Anda di halaman 1dari 3

Kode Modul B.01.

PCU
Divisi Diklat Versi 1.0 / 2016
Tanggal Efektif ___ Januari 2016
Case Study Akademi Bisnis
Case Study

Perusahaan Netflix

Setiap perusahaan berdiri di atas pondasi yang berasal dari pemikiran pentolan-pentolan


atau Godfather-Godfather di dalamnya. Pemikiran ini lalu diterjemahkan sebagai filosofi
perusahaan dan diadopsi sebagai budaya kerja mereka. Budaya perusahaan itu penting
karena ia menentukan etos kerja, kebiasaan, dan, pada akhirnya, kesuksesan perusahaan itu
sendiri.
Budaya tiap perusahaan pada dasarnya memiliki semangat yang sama, bahkan hampir klise:
integritas, komunikasi, dan kerja keras, misalnya. Berbeda dengan Netflix, perusahaan
asal Amerika yang sukses di bidang penyediaan konten online (film & acara TV) ini.
Beberapa budaya Netflix sangat kontrovesial: mengizinkan karyawan untuk berlibur selama
yang ia mau, misalnya. Namun, kesuksesan mereka menguasai pasar di Amerika dan
sebagian Eropa membuat banyak perusahaan-perusahaan lain, baik saingan maupun bukan,
ingin menyontek kultur kerja yang mereka terapkan.

Awalnya Jasa Penyewaan DVD lewat pos via www.savethepostoffice.com


Kerennya, Netflix gak segan-segan berbagi rahasia sukses mereka (ketidakseganan ini
mungkin adalah bagian budaya Netflix juga). Perusahaan yang pada awalnya adalah
penyedia jasa sewa DVD via pos ini merilis dokumen kultur perusahaan yang disebut
seorang pejabat Facebook sebagai dokumen paling penting di Silicon Valley.

Dalam mencari pegawai yang cukup kompeten di bidangnya tidak cukup dengan cara-cara
konvensional yang sudah biasa dilakukan oleh suatu perusahaan pada umumnya. Hal itu
tidak cukup bagi Netflix. Perusahaan ini selalu mencari orang yang berkemampuan luar
biasa. Tujuannya, agar tercipta lingkungan kerja yang unggul. Jika kamu bekerja dengan
orang yang sangat unggul di bidangnya, kamu jauh lebih bahagia dan produktif di tempat
kerja. Netflix juga gak segan-segan menugaskan seorang manajer menyelesaikan sendirian
sebuah pekerjaan yang seharusnya dikerjakan bersama 2 bawahan, kalau si manajer lebih
Kode Modul B.01.PCU
Divisi Diklat Versi 1.0 / 2016
Tanggal Efektif ___ Januari 2016
Case Study Akademi Bisnis
Case Study

produktif bekerja solo daripada berkutat bersama 2 orang yang kemampuannya hanya ‘rata-
rata’.

Netflix mengedepankan peraturan berdasar akal, nalar, dan kedewasaan daripada peraturan
formal tertulis. Mereka tidak mempunyai staf SDM yang kerjanya terus memantau performa
pegawai lain. Sementara, kebanyakan perusahaan lain membuang uang dan waktu dalam
upaya untuk menegakkan kebijakan perusahaan. Netflix sudah punya staf yang berpikir
dewasa untuk selalu mendahulukan kepentingan perusahaan. Staf-staf ini didorong untuk
berpikir secara logis dalam menghadapi masalah di tempat kerja. Mereka terbuka bicara
soal kenaikan gaji, rekan kerja, dan penugasan dengan atasan masing-masing. Dengan
penalaran para manajer bisa menyelesaikan masalah secara kasus-per-kasus. Fleksibel, tidak
kaku. Bahkan Netflix akan mengizinkan karyawannya mengambil liburan jika itu dipandang
perlu demi ‘kepentingan’ Netflix.

Seringkali sebuah perusahaan akan mengevaluasi kinerja karyawannya secara berkala


(mingguan, bulanan, tahunan). Netflix menganggap ini hanya sebagai sebuah ritual. Evaluasi
berkala menyebabkan masalah yang harusnya segera diselesaikan jadi tertunda. Dan
terkadang, evaluasi kerja yang negatif membuat karyawan menjadi negatif. Menurut Netflix,
melakukan evaluasi dan mengukur kinerja karyawan secara berkala gak bakal membuat
mereka jadi lebih baik. Sebagai gantinya, Netflix akan memberi feedback secara langsung
ketika dibutuhkan. Feedback disampaikan dengan santai (informal) jika dipandang perlu,
bukan diumumkan secara terang-terangan di depan seluruh karyawan.

Netflix tidak suka dengan istilah Rencana Perbaikan Kinerja (Performance Improvement


Plans) karena gak seperti namanya, teknik ini sebenarnya gak memperbaiki kinerja sama
sekali. Staf yang kerjanya gak bagus ditegur manajer, lalu dipecat, dan pemecatannya akan
didengar seluruh anggota staf yang lainnya. Pola semacam itu dinilai gak bagus untuk
lingkungan kantor. Belum lagi kalau staf yang dipecat mengajukan tuntutan hukum.
Sebaiknya jujur pada staf bahwa dia udah gak memenuhi standar lagi atau tenaganya sudah
gak dibutuhkan lagi. Beri pesangon yang pantas. Dengan begitu perusahaan gak perlu
buang-buang waktu untuk meladeni pengadilan.

Seperti tadi disebutkan, Netflix udah diisi oleh staf-staf berpikiran dewasa dan logis. Jika
mereka sudah berada di puncak kemampuannya, maka bonus tahunan yang berfungsi untuk
memicu performa staf gak akan ada gunanya lagi. Mereka akan gak akan jadi lebih pintar
atau lebih jago. Sebaliknya, Netflix hanya akan menyediakan kompensasi sejumlah uang
yang akan dibayar kepada mereka jika mereka meninggalkan Netflix. Netflix juga gak mau
menahan karyawan yang ingin pindah kerja tempat lain. Jika mereka mendapat tawaran
lebih baik di tempat lain, jangan tahan mereka seperti tawanan.

Karyawan Netflix mesti diberi pemahaman bahwa perusahaan ini membutuhkan mereka
untuk melakukan pekerjaan dengan baik dan berkualitas tinggi. Karena lingkungan kerja
Kode Modul B.01.PCU
Divisi Diklat Versi 1.0 / 2016
Tanggal Efektif ___ Januari 2016
Case Study Akademi Bisnis
Case Study

yang baik dan asyik, memiliki area rekreasi dan pesta tiap weekend gak ada gunanya jika
perusahaan gak berjalan dengan baik atau tidak berkembang

Pertanyaan untuk diskusi :


1. Apa yang menyebabkan Netflix sangat berkembang dan menjadi perusaaan yang besar
yang menguasai Amerika dan Eropa
2. Menurut Saudara apa budaya-budaya kerja Netflix yang sangat luar biasa tersebut dan
bisakan hal tersebut diterapkan di Pegadaian
3. Menurut Saudara seberapa pentingkah peranan budaya kerja bagi perkembangan suatu
perusahaan

Anda mungkin juga menyukai