Anda di halaman 1dari 17

1

MAKALAH

KESIAPAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI PASAR GLOBAL


2

KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadirat Allah SWT, Atas rahmat dan Hidayah-Nya. Penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “ Kesiapan Indonesia Dalam Menghadapi Pasar Global .” dengan tepat
waktu.

Makalh disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah ekonomi internasional. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang Kesiapan Indonesia dalam menghadapi pasar global

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu selaku dosen mata kuliah bisnis Internasional. Ucapan
terima kasih juga diucapkan kepada semua pihak yang sudah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................3
1. KESIAPAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI PASAR GLOBAL.............................4
2. IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI INDONESIA...................10
KESIMPULAN.................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................19
4

1. KESIAPAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI PASAR GLOBAL


Merambahnya budaya asing ke Indonesia melalui media massa, baik elektronik maupun cetak
serta media internet sangat mempengaruhi perkembangan budaya Indonesia. Proses saling
mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat. Melalui interaksi
dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia telah mengalami proses dipengaruhi dan
mempengaruhi. Kemajuan bisa dihasilkan melalui interaksi dengan pihak lain. Hal inilah yang terjadi
dalam proses globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga
terkait dengan masalah atau isu makna budaya dimana nilai dan makna yang terlekat di dalamnya
masih tetap berarti.

Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam
masyarakat global. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat
akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan.
Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab dan
dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi
sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai
begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah,
globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi
sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar.

Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, dalam Globalisasi tersebut mengandung
suatu pengertian akan satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara
diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dengan terbukanya satu
negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola
konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain - lain. Globalisasi adalah proses dimana berbagai
peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting
bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G.Mc.Grew, 1992).

Berbicara mengenai Libralisasi, Menurut Chacholiades (1978) partisipasi dalam perdagangan


internasional bersifat bebas sehingga keikutsertaan suatu negara tersebut dilakukan secara
sukarela. Dari sisi internal, keputusan suatu negara melakukan perdagangan internasional
merupakan pilihan sehingga perdangangan seharusnya memberikan keuntungan pada kedua belah
pihak. Hal ini didasarkan pada argumen bahwa perdagangan akan memberikan manfaat pada
negara pelaku dan akan meningkatkan kesejahteraan yang lebih besar dibandingkan tidak ada
perdagangan (Kindleberger dan Lindert, 1978). Dengan kata lain, perdagangan akan meningkatkan
efisiensi ekonomi sekaligus memberikan keuntungan akibat perbedaan harga relatif dan
spesialisasi dalam berproduksi. Secara teoritis, penghapusan berbagai bentuk intervensi dan
5

hambatan menjadikan penerapan liberalisasi perdagangan akan mendorong peningkatan volume


perdagangan lebih besar sehingga nilai tambah yang diciptakan juga makin besar. Kondisi
tersebut selanjutnya diperkirakan akan memacu pertumbuhan ekonomi dunia.

Dalam prakteknya, proses liberalisasi perdagangan dilakukan melalui berbagai skenario. Selain
proses liberalisasi unilateral, ratifikasi kerjasama perdagangan internasional melalui pembentukan
kelembagaan seperti APEC, AFTA dan WTO merupakan pilihan skenario liberalisasi bagi negara
pelaku perdagangan termasuk Indonesia. Sebagian ekonomi menganggap liberalisasi akan
menguntungkan bagi negara yang sedang berkembang dan penduduk miskin karena ekspor
produk yang bersifat padat karya akan meningkat. Selain itu, liberalisasi yang menuntut
peningkatan daya saing produk akan mendorong peningkatan nilai tambah melalui pembangunan
industry - industri manufaktur pengolahan hasil pertanian.

Srategi Indonesia Menghadapi Pasar Global Bidang Ekonomi


Munculnya globalisasi tentunya membawa dampak bagi kehidupan suatu negara termasuk
Indonesia. Dampak globalisasi tersebut meliputi dampak positif dan dampak negatif di berbagai
bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain - lainnya.

