Anda di halaman 1dari 46

TUGAS MAKALAH

Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Kesehatan Lingkungan Lahan Basah

 “Pengkajian dan Penyusunan Rencana Partisipatif Program Kesehatan


Lingkungan Lahan Basah”

Disusun Oleh:
M. Syabriannur
NIM. 2220930310020

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM MAGISTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2023

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Pengkajian dan
Penyusunan Rencana Partisipatif Program Kesehatan ” untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kesehatan Lingkungan Lahan Basah sesuai pada waktunya.
Adapun makalah ini kami buat dengan tujuan untuk mengetahui lebih jauh dan
menambah wawasan tentang masalah Pengkajian dan Penyusunan Rencana Partisipatif
Program Kesehatan di suatu wilayah. Terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
saya mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang bersifat membangun agar gagasan
ini tertulis lebih baik lagi.

Banjarbaru,……… Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

 Halaman

COVER.....................................................................................................................   i
KATA PENGANTAR..............................................................................................   ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan.......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Pengkajian dan Rencana Partisipatif Program Kesehatan Lahan Basah... 5
B. Strategi dan Metode untuk Melibatkan Masyarakat dalam Perencanaan
Program Kesehatan........................................................................................ 10
C. Langkah-langkah dalam penyusunan rencana program kesehatan yang
melibatkan partisipasi masyarakat................................................................. 10
D. Evaluasi dan Mekanisme Pemantauan Program Kesehatan Partisipatif
Masyarakat Lahan Basah............................................................................... 17
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................................... 21
B. Saran............................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Isu lingkungan, merupakan salah satu isu penting yang dapat berdampak pada
kesejahteraan masyarakat baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. Di
dalam isu-isu lingkungan, melekat tidak hanya persoalan kesehatan manusia namun
juga potensi bencana seperti banjir, longsor, kebakaran hutan, dan sebagainya. Salah
satu etika lingkungan awal yang dikenal menempatkan alam dalam posisi subordinat
adalah antroposentrisme. Etika antroposentrisme menekankan bahwa manusia
merupakan pusat kebutuhan, sehingga makhluk selain manusia harus menyesuaikan
dengan kebutuhan manusia.
Adanya praktik pembangunan yang menyumbang degradasi lingkungan,
kemudian memunculkan kritik sejak tahun 1930-an hingga 1970-an. Pada dekade ini,
isu lingkungan mengemuka ke publik dan menggeser paradigma pembangunan yang
berbasis pertumbuhan ekonomi dan mengeksploitasi alam menjadi menempatkan
alam sebagai subjek. Kritik-kritik tersebut mewujud dalam beberapa paradigma etika
lingkungan seperti biosentrisme, ekosentrisme dan ekofeminisme di mana inti
ketiganya mengkritik antroposentrisme (Mardiati, 2018).
Generasi masa depan menjadi kunci dari pembangunan berkelanjutan, namun
sebagai catatannya berdasarkan konsep ini tampak bahwa etika lingkungan yang
dipakai juga tetap antroposentrisme yang mendahulukan kepentingan manusia. Meski
masih menggunakan logika antroposentrisme, melalui pembangunan berkelanjutan,
manusia mulai menyadari bahwa kebutuhan mereka tidak dapat selamanya dipenuhi
tanpa mereka memperhatikan tiga aspek kunci berkelanjutan yang saling berinteraksi,
diantaranya aspek ekonomi, aspek lingkungan dan aspek sosial. Paradigma
pembangunan keberlanjutan ini telah menjadi landasan filosofi pada pelaksanaan
Sustainable Development Goals (SDG’s), yakni kesepakatan pembangunan baru
sebagai pengganti Millenium Development Goals (MDG’s). SDG’s berisi 17 goals
2

yang disepakati oleh 190 negara, di mana ke-17 goals tadi, dilengkapi dengan 169
sasaran pembangunan, dengan masa berlaku selama 15 tahun yakni tahun 2015 –
2030 (Ambarwati, 2020).
Implementasi agenda SDGs di Indonesia sendiri, diawali dengan terbitnya
Peraturan Presiden No. 59 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (Perpres SDGs) yang terbit pada 4 Juli 2017. Satu tahun pasca
terbitnya Perpres tersebut, masih menunjukkan banyaknya persoalanpersoalan
lingkungan dari basis rumah tangga di Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan misalnya
dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, hasil riset menunjukkan bahwa
proporsi perilaku buang air besar di Jamban untuk penduduk kurang dari 10 tahun di
Jawa Timur masih termasuk dalam kategori rendah dibandingkan rata-rata nasional
yakni sebesar 88.2%(Mardiati, 2018).
Terlepas dari catatan Riskesdas, yang perlu diperhatikan adalah bahwa tata kelola
sampah antara kota dan desa di Indonesia juga memiliki perbedaan-perbedaan.
Rumah tangga pedesaan di Indonesia, umumnya mengelola sampah mereka sendiri
yang tidak jarang dikelola dengan cara dikubur atau dibakar. Secara khusus di
pedesaan, masalah lain tampak dari bagaimana tinja balita ditangani dalam rumah
tangga. Memang sebagian besar rumah tangga yakni sebanyak 34,6% saat ini telah
menggunakan jamban, akan tetapi sebesar 33% rumah tangga masih membuang tinja
balita secara sembarangan.
Selain permasalahan penanganan tinja di kawasan pedesaan, permasalahan lain
yang dihadapi oleh masyarakat pedesaan adalah pembuangan air limbah.
Pembuangan air limbah sembarangan akan menyebabkan kerusakan lingkungan serta
dapat menimbulkan berbagai penyakit (Riskesdas, 2018).

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan penulisan makalah ini adalah “Pengkajian dan penyusunan
rencana partisipatif program kesehatan terutama daerah lahan basah”
3

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
gambaran tentang Pengkajian dan penyusunan rencana partisipatif program
kesehatan terutama daerah lahan basah.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis kebutuhan kesehatan masyarakat dengan pengkajian
menyeluruh terkait kebutuhan kesehatan masyarakat yang menjadi target
program.
b. Melibatkan partisipasi aktif masyarakat untuk mempromosikan partisipasi
aktif masyarakat dalam pengkajian dan perencanaan program kesehatan.
c. Menyusun rencana program kesehatan yang terperinci dalam menyajikan
langkah-langkah dalam penyusunan rencana program kesehatan yang
terperinci dan terstruktur.
d. Mempertimbangkan faktor konteks dan budaya yang ada di dalam
komunitas target yang dapat mempengaruhi penerimaan dan keberhasilan
program kesehatan.
e. Mengidentifikasi kemitraan dan kolaborasi yang mungkin mewujudkan
pengembangan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan terkait,
seperti organisasi non-pemerintah, lembaga pemerintah, dan komunitas
setempat.
f. Mengevaluasi dan menyusun mekanisme pemantauan program yang
efektif untuk mengukur keberhasilan program dan mengidentifikasi
perubahan yang terjadi.
4

D. Manfaat Penulisan
Melalui pengkajian yang mendalam, makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih baik tentang kebutuhan kesehatan masyarakat di suatu daerah atau
komunitas. Hal ini akan memungkinkan pembaca memiliki wawasan bagaimana para
pembuat kebijakan, praktisi kesehatan, dan pihak terkait lainnya untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan yang paling mendesak dan merencanakan
program yang sesuai untuk mengatasinya. Pembaca juga mampu memahami upaya
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program Kesehatan untuk mendorong
partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program kesehatan.
Dengan melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan, program kesehatan
menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan dan preferensi mereka. Hal ini dapat
meningkatkan keberlanjutan program dan memberdayakan masyarakat untuk
mengambil peran aktif dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pengkajian dan Rencana Partisipatif Program Kesehatan Lahan


Basah
Pengkajian program partisipatif kesehatan adalah suatu proses yang melibatkan
partisipasi aktif dan kontribusi masyarakat dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan
memahami kebutuhan, masalah, serta sumber daya yang ada dalam konteks kesehatan
di suatu komunitas. Tujuan dari pengkajian program partisipatif kesehatan adalah
untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang kondisi kesehatan
masyarakat, serta untuk mengembangkan program-program kesehatan yang responsif
terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Prinsip dasar pengkajian program partisipatif kesehatan meliputi:
1. Partisipasi Aktif Masyarakat: Mengutamakan partisipasi aktif dan melibatkan
masyarakat dalam semua tahap pengkajian program kesehatan, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi.
2. Kesetaraan dan Keadilan: Mempastikan bahwa semua anggota masyarakat
memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam pengkajian
program kesehatan, tanpa adanya diskriminasi berdasarkan gender, suku,
agama, atau faktor sosial lainnya.
3. Penghargaan terhadap Pengetahuan Lokal: Menghargai dan mengakui
pengetahuan lokal dan kearifan masyarakat dalam merencanakan dan
melaksanakan program kesehatan. Masyarakat dianggap sebagai ahli dalam
konteks kehidupan mereka sendiri.
4. Transparansi dan Pertanggungjawaban: Mendorong transparansi dalam proses
pengkajian program kesehatan dan memastikan akuntabilitas kepada
masyarakat. Informasi dan keputusan yang dibuat bersama harus mudah
diakses oleh semua pihak yang terlibat.
5

