Anda di halaman 1dari 30

EKONOMI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

EKI 314 (DP)

“Pertumbuhan Ekonomi dan Rencana Strategis Pembangunan Berkelanjutan”

Dosen Pengampu: Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, S.E., M.Si.

Kelompok 13

1. Ni Komang Larashati (2007511160) (13)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa bahwa dalam
penulisan makalah yang berjudul “Pertumbuhan Ekonomi Dan Rencana Strategis Pembangunan
Berkelanjutan” oleh penulis telah dapat diselesaikan dengan baik dengan keterbatasan waktu
yang ada.
Makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk pengetahuan dasar bagi kalangan
akademisi dan masyarakat. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik
dari segi bahasa, isi maupun analisisnya. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya mendukung guna penyempurnaan di masa yang akan datang.

Denpasar, 12 Februari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 4
B. Tujuan ............................................................................................................................................... 5
C. Manfaat ............................................................................................................................................. 6
BAB II RUMUSAN MASALAH ......................................................................................................................... 7
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................................................................... 8
A. Pertumbuhan Ekonomi ...................................................................................................................... 8
B. Konsep Pendapatan Nasional Dalam Pertumbuhan Ekonomi .......................................................... 9
C. Pengertian Pembangunan Berkelanjutan......................................................................................... 12
D. Tujuan dan Faktor Penghambat Pembangunan Berkelanjutan ....................................................... 14
E. Kebijakan Jangka Pendek dan Jangka Panjang dalam Pembangunan Berkelanjutan ..................... 16
F. Pencegahan Polusi .......................................................................................................................... 18
G. Kerjasama Internasional dan Pelestarian Lingkungan .................................................................... 18
H. Kerjasama dan Program Dalam Negeri Dalam Pembangunan Berkelanjutan ................................ 20
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................................................... 22
A. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 24
LAMPIRAN ................................................................................................................................................... 26

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi dan rencana strategis pembangunan berkelanjutan merupakan
indikator yang paling umum digunakan untuk mengukur kesejahteraan. Seiring dengan
berjalannya waktu, maka pembangunan ekonomi yang biasa diukur dengan pertumbuhan
ekonomi yang dibarengi dengan pemenuhan kebutuhan sosial masih harus diselaraskan dengan
perhatian terhadap lingkungan. Kualitas lingkungan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
pembangunan ekonomi.
Mulai disadari bahwa semakin banyak masalah yang dihadapi dunia seperti perubahan
iklim, semakin berkurangnya keanekaragaman hayati, kemiskinan, krisis kepercayaan dan lain-
lain. Pembangunan berkelanjutan merupakan perspektif baru pembangunan yang berkomitmen
memberikan kontribusi untuk masa depan. Sebagai sebuah konsep yang terbilang baru dan multi
disiplin, pembangunan berkelanjutan hingga kini memang masih belum memiliki definisi konsep
yang pasti karena kompleksitas yang dimiliki serta masih kaburnya kerangka operasional yang
ditawarkan. Secara umum konsep ini bisa diartikan sebagai cara melestarikan sumber daya alam
yang dimiliki bumi sebagai upaya untuk menghentikan eksploitasi sumber daya alam yang akan
memberi dampak negatif bagi lingkungan. Pembangunan berkelanjutan ini memiliki tiga tujuan
yaitu pertumbuhan ekonomi yang kompetitif, perlindungan lingkungan melalui kontribusi untuk
melindungi dan menggunakan sumber daya secara bijak serta peningkatan inklusi sosial untuk
mendukung komunitas masyarakat yang lebih kuat dalam menciptakan pembangunan berkualitas
tinggi.
Konsep ini juga memiliki tantangan dalam pengaplikasiannya yaitu pada proses
pengimplementasian dimensi yang terkait yang terdiri dari perlindungan lingkungan,
pembangunan ekonomi, keadilan sosial bagi masyarakat serta hubungan timbal balik yang terjadi
di antara ketiganya. Selain itu adanya permasalahan yang berasal dari lingkungan seperti iklim,
kendala demografis membuat konsep pembangunan berkelanjutan ini sangat terikat pada korelasi
waktu. Pembangunan berkelanjutan adalah sebuah konsep global yang dalam pelaksanaannya
membutuhkan pendekatan yang bersifat bottom up dan dilakukan di segala level baik lokal,
regional maupun internasional sehingga kebijakannya harus lebih diperhitungkan.

4
Proses pembangunan ekonomi secara prinsip bukan hanya menyangkut fenomena
ekonomi. Pembangunan ekonomi mempunyai dimensi yang lebih luas dan komplek
Pembangunan ekonomi selain menyangkut dimensi ekonomi, juga menyangkut dimensi sosial,
politik, kelembagaan dan lain sebagainya. Dalam proses pembangunan ekonomi, fokus utama
sasaran pembangunan selain pertumbuhan, pemerataan, juga menyangkut dampak aktivitas
ekonomi terhadap kehidupan sosial masyarakat, lingkungan dan kualitas pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi yang akan dicapai.
Pencapaian pembangunan di berbagai tingkatan pemerintahan baik nasional maupun
regional sangat bergantung kepada sinergitas peran pemerintah dan masyarakatnya. Sinergi yang
diperlukan pemerintah dan masyarakat dalam hal pembagian peran dan kerja dalam
merencanakan dan melaksanakan proses pembangunan. Keberhasilan pembangunan tidak akan
tercapai secara optimal jika pemerintah tidak melibatkan peran masyarakat di dalam proses
perencanaannya. Produk-produk pembangunan dapat menjadi produk tanpa makna bagi
masyarakatnya, produk-produk yang manfaatnya tidak dapat mereka rasakan. Demikian pula
sebaliknya, tanpa peran yang optimal dari pemerintah, pembangunan akan berjalan secara tidak
teratur dan tidak terarah, yang akhirnya akan menimbulkan permasalahan baru.
Selain memerlukan keterlibatan masyarakat (partisipasi), pembangunan juga
membutuhkan strategi yang tepat agar dapat lebih efisien dari segi pembiayaan dan efektif
terhadap hasilnya. Partisipasi masyarakat justru adalah faktor paling determinan bagi
keberhasilan pembangunan sebab mereka menduduki peran ganda, yaitu sebagai subyek
pelaksanaan pembangunan dan sekaligus obyek terhadap hasil pembangunan. Oleh karena peran
yang sentral dari masyarakat tersebut, maka dalam hal pembangunan khususnya pembangunan
ekonomi sudah seharusnya pemerintah mereorientasikan kebijakan ekonominya berpihak pada
rakyat atau dengan kata lain menggunakan sistem ekonomi kerakyatan. Diharapkan dengan
berbasis pada ekonomi kerakyatan, kesenjangan pendapatan antara masyarakat dapat
diminimalisir.

