Anda di halaman 1dari 38

IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN DESA BERBASIS

SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS DALAM UPAYA


MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
(Studi di Desa Kalisongo Kecamatan Dau Kabupaten Malang)

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Pengajuan Skripsi

DISUSUN OLEH:
LELI VALIANA MARSELA
NIM 2018210142

KOMPETENSI PERENCANAAN PEMBANGUNAN


PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan berkat, rahmat, serta anugerahnya karena telah memberikan

kesempatan kepada penyusun untuk menyusun proposal penelitian yang berjudul

“Implementasi Pembangunan Desa Berbasis Sustainable Development Goals

Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat”.

Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi syarat pengajuan skripsi

bagi penyusun dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Tribhuwana

Tunggadewi Malang. Proposal penelitian ini tersusun atas berbagai pihak, untuk

itu pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terimakasih sebanyak-

banyaknya kepada pihak-pihak yang telah membantu serta memberi dukungan

dalam penyusunan proposal penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:

1. Bapak Dr. Agung Suprojo, S.Kom., M.AP Selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.

2. Ibu Dr. Asih Widi Lestari, S.AP. M.AP Selaku Ketua Program Studi

Administrasi Publik, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.

3. Ibu Dr. Asih Widi Lestari, S.AP. M.AP Selaku Dosen Pembimbing

Lapangan I yang memberikan arah dan bimbingannya.

4. Bapak Dody Setyawan, S.Sos. M.AP Selaku Dosen Pembimbing

Lapangan II yang memberikan arahan dan bimbingannya.

i
5. Kedua orang tua saya Bapak dan Ibu yang telah banyak memberikan doa,

dukungan serta semangat kepada saya dalam menyusun Proposal

penelitian ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Tribhuwana

Tunggadewi Malang atas bimbingan dan ilmu yang di berikan.

7. Teman - teman Administrasi Publik angkatan 2018 yang saling

memberikan semangat dan dukungan satu sama lain dalam menyusun

Proposal penelitian ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal penelitian ini

masih kurang sempurna. Oleh karena itu adanya kritik serta saran yang

membangun guna untuk perbaikan Proposal penelitian ini, dan juga Penyusun

berharap semoga Proposal penelitian ini bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.

Sekian dan terima kasih banyak.

Malang, 17 Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8
2.1 Penelitian Terdahulu.............................................................................................8
2.2 Pengertian Pembangunan...................................................................................13
2.2.1.Model Pembangunan...................................................................................14
2.2.2.Faktor Pendukung dan Penghambat Pembangunan.................................16
2.3 Sustainable Development Goals (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan).....18
2.3.1.Teori Pembangunan berkelanjutan............................................................20
2.3.2.Indikator Pembangunan berkelanjutan......................................................21
2.3.3.Empat Pilar Pembangunan Berkelanjutan.................................................22
2.4 Kesejahteraan masyarakat..................................................................................23
2.5 Kerangka Pemikiran............................................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................26
3.1 Jenis Penelitian....................................................................................................26
3.2 Lokasi Penelitian.................................................................................................26
3.3 Fokus Penelitian..................................................................................................27
3.4 Sumber Data dan Jenis Data..............................................................................27
3.5 Informan dan Teknik Penentuan Informan.......................................................28
3.6 Teknik Pengumpulan Data.................................................................................28
3.7 Instrumen Penelitian...........................................................................................30
3.8 Teknik Analisis Data...........................................................................................30
3.9 Keabsahan Data...................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pedesaan adalah salah satu cara pemerintah dalam

mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Dalam Undang - Undang Nomor 6 Tahun

2014 Pasal 1 Nomor 8 mengakui bahwa Pembangunan Desa adalah upaya

peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya terhadap

kesejahteraan masyarakat Desa. Meskipun Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa telah mengakui secara jelas kewenangan desa namun dalam

implementasinya belum secara optimal. Hal ini karena masih banyak Pemerintah

Kabupaten yang belum memiliki Peraturan daerah tentang kewenangan desa.

Pembangunan pada hakikatnnya bertujuan untuk mengembangkan

pedesaan secara spasial yaitu agar terciptanya kawasan pedesaan yang mandiri,

berwawasan lingkungan, selaras, serasi, dan bersinergi dengan kawasan-kawasan

pedesaan lain melalui pembangunan komprehensif dan berkelanjutan untuk

terwujudnya masyarakat yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing,

maju dan sejahtera (Adisasmita, 2013:57).

Mahi dan Sri (2017:37), menjelaskan bahwa pembangunan yang

mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan tidak dapat terhindarkan

dari penggunaan sumber daya alam, ekploitasi sumber daya alam yang tidak

mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan mengakibatkan

merosotnya kualitas lingkungan. Konsep pembangunan berkelanjutan di

1
2

populerkan melalui laporan WCED (world commission on environment and

development) ‘’Our Common Future” (Hari Depan Kita Bersama) yang

diterbitkan pada 1987. Yang mendefinisikan “Pembangunan berkelanjutan

sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa

mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka

sendiri.” Konsep tersebut terkandung dua gagasan penting. Pertama, gagasan

kebutuhan, khususnya kebutuhan esesnsial kaum miskin sedunia yang harus diberi

prioritas utama. Kedua, gagasan keterbatasan, yang bersumber pada kondisi

teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi

kebutuhan kini dan hari depan. Jadi, tujuan pembangunan ekonomi dan sosial

harus dituangkan dalam gagasan berkelanjutan disemua negara, baik negara maju

maupun negara berkembang (Mahi dan Sri, 2017:37).

Pembangunan berkelanjutan telah dikenal sejak Konferensi Lingkungan di

Stockholm tahun 1972. Namun demikian, konsep serta cara pembangunan

berkelanjutan memerlukan waktu lama untuk dapat diterima oleh pelaku di luar

bidang lingkungan. Baru-baru ini dengan lahirnya Deklarasi tentang Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) pada

tahun 2015, masyarakat di semua negara mulai memandang penting pembangunan

berkelanjutan untuk di implementasikan (Alisjahbana dan Endah, 2018:2).

