Disusun Oleh :
ALFIANSYAH
2011102442061
TEKNOLOGI
SAMARINDA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
anugrah dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang
telah ditentukan. Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi,
namun saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
bimbingan dari Bapak/ Ibu Dosen sehingga kendala-kendala yang saya hadapi dapat teratasi.
Semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan wawasan bagi
para pembaca. Sehingga pembaca mendapat manfaat dari membaca makalah ini. Banyak
kekurangan yang mungkin terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini kedepannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................ i
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................................... iii
I. BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................... 2
II. BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3
2.1 Pengertian Sutaianable Development.......................................................3
2.1.1 Aspek Yang Dipengaruhi oleh Pembangunan Berkelanjutan.........3
2.2 Peraturan yang Berkaitan Dengan Pembangunan Berkelanjutan.............4
III. BAB III PENUTUP.............................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 11
3.2 Saran......................................................................................................... 11
Daftar Pustaka............................................................................................................ 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu masalah penting yang dihadapi dalam pembangunan ekonomi adalah
bagaimana menghadapi trade-off antara pemenuhan kebutuhan pembangunan disatu sisi
dan upaya mempertahankan kelestarian lingkungan disisi lain. Pembangunan ekonomi yang
berbasis sumber daya alam yang tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan pada
akhirnya akan berdampak negatif pada lingkungan itu sendiri, karena pada dasarnya
sumber daya alam dan lingkungan memiliki kapasitas daya dukung yang terbatas. Dengan
kata lain, pembangunan ekonomi yang tidak memperhatikan kapasitas sumber daya alam dan
lingkungan akan menyebabkan permasalahan pembangunan dikemudian hari (Askar, 2004).
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut :
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dari tidak mengurangi dan mengorbankan kebutuhan generasi yang akan
datang adalah pembangunan yang dilakuakn dimasa sekarang itu jangan sampai merusak
lingkungan, boros terhadap Sumber Daya Alam (SDA) dan juga memperhatikan generasi yang
akan datang. Generasi yang akan datang juga jangan terlalu dimanjakan dengan tersedianya
semua fasilitas. Tetapi mereka juga harus di beri kesempatan untuk berekspresi
menuangkan ide kreatifnya untuk mengolah dan mengembangkan alam dan pembangunan
(Nurdiana, 2008).
Aspek sosial, maksudnya pembangunan yang berdimensi pada manusia dalam hal
interaksi, interrelasi dan interdependesi. Yang erat kaitannya juga dengan aspek budaya. Tidak
hanya pada permasalahan ekonomi, pembangunan berkelanjutan untuk menjaga
keberlangsungan budaya dari sebuah masyarakat supaya sebuah amsyarakat tetap bisa eksis
untuk menlajalani kehidupan serta mempunyai sampai masa mendatang (Nurdiana, 2008).
3
2.2 Peraturan Perundang-undangan Yang Berkaitan Dengan Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable Development)
Beberapa hal penting dalam UUD 1945 tentang kekuasaan pasca Perubahan
Keempat pada tahun 2002, yaitu mengenai konstitusionalisasi kebijakan ekonomi dan
peningkatan status lingkungan hidup dikaitkan dengan hak-hak asasi manusia yang dijamin
oleh undang-undang dasar. Pada rumusan BAB XIV UUD 1945, yang terkait dengan
konstitusionalisasi kebijakan ekonomi, semula hanya berjudul “Kesejahteraan Sosial,” akan
tetapi sejak perubahan keempat pada tahun 2002, menjadi “Perekonomian Nasional dan
Kesejahteraan Sosial.” Untuk status lingkungan hidup dikaitkan dengan hak asasi manusia,
dalam rumusan Pasal 28 huruf H ayat
(1) menyatakan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
4
pelayanan
5
kesehatan.”Akibat dari konstitusionalisasi dari hak asasi manusia dalam UUD 1945, negara
diwajibkan menjamin terpenuhinya hak setiap orang untuk memperoleh lingkungan hidup yang
baik dan sehat. Jadi, semua kebijakan dan tindakan pemerintahan dan pembangunan harus
mengikuti ketentuan mengenai hak asasi manusia atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat (Denny, 2013).
