Makalah
Disusun Oleh:
i
2.6 Manfaat Perkembangan Ekonomi Kreatif Untuk Pembangunan Ekonomi
Modern di Indonesia .................................................................................... 61
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ekspor 14 Subsektor Industri Kreatif Indonesia Tahun 2002 – 2005 .. 47
Tabel 2.3 Industri Kreatif Dalam Perekonomian Indonesia Tahun 2006 – 2010 . 50
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ekspor, Impor, Net Trade Industri Kreatif Indonesia Tahun 2002 -
2010 .................................................................................................... 52
Gambar 2.3 Tenaga Kerja Industri Kreatif Tahun 2002 - 2010 ............................ 54
Gambar 2.4 Penyerapan Tenaga Kerja di Subsektor Industri Kreatif Tahun 2006 –
2010 .................................................................................................... 55
Gambar 2.3 Rata-Rata Kontribusi Nilai Tambah (PDB) Industri Indonesia Tahun
2002 – 2010 ........................................................................................ 56
Gambar 2.4 Peran Sektor Industri Kreatif Secara Nasional Tahun 2006 – 2010.. 57
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
perubahan taraf hidup yang semakin meningkat, dan kebudayaan yang semakin
maju sehingga kebutuhan yang bervariasi dan beranekaragam membuat
perkembangan ekonomi kreatif di arus pembangunan ekonomi modern ini harus
membuat inovasi – inovasi sehingga membuat perkembangan ekonomi kreatif
semakin meningkat. Namun dalam hal ini perkembangan ekonomi kreatif di
indonesia kurang bisa di manfaatkan keterbatasannya ekonomi infomasi dalam
penerapan iptek menjadi salah satu kendala di arus pembangunan ekonomi
modern ini.1
1
Aziz, Fauzan. (2013). Perkembangan Industri dan Ekonomi Kreatif di Indonesia [Online].
Tersedia: http://fauzanaziz.wordpress.com/2013/03/12/perkembangan-industri-dan-ekonomi-
kreatif-di-indonesia/
2
Yudhoyono, Susilo Bambang. 2007. Berita Utama. [Online] . Tersedia:
http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2007/07/11/2009.html [04 Oktober 2013]
3
Sebayang, L.R. (2012). Analisis Prospek Ekspor Industri Kreatif dalam Meningkatkan
Perekonomian Indonesia. Skripsi Sarjana pada FE USU Medan: tidak diterbitkan
4
Anggraini, Nenny, 2008. “Industri Kreatif”, Jurnal ekonomi Desember 2008 . Volume XIII No.
3 hal.144-151.
2
informasi dan komunikasi seperti internet, email, Global System for Mobile
communications (GSM) telah menciptakan hubungan saling ketergantungan antar
manusia sehingga mendorong manusia menjadi lebih aktif dan produktif dalam
menemukan teknologi-teknologi baru. Dampak lain yang muncul akibat dari
fenomena perubahan ini adalah munculnya daya saing atau kompetisi pasar yang
semakin besar. Kondisi ini menuntut perusahaan mencari cara agar bisa menekan
biaya semurah mungkin dan se‐efisien mungkin guna mempertahankan
eksistensinya. Negara‐negara maju mulai menyadari bahwa saat ini mereka tidak
bisa hanya mengandalkan bidang industri sebagai sumber ekonomi di negaranya
tetapi mereka harus lebih mengandalkan Sumber Daya Manusia yang kreatif
karena kreativitas manusia itu berasal dari daya pikirnya yang menjadi modal
dasar untuk menciptakan inovasi dalam menghadapi daya saing atau kompetisi
pasar yang semakin besar. Sehingga pada tahun 1990‐an dimulailah era ekonomi
baru yang mengutamakan informasi dan kreativitas dan populer dengan sebutan
Ekonomi Kreatif yang digerakkan oleh sektor industri yang disebut Industri
Kreatif .
3
lapangan usaha kreatif (creative industry), atau (3) Hak Kekayaan Intelektual
seperti hak cipta (copyright industry).5,6
5
Departemen Perdaganagan. (2007). Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia.
Jakarta: Departemen Perdagangan.
6
Sebayang, L.R. (2012). Analisis Prospek Ekspor Industri Kreatif dalam Meningkatkan
Perekonomian Indonesia. Skripsi Sarjana pada FE USU Medan: tidak diterbitkan
4
Indonesia berstandar internasional dan memiliki karakteristik nasional yang dapat
bersaing dan diterima pasar dunia. Industri kreatif di Indonesia bahkan mampu
bertahan di tengah ancaman krisis global.
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka ada beberapa
rumusan masalah yang dapat dijadikan sebagai dasar penulisan. Adapun
perumusan masalah dalam makalah ini adalah:
5
2. Bagaimana perkembangan ekonomi kreatif dalam arus pembangunan
ekonomi modern di Indonesia?
3. Bagaimana dampak perkembangan ekonomi kreatif dalam arus
pembangunan ekonomi modern di Indonesia?
6
BAB II
PEMBAHASAN
“Creativity in this context refers to the formulation of new ideas and to the
application of these ideas to produce original works of art and cultural products,
functional creation, observable in the way it contributes to entreupreneurship,
fosters innovation, enchaces productivity and promotes economic growth”,9,10
8
Indonesia Kreatif. (2013). Creative Economy. [Online]. Tersedia:
http://indonesiakreatif.net/creative-economy/what-is/what-is/#di9il8WCqXpePgHl.99 [4 Oktober
2013]
9
Suryana. (2013) Ekonomi Kreatif (Ekonomi Baru: Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang).
Jakarta: Salemba Empat.
10
UNCTAD. 2008. Summary Creative Economic Report. Hlm.3, 11 – 12. USA: United Nations
7
Istilah “Ekonomi Kreatif” mulai dikenal secara global sejak munculnya
buku “The Creative Economy: How People Make Money from Ideas” (2001) oleh
John Howkins. Howkins menyadari lahirnya gelombang ekonomi baru berbasis
kreativitas setelah melihat pada tahun 1997 Amerika Serikat menghasilkan
produk-produk Hak Kekayaan Intelektual (HKI) senilai 414 miliar dollar yang
menjadikan HKI ekspor nomor 1 Amerika Serikat. Howkins dengan ringkas
mendefinisikan ekonomi kreatif, yaitu “The creation of value as a result of
idea”.11
11
Indonesia Kreatif. (2013). Creative Economy. [Online]. Tersedia:
http://indonesiakreatif.net/creative-economy/what-is/what-is/#di9il8WCqXpePgHl.99 [4 Oktober
2013]
12
Rangkaian Kolom Kluster I. (2012). Pilar – pilar Ekonomi Kreatif. Jakarta: Binus University
8
Ekonomi Kreatif sebagai: “An evolving concept based on creative assets
potentially generating economic growth and development.”
Dengan penjabaran lebih lanjut sebagai berikut13:
Konsep ekonomi kreatif ini juga semakin memberi harapan yang lebih
optimistik ketika seorang pakar dibidang Ekonomi, Dr. Richard Florida dari
Amerika Serikat, penulis buku "The Rise of Creative Class" dan "Cities and the
13
Indonesia Kreatif. (2013). Creative Economy. [Online]. Tersedia:
http://indonesiakreatif.net/creative-economy/what-is/what-is/#di9il8WCqXpePgHl.99 [4 Oktober
2013]
14
Lembaga Pertahanan Nasional. (2012). Pengembangan Ekonomi Kreatif Guna Menciptakan
Lapangan Kerja dan Mengentaskan Kemiskinan dalam Rangka Ketahanan Nasional. Jakarta:
Lemhanas
9
Creative Class" menyatakan: "Seluruh umat manusia adalah kreatif, apakah ia
seorang pekerja di pabrik kacamata atau seorang remaja jalanan yang tengah
membuat musik hip-hop. Namun perbedaannya adalah pada statusnya (kelasnya),
karena ada individu-individu yang secara khusus bergelut dibidang kreatif dan
mendapat faedah ekonomi secara langsung dari aktivitas tersebut. Maka tempat di
kota-kota yang mampu menciptakan produk-produk baru inovatif tercepat, dapat
dipastikan sebagai pemenang kompetisi di era ekonomi kreatif ini”.
