Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Disusun Oleh:
1. Imroatusolikha
2. Ira Nidaan Khofiyya
3. Nazla
4. Widia Mualfiah
5. Yahya Sarahsati
Kelas: XI IPS 3

YAYASAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL HIKMAH 2


MADRASAH ALIYAH AL HIKMAH 2
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberi
kita taufiq dan hidayah-Nya sehingga tugas Makalah ini dapat terselesaikan tanpa
suatu halangan dan rintangan yang cukup berarti.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membimbing kita dari
jalan kegelapan menuju jalan Islami.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah bersusah payah membantu hingga terselesaikannya
penulisan makalah ini. Semoga semua bantuan dicatat sebagai amal sholeh di
hadapan Allah SWT.
Saya menyadari walaupun saya telah berusaha semaksimal mungkin dalam
menyusun Makalah sederhana ini, tetapi masih banyak kekurangan yang ada
didalamnya. Oleh karena itu, segala tegur sapa sangat saya harapkan demi
perbaikan tugas ini. Saya berharap akan ada guna dan manfaatnya Karya Tulis ini
bagi semua pembaca. Amin.

Sirampog, Mei 2019

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..
i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………
ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………….
1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………..
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Umum Pembangunan Berkelanjutan……..…………………
3
B. Hakikat dan Ciri-Ciri Pembangunan Berkelanjutan……………………..
3
C. saja Pembangunan Yang Dilakukan Di Indonesia………………………
5
D. Landasan Hukum Pembangunan Berkelnjutan Di Indonesia……………
6
E. Masalah Pembangunan Berkelanjutan………………………………….
10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………..
15
B. Saran……………………………………………………………………
15
DAFTAR PUSTAKA 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai dengan melaksanakan
pembangunan di segala bidang. Pembangunan merupakan proses pengolahan
sumber daya alam dan pendayagunaan sumber daya manusia dengan
memanfaatkan tekhnologi. Dalam pola pembangunan tersebut, perlu
memperhatikan fungsi sumber daya alam dan sumber daya manusia, agar
dapat terus-menerus menunjang kegiatan atau proses pembangunan yang
berkelanjutan. Pengertian pembangunan berkelanjutan itu sendiri adalah
perubahan positif sosial ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan
sosial dimana masyarakat bergantung padanya.
Keberhasilan penerapannya memerlukan kebijakan, perencanaan dan
proses pembelajaran sosial yang terpadu, viabilitas politiknya tergantung pada
dukungan penuh masyarakat melalui pemerintahannya, kelembagaan
sosialnya, dan kegiatan dunia usahanya. Proses pembangunan terutama
bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat baik secara spiritual maupun
material. Definisi ini menunjukan bahwa adanya suatu pembangunan karena
suatu kebutuhan, dan masalah. Adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut adalah suatu harapan. Sedangkan jika harapan tersebut tidak tercapai
berarti, hal itu adalah masalah.
Dengan demikian pembangunan mempunyai hubungan yang erat
dengan masalah. Karena titik tolak pembangunan dimulai dari tindakan
mengurangi masalah tersebut dengan tujuan memenuhi kebutuhan dan
meningkatkan untuk mencapai suatu tingkatan yang layak. Pembangunan
yang tidak bertitik tolak dari masalah berarti ada indikasi kesalahan konsep
dan model pembangunan tersebut berorientasi pada penyelesaian masalah
sebagai penyebab akar masalah bukan akar masalahnya.
Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan
berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam
pembangunan yang terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan

1
mutu hidup. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan dan
terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana merupakan
tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup.
Disadari sepenuhnya bahwa kegiatan pembangunan apalagi yang
bersifat fisik dan berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam jelas
mengandung resiko terjadinya perubahan ekosistem yang selanjutnya akan
mengakibatkan dampak, baik yang bersifat negatif maupun yang positif. Oleh
karena itu, kegiatan pembangunan yang dilaksanakan seharusnya selain
berwawasan sosial dan ekonomi juga harus berwawasan lingkungan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Umum Pembangunan Berkelanjutan?
2. Apa Hakikat dan Ciri-Ciri Pembangunan Berkelanjutan?
3. Apa saja Pembangunan Yang Dilakukan Di Indonesia?
4. Apa Landasan Hukum Pembangunan Berkelnjutan Di Indonesia?
5. Apa Masalah Pembangunan Berkelanjutan?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Umum Pembangunan Berkelanjutan


Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah
pembangunan yang berguna untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan
saat ini tanpa perlu merusak atau menurunkan kemampuan generasi yang
akan datang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pada dasarnya konsep ini merupakan strategi pembangunan yang
memberikan batasan pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah dan
sumberdaya yang ada didalamnya. Ambang batas ini tidak absolut (mutlak)
tetapi merupakan batas yang luwes (flexible) yang bergantung pada teknologi
dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya alam, serta kemampuan
biosfer dalam menerima akibat yang ditimbulkan dari kegiatan manusia.
Dengan kata lain, pembangunan berkelanjutan adalah semacam
strategi dalam pemanfaatan ekosistem alamiah dengan cara tertentu sehingga
kapasitas fungsionalnya tidak rusak untuk memberikan manfaat bagi
kehidupan umat manusia.
Hal ini bukan saja untuk kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan, tetapi juga untuk kesejahteraan masyarakat generasi mendatang.
Dengan demikian diharapkan bahwa kita tidak saja mampu melaksanakan
pengelolaan pembangunan yang ditugaskan (to do the thing right), tetapi juga
dituntut untuk mampu mengelolanya dengan suatu lingkup yang lebih
menyeluruh (to do the right thing)

B. Hakikat dan Ciri-Ciri Pembangunan Berkelanjutan


Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup perlu memanfaatkan
sumber daya yang dimiliki secara cermat dan bijaksana.
1. Sumber daya alam yang mencakup air, tanah, udara, hutan, kandungan
2. mineral, dan keanekaragaman hayati.
3. Sumber daya manusia yang mencakup jumlah penduduk, pendidikan,
4. kesehatan, keterampilan, dan kebudayaan.

3
5. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang mencakup transportasi, informasi,
6. komunikasi, dan hasil-hasil ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)
lainnya.
Sumber-sumber daya tersebut sifatnya terbatas, sehingga dalam
penggunaannya harus cermat dan bijaksana. Ketidakcermatan dan
kekurangbijaksanaan dalam penggunaan sumber daya dapat menimbulkan
beragam masalah, seperti polusi lingkungan, kerusakan sumber daya alam,
dan timbulnya masalah permukiman.
Pembangunan berwawasan lingkungan yang dikenal dengan
pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan manusia melalui pemanfaatan sumber daya alam
secara bijaksana, efisiensi, dan memerhatikan pemanfaatannya, baik untuk
masa kini maupun yang akan datang.
Pembangunan berwawasan lingkungan yang memerhatikan
keberlanjutan lingkungan hidup memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menjamin Pemerataan dan Keadilan. Strategi pembangunan yang
berwawasan lingkungan dilandasi oleh pemerataan distribusi lahan dan
faktor produksi, pemerataan kesempatan bagi perempuan, dan pemerataan
ekonomi untuk peningkatan kesejahteraan.
2. Menghargai Keanekaragaman Hayati Keanekaragalan hayati merupakan
dasar bagi tatanan lingkungan. Pemeliharaan keanekaragaman hayati
memiliki kepastian bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara
berlanjut untuk masa kini dan masa yang akan datang.
3. Menggunakan Pendekatan Integratif Dengan menggunakan pendekatan
integratif, maka keterkaitan yang kompleks antara manusia dengan
lingkungan dapat dimungkinkan untuk masa kini dan masa yang akan
datang.
4. Menggunakan Pandangan Jangka Panjang Pandangan jangka panjang
dilakukan untuk merencanakan pengelolaan pemanfaatan sumber daya
yang mendukung pembangunan agar secara berlanjut dapat digunakan dan
dimanfaatkan.