5. Kolaborasi dan Kemitraan: Membangun kemitraan yang erat antara


masyarakat, penyedia layanan kesehatan, pemerintah, dan pihak terkait
lainnya untuk merencanakan dan melaksanakan program kesehatan yang
efektif.
6. Pemberdayaan Masyarakat: Mendorong pemberdayaan masyarakat melalui
peningkatan kapasitas, keterlibatan aktif dalam pengambilan keputusan, dan
penggunaan sumber daya yang ada untuk meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan mereka sendiri (Wulandari, D., 2020).
Perencanaan program partisipatif kesehatan adalah suatu proses yang melibatkan
partisipasi aktif dan kolaboratif antara masyarakat dan pemangku kepentingan terkait
dalam merencanakan, mengembangkan, dan melaksanakan program-program
kesehatan. Tujuan dari perencanaan program partisipatif kesehatan adalah untuk
menghasilkan rencana yang lebih komprehensif, relevan, dan berkelanjutan, yang
memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat secara efektif.
Partisipasi Aktif Masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya harus secara
aktif terlibat dalam semua tahap perencanaan, mulai dari identifikasi masalah, analisis
kebutuhan, perumusan tujuan, hingga pengembangan strategi dan kegiatan. Untuk
kepentingan dan kesejahteraan masyarakat, perencanaan harus didasarkan pada
pemahaman mendalam tentang kebutuhan, harapan, dan aspirasi masyarakat yang
menjadi fokus program kesehatan. Tujuan utama adalah meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat yang dilayani (Wulandari, D., 2020).
Keterbukaan dan Transparansi: Proses perencanaan harus transparan, dengan
informasi yang mudah diakses dan dipahami oleh semua pihak terkait. Semua
keputusan dan kegiatan perlu dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Pengakuan
Terhadap Kekuatan Lokal: Mengakui dan memanfaatkan kekuatan dan sumber daya
yang ada di dalam masyarakat. Hal ini melibatkan pengenalan dan pemanfaatan
pengetahuan lokal, kearifan lokal, dan praktik-praktik yang berpotensi mendukung
program kesehatan.
6

Kolaborasi dan Kemitraan: Mendorong kolaborasi yang erat antara masyarakat,


penyedia layanan kesehatan, pemerintah, LSM, dan pemangku kepentingan lainnya.
Kerjasama ini penting untuk mencapai tujuan bersama, berbagi sumber daya, dan
memperoleh dukungan yang diperlukan. Pemberdayaan Masyarakat: Mendorong
partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan dan implementasi
program. Ini melibatkan pembangunan kapasitas masyarakat, peningkatan
pemahaman tentang isu kesehatan, dan penguatan kemampuan untuk mengatasi
masalah kesehatan.
Evaluasi dan pembelajaran berkelanjutan dengan melakukan evaluasi secara
terus-menerus terhadap program dan melibatkan masyarakat dalam proses evaluasi.
Pembelajaran dari pengalaman harus digunakan untuk perbaikan program dan
perencanaan yang lebih baik di masa depan. Pengkajian partisipatif dalam program
kesehatan melibatkan partisipasi aktif masyarakat dan pemangku kepentingan dalam
proses pengumpulan, analisis, dan penggunaan informasi dalam perencanaan dan
pelaksanaan program kesehatan. Metode ini memiliki berbagai manfaat dan juga
tantangan yang perlu diperhatikan. Berikut adalah beberapa manfaat dan tantangan
pengkajian partisipatif dalam program Kesehatan (Fitri, H., 2018).
Manfaat pengkajian partisipatif dalam program Kesehatan mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan masyarakat Melalui pengkajian
partisipatif, masyarakat memiliki kesempatan untuk berbagi pengetahuan dan
pengalaman mereka mengenai masalah kesehatan yang mereka hadapi. Ini membantu
pihak yang terlibat dalam program kesehatan untuk memahami kebutuhan masyarakat
secara lebih mendalam dan merancang intervensi yang relevan dan efektif (Astuti,
D.A., 2020).
Peningkatan penerimaan dan dukungan masyarakat dengan melibatkan
masyarakat dalam pengambilan keputusan dan perencanaan program kesehatan,
tingkat penerimaan dan dukungan terhadap program tersebut akan meningkat.
Masyarakat akan merasa memiliki program kesehatan tersebut dan lebih termotivasi
untuk berpartisipasi secara aktif, sehingga meningkatkan efektivitas implementasi
7

program. Keterlibatan yang lebih luas dan inklusif: Pengkajian partisipatif


memungkinkan partisipasi yang lebih luas dari berbagai kelompok masyarakat,
termasuk kelompok yang rentan dan terpinggirkan. Ini membantu memastikan bahwa
kepentingan semua pihak terwakili dan bahwa tidak ada kelompok yang diabaikan
dalam perencanaan dan implementasi program kesehatan.
Keberlanjutan program yang lebih baik dengan melibatkan masyarakat secara
langsung dalam pengkajian dan perencanaan program kesehatan, kemungkinan
keberlanjutan program akan meningkat. Masyarakat akan merasa memiliki program
tersebut dan memiliki kepentingan dalam menjaga keberlanjutan program jangka
panjang.
Tantangan pengkajian partisipatif dalam program kesehatan
1. Waktu dan sumber daya.
Pengkajian partisipatif membutuhkan waktu dan sumber daya yang cukup
untuk melibatkan masyarakat secara efektif. Ini bisa menjadi tantangan karena
membutuhkan investasi waktu dan sumber daya yang signifikan dari semua
pihak yang terlibat dalam program kesehatan.
2. Kompleksitas pengelolaan partisipasi.
Melibatkan masyarakat secara partisipatif dalam pengambilan keputusan dan
perencanaan program kesehatan dapat menghadirkan tantangan dalam
pengelolaan proses partisipasi itu sendiri. Koordinasi yang baik, komunikasi
yang efektif, dan fasilitasi yang tepat diperlukan untuk memastikan partisipasi
yang konstruktif dan inklusif (Fitri, H.,, 2018).
Partisipasi masyarakat memainkan peran penting dalam perencanaan program
kesehatan. Dalam konteks perencanaan program kesehatan, partisipasi masyarakat
mencakup melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses pengambilan keputusan,
perumusan kebijakan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi program. Berikut
adalah beberapa peran penting partisipasi masyarakat dalam perencanaan program
kesehatan identifikasi kebutuhan dan masalah Kesehatan masyarakat memiliki
pemahaman langsung tentang masalah kesehatan yang mereka hadapi dalam
8

kehidupan sehari-hari. Melibatkan masyarakat dalam perencanaan program kesehatan


membantu mengidentifikasi kebutuhan dan masalah kesehatan yang relevan dengan
populasi tersebut. Partisipasi masyarakat memungkinkan pengumpulan informasi
yang lebih komprehensif dan mendalam tentang tantangan kesehatan yang dihadapi,
termasuk faktor sosial, budaya, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan
masyarakat.
Penentuan prioritas melalui partisipasi masyarakat, keputusan tentang prioritas
program kesehatan dapat dibuat dengan lebih akurat. Masyarakat dapat berkontribusi
dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang membutuhkan perhatian mendesak
dan memberikan perspektif mereka tentang urgensi, tingkat keparahan, dan dampak
masalah kesehatan tersebut dalam komunitas mereka. Hal ini membantu memastikan
bahwa program kesehatan yang direncanakan benar-benar mencerminkan kebutuhan
dan prioritas masyarakat yang dilayani (Astuti, D.A., 2020).
Desain program yang responsive partisipasi masyarakat memungkinkan program
kesehatan dirancang dengan mempertimbangkan konteks lokal, budaya, dan sosial
yang berbeda. Masyarakat dapat memberikan wawasan tentang cara-cara yang paling
efektif dan sesuai dengan nilai-nilai dan norma lokal dalam mengatasi masalah
kesehatan. Dengan melibatkan masyarakat, program kesehatan dapat dirancang
secara lebih responsif dan relevan, meningkatkan kemungkinan keberhasilan dan
dampak positif.
Implementasi yang efektif melibatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan
program kesehatan meningkatkan tingkat keterlibatan dan tanggung jawab
masyarakat dalam implementasi program. Masyarakat dapat berperan aktif dalam
menjalankan program, seperti mendukung kegiatan promosi kesehatan, menyediakan
fasilitas, atau mengorganisir sumber daya komunitas. Hal ini membantu memastikan
adanya dukungan dan partisipasi yang luas dari masyarakat, meningkatkan
pelaksanaan program dengan lebih efektif.
9

Pengawasan dan evaluasi terhadap partisipasi masyarakat juga penting dalam


pengawasan dan evaluasi program kesehatan. Masyarakat dapat berperan sebagai
"pengawas" dalam memantau pelaksanaan program, memastikan akuntabilitas, dan
memberikan masukan tentang efektivitas program. Melalui partisipasi masyarakat
dalam evaluasi program, dapat dilakukan perbaikan dan penyesuaian yang diperlukan
untuk meningkatkan kualitas. Mengumpulkan data tentang sumber daya kesehatan
yang tersedia di wilayah lahan basah melibatkan langkah-langkah khusus untuk
memahami kondisi kesehatan dan layanan medis di daerah tersebut. Berikut adalah
uraian mengenai langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam mengumpulkan data
tersebut (Adil, M., 2017).
Identifikasi wilayah lahan basah mencakup berbagai ekosistem seperti rawa,
payau, rawa pasang surut, dan mangrove. Pastikan Anda memiliki pemahaman yang
jelas tentang wilayah ini dan batas geografisnya. Melibatkan Departemen kesehatan
di tingkat pemerintah daerah, seperti dinas kesehatan kabupaten/kota, untuk
memperoleh informasi terkait sumber daya kesehatan yang tersedia di wilayah lahan
basah. Mintalah data mengenai jumlah dan jenis fasilitas kesehatan seperti rumah
sakit, puskesmas, klinik, dan apotek di wilayah tersebut.
Survei lapangan untuk mengumpulkan data secara langsung di wilayah lahan
basah. Identifikasi dan dokumentasikan fasilitas kesehatan yang ada, termasuk
informasi tentang infrastruktur, peralatan medis, dan jumlah staf medis yang tersedia.
Selain itu, wawancarai petugas kesehatan setempat untuk mendapatkan pemahaman
tentang tantangan kesehatan yang dihadapi di wilayah tersebut.
Analisis data demografis dieroleh data demografis tentang penduduk di wilayah
lahan basah dari badan statistik setempat. Informasi ini meliputi jumlah penduduk,
komposisi usia, tingkat pendidikan, dan indikator kesehatan lainnya. Data ini akan
membantu Anda memahami profil kesehatan penduduk dan kebutuhan kesehatan
yang spesifik di wilayah tersebut.
10

Konsultasi dengan pakar yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan di


wilayah lahan basah. Hubungi organisasi lingkungan atau lembaga penelitian yang
fokus pada konservasi dan kesehatan di wilayah lahan basah. Mereka dapat
memberikan wawasan tambahan dan sumber data yang mungkin tidak mudah diakses
secara terbuka. Setelah mengumpulkan data, pastikan untuk menganalisis dan
menginterpretasikan informasi dengan hati-hati. Data yang terkumpul akan
membantu memahami tantangan Kesehatan.

