PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menyebabkan barang dan jasa yang di produksi dalam masyarakat bertambah dan
kenaikan riil dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara
7,62 persen. Selanjutnya laju pertumbuhan ekonomi terus menurun hingga tahun
1
Suatu perekonomian yang berkembang dengan pesat belum tentu menjadi
jaminan yang paling baik terhadap ciri suatu daerah tersebut menjadi makmur,
bila tidak diikuti perluasan kesempatan kerja guna menampung tenaga kerja.
faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan
berkeadilan, berdaya asing, maju dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan
setiap tahap semakin mendekati tujuan. Hidup layak merupakan hak asasi manusia
yang diakui secara universal. Konstitusi Indonesia UUD 45, secara eksplisit
kehidupan bangsa serta mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”. Hal itu berarti, hidup bebas dari kemiskinan atau menikmati
kehidupan yang layak merupakan hak asasi setiap warga negara adalah tugas
dasarnya ialah meningkatkan kesejahteraan umum yang adil dan merata bagi
2
akhir dan pembangunan sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai
tujuan pembangunan manusia tersebut terdapat empat hal pokok yang harus
Namun pembangunan paradigma tersebut banyak menuai kritik karena hasil dari
pencapaian hasil pembangunan hanya dari aspek fisik yang dikuantifikasi dalam
mengukur pembangunan kualitas dan kuantitas tenaga kerja dilihat dari kondisi
2020; Melliana & Zain, 2013; Susanto & Rahmawati, 2002). Indeks
3
Tabel 1.2
Indeks Pembangunan Manusia Menurut Komponen (%)
Sulawesi Selatan 2016-2020
untuk nasional dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah
atau regional. Tujuan dari kebijakan fiskal ini adalah dalam rangka menstabilkan
4
harga, tingkat output, maupun kesempatan kerja dan memacu atau mendorong
tercermin dalam APBD dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu pengeluaran
rutin atau belanja aparatur daerah dan pengeluaran pembangunan atau belanja
pelayanan publik. Dari dua jenis pengeluaran tersebut, pengeluaran rutin dan
perjalanan dinas, pinjaman serta bunga dan subsidi. Semua jenis pengeluaran
pembangunan yang lebih bersifat sebagai akumulasi stok kapital (Anitasari &
Soleh, 2015).
5
pembentukan pendapatan nasional (Anitasari & Soleh, 2015).
terus meningkat dari tahun 2011-2016 lalu terjadi penurunan pada tahun 2017,
Tabel 1.3
Pengeluaran Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2011-2020
pada periode tertentu (Iswara & Indrajaya (2019), Pubra (2019). Pendapatan
perkapita dipengaruhi oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan jumlah
rata yang diperoleh di suatu daerah, sehingga jika pendapatan tersebut besar
6
kebutuhannya, sehingga dapat memenuhi kebutuhannya.
Sembilan belas tolak ukur kemakmuran serta tingkat pembangunan sebuah daerah
Tabel 1.4
Pendapatan Perkapita Sulawesi Selatan Tahun 2015-2020
kenaikan yang signifikan, seperti yang tertera pada tabel di atas bahwa pada tahun
2015 sebanyak 8.520,304 jiwa, tahun 2016 sebanyak 8.606,375 jiwa, tahun 2017
7
sebanyak 8.690,294 jiwa, tahun 2018 sebanyak 8.771,970, tahun 2019 sebanyak
8.851,240 dan pada tahun 2020 sebanyak 9.073,509. Sedangkan pada kategori
PDRB per kapita mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun 2015-2019 dan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
8
1. Untuk menganalisis pengeluaran pemerintah dan pendapatan perkapita
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
2. Praktis
b. Bagi peneliti
berikutnya.
BAB II
9
TINJAUAN TEORI
A. Pertumbuhan Ekonomi
kenaikan riil dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara
dalam satu tahun tertentu (Aulia, 2021; Shafira, 2018). Pertumbuhan ekonomi
merupakan salah satu nilai tukar dari hasil pembangunan yang telah dilaksanakan,
khususnya dalam bidang ekonomi. Indikator ini dapat pula dipakai untuk
2018).
adalah suatu kondisi yang terjadi karena adanya perkembangan GNP potensial
10
PDB/PNB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau kecil dari
tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih
a. Pendekatan Produksi
tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di
wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) (Arifin,
2009)
b. Pendekatan Pengeluaran
yaitu:
konsumsi barang dan jasa dikurangi dengan penjualan neto barang bekas dan
pegawai, penyusutan dan belanja barang, baik pemerintah pusat dan daerah,
tidak termasuk penerimaan dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan.
11
c). Pembentukan modal tetap Domestik Bruto, mencakup pembuatan dan
pembelian barang-barang modal baru dari dalam negeri dan barang modal
bekas atau baru dari luar negeri. Metode yang digunakan adalah pendekatan
arus barang.
d). Perubahan inventori, perubahan stok dihitung dari PDRB hasil penjumlahan
e). Ekspor barang dan jasa, ekspor barang dinilai menurut harga free on board
(fod).
f). Impor barang dan jasa, Impor barang dinilai menurut cost insurance freight
(cif).
c. Pendekatan Pendapatan
jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses
produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas
jasa yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan
lainnya. Dalam definisi ini. PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak
neto dari luar negeri. Pendapatan neto luar negeri adalah pendapatan atas faktor
produksi (tenaga kerja dan modal) milik penduduk Indonesia yang diterima dari
luar negeri dikurangi dengan pendapatan yang sama milik penduduk asing yang
diperoleh di Indonesia.