4
Adapun ciri-ciri pembangunan berwawasan lingkungan antara lain,
1. Menjamin pemerataan dan keadilan.
2. Menghargai keanekaragaman hayati.
3. Menggunakan pendekatan integratif.
4. Menggunakan pandangan jangka panjang.

C. Pembangunan Yang Dilakukan Di Indonesia


Perjalanan kemerdekaan Indonesia selama ini selalu penuh dengan
pembangunan yang mengiringinya. Sampai saat inipun pembangunan pasti
terus dilakukan sebagai bentuk pengaruh perkembangan zaman yang ada.
Pembangunan di Indonesia yang diawali pada masa Orde Lama terus
berlanjut walaupun dengan berbedanya masa kekuasaan selanjutnya yaitu
Orde Lama yang dilanjutkan dengan masa Reformasi.
Pada masa Orde Lama pembangunan memang baru dimulai. Penataan
akan sistem pembangunan pun mulai sedikit demi sedikit diarahkan. Namun,
keadaan politik mulai terguncang dan stabilitas negara terganggu akibat
masalah yang ada. Pemerintahan pun beralih pada penguasaan Orde Baru.
Sistem pemerintahan pun mulai diarahkan dengan mencanangkan program
pembangunan. Pembangunan yang awalnya memang berjalan baik dan
dirasakan berdampak positif, akhirnya menjadi ladang untuk melakukan
praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Penjalaran selanjutnya
berakibat pada utang luar negeri yang dilakukan kolega-kolega dalam praktek
KKN dan juga pihak swasta yang tidak bertanggung jawab. Akhirnya, utang
tersebut beralih pada rakyat Indonesia. Keadaan ini diperparah dengan peran
media massa dan juga pengawasan ketat dalam hal politik sehingga banyak
batasan-batasan dalam pengetahuan tentang keadaan pemerintahan, sampai
akhirnya dimulailah gerakan reformasi menuntut perubahan yang lebih baik.
Era reformasi pun sampai kini sedang berlangsung. Perubahan akan
sistem pembangunan dilakukan untuk memperbaiki ketimpangan dalam
pemerintahan yang lama. Program-program baru pun mulai bergulir dan
memberikan pengaruh yang berbeda dengan bentuk pemerintahan yang lebih
demokratis.

5
D. Landasan Hukum Pembangunan Berkelanjutan Di Indonesia
Sebagai tindak lanjut dari seminar pengelolaan lingkungan hidup dan
pembangunan nasional (1972) untuk tingkat nasional dan UN conference on
the human and environment (1972) untuk tingkat global pemerintah tidak
hanya memasukkan aspek lingkungan hidup dalam GBHN (Garis-Garis Besar
Haluan Negara) tetapi juga membentuk institusi atau lembaga yang
membidangi lingkungan hidup, sejak tahun 1973), aspek lingkungan hidup
masuk dalam GBHN (Manik, 2003: 21). Kemudian pengelolaan lingkungan
hidup dimasukkan ke Repelita II dan berlangsung terus dalam GBHN 1978
dengan penjabarannya dalam Repelita III. Pada tahun 1998 dibentuk Menteri
Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (PPLH) yang
kemudian pada tahun 2002 di ubah menjadi Menteri Negara Kependudukan
dan Lingkungan Hidup (KLH) yang kemudian pada 2003 dirubah menjadi
Mneteri Negara Lingkungan Hidup (LH). Kelembagaan ini mempunyai
peranan penting dalam memberi landasan lingkungan bagi pelaksanaan
pembangunan di negara kita.
Pada tahun 1982 telah di Undangkan Undang-Undang No. 14 Tahun
1982 (LN 1982 No. 12) tentang ketentuan-ketentuan pokok Pengelolaan
Lingkungan hidup secara terpadu dengan mengamanatkan keharusan untuk
mengkaitkan pelaksanaan pembangunan dengan pengelolaan lingkungan
hidup melalui apa yang dinamakan “pembangunan berwawasan lingkungan”
Undang-Undang ini mempunyai arti penting tersendiri, menurut Sundari
Rangkuti UU LH mengadung berbagai konsepsi dari pemikiran inovatif
dibidang hukum lingkungan baik nasional maupun internasional yang
mempunyai implikasi terhadap pembinaan hukum lingkungan Indonesia,
sehingga perlu dikaji penyelesaiannya perundang-undangan lingkungan
modern sebagai sistem keterpaduan (Rangkuti, 1991 :6).
Dalam pasal 4 huruf d Undang-Undang ini disebutkan bahwa salah
satu tujuan pengelolaan lingkungan hidup adalah “terlaksananya
pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang
dan mendatang”. Mengenai pengertian pembangunan bewawasan lingkungan
dirumuskan dalam psal 1 angka 13 yang menyatakan bahwa “pembangunan