B. Strategi dan Metode untuk Melibatkan Masyarakat dalam Perencanaan


Program Kesehatan.
Mekanisme pengumpulan masukan dan pendapat masyarakat merupakan langkah
penting dalam menjalankan pemerintahan yang inklusif dan partisipatif. Berikut
adalah beberapa mekanisme pengumpulan masukan dan pendapat masyarakat beserta
contohnya Survei dan kuesioner. Survei dan kuesioner digunakan untuk
mengumpulkan pendapat masyarakat secara luas. Contohnya, pemerintah dapat
membuat survei daring yang terbuka untuk umum atau mengirimkan kuesioner
kepada warga melalui surat, email, atau media sosial. Survei ini dapat mencakup
pertanyaan terkait kebijakan publik, kebutuhan masyarakat, atau masalah tertentu
yang ingin dipecahkan (Nurhasanah, S., 2020).
Diskusi kelompok terarah melibatkan kelompok kecil masyarakat yang dipilih
secara representatif untuk memberikan masukan dan pendapat mereka. Contohnya,
pemerintah dapat mengadakan pertemuan dengan kelompok pemangku kepentingan
atau masyarakat terpilih untuk membahas topik tertentu, seperti perencanaan
pembangunan wilayah atau perubahan kebijakan kesehatan.
Forum masyarakat merupakan acara terbuka di mana warga dapat berbicara dan
berbagi pendapat mereka tentang isu-isu yang relevan. Contohnya, pemerintah daerah
dapat mengadakan forum masyarakat tentang perencanaan anggaran atau kebijakan
lingkungan. Warga diundang untuk berbicara secara langsung atau mengajukan
pertanyaan kepada pejabat pemerintah terkait.
11

Pendekatan langsung dilakukan dengan melakukan kunjungan lapangan ke


masyarakat untuk mendengarkan masukan mereka. Contohnya, anggota parlemen
atau pejabat pemerintah dapat mengadakan pertemuan dengan warga di lingkungan
mereka, mendengarkan keluhan atau aspirasi mereka, serta mencatat masalah yang
dihadapi oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari (Pratiwi, A. Y, 2019).
Media sosial dan platform daring telah menjadi sarana yang penting untuk
mengumpulkan masukan dan pendapat masyarakat. Contohnya, pemerintah dapat
membuka saluran komunikasi melalui akun media sosial resmi mereka atau
meluncurkan platform daring khusus yang memungkinkan warga mengirimkan ide,
usulan, atau keluhan mereka secara elektronik.
Petisi dan konsultasi publik digunakan untuk mengumpulkan dukungan atau
penolakan terhadap kebijakan atau tindakan tertentu. Contohnya, pemerintah dapat
membuka petisi daring untuk mengumpulkan tanda tangan warga yang mendukung
atau menolak suatu kebijakan. Selain itu, konsultasi publik dapat diadakan melalui
pertemuan terbuka atau platform daring untuk mengumpulkan masukan masyarakat.
Penting untuk memastikan bahwa mekanisme pengumpulan masukan dan pendapat
masyarakat dilakukan secara transparan, terbuka, dan adil. Hasil yang diperoleh dari
proses ini harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan
pemerintah.

C. Langkah-langkah dalam penyusunan rencana program kesehatan yang


melibatkan partisipasi masyarakat.
Menetapkan tujuan, target populasi, dan kegiatan program berdasarkan teori
dan hasil penelitian adalah langkah penting dalam merancang program yang efektif
dan berdasarkan bukti. Berikut ini adalah uraian mengenai setiap elemen tersebut.
Tujuan program merupakan gambaran umum mengenai hasil yang ingin dicapai
melalui program yang dirancang. Tujuan haruslah spesifik, terukur, dapat dicapai,
relevan, dan memiliki batas waktu tertentu. Untuk menetapkan tujuan, perlu
12

dilakukan tinjauan literatur dan penelitian yang relevan untuk memahami masalah
yang ingin diatasi dan intervensi yang telah terbukti efektif dalam konteks tersebut.
Penetapan target populasi melibatkan identifikasi kelompok atau individu yang
akan menjadi fokus program. Hal ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
karakteristik demografis, kebutuhan khusus, risiko tertentu, atau kelompok yang
paling terdampak oleh masalah yang ingin diselesaikan. Hasil penelitian dan bukti
empiris dapat membantu dalam mengidentifikasi kelompok yang membutuhkan
intervensi atau pendekatan tertentu (Rahayu, F., 2021).
Kegiatan program merujuk pada tindakan konkret yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan program. Penetapan kegiatan program perlu didasarkan pada teori
dan hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang ingin diatasi serta intervensi
yang terbukti efektif. Pemilihan kegiatan dapat melibatkan berbagai strategi, seperti
penyuluhan, pelatihan, intervensi individu atau kelompok, kampanye advokasi, atau
pengembangan kebijakan.
Dalam merancang program berdasarkan teori dan hasil penelitian, penting untuk
terus memperbarui pengetahuan dengan mengacu pada literatur terbaru dan penelitian
terkini. Selain itu, keterlibatan para ahli, praktisi, dan pihak terkait juga dapat
memberikan masukan yang berharga dalam mengembangkan program yang
berdasarkan bukti dan sesuai dengan konteks spesifik yang dihadapi. Menetapkan
tujuan, target populasi, dan kegiatan program kesehatan di wilayah lahan basah,
Mengembangkan strategi implementasi dan alokasi sumber daya merupakan bagian
penting dalam merencanakan dan melaksanakan program atau proyek. Berikut ini
adalah uraian mengenai kedua aspek tersebut (Rahayu, F., 2021).
Strategi implementasi merujuk pada rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
menjalankan program atau proyek dengan efektif. Beberapa langkah penting dalam
mengembangkan strategi implementasi meliputi:
1. Menganalisis konteks program, termasuk faktor sosial, budaya, ekonomi,
politik, dan lingkungan yang dapat mempengaruhi implementasi. Hal ini
membantu dalam memahami tantangan dan peluang yang ada.
13

2. Menyusun daftar aktivitas yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan


program. Aktivitas ini harus spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan
memiliki waktu yang ditentukan.
3. Menentukan prioritas dalam pelaksanaan aktivitas berdasarkan urgensi,
dampak, dan keterkaitan antara aktivitas.
4. Mendefinisikan peran dan tanggung jawab setiap pihak yang terlibat dalam
implementasi program, termasuk staf, mitra kerja, atau relawan.
5. Koordinasi dan Komunikasi: Membangun mekanisme koordinasi dan
komunikasi yang efektif antara semua pihak terlibat untuk memastikan
pemahaman yang jelas tentang peran, tanggung jawab, dan alur kerja
(Nurhasanah, S., 2020).
Alokasi sumber daya melibatkan pengaturan dan pendistribusian sumber daya
yang tersedia secara efisien dan efektif untuk mendukung pelaksanaan program atau
proyek. Beberapa langkah yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan
alokasi sumber daya meliputi mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan program, termasuk anggaran, tenaga kerja, peralatan, infrastruktur, dan
bahan.Penentuan Prioritas Sumber Daya: Menentukan prioritas penggunaan sumber
daya berdasarkan urgensi, dampak, dan kebutuhan program. Ini membantu
memastikan bahwa sumber daya dialokasikan secara optimal. Perencanaan Anggaran:
Menyusun rencana anggaran yang jelas dan terperinci, termasuk estimasi biaya untuk
setiap aktivitas program. Hal ini memungkinkan pengawasan yang baik terhadap
penggunaan dana program. Kolaborasi dengan Mitra dan Donatur: Berkomunikasi
dan bernegosiasi dengan mitra dan donatur potensial untuk mendapatkan dukungan
dan sumber daya tambahan yang dibutuhkan untuk program. Monitoring dan
Evaluasi: Memantau penggunaan sumber daya selama pelaksanaan program dan
melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa alokasi sumber daya
tetap sesuai dengan rencana dan tujuan program.
Faktor konteks mencakup aspek-aspek lingkungan fisik, sosial, politik, dan
ekonomi yang mempengaruhi implementasi program kesehatan partisipatif. Beberapa
14

poin penting yang perlu dipertimbangkan dalam analisis konteks adalah Geografi
wilayah, seperti lokasi, aksesibilitas, iklim, dan keadaan geografis, dapat
mempengaruhi akses masyarakat terhadap layanan kesehatan dan keberlanjutan
program. Sistem pemerintahan lokal dan nasional, kebijakan kesehatan, dan regulasi
dapat mempengaruhi pelaksanaan program kesehatan partisipatif. Penting untuk
memahami kerangka kebijakan yang ada dan berkolaborasi dengan pihak berwenang
terkait. Ketersediaan fasilitas kesehatan, transportasi, air bersih, sanitasi, dan listrik
sangat penting dalam memfasilitasi program kesehatan partisipatif.
Faktor-faktor sosial, seperti budaya, adat istiadat, norma, dan nilai-nilai
masyarakat, dapat mempengaruhi partisipasi dan penerimaan terhadap program
kesehatan. Selain itu, aspek ekonomi, seperti tingkat pendapatan, kemiskinan, dan
ketidaksetaraan, juga perlu dipertimbangkan dalam merancang program yang
responsif terhadap konteks sosial dan ekonomi.n Faktor budaya mencakup
kepercayaan, nilai, norma, praktik, dan sistem sosial yang ada dalam masyarakat.
Dalam program kesehatan partisipatif, pemahaman mendalam tentang budaya lokal
sangat penting untuk membangun hubungan yang baik dengan masyarakat dan
meningkatkan partisipasi mereka. Beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam
menghormati dan mempertimbangkan faktor budaya.
Penghormatan Terhadap Nilai dan Keyakinan: Program harus menghormati nilai-
nilai dan keyakinan masyarakat setempat dalam merancang intervensi kesehatan.
Melibatkan pemangku kepentingan lokal dan ahli budaya dapat membantu
memahami dan menghormati aspek-aspek budaya yang relevan. Budaya partisipatif
dalam pengambilan keputusan harus dipromosikan dan dihargai. Melibatkan
masyarakat dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi program akan
meningkatkan pemahaman, penerimaan, dan keberlanjutan program.
Membangun komunikasi yang efektif dengan menggunakan bahasa dan saluran
komunikasi yang dipahami oleh masyarakat setempat sangat penting. Menggunakan
bahasa lokal, tokoh masyarakat, atau kelompok-kelompok kecil dapat membantu
memastikan pesan dan informasi yang disampaikan efektif dan mudah.
15

