Disusun Oleh:
M. Syabriannur
NIM. 2220930310020
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Pengkajian dan
Penyusunan Rencana Partisipatif Program Kesehatan ” untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kesehatan Lingkungan Lahan Basah sesuai pada waktunya.
Adapun makalah ini kami buat dengan tujuan untuk mengetahui lebih jauh dan
menambah wawasan tentang masalah Pengkajian dan Penyusunan Rencana Partisipatif
Program Kesehatan di suatu wilayah. Terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
saya mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang bersifat membangun agar gagasan
ini tertulis lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan.......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Pengkajian dan Rencana Partisipatif Program Kesehatan Lahan Basah... 5
B. Strategi dan Metode untuk Melibatkan Masyarakat dalam Perencanaan
Program Kesehatan........................................................................................ 10
C. Langkah-langkah dalam penyusunan rencana program kesehatan yang
melibatkan partisipasi masyarakat................................................................. 10
D. Evaluasi dan Mekanisme Pemantauan Program Kesehatan Partisipatif
Masyarakat Lahan Basah............................................................................... 17
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................................... 21
B. Saran............................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isu lingkungan, merupakan salah satu isu penting yang dapat berdampak pada
kesejahteraan masyarakat baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. Di
dalam isu-isu lingkungan, melekat tidak hanya persoalan kesehatan manusia namun
juga potensi bencana seperti banjir, longsor, kebakaran hutan, dan sebagainya. Salah
satu etika lingkungan awal yang dikenal menempatkan alam dalam posisi subordinat
adalah antroposentrisme. Etika antroposentrisme menekankan bahwa manusia
merupakan pusat kebutuhan, sehingga makhluk selain manusia harus menyesuaikan
dengan kebutuhan manusia.
Adanya praktik pembangunan yang menyumbang degradasi lingkungan,
kemudian memunculkan kritik sejak tahun 1930-an hingga 1970-an. Pada dekade ini,
isu lingkungan mengemuka ke publik dan menggeser paradigma pembangunan yang
berbasis pertumbuhan ekonomi dan mengeksploitasi alam menjadi menempatkan
alam sebagai subjek. Kritik-kritik tersebut mewujud dalam beberapa paradigma etika
lingkungan seperti biosentrisme, ekosentrisme dan ekofeminisme di mana inti
ketiganya mengkritik antroposentrisme (Mardiati, 2018).
Generasi masa depan menjadi kunci dari pembangunan berkelanjutan, namun
sebagai catatannya berdasarkan konsep ini tampak bahwa etika lingkungan yang
dipakai juga tetap antroposentrisme yang mendahulukan kepentingan manusia. Meski
masih menggunakan logika antroposentrisme, melalui pembangunan berkelanjutan,
manusia mulai menyadari bahwa kebutuhan mereka tidak dapat selamanya dipenuhi
tanpa mereka memperhatikan tiga aspek kunci berkelanjutan yang saling berinteraksi,
diantaranya aspek ekonomi, aspek lingkungan dan aspek sosial. Paradigma
pembangunan keberlanjutan ini telah menjadi landasan filosofi pada pelaksanaan
Sustainable Development Goals (SDG’s), yakni kesepakatan pembangunan baru
sebagai pengganti Millenium Development Goals (MDG’s). SDG’s berisi 17 goals
2
yang disepakati oleh 190 negara, di mana ke-17 goals tadi, dilengkapi dengan 169
sasaran pembangunan, dengan masa berlaku selama 15 tahun yakni tahun 2015 –
2030 (Ambarwati, 2020).
Implementasi agenda SDGs di Indonesia sendiri, diawali dengan terbitnya
Peraturan Presiden No. 59 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (Perpres SDGs) yang terbit pada 4 Juli 2017. Satu tahun pasca
terbitnya Perpres tersebut, masih menunjukkan banyaknya persoalanpersoalan
lingkungan dari basis rumah tangga di Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan misalnya
dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, hasil riset menunjukkan bahwa
proporsi perilaku buang air besar di Jamban untuk penduduk kurang dari 10 tahun di
Jawa Timur masih termasuk dalam kategori rendah dibandingkan rata-rata nasional
yakni sebesar 88.2%(Mardiati, 2018).
Terlepas dari catatan Riskesdas, yang perlu diperhatikan adalah bahwa tata kelola
sampah antara kota dan desa di Indonesia juga memiliki perbedaan-perbedaan.