12
(neto) dan penyusutan. Pajak tidak langsung neto adalah pajak tidak langsung
dikurangi dengan subsidi pemerintah. Indeks implisit PDB merupakan rasio antara
PDB harga berlaku dengan PDB harga konstan. Deflator PDB adalah laju
transaksi barang dan jasa antara penduduk Indonesia dengan penduduk negara lain
(Arifin, 2009).
kadang kala juga mengalami pertumbuhan yang pesat. Cara menghitung tingkat
GDP1−GDPo
g¿ X 100 %
GDPo
Keterangan:
GDP (gross domestic product atau produk domestik bruto atau dengan ringkas:
PDB) = pendapatan nasional riil (pendapatan nasional yang dihitung pada harga
a. Harrod Domar
mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja. Analisis
ekonomi jangka Panjang. Teori Harrod Domar ini menganalisis syarat-syarat yang
13
panjang. Dengan kata lain, teori ini berusaha menunjukkan syarat yang
nasional neto dan berbanding terbalik dengan rasio modal output nasional. Setiap
mengganti barang-barang modal yang habis atau rusak. Tetapi agar bisa tumbuh
Misalkan hubungan ini, yang didalam ilmu ekonomi dikenal sebagai rasio modal
output (capital-output rasio), kira-kira tiga berbanding satu. Jika kita tetapkan
rasio modal output, k, dan selanjutnya kita andaikan juga bahwa rasio tabungan
neto, s, adalah bagian tetap output nasional dan tingkat investasi baru ditentukan
b. Teori Schumpeter
inovasi dara para pengusaha (wiraswasta). Dalam hal ini, inovasi merupakan
c. David Ricardo
14
Garis besar pertumbuhan ekonomi David Ricardo yaitu bahwa proses
pertumbuhan masih pada perpaduan antara laju pertumbuhan penduduk dan laju
pertumbuhan output. Selain itu Ricardo juga menganggap bahwa faktor produksi
tanah (sumber daya alam) tidak bisa bertambah sehingga akhirnya menjadi faktor
Political Ekonomy and Taxation (1917). Salah satu ciri perekonomian Ricardo
yaitu bahwa akumulasi modal terjadi bila tingkat keuntungan yang diperoleh
pemilik modal berada di atas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk
d. Teori Klasik
Teori Klasik, menurut pandangan para ahli ekonomi klasik ada empat
(2) jumlah stok barang-barang modal, (3) luas tanah dan kekeayaan alam, (4)
d. Teori Neo-Klasik
Teori ini melihat dari sudut pandang yang berbeda yaitu dari segi
penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh Abramovist dan Solow
bukanlah pertambahan modal dan pertambahan tenaga kerja, namun faktor yang
15
kepakaran tenaga kerja (Sanitra, 2020)
membawa kepada peluang dan pemerataan ekonomi yang lebih besar. Satu fakta
yang tidak terbantahkan, pertumbuhan perekonomian dunia selama dua abad ini
telah menimbulkan dua efek yang sangat penting, yaitu: Pertama, semakin
meningkatnya kemakmuran atau taraf hidup yang dicapai oleh masyarakat dunia,
kedua, terbukanya kesempatan kerja baru bagi penduduk yang semakin bertambah
jumlahnya.
seperti perilaku riba (dalam makna yang luas), monopoli, korupsi, dan tindakan
malpraktek lainnya. Bila perilaku ekonomi telah terbiasa bertindak di luar tuntutan
ekonomi ilahiah, maka tidaklah berlebihan bila krisis ekonomi yang melanda kita
adalah suatu malapetaka yang sengaja diundang kehadirannya akibat ulah tangan
ٍ َويُ ْم ِد ْد ُك ْم بَِأ ْم َوا ٍل َوبَنِينَ َويَجْ َعلْ لَ ُك ْم َجنَّا يُرْ ِس ِل ال َّس َما َء َعلَ ْي ُك ْم ِم ْد َرارًا ت ا ْستَ ْغفِرُوا َربَّ ُك ْم ِإنَّهُ َكانَ َغفَّارًا
ت ُ فَقُ ْل
َويَجْ َعلْ لَ ُك ْم َأ ْنهَارًا
Terjemahan:
“10. Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, 11. Niscaya Dia akan
mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, 12. Dan membanyakkan
harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan
Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai”.
16
Dijelaskan pula dalam firman Allah SWT Qur’an Surah Al-Ar’raaf ayat 96:
ََكانُوا يَ ْك ِسبُون
Terjemahan:
kebahagiaan hidup akan kita raih selama kita rajin untuk melakukan
suatu kaum, jika kaum tersebut mau untuk bebas dari kemaksiatan dan
(Ikram, 2021)
B. Pengeluaran Pemerintah
Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan
17
pemerintah adalah untuk membiayai administrasi pemerintahan dan angkatan
bidang penting yang akan dibiayai pemerintah adalah membayar gaji pegawai-
a. Teori Wegner
pemerintah pusat dan level pemerintah daerah. Perbedaan ini menyangkut fungsi
dasar dari pemerintah yaitu, pengeluaran untuk bidang pertanahan dan keamanan,
termasuk dalam tanggung jawab pemerintah dalam konsep welfare state seperti
18
& Saleh, 2012).
besar, sehingga teori Peacock dan Wiseman merupakan dasar dari pemungutan
dari luar negeri. Setelah gangguan teratasi muncul kewajiban melunasi utang dan
karena GNP bertambah tetapi karena adanya kewajiban baru tersebut. Akibat
lebih lanjut adalah pajak menurun kembali ke tingkat semula meskipun gangguan
telah berakhir.