Pengaruh nilai-nilai, kepercayaan, dan praktik kesehatan tradisional dapat memainkan


peran penting dalam implementasi program kesehatan.
Nilai-nilai budaya yang kuat dapat membentuk persepsi dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan dan penyakit. Nilai-nilai seperti saling peduli, kebersamaan, dan
tanggung jawab sosial dapat mendukung partisipasi masyarakat dalam program
kesehatan dan kolaborasi antara individu, keluarga, dan komunitas. Nilai-nilai seperti
rasa hormat terhadap orang tua atau orang yang lebih tua, kepercayaan pada tradisi,
atau penghormatan terhadap pengetahuan lokal juga dapat mempengaruhi cara
masyarakat menerima dan mengadopsi intervensi kesehatan baru. Penting untuk
menghormati dan memahami nilai-nilai ini dalam merancang dan
mengimplementasikan program kesehatan.
Kepercayaan masyarakat terhadap praktik dan keyakinan tradisional dapat
mempengaruhi penerimaan atau penolakan terhadap program kesehatan modern.
Kepercayaan terhadap praktik pengobatan tradisional atau dukun berpengaruh dalam
pengambilan keputusan masyarakat terkait perawatan kesehatan. Penting bagi
program kesehatan untuk memahami dan menghormati kepercayaan masyarakat
setempat. Upaya kolaborasi dengan praktisi tradisional dan pemimpin komunitas
dapat membangun hubungan saling percaya dan membantu menggabungkan praktik
kesehatan tradisional yang efektif dengan intervensi modern.
Praktik kesehatan tradisional seperti pengobatan herbal, akupunktur, atau
penggunaan ramuan dapat memiliki peran penting dalam masyarakat. Praktik ini
sering kali telah diuji sepanjang waktu dan diwariskan secara turun temurun. Program
kesehatan yang sukses harus mengakui dan memanfaatkan pengetahuan dan
pengalaman praktik kesehatan tradisional yang relevan. Kombinasi praktik tradisional
dengan pendekatan modern dapat membantu memperkuat sistem kesehatan yang
holistik dan berkelanjutan. Dalam implementasi program kesehatan, sangat penting
untuk berkomunikasi dan berkolaborasi dengan masyarakat setempat, pemimpin
komunitas, dan praktisi tradisional. Pendekatan yang melibatkan masyarakat dan
16

menghormati nilai-nilai, kepercayaan, dan praktik kesehatan tradisional akan


meningkatkan keberhasilan dan keberlanjutan program tersebut.
Mengintegrasikan kearifan lokal dan budaya dalam desain program kesehatan
adalah langkah penting untuk memastikan program tersebut relevan, diterima, dan
berkelanjutan dalam komunitas target. Melibatkan masyarakat dalam proses
perencanaan dan desain program kesehatan adalah kunci untuk menghargai kearifan
lokal dan budaya. Libatkan pemimpin komunitas, tokoh adat, ahli budaya, dan wakil-
wakil masyarakat dalam diskusi, konsultasi, dan pengambilan keputusan terkait
dengan program kesehatan. Dengan melibatkan mereka secara aktif, Anda dapat
memahami nilai-nilai, kepercayaan, dan praktik kesehatan tradisional yang ada di
masyarakat. Identifikasi nilai-nilai, kepercayaan, praktik kesehatan tradisional, serta
faktor-faktor sosial dan budaya lainnya yang dapat mempengaruhi program
kesehatan. Analisis ini membantu memahami kebutuhan dan harapan masyarakat
serta memastikan bahwa program kesehatan diintegrasikan dengan budaya lokal.
Kemitraan dengan Praktisi Lokal: Jalin kemitraan dengan praktisi kesehatan
lokal, dukun, praktisi tradisional, dan tokoh adat yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman dalam perawatan kesehatan tradisional. Dengan menggabungkan
pengetahuan dan praktik mereka dengan pendekatan medis modern, Anda dapat
menciptakan program kesehatan yang seimbang dan holistik. Adaptasi dan
Penggabungan Praktik Kesehatan: Identifikasi praktik kesehatan tradisional yang
relevan dan dapat diintegrasikan dengan program kesehatan modern. Ajukan
pertanyaan kepada masyarakat dan praktisi lokal mengenai praktik kesehatan yang
efektif dan dicontohkan dalam budaya setempat. Kemudian, kembangkan pendekatan
yang menggabungkan praktik tradisional dengan intervensi modern yang dapat
meningkatkan penerimaan dan keberlanjutan program. Komunikasi yang Sensitif
Budaya: Dalam penyampaian informasi dan edukasi kesehatan, pastikan bahwa pesan
disampaikan dengan memperhatikan konteks budaya dan nilai-nilai lokal. Gunakan
bahasa dan saluran komunikasi yang dipahami oleh masyarakat setempat. Libatkan
17

praktisi lokal dalam menyampaikan pesan dan menggunakan contoh yang relevan
dengan budaya dan kehidupan sehari-hari masyarakat.
Selama implementasi program, lakukan evaluasi secara partisipatif yang
melibatkan masyarakat setempat. Mintalah umpan balik mereka mengenai efektivitas,
relevansi, dan penerimaan program. Evaluasi ini membantu mengukur dampak
program dalam konteks budaya dan memastikan penyesuaian yang diperlukan.
Melalui pendekatan ini, Anda dapat menghormati dan mengintegrasikan kearifan
lokal dan budaya dalam desain program kesehatan. Hal ini akan meningkatkan
partisipasi masyarakat, efektivitas program, dan penerimaan yang lebih baik dalam
komunitas target.

D. Evaluasi dan Mekanisme Pemantauan Program Kesehatan Partisipatif


Masyarakat Lahan Basah
Indikator keberhasilan program kesehatan partisipatif dapat bervariasi tergantung
pada tujuan dan sasaran program yang spesifik. Namun, berikut ini adalah beberapa
indikator umum yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan program
kesehatan partisipatif. Tingkat Partisipasi Masyarakat: Mengukur tingkat keterlibatan
masyarakat dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi program. Indikator ini
dapat mencakup jumlah dan proporsi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan
partisipatif, seperti pertemuan komunitas, kelompok diskusi, atau tim kerja.
Peningkatan Pengetahuan: Mengukur peningkatan pengetahuan masyarakat
tentang isu-isu kesehatan yang relevan. Hal ini dapat diukur melalui survei
pengetahuan pra dan pasca program, dengan fokus pada pemahaman masyarakat
terhadap penyakit, pencegahan, perawatan kesehatan, dan praktik kesehatan yang
dianjurkan. Perubahan Sikap dan Praktik: Mengukur perubahan sikap dan praktik
masyarakat terkait kesehatan. Ini bisa mencakup perubahan perilaku pencegahan
penyakit, penggunaan layanan kesehatan yang lebih baik, atau adopsi praktik
kesehatan yang dianjurkan dalam kehidupan sehari-hari. Akses dan Kualitas Layanan
Kesehatan: Mengukur peningkatan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan
18

yang berkualitas. Indikator ini dapat mencakup peningkatan jumlah kunjungan ke


fasilitas kesehatan, peningkatan ketersediaan obat-obatan atau alat kesehatan, dan
peningkatan kepuasan masyarakat terhadap layanan yang diterima.
Pemberdayaan Masyarakat: Mengukur peningkatan kapasitas masyarakat dalam
mengambil keputusan terkait kesehatan mereka sendiri. Indikator ini dapat mencakup
tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang hak-hak kesehatan,
kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terkait
kesehatan, dan perubahan dalam struktur kekuasaan yang memungkinkan partisipasi
masyarakat. Keberlanjutan Program: Mengukur keberlanjutan program setelah
periode implementasi. Indikator ini dapat mencakup adanya mekanisme berkelanjutan
untuk partisipasi masyarakat, dukungan keuangan yang berkelanjutan, dan pengaruh
program terhadap kebijakan kesehatan yang berkelanjutan.
Penggunaan indikator keberhasilan ini harus disesuaikan dengan konteks
program dan sasaran yang spesifik. Penting untuk melakukan pemantauan dan
evaluasi secara teratur untuk mengukur kemajuan program dan membuat perubahan
yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Mekanisme pemantauan dan
pengawasan program merupakan bagian penting dari upaya untuk memastikan
keberhasilan dan keberlanjutan program kesehatan. Berikut ini adalah beberapa
mekanisme yang dapat digunakan sistem Pemantauan dan Evaluasi: Dirancang untuk
mengumpulkan data yang relevan tentang pelaksanaan program dan pencapaian
tujuan. Ini dapat melibatkan pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif, seperti
survei, wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Pemantauan berkala dan
evaluasi program membantu mengidentifikasi keberhasilan, kendala, dan peluang
perbaikan. Indikator Kinerja: Mengidentifikasi indikator kunci yang mencerminkan
pencapaian tujuan dan sasaran program. Indikator ini harus dapat diukur secara
objektif dan terkait langsung dengan hasil yang diharapkan. Dalam pemantauan, data
diukur secara berkala untuk melihat sejauh mana program mencapai indikator kinerja
yang ditetapkan.
19

