Anda di halaman 1dari 72

PERKEMBANGAN EKONOMI KREATIF DALAM ARUS

PEMBANGUNAN EKONOMI MODERN

Makalah

Diajukan Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia


yang Diampu oleh Dosen Bapak Dr. A Jajang Warya M, M.Si.

Disusun Oleh:

Dania Eka Putri (1001310)


Dwi Rizki Wijayanti (1006135)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penulisan Makalah ............................................................................. 6

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 7

2.1 Konsep Ekonomi Kreatif ................................................................................ 7

2.1.1 Definisi Ekonomi Kreatif ..................................................................... 7

2.1.2 Definisi Industri Kreatif ...................................................................... 11

2.2 Arus Pembangunan Ekonomi Modern.......................................................... 35

2.3 Hambatan Pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia ............................ 38

2.4 Perkembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia .............................................. 40

2.4.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Tantangan, dan Kesulitan


Pengembangan Industri Kreatif ....................................................... 41

2.4.2 Kontribusi Industri Kreatif di Indonesia ............................................. 46

2.5 Dampak Positif Perkembangan Ekonomi Kreatif Dalam Arus Pembangunan


Ekonomi Modern di Indonesia .................................................................... 58

i
2.6 Manfaat Perkembangan Ekonomi Kreatif Untuk Pembangunan Ekonomi
Modern di Indonesia .................................................................................... 61

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 63

3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 63

3.2 Saran ............................................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 66

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ekspor 14 Subsektor Industri Kreatif Indonesia Tahun 2002 – 2005 .. 47

Tabel 2.2 Kontribusi Industri Kreatif terhadap Perekonomian Indonesia Tahun


2002 – 2005 ........................................................................................ 48

Tabel 2.3 Industri Kreatif Dalam Perekonomian Indonesia Tahun 2006 – 2010 . 50

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ekspor, Impor, Net Trade Industri Kreatif Indonesia Tahun 2002 -
2010 .................................................................................................... 52

Gambar 2.2 PDB Industri Kreatif Tahun 2002 – 2010 ......................................... 53

Gambar 2.3 Tenaga Kerja Industri Kreatif Tahun 2002 - 2010 ............................ 54

Gambar 2.4 Penyerapan Tenaga Kerja di Subsektor Industri Kreatif Tahun 2006 –
2010 .................................................................................................... 55

Gambar 2.3 Rata-Rata Kontribusi Nilai Tambah (PDB) Industri Indonesia Tahun
2002 – 2010 ........................................................................................ 56

Gambar 2.4 Peran Sektor Industri Kreatif Secara Nasional Tahun 2006 – 2010.. 57

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan kehidupan dunia ekonomi dan bisnis saat ini telah


mengalami pergeseran paradigma, yaitu dari ekonomi berbasis sumber daya ke
paradigma ekonomi berbasis pengetahuan atau kreativitas. Pergeseran tersebut
terjadi karena paradigma ekonomi berbasis sumber daya yang selama ini di
pandang cukup efektif dalam mengakselerasi pembangunan ekonomi dan
pengembangan bisnis di anggap telah gagal mengadaptasi dan mengakomodasi
berbagai perubahan lingkungan bisnis. Hal ini terbukti, hanya pada kelompok
perusahaan yang peduli terhadap peningkatan kapasitas aset yang memiliki
peluang untuk berinovasi dan mampu bertahan menghadapi gejolak perubahan
lingkungan bisnisnya, dan disanalah peran ekonomi kreatif akan diuji.

Pada hakikatnya, sistem ekonomi globalisasi telah membentuk dunia


perekonomian yang berkembang. Munculnya kapitalisme sebenarnya telah
menambah perekonomian suatu negara. Banyak negara yang dengan cepat
membuka pasar bagi ekspor asing. Perdagangan global makin marak terjadi
didalam koorperasi. Globalisasi telah membentuk pola kehidupan ekonomi
negara. Sehingga, globalisasi ekonomi dapat dilihat melalui cara pandang dan
perspektifnya. Tingkat saling ketergantungan ekonomi yang terjadi sudah pernah
terjadi pada masa lalu. Hanya perbedaannya, kini intensitas interaksi antarbangsa
dan negara tersebut menjadi meningkat. meningkatnya hal tersebut belum tentu
membuat perekonomian terintegrasi secara global.

Seiring dengan berjalannya waktu kebutuhan masayarakat pun semakin


mengalami peningkatan seperti sifat manusia yang tidak puas, pertambahan
penduduk yang semakin meningkat, kemajuan ilmu teknologi dan informasi,

1
perubahan taraf hidup yang semakin meningkat, dan kebudayaan yang semakin
maju sehingga kebutuhan yang bervariasi dan beranekaragam membuat
perkembangan ekonomi kreatif di arus pembangunan ekonomi modern ini harus
membuat inovasi – inovasi sehingga membuat perkembangan ekonomi kreatif
semakin meningkat. Namun dalam hal ini perkembangan ekonomi kreatif di
indonesia kurang bisa di manfaatkan keterbatasannya ekonomi infomasi dalam
penerapan iptek menjadi salah satu kendala di arus pembangunan ekonomi
modern ini.1

Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan modal


kreatifitas yang dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007)2,3 “ekonomi gelombang ke-4 adalah
kelanjutan dari ekonomi gelombang ketiga dengan orientasi pada kreativitas,
budaya, serta warisan budaya dan lingkungan”. Sebelumnya Alvin Tofler dalam
bukunya Future Shock (1970) mengungkapkan bahwa “peradaban manusia terdiri
dari 3 gelombang; gelombang pertama adalah abad pertanian, gelombang kedua
adalah abad industri dan gelombang ketiga adalah abad informasi” (dalam Nenny,
2008)4. Pergeseran dari Era Pertanian ke Era Industrialisasi, disusul dengan era
informasi yang disertai dengan banyaknya penemuan baru di bidang teknologi
informasi maupun globalisasi ekonomi, telah membawa peradaban baru bagi
manusia.

Industrialisasi telah menciptakan pola kerja, pola produksi dan pola


distribusi yang lebih murah dan lebih efisien. Penemuan baru di bidang teknologi

1
Aziz, Fauzan. (2013). Perkembangan Industri dan Ekonomi Kreatif di Indonesia [Online].
Tersedia: http://fauzanaziz.wordpress.com/2013/03/12/perkembangan-industri-dan-ekonomi-
kreatif-di-indonesia/
2
Yudhoyono, Susilo Bambang. 2007. Berita Utama. [Online] . Tersedia:
http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2007/07/11/2009.html [04 Oktober 2013]
3
Sebayang, L.R. (2012). Analisis Prospek Ekspor Industri Kreatif dalam Meningkatkan
Perekonomian Indonesia. Skripsi Sarjana pada FE USU Medan: tidak diterbitkan
4
Anggraini, Nenny, 2008. “Industri Kreatif”, Jurnal ekonomi Desember 2008 . Volume XIII No.
3 hal.144-151.

2
informasi dan komunikasi seperti internet, email, Global System for Mobile
communications (GSM) telah menciptakan hubungan saling ketergantungan antar
manusia sehingga mendorong manusia menjadi lebih aktif dan produktif dalam
menemukan teknologi-teknologi baru. Dampak lain yang muncul akibat dari
fenomena perubahan ini adalah munculnya daya saing atau kompetisi pasar yang
semakin besar. Kondisi ini menuntut perusahaan mencari cara agar bisa menekan
biaya semurah mungkin dan se‐efisien mungkin guna mempertahankan
eksistensinya. Negara‐negara maju mulai menyadari bahwa saat ini mereka tidak
bisa hanya mengandalkan bidang industri sebagai sumber ekonomi di negaranya
tetapi mereka harus lebih mengandalkan Sumber Daya Manusia yang kreatif
karena kreativitas manusia itu berasal dari daya pikirnya yang menjadi modal
dasar untuk menciptakan inovasi dalam menghadapi daya saing atau kompetisi
pasar yang semakin besar. Sehingga pada tahun 1990‐an dimulailah era ekonomi
baru yang mengutamakan informasi dan kreativitas dan populer dengan sebutan
Ekonomi Kreatif yang digerakkan oleh sektor industri yang disebut Industri
Kreatif .

Ekonomi kreatif adalah pemanfaatan cadangan sumber daya yang bukan


hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, gagasan, bakat atau talenta dan
kreativitas. Nilai ekonomi dari suatu produk atau jasa di era kreatif tidak lagi
ditentukan oleh bahan baku atau sistem produksi seperti pada era industri, tetapi
lebih kepada pemanfaatan kreativitas dan penciptaan inovasi melalui
perkembangan teknologi yang semakin maju. Industri tidak dapat lagi bersaing di
pasar global dengan hanya mengandalkan harga atau kualitas produk saja, tetapi
harus bersaing berbasiskan inovasi, kreativitas dan imajinasi. Menurut
Departemen Perdagangan, (2007) ada beberapa arah dari pengembangan industri
kreatif ini, seperti pengembangan yang lebih menitikberatkan pada industri
berbasis: (1) lapangan usaha kreatif dan budaya (creative cultural industry); (2)

3
lapangan usaha kreatif (creative industry), atau (3) Hak Kekayaan Intelektual
seperti hak cipta (copyright industry).5,6

Ekonomi kreatif terbukti berpengaruh positif dalam membangun negara-


negara di seluruh benua untuk menggali dan mengembangkan potensi kreativitas
yang dimilikinya. Negara‐negara membangun potensi ekonomi kreatif dengan
caranya masing‐masing sesuai dengan kemampuan yang dimiliki negara tersebut.
Inggris membangun industri kreatifnya melalui Department of Culture, Media and
Sports (DCMS), Selandia Baru melalui New Zealand Trade and Enterprise
(NZTE), Singapura melalui Ministry of Information, Communications and the
Arts (MICA) dengan konsep Renaisssance City, Media 21 dan Design Singapore-
nya, Malaysia melalui Malaysia Design & Inovation Centre (MDIC), Thailand
dengan Thailand Creative & Design Center (TCDC), dan RRT ( Republik
Rakyat Tiongkok) secara bertahap melahirkan kota-kota kreatif baru, dan telah
menjadi yang terdepan dalam kontribusi ekonomi kreatif.

Indonesia juga menyadari bahwa industri kreatif merupakan sumber


ekonomi baru yang wajib dikembangkan lebih lanjut di dalam perekonomian
nasional. Departemen Perdagangan mendaftarkan 14 sektor yang masuk kategori
industri kreatif yaitu jasa periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan,
desain, fesyen, film, video & fotografi, permainan interaktif, musik, seni
pertunjukan, penerbitan & percetakan, layanan komputer & piranti lunak, televisi
& radio serta riset & pengembangan. Industri kreatif di Indonesia telah menjadi
salah satu industri yang cukup berhasil dan menjanjikan sejak tahun 2002. Melihat
kontribusi yang positif dalam perekonomian, maka pada tahun 2006 Menteri
Perdagangan Mari Elka Pangestu membentuk program Indonesia Design Power
yaitu suatu program pemerintah yang yang tujuannya menempatkan produk

5
Departemen Perdaganagan. (2007). Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia.
Jakarta: Departemen Perdagangan.
6
Sebayang, L.R. (2012). Analisis Prospek Ekspor Industri Kreatif dalam Meningkatkan
Perekonomian Indonesia. Skripsi Sarjana pada FE USU Medan: tidak diterbitkan

4
Indonesia berstandar internasional dan memiliki karakteristik nasional yang dapat
bersaing dan diterima pasar dunia. Industri kreatif di Indonesia bahkan mampu
bertahan di tengah ancaman krisis global.

Indonesia memiliki banyak potensi ekonomi kreatif seperti Indonesia


memiliki banyak desainer berkelas internasional, seniman, arsitek, artis panggung,
musisi, sampai kepada produser/sutradara yang sudah mendunia. Di sisi lain,
produk-produk khas Indonesia seperti batik, songket Palembang, patung Bali,
keunikan Papua, berbagai kreasi Jawa Barat, sampai kepada mebel Jepara, juga
telah diakui di mancanegara.

Melihat begitu besarnya dampak industri kreatif terhadap perekonomian,


maka sudah tepat langkah pemerintah untuk memberikan perhatian khusus dan
memajukan industri kreatif Indonesia. Indonesia sebagai negara dengan jumlah
penduduk 237.556.363 jiwa (Agustus 2010) memiliki potensi industri kreatif yang
sangat besar. Potensi industri kreatif Indonesia memiliki peluang besar untuk
dikembangkan, keanekaragaman budaya, keunikan sumber daya alam, insan-insan
kreatif dan pasar domestik yang luas merupakan modal bagi eksistensi industri
ini.7

Berdasarkan uraian di atas , penulis tertarik melakukan penulisan makalah


dengan judul “Perkembangan Ekonomi Kreatif Dalam Arus Pembangunan
Ekonomi Modern”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka ada beberapa
rumusan masalah yang dapat dijadikan sebagai dasar penulisan. Adapun
perumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Apakah penyebab munculnya ekonomi kreatif di Indonesia?


7
Sebayang, L.R. (2012). Analisis Prospek Ekspor Industri Kreatif dalam Meningkatkan
Perekonomian Indonesia. Skripsi Sarjana pada FE USU Medan: tidak diterbitkan

5
2. Bagaimana perkembangan ekonomi kreatif dalam arus pembangunan
ekonomi modern di Indonesia?
3. Bagaimana dampak perkembangan ekonomi kreatif dalam arus
pembangunan ekonomi modern di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan penulisan ini untuk mengetahui gambaran sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penyebab munculnya ekonomi kreatif di Indonesia.


2. Untuk mengetahui perkembangan ekonomi kreatif dalam arus
pembangunan ekonomi modern di Indonesia.
3. Untuk mengetahui dampak perkembangan ekonomi kreatif dalam arus
pembangunan ekonomi modern di Indonesia.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Ekonomi Kreatif

Era globalisasi dan konektivitas mengubah cara bertukar informasi,


berdagang, dan konsumsi dari produk-produk budaya dan teknologi dari berbagai
tempat di dunia. Dunia menjadi tempat yang sangat dinamis dan kompleks
sehingga kreativitas dan pengetahuan menjadi suatu aset yang tak ternilai dalam
kompetisi dan pengembangan ekonomi. Ekonomi Kreatif adalah sebuah konsep
yang menempatkan kreativitas dan pengetahuan sebagai aset utama dalam
menggerakkan ekonomi. Konsep ini telah memicu ketertarikan berbagai negara
untuk melakukan kajian seputar Ekonomi Kreatif dan menjadikan Ekonomi
Kreatif model utama pengembangan ekonomi.8

2.1.1 Definisi Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif pada hakikatnya adalah kegiatan ekonomi yang


mengutamakan pada kreativitas berpikir untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda yang memiliki nilai dan bersifat komersial. Berikut telah
dikemukakan oleh UNCTAD dalam Creative Economy Report, (2008:3).

“Creativity in this context refers to the formulation of new ideas and to the
application of these ideas to produce original works of art and cultural products,
functional creation, observable in the way it contributes to entreupreneurship,
fosters innovation, enchaces productivity and promotes economic growth”,9,10

8
Indonesia Kreatif. (2013). Creative Economy. [Online]. Tersedia:
http://indonesiakreatif.net/creative-economy/what-is/what-is/#di9il8WCqXpePgHl.99 [4 Oktober
2013]
9
Suryana. (2013) Ekonomi Kreatif (Ekonomi Baru: Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang).
Jakarta: Salemba Empat.
10
UNCTAD. 2008. Summary Creative Economic Report. Hlm.3, 11 – 12. USA: United Nations

7
Istilah “Ekonomi Kreatif” mulai dikenal secara global sejak munculnya
buku “The Creative Economy: How People Make Money from Ideas” (2001) oleh
John Howkins. Howkins menyadari lahirnya gelombang ekonomi baru berbasis
kreativitas setelah melihat pada tahun 1997 Amerika Serikat menghasilkan
produk-produk Hak Kekayaan Intelektual (HKI) senilai 414 miliar dollar yang
menjadikan HKI ekspor nomor 1 Amerika Serikat. Howkins dengan ringkas
mendefinisikan ekonomi kreatif, yaitu “The creation of value as a result of
idea”.11

John Howkins menulis buku “Creative Economy, How People Make


Money from Ideas”. Ia mendefinisikan Ekonomi Kreatif sebagai kegiatan ekonomi
dimana input dan outputnya adalah Gagasan. Atau dalam satu kalimat yang
singkat, esensi dari kreativitas adalah gagasan. Maka dapat dibayangkan bahwa
hanya dengan modal gagasan, seseorang yang kreatif dapat memperoleh
penghasilan yang relatif tinggi. Tentu saja yang dimaksud dengan gagasan disini
adalah karya orisinal dan dapat diproteksi oleh HKI.12

Dalam sebuah wawancara oleh Donna Ghelfi dari World Intellectual


Property Organization (WIPO) di tahun 2005, John Howkins secara sederhana
menjelaskan Ekonomi Kreatif yang disarikan sebagai berikut: “Kegiatan ekonomi
dalam masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
menghasilkan ide, tidak hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. Karena
bagi masyarakat ini, menghasilkan ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk
kemajuan.”10

Studi Ekonomi Kreatif terbaru yang dilakukan United Nations Conference


on Trade and Development (UNCTAD) pada tahun 2010 mendefinisikan

11
Indonesia Kreatif. (2013). Creative Economy. [Online]. Tersedia:
http://indonesiakreatif.net/creative-economy/what-is/what-is/#di9il8WCqXpePgHl.99 [4 Oktober
2013]
12
Rangkaian Kolom Kluster I. (2012). Pilar – pilar Ekonomi Kreatif. Jakarta: Binus University

8
Ekonomi Kreatif sebagai: “An evolving concept based on creative assets
potentially generating economic growth and development.”
Dengan penjabaran lebih lanjut sebagai berikut13:

 Mendorong peningkatan pendapatan, penciptaan pekerjaan, dan


pendapatan ekspor sekaligus mempromosikan kepedulian sosial,
keragaman budaya, dan pengembangan manusia.
 Menyertakan aspek sosial, budaya, dan ekonomi
dalam pengembangan teknologi, Hak Kekayaan Intelektual, dan pariwisata.
 Kumpulan aktivitas ekonomi berbasiskan pengetahuan dengan dimensi
pengembangan dan keterhubungan lintas sektoral pada level ekonomi
mikro dan makro secara keseluruhan.
 Suatu pilihan strategi pengembangan yang membutuhkan tindakan lintas
kementerian dan kebijakan yang inovatif dan multidisiplin.
 Di jantung Ekonomi Kreatif terdapat Industri Kreatif.

Dalam Jurnal Kajian Lemhanas RI Edisi 14 mendefinisikan ekonomi


kreatif sebagai berikut:

“Ekonomi kreatif merupakan pengembangan ekonomi berdasarkan


keterampilan, kreativitas, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi
dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis, sehingga menitikberatkan
pada pengembangan ide dalam menghasilkan nilai tambahnya”14

Konsep ekonomi kreatif ini juga semakin memberi harapan yang lebih
optimistik ketika seorang pakar dibidang Ekonomi, Dr. Richard Florida dari
Amerika Serikat, penulis buku "The Rise of Creative Class" dan "Cities and the

13
Indonesia Kreatif. (2013). Creative Economy. [Online]. Tersedia:
http://indonesiakreatif.net/creative-economy/what-is/what-is/#di9il8WCqXpePgHl.99 [4 Oktober
2013]
14
Lembaga Pertahanan Nasional. (2012). Pengembangan Ekonomi Kreatif Guna Menciptakan
Lapangan Kerja dan Mengentaskan Kemiskinan dalam Rangka Ketahanan Nasional. Jakarta:
Lemhanas

9
Creative Class" menyatakan: "Seluruh umat manusia adalah kreatif, apakah ia
seorang pekerja di pabrik kacamata atau seorang remaja jalanan yang tengah
membuat musik hip-hop. Namun perbedaannya adalah pada statusnya (kelasnya),
karena ada individu-individu yang secara khusus bergelut dibidang kreatif dan
mendapat faedah ekonomi secara langsung dari aktivitas tersebut. Maka tempat di
kota-kota yang mampu menciptakan produk-produk baru inovatif tercepat, dapat
dipastikan sebagai pemenang kompetisi di era ekonomi kreatif ini”.

Pendapat senada juga diutarakan oleh Robert Lucas, pemenang Nobel


dibidang ekonomi, yang mengatakan bahwa kekuatan yang menggerakkan
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi kota atau daerah dapat dilihat dari
tingkat produktivitas klaster orang-orang bertalenta dan kreatif yang
mengandalkan kemampuan ilmu pengetahuan yang ada pada dirinya. Dalam hal
ini, ekonomi kreatif sering dilihat sebagai sebuah konsep yang memayungi juga
konsep lain yang populer di awal abad ke-21 ini, yaitu Industri Kreatif. Industri
kreatif sendiri sebenarnya merupakan sebuah konsep yang telah muncul lebih
dahulu sebelum munculnya konsep ekonomi kreatif.

Di Indonesia sendiri, khususnya didalam peraturan perundang – undangan


yang berlaku tidak digunakan istilah Industri Kreatif melainkan Ekonomi Kreatif
(EK). Adapun yang dimaksud dengan EK menurut Diktum Pertama Instruksi
Presiden No.6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif adalah:
“...kegiatan ekonomi berdasarkan kreativitas, keterampilan, dan bakat individu
untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu bernilai ekonomis dan
berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia”.15,16

15
Antariksa, Basuki. Konsep ekonomi Kreatif: Peluang dan Tantangan Dalam Pembangunan
Indonesia.
16
Roodhouse, op.cit, 10.

10
2.1.2 Definisi Industri Kreatif

Menurut Departemen Perdagangan RI industri kretif adalah industri yang


berasal dari pemanfaatan kreatifitas, ketrampilan serta bakat individu untuk
menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan
memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.17,18

Menurut Simatupang (2007) industri kreatif adalah industri yang


mengandalkan talenta, keterampilan dan kreativitas yang merupakan elemen dasar
setiap individu. Unsur utama industri kreatif adalah kreativitas, keahlian, dan
talenta yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan melalui penawaran kreasi
intelektual.19,20

Menurut UK DCMS Task Force (1998: 4) industri kreatif merupakan


industri yang berasal dari kreativitas individu, keterampilan, dan bakat yang
secara potensial menciptakan kekayaan dan lapangan pekerjaan melalui
eksploitasi dan pembangkitan kekayaan intelektual dan daya cipta individu.
(“Creatives Industries as those industries which have their origin in individual
creativity, skill & talent, and which have a potential for wealth and job creation
through the generation and exploitation of intellectual property and content”).14

Di Indonesia Pemerintah sendiri telah mengidentifikasi lingkup industri


kreatif mencakup 14 subsektor, antara lain:

1. Periklanan (advertising): kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa


periklanan, yakni komunikasi satu arah dengan menggunakan medium
tertentu. Meliputi proses kreasi, operasi, dan distribusi dari periklanan
17
Suryana. (2013) Ekonomi Kreatif (Ekonomi Baru: Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang).
Jakarta: Salemba Empat.
18
Departemen Perdagangan. (2007). Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia.
Jakarta: Departemen Perdagangan.
19
Suryana. (2013) Ekonomi Kreatif (Ekonomi Baru: Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang).
Jakarta: Salemba Empat.
20
Simatupang, M.T. 2008. Industri Kreatif Untuk Kesejahteraan Bangsa. ITB Bandung: Inkubator
Industri dan Bisnis.

11
yang dihasilkan, misalnya riset pasar, perencanaan komunikasi periklanan,
media periklanan luar ruang, produksi material periklanan, promosi dan
kampanye relasi publik. Selain itu, tampilan periklanan di media cetak
(surat kabar dan majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan
berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur
dan media reklame sejenis lainnya, distribusi dan delivery advertising
materials or samples, serta penyewaan kolom untuk iklan.21

Lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok


industri periklanan mencakup usaha jasa periklanan melalui majalah, surat
kabar, radio dan televisi, pembuatan dan pemasangan berbagai jenis
poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur, dan
macam‐macam reklame sejenis. Termasuk juga distribusi dan delivery
advertising materials atau samples, juga penyewaan kolom untuk
iklan.22

2. Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan desain bangunan secara


menyeluruh, baik dari level makro (town planning, urban design,
landscape architecture) sampai level mikro (detail konstruksi). Misalnya
arsitektur taman, perencanaan kota, perencanaan biaya konstruksi,
konservasi bangunan warisan sejarah, pengawasan konstruksi,
perencanaan kota, konsultasi kegiatan teknik dan rekayasa seperti
bangunan sipil dan rekayasa mekanika dan elektrikal.20

3. Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan


barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni dan
sejarah yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan dan

21
Afiff, Faisal. 2008. Pilar – Pilar Ekonomi Kreatif. [Online]. Tersedia:
http://www.fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/2198-pilar-pilar-ekonomi-
kreatif. [16 Oktober 2013]
22
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,
Jakarta: Depdagri

12
internet, meliputi barang-barang musik, percetakan, kerajinan, automobile,
dan film.20

Lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok industri Pasar


Seni dan barang antik yaitu:

1) Perdagangan besar barang‐barang antik


2) Perdagangan eceran barang antik yang mencakup mencakup
usaha perdagangan eceran barang‐barang antik, seperti: guci bekas,
bokor bekas, lampu gantung bekas dan meja/kursi marmer bekas,
furniture antik, mobil antik, dan motor antik.
3) Perdagangan eceran kaki lima barang antik yang mencakup usaha
perdagangan eceran barang‐barang antik yang dilakukan di pinggir
jalan umum, serambi muka (emper), toko, atau tempat tetap di pasar
yang dapat dipindah‐pindah atau didorong, seperti: guci bekas,
bokor bekas, lampu gantung bekas, meja/ kursi marmer bekas, dan
furniture antik.
4) Jasa galeri dan rumah lelang untuk barang seni dan barang antik, baik
yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta.23
4. Kerajinan (craft): kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi
dan distribusi produk yang dibuat atau dihasilkan oleh tenaga pengrajin
yang berawal dari desain awal sampai proses penyelesaian produknya.
Antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari batu berharga,
serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak,
tembaga, perunggu dan besi), kaca, porselen, kain, marmer, tanah liat, dan

23
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,
Jakarta: Depdagri

13
kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah
yang relatif kecil (bukan produksi massal).24

Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang


relatif kecil (bukan produksi massal). Volume produksi yang dapat
dihasilkan oleh kelompok industri kerajinan ini, sangat bergantung pada
jumlah dan keahlian tenaga pengrajin yang tersedia, sehingga
kelompok industri ini dapat dikategorikan sebagai industri padat karya.
Lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok industri kerajinan
yaitu:

1) Industri Batik yang mencakup usaha pembatikan dengan proses


malam (lilin) baik yang dilakukan dengan tulis, cap, maupun
kombinasi antara cap dengan tulis.
2) Industri Permadani yang mencakup usaha pembuatan permadani
dan sejenisnya, yang terbuat dari serat, baik serat alam, sintetis,
maupun serat campuran, baik yang dikerjakan dengan proses
tenun (woven), tufting, braiding, flocking, dan needle punching.
3) Industri Bordir/Sulaman yang mencakup usaha bordir/sulaman, baik
yang dikerjakan dengan tangan maupun dengan mesin, seperti : kain
sulaman, pakaian jadi/barang jadi sulaman, dan badge.
4) Industri Kain Rajut yang mencakup usaha pembuatan kain yang
dibuat dengan cara rajut ataupun renda.
5) Industri Barang Dari Kulit dan Kulit Buatan untuk keperluan lainnya
yang mencakup usaha pembuatan barang‐barang dari kulit dan
kulit buatan seperti: jok, dan kerajinan tatah sungging
(hiasan,wayang, dan kap lampu).

24
Afiff, Faisal. 2008. Pilar – Pilar Ekonomi Kreatif. [Online]. Tersedia:
http://www.fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/2198-pilar-pilar-ekonomi-
kreatif. [16 Oktober 2013]

14
6) Industri Anyam‐anyaman dari Rotan dan Bambu yang mencakup
usaha pembuatan macam‐macam tikar, webbing, lampit, tas, topi,
tampah, kukusan, bakul kipas, tatakan, bilik/gedek dan sejenisnya
yang bahan utamanya dari rotan atau bambu.
7) Industri Anyam‐anyaman dari Tanaman, Selain Rotan dan Bambu
yang mencakup usaha pembuatan tikar, keset, tas, topi, tatakan, dan
kerajinan tangan lainnya yang bahan utamanya dari pandan, mendong,
serat, rumput, dan sejenisnya.
8) Industri Kerajinan Ukir‐ukiran dari Kayu kecuali Mebeller yang
mencakup usaha pembuatan macam‐macam barang kerajinan dan
ukir‐ukiran dari kayu, seperti: relief, topeng patung, wayang, vas
bunga, pigura, dan kap lampu.
9) Industri Alat‐alat Dapur dari Kayu, Rotan dan Bambu yang mencakup
usaha pembuatan alat‐alat dapur yang bahan utamanya kayu, bambu
dan rotan, seperti: rak piring, rak bumbu masak, parutan, alu, lesung,
talenan, cobek, dan sejenisnya.
10) Industri Barang dari Kayu, Rotan, Gabus yang tidak
diklasifikasikan ditempat lain yang mencakup usaha pembuatan
barang‐barang dari kayu, rotan, dan gabus, yang belum tercakup
sebelumnya. Barang‐barang dari kayu misalnya: alat tenun, peti mati,
pajangan dari rotan, ayunan bayi dari rotan, kuda‐kudaan dari rotan.
11) Industri Perlengkapan dan Peralatan Rumah tangga dari Gelas
yang mencakup usaha pembuatan macam‐macam perlengkapan
rumah tangga dari gelas, seperti cangkir, piring, mangkuk, teko,
stoples, asbak, dan botol susu bayi; barang‐barang pajangan dari gelas,
seperti: patung, vas, lampu kristal, semprong lampu tekan dan
semprong lampu tempel.
12) Industri Barang‐barang Lainnya dari Gelas yang mencakup usaha
pembuatan macam‐macam barang dari gelas seperti: tasbih, rosario,

15
manik gelas, gelas enamel, dan aquarium, serta bahan bangunan dari
gelas seperti: bata, ubin, dan genteng.
13) Industri Perlengkapan Rumah tangga dari Porselin yang
mencakup pembuatan macam‐macam perlengkapan rumah tangga
dari porselen, seperti: piring, tatakan, cangkir, mangkuk, teko,
sendok, dan asbak, serta usaha pembuatan barang pajangan dari
porselen seperti: patung, tempat bunga, kotak rokok, dan guci.
14) Industri Barang‐barang dari Tanah Liat yang mencakup usaha
pembuatan barang dari tanah liat/keramik untuk perlengkapan
rumah tangga, pajangan/hiasan, dan sejenisnya, seperti: piring,
cangkir, mangkuk, kendi, teko, periuk, tempayan, patung, vas
bunga, tempat piring, sigaret, dan celengan.
15) Industri Bahan bangunan dari Tanah Liat/Keramik selain Batu
Bata dan Genteng yang mencakup usaha pembuatan barang dari tanah
liat/keramik seperti: kloset, ubin, dan lubang angin.
16) Industri Barang dari Marmer dan Granit untuk Keperluan Rumah
Tangga dan Pajangan yang mencakup usaha pembuatan
macam‐macam barang dari marmer/granit untuk keperluan rumah
tangga dan pajangan, seperti: daun meja, ornamen, dan patung.
17) Industri Barang dari Batu untuk Keperluan Rumah Tangga dan
Pajangan yang mencakup pembuatan macam‐macam barang dari
batu untuk keperluan rumah tangga dan pajangan. Seperti:
lumpang, cobek, batu pipisan, batu asah, batu lempengan, batu
pecah‐pecahan, abu batu, dan kubus mozaik.
18) Jasa Industri Untuk Bahan Berbagai Pekerjaan Khusus Terhadap
Logam dan Barang‐barang dari Logam yang mencakup kegiatan
jasa industri untuk pelapisan, pemolesan, pewarnaan, pengukiran,
pengerasan, pengkilapan, pengelasan, pemotongan, dan berbagai
pekerjaan khusus terhadap logam atau barang‐barang dari logam.

16
19) Industri Furnitur dari Kayu yang mencakup usaha pembuatan furnitur
dari kayu untuk rumah tangga dan kantor seperti: meja, kursi, bangku,
tempat tidur, lemari, rak, kabinet, penyekat ruangan, dan sejenisnya.
20) Industri Furnitur dari Rotan, dan atau Bambu yang mencakup
pembuatan furnitur dengan bahan utamanya dari rotan dan atau bambu
seperti: meja, kursi, bangku, tempat tidur, lemari, rak, penyekat
ruangan dan sejenisnya.
21) Industri Furnitur dari Logam yang mencakup pembuatan furnitur
untuk rumah tangga dan kantor yang bahan utamanya dari logam
seperti : meja, kursi, rak, spring bed, dan sejenisnya.
22) Industri Furnitur yang mencakup pembuatan furnitur yang bahan
utamanya bukan kayu, rotan, bambu, logam, plastik, dan bukan barang
imitasi, seperti: kasur, bantal, dan guling dari kapuk, dakron, dan
sejenisnya.
23) Industri Permata yang mencakup usaha pemotongan pengesahan,
dan penghalusan batu berharga atau permata dan sejenisnya
seperti berlian perhiasan, intan perhiasan, batu aji, dan intan tiruan.
24) Industri Barang Perhiasan Berharga untuk Keperluan Pribadi dari
Logam Mulia yang mencakup usaha pembuatan barang‐barang,
perhiasan yang bahan utamanya dari logam mulia (emas, platina,
dan perak) untuk keperluan pribadi, seperti: cincin, kalung,
gelang, giwang, bross, ikat pinggang, dan kancing, termasuk bagian
dan perlengkapannya.
25) Industri Barang Perhiasan Berharga Bukan untuk Keperluan
Pribadi dari Logam Mulia yang mencakup usaha pembuatan
perhiasan yang bahan utamanya dari logam mulia selain untuk
keperluan pribadi, seperti: peralatan makan dan minum, barang
hiasan untuk rumah tangga, piala, medali dan noveltis, termasuk
bagian dan perlengkapannya.

17
26) Industri Barang Perhiasan Bukan untuk Keperluan Pribadi dari bukan
Logam Mulia yang mencakup usaha pembuatan barang‐barang
perhiasan dari logam tidak mulia selain untuk keperluan pribadi,
seperti: tempat cerutu, tempat sirih, piala, medali, dan vas bunga,
termasuk pembuatan koin baik yang legal sebagai alat tukar maupun
tidak.
27) Industri Alat‐alat Musik Tradisional yang mencakup usaha pembuatan
alat‐alat musik tradisional, seperti: kecapi, seruling bambu,
angklung, calung, kulintang, gong, gambang, gendang, terompet
tradisional, rebab dan tifa.
28) Industri Alat‐Alat Musik Non Tradisional yang mencakup usaha
pembuatan alat‐alat musik non tradisional, seperti: alat musik
petik, (gitar, bas, dan sejenisnya), alat musik tiup (terompet,
saxophone, clarinet, harmonika, dan sejenisnya), alat musik gesek
(biola, cello, dan sejenisnya), alat musik perkusi (drum set, selofon,
metalofon, dan sejenisnya), serta usaha pembuatan piano/organ,
pianika gamitan, akordeon, dan garputala.
29) Industri Mainan yang mencakup usaha pembuatan macam‐macam
mainan, seperti: boneka dari kayu, kain, karet, dan sejenisnya, catur,
mainan jenis kendaraan, mainan berupa senjata, toys set, dan mainan
edukatif dari kayu, bambu atau rotan.
30) Industri Kerajinan yang tidak diklasifikasikan di tempat lain yang
mencakup usaha pembuatan barang‐barang kerajinan dari bahan
tumbuh‐tumbuhan dan hewan, seperti: kerajinan pohon kelapa,
tempurung, serabut, akar‐akaran, kulit, gading, tanduk, tulang, bulu,
rambut, binatang yang diawetkan dan barang‐barang lukisan.
31) Perdagangan Besar barang‐barang keperluan rumah tangga
khususnya mencakup usaha perdagangan besar peralatan dan
perlengkapan rumah tangga, seperti: perabot rumah tangga

18
(furnitur), peralatan dapur dan memasak, lampu dan
perlengkapannya, peralatan dari kayu, wallpaper, karpet dan
sebagainya.
32) Perdagangan Besar berbagai barang‐barang dan perlengkapan rumah
tangga lainnya, mencakup usaha perdagangan besar berbagai
barang‐barang dan perlengkapan rumah tangga lainnya, seperti:
mainan anak‐anak, jam dan sejenisnya, perhiasan, barang‐barang
dari kulit, dan barang kerajinan lainnya.
33) Perdagangan Eceran Barang Perhiasan yang mencakup usaha
perdagangan eceran khusus barang perhiasan baik terbuat dari batu
mulia, ataupun bukan logam mulia seperti: berlian, intan, batu aji,
serbuk dan bubuk intan, cincin, kalung, gelang,
giwang/anting‐anting, tusuk konde peniti, bross, ikat pinggang, dan
kancing dari logam mulia (platina, emas, dan perak).
34) Perdagangan Eceran Jam yang mencakup usaha perdagangan eceran
khusus berbagai jam, seperti: arloji tangan, arloji saku, jam
dinding, jam beker, lonceng, dan alat ukur lainnya, termasuk juga
bagian dari arloji dan jam.
35) Perdagangan Eceran Furnitur yang mencakup usaha perdagangan
eceran khusus furnitur, seperti: meja, kursi, lemari, tempat tidur,
rak buku, rak sepatu, dan bufet, serta perdagangan eceran khusus
kasur dan bantal/guling.
36) Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur
dari Batu atau Tanah Liat yang mencakup usaha perdagangan eceran
khusus barang pecah belah dan perlengkapan dapur yang terbuat dari
batu atau tanah liat, seperti: piring, mangkok, cangkir, teko, kendi,
periuk, cobek, tempayan, lumpang, asbak, dan uleg‐uleg.
37) Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur
dari kayu, Bambu atau Rotan yang mencakup usaha perdagangan

19
eceran khusus barang pecah belah dan perlengkapan dapur yang
terbuat dari kayu, bambu, atau rotan, seperti: rak bambu, alu, lesung,
parutan kelapa, telenan, papan gilesan, centong, bakul, tampah,
kukusan, kipas, tudung saji, tusukan sate, gilingan daging.
38) Perdagangan eceran Alat‐alat Musik yang mencakup usaha
perdagangan eceran khusus alat‐alat musik, baik alat musik tradisional
maupun alat musik modern, seperti: kecapi, seruling bambu,
calung, angklung, kulintang, gamelan, set, rebab, rebana, tifa,
sasando, flute, saxophone, harmonika, trombone, gitar, mandolin,
ukulele, harpa, bass, gambus, biola, cello, piano/organ, drum set,
dan garputala.
39) Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Kayu, Bambu, Rotan,
Pandan, Rumput dan sejenisnya yang mencakup usaha perdagangan
eceran khusus barang kerajinan dari kayu, bambu, rotan, pandan,
rumput, dan sejenisnya, seperti: patung, topeng, relief, ukiran
nama, wayang, pigura, kap lampu, bingkai, talam/baki, tas,
keranjang, tikar, topi,/tudung, kerai, hiasan dinding, dan keset.
40) Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Kulit, Tulang, Tanduk,
Gading, Bulu dan Binatang/Hewan yang diawetkan yang
mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari
kulit, tulang, tanduk, bulu, dan binatang/hewan yang diawetkan,
seperti: kipas dari kulit penyu, karangan bunga dari kulit kerang,
pipa rokok dari tulang, pajangan dari tanduk, pajangan dari gading,
pajangan dari bulu burung merak, dan binatang/hewan yang
diawetkan.
41) Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Logam yang mencakup
usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari logam,
seperti: vas bunga, patung, tempat lilin, piala, medali, dan gantungan
kunci.

20
42) Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Keramik yang mencakup
usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari keramik,
seperti: patung, vas bunga, asbak, tempat sirih, celengan dan pot
bunga.
43) Perdagangan Eceran Mainan Anak‐anak yang mencakup usaha
perdagangan eceran khusus macam‐macam mainan anak‐anak,
seperti: boneka, bekel, congklak, scrable, karambol, mainan yang
berupa alat musik, mobil‐mobilan, mainan berupa senjata, mainan
berupa alat memasak, dan mainan berupa perabotan rumah tangga.
44) Perdagangan Eceran Lukisan yang mencakup usaha perdagangan
eceran khusus barang‐barang lukisan, seperti: lukisan orang, lukisan
binatang, dan lukisan pemandangan.
45) Perdagangan Eceran Barang‐barang Kerajinan, Mainan Anak‐anak,
dan Lukisan lainnya.
46) Perdagangan Eceran Kaki Lima Barang Kerajinan yang
mencakup usaha perdagangan eceran kaki lima barang kerajinan dari
kayu, bambu, rotan, pandan, rumput dan sejenisnya, kulit, tulang,
tanduk, gading, bulu dan hewan yang diawetkan, logam, keramik
yang dilakukan dipinggir jalan umum, serambi muka (emper), toko
atau tempat tetap dipasar yang dapat diindah‐pindah atau didorong
seperti: patung, topeng, relief, ukiran nama, wayang , keranjang, tikar,
topi/tudung, kerai, pajangan dari tanduk, pipa rokok dari tulang, vas
bunga, tempat lilin piala dari logam, asbak, celengan pot bunga dari
keramik, dan lain‐lain.
47) Perdagangan Eceran Kaki Lima Lukisan. Kelompok ini
mencakup usaha perdagangan eceran barang‐barang lukisan yang
dilakukan dipinngir jalan umum, serambi muka (emper), toko atau

21
tempat tetap dipasar yang dapat dipindah‐pindah atau didorong
25
seperti: lukisan orang, binatang dan pemandangan.
5. Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain
interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan
dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.26

Lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok industri desain


yaitu:

1) Industri Kemasan dan Kotak dari Kertas dan Karton yang


mencakup pembuatan segala macam kemasan dan kotak dari
kertas/karton yang digunakan untuk pembungkus/pengepakan,
pembuatan kotak untuk rokok dan barang‐barang lainnya.
2) Jasa Riset Pemasaran yang mencakup usaha penelitian potensi
pasar, penerimaan produk di pasar, kebiasaan dan tingkah laku
konsumen, dalam kaitannya dengan promosi penjualan dan
pengembangan produk baru.
3) Jasa Pengepakan yang mencakup usaha jasa pengepakan atas dasar
balas jasa (fee) atau kontrak serta kegiatan pengalengan,
pembotolan, pelabelan, pembungkusan kado, dan sejenisnya.
4) Jasa perusahaan lainnya yang mencakup jasa stenografi,
pelelangan, penterjemah, dan lainnya.24
6. Fesyen (fashion): kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain
pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi
pakaian mode dan aksesorisnya, konsultasi lini produk berikut distribusi
produk fesyen.25