6
berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan terencana menggunakan dan
mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang
berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup”. Penjelasan (TLN.3215)
menyatakan bahwa penggunaan dan pengelolaan sumber daya secara
bijaksana berarti senantiasa memperhitungkan dampak kegiatan tersebut
terhadap lingkungan serta kemampuan sumber daya untuk menopang
pembangunan secara berkesinambungan. Ketentuan tersebut selain
menggunakan istilah “pembangunan berwawasan lingkungan” juga
menggunakan istilah “pembangunan berkesinabungan” istilah yang
disebutkan terakhir dapat juga dijadikan pedoman istilah “sustainable
development” karena kata “berkesinabungan” dan “berkelanjutan “ dalam
bahasa Indonesia mempunyai makna yang sama.
Hal yang ditegaskan kembali dalam pasal 3 tentang asas pengelolaan
lingkungan hidup. Dalam pasal tersebut dikatakan bahwa “pengelolaan
Lingkungan Hidup Berazaskan Pelestarian Kemampuan Lingkungan yang
serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan
bagi peningkatan kesejahteraan manusia. Sedangkan penjelasannya
mengataakan bahwa pengertian pelestarian mengandung makna tercapainya
kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang dan peningkatan
kemampuan tersebut. Hanya dalam lingkungan yang serasi dan seimbang
dapat dicapai kehidupan yang optimal. Berdasarkan uraian tersebut diatas,
UU ini mengandung pengertian bahwa pembangunan yang berwawasan
lingkungan hanyalah satu bagian dari pembangunan yang berkesinambungan
(lihat pasal 1 angka 13) atau sebagai penunjang dari pembangunan yang
berkesinambungan (lihat pasal 3).
Dalam perkembangan selanjutnya UU No. 4 Tahun 1982 dicabut dan
digantikan dengan UU No. 23 Tahun 1997 (LN 1997:68) tentang pengelolaan
Lingkungan Hidup. Dalam UU ini tidak lagi diadakan pembedaan antara
pembangunan yang berwawasan lingkungan dengan pembangunan yang
berkesinambungan seperti dikemukakan di atas akan tetapi UU ini
menggunakan istilah baru lagi yatu “Pembangunan Berkelanjutan Yang
Berwawasan Lingkungan Hidup. “ Konsideran UU No. 23 Tahun 1997 antara

7
lain menjelaskan tentang mengapa kita harus melaksanakan ‘Pembangunan
Berkelanjutan Yang Berwawasan Lingkungan Hidup” seperti pada
pertimbangan huruf b, bahwa dalam rangka mendaya-gunakan sumberdaya
alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti diamanatkan dalam UUD
1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila, perlu
dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh
dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa
depan.
Penegasan tersebut diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup berkaitan
erat dengan pendayagunaan SDA sebagai suatu asset mewujudkan
kesejahteraan rakyat. Dalam pertimbangan berikutnya (huruf c) ditegaskan
bawa dipandang perlu melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup untuk
melestarikan dan mengembangkan kemampuan lingkungan hidup yang serasi
selaras dan seimbang guna menunjang terlaksananya pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Dalam pertimbangan ini
pengelolaan lingkungan hidup dianggap sebagai penunjang terhadap
pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungabn.
Dalam UU ini diperkenalkan suatu rumusan tentang pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup (pasal 1 butir 3).
Disebutkan dalam ketentuan tersebut bahwa pembangunan berkelanjutan
yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang
memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya ke dalam proses
pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup
generasi masa kini dan masa depan.
Selanjutnya dalam UU ini dibedakan antara “asas keberlanjutan”
sebagai asas pengelolaan lingkungan hidup dan “pembangunan berwawasan
lingkungan hidup” sebagai suatu sistem pembangunan. Hal ini dapat dilihat
dalam pasal 3 yang menyatakan: “pengelolaan lingkungan hidup
diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas keberlanjutan, dan
asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang

8
berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia
Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Mengenai “asas berkelanjutan” penjelasan UU (TLN 3699)
menyatakan “asas berkelanjutan mengandung makna setiap orang memikul
kewajibannya dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang, dan
terhadap sesamanya dalam satu generasi, untuk terlaksananya kewajiban dan
tanggung jawab tersebut, maka kemampuan lingkungan hidup, harus
dilestarikan. Terlestarikannya kemampuan lingkungan hidup menjadi
tumpuannya dalam meningkatkan pembangunan.
Hal ini kemudian ditegaskan dalam UUD 1945 amandmen ke-4
(2002) yang menambahkan ayat (4) dan (5) terhadap pasal 33 yang
sebelumnya tidak pernah mengalami perubahan yang menyebutkan: a)
Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efesiensi, berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan ekonomi ekonomi nasional b) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pelaksanan pasal ini diatur dalam undang undang Sejalan dengan pembahasan
tersebut juga diadakan perubahan terhadap judul Bab XIV Undang-Undang
dasar yang melengkapi pasal tersebut dan judul semula “Kesejahteraan
Sosial” menjadi “Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial”.
Dalam konteks ini tampak ada penonjolan dimensi ekonomi dalam
penguasaan sumber daya alam, yang perlu mendapat perhatian adalah aspek
keberlanjutan dan berwawasan lingkungan bukan hanya berada dalam
dimensi ekonomi belaka tetapi juga dalam dimensi kehidupan menusia
termasuk dimensi sosial budaya, kesejahteraan sosial pada dasarnya juga
harus menonjolkan aspek keberlanjutan dan berwawasan lingkungan dengan
demikian konsep pembangunan berkelanjutan di Indonesia pada umumnya
dan sistem hukum lingkungan pada khususnya. Walaupun penjabarannya
dalam pengaturan mengenai pengelolaan sumber daya alam masih belum
begitu tampak secara jelas.

9
E. Masalah Pembangunan Berkelanjutan
Permasalahan pembangunan berkelanjutan sekarang telah merupakan
komitmen setiap orang, sadar atau tidak sadar, yang bergelut di bidang
pembangunan. Permasalahan pembangunan berkelanjutan juga tak dapat
diabaikan dalam perkembangan berbagai ilmu pengetahuan dan tekonologi,
Konsep pembangunan berkelanjutan diperkenalkan sebagai hasil
debat antara pendukung pembangunan dan pendukung lingkungan. Konsep
pembangunan yang berkelanjutan ini terus berkembang. Pada tahun 1987,
Edward B. Barbier mengusulkan bahwa pembangunan berkelanjutan harus
dilihat sebagai interaksi antara tiga system : sistem biologis dan sumber daya,
sistem ekonomi dan sistem sosial. Selain itu, dalam menjelaskan konsep
pembangunan berkelanjutan ini, Budimanta membandingkan perkembangan
kota Jakarta dengan kota-kota lain di Asia, yaitu Bangkok, Singapura, Tokyo
yang memiliki kualitas pembangunan yang berkelanjutan yaitu cara berpikir
yang integrative, perspektif jangka panjang mempertimbangkan
keanekaragaman dan distribusi keadilan social ekonomi. (Arif Budimanta
Dalam Bunga Rampai, 2005: 375-377)
Kemiskinan serta kerusakan lingkungan hidup merupakan ancaman
utama bagi proses pembangunan berkelanjutan dengan melihat tujuan dari
pembangunan berkelanjutan yaitu mencapai masyarakat sejahtera
(masyarakat berkelanjutan) dalam lingkungan hidup yang berkelanjutan.
(Madrim Djody Gondokusumo dalam Bunga Rampai, 2005: 405)
Berikut dibahas mengenai tiga masalah yang merupakan hambatan
dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan yaitu masalah
kemiskinan, masalah kualitas lingkungan hidup dan masalah keamanan dan
ketertiban.
1. Masalah Kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah satu contoh ketidakadilan yang
dialami suatu kelompok (masyarakat pra sejahtera), dan terdapat di mana-
mana, baik di Negara maju maupun di Negara-negara yang sedang
berkembang. Ketidakadilan itu terlihat dari tidak terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan mereka untuk bertahan hidup dalam kesehatan yang baik,