Tim Pemantauan dan Evaluasi: Menunjuk tim yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan pemantauan dan evaluasi program. Tim ini dapat terdiri dari personel
internal atau melibatkan konsultan eksternal yang memiliki keahlian dalam evaluasi
program. Tim harus memiliki kemampuan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan
menginterpretasikan data dengan baik.
Pertemuan Evaluasi Rutin: Mengadakan pertemuan rutin dengan semua
pemangku kepentingan terkait program untuk membahas hasil pemantauan dan
evaluasi. Pertemuan ini memberikan kesempatan untuk membahas kemajuan
program, mengevaluasi strategi, dan mengidentifikasi tindakan perbaikan yang
diperlukan. Pertemuan evaluasi juga dapat digunakan untuk memperkuat kolaborasi
dan koordinasi antara pemangku kepentingan.
Mekanisme Pelaporan untuk memastikan adanya mekanisme pelaporan yang
jelas dan transparan. Melalui mekanisme ini, data dan temuan dari pemantauan dan
evaluasi dapat dilaporkan kepada pemangku kepentingan yang relevan, termasuk tim
manajemen program, mitra implementasi, dan pihak berwenang. Pelaporan yang
teratur dan transparan membantu membangun akuntabilitas dan memastikan
keterlibatan semua pihak yang terkait. Evaluasi Partisipatif dengan melibatkan
masyarakat dalam proses evaluasi program untuk memperoleh masukan mereka
tentang keberhasilan dan keberlanjutan program. Ini dapat dilakukan melalui
kelompok diskusi, wawancara, atau forum partisipatif. Evaluasi partisipatif
membantu memastikan bahwa perspektif masyarakat tercermin dalam evaluasi
program dan membantu memperkuat partisipasi mereka dalam proses pengambilan
keputusan.
Peningkatan partisipasi masyarakat membangun kebijakan yang mendorong
partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan, implementasi, dan pengambilan
keputusan terkait program kesehatan. Hal ini dapat mencakup penyediaan pelatihan
dan dukungan untuk pemberdayaan masyarakat, pendirian mekanisme partisipasi
yang inklusif, dan pengakuan formal terhadap peran dan kontribusi masyarakat dalam
pengambilan keputusan terkait kesehatan.
20

Pemberdayaan Komunitas dalam mengembangkan kebijakan yang mendorong


pemberdayaan komunitas dalam konteks kesehatan. Ini dapat dilakukan dengan
menyediakan sumber daya dan dukungan untuk memperkuat kapasitas masyarakat
dalam mengatasi masalah kesehatan mereka sendiri, seperti pelatihan keterampilan,
pendidikan kesehatan, atau pendanaan yang dapat diakses oleh komunitas.
Kolaborasi antar-sektor yakni dengan mendorong kolaborasi antara sektor
kesehatan dan sektor lain, seperti pendidikan, pemerintah daerah, dan organisasi non-
pemerintah, untuk mengembangkan pendekatan holistik dalam program kesehatan
partisipatif. Kebijakan ini dapat memfasilitasi pertukaran pengetahuan, sumber daya,
dan keterampilan antara sektor-sektor yang berbeda untuk mencapai hasil kesehatan
yang lebih baik. Integrasi Budaya Lokal yakni mengakui, menghormati, dan
mengintegrasikan kearifan lokal, nilai-nilai budaya, dan praktik kesehatan tradisional
dalam program kesehatan. Kebijakan ini dapat meliputi dukungan untuk
pengembangan praktik kesehatan yang terintegrasi, pelatihan bagi praktisi lokal, dan
pengakuan formal terhadap peran praktisi kesehatan tradisional dalam sistem
kesehatan.
Akses dan Pemerataan Layanan Kesehatan dengan cara mengadopsi kebijakan
yang memastikan akses yang merata dan adil terhadap layanan kesehatan bagi semua
anggota masyarakat. Ini termasuk pendanaan yang memadai untuk layanan kesehatan
dasar, pengembangan fasilitas kesehatan yang dapat diakses oleh semua, dan upaya
untuk mengurangi disparitas kesehatan antara kelompok-kelompok yang rentan.
Evaluasi dan pembelajaran berkelanjutan dengan mengembangkan kebijakan yang
mendorong pemantauan dan evaluasi berkelanjutan program kesehatan partisipatif.
Kebijakan ini dapat mencakup penekanan pada evaluasi partisipatif yang melibatkan
masyarakat, peningkatan kapasitas evaluasi di tingkat lokal, dan penggunaan hasil
evaluasi untuk perbaikan program dan pengambilan keputusan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesehatan lingkungan di lahan basah adalah isu penting yang mempengaruhi
kesejahteraan manusia dan ekosistem secara keseluruhan. Lahan basah memiliki
peran penting dalam menjaga kualitas air, keanekaragaman hayati, dan mitigasi
bencana alam. Pengkajian kesehatan lingkungan di lahan basah adalah langkah awal
yang kritis dalam menyusun program yang efektif. Penyusunan rencana partisipatif
program kesehatan lingkungan lahan basah harus didasarkan pada data dan informasi
yang akurat. Pengumpulan data meliputi survei lapangan, analisis laboratorium,
pemetaan, dan pendekatan partisipatif seperti diskusi kelompok dan wawancara.
Meningkatkan kesadaran masyarakat perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan lingkungan di lahan basah.
Kampanye edukasi, sosialisasi, dan penyuluhan harus dilakukan secara teratur agar
masyarakat memahami hubungan antara kesehatan mereka dengan kondisi
lingkungan sekitar.
Mengembangkan jaringan kerja: Penting untuk membangun jaringan kerja antara
pemerintah, organisasi non-pemerintah, lembaga penelitian, dan masyarakat lokal.
Kerjasama yang kuat akan memungkinkan pertukaran pengetahuan, pengalaman, dan
sumber daya yang dapat mendukung penyusunan rencana dan implementasi program
kesehatan lingkungan di lahan basah.

B. Saran
Mengintegrasikan aspek kesehatan dalam perencanaan dan pengelolaan lahan
basah: Penting untuk memastikan bahwa aspek kesehatan diintegrasikan secara
holistik dalam perencanaan dan pengelolaan lahan basah. Kebijakan dan rencana
pengelolaan lahan basah harus memperhitungkan konsekuensi kesehatan, dan
langkah-langkah perlindungan kesehatan harus diintegrasikan ke dalam praktik
22

pengelolaan. Memperkuat kapasitas lokal: Dukungan harus diberikan dalam


memperkuat kapasitas masyarakat lokal dan institusi terkait dalam pengelolaan
kesehatan lingkungan lahan basah. Pelatihan, pendidikan, dan transfer pengetahuan
harus didorong untuk membangun kemampuan yang diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Adil, M., Hadi, A., & Suharmiati. (2017). Partisipasi masyarakat dalam pengembangan program
kesehatan di Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 11(1), 15-
22.
Ambarwati, D., & Soedirman, S. (2020). Pengkajian partisipatif kebutuhan kesehatan pada
masyarakat Kampung Bedog, Yogyakarta. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 5(1), 73-
82.
Astuti, D. A., & Soedirman, S. (2020). Perencanaan partisipatif dalam upaya peningkatan
kualitas hidup masyarakat. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, 8(1), 1-10.
Fitri, H., Hadi, A., & Wahyuni, S. (2019). Evaluasi partisipasi masyarakat dalam penyusunan
program kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Bengkalis. Jurnal Kebijakan Kesehatan
Indonesia, 8(1), 13-20.
Kurniawan, A. Y., & Prasetyo, A. D. (2018). Implementasi partisipasi masyarakat dalam
penyusunan program kesehatan di Puskesmas Godean, Sleman. Jurnal Kebijakan
Kesehatan Indonesia, 7(1), 9-16.
Mardiati, N., Widyastari, D. A., & Misnaniarti. (2018). Peran partisipasi masyarakat dalam
perencanaan dan pemantauan program kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia,
14(1), 60-66.
Nurhasanah, S., Suharmiati, & Handayani, W. (2020). Partisipasi masyarakat dalam
pengembangan program kesehatan di Desa Dadapan, Kabupaten Pacitan. Jurnal
Administrasi Kesehatan Indonesia, 8(1), 58-65.
Pratiwi, A. Y., Hadi, A., & Wahyuni, S. (2019). Implementasi partisipasi masyarakat dalam
program kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Indramayu. Jurnal Administrasi Kesehatan
Indonesia, 7(2), 120-127.
Rahayu, F., Nurhidayati, A., & Soemanto, R. B. (2021). Implementasi partisipasi masyarakat
dalam program sanitasi perkotaan di Kelurahan Tlogosari Kulon, Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 9(1), 95-103.
Wulandari, D., Setyaningsih, N., & Prasetyo, A. D. (2020). Pengkajian partisipatif dalam
penyusunan program kesehatan masyarakat di Desa Kaliombo, Kabupaten Karanganyar.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(2), 204-212.
TUGAS MAKALAH
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kesehatan Lingkungan Lahan Basah

 “Perspektif Pemecahan Masalah Kesehatan Masyarakat Lintas Sektor di


Lingkungan Lahan Basah”

Disusun Oleh:
M. Syabriannur
NIM. 2220930310020

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM MAGISTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2023

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Perspektif Pemecahan
Masalah Kesehatan Masyarakat Lintas Sektor di Lingkungan Lahan Basah ” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Lingkungan Lahan Basah sesuai pada waktunya.
Adapun makalah ini kami buat dengan tujuan untuk mengetahui lebih jauh dan
menambah wawasan tentang masalah Perspektif Pemecahan Masalah Kesehatan
Masyarakat Lintas Sektor di Lingkungan Lahan Basah. Terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
saya mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang bersifat membangun agar gagasan
ini tertulis lebih baik lagi.