Rumah tangga pedesaan di Indonesia, umumnya mengelola sampah mereka sendiri
yang tidak jarang dikelola dengan cara dikubur atau dibakar. Secara khusus di
pedesaan, masalah lain tampak dari bagaimana tinja balita ditangani dalam rumah
tangga. Memang sebagian besar rumah tangga yakni sebanyak 34,6% saat ini telah
menggunakan jamban, akan tetapi sebesar 33% rumah tangga masih membuang tinja
balita secara sembarangan.
Selain permasalahan penanganan tinja di kawasan pedesaan, permasalahan lain
yang dihadapi oleh masyarakat pedesaan adalah pembuangan air limbah.
Pembuangan air limbah sembarangan akan menyebabkan kerusakan lingkungan serta
dapat menimbulkan berbagai penyakit (Riskesdas, 2018).
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan penulisan makalah ini adalah “Pengkajian dan penyusunan
rencana partisipatif program kesehatan terutama daerah lahan basah”
3
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
gambaran tentang Pengkajian dan penyusunan rencana partisipatif program
kesehatan terutama daerah lahan basah.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis kebutuhan kesehatan masyarakat dengan pengkajian
menyeluruh terkait kebutuhan kesehatan masyarakat yang menjadi target
program.
b. Melibatkan partisipasi aktif masyarakat untuk mempromosikan partisipasi
aktif masyarakat dalam pengkajian dan perencanaan program kesehatan.
c. Menyusun rencana program kesehatan yang terperinci dalam menyajikan
langkah-langkah dalam penyusunan rencana program kesehatan yang
terperinci dan terstruktur.
d. Mempertimbangkan faktor konteks dan budaya yang ada di dalam
komunitas target yang dapat mempengaruhi penerimaan dan keberhasilan
program kesehatan.
e. Mengidentifikasi kemitraan dan kolaborasi yang mungkin mewujudkan
pengembangan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan terkait,
seperti organisasi non-pemerintah, lembaga pemerintah, dan komunitas
setempat.
f. Mengevaluasi dan menyusun mekanisme pemantauan program yang
efektif untuk mengukur keberhasilan program dan mengidentifikasi
perubahan yang terjadi.
4
D. Manfaat Penulisan
Melalui pengkajian yang mendalam, makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih baik tentang kebutuhan kesehatan masyarakat di suatu daerah atau
komunitas. Hal ini akan memungkinkan pembaca memiliki wawasan bagaimana para
pembuat kebijakan, praktisi kesehatan, dan pihak terkait lainnya untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan yang paling mendesak dan merencanakan
program yang sesuai untuk mengatasinya. Pembaca juga mampu memahami upaya
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program Kesehatan untuk mendorong
partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program kesehatan.
Dengan melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan, program kesehatan
menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan dan preferensi mereka. Hal ini dapat
meningkatkan keberlanjutan program dan memberdayakan masyarakat untuk
mengambil peran aktif dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
dilakukan tinjauan literatur dan penelitian yang relevan untuk memahami masalah
yang ingin diatasi dan intervensi yang telah terbukti efektif dalam konteks tersebut.
Penetapan target populasi melibatkan identifikasi kelompok atau individu yang
akan menjadi fokus program. Hal ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
karakteristik demografis, kebutuhan khusus, risiko tertentu, atau kelompok yang
paling terdampak oleh masalah yang ingin diselesaikan. Hasil penelitian dan bukti
empiris dapat membantu dalam mengidentifikasi kelompok yang membutuhkan
intervensi atau pendekatan tertentu (Rahayu, F., 2021).
Kegiatan program merujuk pada tindakan konkret yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan program. Penetapan kegiatan program perlu didasarkan pada teori
dan hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang ingin diatasi serta intervensi
yang terbukti efektif. Pemilihan kegiatan dapat melibatkan berbagai strategi, seperti
penyuluhan, pelatihan, intervensi individu atau kelompok, kampanye advokasi, atau
pengembangan kebijakan.
Dalam merancang program berdasarkan teori dan hasil penelitian, penting untuk
terus memperbarui pengetahuan dengan mengacu pada literatur terbaru dan penelitian
terkini. Selain itu, keterlibatan para ahli, praktisi, dan pihak terkait juga dapat
memberikan masukan yang berharga dalam mengembangkan program yang
berdasarkan bukti dan sesuai dengan konteks spesifik yang dihadapi. Menetapkan
tujuan, target populasi, dan kegiatan program kesehatan di wilayah lahan basah,
Mengembangkan strategi implementasi dan alokasi sumber daya merupakan bagian
penting dalam merencanakan dan melaksanakan program atau proyek. Berikut ini
adalah uraian mengenai kedua aspek tersebut (Rahayu, F., 2021).