B. Tujuan
Tujuan pertumbuhan ekonomi dan rencana strategis pembangunan berkelanjutan adalah
menyusun suatu rencana pembangunan yang merupakan pegangan atau acuan untuk
melaksanakan pembangunannya yang didasarkan pada kemampuan dan potensi sumber daya

5
alam dan manusia serta peluang-peluang ekonomi yang ada, sehingga memungkinkan dapat
ditangkap secara cepat.

C. Manfaat
Sedangkan manfaat yang diharapkan adalah terjadinya peningkatan kualitas atau taraf
hidup masyarakat sehingga menikmati kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya dan daerah
dapat berkembang secara cepat dan berkelanjutan.

6
BAB II
RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian pertumbuhan ekonomi?
2. Bagaimana konsep pendapatan nasional dalam pertumbuhan ekonomi?
3. Apa pengertian pembangunan berkelanjutan?
4. Tujuan dan faktor penghambat pembangunan berkelanjutan?
5. Bagaimana kebijakan jangka pendek dan jangka panjang dalam pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan?
6. Bagaimana kerjasama dan program dalam negeri dalam pembangunan berkelanjutan?

7
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan Ekonomi
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan dalam


suatu perekonomian. Kemajuan suatu perekonomian ditentukan oleh besarnya pertumbuhan yang
ditunjukan oleh perubahan output nasional. Adanya perubahan output dalam perekonomian
merupakan analisis ekonomi jangka pendek. Secara umum teori tentang pertumbuhan ekonomi
dapat di kelompokan menjadi dua, yaitu teori pertumbuhan ekonomi klasik dan teori
pertumbuhan ekonomi modern. Pada teori pertumbuhan ekonomi klasik, analisis di dasarkan
pada kepercayaan dan efektivitas mekanisme pasar bebas. Teori ini merupakan teori yang
dicetuskan oleh para ahli ekonom klasik antara lain Adam Smith, David Ricardo.

Teori lain yang menjelaskan pertumbuhan ekonomi adalah teori ekonomi modern. Teori
pertumbuhan Harrod-Domar merupakan salah satu teori pertumbuhan ekonomi modern, teori ini
menekankan arti pentingnya pembentukan investasi bagi pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi
investasi maka akan semakin baik perekonomian, investasi tidak hanya memiliki pengaruh
terhadap permintaan agregat tetapi juga terhadap penawaran agregat melalui pengaruhnya
terhadap kapasitas produksi. Dalam perspektif yang lebih panjang investasi akan menambah stok
kapital.

Pertumbuhan ekonomi merupakan upaya peningkatan kapasitas produksi untuk mencapai


penambahan output, yang diukur menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) maupun Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi adalah proses
kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Tekanannya pada tiga aspek, yaitu: proses,
output perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu
gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini kita melihat aspek dinamis dari suatu perekonomian,
yaitu bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.
Tekanannya ada pada perubahan atau perkembangan itu sendiri.

Menurut Prof. Simon Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas jangka
panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada

8
penduduknya. Kenaikan kapasitas tersebut dimungkinkan oleh adanya kamajuan atau
penyesuaian- penyesuaian teknologi, intitusional dan ideologi terhadap berbagai keadaan yang
ada. Perkembangan ekonomi mengandung arti yang lebih luas serta mencakup perubahan pada
susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Pembangunan ekonomi pada umunya
didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita
penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.

Pembangunan daerah dilaksanakan untuk mencapai tiga tujuan penting, yaitu mencapai
pertumbuhan (growth), pemerataan (equity), dan keberlanjutan (sustainability) diantaranya
sebagai berikut:

a. Pertumbuhan (growth), tujuan yang pertama adalah pertumbuhan ditentukan sampai


dimana kelangkaan sumber daya dapat terjadi atas sumber daya manusia, peralatan, dan
sumber daya alam dapat dialokasikan secara maksimal dan dimanfaatkan untuk
meningkatkan kegiatan produktif.
b. Pemerataan (equity), dalam hal ini mempunyai implikasi dalam pencapaian pada tujuan
yang ketiga, sumber daya dapat berkelanjutan maka tidak boleh terfokus hanya pada satu
daerah saja sehingga manfaat yang diperoleh dari pertumbuhan dapat dinikmati semua
pihak dengan adanya pemerataan.
c. Berkelanjutan (sustainability), sedangkan tujuan berkelanjutan, pembangunan daerah
harus memenuhi syarat-syarat bahwa penggunaan sumber daya baik yang ditransaksikan
melalui sistem pasar maupun diluar sistem pasar harus tidak melampaui kapasitas
kemampuan produksi.