Menurut (Alisjahbana dan Endah, 2018:44), pembangunan berkelanjutan

adalah internalisasi dampak setiap tindakan sosial dan ekonomi terhadap

lingkungan hidup. Dan dapat diartikan bahwa, setiap kegiatan sosial dan ekonomi

perlu menghindari atau mencegah serta memperhitungkan dampaknya terhadap


3

kondisi lingkungan hidup, agar lingkungan hidup tetap dapat menjalankan

fungsinya untuk menopang kehidupan saat ini dan di masa mendatang.

Menurut (Alisjahbana dan Endah, 2018:58), terdapat tujuan pembangunan

berkelanjutan (sustainable development goals) yang terdiri dari visi dan prinsip

utama sustainable development goals (SDGS) yang memiliki Komitmen terhadap

SDGs dalam memperkuat komitmen terhadap Tujuan Pembangunan Milenium

(MDGs) atau dikenal pula sebagai MDGs plus, serta berlandaskan Agenda 21

yang menekankan pada Visi dan Konsep Pembangunan Berkelanjutan. Adapun

SDGs menekankan pada Visi Bersama (Shared Visions) sebagai berikut:

1. Komprehensif yaitu berlandaskan pada tiga pilar, yaitu Pilar Ekonomi,

Sosial dan Lingkungan serta Pilar Tata Kelola (Governance).

2. Tematik yaitu terdiri dari 17 Tujuan (Goals).

3. Holistik dan terintegrasi yaitu ke 17 Tujuan tidak berdiri sendiri, namun

saling terkait dan terintengrasi.

4. Inklusif yaitu tidak ada satu pihakpun yang tertinggal (no one left behind).

5. Kolaborasi (partnership) yaitu membutuhkan kerjasama yang erat dari

seluruh pemangku kepentingan baik pemerintah, dunia usaha, lembaga

swadaya masyarakat (LSM), universitas dan masyarakat.

Adapun komponen utama dari sustainable development goals (SDGS) yaitu :

1. Pembangunan manusia utamanya terdiri dari pendidikan, kesehatan dan

kesetaraan gender.

2. Pengentasan kemiskinan, menghilangkan kelaparan dan pengurangan

kesenjangan.
4

3. Perlindungan sosial dan perhatian terhadap kaum marjinal

4. Pembangunan ekonomi yang inklusif dan penciptaan kesempatan kerja

yang layak.

5. Infrastruktur yang berkelanjutan.

6. Hunian dan perkotaan yang berkelanjutan.

7. Energi yang berkelanjutan.

8. Pengelolaan dan pemanfaatan yang berkelanjutan dari sumber daya alam,

keanekaragaman hayati dimana perlindungan ekosistem merupakan bagian

yang tidak terpisahkan.

9. Mempertimbangkan perbedaan kondisi, kapasitas dan prioritas masing-

masing negara.

10. Rumusan cara pencapaian dan kerjasama pembangunan global.

Tujuan sustainable development goals (SDGS) merupakan hasil dari

deklarasi berisi 17 (tujuh belas) goals, jumlah goal yang banyak apabila

dibandingkan dengan MDGs yang hanya 8 (delapan) goals. SDGs juga memiliki

166 target dengan indikator terukur, yang 61 diantaranya berupa cara pelaksanaan

(means of implementations) (Alisjahbana dan Endah, 2018:60).

Kehidupan sehat dan sejahtera merupakan lanjutan dan perluasan dari

Tujuan dalam MDGs. Secara global, MDGs masih menginggalkan unfinished

business dalam Goal ini, sehingga pelaksanaan Goal ini dalam SDGs menghadapi

tantangan yang cukup besar, di sebagian besar Negara, maupun secara global.

Bagi Indonesia, Goal kesehatan ini sangat penting karena Indonesia akan

memiliki potensi bonus demografi pada tahun 2028-2030. Jika gagal dalam
5

melaksanakan pembangunan Kesehatan, Pendidikan, maka tidak tertutup

kemungkinan dapat menjadi beban demografi. Apabila ini terjadi maka akan dapat

mengganggu pencapaian pembangunan berkelanjutan (Alisjahbana dan Endah,

2018:114).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang sudah dipaparkan

sebelumnya, maka rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pembangunan desa berbasis sustainable development goals

(SDGS) dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa

Kalisongo, Kecamatan dau Kabupaten Malang?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat upaya pembangunan desa

berbasis sustainable development goals (SDGS) dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten

Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka adapun

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pembangunan desa berbasis sustainable development

goals (SDGS) dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa

Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.


6

2. Untuk mengatahui faktor pendukung dan penghambat upaya

pembangunan desa berbasis sustainable development goals (SDGS) dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Kalisongo, Kecamatan

Dau, Kabupaten Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi akademis

Penelitian secara teoritis ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dalam memperkaya wawasan dan menambah referensi pada bidang

perencanaan pembangunan khususnya pada Pembangunan Desa Berbasis

Sustainable Development Goals (SDGS) Dalam Meningkatkan Kesejahteraan

Masyarakat Di Desa Kalisongo dan kendala yang dihadapi.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi yang dapat digunakan

dalam menambah pengetahuan, terutama bagi peneliti yang hendak melakukan

penelitian tentang implementasi pembangunan desa berbasis sustainable

development goals (SDGS) dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di

Desa Kalisongo.
7

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah di Desa Kalisongo

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan menjadi

sumbangan pemikiran yang bermanfaat dalam mengimplementasi

pembangunan desa berbasis sustainable development goals (SDGS) dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Kalisongo.