Strategi implementasi merujuk pada rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
menjalankan program atau proyek dengan efektif. Beberapa langkah penting dalam
mengembangkan strategi implementasi meliputi:
1. Menganalisis konteks program, termasuk faktor sosial, budaya, ekonomi,
politik, dan lingkungan yang dapat mempengaruhi implementasi. Hal ini
membantu dalam memahami tantangan dan peluang yang ada.
13
poin penting yang perlu dipertimbangkan dalam analisis konteks adalah Geografi
wilayah, seperti lokasi, aksesibilitas, iklim, dan keadaan geografis, dapat
mempengaruhi akses masyarakat terhadap layanan kesehatan dan keberlanjutan
program. Sistem pemerintahan lokal dan nasional, kebijakan kesehatan, dan regulasi
dapat mempengaruhi pelaksanaan program kesehatan partisipatif. Penting untuk
memahami kerangka kebijakan yang ada dan berkolaborasi dengan pihak berwenang
terkait. Ketersediaan fasilitas kesehatan, transportasi, air bersih, sanitasi, dan listrik
sangat penting dalam memfasilitasi program kesehatan partisipatif.
Faktor-faktor sosial, seperti budaya, adat istiadat, norma, dan nilai-nilai
masyarakat, dapat mempengaruhi partisipasi dan penerimaan terhadap program
kesehatan. Selain itu, aspek ekonomi, seperti tingkat pendapatan, kemiskinan, dan
ketidaksetaraan, juga perlu dipertimbangkan dalam merancang program yang
responsif terhadap konteks sosial dan ekonomi.n Faktor budaya mencakup
kepercayaan, nilai, norma, praktik, dan sistem sosial yang ada dalam masyarakat.
Dalam program kesehatan partisipatif, pemahaman mendalam tentang budaya lokal
sangat penting untuk membangun hubungan yang baik dengan masyarakat dan
meningkatkan partisipasi mereka. Beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam
menghormati dan mempertimbangkan faktor budaya.
Penghormatan Terhadap Nilai dan Keyakinan: Program harus menghormati nilai-
nilai dan keyakinan masyarakat setempat dalam merancang intervensi kesehatan.
Melibatkan pemangku kepentingan lokal dan ahli budaya dapat membantu
memahami dan menghormati aspek-aspek budaya yang relevan. Budaya partisipatif
dalam pengambilan keputusan harus dipromosikan dan dihargai. Melibatkan
masyarakat dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi program akan
meningkatkan pemahaman, penerimaan, dan keberlanjutan program.
Membangun komunikasi yang efektif dengan menggunakan bahasa dan saluran
komunikasi yang dipahami oleh masyarakat setempat sangat penting. Menggunakan
bahasa lokal, tokoh masyarakat, atau kelompok-kelompok kecil dapat membantu
memastikan pesan dan informasi yang disampaikan efektif dan mudah.
15
praktisi lokal dalam menyampaikan pesan dan menggunakan contoh yang relevan
dengan budaya dan kehidupan sehari-hari masyarakat.
Selama implementasi program, lakukan evaluasi secara partisipatif yang
melibatkan masyarakat setempat. Mintalah umpan balik mereka mengenai efektivitas,
relevansi, dan penerimaan program. Evaluasi ini membantu mengukur dampak
program dalam konteks budaya dan memastikan penyesuaian yang diperlukan.
Melalui pendekatan ini, Anda dapat menghormati dan mengintegrasikan kearifan
lokal dan budaya dalam desain program kesehatan. Hal ini akan meningkatkan
partisipasi masyarakat, efektivitas program, dan penerimaan yang lebih baik dalam
komunitas target.
Tim Pemantauan dan Evaluasi: Menunjuk tim yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan pemantauan dan evaluasi program. Tim ini dapat terdiri dari personel
internal atau melibatkan konsultan eksternal yang memiliki keahlian dalam evaluasi
program. Tim harus memiliki kemampuan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan
menginterpretasikan data dengan baik.
Pertemuan Evaluasi Rutin: Mengadakan pertemuan rutin dengan semua
pemangku kepentingan terkait program untuk membahas hasil pemantauan dan
evaluasi. Pertemuan ini memberikan kesempatan untuk membahas kemajuan
program, mengevaluasi strategi, dan mengidentifikasi tindakan perbaikan yang
diperlukan. Pertemuan evaluasi juga dapat digunakan untuk memperkuat kolaborasi
dan koordinasi antara pemangku kepentingan.