Pembangunan daerah dan pembangunan sektoral perlu selalu dilaksanakan dengan


selaras, sehingga pembangunan sektoral yang berlangsung didaerah-daerah, benar-benar dengan
potensi dan prioritas daerah. Untuk keseluruhan pembangunan, daerah juga benar-benar
merupakan satu kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan didalam
mewujudkan tujuan nasional.

B. Konsep Pendapatan Nasional Dalam Pertumbuhan Ekonomi


Dalam menjelaskan konsep pendapatan nasional akan ditemui beberapa istilah yang
dianggap sama meskipun sebenarnya tidak demikian. Istilah yang paling dominan tentang

9
pendapatan nasional antara lain istilah PDB, GNP, dan NNI, kemudian istilah lain yang sekarang
ini sering muncul adalah PDRB. Keempatnya merupakan istilah yang menunjukkan pendapatan
nasional suatu negara, namun demikian instrumen yang digunakan untuk masing-masing negara
berbeda sehingga akan memiliki arti yang berbeda pula untuk penggunaan istilah-istilah tersebut.
Selain istilah di atas, ada istilah lain yang merupakan penggambaran konsep pendapatan
nasional, antara lain NNP, PI, dan DI. Ada perbedaan yang mendasar dari istilah-istilah tersebut
di atas. Di bawah ini akan dibahas tentang perbedaan di antara istilah-istilah pendapatan
nasional, sebagai berikut:
a) Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP)
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) adalah jumlah dari
seluruh produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara selama satu tahun termasuk
di dalamnya barang dan jasa yang dihasilkan oleh orang asing dan perusahaan asing yang
beroperasi di dalam negeri. Tetapi tidak termasuk hasil barang dan jasa yang dihasilkan oleh
masyarakat Negara tersebut yang bekerja di luar negeri (misal untuk Indonesia TKI atau TKW
yang bekerja di Luar negeri). Ada sembilan lapangan usaha yang masuk dalam perhitungan
Produk Domestik Bruto (PDB), antara lain:

a. Pertanian
b. Pertambangan dan penggalian
c. Industri
d. Listrik, gas, dan air bersih
e. Bangunan atau konstruksi
f. Perdagangan, hotel, dan restoran
g. Pengangkutan dan komunikasi
h. Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
i. Jasa-jasa lainnya, misalkan jasa konsultan, pengacara, dan lain-lain.

b) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah produk berupa barang dan jasa
yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang ada di daerah selama satu tahun. Dalam
perhitungan PDRB ini juga termasuk produk yang dihasilkan oleh perusahaan asing yang
beroperasi di daerah tersebut. Keberadaan perusahaan-perusahaan baik nasional maupun multi

10
nasional yang menghasilkan nilai barang/jasa akhir secara tidak langsung juga akan membawa
pengaruh bagi perolehan pendapatan suatu daerah. Struktur perekonomian suatu daerah baik
provinsi atau kabupaten akan mempengaruhi atau juga dipengaruhi oleh jumlah perusahaan-
perusahaan yang beroperasi di daerah yang bersangkutan. Semakin tinggi nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan perusahaan-perusahaan yang ada di daerah-daerah provinsi atau kabupaten
maka akan semakin tinggi pula perolehan PDRB-nya dan nantinya pertumbuhan ekonomi suatu
daerah juga akan mengalami peningkatan. Peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah melalui
peningkatan PDRB akan memacu peningkatan pertumbuhan perekonomian nasional.

c) Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP)


Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP) adalah jumlah seluruh
barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat selama satu tahun termasuk di dalamnya jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat negara tersebut yang bekerja di luar negeri tetapi
tidak diperhitungkan barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat asing yang bekerja di dalam
negeri. Jika dirumuskan sebagai berikut: GNP = GDP – Pendapatan Neto terhadap Luar
Negeri. Ada tingkat perbandingan yang bisa dilakukan antara GDP dan GNP untuk mengetahui
kondisi perekonomian suatu negara, antara lain:
a. Bila GDP lebih besar dari GNP menunjukkan bahwa perekonomian negara tersebut
belum maju, karena akan terjadi net factor income to abroud (pendapatan neto ke luar
negeri) artinya investasi negara tersebut di luar negeri lebih kecil dari pada investasi
asing di dalam negeri.
b. Bila GDP lebih kecil dari pada GNP menunjukkan bahwa perekonomian negara tersebut
sudah maju, karena negara tersebut mampu menanamkan investasinya di luar negeri lebih
besar dibandingkan investasi asing di dalam negeri.

d) Produk Nasional Neto (PNN) atau Net National Product (NNP)


Produk Nasional Neto (PNN) atau Net National Product (NNP) adalah produksi nasional
kotor (GNP) dikurangi penyusutan barang-barang modal. NNP ini sama dengan pendapatan
nasional (PN) atau national income (NI). NNP dan NI ini dihitung berdasarkan harga pasar yang
sering dirumuskan: NNP = GNP – Penyusutan Barang – Barang Modal.

11
e) Pendapatan Nasional Neto (PNN) atau Net National Income (NNI)
Pendapatan Nasional Neto (PNN) atau Net National Income (NNI) adalah produksi
nasional neto dikurangi dengan pajak tidak langsung. Pajak tidak langsung merupakan unsur
pembentuk harga pasar, tetapi tidak termasuk dalam biaya faktor produksi. Pajak ini dapat
dialihkan kepada pihak lain, yang termasuk dalam kategori pajak tidak langsung adalah pajak
penjualan , PPN, bea masuk, dan cukai. NNI = NNP – Pajak Tidak Langsung.

f) Pendapatan Perseorangan (PI) atau Personal Income (PI)


