber: BPS Jabar, 2022

Aspek kesehatan merupakan salah satu dimensi indeks pembangunan

manusia. Saat ini terdapat permasalahan pada bidang kesehatan yang

menyerang anak-anak, yaitu adanya kasus stunting. Stunting berbahaya apabila

dibiarkan karena berdampak pada perkembangan inteligensi. Anak dengan

status stunting akan mengalami ketertinggalan perkembangan intelektual

dengan anak yang kesehatannya normal (Elfindri, 2019). Stunting merupakan

ancaman bagi tumbuh kembang anak yang pada jangka panjang akan

mempengaruhi produktifitas dan kualitas dari sumber daya manusia.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

Adanya permasalahan gizi kurang di masyarakat cenderung masih

tinggi, yaitu satu dari empat anak berusia nol sampai dengan 59 bulan di Jawa

Barat mengalami stunting (Bappeda, 2021). Prevalensi stunting Provinsi Jawa

Barat dapat dilihat pada gambar 1.7 sebagai berikut:


35 30.8
27.7 26.92
30
31.06 24.4
Prevalensi Stunting

25
25.7 25.55 24.5
20
15
10
5
0
2018 2019 2020 2021
INDONESIA JAWA BARAT

Gambar 1.7 Prevalensi Stunting Indonesia dan Jawa Barat 2021


Sumber: Kementerian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan Jawa Barat

Meskipun angka prevalensi stunting di Jawa Barat berada di bawah

prevalensi stunting Indonesia, namun angka tersebut masih jauh dari target

“zero stunting”. Satu dari empat anak di Jawa Barat mengalami kasus stunting.

40
35
30
25
Prevalensi Stunting

20
15
10
5
0
NTT
Sulawesi Barat

NTB

Kepulauan Riau
Maluku

Kalimantan Tengah
Papua Barat

Banten
Jawa Timur

Kalimantan Timur
Aceh

Sulawesi Tenggara
Kalimantan Selatan
Kalimantan Barat

Sumatera Utara

Jawa Tengah

DIY
Sulawesi Tengah

Kalimantan Utara

Sumatera Selatan

Sumatera Barat
Papua

Jawa Barat

Lampung
Gorontalo

Maluku Utara

Jambi
Sulawesi Utara

Riau

Bangka Belitung
Bengkulu
Sulawesi Selatan

Bali
DKI Jakarta

Provinsi

Gambar 1.8 Prevalensi Stunting Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2021


Sumber: Kementerian Kesehatan RI, 2021
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

Gambar 1.8 menunjukkan bahwa prevalensi Jawa Barat pada tahun

2021 masih berada pada peringkat ke-19 tertinggi secara nasional. Angka

prevalensi Jawa Barat menunjukkan masih diperlukannya perhatian dan

penanganan lebih terhadap kasus stunting untuk mencapai terget “zero

stunting”. Sedangkan prevalensi stunting kabupaten dan kota di Jawa Barat

dilihat pada gambar 1.9 berikut. Kabupaten Garut merupakan wilayah dengan

kasus stunting tertinggi di Jawa Barat, sedangkan Kota Depok menjadi wilayah

dengan prevalensi stunting terendah di Jawa Barat.

Gambar 1.9 Prevalensi Stunting Kabupaten dan Kota Jawa Barat 2021
40
Prevalensi Stunting (%)

35
30
25
20
15
10
5
0 Subang
Kota Cirebon

Bogor

Kota Banjar

Karawang
Kota Cimahi
Garut

Kota Bekasi
Tasikmalaya
Cianjur

Kota Bandung

Majalengka
Kota Sukabumi

Bekasi
Cirebon

Pangandaran

Kota Depok
Kota Bogor
Provinsi Jawa Barat

Kuningan

Ciamis
Bandung Barat

Kota Tasikmalaya

Bandung

Sumedang

Purwakarta

Sukabumi

Indramayu

Kabupaten dan Kota Jawa Barat

Sumber: Kementerian Kesehatan RI, 2021

Sulistyanto (2018) menganalisis faktor IPM di Pulau Jawa tahun 2010-

2017 dengan hasil belanja modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap

IPM, sedangkan pengangguran berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

IPM di Pulau Jawa. Penelitian juga dilakukan oleh Wijaya (2018) di wilayah

SUBOSUKAWONOSRATEN tahun 2011-2015 yang hasilnya menyatakan


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan

signifikan, kemiskinan dan pengangguran berpengaruh negatif dan signifikan,

sedangkan inflasi tidak berpengaruh terhadap IPM di wilayah

SUBOSUKAWONOSRATEN.