Selain itu, masih banyak aktivitas pemerintah yang baru kelihatan setelah
terjadinya perang dan ini disebut efek inspirasi. Adanya gangguan sosial juga
aktivitas pemerintah sehingga setelah perang selesai tingkat pajak tidak menurun
19
dibawah ini:
Gambar 2.1
Kurva Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran
Pemerintah/GDP
F
E
C D
D Pengeluaran Pemerintah
C
BB
G
A Pengeluaran Swasta
A
O t t+1 Tahun
Sumber: (Ferry, 2018)
pemerintah terhadap GDP akan menunjukkan tren yang meningkat seperti yang
dikemukakan oleh Wagner dalam teorinya. Kondisi ini ditunjukkan oleh garis
AG. Apabila dalam perekonomian tersebut terjadi gangguan sosial pada t, seperti
sebesar AC. Kondisi ini akan tetap berjalan sampai dengan periode t+1 atau
sepanjang garis CD. Setelah proses penanganan gangguan sosial selesai pada
t+1tersebut, maka porsi belanja pemerintah terhadap GDP tidak langsung kembali
ke kondisi normal (G). Hal ini disebabkan karena setelah gangguan sosial teratasi
20
menggambarkan adanya hubungan antara pengeluaran pemerintah dengan tahap-
mereka maksud terbagi menjadi tahap awal, tahap menengah, dan tahap lanjut.
Investasi yang dilakukan oleh pemerintah memiliki porsi yang sangat besar pada
tahap ini, karena pemerintah harus menyediakan fasilitas dan pelayanan dasar bagi
layanan publik lainnya. Adapun pihak swasta pada tahap awal ini belum atau
karena mereka belum memiliki fondasi yang kuat untuk berkontribusi di tahap ini.
Kemudian pada tahap menengah pihak swasta sudah tumbuh dan memiliki
fasilitas publik yang tidak disediakan oleh sektor swasta. Selain itu, investasi
diambil alih oleh sektor swasta. Dikatakan oleh Rostow dan Musgrave, pada tahap
ini investasi swasta lebih dominan karena mereka sudah steady dan memiliki
21
layanan sosial seperti kesejahteraan hari tua, program kesehatan, anak-anak
1. Belanja langsung
pelaksanaan program seperti belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta
Belanja tidak langsung adalah bagian belanja yang dianggarkan tidak terkait
belanja bunga, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil
kepada provinsi/kabupaten/kota.
Manusia (IPM) dibentuk berdasarkan empat angka melek huruf, rata-rata lama
huruf dan rata-rata lama sekolah mencerminkan output dari dimensi pengetahuan
(Sujata, 2021).
22
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk mengukur
pembangunan kualitas dan kuantitas tenaga kerja dilihat dari kondisi fisik
terdampak pada kondisi fisik masyarakat misalnya tercermin dalam angka harapan
hidup serta kemampuan daya beli masyarakat, sedangkan dampak non fisik dapat
dilihat dari kualitas pendidikan masyarak (Melliana & Zain, 2013; Susanto &
2016).
manusia terdapat tiga komposisi indikator yang digunakan untuk mengukur besar
1). Tingkat Kesehatan diukur dari harapan hidup saat lahir (tingkat kematian
bayi).
2). Tingkat Pendidikan diukur dengan jumlah penduduk yang melek huruf
23
atau tingkat Pendidikan yang telah dicapai atau lamanya Pendidikan seorang
penduduk.
Melliana & Zain, 2013) menyatakan bahwa ukuran kualitas hidup IPM
umur panjang dan sehat, pengetahuan dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi
dalamnya. Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai
ukuran kinerja pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator
banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir, AHH
komponen ini merupakan nilai besaran yang mengacu pada UNDP. Pada
komponen angka harapan hidup, angka tertinggi sebagai batas atas untuk
b. Tingkat Pendidikan
yaitu rata-rata lama sekolah (mean years of schooling) dan angka harapan lama
24
sekolah (expected years of schooling). Rata-rata lama sekolah didefinisikan
sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan
formal. Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu
wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang dihitung dalam penghitung
tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa
mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada
jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka harapan lama sekolah
dihitung untuk penduduk berusia tujuh tahun ke atas. HLS dapat digunakan untuk
standar hidup layak. Dalam cakupan lebih luas, standar hidup layak
pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (Purcashing Power Parity-PPP)
(Laili, 2018).