Banjarbaru,……… Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

 Halaman

COVER.....................................................................................................................   i
KATA PENGANTAR..............................................................................................   ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................ 3
D. Manfaat Penulisan.......................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengenalan Tentang Lingkungan Lahan Basah............................................. 5
B. Masalah kesehatan masyarakat yang terkait dengan lingkungan lahan
basah............................................................................................................... 6
C. Perspektif lintas sektor dalam pemecahan masalah kesehatan masyarakat... 9
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................................... 13
B. Saran............................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lahan basah menjadi sangat peka terhadap perubahan yang dilakukan manusia
serta lahan basah memiliki peran penting bagi kehidupan manusia dan margasatwa
lain. Dengan demikian, tata kelola lingkungan lahan basah (wetland governance)
sangat diperlukan dalam pengelolaan lahan basah. Masalahnya, selama ini sistem tata
kelola lingkungan lahan basah seringkali menjadi tumpang tindih dan benturan antara
satu pemangku kepentingan dengan pemangku kepentingan lainnya serta tidak
maksimalnya peran serta masyarakat (society involvement) dalam tata kelola
lingkungan lahan basah. Selama ini perencanaan, pengelolaan, implementasi,
pengawasan, dan evaluasi tata kelola lingkungan lahan basah (wetland governance)
seringkali dilakukan secara terpisah (Komite Nasional Pengelolaan Ekosistem Lahan
Basah, 2004).
Tata kelola lingkungan lahan basah (wetland governance) secara tepat dan
menyeluruh perlu melibatkan semua pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab
yang terkait langsung dengan lahan basah. Transformasi isu global yang terjadi baik
di tingkat lokal, nasional, regional, maupun internasional seperti contohnya
perubahan iklim global, globalisasi kebudayaan, kebijakan pembangunan,
pertambahan penduduk, kelangkaan air bersih energi dan bahan bakar disisi lain telah
memberikan tekanan terhadap keberlanjutan dan kelestarian lahan basah di Indonesia,
hal ini karena lahan basah cukup rentan terhadap perubahan lingkungan (Isnaeni,
2017).
Di sisi yang lain juga bisa dilihat, perubahan internasional akibat globalisasi
menyebabkan pergeseran pelaksanaan hubungan negara dan pemerintahan. Kemajuan
teknologi komunikasi juga telah mendorong saling ketergantungan tidak hanya bagi
negara tetapi juga kelompok-kelompok dalam negara termasuk pemerintah daerah.
Fenomena tersebut membuat pemerintah daerah tertarik untuk menjalin kerja sama
2

dengan pemerintah daerah di negara lain untuk mendapatkan keuntungan bagi


daerahnya. Bentuk kerja samabilateral yang saat ini banyak dilakukan adalah dengan
model kerja sama sister city (mitra kota). Sister city adalah bentuk kerja sama yang
melibatkan kota di suatu negara dengan kota di negara lain untuk meningkatkan rasa
persaudaraan antarkota dan memberi manfaat bagi kedua kota tersebut (Maulina, N.,
2020).
Pengelolaan lingkungan lahan basah sangat dinamis dan bertransformasi secara
cepat sesuai dengan perkembangan teknologi, pengalaman kasus baru, faktor politik
sosial ekonomi serta pengaruh internasional (globalisasi). Maka daripada itu sangat
bergantung pada isu-isu permasalahan kasus kesehatan di lingkungan lahan basah
menjadi faktor penting yang harus dipahami oleh seorang lulusan Sarjana Kesehatan
Masyarakat agar dapat menemukan faktor penyebabnya dan dapat mencari jalan
keluar atas permasalahan tersebut.
Setiap masyarakat memiliki perilaku yang berbeda tergantung dari bagaimana
masyarakat atau individu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam kaitannya
dengan lingkungan hidup, perilaku manusia dapat menentukan keberlanjutan kondisi
lingkungan. Pola perilaku masyarakat yang tinggal di pesisir sungai dan rawa
mengakibatkan mudahnya berbagai penyakit berkembang. Kepribadian manusia itu
sendiri dan situasi/keadaan lingkungan sekitar akan mempengaruhi perilaku
lingkungan seseorang.
Perilaku manusia dapat mengakibatkan perubahan-perubahan pada lingkungan
hidup. Perilaku manusia melibatkan tiga komponen utama yaitu kondisi lingkungan
tempat terjadinya perilaku tersebut, perilaku itu sendiri dan konsekuensi dari perilaku
tersebut.

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan penulisan makalah ini adalah “Perspektif Pemecahan Masalah
Kesehatan Masyarakat Lintas Sektor di Lingkungan Lahan Basah”
3

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
gambaran tentang Perspektif Pemecahan Masalah Kesehatan Masyarakat
Lintas Sektor di Lingkungan Lahan Basah.
2. Tujuan Khusus
a. Menyajikan pemahaman yang komprehensif tentang kompleksitas masalah
kesehatan masyarakat yang terkait dengan lingkungan lahan basah.
b. Memahami masalah-masalah kesehatan yang khas di lingkungan lahan basah
dan mengidentifikasi area prioritas untuk tindakan penanggulangan.
c. Mengetahui pentingnya kerja sama antara sektor kesehatan, lingkungan,
pertanian, perikanan, infrastruktur, dan tata ruang dalam mengatasi masalah
kesehatan yang kompleks.
d. Mengetahui pentingnya melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan
lainnya dalam proses pengambilan keputusan, perencanaan, dan implementasi
program kesehatan lingkungan.
e. Mengetahui kebijakan dan tindakan konkret untuk meningkatkan pemecahan
masalah kesehatan masyarakat di lingkungan lahan basah dan mengajukan
langkah-langkah yang dapat diambil oleh pemerintah, organisasi non-
pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya untuk memperbaiki kondisi
kesehatan di lahan basah melalui pendekatan lintas sektor dan partisipatif.

D. Manfaat Penulisan
Melalui pengkajian yang mendalam, makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih baik tentang kebutuhan kesehatan masyarakat di suatu daerah atau
komunitas. Meningkatkan pemahaman tentang hubungan antara lingkungan lahan
basah dan kesehatan masyarakat. Pembaca juga mampu memahami upaya
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program Kesehatan untuk mendorong
4

partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program kesehatan.


Dengan melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan, program kesehatan
menjadi lebih.
Mendorong pendekatan lintas sektor dalam pemecahan masalah kesehatan:
Makalah ini akan menyoroti pentingnya kerja sama lintas sektor dalam mengatasi
masalah kesehatan di lingkungan lahan basah pentingnya partisipasi masyarakat dan
pemangku kepentingan lainnya dalam merumuskan dan melaksanakan program
kesehatan lingkungan di lingkungan lahan basah. Dengan mendorong partisipasi
aktif, makalah ini dapat memberikan manfaat berupa penggunaan pengetahuan lokal
dan tradisional, meningkatkan pemahaman, dan meningkatkan penerimaan terhadap
program-program tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengenalan Tentang Lingkungan Lahan Basah


Lingkungan lahan basah, juga dikenal sebagai ekosistem basah, merujuk pada
daerah yang tergenang air secara permanen atau periodik. Lingkungan ini mencakup
berbagai tipe seperti rawa-rawa, payau, bakau, dan danau. Lahan basah adalah daerah
yang secara alami diisi dengan air, baik air tawar maupun air asin, yang
mempengaruhi lingkungan hidrologi, flora, fauna, dan berbagai ekosistem terkait.
Lahan basah mencakup wilayah dengan genangan air yang berlangsung selama
periode yang signifikan selama tahun (Panghiyangani, R., 2019).
Air adalah unsur yang paling mencolok dalam lingkungan lahan basah. Lahan
basah dapat menerima air melalui hujan, mata air, sungai, danau, atau dari air laut
melalui pasang surut. Kehadiran air ini menciptakan kondisi yang khas dan
mendukung kehidupan beragam. Vegetasi di lahan basah sering ditandai oleh vegetasi
yang khas dan sangat tergantung pada keberadaan air. Contoh vegetasi lahan basah
meliputi rumput air, lumut, tanaman paku air, teratai, rumput palem, mangrove, dan
tanaman air lainnya. Vegetasi ini beradaptasi dengan kondisi genangan air dan
memiliki peran penting dalam menyediakan tempat berlindung, nutrisi, dan habitat
bagi berbagai jenis hewan.
Keanekaragaman hayati di lahan basah merupakan salah satu ekosistem paling
produktif dan beragam secara biologis di dunia. Mereka mendukung berbagai spesies
flora dan fauna, termasuk burung migran, ikan, reptil, amfibi, serangga, mamalia, dan
mikroorganisme. Lahan basah sering menjadi habitat bagi spesies yang terancam
punah atau langka.
Lingkungan lahan basah memiliki kemampuan yang signifikan untuk menyimpan
karbon. Tumbuhan di lahan basah dapat menyerap karbon dioksida dari atmosfer dan
menyimpannya dalam bentuk biomassa dan tanah rawa. Oleh karena itu, lahan basah
5

memainkan peran penting dalam mengurangi gas rumah kaca dan mengurangi
perubahan iklim (Kurniadi, A., 2019).
Lahan basah juga berperan sebagai filter alami yang membantu menyaring air dan
memperbaiki kualitas air dengan menangkap sedimen, nutrien, dan polutan yang
terbawa oleh air. Mereka juga berfungsi sebagai "spons" alami yang dapat menyerap
air berlebih selama periode hujan yang intens, membantu mengurangi risiko banjir
dan menjaga keseimbangan hidrologi. Nilai ekonomi dan sosial: Lahan basah
memiliki nilai ekonomi dan sosial yang signifikan. Mereka menyediakan berbagai
sumberdaya alami seperti hasil perikanan, bahan bangunan, tanaman obat-obatan, dan
sumber daya air. Selain itu, lahan basah juga penting dalam pariwisata alam,
pendidikan lingkungan, dan penelitian ilmiah.
Karakteristik ini membuat lingkungan lahan basah sangat penting untuk
keberlanjutan lingkungan dan keseimbangan ekosistem global. Namun, lahan basah
sering kali rentan terhadap degradasi akibat aktivitas manusia seperti reklamasi,
pembangunan infrastruktur, pengolahan lahan, dan pencemaran air. Oleh karena itu,
perlindungan dan pengelolaan yang baik diperlukan untuk menjaga keberlanjutan
lingkungan lahan basah dan manfaat yang ditawarkannya.
Lingkungan lahan basah dapat memberikan dampak yang positif terhadap
kesehatan masyarakat dalam beberapa cara, namun juga dapat memiliki dampak
negatif dalam kondisi tertentu. Dampak Positifnya adalah kualitas air yang lebih baik:
Lahan basah berfungsi sebagai filter alami, menyaring air dan menghilangkan polutan
serta zat kimia berbahaya. Ini dapat meningkatkan kualitas air yang digunakan oleh
masyarakat untuk minum, memasak, mandi, dan keperluan sehari-hari lainnya.
Penyediaan sumber air bersih:
Lahan basah dapat berperan sebagai sumber air bersih yang penting bagi
masyarakat. Air dari lahan basah dapat digunakan sebagai sumber air minum, irigasi
pertanian, dan pemenuhan kebutuhan industri, yang berkontribusi pada kesehatan
masyarakat secara keseluruhan. Lahan basah yang sehat dan terpelihara berkontribusi
pada keseimbangan ekosistem secara keseluruhan. Kehadiran keanekaragaman hayati
6