Proses globalisasi yang bergulir, diiringi dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) memungkinkan terjadinya perubahan lingkungan strategi yang berdampak luas
terhadap eksistensi dan kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari aspek
eksternal, globalisasi menimbulkan pertemuan antar budaya bagi bangsa - bangsa di seluruh
dunia, tidak terkecuali Indonesia. Dengan kata lain, globalisasi berdampak pada terjadinya
perubahan sosial besar - besaran yang belum tentu semua perubahan itu kongruen dengan
kemajuan sosial (sosial progress).

Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh yang cukup besar bagi kehidupan bangsa
Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi, yakni pengaruh positif dan pengaruh negatif.
Pengaruh globalisasi juga merasuk dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk kehidupan
politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain sebagainya. Globalisasi berlangsung di semua
bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan
dan lain - lain. Teknologi informasi dan komunikasi merupakan faktor pendukung utama dalam
globalisasi. Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan
berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu
globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.

Selanjutnya yang harus di siapkan untuk menghadapi globalisasi adalah dengan memperkuat posisi
Indonesia dari berbagai bidang, salah satu aspek yang harus diperkuat adalah dibidang ekonomi.
6

a. Peningkatan daya saing ekonomi


Untuk meningkatkan daya saing, industrialisasi harus dilakukan dalam segala bidang, hanya
dengan industrialisasi, penerapan teknologi produksi yang lebih baik dapat dilakukan Teknologi
produksi adalah syarat utama untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah.
Umumnya industrialisasi dilakukan oleh pemodal besar dengan kekuatan pendanaan dan
kemampuan entrepreneurship yang mumpuni. Namun, menarik para pemodal besar untuk
berinvestasi di Indonesia jelas tidak mudah. Banyak faktor eksternal dan internal yang
harus dibenahi. Stabilitas politik, pungutan liar, penegakan hukum, infrastruktur, dan lain –
lain.

Namun, meningkatkan daya saing pada ekonomi rakyat jelas tidak mudah, masalah terbesar
dalam upaya peningkatan daya saing pada level rakyat adalah minimnya akumulasi modal dan
kurangnya pengetahuan. Berbeda dengan para pemodal besar yang cukup dengan satu kibasan
maka teknologi terbaru pun siap digunakan, rakyat kecil dengan modal minim tentu kesulitan
bersaing. Kurangnya pemahaman tentang konsep - konsep manajerial usaha juga bisa
menghambat pembentukan bisnis yang sehat. Dan yang tidak kalah penting, pengetahuan
mengenai penjualan dan pemasaran produk juga menjadi kendala.

Strategi terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan upaya pemerintah untuk mendorong
pertumbuhan koperasi. Keberadaan koperasi dapat mempermudah koordinasi para pemilik
usaha dengan karakteristik yang homogen. Mereka bisa menggabungkan modal untuk
membeli peralatan yang diperlukan untuk meningkatkan nilai tambah barang yang
diproduksi, sesuatu yang sulit dilakukan bila mereka bergerak sendiri – sendiri

- Pengembangan industri nasional yang berfokus pada pengembangan industri prioritas


dalam rangka memenuhi pasar ASEAN pengembangan industri dalam rangka
mengamankan pasar dalam negeri. Selanjutnya pengambangan industri kecil
menengah pengembangan SDM dan penelitian dan penerapan Standar Nasional Indonesia
(SNI).
- Pengembangan pertanian, dengan fokus pada peningkatan investasi langsung di sektor
pertanian, dan peningkatan akses pasar.
- Pengembangan kelautan dan perikanan, dengan fokus pada penguatan kelembagaan dan
posisi kelautan dan perikanan; penguatan daya saing kelautan dan perikanan, penguatan
pasar dalam negeri, dan penguatan dan peningkatan pasar ekspor.
- Pengembangan energi, yang fokus pada pengembangan sub sektor ketenagalistrikan
dan pengurangan penggunaan energi fosil (Bahan - Bakar Minyak); sub sektor energi
7

baru, terbarukan dan konservasi energi, dan peningkatan pasokan energi dan listrik agar
dapat bersaing dengan negara yang memiliki infrastruktur lebih baik.
b. Peningkatan Laju Ekspor
Indonesia harus bekerja ekstra keras menjadi pelaku perdagangan. Produk - produk yang
dihasilkan perusahaan baik kategori besar atau Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
harus mampu berdaya saing. Oleh sebab itu kualitas produk dan jasa harus dinomor satukan
agar bisa diterima di pasar global. Hal ini bukan masalah yang mudah buat Pemerintah dan
pelaku industri.