Pendapatan Perseorangan (PI) atau Personal Income (PI) adalah Pendapatan yang berhak
diterima oleh seseorang sebagai bentuk balas jasa atas keikutsertaannya dalam proses produksi.
Tidak semua pendapatan ini sampai ke tangan pemilik faktor produksi (perseorangan), karena
masih dikurangi laba yang tidak dibagikan, pajak perseorangan, asuransi, jaminan sosial dan
ditambah dengan pindahan atau transfer (transfer payment) misalnya dana pensiun, iuran sosial,
tunjangan bekas pejuang, bantuan korban bencana, bea siswa, subsidi pemerintah atau bantuan
pada panti asuhan dan sebagainya. Pendapatan ini dirumuskan sebagai berikut: PI = (NNI +
Transfer Payment) – (Laba yang Tidak Dibagikan + Pajak Perseroang + Asuransi +
Jaminan Sosial).

g) Pendapatan Bebas (PB) atau Disposible Income (DI)

Pendapatan Bebas (PB) atau Disposible Income (DI) adalah pendapatan dari seseorang
yang siap digunakan baik untuk keperluan konsumsi maupun untuk ditabung Pendapatan bebas
(DI) secara langsung akan mempengaruhi permintaan karena sebagian digunakan untuk
konsumsi dan sebagian lagi digunakan untuk tabungan sebagai unsur pembentuk modal.
Besarnya pendapatan bebas ini adalah pendapatan perseorangan dikurangi dengan pajak
langsung (misal pajak penghasilan). Pendapatan ini dirumuskan sebagai berikut: DI = PI –
Pajak Langsung.

C. Pengertian Pembangunan Berkelanjutan


Pengertian pembangunan berkelanjutan sejak diperkanalkan oleh World Commission on
Environment and Development (WCED) sebagaimana tertuang dalam Our Common Future atau
laporan Brundtland, sampai saat ini masih masuk dalam ranah perdebatan antar para ahli

12
lingkungan. Hal ini menimbulkan banyak inteprestasi definisi mengenai pembangunan
berkelanjutan.
Berikut beberapa pengertian mengenai pembangunan berkelanjutan. Eko Budihardjo dan
Djoko Sujarto menyebutkan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pertama sebuah kapasitas
dalam memelihara stabilitas ekologi, sosial dan ekonomi dalam transformasi jasa biosfir kepada
manusia, kedua memenuhi dan optimasi kebutuhan pada saat ini dan generasi mendatang, ketiga
kegigihan atas sistem yang diperlukan dan dikehendaki (sosio-politik atau alam) dalam waktu tak
terbatas, keempat integrasi dari aspek etika, ekonomi, sosial dan lingkungan secara koheren
sehingga generasi manusia dan makhluk hidup lain dapat hidup pada saat ini maupaun pada masa
mendatang tanpa batas, kelima memenuhi kebutuhan dan aspirasi dibawah faktor pembatas
lingkungan, sosial dan teknologi, keenam hidup secara harmoni dengan alam dan yang lainnya
dan ketujuh menjaga kualitas hubungan antara manusia dan alam.
International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) dalam
world conservation strategy mendefinisikan untuk menjadi sebuah pembangunan berkelanjutan,
pelaksanaan pembangunan harus mempertimbangkan faktor lingkungan, sosial maupun ekonomi
yang berbasis pada sumberdaya kehidupan dan mempertimbangkan keuntungan ataupun
kerugian jangka panjang maupun jangka pendek dari sebuah tindakan alternatif.
Sementara itu Food and Agriculture Organization melalui komisi perikanan mengartikan
pembangunan berkelanjutan, yang dituangkan dalam Code of Conduct for Responsible Fisheries,
adalah pelestarian dan pengelolaan sumberdaya alam ditujukan untuk menjamin keberlanjutan
kebutuhan generasi sekarang dan yang akan datang. Pengembangan konsevasi seperti tanah, air,
tanaman dan sumber daya genetik tidak menyebabkan degradasi lingkungan, menggunakan
teknologi yang tepat dan dapat diterima secara sosial dan ekonomi.
Undang–undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai upaya sadar dan terencana
yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan
untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan
mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Berpijak dari pengertian-pengertian di
atas, paradigma pembangunan yang semula berfokus pada pertimbangan ekonomi semata
bergeser kepada paradigma pembangunan dengan sektor lingkungan dan sosial sebagai sektor
yang tidak bisa ditinggalkan.

13
D. Tujuan dan Faktor Penghambat Pembangunan Berkelanjutan
1. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Dikutip dari situs SDGS Indonesia, Indonesia berkomitmen untuk melaksanakan Agenda
2030 dengan tujuan untuk menggalakkan upaya untuk mengakhiri kemiskinan, menanggulangi
ketidaksetaraan, mendorong hak asasi manusia dan memberikan perhatian terhadap keterkaitan
antara kemajuan sosial dan ekonomi serta perlindungan lingkungan hidup. Indonesia adalah
negara demokratis terbesar dengan 250 juta penduduk yang terdistribusi di 34 propinsi dan 514
propinsi. Sejak tahun 2000, Indonesia telah menerapkan kebijakan desentralisasi yang
memberikan otonomi kepada pemerintah daerah untuk merencanakan pembangunan di daerah
mereka. Pelaksanaan MDGs telah menghasilkan berbagai kemajuan bermakna di berbagai sektor
tetapi upaya lebih lanjut dengan kemitraan yang kuat dibutuhkan untuk tidak hanya
meningkatkan tetapi juga memperluas berbagai kemajuan. Indonesia secara aktif berpartisipasi
dalam berbagai diskusi Post 2015 Development Agenda dan selanjutnya di rapat-rapat
TPB/SDGs di tingkat dunia; dan memfasilitasi diskusi di tingkat nasional. Di forum-forum ini,
rekomendasi dari pakar internasional dan nasional dan pelaksanaan MDGs di berbagai negara
digali dan dikonsolidasikan untuk membentuk upaya-upaya pembangunan nasional dan
subnasional. Kegiatan transisi yang kompleks ini memungkinkan penyelarasan berbagai prioritas
pembangunan nasional dengan agenda TPB/SDGs dunia).