15
Antariksa, Basuki. Konsep ekonomi Kreatif: Peluang dan Tantangan Dalam Pembangunan
Indonesia.
16
Roodhouse, op.cit, 10.
10
2.1.2 Definisi Industri Kreatif
11
yang dihasilkan, misalnya riset pasar, perencanaan komunikasi periklanan,
media periklanan luar ruang, produksi material periklanan, promosi dan
kampanye relasi publik. Selain itu, tampilan periklanan di media cetak
(surat kabar dan majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan
berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur
dan media reklame sejenis lainnya, distribusi dan delivery advertising
materials or samples, serta penyewaan kolom untuk iklan.21
21
Afiff, Faisal. 2008. Pilar – Pilar Ekonomi Kreatif. [Online]. Tersedia:
http://www.fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/2198-pilar-pilar-ekonomi-
kreatif. [16 Oktober 2013]
22
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,
Jakarta: Depdagri
12
internet, meliputi barang-barang musik, percetakan, kerajinan, automobile,
dan film.20
23
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,
Jakarta: Depdagri
13
kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah
yang relatif kecil (bukan produksi massal).24
24
Afiff, Faisal. 2008. Pilar – Pilar Ekonomi Kreatif. [Online]. Tersedia:
http://www.fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/2198-pilar-pilar-ekonomi-
kreatif. [16 Oktober 2013]
14
6) Industri Anyam‐anyaman dari Rotan dan Bambu yang mencakup
usaha pembuatan macam‐macam tikar, webbing, lampit, tas, topi,
tampah, kukusan, bakul kipas, tatakan, bilik/gedek dan sejenisnya
yang bahan utamanya dari rotan atau bambu.
7) Industri Anyam‐anyaman dari Tanaman, Selain Rotan dan Bambu
yang mencakup usaha pembuatan tikar, keset, tas, topi, tatakan, dan
kerajinan tangan lainnya yang bahan utamanya dari pandan, mendong,
serat, rumput, dan sejenisnya.
8) Industri Kerajinan Ukir‐ukiran dari Kayu kecuali Mebeller yang
mencakup usaha pembuatan macam‐macam barang kerajinan dan
ukir‐ukiran dari kayu, seperti: relief, topeng patung, wayang, vas
bunga, pigura, dan kap lampu.
9) Industri Alat‐alat Dapur dari Kayu, Rotan dan Bambu yang mencakup
usaha pembuatan alat‐alat dapur yang bahan utamanya kayu, bambu
dan rotan, seperti: rak piring, rak bumbu masak, parutan, alu, lesung,
talenan, cobek, dan sejenisnya.
10) Industri Barang dari Kayu, Rotan, Gabus yang tidak
diklasifikasikan ditempat lain yang mencakup usaha pembuatan
barang‐barang dari kayu, rotan, dan gabus, yang belum tercakup
sebelumnya. Barang‐barang dari kayu misalnya: alat tenun, peti mati,
pajangan dari rotan, ayunan bayi dari rotan, kuda‐kudaan dari rotan.
11) Industri Perlengkapan dan Peralatan Rumah tangga dari Gelas
yang mencakup usaha pembuatan macam‐macam perlengkapan
rumah tangga dari gelas, seperti cangkir, piring, mangkuk, teko,
stoples, asbak, dan botol susu bayi; barang‐barang pajangan dari gelas,
seperti: patung, vas, lampu kristal, semprong lampu tekan dan
semprong lampu tempel.
12) Industri Barang‐barang Lainnya dari Gelas yang mencakup usaha
pembuatan macam‐macam barang dari gelas seperti: tasbih, rosario,
15
manik gelas, gelas enamel, dan aquarium, serta bahan bangunan dari
gelas seperti: bata, ubin, dan genteng.
13) Industri Perlengkapan Rumah tangga dari Porselin yang
mencakup pembuatan macam‐macam perlengkapan rumah tangga
dari porselen, seperti: piring, tatakan, cangkir, mangkuk, teko,
sendok, dan asbak, serta usaha pembuatan barang pajangan dari
porselen seperti: patung, tempat bunga, kotak rokok, dan guci.
14) Industri Barang‐barang dari Tanah Liat yang mencakup usaha
pembuatan barang dari tanah liat/keramik untuk perlengkapan
rumah tangga, pajangan/hiasan, dan sejenisnya, seperti: piring,
cangkir, mangkuk, kendi, teko, periuk, tempayan, patung, vas
bunga, tempat piring, sigaret, dan celengan.
15) Industri Bahan bangunan dari Tanah Liat/Keramik selain Batu
Bata dan Genteng yang mencakup usaha pembuatan barang dari tanah
liat/keramik seperti: kloset, ubin, dan lubang angin.
16) Industri Barang dari Marmer dan Granit untuk Keperluan Rumah
Tangga dan Pajangan yang mencakup usaha pembuatan
macam‐macam barang dari marmer/granit untuk keperluan rumah
tangga dan pajangan, seperti: daun meja, ornamen, dan patung.
17) Industri Barang dari Batu untuk Keperluan Rumah Tangga dan
Pajangan yang mencakup pembuatan macam‐macam barang dari
batu untuk keperluan rumah tangga dan pajangan. Seperti:
lumpang, cobek, batu pipisan, batu asah, batu lempengan, batu
pecah‐pecahan, abu batu, dan kubus mozaik.
18) Jasa Industri Untuk Bahan Berbagai Pekerjaan Khusus Terhadap
Logam dan Barang‐barang dari Logam yang mencakup kegiatan
jasa industri untuk pelapisan, pemolesan, pewarnaan, pengukiran,
pengerasan, pengkilapan, pengelasan, pemotongan, dan berbagai
pekerjaan khusus terhadap logam atau barang‐barang dari logam.
16
19) Industri Furnitur dari Kayu yang mencakup usaha pembuatan furnitur
dari kayu untuk rumah tangga dan kantor seperti: meja, kursi, bangku,
tempat tidur, lemari, rak, kabinet, penyekat ruangan, dan sejenisnya.
20) Industri Furnitur dari Rotan, dan atau Bambu yang mencakup
pembuatan furnitur dengan bahan utamanya dari rotan dan atau bambu
seperti: meja, kursi, bangku, tempat tidur, lemari, rak, penyekat
ruangan dan sejenisnya.
21) Industri Furnitur dari Logam yang mencakup pembuatan furnitur
untuk rumah tangga dan kantor yang bahan utamanya dari logam
seperti : meja, kursi, rak, spring bed, dan sejenisnya.
22) Industri Furnitur yang mencakup pembuatan furnitur yang bahan
utamanya bukan kayu, rotan, bambu, logam, plastik, dan bukan barang
imitasi, seperti: kasur, bantal, dan guling dari kapuk, dakron, dan
sejenisnya.
23) Industri Permata yang mencakup usaha pemotongan pengesahan,
dan penghalusan batu berharga atau permata dan sejenisnya
seperti berlian perhiasan, intan perhiasan, batu aji, dan intan tiruan.
