Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Fikri (12111312281)
ِٱلر ِح ِيم
َّ نِِ ٰٱلرحْ م
َّ ِٱّلل
ِٰ بِس ِِْم
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya kepada kita semua. Shalawat beserta salam tetap tercurahkan
kepada baginda Muhammad SAW, yang mana ia telah mengantarkan manusia
dari kejahilan dan kebodohan kepada kebenaran dan yang membawa manusia
dari kebathilan menuju kebaikan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
A. Latar Belakang................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 18
B. Saran .............................................................................................................................. 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
kendaraan bagi penyebaran ide baru, teknologi baru, beserta pengolahan baru
dan keahlian lainnya. Perdagangan juga mendorong dan memudahkan aliran
modal internasional dari negara maju ke negara berkembang. Di beberapa negara
berkembang yang besar, seperti Brazil dan India, impor produk manufaktur
mendorong permintaan dalam negeri hingga produksi barang tersebut di dalam
negeri menjadi efisien.
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari makalah ini ialah sebagai
berikut:
1. Menjelaskan apa saja yang menjadi faktor produksi
2. Memahami bagaimana keterkaitan industri
3. Memahami apa saja teori lokasi
4. Memahami bagaimana dampak pembangunan industri
5. Memahami apa itu deindustrialisasi
6. Memahami apa saja teori-teori perdagangan internasional
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor Produksi
4
Dalam faktor produksi tenaga kerja ini terkandung unsur fisik, pikiran,
serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga
kerja dapat dikelompokkan berdasarkan kualitas (kemampuan dan
keahlian) dan berdasarkan sifat kerjanya.
5
3. Faktor Produksi Modal
Di samping faktor produksi alam dan tenaga kerja, proses produksi pun
memerlukan faktor produksi lain berupa peralatan. Proses produksi juga
memerlukan mesin-mesin, alat pengangkutan, sarana pengangkutan, atau
bangunan. Berbagai hal ini tergolong ke dalam faktor produksi modal.
Modal (capital) umumnya meliputi benda-benda hasil produksi yang
digunakan untuk proses produksi barang-barang dan jasa-jasa lain.
6
b) Modal abstrak, yaitu modal yang tidak memiliki bentuk
nyata, tetapi mempunyai nilai bagi perusahaan. Contohnya
adalah hak paten, hak merek, dan goodwill.
7
Dari uraian tersebut, jelas bahwa faktor produksi keahlian merupakan
faktor yang sangat penting dalam menentukan maksimal atau tidak hasil
suatu proses produksi. Faktor produksi keahlian berperan dalam
mengkoordinasikan atau mengarahkan faktor-faktor produksi agar
produktivitas dapat meningkat. Jadi, faktor produksi keahlian adalah
keahlian atau keterampilan yang digunakan seseorang dalam
mengkoordinasikan dan mengelola faktor produksi untuk menghasilkan
barang dan jasa.
B. Keterkaitan Industri
1. Keterkaitan Industri di Indonesia
Hasil kajian Soedomo (2015) tentang keterkaitan antar industri dan
sektor kunci di Indonesia menggunakan analisis I-O menunjukkan
bahwa kelompok sektor dengan keterkaitan ke belakang tinggi adalah :
a. sektor makanan dan minuman terbuat dari susu dengan indeks
keterkaitan ke belakang sebesar 1,402
b. daging olahan dan awetan dengan indeks keterkaitan
kebelakang sebesar 1,380
c. bubur kertas dengan indeks keterkaitan sebesar 1,373
d. makanan lainnya dengan nilai indeks sebesar 1,354.