Penelitian Choirunnisa (2020) di Jawa Barat menyatakan Penanaman

Modal Asing (PMA) dan kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap IPM, pertumbuhan ekonomi, belanja pemerintah, dan pendidikan

berpengaruh positif terhadap IPM Kabupaten Kota di Jawa Barat tahun 2015-

2018. Sementara itu Hestiningsih melakukan penelitian IPM pada tahun 2011-

2018 di Eks Karesidenan Surakarta (2020), menyatakan dalam penelitiannya

bahwa pertumbuhan ekonomi, upah minimum, belanja modal berpengaruh

positif dan signifikan sedangkan kemiskinan berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap IPM. Melyani (2020) melakukan penelitian pengaruh

kemiskinan dan pengangguran terhadap IPM di Sumatera Utara dengan hasil

pengangguran berpengaruh positif terhadap IPM.

Berikutnya Kembaren (2021) meneliti IPM pada provinsi di Indonesia

tahun 2015-2019 dengan hasil pengangguran, kemiskinan dan pertumbuhan

ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap IPM provinsi di Indonesia.

Izzah (2021) dalam penelitiannya di Jawa Timur menyebutkan bahwa

pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, dan pengangguran berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap IPM di Jawa Timur.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

Perbedaan penelitian Penulis dengan penelitian terdahulu adalah pada

penggunaan indikator yang digunakan, rentang waktu dan wilayah penelitian.

Penelitian Penulis yaitu menganalisis faktor yang mempengaruhi Indeks

Pembangunan Manusia pada kabupaten dan kota di Jawa Barat. Variabel yang

digunakan oleh Penulis adalah pengangguran, kemiskinan, dan stunting.

Penelitian ini mengadopsi penelitian Choirunnisa (2020), Kembaren (2021),

Sulistyanto (2018), Wijaya (2018), Hestiningsih (2020), dan Izzah (2021).

Adanya penelitian terdahulu yang menggunakan variabel kemiskinan

dan pengangguran dalam indikator IPM, maka Penulis meneliti dimensi

kesehatan dengan indikator stunting dan belum ada yang menggunakan pada

rentan waktu 2015-2021 di kabupaten dan kota di Jawa Barat. Maka

sehubungan dengan hal tersebut, mendorong Penulis melakukan pengkajian

kembali atas variabel pengangguran, kemiskinan, dan stunting. Hal yang

mendorong Penulis terkait kondisi pencapaian IPM Jawa Barat dengan status

tinggi namun bersamaan dengan keadaan persentase pengangguran yang

melebihi persentase TPT nasional setiap tahun nya, kemiskinan yang fluktuatif

dan tiga tahun terakhir mengalami kenaikan, serta persentase stunting yang

masih jauh dari target “zero stunting” yang menyebabkan ketiga variabel

tersebut menjadi ancaman terhadap pembangunan manusia di Jawa Barat.

Berdasarkan permasalahan yang sudah Penulis uraikan, maka Penulis tertarik

meneliti mengenai pengaruh pengangguran terbuka, kemiskinan, dan stunting

terhadap IPM di Jawa Barat dengan judul “Pengaruh Pengangguran,


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

Kemiskinan, dan Stunting terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

di Jawa Barat Tahun 2015-2021”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang pada

penelitian yang berhubungan dengan pengaruh pengangguran, kemiskinan, dan

stunting terhadap IPM di Jawa Barat, antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pengangguran terhadap Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) di Jawa Barat Tahun 2015-2021?

2. Bagaimana pengaruh kemiskinan terhadap Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) di Jawa Barat Tahun 2015-2021?

3. Bagaimana pengaruh stunting terhadap Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) di Jawa Barat Tahun 2015-2021?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dapat penulis

uraikan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh pengangguran terhadap Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) di Jawa Barat Tahun 2015-2021.

2. Untuk mengetahui pengaruh kemiskinan terhadap Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) di Jawa Barat Tahun 2015-2021.


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

3. Untuk mengetahui pengaruh stunting terhadap Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) di Jawa Barat Tahun 2015-2021.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi

studi berikutnya lebih lanjut serta dapat memberikan manfaat sebagai

sumber informasi tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa

Barat.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Pemerintah

Daerah khususnya bagi Pemerintah Provinsi Jawa Barat, menentukan

kebijakan pembangunan manusia secara efektif dan efisien untuk

meningkatkan pencapaian IPM di Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai