Anda di halaman 1dari 10

Machine Translated by Google

Kemajuan dalam Riset Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, volume 179


Prosiding Konferensi Internasional Pendidikan Ekonomi Padang Keenam,
Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, Akuntansi dan Kewirausahaan (PICEEBA 2020)

Clustering Pembangunan Berkelanjutan di Jawa Timur


Menggunakan Metode K-means
Nazaruddin Malik1 , Idah Zuhroh2, Muhammad Sri Wahyudi Suliswanto3*,
Mochamad Rofik4

1,2,3,4 Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, Indonesia *Penulis


korespondensi. Email: ms_wahyudi@umm.ac.id

ABSTRAK
Provinsi Jawa Timur memiliki peran penting dalam perekonomian nasional, mengingat kontribusinya yang signifikan terhadap pembangunan
ekonomi. Pembangunan ekonomi tentunya harus berorientasi pada kemanfaatan dan keberlanjutannya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi klaster pembangunan berkelanjutan di Provinsi Jawa Timur dan faktor apa saja yang mempengaruhi pembangunan
berkelanjutan. Alat analisis yang digunakan adalah K-means. Alasan penggunaan algoritma K-Means antara lain karena algoritma ini memiliki
akurasi yang cukup tinggi terhadap ukuran objek. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa kinerja ekonomi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap terjadinya pembangunan berkelanjutan di Jawa Timur. Kesejahteraan mampu secara signifikan mempengaruhi terjadinya
aglomerasi pembangunan berkelanjutan di Jawa Timur.

Kata kunci: Pembangunan ekonomi, Pembangunan berkelanjutan, dan Jawa Timur.

1. PERKENALAN pembangunan berkelanjutan, ada upaya untuk mengambil peran


dalam pengambilan keputusan, yang berfungsi untuk membantu
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang merumuskan kebijakan di masa depan [4]. Oleh karena itu,
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan manusia melalui pengukuran dalam pembangunan berkelanjutan merupakan
pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana, efisien, dan penilaian yang sangat penting di suatu daerah.
memperhatikan pemanfaatannya secara berkelanjutan untuk
Dalam perkembangannya terlihat bahwa pembangunan yang
generasi sekarang dan yang akan datang [1, 2].
lebih besar mengarah pada aspek ekonomi dan sosial, serta
Pembangunan wilayah berkelanjutan memiliki tiga berdampak pada aspek lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa
dimensi atau aspek kehidupan yaitu aspek ekonomi, sosial dan pembangunan berkelanjutan diharapkan dapat mengutamakan
lingkungan [1]. Ketiga aspek tersebut menjadi kriteria pembobotan aspek lingkungan, mengoptimalkan keseimbangan antar dimensi
dalam pengambilan keputusan. sehingga tekanan dari aspek lingkungan menjadi “koreksi” dalam
Aspek ekonomi dilihat dari kriteria agregat ekonomi, rata-rata kemajuan aspek lainnya, yaitu ekonomi dan sosial [5]. Proses
ekonomi, kualitas ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi di masing- pembangunan berkelanjutan terkait dengan pembentukan komisi,
masing daerah. Aspek sosial dilihat dari kriteria jumlah penduduk, yang secara konseptual memberikan bantuan kepada negara-
perkembangan infrastruktur wilayah, kualitas hidup penduduk, dan negara berkembang. Terutama negara berkembang memiliki
sumber daya alam yang melimpah, dengan pemanfaatan yang
kemajuan peradaban masyarakat. Aspek lingkungan dilihat dari
kurang optimal karena lingkungan dan sumber daya alam tidak
kriteria sumber daya alam, ekosistem, dan kualitas lingkungan di
diarahkan pada aspek keberlanjutan [6].
setiap wilayah. Prinsip keseimbangan dalam aspek antardimensi
yaitu aspek ekonomi, sosial dan lingkungan menjadikan suatu
kawasan lestari [3]. Di sisi lain, dalam skala lokal, nasional, dan
global, realisasi pembangunan berkelanjutan sangat erat kaitannya Ada tiga faktor utama mengapa pembangunan dari berbagai
dengan pengukuran kuantitatif maupun kualitatif. Melalui pengukuran aspek harus berkelanjutan. Faktor pertama dalam pengertian
di pembangunan ekonomi diartikan sebagai pembangunan yang
mampu menghasilkan barang dan jasa secara terus menerus untuk
menjaga kesinambungan pemerintahan dan menghindari
ketimpangan sektoral yang dapat

Hak Cipta © 2021 Para Penulis. Diterbitkan oleh Atlantis Press BV


Ini adalah artikel akses terbuka yang didistribusikan di bawah lisensi CC BY-NC 4.0 -http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/. 114
Machine Translated by Google
Kemajuan dalam Riset Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, volume 179

merusak produksi pertanian dan industri. d. PDRB Per Kapita faktor kedua, ditinjau dari
segi ekologi atau lingkungan e. tingkat PDB per kapita.
pembangunan, adalah bahwa konsep
kelestarian lingkungan hidup harus mampu mempertahankan
sumber daya yang stabil, f. Tingkat pengangguran menghindari eksploitasi sumber daya
alam dan fungsinya g. Tingkat kemiskinan daya serap
lingkungan. Konsep ini juga
menyangkut pemeliharaan keanekaragaman hayati, stabilitas
ruang udara, h. Tingkat Kejahatan dan fungsi ekosistem lainnya yang tidak termasuk
sumber daya ekonomi. Faktor ketiga, ditinjau dari perkembangan
Saya. Rasio gini
sosial [5].
J. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Aspek atau kriteria yang ada dalam evaluasi k. Rasio ruang terbuka hijau (RTH) pembangunan
berkelanjutan daerah memiliki berbagai hubungan. Penting
untuk dilakukan penilaian dan evaluasi kinerja terkait l. Indeks kualitas udara (IKU)
pembangunan berkelanjutan yang menunjukkan kecenderungan
kemajuan atau penurunan dalam aspek pembangunan 2.1. Analisis Cluster menggunakan Metode
berkelanjutan seperti ekonomi, sosial dan lingkungan, serta K-Means
dapat memberikan informasi bagi pembuat kebijakan untuk
menentukan strategi dan mengkomunikasikan hasilnya. kepada Clustering data merupakan salah satu metode Data Mining
pemangku kepentingan [7, 8, 9, 10]. yang tidak terawasi. Ada dua jenis pengelompokan data yang
sering digunakan dalam proses pengelompokan data, yaitu
pengelompokan data hierarkis (hierarkis) dan pengelompokan
Penelitian tentang pelaksanaan pembangunan berkelanjutan data non hierarkis (non hierarkis). K-Means adalah metode
diperlukan untuk menentukan tingkat keberhasilan pembangunan. pengelompokan data non-hierarkis yang mencoba mempartisi
Banyak penelitian kuantitatif yang telah dilakukan dan mencakup data yang ada menjadi satu atau beberapa cluster/grup.
seluruh dimensi/aspek pembangunan berkelanjutan secara
simultan sehingga dapat dijadikan sebagai evaluasi implementasi
kebijakan dan keberhasilan pembangunan [11]. Metode K-Means mempartisi data menjadi cluster/kelompok
sehingga data yang memiliki karakteristik yang sama
dikelompokkan ke dalam cluster yang sama dan data yang
Misalnya, pertumbuhan kota yang disertai dengan jumlah memiliki karakteristik berbeda dikelompokkan ke dalam
penduduk yang besar akan membutuhkan lahan yang lebih kelompok lain. Tujuan dari clustering data ini adalah untuk
luas, yang akan menimbulkan masalah dengan alam. Jumlah meminimalkan fungsi tujuan yang ditetapkan dalam proses
penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cepat tetapi clustering, yang pada umumnya berusaha untuk meminimalkan
kualitas yang rendah akan memperlambat tercapainya kondisi variasi dalam suatu cluster dan memaksimalkan variasi antar
ideal antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya cluster. Karena pada penelitian ini cluster-cluster akan digunakan
dukung alam dan lingkungan yang semakin terbatas. untuk merangking kategori tertentu, maka peringatan antar-
Meningkatkan perekonomian dengan membuka pembangunan cluster akan dilakukan dengan melihat rata-rata dari setiap
pabrik perlu memperhatikan lingkungan alam. Permasalahan centroid. Alasan penggunaan algoritma K-Means antara lain
tersebut menjadi tanggung jawab masyarakat, khususnya karena algoritma ini memiliki akurasi yang cukup tinggi terhadap
pemerintah daerah di Jawa Timur. Hubungan timbal balik dari ukuran objek.
permasalahan tersebut dapat digunakan untuk pengelompokan
pembangunan industri berkelanjutan di Provinsi Jawa Timur. Pengelompokan data menggunakan metode K-Means pada
penelitian ini umumnya dilakukan dengan algoritma dasar
2. METODE sebagai berikut.
1. Menentukan jumlah cluster 2.
Lokasi penelitian ini berada di Jawa Timur, dengan fokus
Mengalokasikan data ke dalam cluster secara
penelitian pada analisis klaster pembangunan industri acak 3. Menghitung centroid/rata-rata data pada setiap
berkelanjutan di Jawa Timur. Adapun untuk menjawab rumusan cluster 4.
masalah yang ada dalam penelitian ini akan digunakan metode Mengalokasikan setiap data ke centroid terdekat /
penelitian deskriptif kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari rata-rata
sampel populasi penelitian dianalisis sesuai dengan metode 5. Kembali ke Langkah 3, jika masih ada data yang
statistik yang digunakan kemudian diinterpretasikan. berpindah cluster atau jika perubahan nilai
centroid diatas nilai threshold yang ditentukan
Pengumpulan data melalui kegiatan pengumpulan data atau jika perubahan nilai pada fungsi tujuan yang
sekunder dengan melakukan pengumpulan data kelembagaan digunakan diatas nilai threshold yang ditentukan
dari dinas, instansi dan instansi terkait di daerah, dokumentasi 6. Cari rata-rata nilai
antara lain: centroid tertinggi kemudian cluster di bawahnya
A. Jumlah perusahaan industri ditentukan berdasarkan jarak terdekat hingga
B. Jumlah UMKM terjauh untuk setiap cluster.

C. Produk Domestik Regional Bruto

115
Machine Translated by Google
Kemajuan dalam Riset Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, volume 179

Untuk memudahkan perhitungan, clustering metode K-Means (PDB) berdasarkan harga berlaku nasional tahun 2017 sebesar
akan menggunakan software XLSTAT. Rp13.064,5 triliun. Sementara itu, PDRB Jatim tahun 2017 atas
dasar harga konstan mencapai Rp1.482,15 triliun, meningkat
2.2. Analisis Klassen Tipologi Rp76,91 triliun dibandingkan PDRB atas dasar harga konstan
tahun 2016 sebesar Rp1.405,24 triliun. PDRB atas dasar harga
Alat Analisis Tipologi Klassen yang dimodifikasi ini digunakan
konstan Jawa Timur juga memberikan kontribusi sebesar 17,43
untuk mengetahui gambaran pola pembangunan berkelanjutan
persen terhadap PDRB harga konstan nasional tahun 2017
setiap wilayah. Tipologi Klassen ini dilakukan dengan membagi
sebesar Rp9.530,30 triliun.
wilayah berdasarkan dua indikator pembangunan berkelanjutan
yaitu hasil klaster pembangunan dan hasil klaster berkelanjutan. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur mencatat
perekonomian Jatim pada 2017 tumbuh sebesar 5,45 persen
dari sisi produksi. Pertumbuhan PDRB didorong oleh semua
lapangan usaha, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada
bidang penyediaan akomodasi dan makan minum dengan
Perkembangan
pertumbuhan tertinggi sebesar 7,91 persen, diikuti pertambangan
Rendah
dan penggalian sebesar 7,47 persen, dan komunikasi informasi
Tinggi
Perkembangan, sebesar 6,92 persen. Struktur perekonomian Jawa Timur
Bagus Perkembangan,
Bagus menurut lapangan usaha tahun 2017 didominasi oleh tiga
Lingkungan
Lingkungan
lapangan usaha utama yaitu industri pengolahan dengan
kontribusi sebesar 29,03 persen. Disusul sektor pertanian,
Berkelanjutan kehutanan, dan perikanan sebesar 12,80 persen; dan
Rendah Tinggi perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-motor sebesar
Perkembangan,
Perkembangan, 18,18 persen.
Rendah
Rendah
Lingkungan
Lingkungan

Melihat pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang memiliki


kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian nasional
Gambar 1. Tipologi Pembangunan Berkelanjutan menunjukkan bahwa kegiatan ekonominya merupakan
penyangga perekonomian nasional. Sektor industri dan
perdagangan memiliki peranan yang cukup besar, sehingga
3. HASIL DAN PEMBAHASAN memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan nasional. Namun
harus diakui bahwa pertumbuhan ekonomi yang cukup baik
tersebut belum dibarengi dengan kinerja pengelolaan lingkungan yang memuaska
3.1. Kependudukan, Lingkungan dan Ekonomi
Hasil kajian Indeks Kualitas Lingkungan (IKLH) tahun 2017
Pertumbuhan penduduk Jawa Timur selama periode
yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
2000-2010 mencapai 0,76 persen. Data sensus penduduk tahun
Kehutanan menunjukkan bahwa kondisi lingkungan Jawa Timur
2010 menunjukkan jumlah penduduk Jawa Timur mencapai
berada pada kategori sangat buruk (nilai IKLH 60,70). Nilai IKLH
37.476.757 jiwa, dengan rincian yang tinggal di perkotaan
merupakan indeks komposit dari perhitungan indeks kualitas
sebanyak 17.832.733 jiwa (47,58 persen) dan di pedesaan
udara (IKU) sebesar 85,49; indeks kualitas air (IKA) sebesar
sebanyak 19.644.024 jiwa (52,42 persen). Merujuk data BPS
49,17; dan indeks kualitas tutupan lahan (IKTL) sebesar 50,70.
pada buku Jawa Timur tahun 2017, jumlah penduduk Jawa
Timur tahun 2016 dari hasil proyeksi adalah sebanyak
39.075.152 jiwa atau meningkat 0,59% dibandingkan tahun
2015 sebanyak 38.847.561 jiwa. 3.2. Klaster Industrialisasi
Pengelompokan skala industrialisasi di Jawa Timur dalam
Pertumbuhan penduduk yang cepat dapat menyebabkan penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu jumlah perusahaan
perubahan pola konsumsi dan produksi untuk memenuhi industri dan jumlah UMKM.
berbagai kebutuhan seperti energi dan listrik atau perumahan Dengan mempertimbangkan penyerapan tenaga kerja dan hasil
dan transportasi hingga lapangan kerja. Pemenuhan berbagai produksi kedua variabel tersebut, perusahaan industri diberi
kebutuhan tersebut, secara langsung maupun tidak langsung, bobot 1 untuk variabel tenaga kerja dan hasil produksi,
pada gilirannya akan memberikan berbagai tekanan terhadap sedangkan UMKM diberi bobot 0,1 untuk penyerapan tenaga
kualitas dan kuantitas sumber daya alam dan lingkungan hidup. kerja dan 0,01 untuk hasil produksi. Sehingga untuk setiap
Selanjutnya untuk melihat aktivitas perekonomian Jawa Timur jumlah riil UMKM akan dikalikan bobot serapan tenaga kerja
tahun 2017 digunakan alat ukur Produk Domestik Regional dengan bobot hasil produksi.
Bruto (PDRB).

Perekonomian Jawa Timur tahun 2017 yang diukur dengan


PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 2.019,2 triliun,
n = jumlah riil UMKM di tiap daerah
meningkat sebesar Rp. 164,16 triliun dibandingkan tahun 2016
sebesar Rp. 1.855,04 triliun. Angka ini memberikan kontribusi Hasil klasifikasi aspek industrialisasi menunjukkan bahwa
14,61 persen terhadap Produk Domestik Bruto Kabupaten Pasuruan,

116
Machine Translated by Google
Kemajuan dalam Riset Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, volume 179

Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik dan Kota Surabaya Delapan daerah mulai dari Kabupaten Tulungagung,
menempati cluster tertinggi. Artinya keempat daerah Kabupaten Malang, Kabupaten Jember, Kabupaten
tersebut merupakan daerah dengan tingkat industrialisasi Banyuwangi, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Jombang,
tertinggi di Jawa Timur. Kabupaten Tuban, dan Kota Malang menempati klaster
industrialisasi kategori tinggi. Jika dibandingkan dengan
Dilihat dari strukturnya, empat daerah yang termasuk
klaster industrialisasi kategori sangat tinggi akan terlihat
dalam klaster industrialisasi sangat tinggi merupakan
adanya perbedaan karakteristik yang cukup mencolok.
daerah dengan rata-rata jumlah perusahaan industri
Kawasan klaster industrialisasi sangat tinggi, rata-rata
sebanyak 873,25 dan rata-rata jumlah UMKM sebanyak
jumlah perusahaan sekitar 837 perusahaan, sedangkan
212.305. Sidoarjo merupakan wilayah dengan jumlah
pada klaster industrialisasi tinggi rata-rata jumlah
perusahaan industri terbesar dengan 978 perusahaan
perusahaan per wilayah hanya 227.
industri, sedangkan jumlah UMKM terbanyak pada klaster
sangat tinggi ditempati oleh Kota Surabaya dengan jumlah
UMKM mencapai 212.305.
Kota Blitar, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota
Mojokerto, Kota Madiun dan Kota Batu. Dilihat dari luas
wilayah dan jumlah penduduk tujuh kota dalam klaster ini,
maka wajar jika ketujuh kota tersebut termasuk dalam
klaster industrialisasi kategori rendah. Rata-rata jumlah
UMKM pada klaster industrialisasi kategori rendah hanya
23.524 dan rata-rata jumlah perusahaan industri hanya 45.

Berdasarkan hasil pengelompokan dengan


menggunakan metode k-means terlihat hanya empat
daerah yang termasuk dalam klaster industrialisasi kategori
Sedang
Sangat tinggi sangat tinggi dan secara geografis daerah yang termasuk
Tinggi
Rendah dalam klaster tersebut adalah daerah yang secara langsung
perbatasan mulai dari Kabupaten Gresik, Kota Surabaya,
Sumber : BPS Jatim, 2018 (Data Diolah) Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan. Hal ini
Gambar 2. Pemetaan Klaster Industrialisasi Kabupaten/ menunjukkan bahwa industrialisasi di Jawa Timur masih
Kota di Jawa Timur
terpusat di sekitar kota Surabaya.
Kawasan klaster industri dengan kategori tinggi juga
Variabel utama pendorong industrialisasi daerah yang menunjukkan kecenderungan mayoritas anggota klaster
termasuk dalam klaster industrialisasi tinggi adalah UMKM berada di Jawa Timur bagian tengah yang secara geografis
dengan rata-rata UMKM di klaster ini sekitar 245.323 dan relatif dekat dengan klaster industrialisasi kategori sangat
lebih tinggi dari rata-rata jumlah UMKM di klaster tinggi. Hanya Kabupaten Banyuwangi, Jember, dan
industrialisasi yang sangat tinggi. Kabupaten Malang
Tulungagug yang relatif jauh dari kawasan di klaster
merupakan daerah dengan jumlah UMKM terbanyak tidak industri maju tersebut.
hanya pada klaster industrialisasi kategori tinggi tetapi juga Secara geografis, wilayah yang menempati kategori
regional di Jawa Timur dengan jumlah UMKM mencapai klaster industri sebagian besar berada di Jawa Timur
414.516. bagian barat, sebagian kawasan tapal kuda dan Pulau
Selanjutnya, klaster industrialisasi kategori saat ini Madura. Misalnya Jawa Timur bagian barat seperti Pacitan
ditempati oleh 19 daerah mulai dari Kabupaten Pacitan, yang hanya memiliki 17 perusahaan industri besar dan
Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten 181.115 UMKM, Kabupaten Ngawi yang memiliki 27
Blitar, Kabupaten Kediri, Kabupaten Probolinggo hingga industri besar dan 185.312 UMKM.
seluruh wilayah di Pulau Madura. Struktur klaster Sementara itu, daerah di Pulau Madura sebenarnya
industrialisasi kategori sedang menunjukkan bahwa
memiliki jumlah industri UMKM yang cukup tinggi namun
mayoritas industri didominasi oleh UMKM, meskipun belum diimbangi dengan jumlah industri skala besar.
secara rata-rata jumlah UMKM pada klaster ini tidak Sumenep memiliki 269.000 UMKM tetapi hanya 78
berbeda jika dibandingkan dengan klaster industrialisasi perusahaan industri, Sampang memiliki 195.215 UMKM
kategori tinggi.
tetapi hanya 25 perusahaan industri. Selanjutnya untuk
Klaster industrialisasi sedang hanya memiliki rata-rata klaster industrialisasi kategori rendah mayoritas merupakan
jumlah perusahaan per wilayah sebanyak 63, cukup jauh kawasan perkotaan dengan luas wilayah dan jumlah
jika dibandingkan dengan klaster industrialisasi tinggi yang penduduk yang tidak terlalu besar sehingga sektor ekonomi
memiliki rata-rata jumlah perusahaan sebanyak 226 dan tidak berorientasi pada sektor manufaktur.
sangat jauh jika dibandingkan dengan rata-rata klaster Kota Probolinggo yang merupakan pusat klaster
industrialisasi yang tergolong sangat tinggi. dengan rata- industrialisasi kategori rendah, dengan Kabupaten
rata - Rata-rata jumlah perusahaan industri sebanyak 837. Pasuruan yang menjadi pusat klaster industrialisasi kategori
sangat tinggi adalah sekitar 795. Berdasarkan hal tersebut
Klaster industrialisasi kategori rendah ditempati oleh terlihat bahwa daerah yang berada pada kategori sangat tinggi kategori
tujuh kota, mulai dari Kota Kediri,

117
Machine Translated by Google
Kemajuan dalam Riset Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, volume 179

klaster dan wilayah pada klaster kategori rendah memiliki


perbedaan yang sangat berbeda. jauh. Sedangkan Pamekasan
yang merupakan pusat klaster untuk klaster kategori sedang
dengan Kabupaten Pasuruan sekitar 737 dan Tulungagung
sebagai pusat klaster untuk klaster industrialisasi kategori tinggi
sebanyak 626 dengan Kabupaten Pasuruan. Jarak rata-rata
setiap pusat klaster ke pusat klaster tertinggi adalah 720. Data ini
menunjukkan bahwa antara klaster yang sangat tinggi dengan
ketiga klaster lainnya jaraknya cukup jauh.

Melihat hasil pusat-pusat klaster yang ada, dapat disimpulkan


Sedang
bahwa daerah-daerah yang berada pada klaster industrialisasi Sangat tinggi

Rendah
kategori rendah dan sedang berpotensi untuk ditingkatkan ke Tinggi

klaster di atasnya. Namun, hal ini tidak berlaku untuk daerah


yang berada pada klaster tinggi dimana jarak pusat klaster Sumber : BPS Jatim, 2018 (Data Diolah)
dengan pusat klaster daerah yang sangat tinggi cukup jauh. Gambar 4. Pemetaan Klaster Aspek Ekonomi Kabupaten/
Kota di Jawa Timur
Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa sebagian besar wilayah
di Jawa Timur ditopang oleh UMKM. Hanya beberapa daerah, Hasil pengelompokan aspek ekonomi menempatkan Kota
terutama yang masuk dalam klaster sangat tinggi, seperti Kota Kediri pada klaster tertinggi di Jawa Timur dan Kota Kediri
Surabaya, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, dan merupakan satu-satunya daerah yang masuk dalam kategori
Kabupaten Gresik yang sektor industrinya didukung oleh klaster sangat tinggi. Pendorong utama yang menempatkan Kota
perusahaan industri skala menengah dan besar. Kediri pada klaster yang sangat tinggi adalah tingginya PDRB per
kapita daerah tersebut. PDRB per kapita Kota Kediri merupakan
10 besar PDRB per kapita nasional, bahkan pada tahun 2017
PDRB per kapita Kota Kediri menyentuh angka 379 juta dan
menjadi tiga besar nasional.

Tingginya PDRB per kapita Kota Kediri jika ditelaah lebih jauh
sebenarnya sangat bergantung pada tiga industri besar yang ada
di daerah tersebut, yakni PT Gudang Garam Tbk dan dua pabrik
gula di bawah PTPN X. Tingginya PDRB per kapita juga tidak
berbanding lurus dengan upah minimum kota (UMK) kota. UMK
Kota Kediri tahun 2017 hanya sekitar Rp. 1.617.000. Luas Kota
Kediri yang tidak terlalu luas dan hanya mencakup tiga kecamatan
membuat Kota Kediri cukup sulit mengembangkan industri skala
besar. Oleh karena itu, untuk menghindari klaster ekonomi semu,
Kota Kediri harus melakukan diversifikasi ekonominya.

Sebelas daerah termasuk dalam klaster ekonomi kategori


Gambar 3. Indeks industrialisasi UMKM dan tinggi. Kesebelas daerah tersebut adalah Kota Surabaya,
Perusahaan Industri Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik, Kabupaten Pasuruan,
Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Mojokerto, Kota Malang,
Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Malang, Kabupaten Tuban,
dan Kabupaten Jember.
3.3. Kluster Aspek Ekonomi
Kota Surabaya merupakan daerah dengan rata-rata PDRB
Pengelompokan sektor ekonomi menggunakan tiga indikator tertinggi di Jawa Timur. Rata-rata selama lima tahun terakhir
yaitu PDRB, PDRB Per Kapita dan Tingkat PDRB. (2013-2017) PDRB Kota Surabaya menyentuh Rp. 325 triliun
Setiap indikator dihitung secara kumulatif selama lima tahun dan PDRB per kapita mencapai 107 juta dan merupakan PDRB
terakhir (2013-2017) kemudian dihitung rata-ratanya. tertinggi kedua setelah Kediri.
Penggunaan data selama lima tahun terakhir bertujuan untuk
menemukan kemacetan data (mantap). Indikator PDRB dan Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu daerah yang
angka PDRB dipilih karena mencerminkan skala ekonomi suatu berada pada klaster sangat tinggi. Kabupaten Bojonegoro
wilayah dan mampu menjelaskan bagaimana pertumbuhan skala merupakan daerah dengan pertumbuhan tertinggi di Jawa Timur.
ekonomi di wilayah tersebut, sedangkan PDRB per kapita Lima tahun terakhir (2012-2016) pertumbuhan ekonomi Kabupaten
menggambarkan seberapa besar output ekonomi yang dimiliki Bojonegro selalu mencatatkan pertumbuhan tertinggi dengan
setiap individu di wilayah tersebut. rata-rata pertumbuhan 10%, bahkan pada tahun 2016 pertumbuhan
ekonomi Bojonegoro mencapai 21%.

118
Machine Translated by Google
Kemajuan dalam Riset Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, volume 179

Angka PDRB Kabupaten Bojonegoro tidak terlepas dari industri yang termasuk dalam klaster rendah dan sedang harus berusaha
ekstraktif, namun pada tahun 2015 PDRB Kabupaten Bojonegoro lebih keras untuk masuk ke dalam klaster tinggi atau bahkan tinggi.
dari sektor nonmigas juga tercatat sebagai angka tertinggi kedua Berbeda dengan daerah dengan klaster rendah yang pusat
setelah Kota Surabaya. Ini merupakan prestasi luar biasa bagi klasternya hanya 1,08 dengan pusat klaster sedang, maka daerah
Kabupaten Bojonegoro. Kabupaten yang dulu dikenal sebagai salah yang berada pada klaster rendah diyakini Kota Probolingo, Kota
satu kabupaten tertinggal ini mulai menunjukkan kapasitasnya, tidak Mojokerto, Kota Pasuruan dan Kota Blitar.
hanya di sektor migas.
3.4 Kluster Aspek Kesejahteraan
Hal ini menjadi indikasi keberhasilan Kabupaten Bojonegoro dalam
mengelola industri ekstraktif dan mendiversifikasi perekonomiannya. Pengelompokan kesejahteraan menggunakan empat variabel
yaitu pengangguran rendah, tingkat kemiskinan rendah, rasio Gini
rendah dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tinggi. Dengan
Daerah lain yang termasuk dalam klaster tinggi adalah
menggunakan keempat indikator tersebut, terdapat sembilan daerah
Kabupaten Malang, Kabupaten Malang merupakan daerah dengan
di Jawa Timur yang berada pada kategori sangat tinggi dengan Kota
jumlah industri UMKM terbanyak di Jawa Timur, sebanyak 400.000 Blitar sebagai pusat klasternya.
lebih UMKM berada di Jawa Timur bagian selatan ini. Kabupaten
Malang memiliki PDRB rata-rata dalam lima tahun terakhir Delapan dari sembilan kota yang termasuk dalam klaster sangat
(2012-2016) sebesar Rp. 55,4 T dan merupakan daerah dengan tinggi merupakan wilayah kota administratif dan satu kabupaten.
PDRB per kapita terbesar keenam di Jawa Timur. Satu-satunya kabupaten yang termasuk dalam klaster sangat tinggi
Sedangkan rata-rata PDRB per kapita Kabupaten Malang tercatat adalah Kabupaten Mojokerto.
sebesar Rp. 20 juta.
Berdasarkan analisis terlihat bahwa wilayah klaster yang sangat
Sebagian besar wilayah yang termasuk dalam klaster sedang tinggi untuk aspek kesejahteraan memiliki rasio gini rata-rata 35,84,
merupakan wilayah dalam klaster industri yang dikategorikan tinggi IPM 76,46, pengangguran 5,68 dan kemiskinan rata-rata 6,63. Gini
dan sedang. Sedangkan daerah yang termasuk dalam kelompok Ratio 35,84 berarti ketimpangan dalam kondisi sedang, IPM dalam
ekonomi rendah adalah daerah perkotaan yang mayoritas memiliki kondisi tinggi serta tingkat pengangguran dan kemiskinan cukup
wilayah yang tidak terlalu luas dan perekonomiannya tidak didukung terkendali.
oleh industri manufaktur.

Karakteristik yang paling mencolok untuk daerah yang termasuk Namun yang perlu diperhatikan bahwa rata-rata angka
dalam klaster sedang dan rendah adalah nilai PDRB dan PDRB per kemiskinan dan pengangguran di wilayah klaster sangat tinggi yaitu
kapita. Daerah yang termasuk dalam klaster ekonomi menengah masih di atas 5%. Sedangkan IPM di daerah-daerah yang masuk
adalah daerah yang secara geografis memiliki luas wilayah yang dalam klaster tersebut sangat tinggi, tidak lebih dari 80%.
luas dan jumlah penduduk yang relatif lebih banyak dibandingkan
dengan daerah yang berada di daerah klaster rendah.
Oleh karena itu, semua wilayah yang termasuk dalam klaster
tersebut memiliki nilai PDRB yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan PDRB wilayah pada klaster rendah.

Sebaliknya, PDRB per kapita daerah pada klaster rendah selalu


lebih tinggi dibandingkan dengan PDRB per kapita daerah pada
klaster ekonomi menengah. Namun demikian, daerah-daerah di
kedua klaster tersebut memiliki keseragaman yang cukup rata-rata
pertumbuhan ekonomi selama lima tahun terakhir (2012-2016).

Kota Bojonegoro merupakan pusat klaster tinggi dan berjarak Sangat tinggi
Sedang

sekitar 1,98 dengan Kota Kediri sebagai pusat klaster sedang. Jarak Rendah
Tinggi
yang tidak terlalu jauh antara pusat klaster tinggi dan pusat klaster
sangat tinggi menunjukkan bahwa secara statistik selisih kedua
Sumber : BPS Jatim, 2018 (Data Diolah)
kelas ini tidak terlalu jauh. Padahal, Kota Kediri menempati klaster
Gambar 5. Klaster Aspek Kesejahteraan Kabupaten/Kota
yang sangat tinggi hanya karena PDRB per kapita dan cukup rendah
Pemetaan di Jawa Timur
dalam indikator laju pertumbuhan PDRB dan PDRB. Hal ini secara
riil seperti yang telah kita bahas juga tidak berdampak pada
Beberapa hal yang telah dipaparkan menunjukkan bahwa
pendapatan rata-rata penduduk di Kota Kediri.
daerah-daerah yang masuk dalam klaster tersebut sangat tinggi
kesejahteraannya, sebenarnya dalam skala global kurang baik. IPM
yang masih di bawah 80%. Rata-rata angka kemiskinan dan
Jarak Kabupaten Nganjuk sebagai pusat klaster kategori sedang pengangguran di atas 5% dan rasio gini yang masih di atas 0,3
dengan Kota Kediri berada pada kisaran 3,31 dan jarak Kota menunjukkan bahwa daerah yang termasuk dalam klaster sangat
Probolinggo sebagai pusat klaster kategori rendah dengan Kota tinggi belum benar-benar sejahtera.
Kediri berada pada kisaran 3,25. Berdasarkan hal tersebut, daerah-
daerah yang