Di bawah pimpinan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)


dan dengan kerjasama erat dari berbagai pemangku kepentingan, Indonesia memulai upaya-
upaya intensif untuk mengintegrasian TPB/SDGs lebih lanjut ke dalam rencana pembangunan
nasional dan subnasional dengan ketersediaan alokasi anggaran untuk pembangunan
berkesinambungan dan konsisten dengan konteks setempat. Lokalisasi TPB/SDGs dilakukan
dengan 3 penekananan: Pengarusutamaan, Percepatan pencapaian TPB/SDGs dan Dukungan
kebijakan atau Mainstreaming, Acceleration of SDGs attainment and Policy Supports (MAPS)
yang dapat diterapkan secara bersamaan.

TPB/SDGs tercermin dalam 20 prioritas pembangunan nasional. 96 dari 169 target SDGs
telah terintegrasi. Jumlah dapat berubah sejalan dengan perkembangan diskusi:

a. Pembangunan Manusia

14
b. Pertumbuhan Ekonomi
c. Kependudukan & KB
d. Pendidikan
e. Kesehatan
f. Gender
g. Perlindungan Anak
h. Pangan & Nutrisi
i. Energi, 10.Maritim
j. Infrastruktur
k. Air & Sanitasi
l. Lingkungan Hidup
m. Ketidaksetaraan
n. Pembangunan Perkotaan & Pedesaan
o. Tata Kelola Pemerintahan
p. Politik & Demokrasi
q. Keamanan & Pertahanan
r. Kemiskinan
s. Kemitraan Global.

2. Faktor Penghambat Pembangunan Berkelanjutan


a. Perkembangan penduduk dan tingkat pendidikan yang rendah

Perkembangan penduduk dapat menjadi pendorong maupun penghambat pembangunan.


Perkembangan penduduk yang cepat tidak selalu menjadi penghambat dalam pembangunan
ekonomi jika penduduk tersebut mempunyai kapasitas untuk menyerap dan menghasilkan
produksi yang dihasilkan. Tetapi bagaimana dengan perkembangan penduduk yang begitu cepat
dinegara-negara sedang berkembang? Nampaknya hal ini belum menjadi modal dasar yang
positif, bahkan jumlah penduduk yang banyak sering kali menjadi penghambat.

b. Perekonomian yang bersifat dualistik,

Perekonomian yang bersifat dualistik merupakan hambatan karena menyebabkan


produktivitas berbagai kegiatan produktif sangat rendah dan usaha-usaha untuk mengadakan

15
perubahan sangat terbatas sekali. Yang paling rawan adalah hambatan berupa dualisme sosial
dan teknologi yang sangat berpengaruh terhadap mekanisme pasar sehingga sumber daya yang
tersedia tidak digunakan secara efektif dan efisien.

c. Tingkat pembentukan modal yang rendah,

Tingkat pembentukan modal yang rendah merupakan hambatan utama bagi


pembangunan ekonomi. Pembentukan modal dinegara-negara yang sedang berkembang
merupakan “ Vicious Cycle“ ( lingkaran tak berujung pangkal ). Produktivitas yang sngat rendah
mengakibatkan rendahnya pendapatan riil. Pendapatan yang rendah mengakibatkan low saving
dan low invesment, dan rendahnya pembentukan modal. Pendapatan yang rendah mengakibatkan
tabungan rendah pula. Tabungan yang rendah akan melemahkan pembentukan modal yang pada
akhirnya kekurangan modal, masyarakat terbelakang, kekayaan alam belum dapat dioalah, dan
seterusnya sehingga merupakan lingkaran yang tidak berujung pangkal.

d. Struktur ekspor berupa bahan mentah

Sektor ekspor negara sedang berkembang belum merupakan “engine of growth” karena
bersifat industri yang mendorong ekonomi dualisme yang kurang mendorong perkembangan
ekonomi lebih lanjut. Publis and Singer berpendapat bahwa dalam jangka panjang daya tukar
barang-barang yang diperdagangkan oleh negara sedang berkembang dengan negara maju akan
menjadi bertambah buruk, dan merugikan negara sedang berkembang.

e. Proses sebab akibat komulatif

Sebab akibat komulatif sirkuler adalah hambatan pembangunan di daerah miskin sebagai
akibat pembangunan di daerah maju sehingga timbul gap antara daerah maju dengan daerah
miskin. Keadaan-keadaan yang menghambat pembangunan di sebut back wash effect.

E. Kebijakan Jangka Pendek dan Jangka Panjang dalam Pembangunan


Berkelanjutan
Masyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa depan,.implikasi pembangunan
berkelanjutan merupakan tantangan yang melandasi penilaian ini. Pembangunan berkelanjutan
mensyaratkan dilaksanakan penilaian yang berbedadengan asumsi normal dalam

16
prosedur discounting. Persepsi jangka panjang adalah perspektif pembangunan yang
berkelanjutan. Hingga saat ini kerangka jangka pendek mendominasi pemikiran para pengambil
keputusan ekonomi, oleh karena itu perlu dipertimbangkan.

Secara ideal keberlanjutan pembangunan membutuhkan pendekatan pencapaian terhadap


kesinambungan berbagai aspek kehidupan yang mencakup; keberlanjutan ekologis, ekonomi,
sosial budaya, politik, serta keberlanjutan pertahanan dan keamanan. Akhirnya, sebagai konsep
sederhana namun mencakup dimensi yang cukup luas, pencarian konsep keberlanjutan yang
memenuhi harapan semua pihak akan terus berjalan. Pengembangan konsep dan model-model
yang telah ada diharapkan akan selalu muncul. Oleh karena itu pada tulisan ini ditawarkan model
keberlanjutan melalui multikriteria analisis dampak lingkungan.