Mekanisme Pelaporan untuk memastikan adanya mekanisme pelaporan yang
jelas dan transparan. Melalui mekanisme ini, data dan temuan dari pemantauan dan
evaluasi dapat dilaporkan kepada pemangku kepentingan yang relevan, termasuk tim
manajemen program, mitra implementasi, dan pihak berwenang. Pelaporan yang
teratur dan transparan membantu membangun akuntabilitas dan memastikan
keterlibatan semua pihak yang terkait. Evaluasi Partisipatif dengan melibatkan
masyarakat dalam proses evaluasi program untuk memperoleh masukan mereka
tentang keberhasilan dan keberlanjutan program. Ini dapat dilakukan melalui
kelompok diskusi, wawancara, atau forum partisipatif. Evaluasi partisipatif
membantu memastikan bahwa perspektif masyarakat tercermin dalam evaluasi
program dan membantu memperkuat partisipasi mereka dalam proses pengambilan
keputusan.
Peningkatan partisipasi masyarakat membangun kebijakan yang mendorong
partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan, implementasi, dan pengambilan
keputusan terkait program kesehatan. Hal ini dapat mencakup penyediaan pelatihan
dan dukungan untuk pemberdayaan masyarakat, pendirian mekanisme partisipasi
yang inklusif, dan pengakuan formal terhadap peran dan kontribusi masyarakat dalam
pengambilan keputusan terkait kesehatan.
20
A. Kesimpulan
Kesehatan lingkungan di lahan basah adalah isu penting yang mempengaruhi
kesejahteraan manusia dan ekosistem secara keseluruhan. Lahan basah memiliki
peran penting dalam menjaga kualitas air, keanekaragaman hayati, dan mitigasi
bencana alam. Pengkajian kesehatan lingkungan di lahan basah adalah langkah awal
yang kritis dalam menyusun program yang efektif. Penyusunan rencana partisipatif
program kesehatan lingkungan lahan basah harus didasarkan pada data dan informasi
yang akurat. Pengumpulan data meliputi survei lapangan, analisis laboratorium,
pemetaan, dan pendekatan partisipatif seperti diskusi kelompok dan wawancara.
Meningkatkan kesadaran masyarakat perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan lingkungan di lahan basah.
Kampanye edukasi, sosialisasi, dan penyuluhan harus dilakukan secara teratur agar
masyarakat memahami hubungan antara kesehatan mereka dengan kondisi
lingkungan sekitar.
Mengembangkan jaringan kerja: Penting untuk membangun jaringan kerja antara
pemerintah, organisasi non-pemerintah, lembaga penelitian, dan masyarakat lokal.
Kerjasama yang kuat akan memungkinkan pertukaran pengetahuan, pengalaman, dan
sumber daya yang dapat mendukung penyusunan rencana dan implementasi program
kesehatan lingkungan di lahan basah.
B. Saran
Mengintegrasikan aspek kesehatan dalam perencanaan dan pengelolaan lahan
basah: Penting untuk memastikan bahwa aspek kesehatan diintegrasikan secara
holistik dalam perencanaan dan pengelolaan lahan basah. Kebijakan dan rencana
pengelolaan lahan basah harus memperhitungkan konsekuensi kesehatan, dan
langkah-langkah perlindungan kesehatan harus diintegrasikan ke dalam praktik
22
Adil, M., Hadi, A., & Suharmiati. (2017). Partisipasi masyarakat dalam pengembangan program
kesehatan di Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 11(1), 15-
22.
Ambarwati, D., & Soedirman, S. (2020). Pengkajian partisipatif kebutuhan kesehatan pada
masyarakat Kampung Bedog, Yogyakarta. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 5(1), 73-
82.
Astuti, D. A., & Soedirman, S. (2020). Perencanaan partisipatif dalam upaya peningkatan
kualitas hidup masyarakat. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, 8(1), 1-10.
Fitri, H., Hadi, A., & Wahyuni, S. (2019). Evaluasi partisipasi masyarakat dalam penyusunan
program kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Bengkalis. Jurnal Kebijakan Kesehatan
Indonesia, 8(1), 13-20.
Kurniawan, A. Y., & Prasetyo, A. D. (2018). Implementasi partisipasi masyarakat dalam
penyusunan program kesehatan di Puskesmas Godean, Sleman. Jurnal Kebijakan
Kesehatan Indonesia, 7(1), 9-16.