e. Peringkat selanjutnya berturut-turut adalah minyak hewani dan
minyak nabati dengan indeks 1,314
Sektor dengan indeks keterkaitan ke belakang yang tinggi
menunjukkan bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang
memiliki derajat ketergantungan yang tinggi terhadap sektor-sektor
hulu. Artinya sektor susu dan daging olahan dan awetan sangat
tergantung oleh sektor lainnya. Atau dengan kata lain, untuk
menghasilkan susu dan daging olahan dan awetan dibutuhkan
input- input dari sektor-sektor lain, seperti susu, daging hewan,
mesin olahan pengawet, pakan hewan, industri pengolahan pakan,
jasa transportasi, dan lain sebagainya. Semakin panjang rangkaian
8
ke belakang dari proses terbentuknya sektor tersebut menandakan
sektor tersebut memiliki derajat ketergantungan yang tinggi atau
dengan kata lain memiliki indeks keterkaitan ke belakang yang
tinggi.
9
transportasi laut berdampak signifikan terhadap pergerakan orang
dan barang antar pulau.
10
perusahaan. Interaksi antara mitra industry merupakan salah satu
cara pengganda operasi ekonomi melalui saling ketergantungan
dengan industri lain.
11
C. Teori Lokasi Industri
1. Teori Lokasi Industri Oleh Weber
Alfred Weber, seorang ahli ekonomi Jerman mengemukakan
teorinya tentang lokasi industri berhubungan dengan least cost
location. Teori Weber pada intinya menyatakan bahwa lokasi-
lokasi industri dipilihkan di tempat-tempat yang memerlukan biaya
paling minimal. Guna memperoleh lokasi industri seperti tersebut,
Weber mengemukakan enam kondisi sebagai berikut :
a. Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim, dan
penduduknya. Khusus penduduk berhubungan dengan
keterampilan dan penguasaan keterampilan, serta
pemerintahan.
b. Sumber daya atau bahan mentah. Tidak semua jenis
sumber daya alam terdapat di setiap tempat. Sebagai
contoh, pasir dan air terdapat di setiap tempat, tetapi gas
dan minyak bumi hanya terdapat di tempat-tempat
tertentu saja.
c. Biaya transportasi. Besarnya biaya transportasi
bergantung dari bobot bahan mentah yang diangkut atau
dipindahkan, serta jarak antara terdapatnya bahan mentah
dan lokasi pabrik.
d. Terdapatnya kompetisi antarindustri. Setiap industri
selalu melakukan persaingan terutama untuk memperoleh
pasar yang lebih besar.
e. Manusia selalu berpikir rasional. Manusia selalu
menggunakan akal dan pikirannya untuk bertindak,
termasuk dalam pengembangan industri.
f. Sebagai usaha untuk membuktikan adanya enam kondisi
tersebut di atas, Weber menyusun model berupa segitiga
lokasi (locational triangle) yang menjelaskan letak lokasi
industri dengan biaya rendah.
12
2. Teori Lokasi Industri Oleh Hoover
Teori Hoover (1948) muncul sebagai kritik dan sekaligus
sebagai perbaikan terhadap teori Weber tentang lokasi industri.
Teori Hoover ini khususnya menyangkut tekanan yang diberikan
Weber pada titik- titik biaya transport terendah yang berada
didalam segitiga lokasionalnya. Menurut Hoover lokasi pabrik atau
perusahaan dapat saja berada di titik pasar atau titik sumber bahan
mentah. Oleh karena itu, Hoover berpendapat bahwa lokasi industri
tidak hanya berada diantara lokasi lain seperti pendapat Weber.
13
D. Dampak Pembangunan Industri
1. Dampak positif
a. Dampak Ekonomi Positif: Industri dapat menciptakan lapangan
kerja, meningkatkan pendapatan per kapita, dan mendorong
pertumbuhan ekonomi suatu negara.
b. Inovasi Teknologi: Pembangunan industri seringkali
mendorong inovasi teknologi, yang dapat meningkatkan
efisiensi dan kemajuan dalam berbagai sektor.
c. Peningkatan Infrastruktur: Industri memerlukan infrastruktur
seperti jalan, pelabuhan, dan listrik, yang sering kali
ditingkatkan untuk mendukung pertumbuhan industri. Hal ini
juga bisa bermanfaat bagi masyarakat umum.
d. Peningkatan Standar Hidup: Seiring dengan pertumbuhan
ekonomi, standar hidup masyarakat bisa meningkat, termasuk
akses ke pendidikan, kesehatan, dan fasilitas publik.