24) Industri Barang Perhiasan Berharga untuk Keperluan Pribadi dari
Logam Mulia yang mencakup usaha pembuatan barang‐barang,
perhiasan yang bahan utamanya dari logam mulia (emas, platina,
dan perak) untuk keperluan pribadi, seperti: cincin, kalung,
gelang, giwang, bross, ikat pinggang, dan kancing, termasuk bagian
dan perlengkapannya.
25) Industri Barang Perhiasan Berharga Bukan untuk Keperluan
Pribadi dari Logam Mulia yang mencakup usaha pembuatan
perhiasan yang bahan utamanya dari logam mulia selain untuk
keperluan pribadi, seperti: peralatan makan dan minum, barang
hiasan untuk rumah tangga, piala, medali dan noveltis, termasuk
bagian dan perlengkapannya.
17
26) Industri Barang Perhiasan Bukan untuk Keperluan Pribadi dari bukan
Logam Mulia yang mencakup usaha pembuatan barang‐barang
perhiasan dari logam tidak mulia selain untuk keperluan pribadi,
seperti: tempat cerutu, tempat sirih, piala, medali, dan vas bunga,
termasuk pembuatan koin baik yang legal sebagai alat tukar maupun
tidak.
27) Industri Alat‐alat Musik Tradisional yang mencakup usaha pembuatan
alat‐alat musik tradisional, seperti: kecapi, seruling bambu,
angklung, calung, kulintang, gong, gambang, gendang, terompet
tradisional, rebab dan tifa.
28) Industri Alat‐Alat Musik Non Tradisional yang mencakup usaha
pembuatan alat‐alat musik non tradisional, seperti: alat musik
petik, (gitar, bas, dan sejenisnya), alat musik tiup (terompet,
saxophone, clarinet, harmonika, dan sejenisnya), alat musik gesek
(biola, cello, dan sejenisnya), alat musik perkusi (drum set, selofon,
metalofon, dan sejenisnya), serta usaha pembuatan piano/organ,
pianika gamitan, akordeon, dan garputala.
29) Industri Mainan yang mencakup usaha pembuatan macam‐macam
mainan, seperti: boneka dari kayu, kain, karet, dan sejenisnya, catur,
mainan jenis kendaraan, mainan berupa senjata, toys set, dan mainan
edukatif dari kayu, bambu atau rotan.
30) Industri Kerajinan yang tidak diklasifikasikan di tempat lain yang
mencakup usaha pembuatan barang‐barang kerajinan dari bahan
tumbuh‐tumbuhan dan hewan, seperti: kerajinan pohon kelapa,
tempurung, serabut, akar‐akaran, kulit, gading, tanduk, tulang, bulu,
rambut, binatang yang diawetkan dan barang‐barang lukisan.
31) Perdagangan Besar barang‐barang keperluan rumah tangga
khususnya mencakup usaha perdagangan besar peralatan dan
perlengkapan rumah tangga, seperti: perabot rumah tangga
18
(furnitur), peralatan dapur dan memasak, lampu dan
perlengkapannya, peralatan dari kayu, wallpaper, karpet dan
sebagainya.
32) Perdagangan Besar berbagai barang‐barang dan perlengkapan rumah
tangga lainnya, mencakup usaha perdagangan besar berbagai
barang‐barang dan perlengkapan rumah tangga lainnya, seperti:
mainan anak‐anak, jam dan sejenisnya, perhiasan, barang‐barang
dari kulit, dan barang kerajinan lainnya.
33) Perdagangan Eceran Barang Perhiasan yang mencakup usaha
perdagangan eceran khusus barang perhiasan baik terbuat dari batu
mulia, ataupun bukan logam mulia seperti: berlian, intan, batu aji,
serbuk dan bubuk intan, cincin, kalung, gelang,
giwang/anting‐anting, tusuk konde peniti, bross, ikat pinggang, dan
kancing dari logam mulia (platina, emas, dan perak).
34) Perdagangan Eceran Jam yang mencakup usaha perdagangan eceran
khusus berbagai jam, seperti: arloji tangan, arloji saku, jam
dinding, jam beker, lonceng, dan alat ukur lainnya, termasuk juga
bagian dari arloji dan jam.
35) Perdagangan Eceran Furnitur yang mencakup usaha perdagangan
eceran khusus furnitur, seperti: meja, kursi, lemari, tempat tidur,
rak buku, rak sepatu, dan bufet, serta perdagangan eceran khusus
kasur dan bantal/guling.
36) Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur
dari Batu atau Tanah Liat yang mencakup usaha perdagangan eceran
khusus barang pecah belah dan perlengkapan dapur yang terbuat dari
batu atau tanah liat, seperti: piring, mangkok, cangkir, teko, kendi,
periuk, cobek, tempayan, lumpang, asbak, dan uleg‐uleg.
37) Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur
dari kayu, Bambu atau Rotan yang mencakup usaha perdagangan
19
eceran khusus barang pecah belah dan perlengkapan dapur yang
terbuat dari kayu, bambu, atau rotan, seperti: rak bambu, alu, lesung,
parutan kelapa, telenan, papan gilesan, centong, bakul, tampah,
kukusan, kipas, tudung saji, tusukan sate, gilingan daging.
38) Perdagangan eceran Alat‐alat Musik yang mencakup usaha
perdagangan eceran khusus alat‐alat musik, baik alat musik tradisional
maupun alat musik modern, seperti: kecapi, seruling bambu,
calung, angklung, kulintang, gamelan, set, rebab, rebana, tifa,
sasando, flute, saxophone, harmonika, trombone, gitar, mandolin,
ukulele, harpa, bass, gambus, biola, cello, piano/organ, drum set,
dan garputala.
39) Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Kayu, Bambu, Rotan,
Pandan, Rumput dan sejenisnya yang mencakup usaha perdagangan
eceran khusus barang kerajinan dari kayu, bambu, rotan, pandan,
rumput, dan sejenisnya, seperti: patung, topeng, relief, ukiran
nama, wayang, pigura, kap lampu, bingkai, talam/baki, tas,
keranjang, tikar, topi,/tudung, kerai, hiasan dinding, dan keset.
40) Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Kulit, Tulang, Tanduk,
Gading, Bulu dan Binatang/Hewan yang diawetkan yang
mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari
kulit, tulang, tanduk, bulu, dan binatang/hewan yang diawetkan,
seperti: kipas dari kulit penyu, karangan bunga dari kulit kerang,
pipa rokok dari tulang, pajangan dari tanduk, pajangan dari gading,
pajangan dari bulu burung merak, dan binatang/hewan yang
diawetkan.
41) Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Logam yang mencakup
usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari logam,
seperti: vas bunga, patung, tempat lilin, piala, medali, dan gantungan
kunci.
20
42) Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Keramik yang mencakup
usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari keramik,
seperti: patung, vas bunga, asbak, tempat sirih, celengan dan pot
bunga.
43) Perdagangan Eceran Mainan Anak‐anak yang mencakup usaha
perdagangan eceran khusus macam‐macam mainan anak‐anak,
seperti: boneka, bekel, congklak, scrable, karambol, mainan yang
berupa alat musik, mobil‐mobilan, mainan berupa senjata, mainan
berupa alat memasak, dan mainan berupa perabotan rumah tangga.
44) Perdagangan Eceran Lukisan yang mencakup usaha perdagangan
eceran khusus barang‐barang lukisan, seperti: lukisan orang, lukisan
binatang, dan lukisan pemandangan.
45) Perdagangan Eceran Barang‐barang Kerajinan, Mainan Anak‐anak,
dan Lukisan lainnya.