119
Machine Translated by Google
Kemajuan dalam Riset Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, volume 179

Klaster tinggi ditempati tiga belas yang ditempati oleh 13 cluster kategori adalah 7.17. Selisih antara IPM untuk kategori
wilayah antara lain Pacitan, Trenggalek, Blitar, Malang, Bojonegoro tinggi dan kelompok kategori sangat tinggi merupakan selisih
dan Gresik. Daerah yang termasuk dalam klaster tinggi untuk terbesar jika dibandingkan dengan rata-rata selisih rasio gini,
kategori kesejahteraan memiliki rasio gini rata-rata 32,97; IPM rata- kemiskinan dan pengangguran. Berdasarkan hasil tersebut, sudah
rata adalah 67,03; Tingkat pengangguran 4,20 dan tingkat selayaknya pihak terkait mengambil langkah-langkah strategis untuk
kemiskinan 13,04. Jika dibandingkan dengan wilayah dalam klaster meningkatkan IPM di daerahnya masing-masing.
yang sangat tinggi, rasio Gini rata-rata klaster yang tinggi
sebenarnya lebih rendah daripada rasio Gini rata-rata klaster yang
sangat tinggi. 3.5. Kluster Aspek Lingkungan
Selain itu, rata-rata tingkat pengangguran klaster tinggi juga
Pengelompokan kawasan berdasarkan kualitas lingkungan
lebih rendah dari rata-rata daerah di klaster sangat tinggi, namun
pada penelitian ini hanya menggunakan dua indikator yaitu rasio
terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara tingkat kemiskinan
ruang terbuka hijau (RTH) dan indeks kualitas udara (IKU).
dan IPM. Angka kemiskinan mencapai 13,04% dan IPM hanya
RTH dan IKU yang digunakan dalam penelitian ini adalah RTH dan
67,03. Jadi daerah yang berada di klaster tinggi jika ingin
IKU Kabupaten/Kota se-Jawa Timur tahun 2017 berdasarkan
ditingkatkan statusnya menjadi klaster sangat tinggi, kuncinya ada
laporan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Timur.
pada IPM dan penanggulangan kemiskinan.

Selanjutnya, klaster tersebut saat ini ditempati oleh sembilan


wilayah, yaitu: Ponorogo, Tulungangung, Jember, Banyuwangi,
Situbondo, Pasuruan, Sidoarjo dan Kota Kediri. Kota Kediri
merupakan satu-satunya kota di Jawa Timur yang masuk dalam
klaster sedang untuk kategori kesejahteraan. Jika dilihat dari data
yang ada, Kota Kediri cukup baik dalam mengatasi pengangguran
dan kemiskinan, namun Kota Kediri cukup tertinggal dalam
menangani IPM dan mengatasi ketimpangan. IPM Kota Kediri
hanya 62,5 lebih rendah dari Kabupaten Kediri yang IPMnya
Sedang
mencapai 67,9. Rasio gini Kota Kediri juga lebih tinggi dari rata-rata Sangat tinggi

provinsi dimana rasio gini Kota Kediri sebesar 36,6. Tinggi


Rendah

Sumber : DLH Jatim, 2017 (Data Olahan)


Gambar 6. Pemetaan Klaster Aspek Lingkungan
Klaster kesejahteraan kategori rendah ditempati oleh tujuh
Kabupaten/Kota di Jawa Timur
daerah dengan empat dari tujuh daerah tersebut merupakan
kabupaten di Pulau Madura, tujuh daerah tersebut adalah
Berdasarkan kedua indikator tersebut, 3 kabupaten di Jawa
Probolinggo, Tuban, Lamongan, Bangkalan, Sampang, Pamekasan
Timur menempati klaster sangat baik dan 17 daerah menempati
dan Sumenep. Penyebab utama ketujuh wilayah tersebut berada
klaster baik. Klaster sedang dan rendah masing-masing ditempati
pada klaster rendah adalah karena rendahnya IPM di wilayah
oleh 12 wilayah dan empat wilayah.
tersebut. Sebagai perbandingan, rata-rata IPM empat kabupaten di
Pulan Madura dalam lima tahun terakhir (2013-2017) adalah 64,12.
sama. Klaster sangat baik untuk kategori lingkungan ditempati oleh
Kabupaten Pacitan, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Blitar.
Jarak Kota Blitar sebagai pusat klaster kategori sangat tinggi
Bila wilayah tersebut memiliki kualitas udara yang sangat baik,
dengan Kabupaten Nganjuk sebagai pusat klaster kategori tinggi
maka rata-rata kualitas udara di ketiga kabupaten tersebut adalah
adalah 9,44. Jarak Kota Blitar dengan Kabupaten Banyuwangi
94,43, bahkan Kabupaten Blitar mencatatkan kualitas udara sebesar 97,78.
sebagai pusat klaster sedang adalah 13,85 dan jarak Kota Blitar
dengan Kabupaten Tuban sebagai pusat klaster 4 adalah 16,274. Namun perlu dicatat bahwa RTH di Kabupaten Tulungagung baru
8% dan Kabupaten Blitar 11%, sedangkan RTH di Kabupaten
Berdasarkan analisis tersebut terlihat bahwa pusat klaster kategori
Pacitan sudah hampir menyentuh 30% tepatnya 29,7%. Data ini
tinggi dengan pusat klaster kategori sangat tinggi jaraknya tidak
menunjukkan bahwa Kabupaten Pacitan menaruh perhatian serius
terlalu jauh bahkan dengan SD sebesar 1,7 untuk klaster kategori
terhadap masalah lingkungan mulai dari memenuhi rasio RYH
tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap daerah yang
sebesar 30% hingga menjaga kualitas udara yang mencapai 93,05.
masuk dalam kategori tinggi cluster cukup dekat dengan pusat
kategori cluster. sangat tinggi.
Klaster lingkungan kategori baik yang ditempati oleh 17
kabupaten/kota memiliki rasio RTH rata-rata 24% dan rata-rata IKU
88,18. Di beberapa daerah seperti Kabupaten Bondowoso,
Analisis komparatif yang dilakukan menunjukkan bahwa rata-
Kabupaten Magetan dan Kabupaten Tuban, rasio RTH terhadap
rata IPM dalam lima tahun terakhir untuk daerah dalam klaster
RTH masing-masing mencapai 93%, 30% dan 39%, namun IKU
kategori tinggi adalah 69,29 sedangkan rata-rata IPM di daerah
ketiga wilayah tersebut masing-masing Kabupaten Bondowosi
klaster kategori sangat tinggi dengan rentang waktu dan pengukuran
yang sama menunjukkan 76,46 hal ini berarti bahwa rata-rata IPM 88,77; Kabupaten Tuban 87; dan Kabupaten Magetan 88.41.
Sementara itu,
tersebut rata-rata terpaut tinggi

120
Machine Translated by Google
Kemajuan dalam Riset Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, volume 179

IKU Kota Surabaya mencapai 90,31, namun rasio RTH di Kota daerah kategori baik sekitar 5,4. potensi yang cukup besar untuk
Surabaya hanya 18%. meningkatkan posisinya.