b. Bagi Masyarakat di Desa Kalisongo

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat

mengenai pelaksanaan sustainable development goals (SDGS) dalam upaya

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Kalisongo.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Sebagai pendukung teori dan landasan penelitian, digunakan beberapa

penelitian terdahulu pada Implementasi Pembangunan Desa Berbasis Sustainable

Development Goals Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, yang

dimana penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandingan serta

acuan. Maka dalam tinjauan pustaka ini peneliti mencantumkan hasil-hasil

penelitian terdahulu sebagai berikut:

1. Hasil penelitian dari jurnal Dicky, dkk (2019).

Penelitian Dicky, dkk (2019), berjudul “Implementasi Kebijakan

Pembangunan berkelanjutan”. Penelitian ini merupakan penelitian yang

menggunakan penelitian metode deskriptif kualitatif dengan fokus penelitian

adalah implementasi kebijakan pembangunan berkelanjutan. Adapun yang

menjadi indikator yang akan dikaji oleh peneliti yaitu:

1. Penerapan kebijakan program pembangunan berkelanjutan

2. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pembangunan

berkelanjutan (Jurnal Penelitian Dicky, dkk, 2019:218).

Hasil temuan menunjukan bahwa Bentuk program pembangunan

berkelanjutan di Desa Tlekung yang komrehensif pada kenyataannya sudah

dilakukan secara sinergis sesuai program yang diprioritaskan oleh pemerintah

setempat. Hal demikian, apabila ditelusuri persoalan dasarnya, maka dapat

8
9

dinyatakan bahwa solusi kebijakan dapat disusun berdasarkan pengalaman

pelaksanaan pembangunan dan disesuaikan dengan sumber daya pemerintah yang

tepat pada bidangnya.

Implementasi kebijakan yang ada di Desa Tlekung berjalan dengan

maksimal yang didasarkan pada setiap kebutuhan dan kepentingan demi mencapai

kesejahteraan masyarakat desa Tlekung. Hal ini sesuai dengan pendapat Anderson

dalam Tahir (2014:12) mengungkapkan bahwa kebijakan merupakan suatu

tindakan yang mempunyai tujuan yang dilakukan seorang lebih untuk

memecahkan suatu permasalahan ( Jurnal Penelitian Dicky dkk, 2019:220).

Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah desa dalam melaksanakan

pembangunan berkelanjutan, sebagaimana program yang dilakukan oleh

pemerintah desa melalui beberapa kebijakan dan program-program kongkrit yang

direncanakan. Upaya - upaya yang dilakukan oleh pemerintah desa diharapkan

akan membawa dampak menghasilkan berbagai kemajuan ke depannya. Hal ini

menjadi suatu bentuk implementasi kebijakan yang dilakukan pemerintah desa,

yang dirasakan oleh masyarakat setempat (Jurnal Penelitian Dicky dkk,

2019:220).

Serta terdapat faktor pendukung dan penghambat Implementasi Kebijakan

Pembangunan Berkelanjutan yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Pendukung

1. Salah satu pendukung dari pembangunan berkelanjutan adalah tersedianya

sumber daya alam yang melimpah, dan sumberdaya manusia yang sudah

mampu di bidang pembangunan.


10

2. Faktor pendukung dalam pengimplentasian kebijakan pembangunan

berkelanjutan karena adanya kepastian hukum atau peraturan yang

mengatur tentang kebijakan pembangunan berkelanjutan.

3. Faktor pendukung dari penerapan kebijakan pembangunan berkelanjutan

adalah tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi ,dan kesadaran

masyarakat akan pentingnya pembangunan.

4. Faktor pendukung dalam penerapan kebijakan pembangunan berkelanjutan

adalah tingkat partisipasi masyarakat dan adanya aturan yang mengatur

tentang pembangunan berkelanjutan (Jurnal penelitian Dicky,Dkk,

2019:221).

b. Faktor Penghambat

1. Faktor penghambat dari implementasi kebijakan pembangunan

berkelanjutan di Desa Tlekung adalah salah satunya cuaca dan kurangnya

partisipasi masyarakat, hal di kerenakan kurangnya wawasan dan pola

pikir tentang pentingnya pembangunan berkelanjutan.

2. Faktor penghambat dari implementasi kebijakan pembangunan

berkelanjutan di Desa Tlekung adalah kurangnya partisipasi masyarakat

dan kurangnya pemahaman tentang pembangunan berkelanjutan, dan

gejala alam juga menjadi salah satu penghambat dalam pembangunan

infastruktur.

3. Faktor penghambat dari implementasi kebijakan pembangunan

berkelanjutan di Desa Tlekung adalah gejala alam menjadi salah satu


11

penghambat pembangunan berkelanjutan dikarenakan curah hujan di Desa

Tlekung yang tidak menentu sehingga menghambat pembangunan.

4. Salah satu penghambat dari implementasi kebijakan pembangunan

berkelanjutan di Desa Tlekung adalah gejala alam menjadi salah satu

penghambat pembangunan berkelanjutan dikarenakan curah hujan di Desa

Tlekung yang tidak menentu.

5. Terkait dengan faktor penghambat dari penerapan kebijakan pembangunan

berkelanjutan di Desa Tlekung adalah dalam pengimplementasian program

pembangunan banyak masyarakat yang pro dan kontra, sehingga hal ini

menyebabkan Pemerintah Desa Tlekung kesulitan dalam mengambil

keputusan (Jurnal penelitian Dicky dkk, 2019:222).

2. Hasil penelitian dari jurnal Abdul Rahmat, Ahmad Izzudin, dan Syahfudin

Kudir (2015).

Penelitian Abdul Rahmat , Ahmad Izzudin , dan Syahfudin Kudir (2015),

berjudul “Menguatkan Pembangunan Desa Berkelanjutan: Perspektif

Implementasi UU Desa No. 6 Tahun 2014 Di Kabupaten Bantul”. Penelitian ini

merupakan penelitian yang menggunakan metode penelitian eksploratif kualitatif.