Mardiati, N., Widyastari, D. A., & Misnaniarti. (2018). Peran partisipasi masyarakat dalam
perencanaan dan pemantauan program kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia,
14(1), 60-66.
Nurhasanah, S., Suharmiati, & Handayani, W. (2020). Partisipasi masyarakat dalam
pengembangan program kesehatan di Desa Dadapan, Kabupaten Pacitan. Jurnal
Administrasi Kesehatan Indonesia, 8(1), 58-65.
Pratiwi, A. Y., Hadi, A., & Wahyuni, S. (2019). Implementasi partisipasi masyarakat dalam
program kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Indramayu. Jurnal Administrasi Kesehatan
Indonesia, 7(2), 120-127.
Rahayu, F., Nurhidayati, A., & Soemanto, R. B. (2021). Implementasi partisipasi masyarakat
dalam program sanitasi perkotaan di Kelurahan Tlogosari Kulon, Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 9(1), 95-103.
Wulandari, D., Setyaningsih, N., & Prasetyo, A. D. (2020). Pengkajian partisipatif dalam
penyusunan program kesehatan masyarakat di Desa Kaliombo, Kabupaten Karanganyar.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(2), 204-212.
TUGAS MAKALAH
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kesehatan Lingkungan Lahan Basah
Disusun Oleh:
M. Syabriannur
NIM. 2220930310020
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Perspektif Pemecahan
Masalah Kesehatan Masyarakat Lintas Sektor di Lingkungan Lahan Basah ” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Lingkungan Lahan Basah sesuai pada waktunya.
Adapun makalah ini kami buat dengan tujuan untuk mengetahui lebih jauh dan
menambah wawasan tentang masalah Perspektif Pemecahan Masalah Kesehatan
Masyarakat Lintas Sektor di Lingkungan Lahan Basah. Terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
saya mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang bersifat membangun agar gagasan
ini tertulis lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................ 3
D. Manfaat Penulisan.......................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengenalan Tentang Lingkungan Lahan Basah............................................. 5
B. Masalah kesehatan masyarakat yang terkait dengan lingkungan lahan
basah............................................................................................................... 6
C. Perspektif lintas sektor dalam pemecahan masalah kesehatan masyarakat... 9
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................................... 13
B. Saran............................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahan basah menjadi sangat peka terhadap perubahan yang dilakukan manusia
serta lahan basah memiliki peran penting bagi kehidupan manusia dan margasatwa
lain. Dengan demikian, tata kelola lingkungan lahan basah (wetland governance)
sangat diperlukan dalam pengelolaan lahan basah. Masalahnya, selama ini sistem tata
kelola lingkungan lahan basah seringkali menjadi tumpang tindih dan benturan antara
satu pemangku kepentingan dengan pemangku kepentingan lainnya serta tidak
maksimalnya peran serta masyarakat (society involvement) dalam tata kelola
lingkungan lahan basah. Selama ini perencanaan, pengelolaan, implementasi,
pengawasan, dan evaluasi tata kelola lingkungan lahan basah (wetland governance)
seringkali dilakukan secara terpisah (Komite Nasional Pengelolaan Ekosistem Lahan
Basah, 2004).
Tata kelola lingkungan lahan basah (wetland governance) secara tepat dan
menyeluruh perlu melibatkan semua pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab
yang terkait langsung dengan lahan basah. Transformasi isu global yang terjadi baik
di tingkat lokal, nasional, regional, maupun internasional seperti contohnya
perubahan iklim global, globalisasi kebudayaan, kebijakan pembangunan,
pertambahan penduduk, kelangkaan air bersih energi dan bahan bakar disisi lain telah
memberikan tekanan terhadap keberlanjutan dan kelestarian lahan basah di Indonesia,
hal ini karena lahan basah cukup rentan terhadap perubahan lingkungan (Isnaeni,
2017).
Di sisi yang lain juga bisa dilihat, perubahan internasional akibat globalisasi
menyebabkan pergeseran pelaksanaan hubungan negara dan pemerintahan. Kemajuan
teknologi komunikasi juga telah mendorong saling ketergantungan tidak hanya bagi
negara tetapi juga kelompok-kelompok dalam negara termasuk pemerintah daerah.
Fenomena tersebut membuat pemerintah daerah tertarik untuk menjalin kerja sama
2
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan penulisan makalah ini adalah “Perspektif Pemecahan Masalah
Kesehatan Masyarakat Lintas Sektor di Lingkungan Lahan Basah”
3
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
gambaran tentang Perspektif Pemecahan Masalah Kesehatan Masyarakat
Lintas Sektor di Lingkungan Lahan Basah.