Beberapa daerah lain, seperti Kabupaten Ponorogo dan Kota Berbeda dengan kawasan yang baik dan mengkhawatirkan
Batu, meskipun termasuk dalam kategori baik, namun rasio RTH yang umumnya memiliki potensi tinggi dan cukup untuk naik ke
dan IKU di ketiga daerah tersebut cukup rendah. kategori di atas, kawasan pada klaster lingkungan dengan kategori
Rasio ruang terbuka hijau di Kabupaten Ponorogo hanya 9% dan rendah tampaknya membutuhkan upaya ekstra untuk setidaknya
indeks kualitas udara di wilayah tersebut adalah 86,05. dapat mengimbangi klaster kategori baik. . jarak pusat klaster
RTH Kota Batu berada pada angka 1% dan indeks kualitas udara kategori rendah ke pusat klaster kategori sedang adalah 11,30
berada pada kisaran 87,08. Secara khusus, Kota Batu sebagai angka ini menunjukkan jarak yang cukup jauh. Oleh karena itu,
kota tujuan wisata harus lebih meningkatkan kuantitas ruang daerah dengan kategori klaster lingkungan rendah seperti
terbuka hijau dan kualitas udara di kawasan tersebut. Namun IKU Kabupaten Malang dan Kabupaten Jember telah melakukan
di Kota Batu kurang baik, sepertinya bukan karena faktor industri reformasi di bidang lingkungan baik untuk meningkatkan kualitas
tetapi lebih karena emisi transportasi. rasio IKU dan RTH.

Daerah Kabupaten/Kota yang masuk dalam kategori klaster


lingkungan umumnya memprihatinkan karena rasio RTH tidak jauh 3.6. Klaster Pembangunan Industri
berbeda dengan rasio RTH untuk klaster lingkungan dalam kategori Berkelanjutan
baik, namun yang mencolok adalah rendahnya kualitas udara di
Semua wilayah dengan klaster industri yang sangat tinggi juga
wilayah ini.
tidak termasuk dalam kategori klaster lingkungan. Bahkan
KPI rata-rata pada klaster ini adalah 83,4 dengan Kabupaten
Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan memiliki kategori
Sidoarjo menjadi wilayah dengan kualitas udara terendah.
mengkhawatirkan pada klaster lingkungan, sedangkan Kota
Kabupaten Sidoarjo mencatat IKU sebesar 82,05 dan untuk rasio
Surabaya dan Kabupaten Gresik masih mendapatkan kategori baik
RTH sebesar 17%. Selanjutnya kualitas udara kedua diklaster
pada klaster kualitas lingkungan.
tersebut adalah Kabupaten Pasuruan dengan IKU sebesar 82,25,
meskipun tidak jauh berbeda dengan Kabupaten Sidoarjo, Rendahnya kualitas udara di Kabupaten Sidoarjo dan Gresik
Kabupaten Pasuruan memiliki rasio RTH sebesar 30%. menjadi salah satu penyebab utama kedua wilayah tersebut masuk
dalam kategori mengkhawatirkan aspek lingkungan. Oleh karena
Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan merupakan dua
itu harus ada langkah strategis untuk mengatasi permasalahan
daerah yang klaster industrinya merupakan daerah dengan klaster
tersebut, perlu memperhatikan industrialisasi yang ramah lingkungan
industrialisasi yang sangat tinggi dan juga penduduk yang cukup
karena industrialisasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi
padat. Oleh karena itu, Kabupaten Sidoarjo dan Pasuruan harus
degradasi lingkungan. [12].
benar-benar memperhatikan masalah lingkungan.

Daerah yang termasuk dalam klaster rendah memiliki rata-rata Sementara itu, beberapa kawasan yang masuk dalam klaster
industri kategori tinggi justru tidak mampu menjaga lingkungannya
rasio RTH dan IKU yang rendah. Rasio RTH rata-rata di cluster ini
dengan baik. Secara teoritis, dengan aktivitas industri yang lebih
hanya 16% dan KPI rata-rata 76,74. Kabupaten Nganjuk merupakan
rendah, kualitas lingkungan di daerah tersebut bisa lebih tinggi,
daerah dengan KPI terendah yaitu hanya 75,78, namun rasio RTH
tetapi kenyataannya tidak demikian.
terhadap Kabupaten Nganjuk sebesar 0,38%. Berikutnya adalah
Kabupaten Malang dan Kabupaten Jember yang termasuk dalam
Kabupaten Malang yang pada ketiga klaster lainnya menunjukkan
klaster tinggi untuk aspek industrialisasi mendapat kategori rendah
kinerja yang cukup baik bahkan untuk klaster lingkungan berada di
urutan terbawah. Kabupaten Malang yang merupakan kawasan pada klaster kualitas lingkungan. Hanya Kabupaten Tulungagung
yang tercatat memiliki kualitas lingkungan sangat baik.
industrialisasi cluster tinggi ternyata tidak dapat menjaga
lingkungannya dengan baik, bahkan kualitas udara di Kabupaten
Malang merupakan yang terburuk kedua di Jawa Timur, hanya di Fakta lain dalam pengelompokan ini adalah tiga daerah dengan
atas Kabupaten Nganjuk. kualitas lingkungan terbaik di Jawa Timur yaitu Kabupaten, Pacitan,
Tulungagung dan Kabupaten Blitar merupakan daerah dengan
skala industrialisasi sedang dan tinggi. Namun, daerah dengan
Kabupaten Magetan yang merupakan pusat klaster kategori
skala industri rendah seperti Kota Pasuruan, Kota Probolinggo dan
baik memiliki jarak 4,72 dengan Kabupaten Pacitan sebagai pusat
Kota Blitar justru memiliki kualitas lingkungan yang memprihatinkan.
klaster kategori sangat baik.
Kabupaten Bangkalan yang merupakan pusat klaster kategori
mengkhawatirkan memiliki jarak 9,38 dari Kabupaten Pacitan dan
Kabupaten Jember sebagai pusat klaster wilayah dengan kategori
rendah 16,02 dengan Kabupaten Pacitan. Pusat klaster yang
disajikan menunjukkan bahwa daerah yang masuk kategori baik
memiliki potensi besar untuk dikategorikan sangat baik, serta
daerah dengan kategori mengkhawatirkan seperti Kabupaten
Paasuruan dan Kabupaten Sidoarjo yang pusat klasternya jauh dari

121
Machine Translated by Google
Kemajuan dalam Riset Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, volume 179

REFERENSI

[1] A. Jaya, “Konsep pembangunan berkelanjutan,” Program


Pasca Sarjana IPB, Bogor, 2004.