25
Dalam islam manusia harus berperilaku dengan akhlak Islam, manusia
yang bebas dan merdeka, manusia dengan tauhid yang bersih. Semua hal ini dapat
dicapai tentu saja melalui tarbiayh insaniyah itu sendiri dengan pendidikan yang
baik (akhlakul karimah). Standar moral suatu perilaku ekonomi didasarkan pada
ajaran Islam dan bukan semata-mata didasarkan pada ajaran Islam dan bukan
Moralitas Islam tidak diposisikan sebagai suatu batas ilmu ekonomi, namun justru
dijadikan sebagai patokan dalam Menyusun ekonomi Islam. Dalam arti lain
Moral menempati posisi penting dalam ajaran Islam, sebab terbentuknya pribadi
puncak dari seluruh ajaran Islam. Islam memandang bahwa manusia memiliki dua
tugas utama, yaitu sebagai Abdullah (hamba Allah) dan sebagai Khalifatullahu fil
ard yaitu wakil Allah di muka bumi yang bertugas untuk memakmurkannya
(Syahrani, 2018).
D. Pendapatan Perkapita
pada periode waktu tertentu (Azizah et al., 2018; Sihombing, 2021). Pendapatan
perkapita dan Gross Domestik Product (GDP) adalah alat ukur yang sesuai dan
tepat dalam melakukan pengukuran tersebut. Selain itu, GDP juga mengukur dua
26
pembelanjaan suatu negara untuk membeli barang dan jasa hasil perekonomian.
Sukiro dalam Ulaftur Roshidah, 2020, alasan GDP dapat mengukur total
Domestik Bruto (GDP) adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang
diproduksi dalam sebuah negara pada suatu periode yang sama. Namun, terdapat
beberapa hal yang tidak disertakan di dalam pendapatan perkapita seperti nilai
dari semua kegiatan yang terjadi di luar pasar, kualitas lingkungan dan distribusi
merupakan alat yang lebih baik untuk dapat memberitahukan kita apa yang terjadi
a. Tingkat tabungan dan akumulasi modal, baik modal fifik maupun modal
bukan pangan naik, pengeluaran untuk investasi dan untuk sektor pemerintah
meningkat. Biasanya baik impor maupun ekspor naik dan komposisi ekspor
27
dan miskin semakin menyolok).
perkapita yang rendah, yaitu masalah besar yang dihadapi negara berkembang
1. Masalah kekurangan gizi dan taraf kesehatan yang rendah ini antara lain dapat
dilihat dan jumlah kalori makanan yang belum mebncapai tahap minimum, life
expectancy yang rendah, tingkat kematian pertahun dan tingkat kematian bayi
yang tinggi.
2. Kemiskinan yang masih meluas, bagian yang cukup besar dari penduduk
E. Hubungan Antarvariabel
perekonomian (Kaharudin et al., 2019). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Anitasari & Soleh, 2015; Kawung3, 2018; Wahana, 2020) bahwa
ekonomi.
28
Manusia
Kesehatan dan lain sebagianya. Dengan kata lain realisasi pemerintah sangat
dikemukanan oleh (Prasetio, n.d.; Senewe et al., 2021; Wahana, 2020) bahwa
ekonomi.
suatu negara maupun dari pendapatan perkapita yang tinggi cenderung mendorong
beli masyarakat dan berdampak terhadap tingginya akan permintaan suatu barang.
permintaan akan suatu barang dan jasa dan berdampak terhadap pertumbuhan
ekonomi. Hal tersebut diperkuat oleh (Hasym, 2019; Nurhayati, 2015) dalam
29
4. Pengaruh Pendapatan Perkapita Terhadap Indeks Pembangunan
Manusia
namun tidak berpengaruh pada indeks pembangunan manusia (Sasana, 2012). Hal
masyarakat dan IPM pada akhirnya dapat memperbesar peran masyarakat dan
F. Penelitian Terdahulu
mana secara sistematis menjadi acuan dalam penyusunan penelitian ini, yakni:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
30
Independen: Kuantitatif menunjukkan
- Indeks bahwa Indeks
Pembangunan Pembangunan
Manusia (X1) Manusia
Variabel berpengaruh positif
Dependen: dan signifikan
- Pertumbuhan terhadap
Ekonomi (Y1) pertumbuhan
ekonomi di
Provinsi Sulawesi
Selatan. Ini
dibuktikan dari
hasil olah data
dimana nilai Indeks
Pembangunan
Manusia nilai
signifikan 0,000
lebih besar dari
0,05 (0,000>0,05)
dibuktikan pula
dari nilai t hitung
lebih kecil dari t
table
(42,073>1,860).
2 Senewe et al., Variabel Analisis Regresi Hasil analisis
(2021) Independen: Berganda secara parsial
-Tingkat menunjukkan
Kemiskinan bahwa tingkat
(X1), kemiskinan, dan
-Pengeluaran pertumbuhan
Pemerintah ekonomi tidak
(X2) berpengaruh
-Pertumbuhan terhadap Indeks
Ekonomi (X3) Pembangunan
Variabel Manusia dan
Dependen: pengeluaran
-Indeks pemerintah
Pembangunan berpengaruh
Manusia (Y1) terhadap Indeks
Pembangunan
Manusia. Hasil
secara simultan
menunjukkan
bahwa tingkat
kemiskinan,
pengeluaran
pemerintah, dan
pertumbuhan
31
ekonomi
berpengaruh
terhadap indeks
pembangunan
manusia.