Para perancang dan perumus Pasal UUD 1945 sebelumnya belum membayangkan apa
yang kemudian akan menjadi arus utama dalam pemikiran di abad ke-21 tentang
lingkungan hidup dan pembangunan, yaitu adanya pengertian mengenai satu kesatuan
ekosistem. Karena itu, yang penting bukan hanya bumi dan air sebagaimana disebut dalam
UUD 1945, tetapi termasuk juga udara. Dalam Pasal 33 ayat (4) UUD 1945, kata
“berkelanjutan” itu tersebut terkait dengan konsep Sustainable Development atau
pembangunan berkelanjutan. Hal ini terkait dengan perkembangan gagasan tentang
pentingnya wawasan pemeliharaan, pelestarian, dan perlindungan lingkungan hidup yang
sehat. Sebaliknya, prinsip pembangunan yang berkelanjutan juga harus diterapkan dalam
kebijakan pembangunan yang berwawasan lingkungan, sebagaimana dinyatakan oleh Jimly
Asshiddiqie yaitu “tidak ada pembangunan berkelanjutan tanpa lingkungan hidup sebagai
unsur utamanya, dan tidak ada wawasan lingkungan tanpa pembangunan berkelanjutan.”
(Denny, 2013).
6
dan juga
7
karena terkait dengan permasalahan ini masih menjadi perdebatan di forum PBB karena
pada mulanya masalah lingkungan yang terkait dengan Sustainable Development ini,
khususnya bagi negara berkembang, dikhawatirkan akan menghambat laju pembangunan
yang sedang dilaksanakan. Hal ini berlangsung hingga tahun 1972, dimana pada saat itu dicapai
kesepakatan tentang hubungan antara masalah lingkungan yang terkait dengan Sustainable
Development dengan pembangunan. Perkembangan ini telah mendorong dirumuskannya
kembali konsep pembangunan Indonesia yang kemudian dikenal dengan pembangunan
yang berwawasan lingkungan (dimulai pada Repelita II, 1974),[9] dimana pada saat itu
aspek lingkungan lebih ditekankan dibandingkan dengan aspek pembangunan lainnya
(Denny, 2013).
Pengaruh dari konsep Sustainable Development juga berlanjut pada tahun 1982,
yaitu dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH 1982) dan dilanjutkan dengan
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UUPLH 1997). Baik UUPLH 1982 maupun UUPLH 1997 pada dasarnya memiliki asas
dan sasaran yang sama. Demikian pula dalam hal mengenai hak, kewajiban serta peran
masyarakat dalam lingkungan hidup. Hanya penekanan prinsip dan cakupannya yang berbeda.
Yang membedakan antara UUPLH 1982 dengan UUPLH 1997 yaitu karena adanya
perkembangan di dunia, UUPLH 1997 telah mengadopsi prinsip-prinsip dari UN
Conference on Environment and Development (UNCED) atau Konferensi PBB mengenai
Lingkungan dan Pembangunan yaitu konferensi khusus tentang lingkungan dan
pembangunan yang dikenal sebagai Earth Summit atau KTT Bumi Pertama di Rio de
Jeneiro, Brazil (Denny, 2013).
Menurut UUPLH 1982, dalam Pasal 3 yang hanya memuat satu asas saja, yaitu asas
pembangunan berkesinambungan (ecodevelopment), yang menyatakan bahwa “Pengelolaan
lingkungan hidup berasaskan pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang
8
untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan
9
manusia”. Istilah pembangunan berkelanjutan tidak dinyatakan secara tersurat dalam UUPLH
1982, melainkan menggunakan istilah pembangunan yang berkesinambungan.
Prinsip pengelolaan lingkungan hidup yang dianut oleh UUPLH 1997 sebagaimana
dinyatakan dalam Pasal 3: “Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan
asas tanggung jawab negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk
mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”.