[2] S. Husodo, “Pembangunan Pertanian: Antara Pertumbuhan


Ekonomi dan Keberlanjutan,” Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian,
22(2), hlm. 141-147, 2015.
industrialisasi tinggi,
industrialisasi tinggi ,
Lingkungan yang baik Lingkungan rendah
[3] M. Margiyono, A. Fauzi, E. Rustiadi dan B.
industrialisasi rendah , industrialisasi rendah ,
Lingkungan yang baik Lingkungan rendah Juanda, “Kerugian Ekologis dalam Pembangunan di
Provinsi Kalimantan Timur,” Jurnal Ekonomi & Kebijakan
Sumber: pengolahan data dengan metode K-mean dengan Publik. 10(1), hlm. 43-55., 2019.
XLStat Gambar 7. Pemetaan Klaster
Pembangunan Industri Berkelanjutan di Jawa Timur [4] A. Sorman dan A. Uras, “Penilaian nasional indikator
pembangunan berkelanjutan di Turki dengan contoh
Pengelompokan pembangunan berkelanjutan yang terjadi Pemodelan Skala Lokal menggunakan Pendekatan
di Jawa Timur menunjukkan interaksi semua variabel yang Dinamika Sistem,” Program Magister Ilmu Lingkungan
diteliti, sehingga perlu diperhatikan prinsip kehati-hatian untuk Internasional, LUMES Lund University, 2007.
menentukan arah keputusan yang lebih baik. [4]. Besaran
kinerja ekonomi belum mengikuti pembangunan berkelanjutan,
[5] A. Fauzi dan A. Oxtavianus, “Pengukuran pembangunan
artinya terjadi trade off antara kinerja ekonomi dan kualitas
berkelanjutan di Indonesia,”
lingkungan di daerah tersebut, hal ini sejalan dengan
Mimbar: Jurnal Sosial dan Pembangunan, 30(1), hlm.
tanggapan pesimis para pakar baik ekonom maupun pemerhati
42-52, 2014.
lingkungan. Para ahli ini menganggap bahwa pembangunan
berkelanjutan merupakan retorika yang tidak dapat dilakukan [6] I. Mukhlis, “Eksternalitas, Pertumbuhan Ekonomi dan
tanpa trade off antar aspek [13, 14, 15]. Pembangunan Berkelanjutan dalam Perspektif Teoritis,”
Jurnal Ekonomi Bisnis Tahun, 14, hlm. 191-199, 2009.

Sebagai upaya menuju pembangunan berkelanjutan,


[7] TM Parris dan RW Kates, “Mengkarakterisasi dan mengukur
diperlukan strategi pembangunan yang berkualitas yaitu tetap
pembangunan berkelanjutan,” Tinjauan Tahunan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan, namun
lingkungan dan sumber daya, 28(1), hlm. 559-586, 2003.
dengan lebih menekankan pada pemerataan dan kelestarian
lingkungan. Mikucka, Sarracino, & Dubrow [16] menyatakan
bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan meningkatkan [8] C. Böhringer dan PE Jochem, “Measuring the unmeasurable
kualitas sosial jika diikuti dengan penurunan ketimpangan —A survey of sustainability indexes,”
pendapatan. Demikian juga lingkungan yang merupakan Ekonomi ekologis, 63(1), hlm. 1-8, 2007.
variabel penting dalam pembangunan berkelanjutan [5].
[9] P. Babcicky, “Memikirkan kembali dasar-dasar pengukuran
4. KESIMPULAN keberlanjutan: keterbatasan Indeks Keberlanjutan
Lingkungan (ESI),” Penelitian Indikator Sosial, 113(1),
Semua wilayah dengan klaster industri yang sangat tinggi hlm. 133-157, 2013.
juga tidak termasuk dalam kategori klaster lingkungan. Bahkan
Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan memiliki [10] TSJ Hák dan B. Moldan, “Tujuan Pembangunan
kategori mengkhawatirkan pada klaster lingkungan, sedangkan Berkelanjutan: Kebutuhan akan indikator yang relevan,”
Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik masih mendapatkan Indikator Ekologis, 60, hlm. 565-573, 2016.
kategori baik pada klaster kualitas lingkungan.

Oleh karena itu, diperlukan gerakan pembangunan [11] AL Mayer, “Kekuatan dan kelemahan indeks Lingkungan
berkelanjutan dengan memperhatikan aspek-aspek yang umum sistem
mempengaruhi faktor-faktor pembangunan ekonomi multidimensi keberlanjutan,”
berkelanjutan. Selain itu, kinerja ekonomi harus didorong pada internasional, 34(2), hlm. 277-291, 2008.
keseimbangan dan orientasi keberlanjutan untuk mencapai
pembangunan ekonomi berkelanjutan. [12] NMD Gandhi, V. Selladurai dan P. Santhi, “Pembangunan
yang tidak berkelanjutan menuju pembangunan
berkelanjutan: model konseptual,” Manajemen Kualitas
Lingkungan, 17(6), hlm. 654-672, 2006.

[13] A. Fauzi, “Memikirkan Kembali Pembangunan Ekonomi

122
Machine Translated by Google
Kemajuan dalam Riset Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, volume 179

Sumber Daya Alam dan Lingkungan,” dalam


Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan dalam
Menghadapi Krisis Ekonomi Global, Bogor, IPB
Press, 2009, hal. 117–130.

[14] FC Moore, “Menggulingkan tripod: Pembangunan


berkelanjutan, ambiguitas konstruktif, dan tantangan
lingkungan,” Consilience, (5), hlm. 141-150, 2011.

[15] S. Drews dan JC van den Bergh, “Scientists' views


on economic growth versus the environment: survei
kuesioner di antara para ekonom dan non-
ekonom,” Global Environmental Change, 46, hlm.
88-103, 2017.

[16] M. Mikucka, F. Sarracino dan JK Dubrow, “Kapan


pertumbuhan ekonomi meningkatkan kepuasan
hidup? Analisis multilevel tentang peran kepercayaan
sosial dan ketimpangan pendapatan di 46 negara,
1981–2012,” World Development, 93, hlm. 447-459,
2017.

123

Anda mungkin juga menyukai