3 Kawung, Variabel Meode regresi Hasil penelitian
(2018) Independen: linear menunjukan bahwa
-Pengeluaran berganda. pengeluaran
Pemerintah pemerintah
(X1) berpengaruh positif
-Belanja Modal dan signifikan
(X2) terhadap
Variabel pertumbuhan
Dependen: ekonomi,
- Indeks
Pembangunan
Manusia (Y1)
32
- Indeks Indeks
Pembangunan Pembangunan
Manusia (Y1) Manusia. Untuk
mendapatkan hasil
tersebut maka akan
embutuhkan
materi.
6 Laili, (2018) Variabel Metode regresi Hasil penelitian
Independen: data panel. menunjukkan
-Tingkat bahwa Indeks
Kemiskinan Pembangunan
(X1) Manusia mampu
- Pendapatan dijelaskan oleh
Perkapita (X2) Tingkat
- Pengeluaran Kemiskinan,
Pemerintah Pengeluaran
(X3) Pemerintah dan
Variabel Pendapatan
Dependen: Perkapita sebesar
- Indeks 91.12% (Adj R 2 ),
Pembangunan sedangkan sisanya
Manusia (Y1) yaitu sbesar 8,88%
dijelaskan oleh
variabel lain diluar
model penelitian.
Selanjutnya secara
parsial, probabilitas
dari masing-
masing variabel
independen
menunjukkan,
tingkat kemiskinan
tidak berpengaruh
terhadap IPM.
Pengeluaran
pemerintah sektor
pendidikan tidak
berpengaruh
terhadap IPM.
33
Variabel signifikan terhadap
Dependen: pertumbuhan
- Pertumbuhan ekonomi pada
Ekonomi (Y1) kabupaten/kota di
Privinsi Sumatera
Utara. Sedangkan
belanja tidak
langsung
menunjukkan
pengaruh yang
negative dan
signifikan terhadap
pertumbuhan
ekonomi pada
kabupaten/kota di
Provinsi Sumatera
Utara.
34
- Pertumbuhan pertumbuhan
Ekonomi (Y1) ekonomi di
Provinsi Sulawesi
Selatan dengan
nilai koefisien
sebesar 1,585 dan
signifikan sebesar
0,022 < 0,05.
Sumber:diolah (2021)
G. Kerangka Pikir
pertautan antara variabel dalam penelitian ini yaitu, pengeluaran pemerintah dan
manusia dan pertumbuhan ekonomi dan variabel yang tidak berpengaruh langsung
Gambar 2.2
Kerangka Pikir
H3
Pengeluaran Pemerintah
(X1) H1
H6
Indeks H5 Pertumbuhan
35
Pembangunan Ekonomi
Manusia (Y2)
(Y1)
Pendapatan Perkapita
Keterangan;
: Berpengaruh langsung
: Berpangaruh tidak langsung
Sumber:diolah (2021)
H. Hipotesis
pikir terhadap rumusan masalah, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
pertumbuhan ekonomi
manusia.
BAB III
METODE PENELITIAN
36
1. Jenis Penelitian
Sulawesi Selatan.
2. Lokasi Penelitian
Selatan dengan mengambil laporan statistik dari Badan Pusat Statistik yang di
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
kuantitatif adalah jenis data yang diukur atau dihitung secara langsung sebagai
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini yaitu data sekunder, di mana data
sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpulan data dan
pada penelitian ini adalah data laporan statistik di Bada Pusat Statistik (BPS) yang
37
Penelitian ini menggunakan data yang tidak secara langsung dikumpulkan
sendiri tetapi memanfaatkan data atau dokumen yang dihasilkan oleh pihak-pihak
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
1. Persamaan Regresi
a. Reduced Form
dapat dibentuk persamaan fungsional daam model reduced form sebgai berikut:
Y1: f (X1,X2)
Y2: f (X1,X2,Y1)
Keterangan:
X1 = Pengeluaran Pemerintah
X2 = Pendapatan Perkapita
Y1 = Pertumbuhan
Y1 = β0 + β1X1 + β2X2 + µ1
38
Sehingga diperoleh Reduced form sebagai berikut:
Y1 = β0 + β1X1 + β2X2 + µ1
Keterangan:
1. Konstanta
β0 = Konstanta untuk Y1
α0 = Konstanta Y2
Manusia (Y1)
Ekonomi (Y2)
Ekonomi (Y2)
(Y1)
39
Pertumbuhan Ekonomi (Y2) melalui Indeks Pembangunan Manusia
(Y1)
5. Error Term
µ1 = Error Term Y1
Uji hipotesis klasik bertujuan untuk mendapatkan model yang benar yang
diperoleh dari asumsi dasar analisis regresi linier. Dengan kata lain, model yang
1. Uji Normalitas
sebaran data tersebut berdistribusi normal ataukah tidak. Normalitas data dapat
merupakan salah satu fungsi yang begitu penting dalam meramal peristiwa-
2. Uji Heterokedastisitas
40
Ghozali dalam (Astuti et al., 2015) mengemukakan bahwa uji
heterokedastisitas memiliki tujuan dalam hal ini menguji apakah dalam model
pengamatan lain. Jika varian residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
heterokedastisitas.
3. Auto Korelasi
Auto korelasi adalah nilai pada sampel atau observasi tertentu yang sangat
dipengaruhi oleh nilai observasi sebelumnya, oleh karena itu harus dilakukan pada
data time series atau runtun waktu (Pratama, 2019). Uji auto korelasi bertujuan
untuk menguji dan melihat apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara
4. Uji Multikolinearitas
yang tinggi atau sempurna antara variabel bebas atau tidak dalam model regresi.