Ketiga prinsip di atas, yaitu prinsip tanggung jawab negara (state responsibility), prinsip
pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development), prinsip manfaat dengan tujuan
mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan saling terkait erat dan
mencerminkan kepentingan-kepentingan yang terpadu (holistic) dalam berbagai dimensi.
10
dan Pasal 3 UUPLH 2009 mengenai tujuan, yang berbunyi : Perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup bertujuan:
Berdasarkan UUPLH 2009 ini, penggunaan sumber daya alam harus selaras, serasi, dan
seimbang dengan fungsi lingkungan hidup dan sebagai akibatnya, kebijakan, rencana dan/ atau
program pembangunan harus dijiwai oleh kewajiban melakukan pelestarian lingkungan hidup
dan mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan. UUPLH 2009 ini mewajibkan
Pemerintah Pusat dan Daerah untuk membuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/ atau kebijakan, rencana, dan/ atau
program. Dengan perkataan lain, hasil KLHS harus dijadikan dasar bagi kebijakan, rencana
dan/ atau program pembangunan dalam suatu wilayah. Apabila hasil KLHS menyatakan bahwa
daya dukung dan daya tampung sudah terlampaui, kebijakan, rencana, dan/ atau program
pembangunan tersebut wajib diperbaiki sesuai dengan rekomendasi KLHS dan segala
usaha dan/ atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup tidak diperbolehkan lagi (Denny, 2013).
11
1. Pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan;
2. Pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik; dan
3. Pengarusutamaan gender.
12
Indonesia dan untuk seluruh penduduk Indonesia dengan tingkat pendapatan yang
13
berbeda-beda, meningkatkan penggunaan energi terbarukan (renewable energy) dan
berpartispasi aktif dan memanfaatkan berkembangnya perdagangan karbon secara
global, meningkatkan efisisensi konsumsi dan penghematan energi baik di lingkungan
rumah tangga maupun industri dan sektor transportasi, dan memproduksi energi
yang bersih dan ekonomis;
5. Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan
mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan
pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung
dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim. Selain itu terus dilakukan program reboisasi, penghutanan kembali
(reforestasi) dan program pengurangan emisi karbon;
6. Dalam rangka mengatasi dampak pemanasan global, untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan, Indonesia, pada tahun 2009, dalam pertemuan G 20 di Pitsburgh dan
Konvensi Internasional tentang Perubahan Iklim di Copenhagen telah berinisitaif
memberikan komitmen mitigasi dampak perubahan iklim berupa penurunan emisi
gas rumah kaca (GRK) pada tahun 2020 sebesar 26% dari kondisi tanpa rencana
aksi (business as usual – BAU) dengan usaha sendiri serta penurunan sebesar 41%
dengan dukungan internasional. Upaya penurunan emisi GRK tersebut terutama
difokuskan pada kegiatan-kegiatan kehutanan, lahan gambut, limbah dan energi
yang didukung oleh langkah-langkah kebijakan di berbagai sektor dan kebijakan
fiskal;
7. Dalam bidang infrastruktur, meneruskan pembangunan dan pasokan infrastruktur yang
ditunjukkan oleh meningkatnya kuantitas dan kualitas berbagai prasarana penunjang
pembangunan seperti jalan raya, jalan kereta api, pelabuhan laut, pelabuhan udara,
listrik, irigasi, air bersih dan sanitasi serta pos dan telekomunikasi; dan
8. Dalam bidang usaha Kecil dan Menengah, langkah-langkah yang dilakukan adalah,
meningkatkan dan memajukan usaha kecil menengah dengan menambah akses
terhadap modal termasuk perluasan Kredit Usaha Rakyat (KUR), meningkatkan
bantuan teknis dalam aspek pengembangan produk dan pemasaran, melaksanakan
kebijakan pemihakan untuk memberikan ruang usaha bagi pengusaha kecil dan
menengah, serta menjaga fungsi, keberadaan serta efisiensi pasar tradisional.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari Penjabaran dari tinjauan pusataka mengenai pengertian serta peraturan perundang-
undangan mengenai pembengunan berkelanjutan (Suistainable Development) dapat
disimpulkan sebagai berikut :
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16