Dengan memperhatikan fenomena yang ada maka perubahan paradigma keberlanjutan


hendaknya mempertimbangkan aspek berikut:

a) Perilaku generasi kini tidak sepenuhnya menentukan perilaku generasi mendatang


b) Generasi mendatang harus dipastikan memperoleh paling tidak tingkat konsumsi
minimum
c) Pergerakan harga sumber daya alam dan hak kepemilikan terhadap konsumsi di masa
mendatang harus ditentukan untuk menghindari eksploitasi yang berlebihan terhadap
sumber daya alam masa kini
d) Dalam situasi pasar tidak berfungsi, diperlukan intervensi non pasar
e) Intervensi yang benar merupakan strategi yang penting untuk menjaga keberlanjutan.

Selain beberapa pemikiran di atas, konsep operasional keberlanjutan masih akan terus
berkembang. Namun demikian, dengan memahami esensi dasar seperti yang telah dijelaskan
dalam tulisan ini hendaknya kita akan lebih mudah mengikuti perkembangan konsep
keberlanjutan di masa-masa mendatang. Sebagai kesimpulan, keberlanjutan bukanlah merupakan
konsep yang komplek, karena dalam operasionalnya banyak hal yang perlu diperhatikan dan
saling berkaitan. Oleh karena pemahaman pembangunan berkelanjutan penting ditingkatkan
terutama bagi pengambil kebijakan baik skala makro maupun mikro guna mencapai tujuan
pembangunan. Untuk memahami konsep pembangunan berkelanjutan tersebut, maka dalam
penerapannya dibutuhkan landasan konsep atau teori yang dapat dijadikan acuan dalam menuju

17
arah pembangunan, oleh karenanya coba kita pahami berbagai konsep dan pertimbangan-
pertimbangan aspek keberlanjutan guna membantu mengidentifikasi dan memformulasikan
berbagai strategi, guna menjadi acuan dalan mencapai tujuan pembangunan. Dan yang lebih
penting untuk menjaga tetap terjadi keberlajutan dalam pembangunan dibutuhkan komitmen
pemerintah dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan baik jangka pendek, menengah
dan jangka panjang.

F. Pencegahan Polusi
Pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup sebagai instrumen
administrasi lingkungan lebih diutamakan daripada harus menerapkan sanksi ketika telah terjadi
pencemaran dan/atau kerusakan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan, karena tidak semua
lingkungan hidup dapat diperbaiki dan dipulihkan kembali seperti semula ketika telah tercemar
atau rusak yang berakibat pada penurunan kualitas lingkungan itu sendiri. Pembangunan
berkelanjutan merupakan salah satu perwujudan dari wawasan lingkungan yang dimaksud dalam
UUD 1945. Prinsip pembangunan berkelanjutan juga harus diterapkan dalam kebijakan
pembangunan yang berwawasan lingkungan. Tidak ada pembangunan berkelanjutan tanpa
lingkungan hidup sebagai unsur utamanya, dan tidak ada wawasan lingkungan tanpa
pembangunan berkelanjutan. Esensi dari pembangunan berkelanjutan (the postulate of
sustainability) pada dasarnya meliputi tiga aspek, yaitu, ecology, economy dan social security
yang disebut dengan segitiga keberlanjutan/triangle of sustainability. Peranan audit lingkungan
dalam pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yaitu: Sebagai instrumen untuk mengevaluasi kepatuhan suatu
usaha dan/atau kegiatan terhadap persyaratan dan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang operasional suatu usaha dan/atau kegiatan Mencegah dan mengantisipasi terjadinya
konflik antara perusahaan dengan masyarakat yang tinggal disekitar wilayah operasional suatu
usaha dan/atau kegiatan, dan dalam rangka penerapan prinsip pencegah an dan prinsip kehati-
hatian untuk mencapai pengelolaan lingkungan hidup yang berbasis pada pembangunan
berkelanjutan.

G. Kerjasama Internasional dan Pelestarian Lingkungan


Hukum lingkungan internasional klasik tumbuh dan berkembang melalui kebiasaan
internasional yang aturan hukumnya tersebar diberbagai perjanjian-perjanjian bilateral.
Disepakatinya Deklarasi Stockholm 1972 dianggap sebagai kerangka kebijakan hukum
18
lingkungan internasional yang meletakkan pondasi dan dasar-dasar pengaturan pengelolaan
lingkungan hidup. Dua puluh tahun kemudian konsep pengelolaan berwawasan lingkungan
dipaduserasikan dengan kegiatan pembangunan yang prinsip-prinsip hukumnya menjadi dasar
dan/atau tema daripada Deklarasi Rio de Jeneiro 1992. Disepakatinya dua Deklarasi
Internasional tersebut membawa pengaruh/implikasi terhadap berbagai peraturan hukum, baik
hukum nasional maupun hukum internasional, termasuk hukum perdagangan internasional yang
diatur di dalam GATT/WTO sebagai norma hukum yang mengatur berbagai persoalan dan
permasalahan di bidang perdagangan internasional sebagai salah komponen penting
pembangunan nasional Negara-negara. Dua deklarasi ini pun menghasilkan prinsip-prinsip
hokum lingkungan internasional.

Hukum Lingkungan Internasional menggariskan dan menegaskan perlunya kerjasama


internasional dalam mengelola lingkungan baik secara preventif maupun refresif. Penegasan ini
diungkapkan melalui pernyataan bersama, yaitu: Negara-negara seharusnya bekerjasama
berdasarkan semangat kemitraan global untuk melestarikan, melindungi dan memperbaiki
kesehatan dan kesatuan ekosistem dunia. Berdasarkan kontribusi yang berbeda terhadap
kerusakan lingkungan global. Negara-negara memliki kebersamaan tetapi berbeda tanggung
jawab Negara-negara maju memiliki tanggung jawab bahwa mereka menanggung tuntutan
internasional tentang pembangunan berkelanjutan menurut pandangan dari tekanan masyarakat
tentang lingkungan global dan tentang teknologi dan sumber keuangan.