2. Tujuan Khusus
a. Menyajikan pemahaman yang komprehensif tentang kompleksitas masalah
kesehatan masyarakat yang terkait dengan lingkungan lahan basah.
b. Memahami masalah-masalah kesehatan yang khas di lingkungan lahan basah
dan mengidentifikasi area prioritas untuk tindakan penanggulangan.
c. Mengetahui pentingnya kerja sama antara sektor kesehatan, lingkungan,
pertanian, perikanan, infrastruktur, dan tata ruang dalam mengatasi masalah
kesehatan yang kompleks.
d. Mengetahui pentingnya melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan
lainnya dalam proses pengambilan keputusan, perencanaan, dan implementasi
program kesehatan lingkungan.
e. Mengetahui kebijakan dan tindakan konkret untuk meningkatkan pemecahan
masalah kesehatan masyarakat di lingkungan lahan basah dan mengajukan
langkah-langkah yang dapat diambil oleh pemerintah, organisasi non-
pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya untuk memperbaiki kondisi
kesehatan di lahan basah melalui pendekatan lintas sektor dan partisipatif.
D. Manfaat Penulisan
Melalui pengkajian yang mendalam, makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih baik tentang kebutuhan kesehatan masyarakat di suatu daerah atau
komunitas. Meningkatkan pemahaman tentang hubungan antara lingkungan lahan
basah dan kesehatan masyarakat. Pembaca juga mampu memahami upaya
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program Kesehatan untuk mendorong
4
memainkan peran penting dalam mengurangi gas rumah kaca dan mengurangi
perubahan iklim (Kurniadi, A., 2019).
Lahan basah juga berperan sebagai filter alami yang membantu menyaring air dan
memperbaiki kualitas air dengan menangkap sedimen, nutrien, dan polutan yang
terbawa oleh air. Mereka juga berfungsi sebagai "spons" alami yang dapat menyerap
air berlebih selama periode hujan yang intens, membantu mengurangi risiko banjir
dan menjaga keseimbangan hidrologi. Nilai ekonomi dan sosial: Lahan basah
memiliki nilai ekonomi dan sosial yang signifikan. Mereka menyediakan berbagai
sumberdaya alami seperti hasil perikanan, bahan bangunan, tanaman obat-obatan, dan
sumber daya air. Selain itu, lahan basah juga penting dalam pariwisata alam,
pendidikan lingkungan, dan penelitian ilmiah.
Karakteristik ini membuat lingkungan lahan basah sangat penting untuk
keberlanjutan lingkungan dan keseimbangan ekosistem global. Namun, lahan basah
sering kali rentan terhadap degradasi akibat aktivitas manusia seperti reklamasi,
pembangunan infrastruktur, pengolahan lahan, dan pencemaran air. Oleh karena itu,
perlindungan dan pengelolaan yang baik diperlukan untuk menjaga keberlanjutan
lingkungan lahan basah dan manfaat yang ditawarkannya.
Lingkungan lahan basah dapat memberikan dampak yang positif terhadap
kesehatan masyarakat dalam beberapa cara, namun juga dapat memiliki dampak
negatif dalam kondisi tertentu. Dampak Positifnya adalah kualitas air yang lebih baik:
Lahan basah berfungsi sebagai filter alami, menyaring air dan menghilangkan polutan
serta zat kimia berbahaya. Ini dapat meningkatkan kualitas air yang digunakan oleh
masyarakat untuk minum, memasak, mandi, dan keperluan sehari-hari lainnya.
Penyediaan sumber air bersih:
Lahan basah dapat berperan sebagai sumber air bersih yang penting bagi
masyarakat. Air dari lahan basah dapat digunakan sebagai sumber air minum, irigasi
pertanian, dan pemenuhan kebutuhan industri, yang berkontribusi pada kesehatan
masyarakat secara keseluruhan. Lahan basah yang sehat dan terpelihara berkontribusi
pada keseimbangan ekosistem secara keseluruhan. Kehadiran keanekaragaman hayati
6
tersebut terinfeksi oleh virus dengue dan menggigit manusia, mereka dapat
menyebabkan penularan penyakit demam berdarah dengue.
3. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing parasit yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk. Nyamuk yang bertindak sebagai vektor penyakit
filariasis umumnya berkembang biak di daerah yang dekat dengan lahan
basah, seperti daerah rawa-rawa atau tepi sungai. Jika nyamuk tersebut
menggigit manusia, cacing filaria dapat ditularkan dan menyebabkan infeksi
yang dapat mengakibatkan pembengkakan pada bagian tubuh tertentu, seperti
kaki atau skrotum.
4. Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang
biasanya menular melalui air yang terkontaminasi dengan urin hewan yang
terinfeksi. Lingkungan lahan basah yang tergenang air atau terpapar urin
hewan yang terinfeksi Leptospira dapat menjadi sumber penularan. Jika
manusia terpapar oleh bakteri ini melalui kulit yang lecet atau selaput lendir,
mereka dapat mengalami gejala seperti demam, mual, sakit kepala, dan dalam
kasus yang parah, kerusakan organ yang serius.
Gangguan sanitasi dan kebersihan di sekitar lahan basah dapat memiliki dampak
yang signifikan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Berikut adalah beberapa
gangguan umum yang terkait dengan sanitasi dan kebersihan di sekitar lahan basah.
Pembuangan limbah yang tidak memadai yang menjadi salah satu masalah utama
adalah pembuangan limbah yang tidak memadai di sekitar lahan basah. Limbah
domestik dan industri sering kali dibuang secara langsung ke perairan atau tanah
tanpa pengolahan yang memadai. Hal Ini mengakibatkan pencemaran air dan tanah di
sekitar lahan basah, mempengaruhi kualitas air dan kesehatan manusia yang
bergantung padanya (Soniati, S.,, 2022).
Tumpukan sampah domestic karena kebiasaan masyarakat membuang sampah
sembarangan di sekitar lahan basah dapat menyebabkan penumpukan sampah yang
signifikan. Sampah tersebut dapat mencakup limbah plastik, kertas, logam, dan bahan
organik lainnya. Penumpukan sampah yang tidak terkendali mengganggu keindahan
9
lingkungan, menciptakan habitat bagi hama dan vektor penyakit, dan dapat
menyebabkan kontaminasi air dan tanah.
Di beberapa daerah, terutama di daerah perkotaan yang terletak dekat dengan
lahan basah, akses terhadap fasilitas sanitasi yang memadai mungkin terbatas. Hal ini
dapat mengarah pada praktik buang air besar sembarangan dan pencemaran
lingkungan dengan tinja manusia. Kekurangan sanitasi yang memadai meningkatkan
risiko penularan penyakit melalui air, tanah, dan vektor penyakit. Lingkungan lahan
basah yang tercemar dapat mempengaruhi kualitas air yang digunakan oleh
masyarakat sekitar. Masyarakat mungkin terpaksa menggunakan air yang
terkontaminasi untuk minum, memasak, dan keperluan sanitasi lainnya. Ini
meningkatkan risiko penyakit terkait air, seperti diare, kolera, dan infeksi saluran
kemih. Kurangnya kesadaran tentang pentingnya kebersihan dan sanitasi juga
merupakan masalah yang signifikan (Soniati, S.,, 2022).
Tanpa pemahaman yang memadai tentang praktik kebersihan pribadi,
pembuangan limbah yang aman, dan perlunya menjaga lingkungan bersih,
masyarakat cenderung melakukan praktik yang berkontribusi terhadap gangguan
sanitasi di sekitar lahan basah. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
sanitasi yang baik dan praktik kebersihan yang benar sangat penting untuk mengatasi
masalah ini. Pemerintah dan lembaga terkait juga harus berperan aktif dalam
menyediakan infrastruktur sanitasi yang memadai, mengelola limbah dengan baik,
dan mempromosikan praktik kebersihan yang sehat di sekitar lahan basah.
penilaian risiko yang lebih holistik terhadap masalah kesehatan di lingkungan lahan
basah. Dengan melibatkan sektor-sektor yang terkait, dapat dilakukan analisis yang
komprehensif terhadap faktor-faktor yang berkontribusi terhadap risiko kesehatan.
Misalnya, sektor kesehatan dapat memberikan informasi tentang penyakit yang
ditularkan melalui vektor, sementara sektor lingkungan dapat menyumbangkan
pengetahuan tentang kualitas air dan keberadaan zoonosis.
Kolaborasi lintas sektor memungkinkan penggunaan pendekatan yang berbasis
bukti dalam identifikasi, pencegahan, dan penanggulangan masalah kesehatan di
lingkungan lahan basah. Setiap sektor dapat berkontribusi dengan data, penelitian,
dan informasi yang relevan untuk memperkuat dasar bukti dalam pengambilan
keputusan. Dengan menggunakan pendekatan yang berbasis bukti, upaya pencegahan
dan penanggulangan dapat didukung oleh informasi yang valid dan dapat dipercaya,
sehingga meningkatkan efektivitas dan keberhasilannya.