10
sulitnya mendapat akses ke pelayanan publik (sanitasi sehat, air bersih,
pengelolaan sampah) rumah sehat, RTH, pelayanan pendidikan dan
sebagainya. Ketidakadilan juga terlihat dari tidak adanya akses
kepemilikan hak atas tanah yang mereka huni. Sebagai akibat itu semua,
sulit bagi mereka untuk mendapat akses ke pekerjaan yang baik dan stabil.
Ketidakadilan itu menyebabkan masyarakat miskin tetap miskin dan
mengancam proses pembangunan yang berkelanjutan. Kerusakan
lingkungan, kondisi permukiman buruk atau kumuh dalam suatu kawasan
memperlihatkan bahwa kawasan tersebut sedang dalam proses tidak
berkelanjutan. (Madrim Djody Gondokusumo dalam Bunga Rampai,
2005: 410).
Krisis ekonomi yang menyebabkan naiknya harga kebutuhan
bahan pokok telah menimbulkan berbagai kerusuhan. Kerusuhan ini
bahkan telah menembus sampai kawasan pedesaan atau kawasan pinggiran
kota. Hal ini disebabkan desa telah kehilangan daya tahan menghadapi
krisis. Kultur agraris yang menjadi basis pertahanan ekonomi desa telah
hilang maupun ditinggalkan, diganti dengan pola modern yang tergantung
pada industri.
Sementara industri yang diharapkan mampu menopang sektor
pertanian, kondisinya sangat rentang dan keropos, karena
ketergantungannya pada bahan baku impor.
Kebijakan tegas untuk meninggalkan kultur agraris, karena ada
pandangan bahwa pola pertanian yang ada selama ini tidak memberikan
nilai tambah, sangatlah naif. Nilai tambah yang dimaksud dalam konteks
tersebut adalah yang bisa memberikan konstribusi devisa, bukan dalam
pengertian mampu memberikan daya hidup pada komunitas desa. Bahkan
kecenderungannya adalah mengubah kawasan pedesaan yang mampu
mandiri berbasis pertanian keanekaragaman hayati, sebagai ajang
konversi, menjadi kawasan industri dan kawasan permukiman perkotaan.
Ketahanan kita akan kebutuhan bahan pokok sangatlah kurang,
karena investasi yang ada selama ini bukan untuk pembangunan industri
yang berbasis sumber daya alam hayati (agroindustry). Tempe, yang