2. Dampak negative
a. Polusi Lingkungan: Industri seringkali menciptakan polusi
udara, air, dan tanah, yang dapat merusak lingkungan dan
kesehatan manusia.
b. Kesenjangan Sosial: Kadang-kadang, pertumbuhan industri
tidak merata, dan bisa menciptakan kesenjangan ekonomi
antara berbagai kelompok masyarakat.
c. Ketergantungan Ekonomi: Terlalu tergantung pada industri
tertentu dapat membuat ekonomi rentan terhadap perubahan
pasar global.
d. Penggunaan Sumber Daya Alam: Industri dapat menguras
sumber daya alam secara berlebihan, menyebabkan degradasi
lingkungan dan perubahan iklim.
14
E. Deindustrialisasi
Deindustrialisasi adalah salah satu fenomena dimana terjadinya
penurunan produktivitas dalam bisnis manufaktur. Penurunan tingkat
produksi tersebut mengakibatkan menurunnya nilai tambah rill dalam
sektor manufaktur terhadap pendapatan nasional. International Monetary
Fund berpendapat bahwa deindustrialisasi berdampak pada penurunan
persentase jumlah pekerja di sektor manufaktur jika dibandingkan dengan
total pekerja nasional.
15
Teori keunggulan absolut dikembangkan berdasarkan doktrin pembagian
kerja.
Dalam teori keunggulan mutlak, suatu negara akan mengungguli
negara lain secara mutlak dalam produksi barang jika mampu
menghasilkan barang dengan biaya produksi yang lebih murah.
Keunggulan mutlak juga dapat diperoleh oleh suatu negara jika mampu
menukar barang dari negara lain yang jika diproduksi di dalam negeri
hanya memberi laba yang sedikit dan memerlukan biaya yang lebih
mahal.Selain itu, suatu negara dapat disebut memiliki keunggulan mutlak
dari negara lain jika negara tersebut memproduksi barang atau jasa yang
tidak dapat diproduksi oleh negara lain. Misalnya, Indonesia memproduksi
keris dan tidak memproduksi satelit pemancar. Sebaliknya, Jepang
memproduksi satelit pemancar dan tidak memproduksi keris. Dengan
demikian, perdagangan internasional akan terjadi di antara keduanya bila
Indonesia dan Jepang bersedia bertukar satelit pemancar dan keris.
Teori keunggulan mutlak didasarkan pada beberapa asumsi pokok
antara lain:
• Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja saja.
• Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama.
• Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang.
• Biaya transpor ditiadakan.
Teori keunggulan mutlak berkembang hingga ke pemikiran
ekonomi internsional. Aspek yang menerima teori keunggulan mutlak
adalah pembagian kerja, spesialisasi produk dan efisiensi produksi dalam
ekonomi internasional. Pembagian kerja berkaitan dengan jumlah waktu
bekerja dalam kegiatan produksi.
Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage)
Teori ini dikemukakan oleh seorang bernama David Ricardo. Teori ini
muncul untuk mengatasi kelemahan dalam teori keunggulan absolut
dimana negara yang tidak memiliki keunggulan absolut berbeda nasibnya
dibandingkan dengan negara yang memiliki keunggulan absolut.
16
Menurutnya, negara yang tidak memiliki keunggulan absolut tetap
dapat berkontribusi dalam perdagangan internasional dengan cara
melakukan spesialisasi pada produk-produk yang dihasilkan di negara
tersebut. Selain itu, keunggulan komparatif akan muncul ketika negara
dapat memproduksi barang atau jasa dengan mengeluarkan biaya tenaga
kerja yang lebih murah dibandingkan dengan negara lain.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19