46) Perdagangan Eceran Kaki Lima Barang Kerajinan yang
mencakup usaha perdagangan eceran kaki lima barang kerajinan dari
kayu, bambu, rotan, pandan, rumput dan sejenisnya, kulit, tulang,
tanduk, gading, bulu dan hewan yang diawetkan, logam, keramik
yang dilakukan dipinggir jalan umum, serambi muka (emper), toko
atau tempat tetap dipasar yang dapat diindah‐pindah atau didorong
seperti: patung, topeng, relief, ukiran nama, wayang , keranjang, tikar,
topi/tudung, kerai, pajangan dari tanduk, pipa rokok dari tulang, vas
bunga, tempat lilin piala dari logam, asbak, celengan pot bunga dari
keramik, dan lain‐lain.
47) Perdagangan Eceran Kaki Lima Lukisan. Kelompok ini
mencakup usaha perdagangan eceran barang‐barang lukisan yang
dilakukan dipinngir jalan umum, serambi muka (emper), toko atau
21
tempat tetap dipasar yang dapat dipindah‐pindah atau didorong
25
seperti: lukisan orang, binatang dan pemandangan.
5. Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain
interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan
dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.26
25
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,
Jakarta: Depdagri
26
Afiff, Faisal. 2008. Pilar – Pilar Ekonomi Kreatif. [Online]. Tersedia:
http://www.fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/2198-pilar-pilar-ekonomi-
kreatif. [16 Oktober 2013]
22
Lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok industri fesyen
yaitu:
23
dalam, sol luar, penguat depan, tengah, belakang, lapisan dan
aksesoris.
8) Industri Sepatu olah raga yang mencakup usaha pembuatan sepatu
untuk olah raga dari kulit dan kulit buatan, karet dan kanfas; seperti
sepatu sepak bola, atletik, senam, joging, balet.
9) Industri Sepatu Teknik Lapangan/Keperluan Industri yang
mencakup pembuatan sepatu termasuk pembuatan bagian‐bagian
dari sepatu untuk keperluan teknik lapangan/industri dari kulit, kulit
buatan, karet, dan plastik seperti sepatu tahan kimia, tahan panas,
sepatu pengaman.
10) Industri Alas Kaki lainnya yang mencakup usaha pembuatan alas kaki
dari kulit, kulit buatan, karet, kanfas dan plastik yang belum termasuk
golongan manapus, seperti sepatu kesehatan, dan sepatu lainnya
seperti sepatu dari gedebog, dan eceng gondok.
11) Perdagangan Besar Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit yang mencakup
usaha perdagangan besar hasil industri tekstil dan pakaian jadi ke
luar negeri, seperti: macam‐macam tekstil, pakaian jadi, kain
batik, tali‐temali, karpet/permadani dari bahan tekstil, karung,
macam‐macam hasil rajutan, dan barang jadi lainnya dari tekstil selain
pakaian jadi.
12) Perdagangan Besar berbagai barang‐barang dan perlengkapan rumah
tangga lainnya. Kelompok ini mencakup usaha perdagangan besar
berbagai barang‐barang dan perlengkapan rumah tangga lainnya yang
terkait dengan fesyen seperti: pakaian jadi dari kulit, alas kaki dari
kulit.
13) Perdagangan Eceran Tekstil yang mencakup usaha perdagangan
eceran khusus macam‐macam kain batik terbuat dari serat alam,
sintetis, maupun campuran, seperti kain tenun dan kain batik.
24
14) Perdagangan Eceran Pakaian Jadi yang mencakup usaha perdagangan
eceran khusus macam‐macam pakaian jadi, baik terbuat dari tekstil,
kulit, maupun kulit batan, seperti kemeja, celana, jas, mantel, jaket
piama, kebaya, dan lain‐lain.
15) Perdagangan Eceran sepatu, Sandal, dan Alas Kaki lainnya yang
mencakup usaha perdagangan eceran khusus macam‐macam sepatu,
sandal, selop dan alas kaki lainnya baik terbuat dari kulir, kulit buatan,
plastik, karet, kain ataupun kayu, seperti: sepatu laki‐laki dewasa,
sepatu anak, sepatu olehraga, sepatu sandal, sandal, selop, dan sepatu
kesehatan.
16) Perdagangan Eceran Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki, dan Barang
Keperluan Pribadi Lain yang mencakup usaha perdagangan eceran
khusus tekstil pakaian jadi, alas kaki dan barang keperluan pribadi
lainnya yang belum tercakup dalam kelompok 52321 s/d 52328
seperti taplak meja, separai, kelambu, kain kasur, kain bantal,
gordin, kain pel, keset dan lain‐lain.
17) Perdagangan ekspor Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit yang mencakup
usaha mengekspor hasil industri tekstil dan pakaian jadi, seperti:
macam‐macam tekstil, pakaian jadi, kain batik, tali‐tamli,
karpet/permadani dari bahan tekstil, karung, macam‐macam hasil
perajutan, dan barang jadi lainnya dari tekstil selain pakaian jadi.
18) Perdagangan Ekspor berbagai barang‐barang dan perlengkapan
rumah tangga lainnya yang mencakup usaha mengekspor berbagai
barang‐barang dan perlengkapan rumah tangga lainnya yang terkait
dengan fesyen seperti: pakaian jadi dari kulit, alas kaki dari kulit.
19) Jasa Perorangan yang Tidak Diklasifikasikan di Tempat Lainnya,
khususnya untuk jasa desainer fesyen dan model fashion.27
27
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,
Jakarta: Depdagri
25
7. Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi
produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan
film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi,
sinetron, dan eksibisi atau festival film.28
28
Afiff, Faisal. 2008. Pilar – Pilar Ekonomi Kreatif. [Online]. Tersedia:
http://www.fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/2198-pilar-pilar-ekonomi-
kreatif. [16 Oktober 2013]
26
pemotretan dari udara (aerial photography), dan jasa pemotretan yang
dioperasikan oleh mesin.29
8. Permainan Interaktif (game): kegiatan kreatif yang berkaitan dengan
kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang
bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Sub-sektor permainan
interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga
sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.30
29
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,
Jakarta: Depdagri
30
Afiff, Faisal. 2008. Pilar – Pilar Ekonomi Kreatif. [Online]. Tersedia:
http://www.fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/2198-pilar-pilar-ekonomi-
kreatif. [16 Oktober 2013]
31
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,
Jakarta: Depdagri
27
1) Jasa konvensi, pameran, dan perjalanan insentif yang mencakup
usaha dengan kegiatan memberi jasa pelyanan bagi suatu pertemuan
sekelompok orang (negarawan, usahawan, cendekiawan, dan
sebagainya). Termasuk juga dalam kelompok ini usaha jasa yang
merencanakan, menyusun dan menyelenggarakan program
perjalanan insentif dan usaha jasa yang melakukan perencanaan
dan penyelenggaraan pameran.
2) Impresariat yang mencakup kegiatan pengurusan dan
penyelenggaraan pertunjukan hiburan baik yang berupa
mendatangkan, mengirim, maupun mengembalikan serta
menentukan tempat, waktu, dan jenis hiburan. Kegiatan usaha jasa
impresariat ini meliputi bidang seni dan olah raga.
3) Kegiatan drama, musik, dan hiburan lainnya oleh pemerintah
yang mencakup kegiatan pemerintah dalam usaha
menyelenggarakan hiburan baik melalui siaran radio, dan televisi,
maupun tidak, seperti: drama seri, pagelaran musik, dengan tujuan
sebagai media hiburan.
4) Kegiatan drama, musik, dan hiburan lainnya oleh swasta yang
mencakup usaha pertunjukan kesenian dan hiburan panggung yang
dikelola oleh swasta seperti: opera, sandiwara, perkumpulan kesenian
daerah, juga usaha jasa hiburan seperti: band, orkestra, dan
sejenisnya. Termasuk kegiatan novelis, penulis cerita dan
pengarang lainnya, aktor, penyanyi, penari sandiwara, penari dan
seniman panggung lainnya yang sejenis. Termasuk juga usaha
kegiatan produser radio, televisi, dan film, penceramah, pelukis,
kartunis, dan pemahat patung.