di lahan basah dapat memberikan layanan ekosistem yang penting, termasuk


pengendalian hama alami dan pengaturan penyakit, yang berdampak positif pada
kesehatan masyarakat. Sebagai sarana rekreasi dan kesejahteraan mental, lingkungan
lahan basah seringkali menjadi tempat rekreasi alami yang menyediakan kesempatan
bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan seperti berjalan-jalan, bersepeda,
berenang, dan memancing. Aktivitas fisik dan kontak dengan alam ini dapat
meningkatkan kesejahteraan mental dan fisik (Panghiyangani, R., 2019).
B. Masalah kesehatan masyarakat yang terkait dengan lingkungan lahan
basah
Lingkungan lahan basah yang tercemar dapat menyebabkan masalah kesehatan
masyarakat yang serius terkait dengan polusi air. Penyakit pernapasan: Air yang
tercemar dapat mengandung zat kimia berbahaya, seperti logam berat, pestisida, dan
bahan kimia industri. Jika air ini dikonsumsi atau digunakan untuk keperluan mandi
dan mencuci, zat-zat tersebut dapat masuk ke dalam tubuh manusia. Paparan kronis
terhadap zat-zat ini dapat menyebabkan penyakit pernapasan seperti asma, bronkitis,
dan pneumonia. Polusi air juga dapat menyebabkan masalah kesehatan kulit. Zat
kimia yang terlarut dalam air dapat menyebabkan iritasi, dermatitis, ruam, dan alergi
pada kulit. Contohnya, kontaminasi air dengan bahan kimia seperti logam berat dapat
menyebabkan keracunan logam berat yang dapat mempengaruhi kesehatan kulit.
Jika air yang tercemar digunakan untuk minum atau memasak, orang dapat
terpapar oleh mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus, dan parasit yang dapat
menyebabkan penyakit pencernaan seperti diare, kolera, dan penyakit parasit usus.
Air yang tercemar juga dapat mengandung bahan kimia seperti pestisida atau limbah
industri yang dapat mempengaruhi kesehatan sistem pencernaan. Lingkungan lahan
basah yang tercemar oleh polusi air juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih.
Kontaminasi air oleh bakteri, virus, atau parasit dapat memasuki tubuh melalui
saluran kemih dan menyebabkan infeksi pada kandung kemih, uretra, atau ginjal.
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan gejala seperti nyeri saat buang air kecil,
sering buang air kecil, dan demam. Polusi air yang mengandung zat beracun dalam
7

konsentrasi tinggi dapat menyebabkan keracunan akut jika manusia mengonsumsi


atau terpapar oleh air tersebut. Keracunan akut dapat menyebabkan gejala seperti
mual, muntah, sakit perut, pusing, kejang, bahkan dapat berakibat fatal dalam kasus
yang parah.
Untuk mencegah dampak negatif dari polusi air terhadap kesehatan manusia,
penting untuk menjaga kualitas air di lingkungan lahan basah dengan menjaga
kebersihan dan kelestariannya. Ini melibatkan pengelolaan limbah yang baik,
penggunaan bahan kimia yang aman, dan upaya konservasi yang bertujuan untuk
melindungi sumber air bersih. Selain itu, pendidikan masyarakat tentang pentingnya
air bersih dan kebersihan juga diperlukan agar mereka dapat mengambil tindakan
pencegahan yang tepat.
Risiko penyakit vektor yang berkaitan dengan lingkungan lahan basah
Pencegahan penyakit vektor terkait dengan lingkungan lahan basah melibatkan upaya
pengendalian vektor, seperti penggunaan insektisida, pembersihan genangan air, dan
pengelolaan lingkungan yang baik untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk.
Selain itu, pendidikan masyarakat tentang tindakan pencegahan pribadi, seperti
penggunaan kelambu yang dilapisi insektisida dan penggunaan pakaian pelindung
saat berada di area berisiko, juga penting untuk mengurangi risiko penyakit vektor.
1. Lahan basah sering menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles,
vektor penyakit malaria. Nyamuk betina Anopheles menggigit manusia untuk
mendapatkan darah yang diperlukan untuk bertelur. Jika nyamuk tersebut
terinfeksi oleh parasit Plasmodium, mereka dapat mentransmisikan penyakit
malaria kepada manusia melalui gigitan. Lingkungan lahan basah yang tidak
terawat dengan genangan air yang stagnan menjadi tempat yang ideal bagi
nyamuk Anopheles untuk berkembangbiak.
2. Demam Berdarah Dengue, Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
adalah vektor penyakit demam berdarah dengue. Mereka berkembang biak di
lingkungan lahan basah dengan air yang tergenang, seperti kolam, bak air,
atau tempat penampungan air yang tidak terawat dengan baik. Jika nyamuk
8

tersebut terinfeksi oleh virus dengue dan menggigit manusia, mereka dapat
menyebabkan penularan penyakit demam berdarah dengue.
3. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing parasit yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk. Nyamuk yang bertindak sebagai vektor penyakit
filariasis umumnya berkembang biak di daerah yang dekat dengan lahan
basah, seperti daerah rawa-rawa atau tepi sungai. Jika nyamuk tersebut
menggigit manusia, cacing filaria dapat ditularkan dan menyebabkan infeksi
yang dapat mengakibatkan pembengkakan pada bagian tubuh tertentu, seperti
kaki atau skrotum.
4. Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang
biasanya menular melalui air yang terkontaminasi dengan urin hewan yang
terinfeksi. Lingkungan lahan basah yang tergenang air atau terpapar urin
hewan yang terinfeksi Leptospira dapat menjadi sumber penularan. Jika
manusia terpapar oleh bakteri ini melalui kulit yang lecet atau selaput lendir,
mereka dapat mengalami gejala seperti demam, mual, sakit kepala, dan dalam
kasus yang parah, kerusakan organ yang serius.
Gangguan sanitasi dan kebersihan di sekitar lahan basah dapat memiliki dampak
yang signifikan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Berikut adalah beberapa
gangguan umum yang terkait dengan sanitasi dan kebersihan di sekitar lahan basah.
Pembuangan limbah yang tidak memadai yang menjadi salah satu masalah utama
adalah pembuangan limbah yang tidak memadai di sekitar lahan basah. Limbah
domestik dan industri sering kali dibuang secara langsung ke perairan atau tanah
tanpa pengolahan yang memadai. Hal Ini mengakibatkan pencemaran air dan tanah di
sekitar lahan basah, mempengaruhi kualitas air dan kesehatan manusia yang
bergantung padanya (Soniati, S.,, 2022).
Tumpukan sampah domestic karena kebiasaan masyarakat membuang sampah
sembarangan di sekitar lahan basah dapat menyebabkan penumpukan sampah yang
signifikan. Sampah tersebut dapat mencakup limbah plastik, kertas, logam, dan bahan
organik lainnya. Penumpukan sampah yang tidak terkendali mengganggu keindahan
9

lingkungan, menciptakan habitat bagi hama dan vektor penyakit, dan dapat
menyebabkan kontaminasi air dan tanah.
Di beberapa daerah, terutama di daerah perkotaan yang terletak dekat dengan
lahan basah, akses terhadap fasilitas sanitasi yang memadai mungkin terbatas. Hal ini
dapat mengarah pada praktik buang air besar sembarangan dan pencemaran
lingkungan dengan tinja manusia. Kekurangan sanitasi yang memadai meningkatkan
risiko penularan penyakit melalui air, tanah, dan vektor penyakit. Lingkungan lahan
basah yang tercemar dapat mempengaruhi kualitas air yang digunakan oleh
masyarakat sekitar. Masyarakat mungkin terpaksa menggunakan air yang
terkontaminasi untuk minum, memasak, dan keperluan sanitasi lainnya. Ini
meningkatkan risiko penyakit terkait air, seperti diare, kolera, dan infeksi saluran
kemih. Kurangnya kesadaran tentang pentingnya kebersihan dan sanitasi juga
merupakan masalah yang signifikan (Soniati, S.,, 2022).
Tanpa pemahaman yang memadai tentang praktik kebersihan pribadi,
pembuangan limbah yang aman, dan perlunya menjaga lingkungan bersih,
masyarakat cenderung melakukan praktik yang berkontribusi terhadap gangguan
sanitasi di sekitar lahan basah. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
sanitasi yang baik dan praktik kebersihan yang benar sangat penting untuk mengatasi
masalah ini. Pemerintah dan lembaga terkait juga harus berperan aktif dalam
menyediakan infrastruktur sanitasi yang memadai, mengelola limbah dengan baik,
dan mempromosikan praktik kebersihan yang sehat di sekitar lahan basah.