Ada beberapa cara untuk mendeteksi adanya korelasi yang tinggi antara variabel
Faktor (VIF) (Ririn Arifah, 2014). Ghazali dalam Ririn Arifah (2014) menyatakan
variabel independent lainnya. Jadi, tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF
yang tinggi. Asumsi dari Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIP) dapat
a). Jika VIF > 10 dan nilai tolerance < 0.10 maka terjadi multikolinearitas.
41
b). Jika VIF < 10 dan nilai tolerance > 0.10 maka tidak terjadi multikolinearitas.
c. Uji Hipotesis
Perhitungan ini dilakukan untuk mengukur tingkat proporsi atau pun persentase
Namun jika sebaliknya nilai Prob (F-Statistik) lebih besar dari α = 5% (F tabel),
42
Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen
dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen secara nyata.
probabilitas t (t statistik) dengan nilai α atau (t tabel). Jika nilai probabilitas t pada
individu dapat dilihat pada hipotesis yaitu, H0:β1 = 0 tidak berpengaruh, H1:β1 >
koefisien variabel independen ke-1 yaitu nilai parameter hipotesis. Biasanya nilai
β dianggap 0 artinya tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y bila, t statistik > t
tabel maka H0 diterima (signifikan) dan jika F statistik < F tabel maka H0 ditolak
(tidak signifikan).
lain:
pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk yang diterbitkan oleh
43
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan periode waktu 2000-
2000-2020.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
44
Provinsi Sulawesi Selatan yang beribukota di Kota Makassar terletak
antara 0º12 - 8º Lintang Selatan dan 116º48’ - 122º36’ Bujur Timur, dengan batas-
Barat adalah 45.519.24 km² yang meliputi 20 kabupaten dan 3 kota, 20 kabupaten
Maros, Pangkep, Barru, Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, Enrekang, Luwu,
Tanatoraja, Luwu Utara, Luwu Timur. Sedangkan untuk tiga kota meliputi:
Makassar, Pare-Pare, Palopo. Kota Pare-Pare merupakan kota yang terkacil yakni
luasnya hanya sekitar 99.33 km² atau sekitar 0.22% sedangkan daerah yang
terluas adalah Kabupaten Luwu yaitu sekitar 14. 788.96 km² atau sekitar 32.45 %
aliran sungai. Sungai terpanjang adalah Sungai Saddang yaitu mengalir meliputi
Di Sulawesi Selatan terdapat empat danau yakni Danau Tempe dan Danau
Sidenreng yang barada di Kabupaten Wajo, serta Danau Matana dan Towuti, yang
45
tujuh gunung, dengan gunung tertinggi adalah Gunung Rantemario dengan
ketinggian 3.470 m diatas permukaan air laut, gunung ini berdiri tegak
Adapun yang menjadi variabel bebas pada penelitian ini adalaah Pengeluaran
Pemerintah dan Pendapatan Perkapita dan yang menjadi variabel perantara adalah
Pembangunan Manusia.
a. Pertumbuhan Ekonomi
dengan adanya peningkatan dari produksi barang dan jasa di daerah tersebut. Laju
tahunnya. Pertumbuhan Ekonomi terendah pada tahun 2020 sebesar -0,70 persen
sedangkan Pertumbuhan Ekonomi tertinggi pada tahun 2011 sebesar 8,13 persen.
46
2011 8,13
2012 8,87
2013 7,62
2014 7,75
2015 7,19
2016 7,42
2017 7,21
2018 7,04
2019 6,91
2020 -0,70
2021 4,27
Sumber: (BPS Provinsi Sulawesi Selatan, (2021).
mengukur pembangunan kualitas dan kuantitas tenaga kerja dilihat dari kondisi
(masyarakat/penduduk).
manusia tersebut terdapat empat hal pokok yang harus diperhatikan, yaitu
47
produktivitas, pemerataan, keseimbangan dan pemberdayaan. Namun
ekologi, serta membelenggu kebebasan asasi manusia. Pada Tabel 4.2 menyatakan
2021 mengalami peningkatan tiap tahunnya dan tidak mengalami penurunan sama
sekali.
c. Pendapatan Perkapita
48
Regional Bruto (PDRB) dan jumlah penduduk, dengan kata lain pendapatan
kebutuhannya.
belas tolak ukur kemakmuran serta tingkat pembangunan sebuah daerah yang
demikian, pendapatan perkapita yang tinggi dalam suatu daerah tidak menjamin
pendapatan perkapita dari suatu daerah itu didapatkan dari tingginya pendapatan
kemakmuran serta tingkat pembangunan pada sebuah wilayah tertentu. Tabel 4.3
49
2013 31.03
2014 35.34
2015 39.95
2016 44.11
2017 47.82
2018 52.64
2019 56.98
2020 55.68
2021 59.66
d. Pengeluaran Pemerintah
dari APBD yang merupakan salah satu bagian dari kebijakan fiskal.
