Steering Committee
Dr. Syarief Makhya
Dr. Bartoven Vivit Nurdin
Dr. Ani Agus Puspawati
Drs. Denden Kurnia Drajat
Drs. Dadang Karya Bakti
Reviewer
Prof. Dr. Yulianto
Intan Fitri Meutia, Ph.D
Unang Mulkhan, Ph.D
Dr. Ari Darmastuti
Dr. Andi Corry
Dr. Suripto
Editor :
Simon Sumanjoyo Hutagalung, M.P.A
Ita Prihantika, M.A
Moh. Nizar, M.A
Penerbit
FISIP Universitas Lampung
vii + 239 hal : 21 x 29 cm
Cetakan 1, Oktober 2019
ISBN:978-623-91972-0-9
Alamat
Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro, Komplek Unila
Gedongmeneng Bandar Lampung, HP. 08154019877
E-m ail: sefilafisit>@fisit>.unila. ac.id. Website : www. sefila. fisin.unila. ac.id
Hak Cipta dilindungi Undang-undang ISBN 170-023-11172-0-1
9786239197209
9 786239 197209
KATA PENGANTAR
Globalisasi telah memasuki era baru yang bernama revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 secara
fundamental mengakibatkan berubahnya cara manusia berpikir dan berhubungan satu dengan yang
lain. Era ini akan mendisrupsi berbagai aktivitas manusia dalam berbagai bidang, tidak hanya
teknologi saja, namun juga bidang yang lain seperti ekonomi, sosial, dan politik. Pada bidang politik
misalnya, gerakan-gerakan politis untuk mengumpulkan massa melalui konsentrasi massa telah
digantikan dengan gerakan berbasis media sosial. Bidang pemerintahan pun kini juga ditantang
untuk melaksanakan birokrasi secara efektif dan efisien berbasis e-governance.
Perkembangan media sosial yang masiv juga telah merekonstruksi struktur budaya masyarakat.
Relasi sosial hubungan masyarakat kini lebih erat terbangun dalam dunia maya, sehingga hubungan
dalam dunia nyata justru menjadi relatif. Paradigma bisnis pun bergeser dari penekanan owning
menjadi sharing (kolaborasi) (Prasetyo & Trisyanti, 2018), sebagaimana merebaknya e-commerce yang
menggeser bisnsi retail (toko fisik). Singkatnya, dalam disruptif akan terjadi disruptive regulation,
disruptive culture, disruptive mindset, dan disruptive marketing (Khasali, 2018). Tantangan era baru ini
tidak dapat diselesaikan dengan cara-cara yang sama seperti dalam konsep masa lampau. Revolusi
industri 4.0 tidak mungkin hanya dihadapi dengan pengembangan teknologi tanpa melibatkan
dinamika sosial di dalamnya. Perlu dirumuskan strategi kebijakan nasional melalui kesadaran dan
kedewasaan berpikir
Hal tersebut menginisiasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung untuk
mengadakan Seminar FISIP Unila (Sefila) 3 yang mengangkat tema mengenai “Agenda Baru
Pembangunan Indonesia Berbasis Local Knowledge". Walaupun mengacu pada konteks ruang dan
tempat, pengetahuan lokal (local knowledge) memiliki relevansi dalam proses pembangunan, karena
memanfaatkan sumber daya yang minimal berbasis karakteristik sosial budaya setempat.
Pengetahuan lokal ini dapat ditransfer menjadi kearifan lokal yang bisa dipertukarkan atau
dilakukan lintas budaya (World Bank, 1998). Sehingga pengetahuan lokal memiliki elastisitas dalam
berbagai masalah dan perubahan, termasuk mewarnai agenda pembangunan di Indonesia
Seminar ini diharapkan dapat menghasilkan kajian diskusi yang dapat berkontribusi dalam
menyediakan altenatif solusi bagi agenda pembangunan di Indonesia menghadapi tantangan
perubahan dinamika sosial saat ini. Pada akhirnya, luaran dari Seminar FISIP Unila juga
diharapkan dapat terpublikasi melalui prosiding dan jurnal terakreditasi, sehingga hasil kajian dapat
bermanfaat secara luas bagi kebutuhan pengembangan akademik dalam bidang sosial politik.
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan prosiding ini dengan penuh
kemudahan. Prosiding ini disusun agar akademisi, mahasiswa dan peminat ilmu sosial politik dapat
memperluas ilmu tentang ruang lingkup konsep maupun kebijakan ilmu sosial dan politik,
khususnya di negara Indonesia, yang disajikan dari berbagai sumber. Walaupun prosiding ini
mungkin kurang sempurna namun memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca. Tim penyusun
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penyusunan prosiding ini.
i
ii
D A F T A R ISI
iii
KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU).
(Nurarifah, Rahayu Sulistiowati, dan Nana Mulyana)..................................................................... 89-93
PERANAN MASYARAKAT LOKAL DALAM MEWUJUDKAN PARIWISATA
BERKELANJUTAN DI PROVINSI LAMPUNG
(Intan Fitri Meutia, Devi Yulianti, Panji Tryatmaja, Vera Y usnita)............................................... 95-101
MEMBANGUN KEMANDIRIAN MASYARAKAT TANI HUTAN
KEMASYARAKATAN MELALUI PENGUATAN PERAN STAKEHOLDERS DALAM
PEMANFAATAN HUTAN KEMASYARAKATAN
(Dian Kagungan, Yulia Neta dan Hari Kaskoyo)............................................................................. 103-112
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR MELALUI PENGEMBANGAN
KLASTER IKAN DI PULAU PASARAN KOTA BANDAR LAMPUNG
(Ali Imron,Dewie Brima Atika, Eko Budi Sulistio)......................................................................... 113-120
NEO NASIONALISME DAN REVOLUSI DIGITAL DI INDONESIA
(Thomas T okan Pureklolon).............................................................................................................. 121-127
NEW MEDIA SEBAGAI SARANA PROMOSI PARIWISATA LAMPUNG
(Agus Mardihartono dan Yuli Evadianti).......................................................................................... 129-134
KEWIRAUSAHAAN TEKNOLOGI DIGITAL: POTENSI PEMBERDAYAAN
PEBISNIS MILENIAL
(Keumala Hayati dan Indra Caniago)............................................................................................ 135-138
PERAN KOMUNIKASI DALAM PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA
(Herlintati, Fery Hendi Jaya, M. Fikri Akbar)............................................................................... 139-143
KUALITAS LAYANAN, HARGA, DAN PERSEPSI BENEFIT MENGGUNAKAN
FITUR GO-PAY
(Ni Putu Widiyawati, Arif Sugiono, Diang Adistya, Jeni Wulandari......................................... 145-157
PERILAKU KOMUNIKASI MASYARKAT TERHADAP PROGRAM STUDI ILMU
PERPUSTAKAAN: STUDI PEMAKNAAN TERHADAP POSTING INFOGRAFIS
TIRTO.ID
(Purwanto P u tra)............................................................................................................................. 159-167
PELINDUNGAN BAHASA LAMPUNG DALAM PERUBAHAN BUDAYA DI
PROVINSI LAMPUNG
(Bendi Juantara dan Indra Bulan)................................................................................................... 169-176
APLIKASI FILE TRANSFER PROTOCOL (FTP) DALAM ADMINISTRASI DIGITAL
(Hani Damayanti Aprilia, Mediya Destalia, Ida Vivi Pusvitha)............................................. 177-184
NEGARA DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI: MENGHADAPI TANTANGAN
GLOBALISASI EKONOMI (Gita Paramita Djausal, Fitri Juliana Sanjaya, Eris
A rdeanto).......................................................................................................................................... 185-189
PEMANFAATAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI BERBASIS E-COMMERCE BAGI
UMKM DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
(Roby R akhm adi)............................................................................................................................ 191- 196
ANALISIS KONTEN INFORMASI E-GOVERNMENT PADA SITUS WEB
PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN
(Eka Yuda Gunawibawa, Hestin Oktiani, Gita Hilmi Prakoso).................................................. 197-206
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM TATA KELOLA INDUSTRI PARIWISATA
(STUDI TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN
OBJEK WISATA DI LAMPUNG SELATAN)
(Dedy Hermawan dan Simon S. Hutagalung)................................................................................... 207-217
iv
PENGARUH KUALITAS LAYANAN WEBSITE TERHADAP NIAT PEMBELIAN
KEMBALI YANG DIMEDIASI OLEH KEPUASAN KONSUMEN LAZADA.CO.ID DI
BANDAR LAMPUNG
Anindhyta Sekar Wangi, Dorothy Rouly Haratua Pandjaitan, dan Mudji Rachmat
Ramelan............................................................................................................................................ 2019-226
SUCCESS FACTORS FOR SER VICE INNOVA TION THE DJKI OF COPYRIGHT ONLINE
RECORDING SYSTEM
Dian Sari dan Erlin Windia A m barsari........................................................................................ 227-235
LAMPIRAN
AGENDA BARU PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA BERBASIS
PENGETAHUAN LOKAL
(Bustanul Arifin)
AGENDA BARU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN BERBASIS
“PENGETAHUAN LOKAL"
(Muhammad Najib Azca)
KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBANGUNAN SDM DI LAMPUNG
(Nina Yudha Aryanti)
v
P ro sid in g S e m in a r N a sio n a l F IS IP U n iv e rsita s L a m p u n g (Se Fila ) 3
'A g e n d a B a ru P e m b a n g u n a n In d o n esia B e rb a sis Local K n o w led g e', ISBNNO. 9 786239 197209
K a m is , 8 A g u stu s 2 0 19 , H otel B u k it R a n d u , Ko ta B a n d a rla m p u n g , In do n esia
Abstrak
Efek open society yang lahir dari menguatnya arus society 5.0 didunia telah melahirkan
pergesekan yang kuat dengan prinsif-prinsif dasar masyarakat Lampung. Sejatinya Piil
Pesenggiri sebagai tuntunan hidup orang Lampung dalam kaitan kehidupan pribadi,
dalam kehidupan berkeluarga, maupun dengan masyarakat bukan orang Lampung
menjadi pengikat dan pedoman agar kelestarian adat istiadat Lampung dapat terus
terjaga. Namun demikian, realiasasi dilapangan saat ini justru menunjukkan sebaliknya.
pola kehidupan masyarakat Lampung terutama kaitannya dengan falsafah nemui
nyimahdan nengah nyappur, membawa bahasa Lampung tergerus pada titik terendah
dalam sejarah kebudayaan. Berbeda dengan daerah-daerah lain yang ada di Indonesia,
masyarakat Lampung kini tidak lagi memiliki kebanggan dalam berbicara bahasa
Lampung. persoalan ini tentu menjadi keprihatianan, terutama mengenai eksistensi dari
bahasa Lampung itu sendiri yang menuju keniscahayaan. Dalam upaya melindungi
bahasa Lampung tersebut, saat ini diperlukan kebijakan pelindungan agar perubahan
kebudayaan yang lahir akibat dampak modernisasi tidak tergerus lebih dalam. penelitian
ini ingin menganalisis upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam membuat
kebijakan pelindungan terhadap bahasa Lampung.
169 Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan metode penelitian kualitatif dengan
mengurai data secara deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
wawancara, serta tinjauan pustaka yang berkaitan dengan kebudayaan dan bahasa
Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama ini upaya pemerintah daerah
untuk membuat kebijakan pelindungan terhadap bahasa Lampung sudah dilakukan
dengan berbagai cara, namun upaya tersebut ternyata belum signifikan melestarikan
budaya bahasa Lampung. Upaya pelindungan dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Pertama, tidak melakukan penafsiran ganda terhadap makna falsafah hidup ulun
Lappung.Kedua, menciptakan kesadaran akan pentingnya perbedaan nilai antar
masyarakat. Ketiga konservasi dan revitalisasi bahasa dengan upaya pengembangan dan
pelindungan bahasa sekaligus pembinaan penutur bahasamelalui pembelajaran.
Pemasyarakatan bahasa daerah Lampung ke berbagai lapisan masyarakat terutama
disekolah hingga perguruan tinggi.
PENDAHULUAN
Efek Society 5.0 telah membawa perubahan yang besar terhadap eksistensi kehidupan sosial
manusia. Dengan inovasi terbaru dalam industri kecerdasan buatan, robot, bigdata dan sebagainya
telah mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat menuju masyarakat yang lebih maju dan
generasi pintar. Masyarakat kini akan lebih mudah dan nyaman dalam beraktivitas, baik dari sisi
ekonomi, akses layanan publik hingga interaksi sosial antar masyarakat. Menguatnya Society 5.0
membawa dampak semakin mengalirnya pemikiran akan masyarakat terbuka (open society). Pada
dasarnya pemikiranopen society menitiberatkan pada konsep persaingan bebas dengan kebebasan
dan kesadaran induvidu sebagai pondasinya. Hak asasi manusia (HAM) merupakan konsep yang
diperjuangkan didalam gagasan pemikiran open society. Konsep hak asasi manusia menempatkan
manusia sebagai subjek merdeka, manusia bebas dalam menentukanpandangan, harapan dan
keingginannya. Dalam sistem politik yang bergaya demokrasi modern, peluang adanya kebebasan
HAM akan semakin meningkat dengan dibentuknya regulasi-regulasi yang mengatur hal tersebut.
Ditengah meningkatnya keberhasilan Open Society di Indonesia, ternyata juga menyisakan
sejumlah ironi. Peluang kebebasan yang diberikan kepada masyarakat terbuka ternyata tidak
dibarengi dengan kesadaran. Dibanyak contoh di Indonesia kebebasan masyarakat seringkali
berbenturan dengan nilai-nilai masyarakat lain. Seiring dengan meningkatnya intensitas media
yang masuk dan menyuguhkan berbagai informasi telah membawa perubahan yang besar dan
mempengaruhi nilai-nilai masyarakat. Salah satu yang mengalami gesekan tersebut adalah nilai-
nilai budaya.
Kebudayaan di Indonesia tidak pernah berhenti mengalami perubahan dan bertransformasi
secara sosiokultural sesuai dengan perkembangan zaman, termasuk di dalamnya bahasa
daerah. Di Indonesia terdapat 652 bahasa daerah (belum termasuk Dialek dan Sub-dialek) yang
telah divalidasi oleh dan pengembangan dan pembinaan bahasa (Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan). Hingga Tahun 2017 distribusi geografis bahasa daerah terbanyak berasal dari Papua
yakni 290 bahasa. Papua Barat 94 bahasa, Nusa Tenggara sebanyak 79 bahasa, Kalimantan 68
bahasa, Sulawesi 67 bahasa, Sumatera 50 bahasa, dan Jawa serta Bali 20bahasa daerah.
Keanekaragaman kekayaan bahasa yang ada di Indonesia tersebut sayangnya kini mengalami
degradasi yang cukup mengkhawatirkan. Diantara ratusan bahasa yang terdapat di Indonesia
tersebut hanya tiga belas bahasa yang memiliki penutur di atas satu juta, yakni bahasa Jawa,
Sunda, Batak, Bali, Bugis, Madura, Minang, Rejang Lebong, Lampung, Makassar, Banjar, Bima,
dan Sasak (BPS, 2010). Menurut data bahasa daerah 2017, terdapat 3 kategori pemetaan bahasa
daerah pertama, bahasa punah, kritis/sangat terancam, dan terancam punah. Di Indonesia
sebanyak 13 bahasa daerah telah punah, bahasa tersebut berasal dari Maluku dan Papua.Bahasa Juantara dan
daerah yang tergolong kritis dan sangat terancam yakni ibo dan meher (Maluku), saponi (papua), Bulan:
dan reta (NTT). Bahasa daerah yang terancam punah sebanyak 18 bahasa tersebar di Maluku, Pelindungan
Papua, Sulawesi, Sumatera, dan NTT. Bahasa Lampung
dalam Perubahan
Tabel. 1 Pemetaan Bahasa Daerah Budaya di
15 Provinsi Lampung
10 170
jL
Papua Maluku NTT Sumatera Sulawesi
Begitu juga dengan bahasa Lampung, meskipun memiliki jumlah penutur yang lumayan besar
namun, realisasi dilapangan menujukkan secara signifikan jumlah penutur bahasa Lampung
menurun dari tahun ketahun. Penyebab semakin menurunnya penutur bahasa daerah khususnya
bahasa Lampung dapat dimungkinkan oleh beberapa sebab, salah satunya adalah dari salah
memaknai falsafah hidup orang Lampung yakni Piil Pesenggiri. Piil pesenggirisejatinya dimaknai
sebagai tata nilai dasar atau falsafah hidup ulun Lappung. Prinsif ini berkaitan dengan tatanan
moral yang merupakan pedoman bersikap dan berprilaku masyarakat adat Lampung dalam segala
aktivitas hidupnya. Baik dalam kehidupan berkeluarga, kehidupan dengan masyarakat adat atau
dengan masyarakat bukan orang Lampung. Realiasi pola kehidupan itu terdapat dalam falsafah
Bejuluk Beadek, Nemui Nyimah, Nengah Nyappur, dan Sakai Sambayan. Dalam realitanya saat ini
pemaknaan dari Piil Pesenggirijustru telah meninggalkan koteks yang sesungguhnya.
PrinsipNemui Nyimah yang bermakna keterbukaan serta PrinsipNenggah Nyappur yang berarti
masyarakat Lampung yang pandai bergaul kini menjadi jalan dimana arus globalisasi budaya luar
masuk ke ranah kehidupan masyarakat Lampung dan mendominasi dan menghegemoni
masyarakatLampung itu sendiri. Melalui gaya hidup, interaksi sosial secara langsung maupun
tidak langsung hingga doktrin-doktrin budaya luar yang dianggap “modern” telah membuat
banyak penutur bahasa Lampung meninggalkan bahasa ibunya. Belum lagi pandangan yang
muncul akibat dari dominasi budaya luar memunculkan pandangan bahwa budaya daerah
dianggap sebagai budaya tradisional, kuno, dan ketinggalan zaman sedangkan bahasa luar dalam
skala yang lebih luas dianggap sebagai suatu kemajuan peradaban. Oleh karenanya dapat kita lihat
saat ini penggunaan bahasa Lampung dalam lingkaran pergaulan masyarakat Lampung terutama
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Dalam penelitian
ini, metode deskriptif digunakan untuk mengetahui dan mendeskripsikan pola kehidupan
masyarakat lampung terutama kaitannya dengan falsafah Nemui Nyimah, dan Nengah Nyappur
Juantara dan
telah membawa bahasa Lampung tergerus pada titik terendah dalam sejarah kebudayaan.
Bulan: Eksistensi dari bahasa lampung itu sendiri telah menunjukkan suatu keprihatinan. Penelitian ini
Pelindungan ingin menganalisis upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam membuat kebijakan
Bahasa Lampung pelindungan terhadap bahasa lampung.Instrumen pengumpulan data dengan menggunakan studi
dalam Perubahan observasi untuk mengamati secara langsung apa yang terjadi di lapangan. Melalui observasi
Budaya di penganalisis dapat memperoleh pandangan-pandangan mengenai, Pertama, bagaimana
Provinsi Lampung penggunaan bahasa Lampung dalam keseharian masyarakat, Kedua bagaimana realisasi falsafah
Lampung dalam kehidupan masyarakat, dan upaya apa saja yang telah dilakukan dalam
173 pelindungan bahasa Lampung.
Instrumen pengumpulan data berikutnya melalui teknik wawancara. Narasumber yang dipilih
yang dianggap penting dalam kajian ini. Narasumber tersebut adalah Tokoh Masyarakat Adat
Lampung Sukadana Lampung Timur, Budayawan Lampung, dan Akademisi dari Universitas
Lampung.Selain itu penulusuran data menggunakan studi kepustakaan dengan melakukan
pengumpulan dan mempelajari beberapa referensi melalui dokumen-dokumen seperti Regulasi,
serta referensi Buku dan jurnal yang berkaitan dengan bahasa lampung, Falsafah Lampung dan
kebijakan pelindungan bahasa lampung.
Hasil pengamatan yang telah diperoleh, yang dimulai dari pengumpulan data, yaitu
mengidentifikasikanpola kehidupan masyarakat lampung terutama kaitannya dengan falsafah
Nemui Nyimah, dan Nengah Nyappur, kemudian melakukan kajian pustaka dengan menelusuri
regulasi-regulasi yang berkaitan dengan upaya pelindungan bahasa Lampung, serta konsep Piil
Pesenggiri, Selanjutnya setelah mengidentifikasikan hal tersebut maka penelitian ini akan
mendorong pada analisis dan pembahasan.
PENUTUP
Sebagai bagian dari masyarakat terbuka, ulun Lappung mau tidak mau akan menerima
perubahan dan pergeseran kebudayaan yang terjadi. Oleh karena itu ulun Lappung harus siap
menghadapi hal tersebut. Tidak hanya dengan melakukan upaya konservasi budaya tetapi juga
merevitalisasi budaya daerah agar dapat sesuai perkembangan zaman sehingga dapat diterima
oleh masyarakat banyak dan tidak ketinggalan zaman.
Menyambut society 5.0 dalam keadaan yang open society membuat ulun Lappung berada pada
pilihan-pilihan yang tidak mudah. Falsafah ulun Lappung yakni Piil Pesenggiri sejatinyadapat
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Eka Sofia. 2014. Pemakaian Bahasa Lampung di Daerah Rajabasa. Lampung Universitas
Lampung.
Al M a’ruf, Ali Imron. 2016. Revitalisasi Seni Pertunjukan Tradisi Ditengah Gelegar Budaya Global.
Makalah disajikan dalam Prosiding Konfrensi Internasional VI IKADBUDI. Lampung.
Ariyani,Farida. 2014. Ungkapan Piil Pesenggiri sebagai Pilar Berisi Falsafah Hidup Orang Lampung.
Makalah disajikan dalam Kongres Internasional MLI.
Juantara dan
Ariyani,Farida. 2014. Upaya Memelihara Bahasa Lampung sebagai Budaya Daerah dalam Rangka
Bulan:
Menguatkan Budaya Nasional. Makalah disajikan dalam Seminar Bahasa dan Lokakarya
Pelindungan
Lembaga Adat. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
Bahasa Lampung
Kebudayaan.
dalam Perubahan
Aqib,Zainal. 2011. Pendidikan Karakter. Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa. Bandung:CV Budaya di
Yrama Widya. Provinsi Lampung
Fatma. 2016. Ragam Strategi Bertutur Kedaerahan di Lembah Palu sebagai Pemertahanan Budaya
Bahasa Lokal Sulawesi Tengah.Makalah disajikan dalam Prosiding Konfrensi Internasional VI
176
IKADBUDI. Lampung
Hadikusuma, Hilman.1983. Bahasa Lampung. Lampung: Gunung Pesagi.
Irianto,Sulistyowati dan Risma Margaretha. 2011. Piil Pesenggiri: Modal Budaya dan Strategi Identitas
Ulun Lampung. Makara Sosial Humaniora.
Lisnawati, Iis.2016. Pembelajaran Berbicara Berbasis Kearifan Lokal dan Berorientasi Literasi Budaya
Sebagai Altenatif Strategu Pembangun Karakter Bangsa.Makalah disajikan dalam Prosiding
Konfrensi Internasional VI IKADBUDI. Lampung.