5) Jasa Penunjang Hiburan yang mencakup usaha jasa penunjang
hiburan seperti : jasa juru kamera, juru lampu, juru rias, penata musik,
dan jasa peralatan lainnya sebagai penunjang seni panggung.
28
Termasuk juga agen penjualan karcis/ tiket pertunjukan seni dan
hiburan.
6) Kegiatan Hiburan lainnya yang mencakup kegiatan dalam
menyelenggarakan hiburan kepada masyarakat, oleh pemerintah
atau swasta.32
11. Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan
konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten
digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga
mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro,
surat andil, obligasi, saham dan surat berharga lainnya, paspor, tiket
pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan
foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi,
percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro
film.33
32
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,
Jakarta: Depdagri
33
Afiff, Faisal. 2008. Pilar – Pilar Ekonomi Kreatif. [Online]. Tersedia:
http://www.fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/2198-pilar-pilar-ekonomi-
kreatif. [16 Oktober 2013]
29
3) Industri penerbitan khusus yang mencakup industri penerbitan
perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi
surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat
terbang, dan terbitan khusus lainnya.
4) Industri penerbitan lainnya yang mencakup usaha penerbitan
foto‐foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster,
reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya. Industri
ini termasuk pula rekaman mikro film.
5) Industri percetakan yang mencakup kegiatan pelayanan jasa
percetakan surat kabar, majalah, jurnal, buku, pamplet, peta atau atlas,
poster dan lainnya. Termasuk pula mencetak ulang melalui
komputer, mesin stensil, dan sejenisnya, misal: kegiatan fotocopy
atau thermocopy.
6) Industri jasa penunjang percetakan yang mencakup usaha penjilidan
buku. Produksi composed type, plates, atau cylinders, penjilidan buku.
Produksi batu lithografic untuk digunakan dalam kegiatan percetakan
di unit lain.
7) Perdagangan eceran hasil percetakan, penerbitan dan perangkat
lunak (Software) yang mencakup usaha perdagangan eceran
khusus hasil percetakan, pnerbitan dan perangkat lunak, seperti :
faktur, nota, kwitansi, kartu nama, etiket, amplop, agenda, adress
book, kartu ucapan, kartu pos, perangko, materai, album, buku tulis,
buku gambar, kertas bergaris, kertas grafik, atlas, huruf braile, surat
kabar, majalah, buletin, kamus, buku ilmu pengetahuan, buku
bergambar, dan bermacam‐macam software, termasuk pula jasa
penjualan kartu perdana telepon selular.
8) Kegiatan kantor berita oleh pemerintah yang mencakup kegiatan
pemerintah dalam usaha mencari, mengumpulkan, mengolah dan
sekaligus mempublikasikan berita melalui media cetak elektronik,
dengan tujuan menyampaikannya kepada masyarakat sebagai
30
informasi, seperti: kantor berita acara; Kegiatan kantor berita oleh
swasta yang mencakup usaha mengumpulkan dan menyebarluaskan
berita melalui media cetak maupun elektronik dengan tujuan
menyampaikannya kepada masyarakat sebagi informasi yang dikelola
oleh swasta.
9) Pencari berita (free lance) yang mencakup usaha mencari berita
yang dilakukan oleh perorangan sebagai bahan informasi.34
12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak (software): kegiatan kreatif yang
terkait dengan pengembangan teknologi informasi, termasuk layanan jasa
komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan
piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur
piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain
portal termasuk perawatannya.35
34
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,
Jakarta: Depdagri
35
Afiff, Faisal. 2008. Pilar – Pilar Ekonomi Kreatif. [Online]. Tersedia:
http://www.fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/2198-pilar-pilar-ekonomi-
kreatif. [16 Oktober 2013]
31
lunak. Konsultasi biasanya menyangkut analisis kebutuhan pengguna
komputer dan permasalahannya, serta memberikan jalan keluar yang
terbaik.
4) Jasa konsultasi piranti lunak yang mencakup usaha jasa
konsultasi yang berkaitan dengan analisis, design, dan pemrograman
dari sistem yang siap pakai. Kegiatan ini biasanya menyangkut
analisis kebutuhan pengguna komputer dan permasalahannya,
pemecahan permasalahan, dan membuat piranti lunak berkaitan
dengan pemecahan masalah tersebut, serta penulisan program
sederhana sesuai kebutuhan pengguna komputer.
5) Pengolahan data yang mencakup jasa untuk pengolahan dan tabulasi
semua jenis data. Kegiatan ini bisa meliputi keseluruhan tahap
pengolahan dan penulisan laporan dari data yang disediakan
pelanggan, atau hanya sebagian dari tahapan pengolahan.
6) Jasa kegiatan data base yang mencakup usaha jasa pelayanan yang
berkaitan dengan pengembangan data base, penyimpanan data, dan
penyediaan data base dari berbagai jenis data (seperti: data keuangan,
statistik, ekonomi, atau teknis). Data dapat diakses oleh setiap orang
yang memerlukan atau oleh sekelompok pengguna data.
7) Perawatan dan reparasi mesin‐mesin kantor, akuntansi, dan komputer
yang mencakup usaha jasa perawatan dan reparasi, mesin kantor,
mesin akuntansi, komputer, mesin ketik dan perlengkapan.
8) Kegiatan lain yang berkaitan dengan komputer. Beberapa kegiatan
kunci yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah
pengembangan manajemen sistem informasi, solusi basis data, sistem
informasi geografis, pengembangan jaringan komputer, piranti lunak
32
komputasi, desain aplikasi web, pengembangan multimedia,
36
keamanan jaringan informasi, dan animasi.
13. Televisi & Radio (broadcasting): kegiatan kreatif yang berkaitan dengan
usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis,
reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten
acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar) siaran
radio dan televisi.37
36
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,
Jakarta: Depdagri
37
Afiff, Faisal. 2008. Pilar – Pilar Ekonomi Kreatif. [Online]. Tersedia:
http://www.fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/2198-pilar-pilar-ekonomi-
kreatif. [16 Oktober 2013]
33
3) Kegiatan radio dan televisi oleh swasta yang mencakup kegiatan
dalam usaha penyelenggaraan siaran radio dan televisi yang dikelola
oleh swasta.38
14. Riset dan Pengembangan (R&D): kegiatan kreatif terkait dengan usaha
inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi, serta mengambil
manfaat terapan dari ilmu dan teknologi tersebut guna perbaikan produk
dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru,
dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar. Termasuk yang
berkaitan dengan humaniora, seperti penelitian dan pengembangan bahasa,
sastra, dan seni serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.39
38
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,
Jakarta: Depdagri
39
Afiff, Faisal. 2008. Pilar – Pilar Ekonomi Kreatif. [Online]. Tersedia:
http://www.fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/2198-pilar-pilar-ekonomi-
kreatif. [16 Oktober 2013]
34
konsultansi pada bidang hubungan masyarakat dan berbagai fungsi
manajemen, konsultasi manajemen oleh agronomis, dan
agrikultural ekonomis pada bidang pertanian dan sejenisnya.
Penggerak kelompok ini adalah pemerintah yang merilis
kebijakan nasional ilmu, pengetahuan, dan teknologi. Kebijakan Strategis
Pembangunan Nasional Iptek berfokus pada pembangunan ketahanan
pangan, penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan,
pengembangan teknologi dan manajemen transportasi, teknologi
informasi dan komunikasi, teknologi pertahanan dan teknologi
kesehatan dan obat‐obatan.40
40
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,
Jakarta: Depdagri
41
Suryana. (2013) Ekonomi Kreatif (Ekonomi Baru: Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang).