25
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,
Jakarta: Depdagri
26
Afiff, Faisal. 2008. Pilar – Pilar Ekonomi Kreatif. [Online]. Tersedia:
http://www.fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/2198-pilar-pilar-ekonomi-
kreatif. [16 Oktober 2013]

22
Lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok industri fesyen
yaitu:

1) Industri Pakaian Jadi Rajutan yang mencakup usaha pembuatan


pakaian jadi, juga termasuk topi yang dibuat dengan cara dirajut atau
renda.
2) Industri Rajutan Kaos Kaki yang mencakup usaha pembuatan kaus
kaki yang dibuat dengan cara rajut atau renda.
3) Industri Barang Jadi Rajutan Lainnya yang mencakup pembuatan
barang jadi rajutan, seperti kaus lampu, deker, bando.
4) Industri Pakaian Jadi dari Tekstil dan Perlengkapannya yang
mencakup usaha pembuatan pakaian jadi tekstil dan perlengkapannya
dari kain dengan cara memotong dan menjahit sehingga siap dipakai,
seperti kemeja, kebaya, celana, blus, rok, baju bayi, pakaian tari dan
pakaian olah raga, topi, dasi, sarung tangan, mukena, selendang,
kerudung, ikat pinggang dan sapu tangan, baik dari kain tenun
maupun kain rajut yang dijahit.
5) Industri Pakaian Jadi (konveksi) dan Perlengkapan dari Kulit
yang mencakup usaha pembuatan pakaian jadi dari kulit atau kulit
imitasi dan perlengkapannya, dengan cara memotong dan menjahit
sehingga siap pakai seperti jaket, mantel, rompi, celana dan rok,
topi, sarung tangan, ikat pinggang.
6) Industri Pakaian Jadi/Barang Jadi dari Kulit Berbulu dan atau
Aksesoris yang mencakup usaha pembuatan pakaian jadi/barang jadi
dari kulit berbulu dan atau perlengkapannya, seperti mantel berbulu.
7) Industri Alas Kaki untuk Keperluan Sehari‐hari yang mencakup
usaha pembuatan alas kaki, keperluan sehari‐hari dari kulit dan kulit
buatan, karet, kanfas dan kayu, seperti sepatu harian, sapatu santai,
sepatu sandal, sandal kelom, dan selop. termasuk juga usaha
pembuatan bagian‐bagian dari alas kaki tersebut, seperti atasan sol

23
dalam, sol luar, penguat depan, tengah, belakang, lapisan dan
aksesoris.
8) Industri Sepatu olah raga yang mencakup usaha pembuatan sepatu
untuk olah raga dari kulit dan kulit buatan, karet dan kanfas; seperti
sepatu sepak bola, atletik, senam, joging, balet.
9) Industri Sepatu Teknik Lapangan/Keperluan Industri yang
mencakup pembuatan sepatu termasuk pembuatan bagian‐bagian
dari sepatu untuk keperluan teknik lapangan/industri dari kulit, kulit
buatan, karet, dan plastik seperti sepatu tahan kimia, tahan panas,
sepatu pengaman.
10) Industri Alas Kaki lainnya yang mencakup usaha pembuatan alas kaki
dari kulit, kulit buatan, karet, kanfas dan plastik yang belum termasuk
golongan manapus, seperti sepatu kesehatan, dan sepatu lainnya
seperti sepatu dari gedebog, dan eceng gondok.
11) Perdagangan Besar Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit yang mencakup
usaha perdagangan besar hasil industri tekstil dan pakaian jadi ke
luar negeri, seperti: macam‐macam tekstil, pakaian jadi, kain
batik, tali‐temali, karpet/permadani dari bahan tekstil, karung,
macam‐macam hasil rajutan, dan barang jadi lainnya dari tekstil selain
pakaian jadi.
12) Perdagangan Besar berbagai barang‐barang dan perlengkapan rumah
tangga lainnya. Kelompok ini mencakup usaha perdagangan besar
berbagai barang‐barang dan perlengkapan rumah tangga lainnya yang
terkait dengan fesyen seperti: pakaian jadi dari kulit, alas kaki dari
kulit.
13) Perdagangan Eceran Tekstil yang mencakup usaha perdagangan
eceran khusus macam‐macam kain batik terbuat dari serat alam,
sintetis, maupun campuran, seperti kain tenun dan kain batik.

24
14) Perdagangan Eceran Pakaian Jadi yang mencakup usaha perdagangan
eceran khusus macam‐macam pakaian jadi, baik terbuat dari tekstil,
kulit, maupun kulit batan, seperti kemeja, celana, jas, mantel, jaket
piama, kebaya, dan lain‐lain.
15) Perdagangan Eceran sepatu, Sandal, dan Alas Kaki lainnya yang
mencakup usaha perdagangan eceran khusus macam‐macam sepatu,
sandal, selop dan alas kaki lainnya baik terbuat dari kulir, kulit buatan,
plastik, karet, kain ataupun kayu, seperti: sepatu laki‐laki dewasa,
sepatu anak, sepatu olehraga, sepatu sandal, sandal, selop, dan sepatu
kesehatan.
16) Perdagangan Eceran Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki, dan Barang
Keperluan Pribadi Lain yang mencakup usaha perdagangan eceran
khusus tekstil pakaian jadi, alas kaki dan barang keperluan pribadi
lainnya yang belum tercakup dalam kelompok 52321 s/d 52328
seperti taplak meja, separai, kelambu, kain kasur, kain bantal,
gordin, kain pel, keset dan lain‐lain.
17) Perdagangan ekspor Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit yang mencakup
usaha mengekspor hasil industri tekstil dan pakaian jadi, seperti:
macam‐macam tekstil, pakaian jadi, kain batik, tali‐tamli,
karpet/permadani dari bahan tekstil, karung, macam‐macam hasil
perajutan, dan barang jadi lainnya dari tekstil selain pakaian jadi.
18) Perdagangan Ekspor berbagai barang‐barang dan perlengkapan
rumah tangga lainnya yang mencakup usaha mengekspor berbagai
barang‐barang dan perlengkapan rumah tangga lainnya yang terkait
dengan fesyen seperti: pakaian jadi dari kulit, alas kaki dari kulit.
19) Jasa Perorangan yang Tidak Diklasifikasikan di Tempat Lainnya,
khususnya untuk jasa desainer fesyen dan model fashion.27

27
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,
Jakarta: Depdagri

25
7. Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi
produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan
film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi,
sinetron, dan eksibisi atau festival film.28

Lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok industri film,


video, dan fotografi yaitu:

1) Reproduksi Film dan Video: reproduksi (rekaman ulang) gambar film


dan video yang mencakup usaha reproduksi (rekaman ulang) gambar
film dan video.
2) Produksi dan distribusi film, serta video oleh Pemerintah yang
mencakup usaha pembuatan dan pendistribusian film dan video untuk
pertunjukkan yang dikelola oleh pemerintah termasuk editting,
cutting, dubbing, titling film atas dasar balas jasa juga usaha
pembuatan film untuk televisi dan jasa pengiriman film dan agen
pembukuan film.
3) Produksi dan distribusi film, serta video oleh swasta yang mencakup
usaha pembuatan dan pendistribusian film dan video untuk
pertunjukkan yang dikelola oleh swasta termasuk editting, cutting,
dubbing, titling film atas dasar balas jasa juga usaha pembuatan film
untuk televisi dan jasa pengiriman film dan agen pembukuan film.
4) Kegiatan Bioskop yang mencakup usaha penyewaan film atau video
tape dan penyelenggaraan usaha bioskop yang dikelola baik oleh
pemerintah atau swasta.
5) Jasa Fotografi yang mencakup usaha jasa pemotretan, baik untuk
perorangan atau kepentingan bisnis, termasuk pula pemrosesan dan
pencetakan hasil pemotretan tersebut. Termasuk pula usaha jasa

28
Afiff, Faisal. 2008. Pilar – Pilar Ekonomi Kreatif. [Online]. Tersedia:
http://www.fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/2198-pilar-pilar-ekonomi-
kreatif. [16 Oktober 2013]

26
pemotretan dari udara (aerial photography), dan jasa pemotretan yang
dioperasikan oleh mesin.29
8. Permainan Interaktif (game): kegiatan kreatif yang berkaitan dengan
kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang
bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Sub-sektor permainan
interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga
sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.30

9. Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi atau komposisi,


pertunjukkan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.29

Lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok industri


musik mencakup penerbitan dalam media rekaman yang mencakup usaha
perekaman suara di piringan hitam, pita kaset, compact disk (CD)
dan sejenisnya. Reproduksi media rekaman yang mencakup usaha
reproduksi (rekaman ulang), audio, dan komputer dari master copies,
rekaman ulang floppy, hard, dan compact disk.31

10. Seni Pertunjukkan (showbiz): kegiatan kreatif yang berkaitan dengan


usaha pengembangan konten, produksi pertunjukkan. Misalnya,
pertunjukkan wayang, balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama,
musik tradisional, musik teater, opera, termasuk musik etnik, desain dan
pembuatan busana pertunjukkan, tata panggung, dan tata pencahayaan.29

Lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok industri seni


pertunjukan yaitu:

29
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,
Jakarta: Depdagri
30
Afiff, Faisal. 2008. Pilar – Pilar Ekonomi Kreatif. [Online]. Tersedia:
http://www.fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/2198-pilar-pilar-ekonomi-
kreatif. [16 Oktober 2013]
31
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,
Jakarta: Depdagri

27
1) Jasa konvensi, pameran, dan perjalanan insentif yang mencakup
usaha dengan kegiatan memberi jasa pelyanan bagi suatu pertemuan
sekelompok orang (negarawan, usahawan, cendekiawan, dan
sebagainya). Termasuk juga dalam kelompok ini usaha jasa yang
merencanakan, menyusun dan menyelenggarakan program
perjalanan insentif dan usaha jasa yang melakukan perencanaan
dan penyelenggaraan pameran.
2) Impresariat yang mencakup kegiatan pengurusan dan
penyelenggaraan pertunjukan hiburan baik yang berupa
mendatangkan, mengirim, maupun mengembalikan serta
menentukan tempat, waktu, dan jenis hiburan. Kegiatan usaha jasa
impresariat ini meliputi bidang seni dan olah raga.
3) Kegiatan drama, musik, dan hiburan lainnya oleh pemerintah
yang mencakup kegiatan pemerintah dalam usaha
menyelenggarakan hiburan baik melalui siaran radio, dan televisi,
maupun tidak, seperti: drama seri, pagelaran musik, dengan tujuan
sebagai media hiburan.
4) Kegiatan drama, musik, dan hiburan lainnya oleh swasta yang
mencakup usaha pertunjukan kesenian dan hiburan panggung yang
dikelola oleh swasta seperti: opera, sandiwara, perkumpulan kesenian
daerah, juga usaha jasa hiburan seperti: band, orkestra, dan
sejenisnya. Termasuk kegiatan novelis, penulis cerita dan
pengarang lainnya, aktor, penyanyi, penari sandiwara, penari dan
seniman panggung lainnya yang sejenis. Termasuk juga usaha
kegiatan produser radio, televisi, dan film, penceramah, pelukis,
kartunis, dan pemahat patung.
5) Jasa Penunjang Hiburan yang mencakup usaha jasa penunjang
hiburan seperti : jasa juru kamera, juru lampu, juru rias, penata musik,
dan jasa peralatan lainnya sebagai penunjang seni panggung.

28
Termasuk juga agen penjualan karcis/ tiket pertunjukan seni dan
hiburan.
6) Kegiatan Hiburan lainnya yang mencakup kegiatan dalam
menyelenggarakan hiburan kepada masyarakat, oleh pemerintah
atau swasta.32
11. Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan
konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten
digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga
mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro,
surat andil, obligasi, saham dan surat berharga lainnya, paspor, tiket
pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan
foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi,
percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro
film.33

Lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok industri


penerbitan dan percetakan yaitu:

1) Penerbitan buku, buku pelajaran, atlas/peta, brosur, pamlet, buku


musik, dan publikasi lainnya yang mencakup usaha penerbitan buku,
buku pelajaran, atlas, brosur, pamflet, buku musik, dan publikasi
lainnya.
2) Penerbitan surat kabar, jurnal, tabloid, majalah, penerbitan surat
kabar, jurnal, tabloid, majalah umum dan teknis, komik dan
sebagainya, mencakup usaha penerbitan surat kabar, jurnal, majalah
umum dan teknis, komik, dan sebagainya.