Rancangan penelitian ini disajikan dalam bentuk cerobong (funnel). Bentuk ini

merupakan langkah sistematis yang berawal dari eksplorasi yang bersifat luas dan

mendalam. Dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan dan analisis data yang

lebih menyempit serta terarah pada suatu topik tertentu. Sifat penelitian ini lebih

ditekankan bernarasi induktif yang berdasarkan pada perspektif kritis. Perspektif

ini salah satu bagian dari metode ilmiah rasional-empiris.


12

Penelitian ini berdasarkan pada pandangan manusia sebagai instrumen

sehingga memiliki karakteristik alamiah (naturalistik). Maka dapat dipengaruhi

oleh definisi dari model atau teori yang digunakan. Oleh karena setiap peneliti

memandang bidang ilmu yang sedang dikaji sama maka hasil penelitian yang di

dapat cenderung ditafsirkan berdasarkan fenomena yang sama tetapi dengan cara

yang berbeda. (Jurnal Penelitian Rahmat, dkk 2015:92).

Hasil temuan menunjukan bahwa Desa, sebagai imajinasi kehidupan yang

penuh harapan dan cita-cita. Kondisi ini akan jauh dari dinamika perkembangan

besar-besaran proses urbanisasi yang dilakukan oleh masyarakat. Sebagai laporan

yang disuguhkan oleh PBB diprediksi, penduduk desa akan berhijrah ke kota

dengan proyeksi 66 persen pada tahun 2050 (World Urbanization Prospect, 2014).

Data statistik ini seperti zero sum game: mengembangkan pertumbuhan kota

semakin meyakinkan penduduk di desa akan ditinggal. Kondisi ini sedikit

memprihatinkan, bahkan pandangan ekstream menebak, entah kapan, suatu saat

sudah tidak ada lagi penduduk desa (Jurnal Penelitian Rahmat, dkk 2015:92).

Fenomena ini jamak ditemukan hampir di seluruh daerah Indonesia.

Dalam kajian sosiologis, hal ini merupakan fakta bahwa desa masih menjadi daya

tarik bagi mereka yang menghabiskan waktunya di kota. Selain itu, dalam

perpindahan temporer penduduk desa ke kota sebagai bagian dari strategi

diversifikasi dan ekstensifikasi pemanfaatan tenaga kerja (Jurnal Penelitian

Rahmat, dkk 2015:93).

Sebagai bagian dari strategi pemanfaatan tenaga kerja, sayangnya,

pembangunan yang berorientasi kepada mekanisme pasar, menuntut desa menjadi


13

tidak menarik, persoalan usang, dan bahan cerita lama. Pada kondisi ini semakin

menegaskan bahwa desa akan semakin ditinggalkan dan hanya menjadi bahan

eksploitasi bagi mereka yang memiliki kepentingan besar dalam pemanfaatan

sumber daya alam, potensi, dan aset yang dimiliki oleh desa. Pembangunan yang

berorientasi pada mekanisme pasar pasti akan berdampak pada pendapatan warga

desa dan kesenjangan sosial yang begitu tinggi (Jurnal Penelitian Rahmat, dkk

2015:93).

2.2 Pengertian Pembangunan

Soekanto dalam Jamaludin (2016:1), menjelaskan bahwa ilmu atau

pengetahuan sosiologi sangat bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari, misalnya

memberikan data-data sosial yang di perlukan pada tahapan perencanaan,

pencarian, penerapan, penilaian proses pembangunan. Pada tahapan perencanaan,

hasil penelitian sosiologi dapat digunakan sebagai bahan pada tahap evaluasi.

Adapun pada tahap penerapan, ilmu sosiologi dapat digunakan sebagai

identifikasi terhadap kekuatan sosial yang ada di dalam masyarakat. Dengan

mengetahui kekuatan sosial tersebut, kita dapat mengetahui unsur-unsur yang

dapat melancarkan pembangunan dan yang menghambar pembangunan.

Pembangunan dalam sosiologi adalah cara menggerakkan masyarakat

untuk mendukung pembangunan, sedangkan masyarakat merupakan tenaga

pembangunan dan dampak pembangunan. Dengan kata lain, masyarakat adalah

subjek sekaligus objek dalam pembangunan (Jamaludin, 2016:2).


14

Pembangunan adalah upaya memajukan atau memperbaiki serta

meningkatkan nilai sesuatu yang sudah ada. Pembangunan juga berarti

seperangkat usaha manusia untuk mengarahkan perubahan sosial dan kebudayaan

sesuai dengan tujuan dari kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu mencapai

pertumbuhan peradaban kehidupan sosial dan kebudayaan atas dasar target-target

yang telah ditetapkan (Jamaludin, 2016:6)

i. Model Pembangunan

Secara umum pembangunan adalah proses perubahan yang mengarah pada

peningkatan kesejahteraan manusia, yang meliputi perbaikan tingkat hidup,

kesehatan, pendidikan, serta keadilan (Jamaludin, 2016:2011).

Jamaludin (2016:2012), mengatakan bahwa model pembangunan yang

digunakan sering menghasilkan program pembangunan yang tidak hanya

mengabaikan, tetapi juga menurunkan kemampuan masyarakat untuk

memecahkan masalah yang mereka hadapi melalui inisiatif lokal dan membuat

mereka menjadi sangat bergantung pada birokrasi-birokrasi terpusat yang

memiliki kemampuan absorpsi sumber daya yang sangat besar, tetapi sebaliknya

kurang memiliki kepekaan untuk menanggapi kebutuhan lokal. Beberapa

alternatif model pembangunan adalah sebagai berikut.

1. Model Pembangunan yang Berpusat pada Rakyat

Model pembangunan yang berpusat pada rakyat disebut juga dengan

pembangunan model partisipatif, yaitu pandangan yang melibatkan peran serta

masyarakat sipil, yang dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial, budaya,


15

ekonomi, dan politik. Paradigma pembangunan ekonomi yang telah lama

mendominasi model pembangunan di berbagai negara termasuk Indonesia

tampaknya perlu diimbangi dengan pembangunan yang berpusat pada rakyat

(people centered development), dan harus diintegrasikan dengan paradigma sosial

budaya sebagai keseluruhan proses pembangunan masyarakat (Jamaludin,

2016:2012).