Kerjasama ini ini juga menuntut agar Negara-negara memajukan semangat dan
menjalankan sistem ekonomi terbuka untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan berkelanjutan semua Negara. Kebijakan perdagangan Negara-negara agar tetap
memperhatikan aspek lingkungan UULH meskipun diperuntukan secara nasional, namun dalam
rangka pengelolaan lingkungan hidup juga memperhatikan aspek-aspek kerjasama internasional
dalam pengelolaannya. Sebagai Pasal 4 huruf (f) menegaskan :

“...terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau


kegiatan di luar Negara yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan.”

Kerjasama internasional diperlukan mengingat dampak lingkungan yang bersifat lintas


batas (transboundary effect) yang tidak dapat dihindari dan dicegah tanpa adanya kerjasama

19
internasional.Dilihat dari sudut ekologi, bumi ini tidaklah terbagi-bagi secara terpisah melainkan
hanya dari segi pengelolaan saja yang secara administratif harus tunduk dibawah kedaulatan
masing-masing Negara.

Kerjasama internasional yang dilakukan pemerintah Indonesia melalui kesepakatan-


kesepakatan internasional, baik antar Negara maupun organisasi internasional yang lebih
merupakan tekanan masyarakat internasional yang diwujudkan dalam bentuk bantuan-bantuan
keuangan dan bantuan teknis.Misalnya kerjasama antara Indonesia-Malaysia dimana pihak
Malaysia memberikan bantuan teknis dengan mengirim peralatan dan sukarelawan untuk turut
serta memadamkan kebakaran hutan untuk mencegah meluasnya pencemaran asap.

H. Kerjasama dan Program Dalam Negeri Dalam Pembangunan Berkelanjutan


Dalam konsep kemitraan yang dirilis BAPPENAS, Rasio antara keterlibatan pria dan
wanita menjadi salah satu determinan. Keterlibatan wanita menjadi semakin krusial dan dituntut
semakin aktif dalam mengikuti kemitraan. Bervariasinya tingkat kesenjangan pendapatan antara
pria dan wanita dapat menjadi salah satu masalah yang dapat diatasi dalam kemitraan multipihak.
Kemitraan (partnership) dalam hal ini dapat dianggap sejalan dengan nilai nilai demokrasi yang
tidak prosedural. Bahwa masyarakat yang aktif, partisipatif, dan tanpa rasa takut menunjukkan
adanya suara tanpa sensor sebagai modal sosial pembangunan. Legitimasi pemerintah juga akan
semakin akuntabel karena masyarakat dapat dengan luwes berperan sebagai kontrol sosial.
Sehingga tidak ada lagi marginalisasi atas subaltern yang secara tidak langsung kontraproduktif
dari demokrasi.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) bahkan mendefinsikan


kemitraan sebagai kemitraan multipihak (KMP). Selain mengandalkan lebih dari satu
stakeholder (multistakeholder), juga peran masyarakat sipil dan masyarakat terbuka yang
semakin dibutuhkan. Tingkat divergensi di antara stakeholder-stakeholder yang bermitra sangat
diperlukan seiring dengan tingkat beragamnya masalah yang dihadapi dalam era TPB. Tidak
hanya beragam, dalam tujuh belas poin TPB juga perlu ditelaah secara interdisipliner. Tidak
menutup kemungkinan antar poin dengan poin yang lain memiliki keterkaitan antar cabang
keilmuan, baik eksakta maupun sosial. Yang paling berbeda aadalah hadirnya kemitraan sebagai
salah satu poin tersendiri tentunya perlu dikosneptualisasikan ulang.

20
Dalam kaitanya dengan aktor yang bermain, pola kemitraan antar negara juga perlu
mengadopsi kemitraan multipihak. Walaupun masih terlalu utopia untuk membawa masyarakat
sipil langsung interaktif ke dalam aktivitas diplomasi government to governmen, namun
kemitraan multipihak dapat menjadi rencana aksi dari kemitraan antar negara. Tak pelak, konsep
pembangunan secara bottom up adalah idealisme yang hendak diraih TPB. Logikanya, tanpa
kemitraan hal tersebut akan sulit untuk diatasi karena kerja sama selama ini belum menempatkan
masyarakat sebagai agen yang inklusif. Kelenturan komunikas dan prinsip “melayani” perlu
dikedepankan oleh setiap aparatur dalam meningkatkan intensitas kemitraan. Yang perlu diteliti,
kata „berkelanjutan‟ menunjukkan visi strategis dari TPB yang diharapkan akan selesai target
pada 2030. Bahwa pembangunan dimaknai sebagai aktivitas bertahap yang perlu memperhatikan
risiko-risiko ke depan demi kelangsungan generasi. Setiap negara yang turut mensukseskan
agenda tersebut dihadapkan pada anasir-anasir yang akan terjadi di masa mendatang dengan
melibatkan semakin banyak subjek pembangunan. Sehingga diharapkan, alternati alternatif
pemecahan masalah juga tidak terlalu linier, namun memiliki peta yang luas dan holistik.