32
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,
Jakarta: Depdagri
33
Afiff, Faisal. 2008. Pilar – Pilar Ekonomi Kreatif. [Online]. Tersedia:
http://www.fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/2198-pilar-pilar-ekonomi-
kreatif. [16 Oktober 2013]

29
3) Industri penerbitan khusus yang mencakup industri penerbitan
perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi
surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat
terbang, dan terbitan khusus lainnya.
4) Industri penerbitan lainnya yang mencakup usaha penerbitan
foto‐foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster,
reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya. Industri
ini termasuk pula rekaman mikro film.
5) Industri percetakan yang mencakup kegiatan pelayanan jasa
percetakan surat kabar, majalah, jurnal, buku, pamplet, peta atau atlas,
poster dan lainnya. Termasuk pula mencetak ulang melalui
komputer, mesin stensil, dan sejenisnya, misal: kegiatan fotocopy
atau thermocopy.
6) Industri jasa penunjang percetakan yang mencakup usaha penjilidan
buku. Produksi composed type, plates, atau cylinders, penjilidan buku.
Produksi batu lithografic untuk digunakan dalam kegiatan percetakan
di unit lain.
7) Perdagangan eceran hasil percetakan, penerbitan dan perangkat
lunak (Software) yang mencakup usaha perdagangan eceran
khusus hasil percetakan, pnerbitan dan perangkat lunak, seperti :
faktur, nota, kwitansi, kartu nama, etiket, amplop, agenda, adress
book, kartu ucapan, kartu pos, perangko, materai, album, buku tulis,
buku gambar, kertas bergaris, kertas grafik, atlas, huruf braile, surat
kabar, majalah, buletin, kamus, buku ilmu pengetahuan, buku
bergambar, dan bermacam‐macam software, termasuk pula jasa
penjualan kartu perdana telepon selular.
8) Kegiatan kantor berita oleh pemerintah yang mencakup kegiatan
pemerintah dalam usaha mencari, mengumpulkan, mengolah dan
sekaligus mempublikasikan berita melalui media cetak elektronik,
dengan tujuan menyampaikannya kepada masyarakat sebagai

30
informasi, seperti: kantor berita acara; Kegiatan kantor berita oleh
swasta yang mencakup usaha mengumpulkan dan menyebarluaskan
berita melalui media cetak maupun elektronik dengan tujuan
menyampaikannya kepada masyarakat sebagi informasi yang dikelola
oleh swasta.
9) Pencari berita (free lance) yang mencakup usaha mencari berita
yang dilakukan oleh perorangan sebagai bahan informasi.34
12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak (software): kegiatan kreatif yang
terkait dengan pengembangan teknologi informasi, termasuk layanan jasa
komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan
piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur
piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain
portal termasuk perawatannya.35

Lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok industri


kelompok layanan komputer dan piranti lunak yaitu:

1) Jasa portal yang mencakup usaha jasa pelayanan yang menyediakan


akses ke gerbang utama dari pusat enterprise knowledge yang
merupakan hasil dari pengolahan data dan informasi, sehingga dapat
digunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan. Fasilitas
yang disediakan misal: fasilitas untuk melakukan email,
searching, chating, akses keberbagai sumberdaya (resources).
2) Jasa multimedia lainnya.
3) Jasa konsultasi piranti keras (hardware consulting) yang mencakup
usaha jasa konsultasi tentang tipe dan konfigurasi dari piranti keras
komputer dengan atau tanpa dikaitkan dengan aplikasi piranti

34
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,
Jakarta: Depdagri
35
Afiff, Faisal. 2008. Pilar – Pilar Ekonomi Kreatif. [Online]. Tersedia:
http://www.fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/2198-pilar-pilar-ekonomi-
kreatif. [16 Oktober 2013]

31
lunak. Konsultasi biasanya menyangkut analisis kebutuhan pengguna
komputer dan permasalahannya, serta memberikan jalan keluar yang
terbaik.
4) Jasa konsultasi piranti lunak yang mencakup usaha jasa
konsultasi yang berkaitan dengan analisis, design, dan pemrograman
dari sistem yang siap pakai. Kegiatan ini biasanya menyangkut
analisis kebutuhan pengguna komputer dan permasalahannya,
pemecahan permasalahan, dan membuat piranti lunak berkaitan
dengan pemecahan masalah tersebut, serta penulisan program
sederhana sesuai kebutuhan pengguna komputer.
5) Pengolahan data yang mencakup jasa untuk pengolahan dan tabulasi
semua jenis data. Kegiatan ini bisa meliputi keseluruhan tahap
pengolahan dan penulisan laporan dari data yang disediakan
pelanggan, atau hanya sebagian dari tahapan pengolahan.
6) Jasa kegiatan data base yang mencakup usaha jasa pelayanan yang
berkaitan dengan pengembangan data base, penyimpanan data, dan
penyediaan data base dari berbagai jenis data (seperti: data keuangan,
statistik, ekonomi, atau teknis). Data dapat diakses oleh setiap orang
yang memerlukan atau oleh sekelompok pengguna data.
7) Perawatan dan reparasi mesin‐mesin kantor, akuntansi, dan komputer
yang mencakup usaha jasa perawatan dan reparasi, mesin kantor,
mesin akuntansi, komputer, mesin ketik dan perlengkapan.
8) Kegiatan lain yang berkaitan dengan komputer. Beberapa kegiatan
kunci yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah
pengembangan manajemen sistem informasi, solusi basis data, sistem
informasi geografis, pengembangan jaringan komputer, piranti lunak

32
komputasi, desain aplikasi web, pengembangan multimedia,
36
keamanan jaringan informasi, dan animasi.
13. Televisi & Radio (broadcasting): kegiatan kreatif yang berkaitan dengan
usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis,
reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten
acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar) siaran
radio dan televisi.37

Lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok industri televisi


dan radio yaitu:

1) Telekomunikasi khusus untuk penyiaran yang mencakup usaha


penyelenggaraan telekomunikasi yang khusus digunakan untuk
keperluan penyiaran, ciri‐cirinya: bersifat memancar satu arah dan
terus menerus; diterima langsung oleh penerima, bersifat tetap dan
bergerak; menampilkan gambar dan atau suara; dan peruntukan
siarannya untuk masyarakat luas.Biasanya penyelenggara menyewa
jaringan sebagai sarana transmisi untuk keperluan penyiaran dari
penyelenggaraan jaringan telekomunikasi lain, tidak termasuk
penyelenggaraan telekomunikasi khusus untuk keperluan penyiaran.
2) Kegiatan radio dan televisi oleh pemerintah yang mencakup
kegiatan pemerintah dalam usaha penyelenggaraan siaran radio dan
televisi, termasuk juga station relay (pemancar kembali) siaran radio
dan televisi.

36
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,
Jakarta: Depdagri
37
Afiff, Faisal. 2008. Pilar – Pilar Ekonomi Kreatif. [Online]. Tersedia:
http://www.fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/2198-pilar-pilar-ekonomi-
kreatif. [16 Oktober 2013]

33
3) Kegiatan radio dan televisi oleh swasta yang mencakup kegiatan
dalam usaha penyelenggaraan siaran radio dan televisi yang dikelola
oleh swasta.38
14. Riset dan Pengembangan (R&D): kegiatan kreatif terkait dengan usaha
inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi, serta mengambil
manfaat terapan dari ilmu dan teknologi tersebut guna perbaikan produk
dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru,
dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar. Termasuk yang
berkaitan dengan humaniora, seperti penelitian dan pengembangan bahasa,
sastra, dan seni serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.39

Kegiatan utama kelompok industri riset dan pengembangan termasuk:

1) Usaha penelitian dan pengembangan yang dilakukan secara


sistematis diselenggarakan oleh swasta berkaitan dengan teknologi
dan rekayasa.
2) Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan sosial yang
mencakup usaha penelitian dan pengembangan yang dilakukan
secara sistematis, diselenggarakan oleh swasta, berkaitan dengan ilmu
sosial, seperti penelitian dan pengembangan ekonomi, psikologi,
sosiologi, ilmu hukum dan lainnya.
3) Penelitian dan pengembangan humaniora yang mencakup usaha
penelitian dan pengembangan yang dilakukan secara teratur yang
diselenggarakan oleh swasta berkaitan dengan humaniora seperti
penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni.
4) Jasa konsultasi bisnis dan manajemen yang mencakup usaha
pemberian saran dan bantuan operasional pada dunia bisnis, seperti

38
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,
Jakarta: Depdagri
39
Afiff, Faisal. 2008. Pilar – Pilar Ekonomi Kreatif. [Online]. Tersedia:
http://www.fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/2198-pilar-pilar-ekonomi-
kreatif. [16 Oktober 2013]

34
konsultansi pada bidang hubungan masyarakat dan berbagai fungsi
manajemen, konsultasi manajemen oleh agronomis, dan
agrikultural ekonomis pada bidang pertanian dan sejenisnya.
Penggerak kelompok ini adalah pemerintah yang merilis
kebijakan nasional ilmu, pengetahuan, dan teknologi. Kebijakan Strategis
Pembangunan Nasional Iptek berfokus pada pembangunan ketahanan
pangan, penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan,
pengembangan teknologi dan manajemen transportasi, teknologi
informasi dan komunikasi, teknologi pertahanan dan teknologi
kesehatan dan obat‐obatan.40

Inti atau jantungnya ekonomi kreatif adalah industri kreatif yang


melakukan proses penciptaan melalui penelitian dan pengembangan untuk
menghasilkan barang – barang dan jasa – jasa baru yang bersifat komersial.
Dengan stock knowledge yang dimiliki para intelektual melahirkan ide – ide tau
gagasan – gagasan, inspirasi – inspirasi, dan khayalan – khayalan yang
diwujudkan dalam bentuk kekayaan intelektual seperti desain, merek dagang,
paten hak cipta dan royalti.41

2.2 Arus Pembangunan Ekonomi Modern

(Mokhamad, 2007) 42 Pembangunan Ekonomi suatu bangsa merupakan


pilar penting bagi terselenggaranya proses pembangunan di segala bidang. Karena
jika pembangunan ekonomi suatu bangsa berhasil, maka bidang-bidang lain
seperti bidang hukum, politik, pertanian, dan lain-lain akan sangat terbantu.

40
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007,
Jakarta: Depdagri
41
Suryana. (2013) Ekonomi Kreatif (Ekonomi Baru: Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang).
Jakarta: Salemba Empat.
42
Anwar, Mokhamad, dkk. 2007. Identifikasi Sektor Industri dan Peranannyadalam Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Garut.
pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/08/Identifikasi_Sektor_Industri.doc [20 Okt 2013]

35
(Dumairy, 1997)43 Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin
sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan.44

Sejak awal kemunculan nya, ekonomi kreatif di yakini dapat mempercepat


kemajuan pembangunan ekonomi modern dan pengembangan bisnis di indonesia.
Definisi arus pembangunan ekonomi modern dalam hal ini agar dapat
mengembangkan arus pembangunan dengan inovasi – inovasi, hal ini didasarkan
pada fenomena yang muncul dari pembangunan ekonomi dan perkembangan
bisnis di banyak negara, terutama pada perbedaan kinerja pembangunan ekonomi
dan bisnis yang amat tajam antara negara – negara miskin yang sumber daya alam
(SDA) dengan yang melimpah kekayaan alamnya. Sehingga dengan
perkembangan arus pembangunan ekonomi modern menjadi jalan atau kunci
keberhasilan perkembangan ekonomi saat ini. Kunci keberhasilan pembangunan
ekonomi dan pengembangan bisnis pada kasus terletak pada keunggulan modal
manusia dalam membangun ekonomi kreatif di arus pengembangan ekonomi
modern, melalui : investasi jangka pan jang pada pendidikan, modernisasi
infrastruktur informasi, peningkatan infastruktur untuk pengembangan kreatifitas
dan kapabilitas inovasi, dan penciptaan lingkungan ekonomi yang kondusif untuk
mendorong transaksi pasar yang lebih atraktif tetapi efisien.

Proses perkembangan ekonomi menurut Schumpeter, faktor utama yang


menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya
adalah para innovator atau entrepreneur (wiraswasta). Kemajuan ekonomi suatu
masyarakat hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur.
Dan kemajuan ekonomi tersebut diartikan sebagai peningkatan output total
masyarakat.

43
Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia. Penerbit Erlangga, Jakarta.
44
Sebayang, L.R. (2012). Analisis Prospek Ekspor Industri Kreatif dalam Meningkatkan
Perekonomian Indonesia. Skripsi Sarjana pada FE USU Medan: tidak diterbitkan

36
Dalam membahas perkembangan ekonomi, Schumpeter membedakan
pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi walaupun keduanya
merupakan sumber peningkatan output masyarakat. Menurut Schumpeter
pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan
oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses
produksi masyarakat tanpa adanya perubahan “teknologi” produksi itu sendiri.
Misalnya kenaikan out put yang disebabkan oleh pertumbuhan stok modal tanpa
perubahan teknologi produksi yang lama.

Sedangkan pembangunan ekonomi adalah kenaikan out put yang


disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh para wiraswasta. Inovasi ini berarti
perabaikan “teknologi” dalam arti luar, miasalnya penemuan produk baru,
pembukaan pasar baru dsb. Inovasi tersebut menyangkut perbaikan kuantitatif dari
system ekonomi itu sendiri yang bersumber dari kreatifitas para wiraswastanya.

Pembangunan ekonomi berawal pada suatu lingkungan sosial, politik, dan


teknologi yang menunjang kreatifitas para wiraswastanya. Adanya lingkungan
yang menunjang kreatifitas akan menimbulkan beberapa wiraswasta perintis yang
mencoba menerapkan ide ide baru dalam kehidupan ekonomi. Mungkin tidak
semua perintis tersebut akan berhasil dalam melakukan inovasi. Bagi yang
berhasil melakukan inovasi tersebut akan menimbulkan posisi monopoli bagi
pencetusnya. Posisi monopoli ini akan menghasilkan keuntungan di atas
keuntungan normal yang diterima para pengusaha yang tidak berinovasi.
Keuntungan monopolistis ini merupakan imbalan bagi para innovator dan
sekaligus juga merupakan rangsangan bagi para calon innovator. Hasrat untuk
berionovasi terdorong oleh adanya harapan memperoleh keuntungan monopolistis
tersebut.

Inovasi mempunyai 3 pengaruh yaitu : Diperkenalkannya teknologi baru,


menimbulkan keuntungan yang lebih (keuntungan monopolistis) yang merupakan
sumber dana penting bagi akumulasi modal, inovasi akan di ikuti oleh timbulnya

37
proses peniruan (imitasi) yaitu adanya pengusaha-pengusaha lain yang meniru
teknologi baru tersebut

Dalam banyak hal, keberadaan ekonomi kreatif di arus pembangunan


ekonomi modern mampu mengakselarasi pembangunan ekonomi dan bisnis serta
mendorong percepatan globalisasi ekonomi. Terkait dengan globalisasi ekonomi
ini, banyak pihak khususnya masyarakat ekonomi di negara – negara maju,
berupaya menyakini masyarakat dunia tentang pentingnya melakukan liberalisasi
investasi dan perdagangan. Kini praktik – praktik ekonomi dan global telah di
dominasi oleh kemajuan IPTEK , terutama teknologi informasi, sehingga proses
interaksi dan integrasi ekonomi antar negara dapat berlangsung secara cepat tanpa
hambatan. Realitas ini menjadikan globalisasi ekonomi sebagai bagian dari
kehidupan dalam dunia bisnis global. Praktik – praktik ekonomi dan bisnis seperti
itu telah menciptakan persaingan bisnis yang makin ketat, dan sekaligus
merupakan tantangan manajemen di era baru sekarang ini.45

2.3 Hambatan Pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia

Perombakan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menjadi


Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif hal baik bagi pelaku ekonomi
kreatif. Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB ditargetkan naik dari 7,6 persen
menjadi 8-9 persen. Tetapi dalam pengembangannya terdapat beberapa hambatan
dalam mengembangkan ekonomi kreatif. Menurut Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu terdapat lima hambatan dalam
mengembangkan Industri.

Pemerintah mulai serius menggarap ekonomi kreatif lewat sejumlah


kementerian. Menurut Mari Elka “Hampir seluruh kementerian berkontribusi
sesuai dengan cetak biru masing-masing. Koordinatornya Menko Kesra. Jadi,
tidak mungkin tumpang tindih. Hal itu diatur dalam Instruksi Presiden Nomor 6

45
Laverite, Dire. (2013). Teori Inovasi Schumpeter dalam Pembangunan Ekonomi. [Online].
Tersedia: http://sepengetahuan-ku.blogspot.com/2013/04/teori-inovasi-schumpeter-dalam.html

38
Tahun 2009. Untuk kami, porsinya ada di seni pertunjukan, musik, film, seni rupa,
desain dan arsitektur, konten periklanan, dan percetakan.”

Alasan pemerintah mengembangkan ekonomi kreatif adalah “Potensi yang


kita miliki sangat besar. Ada 14 subsektor di sana, dan kami sedang
mengupayakan supaya kuliner bisa masuk. Ekonomi kreatif menciptakan daya
saing baru karena tidak mudah ditiru. Tidak hanya itu, tetapi juga menciptakan
kebanggaan bangsa. Kontribusinya bagi penciptaan lapangan usaha tercatat 6,7
persen. kontribusi tenaga kerja sebesar 7,7 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan
sektor pertambangan sebesar 0,9 persen dan sektor pengangkutan dan komunikasi
sebesar 5,6 persen.”

Ada lima kendala utama, yaitu: akses pada bahan baku, teknologi,
permodalan, perlindungan hak cipta, dan ketersediaan ruang publik. Beberapa
industri di Indonesia seperti batik masih sulit mendapatkan kain mori. Hal serupa
juga masih dialami subsektor lainnya. Dalam sisi teknologi sebagai alat
pemasaran dan juga teknologi sebagai alat untuk membuat produk kreatifnya.
Pemanfaatan teknologi masih rendah.

Dari sisi perbankan ekonomi kreatif belum menjadi ekonomi produktif.


Adapun upaya pemerintah dalam melaksanankannya dengan menggelar
pertemuan dengan Bank Indonesia untuk menyamakan pemahaman soal ekonomi
kreatif. Beberapa bank sudah melakukan kontribusi, tetapi masih kecil. Terdapat
kesulitan mengukur nilai aset usaha karena sifatnya intangible. Pembiayaan tidak
hanya dari perbankan, tetapi juga nonperbankan. Pemerintah sedang menggagas
program subsidi untuk creativepreneur pemula. Para creativepreneur biasanya
belum punya business plan, tetapi mempunyai ide-ide cemerlang.

Terkait dengan perlindungan hak cipta masih terdapat pembajakan yang


menjadi masalah serius. Menurut Mari Elka “Jika disparitas harga antara produk
asli dan bajakan sangat tinggi, maka potensi kerugiannya juga tinggi. Karenanya

39
dari sisi suplai sebaiknya disparitas harga dikurangi. Caranya dengan diversifikasi
produk sesuai daya beli. Dari sisi penegakan hukum, pemerintah harus lebih
serius. Tidak hanya menindak para pengedar, tetapi juga pabrik yang
memproduksi barang bajakan.”

Terdapat beberapa kendala lain seperti masih diperlukan banyak ruang


publik untuk memamerkan, memperjualbelikan, dan menjelaskan karya-karya
kreatif. Percuma saja produksi karya kreatif membeludak kalau tidak bisa
ditampilkan ke publik.46

2.4 Perkembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia

Di Indonesia, dalam Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional


2009-2015 (2008) Ekonomi Kreatif didefinisikan sebagai berikut: “Era baru
ekonomi setelah ekonomi pertanian, ekonomi industri, dan ekonomi informasi,
yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan
pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi utama dalam
kegiatan ekonominya.”

Seperti tertuang pada cetak biru pengembangan ekonomi kreatif


Departemen Perdagangan pada 2004 – 2009 bahwa pengembangan ekonomi
kreatif tahap pertama di Indonesia (periode 2004 – 2009), sebenarnya diharapkan
menghasilkan kreativitas modal sosial (social capital creation), yang meliputi
empat unsur, sebagai berikut:
1. Pembentukan komunitas kreatif (creative community formation)
2. Kesadaran berkreasi (awareness creation)
3. Perluasan jejaring (networking expansion)
4. Kolaborasi orang kreatif (creative people collaboration)

46
Prihtiyani, Eny. (2011, 8 November). Wawancara Khusus Mari Pangestu: Lima Kendala Utama
Ekonomi Kreatif. Kompas Travel [Online]. Tersedia:
http://travel.kompas.com/read/2011/11/08/02533938/Mari.Pangestu.Lima.Kendala.Utama.Ekono
mi.Kreatif. [7 Oktober 2013]

40
Setelah kreativitas modal sosil terbentuk, langkah berikutnya adalah
membentuk cetak biru (blue print) industri kreatif Indonesia (Departemen
Perdagangan, 2007)47, yang dibagi menjadi dua tahap utama, yaitu sebagai berikut.
1. Tahap Penguatan (Periode 2007 – 2015)
Pada tahap ini industri kreatif ditargetkan mencapai 6 – 8 persen
terhadap PDB riil nasional, kontribusi ekspor IK diharapkan mencapai
6 – 8 persen dari ekspor nasional, dan menyerap tenaga kerja minimal
6,5 persen. Selanjutnya akan meningkatkan jumlah perusahaan 1,5 – 2
kali lipat dari 2006.
2. Tahap Akselerasi (Periode 2015 – 2025)
Pada tahap ini, ekonomi kreatif memberika kontribusi sebesar 9 – 11
persen terhadap PDB riil nasional dan menyerap tenaga kerja mencapai
9 – 11 persen terhadap tenaga kerja nasional serta pada 2015 akan
meningkatkan jumlah usaha yang bergerak dalam sektor industri
kreatif 3 kali lipat dari 2006, yaitu sekitar 6,8 juta perusahaan serta
ditargetkan akan menciptakan 504 merek lokal baru (new local brand).
Pembangunan industri kreatif ini akan mendapatkan hasil yang optimal
jika terjadi kolaborasi antartiga aktor utama, yaitu cendikiawan
(intellectuals), kalangan bisnis (businessman), dan pemerintah
(goverment), atau yang dimaksud dengan “triple helix”.

2.4.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Tantangan, dan Kesulitan


Pengembangan Industri Kreatif

1. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan


a. Kekuatan (Strenght)
1) Potensi penduduk dan jumlah penduduk
2) Kaya budaya dan warisan budaya
47
Departemen Perdaganagan. (2007). Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia.
Jakarta: Departemen Perdagangan.

41
3) Sumber daya alam yang melimpah dan menarik
4) Industri kreatif tersebar di berbagai wilayah tanah air
5) Bahan baku industri kreatif kebanyakan bukan impor, tetapi
berasal dari lokal
b. Kelemahan (Weakness)
Seperti dikemukakan dalam buku Kerajinan (2006: 110 – 112),
kelemahan sumber daya industri kreatif seperti tercemin pada beberapa
kelemahan industri kerajinan umumnya.
1) Lemah dalam desain produk, baik dalam jumlah maupun kualitas
desain pekerjaan. Kelemahan tersebut disebbkan karena
keterbatasan pengetahuan dan wawasan mengenai pasar yang
menyebabkan lemahnya desain yang kurang bermutu dan
minimnya sentuhan kontemporer. Pendidikan bimbingan dan
pembinaan, konsultasi dan pelatihan yang berkelanjutan
merupakan suatu kebutuhan bagi mereka.
2) Lemah dalam pengomersialisasian produk. Lemahnya dalam
mengomersialisasikan produk tercermin dari minimnya jaringan
pasar, minimnya loyalitas konsumen terhadap produk, dan pada
akhirnya nilai tambah yang dinikmati para pengusaha menjadi
kecil. Hal tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan dan
wawasan dalam melakukan komersialisasi seperti promosi,
manajemen merek, dan untuk mencari tahun kondisi, aturan dan
preferensi konsumen asing.
3) Kurang memahami produksi dan bisnis. Kurang memahami
manajemen produksi dan bisnis, berdampak pada ketidakberhasilan
untuk meningkatkan peringkat (rangking ) usaha. Hal tersebut
terjadi karena tidak memiliki pengetahuan tentang apa kekuatan
dan kelemahan yang harus di atasi dari internal.
4) Etos kerja dan produktivitas yang masing kurang. Bekerja yang
kurang rapih dan asal – asalan, asal selesai dan asal memenuhi

42
pesenan, asal terjual mengakibatkan prduk kurang berkualitas,
biaya tinggi dan bermasalah dalam pengiriman pesenan (delivery
order DO) pemesanan tidak berkelanjutan .
5) Menganggap bahwa industri kerajinan bukan tempat yang berkarir
menjanjikan . pekerjaan ini dianggap sambilan yang dikerjakan
apabila tidak ada pekerjaan lain, akibat kinerjanya kurang baik
yang mengakibatkan hasilnya kurang memuaskan dari berbagai
aspek .
6) Belum adanya gerakan pengembangan industri kreatif yang
menyentuh tingkat bawah dan baru tahap wacana.
c. Peluang (Opportunities)
1) Pangsa pasar hasil industri kreatif baik lokal maupun nasional
maupun global cenderung meningkat .
2) Ada kecenderungan semakin diminatinya hasil industri kreatif
3) Ekspetasi konsumen terhadap produk industri kreatif semakin
tinggi
d. Tantangan (Challenge)
1) Globalisasi dan perdagangan bebas yang menuntut daya saing
tinggi
2) Semakin tinggi nya persaingan produk luar dan jumlah pesaing
3) Kualitas produk pesaing yang relatif lebih tinggi karena sudah
menggunakan perangkat teknologi
4) Kemajuan teknologi yang semakin cepat
5) Kurang diminatinya produk dalam negeri oleh sebagian besar
masyarakat
2. Kesulitan Pengembangan Ekonomi Kreatif

Menurut UNDP-UNCTAD (2008-40), ada beberapa kesulitan untuk


ekspansi yang disebabkan oleh hal – hal sbagian berikut :

43
a) Kekurangan modal (Lack Of Capital), terutama modal finansial untuk
pengadaan dan pembiayaan operasional ekonomi kreatif. Kekurangan
modal finansial akan menghambat kegiatan ekonomi kreatif terutama
untuk mewujudkan gagasan kedalam produk ekonomi kreatif yang
riil, namun harus dipahami bahwa modal yang utama dalam indutri
kreatif adalah ,modal intelektual untuk meningkatkan nilai tambah.
Hal ini terlihat dari kepentingan industri kreatif untuk meningkatkan
nilai tambah.
b) Kekuranagn leterampilan berwirausaha (Lack Of Enterpreneurial
Skills), keterampiran berwirausaha meliputi keterampiran berkreasi,
berinovasi, keterampilan melakukan riset, dan pengembangan.
Keterampilan manajerial serta keterampilan berbisnis. Kekurangan
ketermpilan akan berdampak pada kesulitan pebisnis untuk melakukan
komersialisasi produk.
c) Kekurangan infrastruktur dan kelembagaan (Lack Of Infrastructures
and aianstitutions), Infrastruktue ekonomi kreatid berupa regulasi,
kemudahan, advokasi dan sarana yang lainnya diciptakan oleh
pemerin tah seperti kelembagaan, pembinaan dan perlindungan.

Secara empirik berdasarkan pada penelitian penulis dan kawan –


kawan terhadap Industri Kreatif di beberapa kota di jawa barat pada
2009. Ada beberapa indikator kekuatan, kelemahan, peluang dan
tantangan industri kreatif yang meliputi hal – hal sebagai berikut :
a. Gagasan berkreasi
Indikator kelemahan meliputi kurangnya untuk mengadaptasi terhadap
produk yang sudah ada baik dari emdia massa maupundari luar,
kekuatan selalu merujuk pada biudaya yang ada secara turun temurun,
tetapi ada kelemahan yaitu tanpa perubahan terus menerus.
b. Kerja sama

44
Indikator yang ditemukan melipti: kurang kerja sama dengan pihak
lain, baik dalam distribusi maupun pemasara, tidak memiliki jaringan
usaha dan kerja sama teknik.
c. Inovasi Produk
Indikator yang ditemukan meliputi : kurang inovasi, tidak memiliki
desain, dan paten atau produk seharusnya tampil dengan ciri khas
tersendiri yang sudah digemari sejak lama.
d. Inovasi metode produksi
Indikator yang ditemukan memiliki tahapan produksi yang tetap (tidak
berubah), tidak menggunakan komputer, kekuatannya sudah
menggunakan mesin dalam proses produksi dan beberapa industr kecil
yang memiliki standar kualitas produk
e. Sumber daya manusia
Indikatornyang ditemukan meliputi : kebanyakan memiliki tenaga
kerja yang hanya terampil dan perpengalaman dalam bidang itu sejak
lama, sebagian besar pendidikan pada umumnya Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) dan Sekolah Dasar (SD).
f. Permodalan dan bahan baku
Indikator yang ditemukan meliputi : memiliki modal sendiri dan tidak
memili modal sendiri dan tidak memiliki dari sumber luar seperti bank
dan pemerintah. Kebergantuangan bahan baku rendah untuk bahan
baku lokal dan kebanyakan emmeiliki bahan baku sendiri.
g. Distribusi
Indikator yang ditemukan meliputi: kebanyakan mampu
menyelesaikan pesanan sesuai dengan order (permintaan/pemesanan),
saluran distribusinya langsung dan memiliki saluran pemasaran di luar
kabupaten.13

45
2.4.2 Kontribusi Industri Kreatif di Indonesia

1. Perkembangan 14 Sektor Industri Kreatif (Tahun 2002 – 2006)


2. Kontribusi Industri Kreatif terhadap Perekonomian Indonesia (Tahun
2002 – 2010)
3. Program – Program yang Dilaksanakan Pemerintah Dalam
Mendukung Pengembangan Industri Kreatif di Indonesia.
Indonesia pun mulai melihat bahwa sektor industri kreatif ini
merupakan sektor industri yang potensial untuk dikembangkan, karena
jika dilihat dari sumber daya yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia,
kreativitas masyarakat Indonesia dapat disejajarkan dengan bangsa – bangsa
lainnya di dunia. Hal ini terbukti dengan banyak sekali karya anak
bangsa yang diakui oleh komunitas internasional. Saat ini Indonesia
tercatat menempati peringkat ke‐43 di Economic Creativity Index
Ranking yang dipublikasikan oleh World Economic Forum.

46
Tabel 2.1
Ekspor 14 Subsektor Industri Kreatif Indonesia
Tahun 2002 – 2005

Jumlah Ekspor Ribu (Rp)


NO Kelompok Industri Kreatif 2002 2003 2004 2005 2006 Rata - Rata
1 fesyen 36.269.925.776 34.907.639.565 44.480.154.933 50.423.553.242 53.524.336.013 43.921.121.901
2 kerajinan 22.412.716.523 21.608.435.950 24.405.455.354 26.059.589.876 26.414.919.077 24.180. 223.356
3 Desain 591.626.895 564.554.321 776.973.182 848.157.800 971.609.189 750.584.278
4 musik 724.456.959 1.004.425.427 379.259.727 225.989.427 238.300.156 514.486.339
5 penerbitan dan percetakan 66.654.798 62.106.764 60.826.378 69.748.953 60.898.476 64.047.074
6 Permainan Interaktif 32.172.271 39.756.499 53.784.365 68.388.474 75.739.518 53.896.225
7 pasar seni dan barang antik 38.103.666 43.170.242 38.665.497 60.003.907 78.003.328 51.601.328
8 periklanan 23.116.365 26.421.735 51.674.775 39.365.466 64.626.424 41.050.953
9 film, video, dan fotografi 469.913 857.375 3.779.916 1.275.217 137.203 1.303.921
10 arsitektur 89.302 245.402 209.524 57.009 236.450 167.373
11 seni pertunjukan 0 0 0 0 0 0
12 layanan komputer dan pifranti Lunak 0 0 0 0 0 0
13 Televisi dan radio 0 0 0 0 0 0
14 Riset dan pengembangan 0 0 0 0 0 0
Jumlah 60.159.382.445 58. 257.613.263 70.250.783.650 77.796.159.372 81.428. 475.834 69.678.482.913
Sumber: Indonesia Kreatif48

48
Indonesia Kreatif. . (2011). Bagaimana Posisi Strategis Indonesia dalam Perekonomian Nasional.[Online].Tersedia:
http://indonesiakreatif.net/uncategorized/bagaimana-posisi-strategis-industri-kreatif-dalam-perekonomian-nasional/. [20 Okt. 2013]

47
Tabel 2.2
Kontribusi Industri Kreatif terhadap Perekonomian Indonesia
Tahun 2002 – 2005

No Indikator Satuan 2002 2003 2004 2005


1 Berbasis PDB
1.1 Nilai Tambah Berlaku Miliar Rp 160,337 167,355 192,128 214,541
1.2 Nilai Tambah Konstan Miliar Rp 132,427 131,077 138,627 135,394
1.3 Pertumbuhan Persen - -1,05 5.76% -2,33%
1.4 Kontribusi Nasional Persen 8.80% 8.31% 8.37% 7.73%
2 Berbasis Ketenagakerjaan
2.1 Jumlah Tenaga Kerja Orang 8.020.276 6.700.589 7.497.885 7.360.392
2.2 Pertumbuhan Persen - -17,18% 11.90% -1,84%
2.3 Tingkat Partisipasi Nasional Persen 8.83% 7.38 % 8.00% 7.75%
2.4 Produktivitas Ribu Rp/TK 52.301 48.038 7.75% 67.361
3 Berbasis Aktivitas Perusahaan
3.1 Jumlah Perusahaan Perusahaan 3.192.365 2.623.695 3.009.344 2.734.076
3.2 Pertumbuhan Persen - -17,80% 18,12% -11,79%
3.2 Kontribusi Nasional Persen 7,52% 6,34% 7,24% 6,57%
4 Berbasis Perdagangan Internasional
4.1 Nilai Ekspor Miliar Rp 3.192.365 2.623.695 3.009.344 2.734.076
4.2 Pertumbuhan Ekspor Persen - -17,80% 18,12% -11,79%
4.3 Kontribusi Terhadap Ekspor Nasional Persen 7,52% 6,34% 7,24% 6,57%
4.4 Nilai Impor Miliar Rp 4.445 4.060 5.560 6.915
4.5 Pertumbuhan Impor Persen - -8,67% 36.97% 24.38%

48
4.6 Kontribusi Terhadap Impor Nasional Persen 1.59% 1.50% 1.29% 1.22%
4.7 Net Trade Miliar Rp 53.967 53.537 64.214 69.547
4.8 Pertumbuhan Net Trade Persen - -0,80% 19.94% 8.30%
4.9 Kontribusi Terhadap Net Trade Nasional Persen 23.33% 22.54% 27.58% 25.30%
Sumber: Indonesia Kreatif49 (diolah)

49
Indonesia Kreatif. . (2011). Bagaimana Posisi Strategis Indonesia dalam Perekonomian Nasional.[Online].Tersedia:
http://indonesiakreatif.net/uncategorized/bagaimana-posisi-strategis-industri-kreatif-dalam-perekonomian-nasional/. [20 Okt. 2013]

49
Tabel 2.3
Industri Kreatif Dalam Perekonomian Indonesia
Tahun 2006 – 2010

No Indikator Satuan 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-Rata


1 Berbasis PDB
1.1 Nilai Tambah Berlaku Miliar Rp 256,848 293,286 345,458 394,937 468,10% 276,999
1.2 Nilai Tambah Konstan Miliar Rp 142,091 145,975 145,239 148,537 157,49% 141,878
1.3 Pertumbuhan Persen 4.95% 2.73% -0,50% 2.27% 6.03% 2.23%
1.4 Kontribusi Nasional Persen 7.69% 7.43% 6.97% 7.04% 7.29% 7.74%
2 Berbasis Ketenagakerjaan
2.1 Jumlah Tenaga Kerja Orang 7.009.392 7.375.116 7.624.643 8.207.532 8.553.365 7.602.092
2.2 Pertumbuhan Persen -4,67% 5,22% 3.38% 7.64% 4,21% 7,01%
2.3 Tingkat Partisipasi Nasional Persen 7.34% 7.38% 7.43% 7.83% 7.90 % 7,76%
Ribu
2.4 Produktivitas Rp/TK 65.458 67.361 67.129 67.129 62.701 61.184
3 Berbasis Aktivitas Perusahaan
3.1 Jumlah Perusahaan Perusahaan 2.576.235 2.835.608 3.035.224 3.225.248 3.350.674 2.963.638
3.2 Pertumbuhan Persen -5,77% 10,07% 7,04% 6,26% 3,89% 1,25%
3.2 Kontribusi Nasional Persen 6,09% 6,41% 6,64% 6,94% 7,71% 6,76%
4 Berbasis Perdagangan Internasional
4.1 Nilai Ekspor Miliar Rp 2.576.235 2.835.608 3.035.224 116,651 3.350.674 2.963.638
4.2 Pertumbuhan Ekspor Persen -5,77% 10,07% 7,04% 1.50% 3,89% 1,25%

50
4.3 Kontribusi Terhadap Ekspor Nasional Persen 6,09% 6,41% 6,64% 10.65% 7,71% 6,76%
4.4 Nilai Impor Miliar Rp 6.045 8.077 10.442 15.491 16.262 8.589
4.5 Pertumbuhan Impor Persen -12,58% 33.62% 29.27% 48.35% 4.98% 19.54%
4.6 Kontribusi Terhadap Impor Nasional Persen 1.10% 1.15% 0.82% 1.70% 1.33% 1.30%
4.7 Net Trade Miliar Rp 78.795 87.131 104.483 101.161 114.989 80.869
4.8 Pertumbuhan Net Trade Persen 13.30% 10.58% 19.91% -3,18% 13.67% 10.22%
4.9 Kontribusi Terhadap Net Trade Nasional Persen 21.99% 23.34% 41.65% 45.68% 57.83% 33.14%
Sumber: Indonesia Kreatif50 (diolah)

50
Indonesia Kreatif. . (2011). Bagaimana Posisi Strategis Indonesia dalam Perekonomian Nasional.[Online].Tersedia:
http://indonesiakreatif.net/uncategorized/bagaimana-posisi-strategis-industri-kreatif-dalam-perekonomian-nasional/. [20 Okt. 2013]

51
Gambar 2.1
Ekspor, Impor, Net Trade Industri Kreatif Indonesia
Tahun 2002 - 2010

Sumber: Seksinya Ekspor Industri Kreatif Indonesia51


51
Simarmata, Bastian. (2011). Seksinya Ekspor Industri Kreatif Indonesia. [Online]. Tersedia:http://indonesiakreatif.net/uncategorized/seksinya-ekspor-
industri-kreatif-indonesia/ [20 Okt. 2013]

52
Gambar 2.2
PDB Industri Kreatif
Tahun 2002 – 2010

Sumber: Industri Anti Krisis Sebagai Industri Anti Krisis52


52
Asdi, Erika. (2011). Industri Kreatif Sebagai Industri Anti Krisis. [Online]. Tersedia: http://indonesiakreatif.net/article/industri-kreatif-sebagai-industri-
antikrisis/ [20 Okt. 2013]

53
Gambar 2.3
Tenaga Kerja Industri Kreatif
Tahun 2002 - 2010

Sumber: Industri Anti Krisis Sebagai Industri Anti Krisis53


53
Asdi, Erika. (2011). Industri Kreatif Sebagai Industri Anti Krisis. [Online]. Tersedia: http://indonesiakreatif.net/article/industri-kreatif-sebagai-industri-
antikrisis/ [20 Okt. 2013]

54
Gambar 2.4
Penyerapan Tenaga Kerja di Subsektor Industri Kreatif
Tahun 2006 – 2010

Sumber: Penyerapan tenaga kerja di subsektor industri kreatif tahun 2006 - 2010 (indonesiakreatif.net)54

54
Tersedia: benitoramio-nugroho.blogspot.com/2012/11/media-sosial-pilar-baru-pendorong.html atau Indonesiakreatif.net [20 Okt. 2013]

55
Gambar 2.3
Rata-Rata Kontribusi Nilai Tambah (PDB) Industri Indonesia
Tahun 2002 – 2010

Sumber: Indonesia Kreatif55

55
Indonesia Kreatif. . (2011). Bagaimana Posisi Strategis Indonesia dalam Perekonomian Nasional.[Online].Tersedia:
http://indonesiakreatif.net/uncategorized/bagaimana-posisi-strategis-industri-kreatif-dalam-perekonomian-nasional/. [20 Okt. 2013]

56
Gambar 2.4
Peran Sektor Industri Kreatif Secara Nasional Tahun 2006 – 2010

Sumber: Indonesia Kreatif56

56
Indonesia Kreatif. . (2011). Peran Ekonomi Kreatif Secara Nasional. [Online].Tersedia: http://indonesiakreatif.net/uncategorized/peran-ekonomi-kreatif-
secara-nasional/. [20 Okt. 2013]

57
Dalam upaya merangsang pertumbuhan dan mempromosikan industri kreatif,
pemerintah mengadakan program-program berskala besar seperti :

a. Tahun 2006
 Arahan Presiden SBY untuk mengembangkan Ekonomi Kreatif
 Pembentukan Indonesia Design Power oleh Departemen Perdagangan
untuk membantu pengembangan ekonomi kreatif
b. Tahun 2007
 Peluncuran Studi Pemetaan Kontribusi Industri Kreatif Indonesia 2007
pada ajang Trade Expo Indonesia
c. Tahun 2008
 Peluncuran Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025
dan Cetak Biru Pengembangan 14 Subsektor Ekonomi Kreatif
Indonesia
 Pencanangan Tahun Indonesia Kreatif 2009
d. Tahun 2009
 Pencanangan Tahun Indonesia Kreatif tahun 2009
 Pekan Produk Kreatif 2009
 Pameran Ekonomi Kreatif
 Updating Studi Pemerataan Kontribusi Ekonomi Kreatif57

2.5 Dampak Positif Perkembangan Ekonomi Kreatif Dalam Arus


Pembangunan Ekonomi Modern di Indonesia

Industri kreatif ini merupakan pilar utama dalam pembentukan ekonomi


kreatif dan ekonomi kreatif ini sangatlah penting bagi Indonesia karena diyakini
ekonomi kreatif akan memberikan dampak positif bagi tatanan kehidupan dan

57
Seputar Wirausaha. Ekonomi Kreatif Definisi Ekonomi Kreatif.[Online]. Tersedia:
arifh.blogdetik.com/ekonomi-kreatif/. [20 Okt. 2013]

58
bernegara. Dampak positif yang dapat dihasilkan dengan terbentuknya ekonomi
kreatif dapat ditunjukkan dalam gambar berikut ini58

Kontribusi Ekonomi:
*PDB
*Menciptakan Lapangan
Pekerjaan
*Ekspor

Iklim Bisnis:
Kontribusi Ekonomi:
*Penciptaan Lapangan Usaha
*PDB
*Dampak bagi Lapangan
*Menciptakan sektor lain
Pekerjaan
*Pemasaran
*Ekspor
Citra & Identitas Bangsa:
Mengapa Iklim Bisnis:
*Turisme
Ekonomi *Ikon Internasional
*Penciptaan Lapangan Usaha
Kreatif ? *Membangun budaya, warisan
*Dampak bagi sektor lain
budaya & nilai lokal
*Pemasaran
Mengapa Sumber Daya Terbarukan:
Ekonomi Citra & Identitas
*Berbasis Bangsa:
pengetahuan,
Kreatif ? *Turisme
kreativitas
*Ikon
*GreenInternasional
Community
*Membangun budaya, warisan
budaya&
Inovasi &Kreativitas
nilai lokal :
Sumber Daya Terbarukan:
*Ide & Gagasan
*Berbasis pengetahuan,
*Penciptaan nilai
kreativitas
*Green
DampakCommunity
Sosial:
Inovasi & Hidup
*Kualitas Kreativitas :
*Ide & Gagasan
*Peningkatan Toleransi Sosial
*Penciptaan nilai

Menurut Depatemen Perdagangan (2007) Dampak


Industri Sosial:
kreatif ini memberikan
*Kualitas Hidup
kontribusi PDB pada urutan ke 7 dari 10 sektor yang dianalisis, yaitu rata‐rata
*Peningkatan Toleransi Sosial
sebesar 104,638 Triliun Rupiah pada tahun 2002‐2006, di atas rata‐rata kontribusi

58
Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2007. Studi Industri Kreatif Indonesia
2007,Departemen Perdagangan RI, Jakarta.

59
sektor: pengangkutan dan komunikasi, bangunan, dan Listrik, gas, dan air bersih.
Pada periode 2002‐2006 industri kreatif mampu menyerap tenaga kerja dengan
rata‐rata sebesar 5,4 juta pekerja di atau dengan tingkat partisipasi sebesar 5,8%
serta dengan produktivitas tenaga kerja mencapai 19,5 juta per pekerja tiap
tahunnya. Produktivitas tenaga kerja pada sektor ini lebih tinggi dari produktivitas
nasional yang hanya mencapai kurang dari 18 juta rupiah per pekerja per
tahunnya.Jumlah perusahaan yang bergerak di sektor ini hingga tahun 2006
mencapai 2,2 juta, berkisar 5,17% dari jumlah perusahaan yang ada di Indonesia.
Pada tahun 2006 ini pula, industri kreatif telah melakukan ekspor sebesar 81,5
triliun rupiah mencapai hingga 9,13% dari total ekspor Nasional ( Departemen
Perdagangan, 2007)

Bahkan menurut Elitua dan Bastian (2011), perkembangan ekonomi


kreatif secara kuantitatif selama 5 tahun terakhir (2006-2010), ditunjukkan bahwa
rata-rata pertumbuhan output selama 5 tahun mencapai 3,1%. Kemudian
berdasarkan rata-rata kontribusi ekonomi secara nasional, industri kreatif berperan
cukup besar yaitu 7,28%, hasil ini lebih besar dari kontribusi yang disumbangkan
sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan (6,53%), Pengangkutan dan
Komunikasi (6,5%) dan Listrik, Gas dan Air Bersih (0,85%). Dalam penyerapan
tenaga kerja, industri kreatif rata-rata menyerap 7,75 juta tenaga kerja dari 108
juta jumlah rata-rata tenaga kerja nasional.

Kemudian, menciptakan lapangan usaha rata-rata sebesar 3 juta


perusahaan dari 47 juta jumlah usaha yang ada secara nasional.Selain itu,
perananan dalam Perdagangan Internasional mencatat pendapatan bersih sebesar
97,3 milyar rupiah, dimana ekspor sebesar 108,5 Milyar lebih tinggi dibanding
impor sebesar 11,2 Milyar. Rata-rata perbandingan nilai ekspor terhadap nilai
impornya mencapai 10 kali lipat, kontribusi ekspor pun cukup tinggi sebesar
9,12% terhadap ekspor nasional sedangkan impor hanya 1,22% terhadap impor
nasional, hasil ini menunjukkan industri kreatif memiliki peranan dalam

60
meningkatkan pendapatan dalam negeri.Disamping itu, Industri Kreatif dapat
memberikan peran yang sangat luas dalam memperbaiki citra pariwisata nasional
serta kemampuannya mengangkat warisan budaya lokal kemudian
mengembangkannya.59

Berdasarkan pengamatan yang ada dapat disimpulkan bahwa ekonomi


kreatif diyakini mampu menjawab tantangan permasalahan dasar jangka pendek
dan menengah nasional, yaitu: (1) tingginya kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi nasional (rata-rata 7,28% per tahun); (2) penyerapan tenaga kerja di
tengah tingginya pengangguran (7,75%), dan (3) peran aktif dalam perdagangan
internasional.60

2.6 Manfaat Perkembangan Ekonomi Kreatif Untuk Pembangunan Ekonomi


Modern di Indonesia

Manfaat ekonomi kreatif dinilai mampu mempertegas dan memperkaya


identitas nasional Bangsa Indonesia karena bisa memadukan ide, seni, dan
inovasi berbasis teknologi dan budaya yang tumbuh di kalangan masyarakat
lokal.n Melalui dukungan ekonomi kreatif, bangsa kita memperoleh manfaat,
yaitu pertumbuhan ekonomi yang pro-rakyat, pemanfaatan sumberdaya alam
secara efektif serta penguatan identitas kultural yang justru akan mempertegas dan
memperkaya identitas nasional bangsa kita sektor ekonomi kreatif sekaligus
memiliki peran signifikan dalam mendorong penciptaan lapangan kerja dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu mampu meningkatkan
kemampuan teknologi tepat guna dan merupakan produk berbasis pro-green
economy namun tetap bisa melestarikan warisan budaya dan kreativitas bangsa

59
Simarmata ,Elitua H dan Bastian Simarmata.2011. Bagaimana Posisi Strategis Industri Kreatif
dalam Perekonomian Nasional?. Tersedia:
http://www.indonesiakreatif.net/index.php/id/news/read/bagaimanaposisi-strategis-industri-kreatif-
dalam-perekonomian-nasional. [20 Okt. 2013]
60
Sebayang, L.R. (2012). Analisis Prospek Ekspor Industri Kreatif dalam Meningkatkan
Perekonomian Indonesia. Skripsi Sarjana pada FE USU Medan: tidak diterbitkan

61
Indonesia yang khas dan unik. Kita harus bisa memanfaatkan kesempatan untuk
mengoptimalkan ekonomi kreatif, apalagi ini sekarang sedang menjadi tren baik
di Indonesia maupun di dunia.

Industri kreatif di Indonesia harus dikembangkan karena industri kreatif


dapat memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan dan menciptakan iklim
bisnis yang positif serta membangun citra serta identitas bangsa. Di sisi lain,
industri kreatif berbasis pada sumber daya yang terbarukan, menciptakan inovasi
dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa serta
memberikan dampak sosial yang positif. Dan memang untuk menggerakkan
industri kreatif diperlukan beberapa faktor. Di antaranya, arahan edukatif,
memberikan penghargaan terhadap insan kreatif, serta menciptakan iklim usaha
yang kondusif Selain itu pemanfaatan industri kreatif yang ada dapat mengurangi
penggunaan sumber daya alam yang tidak terbarukan. Misalnya pemanfaatan
komoditas kayu hasil hutan. Apabila kayu tersebut hanya digunakan sebagai
produk industri kertas maka kayu tersebut akan mempunyai harga (nilai tambah)
yang sedikit bila dibandingkan dengan pemanfaatan untuk mebel atau untuk
barang kerajinan tangan, dalam hal ini mewakili industri kreatif. Ide-ide dan
kreativitas ini yang menjadi barang berharga.61

61
Moelyono, Mauled. (2010). Menggerakan Ekonomi Kreatif (Antara Tuntutan dan Kebutuhan).
Jakarta: Raja Grafindo Persada

62
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat


diambil beberapa kesimpulan, antara lain sebagai berikut:

1. Industrialisasi telah menciptakan pola kerja, pola produksi dan pola


distribusi yang lebih murah dan lebih efisien, era globalisasi dan
konektivitas mengubah cara bertukar informasi, berdagang, dan konsumsi
dari produk-produk budaya dan teknologi dari berbagai tempat di dunia.
Dunia menjadi tempat yang sangat dinamis dan kompleks sehingga
kreativitas dan pengetahuan menjadi suatu aset yang tak ternilai dalam
kompetisi dan pengembangan ekonomi. Kebutuhan masyarakat yang
bervariasi memicu pelaku industri di Indonesia harus melakukan inovasi
agar tetap dapat berproduksi. Peran pemerintah sangat penting dalam
kemunculan ekonomi kreatif di Indonesia. Karena dengan dukungan
pemerintah eksistensi ekonomi kreatif meningkat. Dari beberapa uraian
dalam pembahasan dapat disimpulkan ekonomi kreatif merupakan suatu
konsep ekonomi yang muncul setelah era ekonomi informasi yang
mengedepankan kreativitas, keterampilan dan bakat individu dalam
mencipta karya orisinil berdasarkan daya kreasi dan daya cipta individu
yang bernilai ekonomis dan dilindungi oleh HKI.

2. Dalam banyak hal, keberadaan ekonomi kreatif di arus pembangunan


ekonomi modern mampu mengakselarasi pembangunan ekonomi dan
bisnis serta mendorong percepatan globalisasi ekonomi karena produk –
produk yang dihasilkan industri kreatif di Indonesia Mampu bersaing di
pasar global. Saat ini Indonesia tercatat menempati peringkat ke‐43 di

63
Economic Creativity Index Ranking yang dipublikasikan oleh World Economic
Forum.

3. Perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia mengalami kemajuan


walaupun masih tergolong rendah. Ada lima kendala utama, yaitu: akses
pada bahan baku, teknologi, permodalan, perlindungan hak cipta, dan
ketersediaan ruang publik dan pemanfaatan teknologi masih rendah.

Melalui pemaparan data – data yang telah ditulis sebelumnya


perkembangan Ekonomi kreatif mengalami peningkatan sejak tahun 2002
– 2010 baik dari segi PDB, penyerapan tenaga kerja, kontribusinya
terhadap ekspor Indonesia. Sektor Industri Kreatif penyumbang ekspor
tertinggi adalah Industri Fesyen dan Kerajinan

Dampak positif dari pengembangan ekonomi modern terhadap arus


pembangunan ekonomi modern di Indonesia saat ini adalah meningkatnya
kontribusi ekonomi industri kreatif terhadap PDB, menciptakan lapangan
pekerjaan, peningkatan Ekspor. Menciptakan iklim bisnis seperti penciptaan
lapangan usaha, Dampak bagi sektor industri lain, pemasaran produk, dan citra &
identitas bangsa seperti turisme, ikon internasional, membangun warisan budaya
& nilai lokal.

3.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan oleh penulis, yaitu:


1. Pemerintah harus lebih meningkatkan lagi kualitas kinerja dalam
pengembangan ekonomi kreatif terutama dalam mendukung pembangunan
ekonomi modern saat ini.
2. Saran kepada peneliti lain, agar lebih lebih melengkapi referensi data dan
teori-teori terbaru mengenai ekonomi kreatif dan pembangunan ekonomi
modern saat ini dalam hubungannya dengan arus pembangunan ekonomi
modern di Indonesia saat ini.

64
3. Publikasi tentang ekonomi kreatif terutama data – data terbaru (2008 –
2012) PDB, ketenagakerjaan, dan ekspor sektor Industri Kreatif sulit
ditemukan. Diharapkan kepada para peneliti yang meneliti tentang
Ekonomi Kreatif dapat mempublikasikan karyanya terutama yang
berhubungan tentang perkembangan Industri Kreatif di Indonesia dari
tahun ketahun.

65
DAFTAR PUSTAKA

Afiff, Faisal. 2008. Pilar – Pilar Ekonomi Kreatif. [Online]. Tersedia:


http://www.fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/2198-
pilar-pilar-ekonomi-kreatif. [16 Oktober 2013]
Anggraini, Nenny, 2008. “Industri Kreatif”, Jurnal ekonomi Desember 2008
Volume XIII No. 3 hal.144-151.
Antariksa, Basuki. Konsep ekonomi Kreatif: Peluang dan Tantangan Dalam
Pembangunan Indonesia.
Aziz, Fauzan. (2013). Perkembangan Industri dan Ekonomi Kreatif di Indonesia
[Online]. Tersedia:
http://fauzanaziz.wordpress.com/2013/03/12/perkembangan-industri-dan-
ekonomi-kreatif-di-indonesia/
Aziz, Fauzan. (2013). Perkembangan Industri dan Ekonomi Kreatif di Indonesia
[Online]. Tersedia:
http://fauzanaziz.wordpress.com/2013/03/12/perkembangan-industri-dan-
ekonomi-kreatif-di-indonesia/ [7 Oktober 2013]
Departemen Perdaganagan. (2007). Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif
Indonesia. Jakarta: Departemen Perdagangan.
Indonesia Kreatif. (2013). Creative Economy. [Online]. Tersedia:
http://indonesiakreatif.net/creative-economy/what-is/what-
is/#di9il8WCqXpePgHl.99 [4 Oktober 2013]
Indonesia Kreatif. (2013). Creative Economy. [Online]. Tersedia:
http://indonesiakreatif.net/creative-economy/programs/ekmdi-dan-
eksb/#EZJGHQgfUAGCyg8R.99 [4 Oktober 2013]
Indonesia Kreatif. (2013). Creative Economy. [Online]. Tersedia:
http://indonesiakreatif.net/creative-economy/programs/instruksi-
presiden-no-6-tahun-2009/#aWP2t9R6gzwWBYYC.99 [7 Oktober 2013]

66
Laverite, Dire. (2013). Teori Inovasi Schumpeter dalam Pembangunan Ekonomi.
[Online]. Tersedia: http://sepengetahuan-ku.blogspot.com/2013/04/teori-
inovasi-schumpeter-dalam.html [7 Oktober 2013]
Lembaga Pertahanan Nasional. (2012). Pengembangan Ekonomi Kreatif Guna
Menciptakan Lapangan Kerja dan Mengentaskan Kemiskinan dalam
Rangka Ketahanan Nasional. Jakarta: Lemhanas
Moelyono, Mauled. (2010). Menggerakan Ekonomi Kreatif (Antara Tuntutan dan
Kebutuhan). Jakarta: Raja Grafindo Persada
Prihtiyani, Eny. (2011, 8 November). Wawancara Khusus Mari Pangestu: Lima
Kendala Utama Ekonomi Kreatif. Kompas Travel [Online]. Tersedia:
http://travel.kompas.com/read/2011/11/08/02533938/Mari.Pangestu.Lim
a.Kendala.Utama.Ekonomi.Kreatif. [7 Oktober 2013]
Rangkaian Kolom Kluster I. (2012). Pilar – pilar Ekonomi Kreatif. Jakarta: Binus
University
Roodhouse, op.cit, 10.
Simatupang, M.T. 2008. Industri Kreatif Untuk Kesejahteraan Bangsa. ITB
Bandung: Inkubator Industri dan Bisnis.
Suryana. (2013) Ekonomi Kreatif (Ekonomi Baru: Mengubah Ide dan
Menciptakan Peluang). Jakarta: Salemba Empat.
Syahputra, M. (2012). Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Lewat Industri Kreatif.
[Online]. Tersedia :
http://putrasampali.blogspot.com/2012/04/pemberdayaan-ekonomi-
kreatif-lewat.html [7 Oktober 2013]
Syahputra, M. (2012). Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Lewat Industri Kreatif.
[Online]. Tersedia:
http://putrasampali.blogspot.com/2012/04/pemberdayaan-ekonomi-
kreatif-lewat.html [7 Oktober 2013]
UNCTAD. 2008. Summary Creative Economic Report. Hlm.3, 11 – 12. USA:
United Nations

67

Anda mungkin juga menyukai