Jakarta: Salemba Empat.
42
Anwar, Mokhamad, dkk. 2007. Identifikasi Sektor Industri dan Peranannyadalam Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Garut.
pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/08/Identifikasi_Sektor_Industri.doc [20 Okt 2013]
35
(Dumairy, 1997)43 Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin
sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan.44
43
Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia. Penerbit Erlangga, Jakarta.
44
Sebayang, L.R. (2012). Analisis Prospek Ekspor Industri Kreatif dalam Meningkatkan
Perekonomian Indonesia. Skripsi Sarjana pada FE USU Medan: tidak diterbitkan
36
Dalam membahas perkembangan ekonomi, Schumpeter membedakan
pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi walaupun keduanya
merupakan sumber peningkatan output masyarakat. Menurut Schumpeter
pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan
oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses
produksi masyarakat tanpa adanya perubahan “teknologi” produksi itu sendiri.
Misalnya kenaikan out put yang disebabkan oleh pertumbuhan stok modal tanpa
perubahan teknologi produksi yang lama.
37
proses peniruan (imitasi) yaitu adanya pengusaha-pengusaha lain yang meniru
teknologi baru tersebut
45
Laverite, Dire. (2013). Teori Inovasi Schumpeter dalam Pembangunan Ekonomi. [Online].
Tersedia: http://sepengetahuan-ku.blogspot.com/2013/04/teori-inovasi-schumpeter-dalam.html
38
Tahun 2009. Untuk kami, porsinya ada di seni pertunjukan, musik, film, seni rupa,
desain dan arsitektur, konten periklanan, dan percetakan.”
Ada lima kendala utama, yaitu: akses pada bahan baku, teknologi,
permodalan, perlindungan hak cipta, dan ketersediaan ruang publik. Beberapa
industri di Indonesia seperti batik masih sulit mendapatkan kain mori. Hal serupa
juga masih dialami subsektor lainnya. Dalam sisi teknologi sebagai alat
pemasaran dan juga teknologi sebagai alat untuk membuat produk kreatifnya.
Pemanfaatan teknologi masih rendah.
39
dari sisi suplai sebaiknya disparitas harga dikurangi. Caranya dengan diversifikasi
produk sesuai daya beli. Dari sisi penegakan hukum, pemerintah harus lebih
serius. Tidak hanya menindak para pengedar, tetapi juga pabrik yang
memproduksi barang bajakan.”
46
Prihtiyani, Eny. (2011, 8 November). Wawancara Khusus Mari Pangestu: Lima Kendala Utama
Ekonomi Kreatif. Kompas Travel [Online]. Tersedia:
http://travel.kompas.com/read/2011/11/08/02533938/Mari.Pangestu.Lima.Kendala.Utama.Ekono
mi.Kreatif. [7 Oktober 2013]
40
Setelah kreativitas modal sosil terbentuk, langkah berikutnya adalah
membentuk cetak biru (blue print) industri kreatif Indonesia (Departemen
Perdagangan, 2007)47, yang dibagi menjadi dua tahap utama, yaitu sebagai berikut.
1. Tahap Penguatan (Periode 2007 – 2015)
Pada tahap ini industri kreatif ditargetkan mencapai 6 – 8 persen
terhadap PDB riil nasional, kontribusi ekspor IK diharapkan mencapai
6 – 8 persen dari ekspor nasional, dan menyerap tenaga kerja minimal
6,5 persen. Selanjutnya akan meningkatkan jumlah perusahaan 1,5 – 2
kali lipat dari 2006.
2. Tahap Akselerasi (Periode 2015 – 2025)
Pada tahap ini, ekonomi kreatif memberika kontribusi sebesar 9 – 11
persen terhadap PDB riil nasional dan menyerap tenaga kerja mencapai
9 – 11 persen terhadap tenaga kerja nasional serta pada 2015 akan
meningkatkan jumlah usaha yang bergerak dalam sektor industri
kreatif 3 kali lipat dari 2006, yaitu sekitar 6,8 juta perusahaan serta
ditargetkan akan menciptakan 504 merek lokal baru (new local brand).
Pembangunan industri kreatif ini akan mendapatkan hasil yang optimal
jika terjadi kolaborasi antartiga aktor utama, yaitu cendikiawan
(intellectuals), kalangan bisnis (businessman), dan pemerintah
(goverment), atau yang dimaksud dengan “triple helix”.
41
3) Sumber daya alam yang melimpah dan menarik
4) Industri kreatif tersebar di berbagai wilayah tanah air
5) Bahan baku industri kreatif kebanyakan bukan impor, tetapi
berasal dari lokal
b. Kelemahan (Weakness)
Seperti dikemukakan dalam buku Kerajinan (2006: 110 – 112),
kelemahan sumber daya industri kreatif seperti tercemin pada beberapa
kelemahan industri kerajinan umumnya.
1) Lemah dalam desain produk, baik dalam jumlah maupun kualitas
desain pekerjaan. Kelemahan tersebut disebbkan karena
keterbatasan pengetahuan dan wawasan mengenai pasar yang
menyebabkan lemahnya desain yang kurang bermutu dan
minimnya sentuhan kontemporer. Pendidikan bimbingan dan
pembinaan, konsultasi dan pelatihan yang berkelanjutan
merupakan suatu kebutuhan bagi mereka.
2) Lemah dalam pengomersialisasian produk. Lemahnya dalam
mengomersialisasikan produk tercermin dari minimnya jaringan
pasar, minimnya loyalitas konsumen terhadap produk, dan pada
akhirnya nilai tambah yang dinikmati para pengusaha menjadi
kecil. Hal tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan dan
wawasan dalam melakukan komersialisasi seperti promosi,
manajemen merek, dan untuk mencari tahun kondisi, aturan dan
preferensi konsumen asing.
3) Kurang memahami produksi dan bisnis. Kurang memahami
manajemen produksi dan bisnis, berdampak pada ketidakberhasilan
untuk meningkatkan peringkat (rangking ) usaha. Hal tersebut
terjadi karena tidak memiliki pengetahuan tentang apa kekuatan
dan kelemahan yang harus di atasi dari internal.
4) Etos kerja dan produktivitas yang masing kurang. Bekerja yang
kurang rapih dan asal – asalan, asal selesai dan asal memenuhi
42
pesenan, asal terjual mengakibatkan prduk kurang berkualitas,
biaya tinggi dan bermasalah dalam pengiriman pesenan (delivery
order DO) pemesanan tidak berkelanjutan .
5) Menganggap bahwa industri kerajinan bukan tempat yang berkarir
menjanjikan . pekerjaan ini dianggap sambilan yang dikerjakan
apabila tidak ada pekerjaan lain, akibat kinerjanya kurang baik
yang mengakibatkan hasilnya kurang memuaskan dari berbagai
aspek .
6) Belum adanya gerakan pengembangan industri kreatif yang
menyentuh tingkat bawah dan baru tahap wacana.
c. Peluang (Opportunities)
1) Pangsa pasar hasil industri kreatif baik lokal maupun nasional
maupun global cenderung meningkat .
2) Ada kecenderungan semakin diminatinya hasil industri kreatif
3) Ekspetasi konsumen terhadap produk industri kreatif semakin
tinggi
d. Tantangan (Challenge)
1) Globalisasi dan perdagangan bebas yang menuntut daya saing
tinggi
2) Semakin tinggi nya persaingan produk luar dan jumlah pesaing
3) Kualitas produk pesaing yang relatif lebih tinggi karena sudah
menggunakan perangkat teknologi
4) Kemajuan teknologi yang semakin cepat
5) Kurang diminatinya produk dalam negeri oleh sebagian besar
masyarakat
2. Kesulitan Pengembangan Ekonomi Kreatif
43
a) Kekurangan modal (Lack Of Capital), terutama modal finansial untuk
pengadaan dan pembiayaan operasional ekonomi kreatif. Kekurangan
modal finansial akan menghambat kegiatan ekonomi kreatif terutama
untuk mewujudkan gagasan kedalam produk ekonomi kreatif yang
riil, namun harus dipahami bahwa modal yang utama dalam indutri
kreatif adalah ,modal intelektual untuk meningkatkan nilai tambah.
Hal ini terlihat dari kepentingan industri kreatif untuk meningkatkan
nilai tambah.
b) Kekuranagn leterampilan berwirausaha (Lack Of Enterpreneurial
Skills), keterampiran berwirausaha meliputi keterampiran berkreasi,
berinovasi, keterampilan melakukan riset, dan pengembangan.
Keterampilan manajerial serta keterampilan berbisnis. Kekurangan
ketermpilan akan berdampak pada kesulitan pebisnis untuk melakukan
komersialisasi produk.
c) Kekurangan infrastruktur dan kelembagaan (Lack Of Infrastructures
and aianstitutions), Infrastruktue ekonomi kreatid berupa regulasi,
kemudahan, advokasi dan sarana yang lainnya diciptakan oleh
pemerin tah seperti kelembagaan, pembinaan dan perlindungan.
44
Indikator yang ditemukan melipti: kurang kerja sama dengan pihak
lain, baik dalam distribusi maupun pemasara, tidak memiliki jaringan
usaha dan kerja sama teknik.
c. Inovasi Produk
Indikator yang ditemukan meliputi : kurang inovasi, tidak memiliki
desain, dan paten atau produk seharusnya tampil dengan ciri khas
tersendiri yang sudah digemari sejak lama.
d. Inovasi metode produksi
Indikator yang ditemukan memiliki tahapan produksi yang tetap (tidak
berubah), tidak menggunakan komputer, kekuatannya sudah
menggunakan mesin dalam proses produksi dan beberapa industr kecil
yang memiliki standar kualitas produk
e. Sumber daya manusia
Indikatornyang ditemukan meliputi : kebanyakan memiliki tenaga
kerja yang hanya terampil dan perpengalaman dalam bidang itu sejak
lama, sebagian besar pendidikan pada umumnya Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) dan Sekolah Dasar (SD).
f. Permodalan dan bahan baku
Indikator yang ditemukan meliputi : memiliki modal sendiri dan tidak
memili modal sendiri dan tidak memiliki dari sumber luar seperti bank
dan pemerintah. Kebergantuangan bahan baku rendah untuk bahan
baku lokal dan kebanyakan emmeiliki bahan baku sendiri.
g. Distribusi
Indikator yang ditemukan meliputi: kebanyakan mampu
menyelesaikan pesanan sesuai dengan order (permintaan/pemesanan),
saluran distribusinya langsung dan memiliki saluran pemasaran di luar
kabupaten.13
45
2.4.2 Kontribusi Industri Kreatif di Indonesia
46
Tabel 2.1
Ekspor 14 Subsektor Industri Kreatif Indonesia
Tahun 2002 – 2005
48
Indonesia Kreatif. . (2011). Bagaimana Posisi Strategis Indonesia dalam Perekonomian Nasional.[Online].Tersedia:
http://indonesiakreatif.net/uncategorized/bagaimana-posisi-strategis-industri-kreatif-dalam-perekonomian-nasional/. [20 Okt. 2013]
47
Tabel 2.2
Kontribusi Industri Kreatif terhadap Perekonomian Indonesia
Tahun 2002 – 2005
48
4.6 Kontribusi Terhadap Impor Nasional Persen 1.59% 1.50% 1.29% 1.22%
4.7 Net Trade Miliar Rp 53.967 53.537 64.214 69.547
4.8 Pertumbuhan Net Trade Persen - -0,80% 19.94% 8.30%
4.9 Kontribusi Terhadap Net Trade Nasional Persen 23.33% 22.54% 27.58% 25.30%
Sumber: Indonesia Kreatif49 (diolah)
49
Indonesia Kreatif. . (2011). Bagaimana Posisi Strategis Indonesia dalam Perekonomian Nasional.[Online].Tersedia:
http://indonesiakreatif.net/uncategorized/bagaimana-posisi-strategis-industri-kreatif-dalam-perekonomian-nasional/. [20 Okt. 2013]
49
Tabel 2.3
Industri Kreatif Dalam Perekonomian Indonesia
Tahun 2006 – 2010
50
4.3 Kontribusi Terhadap Ekspor Nasional Persen 6,09% 6,41% 6,64% 10.65% 7,71% 6,76%
4.4 Nilai Impor Miliar Rp 6.045 8.077 10.442 15.491 16.262 8.589
4.5 Pertumbuhan Impor Persen -12,58% 33.62% 29.27% 48.35% 4.98% 19.54%
4.6 Kontribusi Terhadap Impor Nasional Persen 1.10% 1.15% 0.82% 1.70% 1.33% 1.30%
4.7 Net Trade Miliar Rp 78.795 87.131 104.483 101.161 114.989 80.869
4.8 Pertumbuhan Net Trade Persen 13.30% 10.58% 19.91% -3,18% 13.67% 10.22%
4.9 Kontribusi Terhadap Net Trade Nasional Persen 21.99% 23.34% 41.65% 45.68% 57.83% 33.14%
Sumber: Indonesia Kreatif50 (diolah)
50
Indonesia Kreatif. . (2011). Bagaimana Posisi Strategis Indonesia dalam Perekonomian Nasional.[Online].Tersedia:
http://indonesiakreatif.net/uncategorized/bagaimana-posisi-strategis-industri-kreatif-dalam-perekonomian-nasional/. [20 Okt. 2013]
51
Gambar 2.1
Ekspor, Impor, Net Trade Industri Kreatif Indonesia
Tahun 2002 - 2010
52
Gambar 2.2
PDB Industri Kreatif
Tahun 2002 – 2010
53
Gambar 2.3
Tenaga Kerja Industri Kreatif
Tahun 2002 - 2010
54
Gambar 2.4
Penyerapan Tenaga Kerja di Subsektor Industri Kreatif
Tahun 2006 – 2010
Sumber: Penyerapan tenaga kerja di subsektor industri kreatif tahun 2006 - 2010 (indonesiakreatif.net)54
54
Tersedia: benitoramio-nugroho.blogspot.com/2012/11/media-sosial-pilar-baru-pendorong.html atau Indonesiakreatif.net [20 Okt. 2013]
55
Gambar 2.3
Rata-Rata Kontribusi Nilai Tambah (PDB) Industri Indonesia
Tahun 2002 – 2010
55
Indonesia Kreatif. . (2011). Bagaimana Posisi Strategis Indonesia dalam Perekonomian Nasional.[Online].Tersedia:
http://indonesiakreatif.net/uncategorized/bagaimana-posisi-strategis-industri-kreatif-dalam-perekonomian-nasional/. [20 Okt. 2013]
56
Gambar 2.4
Peran Sektor Industri Kreatif Secara Nasional Tahun 2006 – 2010
56
Indonesia Kreatif. . (2011). Peran Ekonomi Kreatif Secara Nasional. [Online].Tersedia: http://indonesiakreatif.net/uncategorized/peran-ekonomi-kreatif-
secara-nasional/. [20 Okt. 2013]
57
Dalam upaya merangsang pertumbuhan dan mempromosikan industri kreatif,
pemerintah mengadakan program-program berskala besar seperti :
a. Tahun 2006
Arahan Presiden SBY untuk mengembangkan Ekonomi Kreatif
Pembentukan Indonesia Design Power oleh Departemen Perdagangan
untuk membantu pengembangan ekonomi kreatif
b. Tahun 2007
Peluncuran Studi Pemetaan Kontribusi Industri Kreatif Indonesia 2007