C. Perspektif lintas sektor dalam pemecahan masalah kesehatan masyarakat


Kerjasama antara sektor kesehatan, lingkungan, pertanian, perikanan,
infrastruktur, dan tata ruang sangat penting untuk mencapai pembangunan yang
berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat. Berikut adalah beberapa alasan mengapa
kerjasama di antara sektor-sektor ini penting.
10

1. Penanganan penyakit yang bersifat lintas sektor: Banyak penyakit dan


masalah kesehatan yang terkait erat dengan faktor-faktor lingkungan,
pertanian, perikanan, infrastruktur, dan tata ruang. Misalnya, penyakit yang
ditularkan melalui vektor seperti malaria dan demam berdarah dengue terkait
dengan kondisi lingkungan, keberadaan genangan air, dan keberadaan vektor
tersebut di daerah pertanian atau perairan. Untuk menangani penyakit ini
secara efektif, diperlukan kerjasama antara sektor kesehatan, lingkungan,
pertanian, dan perikanan.
2. Keamanan pangan dan gizi: Sektor pertanian dan perikanan berperan penting
dalam menyediakan pangan dan gizi yang cukup bagi masyarakat. Namun,
untuk memastikan keamanan pangan yang memadai, diperlukan kerjasama
dengan sektor kesehatan dalam hal pemantauan keamanan pangan,
penanganan penyakit hewan yang dapat ditularkan ke manusia, dan promosi
gizi yang baik. Kerjasama juga diperlukan dalam mengembangkan praktik
pertanian dan perikanan yang berkelanjutan secara lingkungan.
3. Pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan: Lingkungan yang sehat dan
berkelanjutan adalah faktor penting dalam menjaga kesehatan manusia.
Sektor lingkungan, pertanian, perikanan, infrastruktur, dan tata ruang harus
bekerja sama untuk melindungi dan memulihkan ekosistem alami,
mengurangi polusi udara dan air, mempromosikan pengelolaan limbah yang
baik, dan menjaga kualitas air dan tanah. Kesehatan manusia dan lingkungan
saling terkait, sehingga kerjasama antara sektor-sektor ini penting untuk
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
4. Infrastruktur yang mendukung kesehatan: Infrastruktur yang baik, seperti
akses ke air bersih, sanitasi yang memadai, rumah yang layak, dan sarana
transportasi yang aman, merupakan faktor penting dalam mendukung
kesehatan masyarakat. Kerjasama antara sektor kesehatan, lingkungan, dan
infrastruktur diperlukan untuk memastikan pembangunan infrastruktur yang
mendukung kesehatan, termasuk penyediaan akses terhadap fasilitas sanitasi,
11

pemantauan kualitas air, pengendalian polusi udara, dan perencanaan tata


ruang yang memperhatikan aspek kesehatan.
5. Perencanaan tata ruang yang berkelanjutan: Penyusunan perencanaan tata
ruang yang baik melibatkan sektor lingkungan, pertanian, perikanan, dan
infrastruktur dalam mempertimbangkan dampaknya terhadap kesehatan
masyarakat. Perencanaan tata ruang yang berkelanjutan harus
mempertimbangkan akses ke layanan kesehatan, lingkungan yang sehat,
ketersediaan pangan, dan infrastruktur yang memadai. Dalam hal ini,
kerjasama antara sektor-sektor terkait sangat penting untuk mencapai
perencanaan tata ruang yang berkelanjutan dan memperhatikan kesehatan
manusia.
Kerjasama antara sektor kesehatan, lingkungan, pertanian, perikanan,
infrastruktur, dan tata ruang sangat penting untuk mencapai pembangunan yang
berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat. Kerjasama ini memungkinkan
penanganan penyakit yang bersifat lintas sektor, keamanan pangan, pengelolaan
lingkungan yang berkelanjutan, pengembangan infrastruktur yang mendukung
kesehatan, dan perencanaan program yang berkelanjutan.
Kolaborasi lintas sektor dalam identifikasi, pencegahan, dan penanggulangan
masalah kesehatan di lingkungan lahan basah memiliki sejumlah keuntungan yang
signifikan. Beberapa hal diperoleh yakni pemahaman yang komprehensif, Penilaian
risiko yang holistic, pendekatan yang berbasis bukti, sumber daya yang terintegrasi,
dan Implementasi program yang berkelanjutan.
Kolaborasi lintas sektor memungkinkan adanya pemahaman yang lebih
komprehensif tentang masalah kesehatan di lingkungan lahan basah. Setiap sektor
memiliki pengetahuan, perspektif, dan keahlian yang berbeda. Dengan bekerja sama,
sektor-sektor tersebut dapat saling melengkapi dalam mengidentifikasi dan
memahami dampak kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan lahan basah
secara menyeluruh. Hal ini memungkinkan pengembangan strategi pencegahan dan
penanggulangan yang lebih efektif. Kolaborasi lintas sektor memungkinkan adanya
12

penilaian risiko yang lebih holistik terhadap masalah kesehatan di lingkungan lahan
basah. Dengan melibatkan sektor-sektor yang terkait, dapat dilakukan analisis yang
komprehensif terhadap faktor-faktor yang berkontribusi terhadap risiko kesehatan.
Misalnya, sektor kesehatan dapat memberikan informasi tentang penyakit yang
ditularkan melalui vektor, sementara sektor lingkungan dapat menyumbangkan
pengetahuan tentang kualitas air dan keberadaan zoonosis.
Kolaborasi lintas sektor memungkinkan penggunaan pendekatan yang berbasis
bukti dalam identifikasi, pencegahan, dan penanggulangan masalah kesehatan di
lingkungan lahan basah. Setiap sektor dapat berkontribusi dengan data, penelitian,
dan informasi yang relevan untuk memperkuat dasar bukti dalam pengambilan
keputusan. Dengan menggunakan pendekatan yang berbasis bukti, upaya pencegahan
dan penanggulangan dapat didukung oleh informasi yang valid dan dapat dipercaya,
sehingga meningkatkan efektivitas dan keberhasilannya.
Kolaborasi lintas sektor memungkinkan pemanfaatan sumber daya yang
terintegrasi untuk mengatasi masalah kesehatan di lingkungan lahan basah. Setiap
sektor dapat menyumbangkan sumber daya yang berbeda, baik itu dalam bentuk
keuangan, keahlian, personel, atau fasilitas. Dengan menggabungkan sumber daya
ini, upaya pencegahan dan penanggulangan dapat dilakukan secara lebih efisien dan
efektif. Misalnya, sektor pertanian dapat memberikan dukungan dalam hal
penggunaan metode pertanian yang ramah lingkungan untuk mengurangi penggunaan
pestisida yang berdampak buruk terhadap kesehatan manusia.
Kolaborasi lintas sektor memungkinkan implementasi yang berkelanjutan dari
upaya identifikasi, pencegahan, dan penanggulangan masalah kesehatan di
lingkungan lahan basah. Dengan melibatkan sektor-sektor yang terkait, dapat
dibangun kerangka kerja yang kokoh untuk mengatasi masalah secara berkelanjutan.
Kolaborasi ini juga dapat mendukung pembangunan kapasitas dan pemantauan
jangka panjang, serta memperkuat upaya penanggulangan untuk mengurangi risiko
kesehatan yang terkait dengan lingkungan lahan basah.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesehatan lingkungan di lahan basah adalah isu penting yang mempengaruhi
kesejahteraan manusia dan ekosistem secara keseluruhan. Lahan basah memiliki
peran penting dalam menjaga kualitas air, keanekaragaman hayati, dan mitigasi
bencana alam. Pengkajian kesehatan lingkungan di lahan basah adalah langkah awal
yang kritis dalam menyusun program yang efektif. Penyusunan rencana partisipatif
program kesehatan lingkungan lahan basah harus didasarkan pada data dan informasi
yang akurat. Pengumpulan data meliputi survei lapangan, analisis laboratorium,
pemetaan, dan pendekatan partisipatif seperti diskusi kelompok dan wawancara.
Meningkatkan kesadaran masyarakat perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan lingkungan di lahan basah.
Kampanye edukasi, sosialisasi, dan penyuluhan harus dilakukan secara teratur agar
masyarakat memahami hubungan antara kesehatan mereka dengan kondisi
lingkungan sekitar.
Mengembangkan jaringan kerja: Penting untuk membangun jaringan kerja antara
pemerintah, organisasi non-pemerintah, lembaga penelitian, dan masyarakat lokal.
Kerjasama yang kuat akan memungkinkan pertukaran pengetahuan, pengalaman, dan
sumber daya yang dapat mendukung penyusunan rencana dan implementasi program
kesehatan lingkungan di lahan basah.

B. Saran
Mengintegrasikan aspek kesehatan dalam perencanaan dan pengelolaan lahan
basah: Penting untuk memastikan bahwa aspek kesehatan diintegrasikan secara
holistik dalam perencanaan dan pengelolaan lahan basah. Kebijakan dan rencana
pengelolaan lahan basah harus memperhitungkan konsekuensi kesehatan, dan
langkah-langkah perlindungan kesehatan harus diintegrasikan ke dalam praktik
14

pengelolaan. Memperkuat kapasitas lokal: Dukungan harus diberikan dalam


memperkuat kapasitas masyarakat lokal dan institusi terkait dalam pengelolaan
kesehatan lingkungan lahan basah. Pelatihan, pendidikan, dan transfer pengetahuan
harus didorong untuk membangun kemampuan yang diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Adil, M., Hadi, A., & Suharmiati. (2017). Partisipasi masyarakat dalam
pengembangan program kesehatan di Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional, 11(1), 15-22.
Maulina, N., & Atika, A. (2020). Komunikasi Lingkungan Pemerintah Kota
Banjarmasin Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Program
Revitalisasi Sungai.
Panghiyangani, R., Marlinae, L., & Husaini, H. (2019). Kesehatan Masyarakat Di
Lingkungan Lahan Basah.
Isnaeni, R., Hardiana, A., & Muqoffa, M. (2017). Pusat konservasi ekosistem lahan
basah dengan dengan konsep ekowisata di desa banaran, kulon progo, daerah
istimewa yogyakarta. Arsitektura, 14(2).
Kurniadi, A., & Winarni, F. (2019). Partisipasi Masyarakat dalam Program Sanitasi
Berbasis Masyarakat (Sanimas) Di Desa Sukoharjo Kecamatan Ngaglik,
Sleman. Journal of Public Policy and Administration Research, 4(2).
Soniati, S., Rohima, N., & Larasanti, D. (2022). Restorasi Gambut melalui Partisipasi
Masyarakat dan Revegetasi. Prosiding Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(PISIP), 2(1), 282-287.

Anda mungkin juga menyukai