2. Model Pembangunan yang Relevan

Jact Rothman menyusun dan merumuskan tiga model pembangunan yang

relevan dalam praktik pembangunan kepada masyarakat.

1) Model pengembangan lokal (locality development model). Model ini

berasumsi bahwa perubahan dalam masyarakat dapat dilakukan dengan

partisipasi aktif masyarakat lokal dimulai dengan pengembangan potensi

dan aset lokal (nilai sosial-budaya). Model ini berupaya menumbuhkan

motivasi, perencanaan, dan tindakan tepat dari partisipasi aktif warga

setempat dalam mencapai tujuan pembangunan.

2) Model perencanaan sosial (sosial planning model). Model ini berawal dari

asumsi bahwa perubahan memerlukan analisis teknis dan rasional,

pencapaian tujuan yang baik perlu didukung oleh perencanaan yang baik.

Model ini berupaya menanggulangi secara tepat kompleksitas

permasalahan yang ada dalam masyarakat sehingga model ini dianggap

sebagai strategi pemecahan masalah (problem solving) dengan tindakan

yang terarah.
16

3) Model aksi sosial (sosial activity model). Strategi dasar model ini

menganggap masyarakat terdiri atas kelompok dan golongan atau

organisasi yang didasarkan pada etnis, suku, profesi, keterampilan, dan

keahlian. Model ini memperlakukan kelompok-kelompok tersebut sebagai

sesuatu yang inheren dalam masyarakat sehingga perlu diakui statusnya.

Model ini bertujuan mengadakan perubahan mendasar secara kelembagaan

dan kebiasaan yang tidak bermanfaat. Dengan pendekatan yang

terorganisasi, model ini melakukan tindakantindakan konstruktif, terarah,

dan terencana untuk menyerap dan mengartikulasi kepentingan masyarakat

(Jamaludin, 2016:2015).

2.2.2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembangunan

Ibramim dalam Jamaludin (2016:190), mengatakan bahwa keberhasilan

pelaksanaan pembangunan nasional didukung oleh beberapa faktor berikut:

1. Kemerdekaan dan kedaulatan bangsa digunakan agar terselenggaranya

pembangunan ekonomi bangsa Indonesia, modal yang dipandang sangat

penting adalah modal yang mencerminkan harga diri dan martabat bangsa

yang merupakan motivasi kuat untuk bertekad memperbaiki garis hidup

dengan mengandalkan kekuatan sendiri.

2. Posisi geografik negara, yaitu tersedianya sumber daya alam tertentu

seperti skala prioritas pembangunan ekonomi yang harus dipertimbangkan

berupa jenis masalah yang harus diperhitungkan seperti akses pada sumber

ekonomi yang dibutuhkan, tetapi berada di luar batas wilayah negara kita.
17

3. Penduduk yaitu, jumlah penduduk yang besar merupakan keunggulan

yang luar biasa menguntungkan bagi bangsa Indonesia. Apabila potensi ini

dapat ditingkatkan, terutama kualitas fisik dan mental intelektualnya,

selain merupakan sumber tenaga kerja yang besar serta menjadi konsumen

bagi pasaran industri nasioanl, juga dapat menjadi modal utama Indonesia

dalam menghadapi persaingan global di dunia internasional.

4. Kekayaan alam yaitu, keberhasilan pembangunan ekonomi yang telah

dicapai oleh Indonesia selama ini tidak terlepas dari dukungan sumber

daya alam yang dimiliki, yang menjadi modal dasar pembangunan

ekonomi nasional.

5. Situasi politik nasional yang stabil yaitu merupakan kesadaran bahwa

dalam keadaan situasi politik yang stabil, pembangunan dalam segala

bidang dapat diselenggarakan (Jamlaudin, 2016:191).

Jamaludin (2016:192), mengatakan bahwa Pelaksanaan pembangunan

nasional tidak berjalan mulus seperti yang dikehendaki karena dalam

pelaksanaannya banyak masalah yang merupakan penghambat pembangunan

nasional. Faktor-faktor penghambat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Gejolak SARA yaitu adanya perbedaan suku, agama, ras, dan

antargolongan dapat dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk

menimbulkan gejolak SARA yang dapat mengancam persatuan dan

kesatuan Indonesia.

2. Produktivitas penduduk yang rendah, yaitu tertinggalnya Indonesia

dibidang produktivitas yang masih rendah dan tingkat pertumbuhan


18

penduduk masih cukup tinggi membuat sumber daya manusia Indonesia

cenderung menjadi beban yang menghambat laju pertumbuhan Indonesia.

3. Kesenjangan sosial: kesenjangan pemerataan pendapatan, kesempatan

kerja (pengangguran), pelayanan kesehatan, kesenjangan pembangunan

antardaerah dapat menyebabkan kecemburuan sosial.

4. Tingkat pendidikan bangsa Indonesia yaitu, tingkat pendidikan bangsa

Indonesia pada umumnya masih rendah dan masih banyak ditemui

penduduk yang buta aksara (Jamaludin, 2016:192).

2.3 Sustainable Development Goals (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan)

Sebagai wujud komitmen pemerintah dalam melaksanakan SDGS

(Sustainable Development Goals) maka pemerintah menetapkan peraturan

Presiden (Perpres) SDGs Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Peraturan presiden tersebut juga merupakan

komitmen agar pelaksanaan dan pelaksanaan SDGs dilaksanakan secara

partisipatif dengan melibatkan semua pihak.

Jamaludin (2016:117), mengatakan bahwa pembangunan berkelanjutan

terdiri atas tiga tiang utama, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan yang saling

bergantung dan memperkuat. Ketiga aspek tersebut tidak bisa dipisahkan karena

menimbulkan hubungan sebab akibat. Hubungan ekonomi dan sosial diharapkan

dapat menciptakan hubungan yang adil (equitable).

Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota,

bisnis, masyarakat, dan sebagainya) yang berprinsip memenuhi kebutuhan


19

sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan

(Jamaludin, 2016:118). Dalam proses pembangunan berkelanjutan terdapat proses

perubahan yang terencana, yang di dalamnya terdapat eksploitasi sumber daya,

arah investasi orientasi pengembangan teknologi, dan perubahan kelembagaan

yang semuanya dalam keadaan yang selaras, serta meningkatkan potensi masa

kini dan masa depan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat

(Jamaludin, 2016:119).

Sutamihardja dalam Jamaludin (2016:119), menyatakan sasaran

pembangunan berkelanjutan mencakup upaya untuk mewujudkan hal berikut:

1. Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antargenerasi

(intergeneration equity), yaitu pemanfaatan sumber daya alam untuk

kepentingan pertumbuhan harus memerhatikan batas-batas yang wajar

dalam kendali ekosistem atau sistem lingkungan serta diarahkan pada

sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan menekankan serendah

mungkin eksploitasi sumber daya alam yang tidak tergantikan.

2. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam semata untuk

kepentingan mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan

pemerataan pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan

antargenerasi.

3. Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan,

baik masa kini maupun masa yang mendatang (inter temporal).


20

2.3.1. Teori Pembangunan berkelanjutan

Menurut Pertiwi (2017:9), mengatakan bahwa Dalam laporan WCED

(1987) diungkapkan tujuh sistem sebagai tujuan pelaksanaan pembangunan

berkelanjutan. Ketujuh sistem tersebut adalah :

a. Suatu sistem politik yang menjamin partispasi efektif masyarakat dalam

pengambilan keputusan.

b. Suatu sistem ekonomi yang mampu menghasilkan surplus serta

pengetahuan teknis berdasarkan kemampuan sendiri dan bersifat berlanjut.

c. Suatu sistem sosial yang memberi penyelesaian bagi ketegangan-

ketegangan yang muncul akibat pembangunan yang tidak selaras.

d. Suatu sistem produksi yang menghormati kewajiban untuk melestarikan

ekologi bagi pembangunan.

e. Suatu sistem internasional yang membantu perkembangan pola-pola

perdagangan dan keuangan yang berlanjut.

f. Suatu sistem administrasi yang luwes dan mempunyai kemampuan

memperbaiki diri

g. Suatu sistem teknologi yang dapat menemukan terus menerus jawaban-

jawaban baru.

Menurut Rogers dalam Pertiwi (2017:10), mengatakan bahwa konsep

pembangunan berkelanjutan merupakan konsep yang menghubungkan antara

pembangunan ekonomi, kulitas lingkungan dan kesetaraan sosial. Serta

menguraikan tiga pilar pembangunan berkelanjutan yaitu :


21

a. Ekonomi, yaitu memaksimalkan pendapatan dengan mempertahankan atau

meningkatkan cadangan kapital.

b. Ekologi, yaitu menjaga dan mempetahankan sistim fisik dan biologis.

c. Sosial budaya, yaitu menjaga stabilitas dari sistem sosial dan budaya.

Pembangunan berkelanjutan pada dasarnya mencakup tiga dimensi yaitu

ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam dimensi ekonomi terdapat beberapa

tujuan yang ingin dicapai antara lain upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

memerangi kemiskinan, serta mengubah produksi dan konsumsi ke arah yang

seimbang. Sedangkan dimensi sosial berhubungan dengan pemecahan masalah

kependudukan, perbaikan pelayanan masyarakat, peningkatan kualitas pendidikan,

dan lain-lain. Adapun dimensi lingkungan memiliki tujuan-tujuan antara lain

upaya pengurangan dan pencegahan terhadap polusi, pengelolaan limbah serta

konservasi/preservasi sumber daya alam (Pertiwi, 2017:10). Dengan demikian

tujuan pembangunan berkelanjutan terfokus pada ketiga dimensi di atas yaitu

keberlanjutan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi (economic growth),

keberlanjutan kesejahteraan sosial yang adil dan merata (social progress), serta

keberlanjutan ekologi dalam tata kehidupan yang serasi dan seimbang (ecological

balance).

2.3.2. Indikator Pembangunan berkelanjutan

Dalam jurnal penelitian Asih, dkk, (2017:262), mengatakan bahwa

terdapat empat indikator yang dapat dijadikan tolok ukur pembangunan

berkelanjutan secara sederhana yang dapat digunakan baik untuk pemerintah pusat
22

maupun di daerah untuk menilai keberhasilan seorang Kepala Pemerintahan

dalam pelaksanaan proses pembangunan berkelanjutan. Adapun tolak ukurnya

sebagai berikut:

1. Pro ekonomi kesejahteraan adalah pertumbuhan ekonomi ditujukan untuk

kesejahteraan semua anggota masyarakat, dapat dicapai melalui teknologi

inovatif yang berdampak minimum terhadap kerusakan lingkungan.

2. Pro lingkungan berkelanjutan adalah menyangkut tentang etika lingkungan

non antroposentris yang menjadi pedoman hidup masyarakat, sehingga

mereka selalu mengupayakan kelestarian dan keseimbangan lingkungan,

konservasi sumber daya alam vital, dan mengutamakan peningkatan

kualitas hidup non material

3. Pro keadilan sosial adalah keadilan dan kesetaraan akses terhadap sumber

daya alam dan pelayanan publik, menghargai diversitas budaya dan

kesetaraan gender,

4. Pro lingkungan hidup (pro-environment), yaitu mengenai beberapa

indikator yang dapat digunakan untuk mengukurnya. Salah satunya adalah

indeks kesesuaian, seperti misalnya nisbah luas hutan terhadap luas

wilayah (semakin berkurang atau tidak), nisbah debit air sungai dalam

musim hujan terhadap musim kemarau, kualitas udara, dan sebagainya.

