Anda di halaman 1dari 13

Machine Translated by Google

Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora (ASSEHR), volume 216
Konferensi Pencapaian dan Keberlanjutan SDGs 2018:
Memanfaatkan Kekuatan Teknologi Perbatasan untuk Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (ASSDG 2018)

ANALISIS KOINTEGRASI PERTUMBUHAN EKONOMI DAN


INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN DI PUSAT
JAWA

Nur Andriyani, S.E1


Ana Rahmawati Wibowo, S.E2
Email : nurandri.febundip@gmail.com

Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan


Universitas Diponegoro
Abstrak

Tingkat pembangunan manusia yang berkualitas akan mampu bersaing di era Global, bahkan berpotensi untuk
mencapai tujuan pembangunan, yaitu menuju kesejahteraan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kabupaten/kota di Jawa Tengah
periode 2004 - 2013. Penelitian ini menggunakan data panel, dengan menggunakan metode Klassen Typology. lihat
klasifikasi regional dan uji kointegrasi untuk melihat hubungan jangka panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
menggunakan Tipologi Klassen terdapat 14 kabupaten/kota yang termasuk dalam kategori daerah cepat maju dan cepat
tumbuh (Kuadran I), 6 diantaranya adalah daerah perkotaan. Pada kuadran II atau daerah berkembang cepat terdapat 10
kabupaten, 4 kabupaten maju tapi tertekan (Kuadran III) dan 7 kabupaten relatif tertinggal (Kuadran IV). Sementara itu, hasil
uji kointegrasi menunjukkan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dengan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Komitmen menjalankan amanat undang-undang menjadi penting untuk mewujudkan keseimbangan tersebut.

Kata Kunci: Pertumbuhan ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia, Kointegrasi, Tipologi Klassen

1. PENDAHULUAN
Tujuan suatu bangsa untuk mencapai kesejahteraan umum dapat dicapai melalui pembangunan ekonomi.
Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan ekonomi yang dapat dijadikan tolak ukur secara
makro adalah pertumbuhan ekonomi. Ini juga merupakan salah satu tujuan dari tujuh belas tujuan yang ingin
dicapai dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Secara umum pertumbuhan ekonomi merupakan
peningkatan jumlah produksi nasional atau sering disebut Produk Domestik Bruto (PDB).
Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kapasitas jangka panjang negara yang
bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi bagi penduduknya (Todaro 2000). Peningkatan
kapasitas dimungkinkan oleh penyesuaian teknologi, kelembagaan dan ideologi. Menurut pandangan para ahli
ekonomi klasik ada tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu akumulasi modal, jumlah
penduduk dan tingkat penggunaan teknologi (Sukirno 2010). Pertama, akumulasi atau persediaan modal
merupakan penentu penting output ekonomi karena persediaan modal dapat berubah dari waktu ke waktu dan
perubahan tersebut dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi. Kedua, pertumbuhan penduduk berarti
bertambahnya jumlah tenaga kerja. Berdasarkan model Solow dalam jangka pendek, semakin tinggi laju
pertumbuhan penduduk, semakin rendah tingkat output per kapita. Ketiga, teknologi adalah cara baru untuk
meningkatkan kemampuan manusia untuk berproduksi setiap saat. Kemajuan teknologi dapat menyebabkan pertumbuhan output p
Dari berbagai faktor tersebut, para ekonom lebih fokus pada tingkat pertumbuhan penduduk. Hukum hasil
tambah yang semakin berkurang akan menurunkan produktivitas tenaga kerja sehingga akan memperlambat
laju pertumbuhan ekonomi. Namun, hal ini dapat diimbangi dengan kemajuan teknologi dan peningkatan
kapasitas sumber daya manusia. Berdasarkan asas pembangunan, yaitu pelaksanaan pembangunan

Hak Cipta © 2019, Para Penulis. Diterbitkan oleh Atlantis Press. 181
Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-NC (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/).
Machine Translated by Google

Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora (ASSEHR), volume 216

harus memberikan manfaat bagi semua, perlu adanya komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan. Hal ini dapat diwujudkan
melalui implementasi secara simultan dalam aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan.

Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) telah membuat indeks untuk mengukur tingkat pembangunan
manusia. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah ukuran kesejahteraan suatu daerah atau negara yang dilihat berdasarkan
tiga dimensi: harapan hidup saat lahir, rata-rata lama sekolah dan harapan tahun sekolah dan paritas daya beli. Indikator angka
harapan hidup saat lahir mengukur tingkat kesehatan, indikator rata-rata lama sekolah dan harapan tingkat pendidikan sekolah
dan terakhir indikator paritas daya beli mengukur standar hidup (BPS 2014).

Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi besar di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2011 mencapai 6,03% dan meningkat menjadi 6,34% pada
tahun 2012. Dalam dua tahun berikutnya laju pertumbuhan ekonomi mulai melambat menjadi hanya 5,81% pada tahun 2013.
Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat menjadi 4,97%, meningkat tajam ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi
Jawa Tengah dari 5,15% menjadi 5,84% pada tahun 2010.

Pertumbuhan ekonomi yang diharapkan tidak hanya tinggi tetapi juga berkualitas. Model Solow menyatakan bahwa peran
modal manusia dan teknologi dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang berkualitas (Romer, 1996). Sumber daya manusia dapat
diterjemahkan ke dalam Indeks Pembangunan Manusia. Secara umum, Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah
menunjukkan perkembangan dari tahun ke tahun. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Jawa Tengah tahun 2004 sampai
dengan tahun 2013 menunjukkan trend yang positif. Pada tahun 2010 IPM Jawa Tengah mencapai 66,08, angka ini terus
meningkat sebesar 0,84 poin pada tahun 2011 dan tahun 2012 menjadi 67,21. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2013
sebesar 0,81 atau 2,34%. Tren positif ini membuat IPM Jawa Tengah mengalami peningkatan status dari kategori sedang menjadi
tinggi, mencapai 70,52.
Perkembangan IPM tersebut sejalan dengan tren positif yang ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi. Artinya ada keterkaitan
antara pertumbuhan ekonomi dengan Indeks Pembangunan Manusia. Meski begitu, tingkat IPM di Jawa Tengah masih berada
pada level sedang. Nilainya masih di bawah DKI Jakarta yang sudah berada di level tinggi. Dari 35 kabupaten kota di Jawa
Tengah, hanya ada 13 kabupaten kota yang memiliki IPM di atas 70.

Pembangunan manusia merupakan tujuan utama dalam kegiatan manusia. Melalui peningkatan kemampuan dasar manusia
dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang akan berdampak pada kondisi perekonomian dan daya saing daerah.
Instrumen penggerak utama dalam pembangunan manusia adalah pertumbuhan ekonomi (Ranis et.al, 2000). Ciri pertumbuhan
ekonomi modern ditandai dengan peningkatan PDRB per kapita, PDRB per kapita yang tinggi akan mengubah pola konsumsi
dalam memenuhi kebutuhan (Todaro 1998). Artinya semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin tinggi pula daya beli
masyarakat. Hal ini akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia yang salah satu indikatornya adalah paritas daya beli.
(Ranis, Stewart, dan Ramirez 2000) menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak akan berkelanjutan kecuali didahului atau
disertai dengan peningkatan pembangunan manusia.

Telah banyak literatur yang menyatakan bahwa modal manusia merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai pertumbuhan
ekonomi yang berkualitas. Melalui investasi modal manusia diyakini akan mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Seperti
dikemukakan Solow, pertumbuhan ekonomi modern ditandai dengan peningkatan PDB per kapita (Todaro 1998). PDRB merupakan
salah satu indikator kinerja perekonomian di suatu daerah. Menurut (Mustafa et.al, 2017) pembangunan manusia berkontribusi
positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini menambah bukti bahwa perbaikan pembangunan manusia meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di tingkat daerah.
Provinsi yang memiliki sumber daya manusia berkualitas lebih mampu bertahan dibandingkan provinsi lain. Sebaliknya, provinsi
yang memiliki pendapatan tinggi dapat meminimalisir penurunan kualitas pembangunan manusia (Brata, 2005).

182
Machine Translated by Google

Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora (ASSEHR), volume 216

Hal ini juga diungkapkan oleh (Ranis, Stewart, dan Ramirez 2000) bahwa instrumen penggerak utama dalam
pembangunan manusia adalah pertumbuhan ekonomi. Ada dua mekanisme hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia. Mekanisme pertama adalah kontribusi pertumbuhan ekonomi
terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi yang diwakili oleh Produk Domestik
Bruto (PDB) atau pada tingkat daerah disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Ada tiga cara kontribusi pertumbuhan ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia, yaitu: (i) alokasi belanja
rumah tangga, (ii) alokasi belanja pemerintah dan (iii) alokasi belanja lembaga non-pemerintah. Kecenderungan
rumah tangga untuk membelanjakan pendapatan bersihnya dalam upaya meningkatkan pembangunan manusia
melalui makanan, minuman, pendidikan dan kesehatan. Jika tingkat pendapatan per kapita rendah maka
pengeluaran untuk kebutuhan pembangunan manusia juga akan rendah. Peran pemerintah dalam meningkatkan
pembangunan manusia melalui alokasi belanja publik, khususnya pada sektor-sektor produktif. Kebijakan yang
berhasil membutuhkan fokus awal pada pembangunan manusia, tidak hanya karena dampak langsungnya tetapi
juga karena efek umpan baliknya dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi (Suri et.al, 2011). Sedangkan
peran lembaga non pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) merupakan peran tambahan dalam
meningkatkan IPM. Untuk mendukung potensi dan pemerataan pemberdayaan, diperlukan koneksi internet antara
lembaga dan LSM dalam program tersebut (Rachman dan Syamsuddin 2017). Peran LSM adalah (i) sebagai
fasilitator dan katalisator; (ii) sebagai pelatih dan pendidik; (iii) sebagai akumulasi modal; (iv) mengorganisir
proyek stimulan; (v) sebagai agen advokasi; dan (vi) sebagai penggerak partisipasi masyarakat (Pratama, 2015).

Mekanisme kedua adalah kontribusi Indeks Pembangunan Manusia terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Indeks Pembangunan Manusia sebagai standar dalam menilai tingkat pembangunan manusia dapat dilihat
melalui tiga dimensi yaitu tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan taraf hidup (BPS 2014).
Pendidikan akan meningkatkan kemampuan pengusaha, manajer, pekerja dan petani untuk mempengaruhi
produktivitas. Pendidikan yang memadai dan kesehatan yang baik akan memacu kinerja dan produktivitas tenaga
kerja untuk merangsang pertumbuhan ekonomi (Bloom et.al, 2004). Hasil empiris menunjukkan kontribusi
kesehatan lebih besar daripada pendidikan. Tenaga kerja yang sehat lebih mungkin menciptakan dan mengadopsi
teknologi baru (Ogundari dan Awokuse, 2018). Mayer Foulkes (2001) dalam (Ogundari dan Awokuse, 2018)
menambahkan bahwa peningkatan produktivitas melalui kesehatan akan mengurangi kelemahan, ketidakmampuan
tenaga kerja dan meminimalkan ketidakhadiran kerja karena sakit. Di sisi lain, Sianesi dan Van Reenen (2003)
mengungkapkan bahwa dampak pembangunan manusia memberikan eksternalitas positif terhadap pendidikan.
Pendidikan berperan penting dalam menyediakan sumber daya manusia terampil yang dibutuhkan untuk
penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (Pegkas dan Tsamadias, 2016)
(Pegkas dan Tsamadias 2016). Modal manusia dan dinamika spesialisasi produktif merupakan faktor penting
bagi pertumbuhan ekonomi (Ranis et.al 2000). Selain itu, interaksi antara modal manusia dan perubahan
struktural dalam industri pengetahuan tinggi berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (Teixeira dan
Queirós, 2016) Dengan demikian terdapat hubungan dua arah antara pertumbuhan ekonomi dan Indeks
Pembangunan Manusia yang diilustrasikan oleh konsep berikut:

183
Machine Translated by Google
Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora (ASSEHR), volume 216

Gambar 1. Kerangka Konseptual hubungan antara HDI dan EC

2. METODE

Lingkup Penelitian
Kajian penelitian ini mengkaji analisis keterkaitan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pertumbuhan
ekonomi di Jawa Tengah (Metode Kointegrasi) selama periode 2004 - 2013. Ruang lingkup penelitian ini di 35
kabupaten/kota di Jawa Tengah.

Jenis dan Sumber Data


Penelitian ini menggunakan data panel yang merupakan gabungan data time series (selama lima tahun,
2004 - 2013) dan data cross section untuk 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Jawa Tengah berupa angka
pertumbuhan ekonomi dan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kabupaten/kota di Jawa Tengah.

Analisis
Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan data panel. Metode analisis yang digunakan untuk melihat
klasifikasi wilayah melalui Klassen Typology, sedangkan untuk menguji hubungan keseimbangan jangka panjang
antara pertumbuhan ekonomi dengan Indeks Pembangunan Manusia menggunakan uji kointegrasi. Studi
kointegrasi dilakukan untuk mengetahui apakah variabel dependen dan variabel independen memiliki hubungan
sehingga digunakan estimasi jangka panjang.

Tipologi Klassen
Setiap daerah memiliki tingkat perkembangan manusia dan pertumbuhan ekonomi yang berbeda. Tipologi
Klassen digunakan untuk mengidentifikasi subsektor atau sektor unggulan suatu daerah, dalam hal ini tipologi
klasik dilakukan untuk membagi daerah berdasarkan dua indikator utama yaitu IPM dan pertumbuhan ekonomi
daerah. Sjafrizal (2012) menjelaskan bahwa dengan menggunakan alat analisis ini dapat diperoleh empat
karakteristik pertumbuhan di setiap wilayah, yaitu wilayah pertumbuhan cepat (Kuadran I), wilayah tertinggal
(Kuadran II), wilayah berkembang (Kuadran III) dan wilayah relatif terbelakang ( Kuadran IV). Presentasi metrik
Klassen Typology sebagai alat analisis dapat dilihat sebagai berikut:

184
Machine Translated by Google

Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora (ASSEHR), volume 216

Tabel 1. Tipologi Klassen

Sumber: Sjafrizal, 2012


Keterangan
ri :Laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota r :Laju
pertumbuhan ekonomi di provinsi yi : IPM kabupaten/
kota y :IPM Provinsi

Untuk melihat karakteristik Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kabupaten/kota di Jawa Tengah,
penelitian ini mengadopsi klasifikasi Klassen, dengan mengubah PDRB per kapita menjadi IPM. Metode yang
digunakan untuk mengetahui karakteristik IPM kabupaten/kota di Jawa Tengah adalah dengan cara
menggabungkan secara sistematis laju pertumbuhan ekonomi dengan IPM selama periode penelitian. Melalui
alat analisis ini dapat diketahui rata-rata karakteristik IPM 35 kabupaten/kota dibandingkan dengan rata-rata
IPM Jawa Tengah selama periode penelitian.

Uji Akar Unit


Uji stasioneritas data panel dapat dilakukan dengan uji akar unit. Pengujian ini untuk mengetahui apakah
data panel stasioner atau tidak. Uji akar unit yang dapat digunakan untuk panel data adalah metode Levin,
Lin & Chu (LLC), metode Im, Pesaran dan Shin W-stat(IPS), metode ADF Fisher dan metode PP Fisher. Ide
dasar dari unit root test dari metode Levin, Lin & Chu (LLC), adalah untuk mempertimbangkan spesifikasi
dasar dari ADF. Hipotesis yang dibangun oleh (Levin et.al, 2002) yaitu: H0 : terdapat akar
unit pada data panel H1 : Tidak
terdapat akar unit pada data panel

Uji Kointegrasi Panel


Uji ini dilakukan untuk melihat apakah variabel yang diteliti memiliki hubungan kointegrasi.
Kointegrasi adalah hubungan jangka panjang antara variabel – variabel yang walaupun secara individual
tidak stasioner, tetapi kombinasi linier antar variabel menjadi stasioner. Metode yang digunakan untuk
pengujian kointegrasi adalah pengembangan data time series seperti metode pedroni dan Kao.
Uji kointegrasi metode Pedroni untuk data panel diklasifikasikan menjadi dua kategori. Set pertama mirip
dengan tes yang dibahas di atas dan melibatkan statistik uji rata-rata untuk kointegrasi dalam deret waktu
lintas bagian. Untuk himpunan kedua, rata-rata dilakukan dengan potongan-potongan sehingga pembagian
limitnya didasarkan pada limit potongan-potongan suku pembilang dan penyebut (Baltagi 2005). Metode
pedroni memberikan pendekatan non-parametrik yang terdiri dari Panel V-Statistics, Panel rho-Statistics,
Panel PP-Statistical dan Panel ADF-statistics. Sedangkan pendekatan parametrik terdiri dari Group Rho-
Statistic, Group PP-Statistic dan Group ADF-Statistic. Hipotesis nol adalah tidak adanya kointegrasi antar
variabel (Pedroni et.al, 2004).
Selain uji metode pedroni, pada penelitian ini juga digunakan uji kointegrasi metode Kao.
Metode ini menggunakan uji Dickey Fuller (DF) dan Augmented Dickey Fuller (ADF) Kao (1999) mengusulkan
uji DF dan uji ADF untuk digunakan sebagai bentuk pengujian dengan hipotesis nol yaitu tidak terdapat
kointegrasi.

185
Machine Translated by Google

Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora (ASSEHR), volume 216

3. HASIL
Hasil pengujian dari penelitian ini adalah Klassen Typology untuk melihat klasifikasi kabupaten/kota di Jawa
Tengah berdasarkan indikator utama pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia serta uji kointegrasi
untuk melihat hubungan jangka panjang antara keduanya.

Klasifikasi Daerah menurut Analisis Tipologi Klassen Analisis digunakan untuk mengklasifikasikan ciri-ciri
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Jawa Tengah menjadi empat
kuadran seperti gambar di bawah ini:

Tabel 2. Klasifikasi Wilayah Menurut Analisis Tipologi Klassen

Kuadran I kawasan pertumbuhan Kuadran II wilayah terbelakang


cepat 1 Semarang, 1 Kabupaten Banjar
2 Kota Salatiga, Kota 2 Kab. Kebumen
Surakarta, 3 4 3 Kab. Magelang
Kota Magelang, 5 Kota 4 Kab. Blora
Pekalongan, 6 Kota Tegal 5 Kab. Rembang
7 Kab. Banyumas 6 Kab. Pati

8 Kab Semarang, 9 Kab. 7 Kab. Kab.


Boyolali 10 Kab. Klaten 8 Pemalang Kab.
Tegal Kab.
9 10 Brebes

11 Kab. Sukoharjo 12
Kabupaten Karanganyar 13
Kab. Sragen 14 Kab.
Kendal

Kuadran III wilayah berkembang Kuadran IV wilayah relatif terbelakang 1 Kab.


Purworejo 1 2 Kab. Kudus Daerah. Cilacap
2 Kab. Purbalingga
3 Kab. Demak 3 Kab. Wonosobo

4 Kab. Jepara 4 Kab. Wonogiri


5 Kab. Grobogan
6 Kab. Temanggung
7 Kab. Pekalongan
Sumber: data olahan BPS Jateng 2018

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa kabupaten/kota di Jawa Tengah dapat diklasifikasikan menjadi empat
kuadran. Kuadran I merupakan daerah yang cepat maju dan berkembang pesat, terdapat 6 kota dan 8 kabupaten.
Kuadran II merupakan daerah dengan pembangunan yang pesat, pada kuadran ini pertumbuhan ekonominya tinggi
tetapi Indeks Pembangunan Manusianya rendah. Terdapat 10 kecamatan yang termasuk dalam kuadran ini. Hanya ada
4 kabupaten di kuadran III di Jawa Tengah, daerah ini masuk kategori maju tapi tertekan. Kuadran terakhir adalah
kuadran IV, daerah yang dikategorikan sebagai daerah yang relatif tertinggal. Di Jawa Tengah masih terdapat 7
kabupaten yang masuk dalam kategori daerah tertinggal.

186
Machine Translated by Google

Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora (ASSEHR), volume 216

Hasil Tes Akar

Sebelum dilakukan uji kointegrasi antara dua variabel harus dilakukan uji akar unit untuk menentukan data
stasioner atau tidak. Hasil uji akar unit dapat dilihat dengan membandingkan nilai statistik dengan nilai kritis. Jika
nilai statistik lebih besar dari nilai kritis maka data stasioner.
Namun, jika nilai statistik lebih kecil dari nilai kritis, maka data tersebut tidak stasioner. Hasil uji akar unit data
panel pada kedua variabel yang disajikan pada tabel 3 dan tabel 4 adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Root Test Pertumbuhan Ekonomi

Menyeberang

metode Statistik Masalah.** bagian Ob

Null: Akar unit (mengasumsikan proses akar unit umum)


Levin, Lin & Chu t* -23.0773 0,0000 35 245

Null: Akar unit (mengasumsikan proses akar unit individual)


Im, Pesaran dan Shin W-stat -7.83207 0,0000 35 245

ADF - Fisher Chi-kuadrat 187.326 0,0000 35 245

PP - Fisher Chi-kuadrat 400.072 0,0000 35 280

Sumber: data yang diolah


** Probabilitas untuk uji Fisher dihitung menggunakan distribusi chi-square asimtotik. Semua tes lain
mengasumsikan normalitas asimtotik.