11
merupakan makanan Indonesia sejak dahulu kala, ternyata kita belum
mampu menjadi produsen bahan baku kedelainya hingga kini. Kedelai
hingga kini masih harus diimpor. Semuanya itu disebabkan kita belum
pernah mengadakan penelitian bioteknologi, yang dapat mendukung pola
agraris yang kita miliki agar efisien. Penelitian yang ada selama ini bukan
membumi, tetapi menuju ke langit. Untuk itu, dalam rangka peningkatan
ketahanan akan kebutuhan bahan pokok, diperlukan upaya pembangunan
daerah yang berbasis keanekaragaman hayati setempat.(Sugandi, 2007: 46-
50)
Penelitian – penelitian terbaru menunjukkan bahwa kemiskinan
tidaklah statis. Orang miskin bukanlah orang yang pasif. Ia adalah manajer
seperangkat asset yang ada di seputar diri dan lingkungannya. Keadaan ini
terjadi pada orang yang miskin yang hidup di Negara yang tidak
menerapkan sistem Negara kesejahteraan (welfare state). Sistem yang
dapat melindungi warganya menghadapi kondisi-kondisi yang memburuk
yang mampu ditangani oleh dirinya sendiri. Kelangsungan hidup individu
dalam situasi seringkali tergantung pada keluarga yang secara bersama-
sama dengan jaringan sosial membantu para anggotanya dengan
pemberian bantuan keuangan, tempat tinggal dan bantuan-bantuan
mendesak lainnya.
Pendekatan kemiskinan yang berkembang selama ini perlu
dilengkapi dengan konsep keberfungsian sosial yang lebih bermatra
demorasi-sosial ketimbang neo-liberalisme. Rebounding atau pelurusan
kembali makna keberfungsian sosial ini akan lebih memperjelas analisis
mengenai bagaimana orang miskin mengatasi kemiskinannya, serta
bagaimana struktur rumah tangga, keluarga kekerabatan, dan jaringan
sosial mempengaruhi kehidupan orang miskin. Paradigma baru lebih
menekankan pada “apa yang dimiliki si miskin ” ketimbang ” apa yang
tidak dimiliki si miskin ”. (Suharto, 2005 : 148)
Pada akhirnya kebijakan pengurangan kemiskinan yang selama ini
yaitu pendekatan top-down dalam perencanaan kebijakan yang sekarang
dilakukan, yaitu pemerintah dan para pakar menganggap dirinya yang

12
paling mengetehaui tentang proses-proses yang terjadi dimasyarakat, perlu
diganti dengan pendeketan bottom-up, yaitu melibatkan partisipasi
masyarakat melalui dialog-dialog yang demokratis, menghargai
perbedaan-perbedaan, keadilan dan kesetaraan jender. Ilmu pengetahuan
modern antroposentris sebagai dasar perencanaan kebijakan publik untuk
mengelola kehidupan masyarakat dan lingkungan perlu diganti dengan
ilmu pengetahuan yang bersifat non-antroposentris, menghargai etika dan
nilai-nilai yang ada di masyarakat dan di lingkungan alam. (Madrim Djody
Gondokusumo Dalam Bunga Rampai, 2005 : 418)
2. Masalah Kualitas Lingkungan Hidup
Pembangunan pada hakikatnya adalah perubahan lingkungan, yaitu
mengurangi resiko lingkungan atau dan memperbesar manfaat lingkungan.
Sejak berabad tahun yang lalu nenek moyang kita telah merubah hutan
menjadi daerah pemukiman dan pertanian. Perubahan hutan menjadi
sawah merupakan usaha untuk memanfaatkan lahan untuk produksi bahan
makanan dibawah kondisi curah hujan yang tinggi dan juga untuk
mengurangi resiko erosi di daerah pegunungan. Hingga sekarang
pencetakan sawah masih berjalan terus. Dengan perubahan hutan atau tata
guna lahan lain menjadi sawah berubahlah pula keseimbangan lingkungan.
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan pada
hakekatnya tidak bisa dilepaskan dari pembangunan manusia itu sendiri.
Manusia merupakan subjek sekaligus objek pembangunan. Manusia
berada pada posisi sentral sahingga pelaksanaan pembangunan dan hasil-
hasilya tidak boleh mengabaikan dimensi manusianya. Untuk dapat
melakukan hal tersebut, diperlukan pendekatan pembangunan yang
menitikberatkan pada segi manusia. Pembangunan dilakukan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup manusia. Di lain pihak,
pembangunan yang makin meningkat akan memberikan dampak negatif,
berupa resiko pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, yang
mengakibatkan rusaknya struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi
penunjang kehidupan. Kerusakan ini pada akhirnya akan menjadi beban