2.3.3. Empat Pilar Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan adalah kesepakatan yang mendorong

perubahan-perubahan yang bergeser kearah pembangunan berkelanjutan


23

berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan untuk mendorong pembangunan

sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup. Terdapat empat pilar dalam pembangunan

berkelanjutan yaitu sebagai berikut:

1. Pilar pembangunan sosial adalah tercapainya pemenuhan hak dasar

manusia yang berkualitas secara adil dan setara untuk meningkatkan

kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.

2. Pilar pembangunan ekonomi adalah tercapainya pertumbuhan ekonomi

berkualitas melalui keberlanjutan peluang kerja dan usaha, inovasi

industri inklusif, infrastruktur memadai, energi bersih yang terjangkau dan

didukung kemitraan.

3. Pilar pembangunan lingkungan adalah tercapainya pengelolahan

sumberdaya alam dan lingkungan bekelanjutan sebagai penyangga seluruh

kehidupan.

4. Pilar pembangunan hukum dan tata kelola adalah terwujudnya kepastian

hukum dan tata kelola yang efektif, transparan, akuntabel dan partisipatif

untuk menciptakan stabilitas keamanan dan mencapai negara berdasarkan

hukum (SDGSindonesia.or.id).

2.4 Kesejahteraan masyarakat

Kesejahteraan merupakan titik ukur bagi suatu masyarakat bahwa telah

berada pada kondisi sejahtera. Kesejahteraan tersebut dapat diukur dari kesehatan,

keadaan ekonomi, kebahagiaan dan kualitas hidup rakyat, Pandangan masyarakat

umum, dalam keluarga yang sejahtera maka mampu menyekolahkan anggota


24

keluarganya hingga setinggi mungkin (Jurnal Penelitian Mulia dan Saputra,

2020:68).

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan

Sosial pasal 1 ayat 1, menyatakan bahwa Kesejahteraan Sosial adalah kondisi

terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat

hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan

fungsi sosialnya.

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu,

dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat

dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga

negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan

perlindungan sosial (Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang

Kesejahteraan Sosial pasal 1 ayat 2).


25

2.5 Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran


IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN DESA BERBASIS SUSTAINABLE
DEVELOPMENT GOALS DALAM UPAYA MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
(Studi di Desa Kalisongo Kecamatan Dau Kabupaten Malang)

Fokus Penelitian
Rumusan Masalah Teori Pembangunan
1. Pro Ekonomi Kesejahteraan
1. Upaya Pembangunan Berkelanjutan
2. Pro Lingkungan
Berkelanjutan Menurut Jurnal
Berkelanjutan
2. Faktor Pendukung dan Penelitian Asih, dkk,
3. Pro Keadilan Sosial
Penghambat (2017:262)
4. Pro Lingkungan Hidup

T. Penentuan Informan Purposive Sampling

Triangulasi Teknik Pengumpulan Data


Keabsahan Data Yaitu:
Wawancara,Obeservasi,Dokumentasi

1. Reduksi Data
Teknik Analisa Data 2. Data Display (Penyajian Data)
3. Kesimpulan
26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan jenis penelitian kualitatif, menurut

Sugiyono (2019:18) metode penelitian Kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan filsafah postpositivisme, yang digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen). Yang dimana

peneliti merupakan sebagai instrumen kunci,teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara trianggulasi (gabungan), dengan analisis data bersifat

induktif atau kualitatif serta hasil penelitian lebih menekankan makna dan

generalisasi.

Berdasarkan jenis penelitian yang sudah peneliti tentukan, maka peneliti


akan meningkatkan pemahaman, ilmu pengetahuan dan penjelasan tentang
“Implementasi Pembangunan Desa Berbasis Sustainable Development Goals
Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat” di Desa Kalisongo,
Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian Merupakan tempat dimana seorang peneliti dapat

mengetahui hal yang sebenarnya ditempati atau objek yang akan di teliti. Lokasi

penelitian ini adalah di Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.


27

3.3 Fokus Penelitian

Pada fokus penelitian kualitatif terdapat gejala yang bersifat holistik

(menyeluruh, tidak dapat di pisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak

akan menentapkan penelitiannya berdasarkan variabel, tetapi secara keseluruhan

situasi sosial yang di teliti, meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan

aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2019: 274).

Dalam fokus Penelitian ini, peneliti menggunakan Grand Theory pada jurnal

penelitian Asih, dkk, (2017:262) yaitu:

a. Pro ekonomi kesejahteraan

b. Pro lingkungan berkelanjutan

c. Pro keadilan sosial

d. Pro lingkungan hidup

3.4 Sumber Data dan Jenis Data

Menurut Lofland, dkk dalam Moleong (2014:157) sumber data utama

dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan sebagainya. Jenis-jenis data sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang di dapatkan dari sumber data pertama

tanpa melalui sebuah perantara. Sumber data primer dalam penelitian ini di

peroleh dari wawancara langsung dengan objek yang akan diwawancarai. Dalam

penelitian ini informan yang dijadikan sebagai sumber data primer yang akan di

wawancarai.
28

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang di peroleh dari sumber yang kedua,

yaitu data berupa hasil wawancara, dokumen atau berkas, buku-buku, dan arsip

yang di peroleh dari lokasi.