Tabel 4. Hasil Root Test Indeks Pembangunan Manusia

Menyeberang

metode Statistik Masalah.** bagian Ob

Null: Akar unit (mengasumsikan proses akar unit umum)


Levin, Lin & Chu t* -17.6072 0,0000 35 245

Null: Akar unit (mengasumsikan proses akar unit individu)


Im, Pesaran dan Shin W-stat -6.64467 0,0000 35 245

ADF - Fisher Chi-kuadrat 184.207 0,0000 35 245


PP - Fisher Chi-kuadrat 252.157 0,0000 35 280

Sumber: data yang


diproses ** probabilitas untuk uji Fisher dihitung menggunakan distribusi chi-square asimtotik. Semua tes lain
mengasumsikan normalitas asimtotik.
Hasil uji root pada variabel pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa variabel tersebut memiliki koefisien
sebesar 187,326 dengan nilai probabilitas 0,0000 atau lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05. Sedangkan
variabel Indeks Pembangunan Manusia stasioner dengan koefisien sebesar 184,207 dan nilai probabilitas sebesar

187
Machine Translated by Google
Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora (ASSEHR), volume 216

0,0000 atau kurang dari taraf signifikansi 0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut stasioner
atau tidak memiliki unit root. Hasil uji akar pada kedua variabel stasioner pada first difference.

Hasil Uji Kointegrasi

Uji digunakan untuk melihat hubungan jangka panjang antara variabel yang diteliti yaitu pertumbuhan ekonomi dan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Uji kointegrasi yang digunakan dalam penelitian ini berfokus pada konsep Kao dan
Konsep Pedroni. Berikut adalah hasil uji kointegrasi:

Tabel 5. Hasil Uji Kointegrasi Pedroni

Hipotesis alternatif: koefisien AR umum. (dalam dimensi)


Tertimbang
Statistik Masalah. Statistik Masalah.

Panel v-Statistik 4,442697 1.0000 4,451603 1,0000


Panel rho-Statistik 4,043896 0.0000 3,392049 0,0003
Panel PP-Statistik 7,591806 0.0000 6,942325 0,0000
Panel ADF-Statistik 3.832913 0,0001 3.566511 0,0002

Hipotesis alternatif: koefisien AR individual. (antar dimensi)

Statistik
Grup rho-Statistik 0,749606 Masalah.
Grup PP-Statistik 10,42055 0,7733
Grup ADF-Statistik 6,332883 0,0000 0,0000

Sumber: data olahan

Berdasarkan hasil uji kointegrasi Pedroni dengan pendekatan non parametrik (common AR coefs) yang terdiri dari Panel
v-Statistics memiliki koefisien sebesar 4,442697 dengan probabilitas sebesar 1,0000, lebih besar dari taraf signifikansi 5%.
Sedangkan Panel Rho-Statistics memiliki koefisien 4.043896, Panel PP-Statistics memiliki koefisien 7.591806 dan Panel
ADF-Statistics memiliki koefisien 3.832913. Tiga probabilitas dari masing-masing tes menunjukkan kointegrasi pada tingkat
signifikansi 5%.
Hasil uji kointegrasi Pedroni dengan pendekatan parametrik (koefisien AR individual) menunjukkan hanya Group rho-
Statistic yang tidak signifikan dengan probabilitas 0,7733 atau di atas 0,05. Sedangkan Group PP Statistic dan Group ADF-
Statistic signifikan pada taraf signifikansi 5% dengan koefisien masing-masing sebesar 10,42055 dan 6,332883

Tabel 6 Hasil Uji Kointegrasi Kao

t-Statistik Masalah.

ADF 3.181062 0,0007

Varian residual 0,309618


varian HAC 0,693672

Sumber: data olahan

Konsisten dengan hasil pengujian kointegrasi Pedroni, pengujian kointegrasi Kao juga menunjukkan
bahwa kedua variabel terkointegrasi. Metode pengujian ADF - Statistik Kao signifikan pada 5%

188
Machine Translated by Google

Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora (ASSEHR), volume 216

tingkat signifikansi dengan probabilitas 0,0007. Dari kedua metode pengujian (Pedroni dan Kao) menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia berkointegrasi. Artinya kedua variabel memiliki keseimbangan
jangka panjang atau memiliki arah pergerakan yang sama. Hal ini terjadi karena kedua variabel tersebut cenderung
melakukan penyesuaian dalam jangka pendek, kemudian dapat mencapai keseimbangan jangka panjang.

4. DISKUSI

Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu alat data ekonomi yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi suatu daerah (provinsi atau kabupaten/kota). Perangkat data ini dapat
digunakan sebagai perencanaan dan pengambilan keputusan. Semakin tinggi PDRB suatu daerah, semakin besar
potensi sumber pendapatan daerah tersebut. Tak kalah pentingnya dengan besaran PDRB, laju pertumbuhan ekonomi
juga menjadi salah satu tolok ukur kinerja perekonomian di suatu daerah.

Berdasarkan PDRB kabupaten di Jawa Tengah sejak tahun 2004 - 2013, PDRB bervariasi dari 4,2 triliun693 miliar
rupiah hingga 26 triliun rupiah. Daerah dengan PDRB terendah adalah Salatiga dan tertinggi adalah Cilacap. Dari
sebaran PDRB Kota Semarang, Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Kudus nilainya sangat mencolok jauh di atas
daerah lainnya. Rata-rata total nilai PDRB selama sepuluh tahun dari ketiga daerah tersebut mencapai 18,18 triliun
rupiah dengan proporsi 34,57 persen dari rata-rata total PDRB Jawa Tengah.

Sedangkan Sragen memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi sebesar 5,86%. Karena itu kabupaten fokus pada
sektor pertanian dan menjadikan kabupaten ini sebagai penghasil beras organik terbaik di Indonesia. Selain itu,
kabupaten ini juga memiliki pasokan listrik rata-rata yang baik. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya angka
pengangguran, tersebarnya pengusaha Sragen di seluruh nusantara dan meningkatnya permintaan tenaga kerja untuk
terserap di perusahaan asing.