Tujuan dari kebijakan fiskal ini adalah dalam rangka menstabilkan harga,
utama yaitu pengeluaran rutin atau belanja aparatur daerah dan pengeluaran
pinjaman serta bunga dan subsidi. Semua jenis pengeluaran tersebut sifatnya
Pemerintah di sulawesi Selatan terus meningkat dari tahun 2011-2016 lalu terjadi
peningkatan.
50
Tabel 4.4 Pengeluaran Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2011-2020
penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat
yang harus dipenuhi diantaranya adalah data tersebut harus terdistribusikan secara
Oleh karena itu sebelum melakukan pengujian linier berganda perlu dilakukan 62
1. Uji Normalitas
Dasar pengembalian keputusan dalam uji JB adalah apabila nilai signifikansi atau
nilai probabilitas >0,05 atau 5 persen maka data terdistribusi secara normal.
51
sedangkan, apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 atau lima
Tabel 4.5
Uji Normalitas
Shapiro-Wilk normality test
data: reg1$residuals
W = 0.95644 p-value = 0.7446
Sumber : Hasil Olah Data Rstudio (2022)
Dapat dilihat dari hasil normalitas residual dari data yang digunakan dalam
penelitian ini dengan melalui uji normalitas, maka diperoleh nilai probability
sebesar 0.7446 (0.07) yang lebih besar dari 0.05. Sehingga data yang digunakan
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk meninjau terkait hubungan antar
variabel yang digunakan dalam suatu penelitian. Bila hasil yang didapatkan
kurang dari 0,5 maka disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi antar variabel
pada data dalam penelitian yang dilakukan. Dan bila angkanya lebih dari 0,5,
Tabel 4.6
Uji Multikolinearitas
> vif(reg1)
X1 X2
13.127378 13.27378
52
Sumber : Hasil Olah Data Rstudio(2022)
Dengan melihat hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel pada data
3. Uji Heterokedastisitas
Tabel 4.7
Uji Heterokedastisitas
> bptest(reg1, studentize = FALSE)
Breusch-Pagan test
data: reg1
BP = 0.45122 df = 2 p-value = 0.798
Sumber : Hasil Olah Data Rstudio(2022)
probability Chi-Square > 0,05, maka hal ini menandakan bahwa tidak terjadi
4. Uji Autokorelasi
atau biasa disebut juga dengan uji Lagrange Multiplier (LM test). Dasar
pengambilan keputusan uji autokorelasi adalah jika nilai signifikan ≥ 0,05 maka
tidak terjadi autokorelasi. Sedangkan jika nilai signifikan < 0,05 maka terjadi
autokorelasi.
Tabel 4.8
Uji Autokorelasi
> dwtest(reg1)
Durbin-Watson test
data: reg1
53
DW = 2.3183 p-value = 0.4573
Sumber : Hasil Olah Data Rstudio(2022)
probability Chi-Square > 0,05, maka hal ini menandakan bahwa tidak terjadi
dalam suatu model terhadap variabel terikat. Dalam analisis jalur, pengaruh
langsung dan tidak langsung dapat dibedakan dari variabel bebas ke variabel
Gambar 4.1
Model Struktur Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Pendapatan
Perkapita terhadap Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan
Ekonomi Sulawesi Selatan
54
Indeks
Pembangunan
Manusia
(Y1)
0.639032
Pertumbuhan
0,0251 Ekonomi
(Y2)
0.0534
0.0505
Sumber: diolah(2022)
Berdasarkan model, struktural di atas, dapat di interpretasikan sebagai berikut:
berikut:
(X1), dan pendapatan perkapita (X2) tidak mengalami perubahan atau konstan,
0,005392.
2. Nilai koefisien β1 sebesar 0,639032. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi
3. Nilai koefisien β2 sebesar 0,000534. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi
55
berikut:
tidak mengalami perubahan atau konstan, maka akan terjadi peningkatan pada
2. Nilai koefisien α1 sebesar 0.6130. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi
konstan.
3. Nilai koefisien α2 sebesar 0.0505 Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi
dianggap konstan.
4. Nilai koefisien α3 sebesar 0.0251. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi
konstan.
c. Uji Hipotesis
1. Model 1 (Y1)
Uji simultan atau uji F merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui
56
apakah variabel Pengeluaran pemerintah, Pendapatan Perkapita secara bersama-
nilai Sig. < 0,05, artinya hipotesis diterima. Namun jika nilai Sig > 0,05 maka
hipotesis ditolak.
Tabel 4.9
Hasil Uji(f) dan Uji(t)
Call:
lm(formula = Y1 ~ X1 + X2)
Residuals:
Min 1Q Median 3Q Max
-0.036881 -0.015614 0.001061 0.019408 0.034337
Coefficients:
Estimate Std. Error t value Pr(>|t|)
(Intercept) 10.384391 2.615668 3.970 0.05392
X1 0.055662 0.113566 0.490 0.05392
X2 0.016821 0.002796 6.016 0.00534
Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
Residual standard error: 0.02711 on 7 degrees of freedom
Multiple R-squared: 0.9876, Adjusted R-squared: 0.9841
F-statistic: 279.4 on 2 and 7 DF, p-value: 2.10607
Sumber: Hasil Data diolah Rstudio(2022)
Berdasarkan Tabel 4.9 maka diperoleh nilai p-value sebesar 2.10607 yaitu
hasil yang diperoleh lebih kecil dari tingkat α sebesar 0,05 atau 5%. Berarti Ho
57
masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan
signifikasinya lebih besar dari 0,05 (>0,05), maka diartikan bahwa variabel bebas
lebih kecil dari 0,05 (<0,05), maka diartikan bahwa variabel bebas memiliki
sebesar 0.639032 lebih besar dari α = 0,05%. Hal ini berarti bahwa antara variabel
pada variabel Pendapatan Perkapita (X2) didapatkan nilai 0.000534 dengan nilai
probilitas lebih kecil dari α = 0,05 hal ini dapat disimpulkan bahwa Pendapatan
Perkapita (X2) dan Indeks Pembangunan Manusia (Y1) mempunyai arah positif
Uji koefisien determinan ini digunakan untuk melihat besaran dari variabel
dilihat bahwa nilai koefisien determinasi (R2) 0.9876, berdasarkan nilai tersebut
58
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam penelitian ini.