pada ajang Trade Expo Indonesia
c. Tahun 2008
Peluncuran Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025
dan Cetak Biru Pengembangan 14 Subsektor Ekonomi Kreatif
Indonesia
Pencanangan Tahun Indonesia Kreatif 2009
d. Tahun 2009
Pencanangan Tahun Indonesia Kreatif tahun 2009
Pekan Produk Kreatif 2009
Pameran Ekonomi Kreatif
Updating Studi Pemerataan Kontribusi Ekonomi Kreatif57
57
Seputar Wirausaha. Ekonomi Kreatif Definisi Ekonomi Kreatif.[Online]. Tersedia:
arifh.blogdetik.com/ekonomi-kreatif/. [20 Okt. 2013]
58
bernegara. Dampak positif yang dapat dihasilkan dengan terbentuknya ekonomi
kreatif dapat ditunjukkan dalam gambar berikut ini58
Kontribusi Ekonomi:
*PDB
*Menciptakan Lapangan
Pekerjaan
*Ekspor
Iklim Bisnis:
Kontribusi Ekonomi:
*Penciptaan Lapangan Usaha
*PDB
*Dampak bagi Lapangan
*Menciptakan sektor lain
Pekerjaan
*Pemasaran
*Ekspor
Citra & Identitas Bangsa:
Mengapa Iklim Bisnis:
*Turisme
Ekonomi *Ikon Internasional
*Penciptaan Lapangan Usaha
Kreatif ? *Membangun budaya, warisan
*Dampak bagi sektor lain
budaya & nilai lokal
*Pemasaran
Mengapa Sumber Daya Terbarukan:
Ekonomi Citra & Identitas
*Berbasis Bangsa:
pengetahuan,
Kreatif ? *Turisme
kreativitas
*Ikon
*GreenInternasional
Community
*Membangun budaya, warisan
budaya&
Inovasi &Kreativitas
nilai lokal :
Sumber Daya Terbarukan:
*Ide & Gagasan
*Berbasis pengetahuan,
*Penciptaan nilai
kreativitas
*Green
DampakCommunity
Sosial:
Inovasi & Hidup
*Kualitas Kreativitas :
*Ide & Gagasan
*Peningkatan Toleransi Sosial
*Penciptaan nilai
58
Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2007. Studi Industri Kreatif Indonesia
2007,Departemen Perdagangan RI, Jakarta.
59
sektor: pengangkutan dan komunikasi, bangunan, dan Listrik, gas, dan air bersih.
Pada periode 2002‐2006 industri kreatif mampu menyerap tenaga kerja dengan
rata‐rata sebesar 5,4 juta pekerja di atau dengan tingkat partisipasi sebesar 5,8%
serta dengan produktivitas tenaga kerja mencapai 19,5 juta per pekerja tiap
tahunnya. Produktivitas tenaga kerja pada sektor ini lebih tinggi dari produktivitas
nasional yang hanya mencapai kurang dari 18 juta rupiah per pekerja per
tahunnya.Jumlah perusahaan yang bergerak di sektor ini hingga tahun 2006
mencapai 2,2 juta, berkisar 5,17% dari jumlah perusahaan yang ada di Indonesia.
Pada tahun 2006 ini pula, industri kreatif telah melakukan ekspor sebesar 81,5
triliun rupiah mencapai hingga 9,13% dari total ekspor Nasional ( Departemen
Perdagangan, 2007)
60
meningkatkan pendapatan dalam negeri.Disamping itu, Industri Kreatif dapat
memberikan peran yang sangat luas dalam memperbaiki citra pariwisata nasional
serta kemampuannya mengangkat warisan budaya lokal kemudian
mengembangkannya.59
59
Simarmata ,Elitua H dan Bastian Simarmata.2011. Bagaimana Posisi Strategis Industri Kreatif
dalam Perekonomian Nasional?. Tersedia:
http://www.indonesiakreatif.net/index.php/id/news/read/bagaimanaposisi-strategis-industri-kreatif-
dalam-perekonomian-nasional. [20 Okt. 2013]
60
Sebayang, L.R. (2012). Analisis Prospek Ekspor Industri Kreatif dalam Meningkatkan
Perekonomian Indonesia. Skripsi Sarjana pada FE USU Medan: tidak diterbitkan
61
Indonesia yang khas dan unik. Kita harus bisa memanfaatkan kesempatan untuk
mengoptimalkan ekonomi kreatif, apalagi ini sekarang sedang menjadi tren baik
di Indonesia maupun di dunia.
61
Moelyono, Mauled. (2010). Menggerakan Ekonomi Kreatif (Antara Tuntutan dan Kebutuhan).
Jakarta: Raja Grafindo Persada
62
BAB III
3.1 Kesimpulan
63
Economic Creativity Index Ranking yang dipublikasikan oleh World Economic
Forum.
3.2 Saran
64
3. Publikasi tentang ekonomi kreatif terutama data – data terbaru (2008 –
2012) PDB, ketenagakerjaan, dan ekspor sektor Industri Kreatif sulit
ditemukan. Diharapkan kepada para peneliti yang meneliti tentang
Ekonomi Kreatif dapat mempublikasikan karyanya terutama yang
berhubungan tentang perkembangan Industri Kreatif di Indonesia dari
tahun ketahun.
65
DAFTAR PUSTAKA
66
Laverite, Dire. (2013). Teori Inovasi Schumpeter dalam Pembangunan Ekonomi.
[Online]. Tersedia: http://sepengetahuan-ku.blogspot.com/2013/04/teori-
inovasi-schumpeter-dalam.html [7 Oktober 2013]
Lembaga Pertahanan Nasional. (2012). Pengembangan Ekonomi Kreatif Guna
Menciptakan Lapangan Kerja dan Mengentaskan Kemiskinan dalam
Rangka Ketahanan Nasional. Jakarta: Lemhanas
Moelyono, Mauled. (2010). Menggerakan Ekonomi Kreatif (Antara Tuntutan dan
Kebutuhan). Jakarta: Raja Grafindo Persada
Prihtiyani, Eny. (2011, 8 November). Wawancara Khusus Mari Pangestu: Lima
Kendala Utama Ekonomi Kreatif. Kompas Travel [Online]. Tersedia:
http://travel.kompas.com/read/2011/11/08/02533938/Mari.Pangestu.Lim
a.Kendala.Utama.Ekonomi.Kreatif. [7 Oktober 2013]
Rangkaian Kolom Kluster I. (2012). Pilar – pilar Ekonomi Kreatif. Jakarta: Binus
University
Roodhouse, op.cit, 10.
Simatupang, M.T. 2008. Industri Kreatif Untuk Kesejahteraan Bangsa. ITB
Bandung: Inkubator Industri dan Bisnis.
Suryana. (2013) Ekonomi Kreatif (Ekonomi Baru: Mengubah Ide dan
Menciptakan Peluang). Jakarta: Salemba Empat.
Syahputra, M. (2012). Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Lewat Industri Kreatif.
[Online]. Tersedia :
http://putrasampali.blogspot.com/2012/04/pemberdayaan-ekonomi-
kreatif-lewat.html [7 Oktober 2013]
Syahputra, M. (2012). Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Lewat Industri Kreatif.
[Online]. Tersedia:
http://putrasampali.blogspot.com/2012/04/pemberdayaan-ekonomi-
kreatif-lewat.html [7 Oktober 2013]
UNCTAD. 2008. Summary Creative Economic Report. Hlm.3, 11 – 12. USA:
United Nations
67