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Tengah

Pembangunan manusia merupakan proses perluasan preferensi bagi manusia, terutama dalam mengakses hasil
pembangunan seperti memperoleh pendapatan, kesehatan dan pendidikan. Tujuan utama pembangunan adalah untuk
menciptakan lingkungan yang memungkinkan masyarakat menikmati umur panjang, sehat, dan melaksanakan
kehidupan yang produktif. Rata-rata Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah selama tahun 2004 – 2013
mengalami perkembangan positif dari 63,4 pada tahun 2004 menjadi 78,54 pada tahun 2013. Rata-rata Indeks
Pembangunan Manusia untuk seluruh wilayah di Jawa Tengah relatif sama yaitu berkisar antara 65,00 sampai dengan
70,00. Terdapat empat wilayah yang memiliki Indeks Pembangunan Manusia tertinggi di antara wilayah lainnya. Ada
Salatiga, Pekalongan, Surakarta dan Semarang. Sedangkan IPM terendah adalah Magelang.

Tipologi Klassen
Berdasarkan analisis Topologi Klassen, perkembangan pertumbuhan ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia
kabupaten/kota di Jawa Tengah periode 2004 - 2013 menunjukkan bahwa beberapa kabupaten kota berada di kuadran
I, merupakan klasifikasi daerah pertumbuhan cepat. Terdapat 14 kabupaten/kota yang termasuk dalam kawasan ini
yang memiliki pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia yang tinggi, antara lain Semarang, Salatiga,
Surakarta, Magelang, Pekalongan, Tegal, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali,
Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar , Sragen, dan Kendal. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat di wilayah tersebut memiliki tingkat IPM yang tinggi dengan laju pertumbuhan ekonomi yang cepat dan keunggulan kompetitif.
Ada enam kota di Jawa Tengah yang mendukung PDRB melalui industri, pertanian, dan perdagangan. Begitu juga
dengan tingkat IPM, dengan banyaknya fasilitas umum yang berada di perkotaan seperti sekolah, rumah sakit,
perdagangan mendorong tingkat IPM di daerah menjadi lebih tinggi. Salah satunya Semarang yang memiliki PDRB
dan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Bidang konstruksi dan

189
Machine Translated by Google
Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora (ASSEHR), volume 216

industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB sebesar 26,19%. (rata-rata) Tingginya pertumbuhan
ekonomi yang dicapai Kota Semarang tidak terlepas dari peran pembangunan manusia. Hal ini dibuktikan dengan
Prioritas dan Pagu Anggaran (PPA) yang menjadikan peningkatan aksesibilitas pendidikan dan derajat kesehatan
masyarakat sebagai prioritas utama. Sejalan dengan penelitian Bloom et al., (2004), pendidikan yang memadai dan
kesehatan yang baik akan mendorong kinerja dan produktivitas tenaga kerja untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Daerah yang termasuk daerah tertinggal atau kuadran II antara lain Kabupaten Magelang, Banjarnegara, Kebumen,
Blora, Rembang, Pati, Batang, Pemalang, Tegal, dan Brebes. Daerah ini memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang
lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah namun tingkat IPM-nya berada di bawah rata-
rata IPM Jawa Tengah. Dilihat dari anggaran belanja pemerintah di Kabupaten Magelang, perbandingan belanja sektor
pendidikan lebih rendah dibandingkan belanja pembangunan infrastruktur publik.

Daerah yang memiliki IPM lebih tinggi dari nilai pertumbuhan ekonomi atau termasuk dalam kategori daerah
berkembang (kuadran III) adalah Purworejo, Kudus, Jepara dan Demak. Sebagai salah satu sentra industri rokok di
Indonesia, industri ini menjadi penopang utama perekonomian di Kudus.
Namun demikian, hal tersebut tidak menjadikan daerah ini memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Keseriusan
lebih ditonjolkan pada aspek pembangunan manusia melalui peningkatan sarana dan prasarana kesehatan baik dari
pemerintah maupun swasta.
Ada tujuh kabupaten yang masuk dalam kuadran IV, yaitu Kabupaten Cilacap, Purbalingga, Wonosobo, Wonogiri,
Grobogan, Temanggung, dan Pekalongan. Daerah-daerah tersebut memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan IPM
yang rendah. Sebagai daerah yang memiliki potensi industri kerajinan khususnya batik ternyata belum mampu
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PDRB Kabupaten Pekalongan. Angka partisipasi kasar didasarkan
pada tingkat pendidikan, mayoritas berpendidikan sekolah dasar.