Perlu adanya langkah cerdas dari kebijakan pemerintah yang memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada para pelaku industri, seperti beban pajak yang tidak memberatkan,
proses pengurusan usaha yang tidak membutuhkan banyak “meja” (aturan berbelit),
meniadakan aroma korupsi birokrasi dalam pengurusan usaha. Masalah tersebut
dimaksudkan untuk menimbulkan gairah kepada masyarakat Indonesia agar ikut andil dalam
menciptakan ekonomi kreatif yang berdaya saing tinggi dan meningkatkan laju ekspor.

c. Perbaikan Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk
mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting
sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini mengingat gerak laju dan
pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan infrastruktur
seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Oleh karena itu, pembangunan
sektor ini menjadi fondasi dari pembangunan ekonomi selanjutnya. Tapi faktanya bertahun -
tahun saat ini perkembangan infrastruktur yang diharapkan selalu berkembang lebih baik
di Indonesia malah sangat mencemaskan, sebagai contoh pergerakan barang hampir pada
posisi terkunci karena kondisi infrastruktur sangat parah dan sistem logistik yang sangat
rapuh.

d. Pemberdayaan UMKM
Belum kokohnya fundamental perekonomian Indonesia saat ini, mendorong pemerintah untuk
terus memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Sektor ini mampu menyerap
tenaga kerja cukup besar dan memberi peluang bagi UMKM untuk berkembang dan bersaing
dengan perusahaan yang lebih cenderung menggunakan modal besar (capital intensive).
Eksistensi UMKM memang tidak dapat diragukan lagi karena terbukti mampu bertahan dan
menjadi roda penggerak ekonomi, terutama pasca krisis ekonomi. Disisi lain, UMKM juga

menghadapi banyak sekali permasalahan, yaitu terbatasnya modal kerja, Sumber

Pemberdayaan UMKM di tengah arus globalisasi dan tingginya persaingan membuat UMKM
harus mampu mengadapai tantangan global, seperti meningkatkan inovasi produk dan jasa,
pengembangansumber daya manusia dan teknologi, serta perluasan area pemasaran. Hal ini
perlu dilakukan untuk menambah nilai jual UMKM itu sendiri, utamanya agar dapat bersaing
dengan produk - produk asing yang kian membanjiri sentra industri dan manufaktur di
8

Indonesia, mengingat UMKM adalah sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja
terbesar di Indonesia (Sudaryanto, 2011).

UMKM hadir sebagai salah satu jalan keluar bagi Indonesia untuk bangkitdari masa - masa krisis
ekonomi. Selain itu, UMKM tumbuh dengan berlandaskan ekonomi domestik, sementara
itu pertumbuhan sektor ekonomi Indonesia pun sebagian besar didorong oleh ekonomi
domestik. Disinilah dapat dilihat betapa kuatnya pengaruh UMKM di Indonesia, yang
jumlahnya sekarang masih terus bertambah. Melalui pasar bebas, UMKM justru tak perlu
khawatir akan tergerus oleh serbuan barang impor, karena dengan nilai - nilai lokal yang
diusungnya menjadi senjata utama menghadapi barang asing.

e. Ketahanan Ekonomi
Ketahanan ekonomi diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan perekonomian bangsa yang
berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan
kekuatan nasional dalam menghadapi serta mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan
dan tantangan yang datang dari luar maupun dari dalam negeri baik yang langsung maupun
tidak langsung untuk menjamin kelangsungan hidup pereokonomian bangsa dan negara
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Usaha untuk mencapai ketahanan ekonomi yang diinginkan perlu upaya pembinaan terhadap
berbagai hal yang dapat menunjangnya antara lain yaitu:

a. Sistem ekonomi Indonesia diarahkan untuk dapat mewujudkan kemakmuran dan


kesejahteraan yang adil dan merata di seluruh wilayah nusantara melalui ekonomi
kerakyatan untuk menjamin kesinambungan pembangunan nasional kelangsungan
hidup bangsa dan negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b. Strukttur ekonomi dimantapkan secara seimbang dan saling menguntungkan dalam
keselarasan dan keterpaduan antar sektor pertanian dengan perindustrian dan jasa.
c. Pembangunan ekonomi dilaksanakan sebagai usaha bersama atas dasar asas kekeluargaan
dibawah pengawasan anggota masyarakat, serta memotivasi dan mendorong peran serta
masyarakat secara aktif. Harus diusahakan keterkaitan dan kemitraan antara para pelaku
dalam wadah kegiatan ekonomi yaitu Pemerintah, BUMN, Koperasi, Badan Usaha Swasta,
dan sektor informal untuk mewujudkan pertumbuhan, pemerataan, dan stabilitas
ekonomi.
d. Pemerataan pembangunan dan pemfaatan hasil - hasilnya senantiasa dilaksanakan melalui
keseimbangan dan keserasian pembangunan antar wilayah dan antar sektor
e. Kemampuan bersaing harus ditumbuhkan secara sehat dan dinamis dalam
mempertahankan serta meningkatkan eksistensi kemandirian, perekonomian nasional,
9

dengan memanfaatkan sumber daya nasional secara optimal dengan sarana iptek tepat
guna dalam menghadapi setiap permasalahan serta dengan tetap memperhatikan
kesempatan kerja.

2. IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI INDONESIA

Good corporate governance (GCG) diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien,
transparan serta konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Penerapan GCG perlu didukung
oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia
usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Prinsip
dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar adalah:

• Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan yang menunjang iklim


usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
penegakan hukum secara konsisten (consistent law enforcement).
• Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman dasar pelaksanaan usaha.
• Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak
dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol sosial (social
control) secara objektif dan bertanggung jawab.

Governance merupakan suatu sistem, di mana yang mengoperasikannya adalah manusia, adapun
kesuksesan penerapannya sangat bergantung pada integritas dan komitmen. Good Governance
merupakan prinsip sangat universal, sehingga menjadi rujukan bagi semua umat beragama, serta
dapat ditemukan pada kultur budaya di manapun. Hal yang membedakan praktik Good Governance
di suatu negara adalah Good Governance sebagai sistem, karena harus selalu menyesuaikan dengan
sistem hukum, keadaan dan perkembangan kemajuan, serta kultur bangsa itu sendiri. Didalam
menerapkan governance yang baik, diperlukan pendekatan yang berbeda-beda, disesuaikan dengan
keadaan dan waktu.

Indonesia masih menganut menggunakan pendekatan yang lembut, meski ditengah kenyataan
perilaku koruptif yang berlebihan. Beberapa kajian rating tentang penerapan good corporate
governance di Indonesia memberikan indikasi bahwa memang diperlukan dorongan hukum untuk
dapat merealisasikan perubahan kultur ke arah yang lebih baik.

Namun tentu saja hal ini bukan satu-satunya jawaban dari semua persoalan.

Penerapan Tata Kelola Perusahaan kian menjadi faktor penentu yang strategis bagi perusahaan agar
dapat senantiasa meningkatkan nilai serta memelihara proses pertumbuhan yang berkelanjutan.
10

Oleh karenanya, setiap perusahaan perlu terus meningkatkan kerja kerasnya agar dapat mengambil
manfaat dari penerapan Tata Kelola Perusahaan (Good corporate governance) yang baik.

Sejarah Corporate Governance


Di negara-negara maju, corporate governance baru ditelaah secara mendalam sejak tahun 1980.
Menghangatnya corporate governance sejak tahun tersebut sejalan dengan kebutuhan sistem
perekonomian untuk menanggapi banyaknya kebangkrutan pada bebeberapa perusahaan papan
atas (Syakhroza, 2003). Black pada tahun 2001 menyatakan bahwa pelaksanaan corporate
governance di negara-negara maju sudah merata karena adanya aturan hukum dan norma-norma
yang kuat. Meratanya pelaksanaan corporate governance menyebabkan pelaksanaan corporate
governance bukan merupakan faktor yang berdampak secara signifikan untuk meningkatkan nilai
saham dari perusahaan (Black, Jang, dan Kim, 2003).

Di Asia, termasuk Indonesia, corporate governance mulai banyak diperbincangkan pada


pertengahan tahun 1997, yaitu saat krisis ekonomi melanda negara-negara tersebut (Indaryanto,
2004). Black pada tahun 2001 menyatakan bahwa di negara-negara yang sedang berkembang
(seperti di Asia) pelaksanaan corporate governance mempunyai variasi yang besar yang berbeda
dengan pelaksanaan corporate governance di negara-negara maju.