2. Model 2 (Y2)
bebas terhadap variabel terikat secara simultan. Ketika tingkat signifikasinya lebih
besar dari 0,05 (>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak adanya pengaruh
dari variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan. Dan apabila nilai
signifikasinya lebih kecil dari 0,05 (<0,05), maka diindikasikan bahwa terdapat
Tabel 4.10
Hasil Uji(f) dan Uji(t)
Call:
lm(formula = Y2 ~ X1 + X2 + Y1)
Residuals:
Min 1Q Median 3Q Max
59
-2.7321 -0.1205 0.4055 0.9251 1.3934
Coefficients:
Estimate Std. Error t value Pr(>|t|)
(Intercept) 934.2931 370.1504 2.524 0.0450
X1 3.7946 7.1160 0.533 0.6130
X2 1.3118 0.5377 2.440 0.0505
Y1 -86.1302 29.0460 -2.965 0.0251
Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
Residual standard error: 1.697 on 6 degrees of freedom
Multiple R-squared: 0.7327,
F-statistic: 5.482 on 3 and 6 DF, p-value: 0.06733
Sumber: Hasil Data diolah Rstudio(2022)
yaitu hasil yang diperoleh lebih besar dari tingkat signifikan α sebesar 0,05 atau
Ekonomi (Y2).
masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan
signifikansinya lebih besar dari 0,05 (>0,05), maka diartikan bahwa variabel
signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (<0,05), maka diartikan bahwa variabel bebas
60
pendekatan analsis regresi linier memperlihatkan bahwa Variabel Pengeluaran
sebesar 0.6130 lebih besar dari α = 0,05%. Hal ini berarti bahwa antara variabel
Pendapatan Perkapita (X2) didapatkan nilai 0.0505 dengan nilai probalitas lebih
besar dari α = 0,05 hal ini dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Perkapita (X2)
dan Pertumbuhan Ekonomi (Y2) mempunyai arah positif dan tidak signifikan.
nilai 0.06733 lebih besar dari α =0,05 hal ini dapat disimpulkan bahwa
Uji koefisien determinan ini digunakan untuk melihat besaran dari variabel
dilihat bahwa nilai koefisien determinasi (R2) 0.7327, berdasarkan nilai tersebut
73,27%. Sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam
penelitian ini.
B. Pembahasan
61
1. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Indeks Pembangunan
Manusia
ekonomi berpengaruh positif dan tidak signifikan. Hal ini dapat dilhat dari nilai
Sulawesi Selatan.
2020). Secara garis besar kaitan pengeluaran pemerintah mutlak dibutuhkan, baik
mutu manusia baik dari sektor pendidikan, Kesehatan dan lain sebagianya.
Manusia
62
Perkapita berpengaruh positif dan signifikan. Hal ini dapat dilhat dari nilai
satu (H2) yang menyatakan Pendapatan Perkapita (X2) berpengaruh positif dan
berpengaruh pada indeks pembangunan manusia. Hal ini diperkuat oleh peneliti
pembangunan manusia pada kelompok negara yang memiliki IPM sangat tinggi,
IPM pada akhirnya dapat memperbesar peran masyarakat dan swasta dalam
63
Pertumbuhan Ekonomi karena tingkat signifikansinya lebih besar daripada 0, 05.
perekonomian (Kaharudin et al., 2019). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Anitasari & Soleh, 2015; Kawung3, 2018; Wahana, 2020) bahwa
ekonomi.
daripada 0,05. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan dari Pendapatan Perkapita
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
satu ukuran bagi kemakmuran suatu negara maupun dari pendapatan perkapita
64
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Ekonomi
kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa Indeks Pembangunan Manusia berdampak
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Selatan. Ini dibuktikan dari hasil olah data dimana nilai Indeks Pembangunan
Manusia nilai signifikan 0,000 lebih besar dari 0,05 (0,000>0,05) dibuktikan pula
65
Besarnya pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan
hasil analisis data ternyata ditemukan bahwa adanya hubungan yang signifikan
Pembangunan Manusia, hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas (tingkat
signifikansi).
namun dalam hasil analisis data ternyata ditemukan bahwa ada hubungan yang
Indeks Pembangunan Manusia, hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas (tingkat
signifikansi).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
66
Pembangunan Manusia (Y1), sebab pada penelitian ini Indeks
Pembangunan Manusia.
67
B. Saran
perbaikan di sisi sumber daya manusia. Sehingga dengan hal ini perlu
68