Uji Kointegrasi Panel

Berdasarkan hasil uji panel kointegrasi pada kabupaten/kota di Jawa Tengah menunjukkan adanya kointegrasi
atau hubungan jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dengan Indeks Pembangunan Manusia. Hasil ini sejalan
dengan penelitian (Setiawan dan Hakim, 2013) bahwa GDP berpengaruh positif baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia. Peningkatan PDB akan meningkatkan
kesejahteraan penduduk. Seperti yang dikemukakan oleh Ranis et.al (2000) terdapat mekanisme hubungan pertumbuhan
ekonomi dengan Indeks Pembangunan Manusia melalui pengeluaran pemerintah. Peran pemerintah melalui belanja
kesehatan dan pendidikan merupakan investasi tidak langsung jangka panjang dalam menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi dan belanja modal berpengaruh positif terhadap
Indeks Pembangunan Manusia (Mirza 2012). Studi Anggraeni (2015) menemukan bahwa pengeluaran pemerintah untuk
sektor kesehatan baik jangka pendek maupun jangka panjang berpengaruh signifikan terhadap PDB. Hasil serupa juga
ditemukan pada pengeluaran di sektor pendidikan. Munawwaroh (2013) mengungkapkan bahwa pengeluaran pemerintah
di bidang pendidikan berdampak positif terhadap kualitas SDM antar kabupaten/kota. Sebaliknya, terdapat mekanisme
untuk menghubungkan Indeks Pembangunan Manusia dengan pertumbuhan ekonomi. Ekonom sebelumnya menekankan
pentingnya modal manusia ke dalam produksi. Pengetahuan dan keterampilan teknologi adalah peralatan immaterial
yang tanpa modal fisik manusia tidak dapat dimanfaatkan secara produktif (Anggraeni, 2015). Misalnya Semarang yang
masuk kategori daerah maju dan berkembang pesat, dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan Indeks
Pembangunan Manusia yang tinggi, menjadikan industri manufaktur sebagai penopang kedua setelah sektor konstruksi
sebagai sumber PDRB. Sektor industri pengolahan yang banyak menggunakan teknologi dalam proses produksinya,
tentunya memiliki klasifikasi dan standar tenaga kerja dengan pendidikan yang cukup untuk mengoperasikan mesin
produksi dengan baik. Oleh karena itu, untuk memenuhi kriteria tersebut, Pemerintah Kota Semarang memfokuskan
perhatiannya pada sektor pendidikan melalui penerapan Pagu Prioritas Anggaran (PPA). Dalam rangka meningkatkan
aksesibilitas pendidikan dan kesehatan masyarakat, pemerintah menyelenggarakan program pendidikan anak usia dini,
wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan dan sebagainya.
Semakin besar pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan akan semakin meningkat

190
Machine Translated by Google

Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora (ASSEHR), volume 216

modal manusia yang akan meningkatkan produktivitas sehingga pendapatan daerah juga meningkat (Anggraeni, 2015)

Penelitian Sitepu (2007) juga mengungkapkan bahwa investasi sumber daya manusia mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Peningkatan investasi sumber daya manusia berdampak pada peningkatan produktivitas
tenaga kerja yang akan mendorong peningkatan output agregat. Permintaan tenaga kerja juga akan meningkat seiring
dengan peningkatan investasi sumber daya manusia untuk pendidikan. Investasi pendidikan merupakan rangsangan
yang lebih tinggi dibandingkan investasi fisik dalam jangka panjang. Hubungan kausalitas antara peran pendidikan
dan pertumbuhan ekonomi menjadi semakin nyata dan kuat. Sektor pendidikan sebagai penggerak utama dinamika
pembangunan ekonomi semakin mendorong proses transformasi struktural jangka panjang, karena pendidikan
memberikan tingkat pengembalian yang tinggi di masa depan. Pengeluaran pemerintah yang proporsional dan tepat
sasaran untuk program pendidikan (wajib belajar 12 tahun atau rintisan pendidikan menengah universal) berdampak
pada percepatan pertumbuhan ekonomi (Subroto, 2014). Sehingga, pendapatan dan kesejahteraan masyarakat juga
akan terdorong. Artinya melalui kebijakan publik yang dibuat untuk mendorong pembangunan manusia akan menjadi
stimulus untuk menciptakan percepatan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang dan berkelanjutan.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kajian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kabupaten/kota di Jawa Tengah telah
menunjukkan kepedulian terhadap pembangunan manusia. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya Indeks
Pembangunan Manusia di seluruh kabupaten/kota. Selain itu, tren positif juga ditunjukkan pada variabel pertumbuhan ekonomi.
Meski nilainya bervariasi, bahkan cenderung lambat di beberapa kabupaten/kota. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, sesuai dengan potensi daerah, kekayaan alam daerah dan sumber daya manusia.
Dengan adanya kointegrasi antara pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia, maka keseimbangan
jangka panjang antara kedua variabel tersebut akan tercapai. Pertumbuhan ekonomi merupakan instrumen penggerak
utama peningkatan Indeks Pembangunan Manusia dan sebaliknya, Indeks Pembangunan Manusia merupakan salah
satu faktor penting dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Dengan kata lain dapat disimpulkan
bahwa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, manusia tidak lagi digunakan sebagai alat pembangunan. Tetapi
sebagai subyek pembangunan merupakan tujuan akhir pembangunan untuk mencapai kesejahteraan umum.

Sebagai rekomendasi, perlu adanya komitmen yang kuat dari pengambil kebijakan untuk mengimplementasikan
UU No 20 Tahun 2003 dalam hal pengalokasian dana pendidikan sebesar 20% dari APBD dan UU No 36 Tahun 2009
tentang alokasi anggaran kesehatan sebesar 10% dari APBD.

191
Machine Translated by Google
Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora (ASSEHR), volume 216

BIBLIOGRAFI

Anggraeni, Merlin (2017). Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Di Sektor Pendidikan, Kesehatan, Dan
Pertanian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode 1970-2015. Jurnal Pendidikan dan Ekonomi Vol.
6 No.5 Tahun 2017
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah (2014). Indeks Pembangunan Manusia.Bps. Diakses 3 Oktober 2018
dari: https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Baltagi, Badi H (2005). Analisis Ekonometri Data Panel. Inggris : John Wiley & Sons Ltd Bloom, David .E,
David Canning, and Jaypee Sevilla (2004). Pengaruh Kesehatan terhadap Pertumbuhan Ekonomi: Pendekatan
Fungsi Produksi. Pembangunan Dunia Vol 32 No 1 hal.1–13. doi.org/10.1016/j.worlddev.2003.07.002.