Agenda 2030 diharapkan akan mendorong gerakan balik menuju pelestarian di seluruh
dunia, baik dalam ranah ekonomi, sosial dan pelestarian alam, serta dengan memperhatikan
hubungan yang sudah terjalin. Agenda 2030 dirancang sebagai perjanjian yang menyangkut
masa depan dunia yang mengikat semua negara dan menjadi pegangan untuk berbagai bidang
politik yang melampaui kerja sama pembangunan, di samping upaya untuk menanggulangi
kelaparan dan kemiskinan ataupun upaya untuk melindungi bumi yang menjadi yang menjadi
sumber kehidupan bagi generasi mendatang, sistem perekonomian, dan gaya hidup diusahakan
menjadi menjadi lebih adil, lestari, dan efektif.

21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan salah satu isu penting
dalam proses pembangunan dewasa ini. Segenap faktor produksi (resources) yang dimiliki
negara akan dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam pencapaian target pembangunannya. Dalam
kondisi eksplorasi sumber daya tersebut peranan kelestarian alam lingkungan menjadi sangat
penting. Tindakan ekonomi yang berlebihan justru akan menimbulkan eksternalitas negatif yang
dapat merugikan pembangunan itu sendiri. Dalam konteks ini teori pertumbuhan ekonomi
endogen (endegenous growth model) berusaha untuk menjelaskan arah dan tujuan pembangunan
dengan mendasarkan pada kualitas dari sumber daya manusia (SDM). Dalam kaitannya dengan
konsep pembangunan yang berkelanjutan sudah semestinya kualitas SDM yang ada dapat
diarahkan pada pemahaman lingkungan yang arif dan bijaksana sehingga sumber daya (natural
resources) yang ada dapat terpelihara. sebagai akhir dari diskusi ini perlu digarisbawahi lagi
bahwa pengertian pembangunan berkelanjutan dapat dibedakan menjadi empat, yakni kelestarian
lingkungan (environmental sustainability), keberlangsungan ekonomi (economic sustainability),
kelestarian sosial (social sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) itu sendiri.

Keberlanjutan bukanlah merupakan konsep yang sederhana malainkan komplek, karena


dalam operasionalnya banyak hal yang perlu diperhatikan dan saling berkaitan. Oleh karena
pemahaman pembangunan berkelanjutan penting ditingkatkan terutama bagi pengambil
kebijakan baik skala makro maupun mikro guna mencapai tujuan pembangunan.

Untuk memahami konsep pembangunan berkelanjutan tersebut, maka dalam aplikasi atau
penerapannya dibutuhkan landasan konsep atau teori yang dapat dijadikan acuan dalam menuju
arah pembangunan, oleh karena itu pada makalah ini penulis telah mencoba mendalami dan
menggambarkan berbagai konsep dan pertimbangan-pertimbangan aspek keberlanjutan guna
membantu mengidentifikasi dan memformulasikan berbagai strategi, guna menjadi acuan dalan
mencapai tujuan pembangunan, khusus di Indonesia. Dalam membangun paradigma
pembangunan berkelanjutan, hendaknya memperhatikan aspek berikut:

22
1. Perilaku generasi kini tidak dapat sepenuhnya menentukan perilaku generasi
mendatang.
2. Generasi mendatang harus dipastikan memperoleh paling tidak tingkat konsumsi
minimum.
3. Pergerakan harga sumberdaya alam dan hak kepemilikan terhadap konsumsi dimasa
mendatang harus ditentukan untuk menghindari eksploitasi yang berlebihan terhadap
sumber daya alam masa kini.
4. Dalam situasi pasar tidak berfungsi, diperlukan intervensi non pasar.
5. Intervensi yang benar merupakan strategi yang penting untuk menjaga keberlanjutan.
6. Dan yang lebih penting untuk menjaga tetap terjadi keberlajutan dalam pembangunan
dibutuhkan komitmen pemerintah dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan
baik jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

23
DAFTAR PUSTAKA

Abdoellah, Oekan S. (2017). Ekologi Manusia dan Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.
Adisasmita, R. (2014). Pertumbuhan Wilayah dan Wilayah Pertumbuhan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Adisasmita, R. (2013). Teori-Teori Pembangunan Ekonomi, Pertumbuhan Ekonomi dan
Pertumbuhan wilayah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Arsyad, L. (1999). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN.
Bappenas. (2020). Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Aksi Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs).
Boediono. (1999). Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 4: Teori Pertumbuhan Ekonomi.
Yogyakarta: BPFE.
Budihardjo, E. dan Sujarto, D. (1999). Kota Berlanjutan. Bandung: Penerbit Almuni.
Hidayat, W. (2017). Pendekatan Pertumbuhan Ekonomi, Disparitas Pendapatan, dan
Kemiskinan. Malang: UMM Press.
Jaya, A. (2016). “Konsep Pembangunan Berkelanjutan”. Prosiding Seminar STIAMI, III, (1).
Katalog BPS. (2010). PDRB.
Keraf, S. (2002). Etika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Ma‟ruf, A. dan Wihastuti, L. (2008). “Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Determinan dan
Prospeknya”. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan. 9 (1). 41-51.
Munandar, A, I,. Darjono, A, H,. Aprilasani, Z. (2019). Pembangunan Berkelanjutan: Studi
Kasus di Indonesia. Jakarta: Bypass..
Prasetyia, F. dan Wulandari, F. (2009). “Grand Design Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Berbasis Ekonomi Kerakyatan Dalam Upaya Mencapai Pembangunan Berkelanjutan”,
Journal of Indonesian Applied Economics. 3 (1).
Purba, B. Dkk. (2020). Ekonomi Sumber Daya Alam: Sebuah Konsep, Fakta dan Gagasan.
Medan: Yayasan Kita Menulis.
Todaro, M. (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Undang-Undang (2009) Nomor 32. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Wangkey, H. (2019). Membangun Kemitraan Untuk Keberlanjutan Pembangunan. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
24
Zulkifli. (2013). Ekonomi Hijau dan Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: Gramedia Pustaka.
.

25
LAMPIRAN

26
27
28
29
30

Anda mungkin juga menyukai