3.5 Informan dan Teknik Penentuan Informan

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu. Sampel ini digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian-

penelitian yang tidak melakukan generalisasi (Sugiyono, 2017:85). Informan

merupakan orang yang mengetahui tentang masalah yang akan peneliti teliti dan

akan di jadikan sumber wawancara. Dalam penelitian ini penentuan informan

ditentukan berdasarkan pertimbangan peneliti sesuai dengan bidang pembangunan

yang dianggap mengetahui implementasi pembangunan desa berdasarkan

sustainnable development dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat

yang akan diwawancarai. Yang menjadi Informan dalam penelitian ini adalah

Sekdes, Kaur Perencanaan Pembangunan, Kasi Kesejeahteraan, Kasun, Tokoh

Maayarakat.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2019:296), Teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dalam
29

penelitian adalah mendapatkan data. Berikut ini macam-macam pengumpulan data

yaitu:

a. Wawancara

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2019:304), mengatakan bahwa

wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide tanya

jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam

penelitian ini pewawancara adalah peneliti sendiri dan terwawancara adalah objek

yang diteliti.

b. Pengamatan (observasi)

Menurut Sanifah Faisal dalam Sugiyono (2019:297), mengklasifikasikan

observasi menjadi, pertama observasi partisipatif yang dimana peneliti terlibat

dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan

sebagai sumber data penelitian. Kedua, observasi terus terang atau tersamar yang

dimana peneliti dalam mengumpulkan data menyatakan terus terang kepada

sumber data bahwa sedang dilakukan penelitian. Ketiga, observasi takberstruktur

adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan

di observasi. Dalam penelitian ini peneliti akan mengumpulkan data sesuai dengan

apa yang dialami, dilihat, dan dirasakan.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen ini

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumentual dari seseorang.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data melalui foto, buku,

catatan harian, arsip, dan sebagainya (Sugiyono, 2019:314).


30

3.7 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian adalah

peneliti sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi”

seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian selanjutnya sebelum

terjun kelapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi

terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap

bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuk obyek penelitian, baik

secara akademik maupun logistiknya (Sugiyono, 2019:293). Sebagai pendukung

instrumen penelitian kualitatif yang akan dilakukan peneliti meliputi, pedoman

wawancara, buku pedoman, dan media elektronik yang digunakan awancara

seperti handphone dan kamera dalam merekam wawancara yang dilakukan

peneliti.

3.8 Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2019:321), mengatakan bahwa Analisis data model

Miles dan Huberman dalam penelitian kualitatif dilakukaan saat pengumpulan

data berlangsung, dan setelah selesai melakukan pengumpulan data dalam periode

waktu tertentu. Pada saat wawancara , peneliti sudah melakukan analisis terhadap

jawaban yang wawancarai. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2019:321)

mengemukan bahwa aktivitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara interaktif

dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah

jenuh. Komponen dalam analisis data terdiri dari:


31

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok ,serta

memfokuskanpada hal hal yang penting, dan mencari tema serta polanya.

Sehingga data yang direduksi memberikan gambaran yang jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data (Sugiyono,

2019:323).

b. Data Display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan

mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi

serta merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami

(Sugiyono, 2019:325).

c. Kesimpulan

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, akan

berubah apabila ditemukan bukti yang kuat dan mendukung pada pengumpulan

data berikunya.

3.9 Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian, sering ditekankan pada uji validitas

dan rehabilitas (Sugiyono, 2019:361). Dalam penelitian kuallitatif, temuan atau

data dapat dinyatakan valid apabilatidak ada perbedaan antara yang dilaporkan

peneliti denganapa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Tetapi

perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak
32

bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada rekonstruksi manusia, dibentuk

dalam dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan

berbagai latar belakangnya (Sugiyono, 2019:363).

Pada penelitian kualitatif uji keabsahan data menggunakan triangulasi

yang merupakan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan

berbagai waktu. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah

triangulasi teknik pengumpulan data yang merupakan menguji kredibilitas data

yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan

teknik yang berbeda. Misalnya data yang di peroleh dengan wawancara, akan

dicek kembali dengan observasi dan dokumentasi (Sugiyono,2019:368).

Wawancara Observasi

Dokumentasi

Gambar 2. Triangulasi Teknik Pengumpulan Data

(Sugiyono, 2019:368)
33

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Adisasmita, Rahardjo. 2013. Pembangunan Perdesaan Pendekatan Partisipatif,
Tipologi, strategi, Konsep Desa Pusat Pertumbuhan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Mahi Ali Kabul, Sri Indra Trigunarso. 2017. Perencanaan Pembangunan Daerah
Teori dan Aplikasi. Depok: Kencana.
Alisjahbana Armida Salsiah, Endah Murniningtyas. 2018. Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan Di Indonesia Konsep Target dan Startegi Implementasi.
Bandung: Unpad Press.
Jamaludin, Nasrullah Adon. 2016. Sosiologi Pembangunan. Bandung: CV
Pustaka Setia.
Moleong. 2014. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosdakarya.
Pertiwi, Nurlita. 2017. Implementasi Sustainable Development di Indonesia.
Makassar: Pustaka Ramadhan.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Jurnal Penelitian dan Internet


Lestari, Asih Widi, Firman Firdausi. 2017. Peran Pemerintah Kota Batu Dalam
Implementasi Kebijakan Pembangunan Pariwisata Berdasarkan Paradigma
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). Masyarakat,
Kebudayaan dan Politik Vol. 30, No. 3, tahun 2017, Hal. 260-265.
Rahmat, Abdul,. Ahmad, Izzudin, Syahfudin , Kudir. 2015. Menguatkan
Pembangunan Desa Berkelanjutan: Perspektif Implementasi UU Desa No. 6
Tahun 2014 di Kabupaten Bantul, ISSN:2354-9874, Vol. 2 No. 2, September
2015, 88 – 99.
34

Rizki , Afri Mulia., Nika, Saputra. 2020. Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Kesejahteraan Masyarakat Kota Padang, Jurnal El-
Riyasah, Volume 11 Nomor 1 Tahun 2020, 67-83.
SDGSindonesia.0r.id.
Tay Dicky, Sugeng, Rusmiwari. 2019. Implementasi Kebijakan Pembangunan
Berkelanjutan, ISSN. 2442-6962, Vol. 8 No. 4, 217-222.

Undang-Undang
Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 Tentang Pembangunan Berkelanjutan
Undang - Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1 Nomor 8 Tentang Desa
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 1 Tentang Kesejahteraan
sosial

Anda mungkin juga menyukai