Brata, Aloysius Gunadi (2002). Investasi Sektor Publik Lokal, Pembangunan Manusia, Dan Kemiskinan.Jurnal
Ekonomi Pembangunan Vol 7 No 2 113 -122
Subroto, Gatot (2014). Hubungan Pendidikan Dan Ekonomi: Perspektif Teori Dan Empiris.Universitas Nasional
Jakarta 20 (September): 390–400.
Setiawan, Mohammad Bhakti dan Hakim, Abdul (2008). Indeks Pembangunan Manusia Indonesia, Jurnal
Ekonomi 9 (April): 18–26.
Kao, Chiwa (1999). Regresi Berkendara dan Tes Berbasis Residual untuk Kointegrasi dalam Data Panel.
Jurnal Ekonometrika 90 (1): 1–44. https://doi.org/10.1016/S0304-4076(98)00023-2.
Levin, Andrew et.al (2002). Uji Akar Unit dalam Data Panel: Properti Asimtotik dan Sampel Hingga.Journal of
Econometrics 108 (1): 1–24. https://doi.org/10.1016/S0304-4076(01)00098-7.
Mankiw, N.Gregory (2006). Makroekonomiedisi ke-6. Jakarta: Erlangga.
Mirza, Denni Sulistio (2012). Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Indeks Belanja Modal terhadap
Pembangunan Manusia di Jawa Tengah. Jurnal Analisis Pembangunan Ekonomi (1)
DOI.10.15294/EDAJ.V1I2.474
Munawwaroh (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Sumberdaya Manusia Dan Perekonomian
Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jambi. Jurnal Kajian Ekonomi, Juli 2013, Vol. II, No.03 Mustafa, Ghulam, Marian
Rizov, dan David Kernohan (2017). Pertumbuhan, Pembangunan Manusia, dan Perdagangan: Pengalaman Asia .
61
Pemodelan Ekonomi 93–101. https://doi.org/10.1016/j.econmod.2016.12.007.
(Desember 2016):

Ogundari, Kolawole, dan Titus Awokuse (2018). Kontribusi Modal Manusia terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sub
Sahara Afrika: Apakah Status Kesehatan Lebih Penting daripada Pendidikan?. Analisis dan Kebijakan Ekonomi
58: 131–40. https://doi.org/10.1016/j.eap.2018.02.001.
Pedroni, P (2004). Kointegrasi Panel: Properti Sampel Asimtotik Dan Hingga Dari Pengujian Rangkaian Waktu
Kumpulan Dengan Penerapan Pada Hipotesis PPP. Teori Ekonometrika 597–625. , Vol. No. 3, Hal .” 20:
https://doi.org/10.1017/S0266466604203073.
Pegkas, Panagiotis, dan Tsamadias, Constantinos (2016). Seberapa Penting Investasi Asing dan Domestik, Ekspor
dan Modal Manusia untuk Pertumbuhan Ekonomi Yunani ?Economic Issues, Vol. 21, Bagian 1, 2016

Pratama, Sandy Adi (2015). Peran Lembaga Swadaya, Pemberdayaan Masyarakat dan Pedesaan. Diakses 1
Oktober 2018 dari: http://skpm.ipb.ac.id/karyailmiah/index.php/studipustaka/article/view/1631 Rachman, M
Aulia, dan Syamsuddin (2017). Meningkatkan Peran Mobilisasi Sosial Dalam Membentuk Sinergi Antara
Pemerintah Dan Lembaga Swadaya Masyarakat ( NGO ) Dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi
Di Daerah Tertinggal. Prosiding Bina LingkunganVolume 1 (2017): 135-145; DOI: https://doi.org/10.30874/
comdev.2017.18 Ranis, Gustav, Frances Stewart, dan Alejandro
Ramirez (2000). Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia. Pembangunan Dunia 28 (2):197–
219. https://doi.org/10.1016/S0305-750X(99)00131-X.
Romer, David (1996). Maju-Makroekonomi.Amerika Serikat : McGraw-Hill Companies Inc 192
Machine Translated by Google

Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora (ASSEHR), volume 216

Sianesi, Barbara, dan John Van Reenen (2003). Pengembalian Pendidikan: Makroekonomi. Jurnal Survei
Ekonomi 17 (2): 157–200. https://doi.org/10.1111/1467-6419.00192.
Sitepu, Rasidin (2007). Dampak Investasi Sumberdaya Manusia Dan Mentransfer Pendapatan Terhadap
Distribusi Pendapatan Indonesia.Thesis.http:// Dan Kemiskinan Di
repository.ipb.ac.id/handle/123456789/40840.
Sukirno, Sadono (2010). Makroekonomi.Teori Pengantar Edisi Ketiga. edisi ke-3. jakarta.
Suri, Tavneet et.al (2011). Jalan Menuju Sukses: Hubungan Antara Pembangunan Manusia dan Ekonomi
Pertumbuhan.Pembangunan Dunia 39 (4): 506–22.
https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2010.08.020.
Teixeira, Aurora AC, dan Anabela SS Queirós (2016). Pertumbuhan Ekonomi, Modal Manusia, dan Perubahan
Struktural: Analisis Data Panel Dinamis. Kebijakan Penelitian 45 (8): 1636–48. https://doi.org/10.1016/
j.respol.2016.04.00S6.
Todaro, Michael P. 1998. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. edisi ke-6 Jakarta : Erlangga
———. 2000. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. jakarta: Erlangga.

193

Anda mungkin juga menyukai