Indonesia mulai menerapkan prinsip GCG sejak menandatangani letter of intent (LOI) dengan IMF,
yang salah satu bagian pentingnya adalah pencatuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan-
perusahaan di Indonesia (YPPMI & SC, 2002). Sejalan dengan hal tersebut, Komite Nasional
Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia
mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan standar GCG yang telah diterapkan di tingkat
internasional.

Jika dilihat dari sejarahnya, keberadaan corporate governance didasari oleh dua konsep penting.
Konsep pertama, legitimasi penggunaan kekuasaan dengan dikotomi antara pemilik dan pengelola
perusahaan (agency problems). Konsep kedua, pada kenyataannya tidak mungkin untuk membuat
sebuah kontrak yang lengkap (incomplete contracts) antara pemilik dan pengelola perusahaan
(Learmount, 2002).

Pengertian Corporate Governance dan Good Corporate Governance


Sampai saat ini para ahli tetap menghadapi kesulitan dalam mendefinisikan GCG yang dapat
mengakomodasikan berbagai kepentingan. Tidak terbentuknya definisi yang akomodatif bagi semua
pihak yang berkepentingan dengan GCG disebabkan karena cakupan GCG yang lintas sektoral. GCG
dapat didekati dengan berbagai disiplin ilmu antara lain ilmu makroekonomi, teori organisasi, teori
informasi, akuntansi, keuangan, manajemen, psikologi, sosiologi dan politik. Definisi CGC menurut
Bank Dunia adalah aturan, standar dan organisasi di bidang ekonomi yang mengatur perilaku pemilik
perusahaan, direktur dan manajer serta perincian dan penjabaran tugas dan wewenang serta
11

pertanggungjawabannya kepada investor (pemegang saham dan kreditur). Tujuan utama dari GCG
adalah untuk menciptakan sistem pengendaliaan dan keseimbangan (check and balances) untuk
mencegah penyalahgunaan dari sumberdaya perusahaan dan tetap mendorong terjadinya
pertumbuhan perusahaan.

Sementara Syakhroza (2003) mendefinisikan GCG sebagai suatu mekanisme tata kelola organisasi
secara baik dalam melakukan pengelolaan sumberdaya organisasi secara efisien, efektif, ekonomis
ataupun produktif dengan prinsipprinsip terbuka, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independen,
dan adil dalam rangka mencapai tujuan organisasi. corporate governance dapat didefinisikan
sebagai sistem yang terdiri atas proses dan struktur (mekanisme) yang mengendalikan dan
mengkoordinasikan berbagai partisipan dalam menjalankan bisnis perusahaan. Poses digunakan
untuk mengarahkan dan mengelola aktivitas-aktivitas bisnis yang direncanakan dalam rangka
mencapai tujuan perusahaan, menyelaraskan perilaku perusahaan dengan ekspektasi dari
masyarakat, serta mempertahankan akuntabilitas perusahaan kepada pemegang saham.

Good corporate governance secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua pemangku kepentingan.
Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini. Pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk
memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya. Kedua, kewajiban
perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparan
terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan pemangku kepentingan dari
perusahaan. YPPMI & SC pada tahun 2002 (Sulistyanto, 2003).

Dari kedua definisi tersebut dan mengacu pada definisi corporate governance yang telah terbentuk
sebelumnya, tampak bahwa good corporate governance merupakan sistem yang mengendalikan
dan mengkoordinasikan berbagai partisipan dalam menjalankan bisnis perusahaan sehingga
jalannya bisnis perusahaan tersebut dapat memfasilitasi perusahaan untuk:

• Menunjukkan akuntabilitas dan tanggung jawab;


• Menjamin adanya keseimbangan di antara berbagai kepentingan dari pemangku kepentingan
(memberikan perlakuan yang adil bagi seluruh pemangku kepentingan), termasuk menghargai
hak dari pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada
waktunya;
• Melakukan pengungkapan dan transparan dalam setiap informasi (seperti informasi tentang
kinerja perusahaan, kepemilikan, maupun pemangku kepentingan), termasuk juga transparan
dalam membuat suatu keputusan.

Empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep GCG ini, yaitu fairness, transparancy,
accountability, dan responsibility.
12

Keempat komponen tersebut menjadi acuan dalam menentukan setiap langkah yang akan diambil
oleh segenap jajaran manajemen dan karyawan Perseroan, yaitu:

a. Keadilan, yang menjamin bahwa setiap keputusan dan kebijakan yang diambil adalah demi
kepentingan seluruh pihak yang berkepentingan, termasuk para pelanggan, pemasok, pemegang
saham, investor serta masyarakat luas.
b. Transparansi, berupa komitmen untuk memastikan ketersediaan dan keterbukaan informasi
penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) mengenai keadaan keuangan,
pengelolaan dan kepemilikan Perseroan secara akurat, jelas dan tepat waktu.
c. Akuntabilitas, yang menjamin tersedianya mekanisme, peran tanggung jawab jajaran
manajemen yang profesional atas semua keputusan dan kebijakan yang diambil sehubungan
dengan aktivitas operasional Perseroan.
d. Tanggung Jawab, yang mencakup adanya deskripsi yang jelas tentang peranan dari semua pihak
dalam mencapai tujuan bersama, termasuk memastikan dipatuhinya peraturan serta nilai-nilai
sosial.
Good corporate governance meliputi:

• Laporan Keuangan
• Rapat Umum Pemegang Saham
• Dewan Komisaris
• Direksi
• Komisaris Independen
• Komite Audit

Penerapan GCG di Indonesia


Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) berpendapat bahwa perusahaan-
perusahaan di Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan standar GCG yang telah
diterapkan di tingkat internasional. Namun, walau menyadari pentingnya GCG, banyak pihak yang
melaporkan masih rendahnya perusahaan yang menerapkan prinsip tersebut. Masih banyak
perusahaan menerapkan prinsip GCG karena dorongan regulasi dan menghindari sanksi yang ada
dibandingkan yang menganggap prinsip tersebut sebagai bagian dari kultur perusahaan.

Penerapan GCG di Sektor Non Perbankan


Dalam pelaksanaan GCG, terdapat perbedaan pelaksanaannya di tiap Negara, hal ini disebabkan
oleh berbagai faktor antara lain seperti kerangka hukum, maupun hal-hal yang tidak tertulis namun
13

memiliki pengaruh yang luar biasa pada tingkat keberhasilan penerapan prinsip-prinsip governance
yang baik.

Salah satu kesimpulan dari studi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga dunia, seperti Booz-Allen &
Hamilton, McKinsey dan Bank Dunia terhadap kinerja perekonomian Indonesia adalah rendahnya
praktik GCG. Secara umum, GCG sendiri berarti suatu proses dan struktur yang digunakan untuk
mengarahkan dan mengelola bisnis dan akuntabilitas perusahaan dengan tujuan utama
mempertinggi nilai saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan
stakeholders lain. Dari pengertian tersebut, selanjutnya dapat dijelaskan bahwa GCG tidak lain
adalah permasalahan mengenai proses pengelolaan perusahaan, yang secara konseptual mencakup
diaplikasikannya prinsip-prinsip transparancy, accountability, fairness dan responsibility (Umar
Farouk, 2001).

Penerapan GCG di Sektor Perbankan


Survei yang dilakukan oleh Bank Dunia – McKinsey Consulting Group mengindikasikan bahwa
investor asing (Asia, Eropa, Amerika Serikat) bersedia memberikan premium sebesar 26% - 28% bagi
perusahaan Indonesia yang secara efektif telah mengimplementasikan praktik GCG. Kesimpulan
yang dapat ditarik dari survei tersebut adalah bahwa semakin rendah tingkat budaya GCG pada
suatu negara maka premium yang akan diberikan akan semakin tinggi kepada perusahaan yang
menerapkan GCG. Dalam hal ini, para investor akan sangat menghargai manajemen perusahaan
yang berani melakukan hal positif di dalam tata kelola perusahaan walaupun lingkungannya tidak
mendukung. Namun demikian, ternyata peringkat penerapan GCG Indonesia berada pada peringkat
terendah dan jauh lebih buruk dibanding Jepang, Taiwan, Korea, Thailand dan Malaysia.