13
yang malah menurunkan mutu hidup manusia, sehingga apa yang menjadi
tujuan pembangunan akan sia-sia.
Terpeliharanya keberlanjutan fungsi lingkungan hidup merupakan
kepentingan manusia, sehingga menuntut tanggung jawab dan perannya
untuk memelihara dan meningkatkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup. Keberlanjutan pembangunan harus memadukan
lingkungan hidup, termasuk sumber daya alam, sumber daya manusia,
serta pengembangan sumber daya buatan, dan menjadi sarana untuk
mencapai keberlanjutan pembangunan, serta menjadi jaminan bagi
kesejahteraan serta mutu hidup generasi masa kini dan generasi
mendatang.
3. Masalah Keamanan dan Ketertiban
Permasalahan ini diperberat dengan masalah ketertiban Karena
tidak disiplinnya masyarakat. Hal ini tercermin dengan jelas antara lain
dalam disiplain berlalu lintas. Saat ini juga semakin sering terjadi
demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan
pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah, terutama di kota-kota
besar. Hal ini dapat terjadi karena berbagai hal seperti tidak adanya
sosialisasi dari pemerintah, kurangnya pelibatan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan, kurangnya pemahaman akan hak-hak dan tanggung
jawab masyarakat dalam pembangunan dan lain sebagainya.( Gita
Chandrika Napitupulu dalam Bunga rampai, 2005 : 9-10)

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkan:
1. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah
pembangunan yang berguna untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan
saat ini tanpa perlu merusak atau menurunkan kemampuan generasi yang
akan datang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Pembangunan berwawasan lingkungan yang memerhatikan keberlanjutan
lingkungan hidup memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menjamin Pemerataan dan Keadilan.
b. Menghargai Keanekaragaman Hayati
c. Menggunakan Pendekatan Integratif
d. Menggunakan Pandangan Jangka Panjang
3. Bahwa hambatan dalam pencapaian pembangunan yang berkelanjutan
adalah kemiskinan, kerusakan lingkungan hidup, keamanan dan ketertiban,
dan sebagainya.
4. Bahwa masalah kemiskinan dan kerusakan lingkungan hidup yang terjadi
di suatu kawasan tertentu memperlihatkan bahwa kawasan itu sedang
dalam proses tidak berkelanjutan.
5. Kemiskinan dan fungsi-fungsi lingkungan hidup yang telah hilang atau
rusak, tercemar, itu merupakan ancaman terhadap proses pembangunan
berkelanjutan. Ancaman tersebut tidak hanya terjadi di kawasan itu saja,
tetapi juga akan mempengaruhi sub-sub sistem lain yang membentuk
kawasan itu

B. Saran
Adapun saran bagi pemerintah agar dapat menerapkan sistem
pembangunan yang berkelanjutan seperti di negara-negara maju lainnya
dengan jalan menanggulangi kemiskinan serta meningkatkan kualitas
lingkungan hidup serta keamanan dan ketertiban guna menciptakan

15
kesejahteraan bagi masyarakat khususnya di Indonesia sehingga dapat
dirasakan bukan hanya untuk di masa sekarang melainkan juga untuk
generasi yang akan datang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bunga, Rampai. 2005. Pembangunan Kota Indonesia Dalam Abad 21, Konsep
dan Pedekatan Pembangunan Perkotaan di Indonesia. Jakarta: Fakultas
Ekonomi UI

Soemarwoto, Otto. 1983. Ekologi Lingkungan hidup dan Pembangunan.


Djambatan : Jakarta

Sugandhy, Aca dan Hakim, Rustam. 2007. Prinsip Dasar Kebijakan


Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Bumi Aksara.

Tato, Syahriar. 2009. Hambatan Dalam Sistem Pembangunan Perkotaan


Yang Berkelanjutan

http://syahriartato.wordpress.com/2009/12/28/hambatan-dalam-sistem-
pembangunan-perkotaan-yang-berkelanjutan/

Wicaksono, Sonny Ilham. 2012. Masalah Lingkungan Hidup dan Upaya


Penanggulangan

http://sonyhandsome31.blogspot.com/2012/10/masalah-lingkungan-hidup-dan-
upaya.html

17

Anda mungkin juga menyukai