Kolaborasi lintas sektor memungkinkan pemanfaatan sumber daya yang
terintegrasi untuk mengatasi masalah kesehatan di lingkungan lahan basah. Setiap
sektor dapat menyumbangkan sumber daya yang berbeda, baik itu dalam bentuk
keuangan, keahlian, personel, atau fasilitas. Dengan menggabungkan sumber daya
ini, upaya pencegahan dan penanggulangan dapat dilakukan secara lebih efisien dan
efektif. Misalnya, sektor pertanian dapat memberikan dukungan dalam hal
penggunaan metode pertanian yang ramah lingkungan untuk mengurangi penggunaan
pestisida yang berdampak buruk terhadap kesehatan manusia.
Kolaborasi lintas sektor memungkinkan implementasi yang berkelanjutan dari
upaya identifikasi, pencegahan, dan penanggulangan masalah kesehatan di
lingkungan lahan basah. Dengan melibatkan sektor-sektor yang terkait, dapat
dibangun kerangka kerja yang kokoh untuk mengatasi masalah secara berkelanjutan.
Kolaborasi ini juga dapat mendukung pembangunan kapasitas dan pemantauan
jangka panjang, serta memperkuat upaya penanggulangan untuk mengurangi risiko
kesehatan yang terkait dengan lingkungan lahan basah.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesehatan lingkungan di lahan basah adalah isu penting yang mempengaruhi
kesejahteraan manusia dan ekosistem secara keseluruhan. Lahan basah memiliki
peran penting dalam menjaga kualitas air, keanekaragaman hayati, dan mitigasi
bencana alam. Pengkajian kesehatan lingkungan di lahan basah adalah langkah awal
yang kritis dalam menyusun program yang efektif. Penyusunan rencana partisipatif
program kesehatan lingkungan lahan basah harus didasarkan pada data dan informasi
yang akurat. Pengumpulan data meliputi survei lapangan, analisis laboratorium,
pemetaan, dan pendekatan partisipatif seperti diskusi kelompok dan wawancara.
Meningkatkan kesadaran masyarakat perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan lingkungan di lahan basah.
Kampanye edukasi, sosialisasi, dan penyuluhan harus dilakukan secara teratur agar
masyarakat memahami hubungan antara kesehatan mereka dengan kondisi
lingkungan sekitar.
Mengembangkan jaringan kerja: Penting untuk membangun jaringan kerja antara
pemerintah, organisasi non-pemerintah, lembaga penelitian, dan masyarakat lokal.
Kerjasama yang kuat akan memungkinkan pertukaran pengetahuan, pengalaman, dan
sumber daya yang dapat mendukung penyusunan rencana dan implementasi program
kesehatan lingkungan di lahan basah.
B. Saran
Mengintegrasikan aspek kesehatan dalam perencanaan dan pengelolaan lahan
basah: Penting untuk memastikan bahwa aspek kesehatan diintegrasikan secara
holistik dalam perencanaan dan pengelolaan lahan basah. Kebijakan dan rencana
pengelolaan lahan basah harus memperhitungkan konsekuensi kesehatan, dan
langkah-langkah perlindungan kesehatan harus diintegrasikan ke dalam praktik
14
Adil, M., Hadi, A., & Suharmiati. (2017). Partisipasi masyarakat dalam
pengembangan program kesehatan di Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional, 11(1), 15-22.
Maulina, N., & Atika, A. (2020). Komunikasi Lingkungan Pemerintah Kota
Banjarmasin Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Program
Revitalisasi Sungai.
Panghiyangani, R., Marlinae, L., & Husaini, H. (2019). Kesehatan Masyarakat Di
Lingkungan Lahan Basah.
Isnaeni, R., Hardiana, A., & Muqoffa, M. (2017). Pusat konservasi ekosistem lahan
basah dengan dengan konsep ekowisata di desa banaran, kulon progo, daerah
istimewa yogyakarta. Arsitektura, 14(2).
Kurniadi, A., & Winarni, F. (2019). Partisipasi Masyarakat dalam Program Sanitasi
Berbasis Masyarakat (Sanimas) Di Desa Sukoharjo Kecamatan Ngaglik,
Sleman. Journal of Public Policy and Administration Research, 4(2).
Soniati, S., Rohima, N., & Larasanti, D. (2022). Restorasi Gambut melalui Partisipasi
Masyarakat dan Revegetasi. Prosiding Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(PISIP), 2(1), 282-287.