Bank Indonesia (BI) menemukan sekitar 69,3% bank yang beroperasi di Indonesia belum memenuhi
ketentuan GCG atau tata kelola yang baik. Dari hasil evaluasi BI, sekitar 69,3% bank di Indonesia
belum comply terhadap ketentuan GCG. Hasil evaluasi ini diperoleh dari percobaan BI mengenai
penerapan beberapa pasal dari ketentuan GCG terhadap industri perbankan di Indonesia. Evaluasi
dilakukan terhadap 101 bank pada periode September 2007 lalu.

Penyebab GCG belum Berjalan secara Optimal di Indonesia


Perusahaan-perusahaan di Indonesia belum mampu melaksanakan corporate governance dengan
sungguh-sungguh sehingga perusahaan mampu mewujudkan prinsip-prinsip good corporate
governance dengan baik. Hal ini disebabkan oleh adanya sejumlah kendala yang dihadapi oleh
perusahaan-perusahaan tersebut pada saat perusahaan berupaya melaksanakan corporate
governance demi terwujudnya prinsip-prinsip good corporate governance dengan baik. Kendala ini
dapat dibagi tiga, yaitu kendala internal, kendala eksternal, dan kendala yang berasal dari struktur
kepemilikan.
14

Kendala internal meliputi kurangnya komitmen dari pimpinan dan karyawan perusahaan, rendahnya
tingkat pemahaman dari pimpinan dan karyawan perusahaan tentang prinsipprinsip good corporate
governance, kurangnya panutan atau teladan yang diberikan oleh pimpinan, belum adanya budaya
perusahaan yang mendukung terwujudnya prinsip-prinsip good corporate governance, serta belum
efektifnya sistem pengendalian internal.

Kendala eksternal dalam pelaksanaan corporate governance terkait dengan perangkat hukum,
aturan dan penegakan hukum (law-enforcement). Indonesia tidak kekurangan produk hukum.
Secara implisit ketentuan-ketentuan mengenai GCG telah ada tersebar dalam UUPT, Undang-
undang dan Peraturan Perbankan, Undang-undang Pasar Modal dan lain-lain. Baik kendala internal
maupun kendala eksternal sama-sama penting bagi perusahaan, namun demikian, jika kendala
internal bisa dipecahkan maka kendala eksternal akan lebih mudah diatasi.

Kendala yang ketiga adalah kendala yang berasal dari struktur kepemilikan. Berdasarkan persentasi
kepemilikan dalam saham, kepemilikan terhadap perusahaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
kepemilikan yang terkonsentrasi dan kepemilikan yang menyebar Salah satu dampak negatif yang
ditimbulkan oleh struktur kepemilikan adalah perusahaan tidak dapat mewujudkan prinsip keadilan
dengan baik karena pemegang saham yang terkonsentrasi pada seseorang atau sekelompok orang
dapat menggunakan sumberdaya perusahaan secara dominan sehingga dapat mengurangi nilai
perusahaan. Sama seperti halnya kendala eksternal, dampak negatif yang ditimbulkan dari struktur
kepemilikan dapat diatasi jika perusahaan memiliki sistem pengendalian internal yang efektif,
seperti mempunyai sistem yang menjamin pendistribusian hak-hak dan tanggung jawab secara adil
di antara berbagai partisipan dalam organisasi.

Tanggung Jawab Sosial (CSR)


Di beberapa negara kegiatan CSR sudah lazim dilakukan oleh suatu korporasi. Bukan karena diatur
oleh pemerintahnya, melainkan untuk menjaga hubungan baik dengan stakeholders. Di Indonesia,
setiap perusahaan yang berkaitan dengan sumberdaya alam harus melakukan CSR yang sebenarnya
merupakan kegiatan sukarela.

KESIMPULAN
KESIAPAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI PASAR GLOBAL

Kehadiran globalisasi adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindari, seiring dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan globalisasi memberikan pengaruh yang cukup besar
disegala aspek kehidupan, baik itu pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Salah satu manfaat
Globalisasi adalah meningkatnya produktivitas ekonomi yang memiliki arti kita dapat memproduksi
dalam jumlah lebih banyak dengan besar usaha yang sama. Pakar ekonomi David Ricardo
15

mengemukakan bahwa dalam dunia ekonomi terdapat comparative advantage (keunggulan


komparatif). Pada dasarnya setiap Negara memiliki keunggulan komparatifnya masing - masing.
Oleh sebab itu langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menyusun strategi guna memperkuat
posisi Indonesia dalam kancah global dari berbagai bidang. Salah satu bidang yang paling
memberikan implikasi luas terhadap perkembangan globalisasi adalah dibidang ekonomi. Oleh
karena itu dalam artikel ini merekomendasikan strategi yang mendesak untuk segera dilakukan
dalam bidang ekonomi ada lima hal, yaitu; 1).Peningkatan Daya Saing Ekonomi, 2).Peningkatan
Laju Ekspor,

3).Pemberdayaan UMKM, 4).Perbaikan Infrastruktur, 5).Ketahanan Ekonomi

IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI INDONESIA


Penerapan tata kelola perusahaan kian menjadi faktor penentu yang strategis bagi perusahaan agar
dapat senantiasa meningkatkan nilai serta memelihara proses pertumbuhan yang berkelanjutan. Oleh
karenanya, setiap perusahaan perlu terus meningkatkan kerja kerasnya agar dapat mengambil manfaat
dari penerapan tata kelola perusahaan yang baik. Percayalah, kita mampu jika kita memang sungguh-
sungguh mau melakukannya.

Jika prinsip GCG ini dilaksanakan secara sungguh-sungguh, bisa dipastikan perusahaan akan memiliki
landasan yang kokoh dalam menjalankan bisnisnya. Secara eksternal, perusahaan akan lebih dipercaya
investor, yang berarti nilai pasar sahamnya akan terus membubung. Mitra kerja pun tak ragu
mengembangkan hubungan bisnis lebih luas lagi. Para pemasok memiliki pegangan yang jelas dan
terpercaya serta yakin akan diperlakukan secara adil sehingga bisa memberikan harga yang terbaik, yang
berarti menciptakan efisiensi bagi perusahaan. Karena dengan menerapkan GCG secara benar dan
konsisten, berarti perusahaan sudah menerapkan sistem pengelolaan perusahaan sesuai dengan
pembagian peran masing-masing. Tak kalah pentingnya, terciptanya keseimbangan kekuatan di antara
struktur internal perusahaan (direksi, komisaris, komite audit, dan lain sebagainya). Sehingga,
pengambilan keputusan bisa menjadi lebih dipertanggungjawabkan (accountable), juga hati-hati dan
bijaksana (prudent).
16

DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Indro SU, 2008, ”69,3% Bank Belum Penuhi GCG”, detik Finance, diakses Rabu, 27/02/2008
11:02 WIB.

Daniri, 2008, ”Saatnya Berubah Dengan GCG”, Bisnis Indonesia, Edisi: 30-MAR-2008

Indaryanto, K.G. 2004, Konsepsi Good corporate governance, dalam Suprayitno, G., Indaryanto, K.G,
Yasni, S., Krismatono, D., Rita, L., dan Rahayu, R.G., Komitmen Menengakkan Good corporate
governance, The Indonesian Institute for corporate governance, Jakarta, Indonesia.

Kottler, P. (2005) : Corporate Social Responsibility: Doing the Most Good for Your Company and Your
Cause, John Wiley & Sons, Inc., United State of America.
17

Mohamad Fajri dan Sofyan, Djalil, 2006, ”Penilaian GCG Perbankan”, Harian Suara Karya, Kamis 16
Maret 2006.

Sulistyanto 2003, “Good Corporate Governance: Berhasilkah Diterapkan Di Indonesia?” Jurnal Widya
Warta, No.2 Tahun XXVI.

Susanti, Aries, 2008, Hubungan Antara Fungsi Elemen Organisasi dengan Terwujudnya Prinsip Good
corporate governance. Institut Teknologi Bandung.

Hanantijo, Djoko. Strategi Dalam Menghadapi Persaingan Global. Surakarta

Arief. 2009. Peranan Teknologi Informasi Dalam Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil Menengah. ISSN :
1907 - 5022. Bandung

Wr Rosidawati, Imas. Reinterpretasi Globalisasi: Menuju Peningkatan Sumber Daya Manusia Dalam
Masyarakat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai