Anda di halaman 1dari 10

Bukti Kebenaran Nabi dan Rasul

‫َان ِم ْن َربِّ ُك ْم َوأَ ْن َز ْلنَا إِلَ ْي ُك ْم نُورًا ُمبِينًا‬


ٌ ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َجا َء ُك ْم بُرْ ه‬

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari


Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu
cahaya yang terang benderang (Al quran).(QS. 4:174)

Pada ayat ini Allah menyeru semua manusia di alas dunia dan menyatakan bahwa
telah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang jelas dan Tuhan,
dikuatkan oleh dalil-dalil dan alasan-alasan yang nyata dan benar, yang dibawa
oleh seorang Nabi dan Rasul-Nya, yang “ummi” yang tidak tahu tulis baca.
Keadaan buta huruf itu saja sudah merupakan bukti yang kuat atas kenabian dan
kerasulannya alas kebenaran agama yang dibawanya yang cukup mempunyai
peraturan-peraturan dan hukum-hukum untuk mengatur kehidupan manusia di
dunia dan memberikan petunjuk berupa ibadah dan amal saleh untuk mencapai
kebahagiaan di akhirat.

Bagaimana seorang ummi yang tidak pernah belajar di sekolah apalagi untuk
membaca buku-buku, dan tidak pernah di masa kanak-kanak dan di masa
mudanya mengikuti langkah-langkah dan kebiasaan-kebiasaan anak dan pemuda-
pemuda di masanya, tidak pernah menghadiri malam-malam senda gurau, malam-
malam panjang dl mana mereka bercerita dan bercengkerama mengenai adat-
istiadat, sejarah nenek moyang, dan kejadian-kejadian penting di kalangan
mereka, seperti peperangan, permusuhan dan lain sebagainya dapat menceritakan
sesuatu yang berharga dan tinggi nilainya? Bagaimana seorang ummi yang
demikian halnya akan dapat membawa suatu kitab (Alquran) yang di dalamnya
terdapat syariat yang mulia dan amat tinggi nilainya, dibawakan dengan gaya
bahasa yang amat tinggi pula mutunya yang tidak dapat ditiru dan ditandingi oleh
pujangga-pujangga bagaimanapun besarnya. Ini adalah suatu tanda dan bukti atas
kebenaran agama yang dibawanya, bahkan tidak ada orang yang dapat membantah
bahwa Alquran itu adalah suatu mukjizat yang abadi yang selalu dapat
menguatkan dan membenarkan agama yang dibawanya itu. Maka Allah
menamakan Alquran itu cahaya yang terang benderang yang memberi petunjuk
kepada manusia, mengeluarkan mereka dari kegelapan syirik kepada cahaya iman
dan menegakkan dasar-dasar tauhid yang telah menjadi tugas para Rasul sebelum
Muhammad saw. Para Rasul sebelumnya telah menyeru umatnya dengan
bersungguh-sungguh kepada agama tauhid dan telah banyak pula pengikut
mereka. Tetapi ternyata sesudah mereka meninggal, para pengikut itu telah
merusak dasar-dasar tauhid itu dengan mencampur adukkannya dengan beraneka
ragam kemusyrikan seperti menyembah berhala, menyembah binatang dan
matahari bahkan menyembah arwah-arwah dengan memujanya dan memanjatkan
doa kepadanya. Akhirnya manusia terjerumus ke lembah syirik dan hanyut
dibawa arus berbagai macam paham yang sesat dan menyesatkan sehingga
mereka kehilangan pedoman dan tidak tahu lagi mana yang baik mana yang
buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Dalam keadaan gelap gulita seperti
inilah Alquran diturunkan sebagai cahaya yang menerangi mereka sehingga
manusia dapat berpikir kembali dan menyadari bahwa jalan yang mereka tempuh
selama ini adalah jalan salah yang membawa kepada kerusakan dan keruntuhan.

Dalam ayat lain Allah berfirman:

ٌ ‫ور َوإِ َّن هَّللا َ بِ ُك ْم لَ َر ُء‬


‫وف َر ِحي ٌم‬ ُّ َ‫ت لِي ُْخ ِر َج ُك ْم ِمن‬
ِ ‫الظلُ َما‬
ِ ُّ‫ت إِلَى الن‬ ٍ ‫ه َُو الَّ ِذي يُنَ ِّز ُل َعلَى َع ْب ِد ِه َءايَا‬ 
ٍ ‫ت بَيِّنَا‬

Artinya:

“Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Alquran)


supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan
sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang
terhadapmu” (Q.S. Al-Hadid: 9)

Dengan demikian jelaslah bahwa Nabi Muhammad saw. yang ummi (buta huruf)
pembawa suatu syariat yang sempurna untuk kebahagiaan dunia dan akhirat tidak
mungkin kalau dia bukan seorang Nabi dan utusan Allah. Dan jelas pulalah bahwa
Alquran yang diturunkan kepadanya bukan buatannya, tetapi benar-benar wahyu
dari Tuhan semesta Alam.

Kisah al-Qur‟an bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi


membenarkan kitab-kitab terdahulu dan menjelaskan sesuatu dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.

Al-Quran memberikan kisah yang tepat meskipun suatu peristiwa tersebut


telah terjadi dalam kurun berabad-abad yang lalu. Misalnya dalam kisah „ Ad dan
Tsamud serta kehancuran kota Irom. Dimana pada tahun 1980 ditemukan bukti
sejarah secara arkeologi di kawasan Hisn al-ghurab dekat kota aden di Yaman
tentang adanya kota yang dinamakan “Tsamutu, Ad, dan Irom”.

Begitu pula tentang kisah tenggelam dan diselamatkannya badan Fir‟aun


(QS. Yunus :90-92), dimana pada bulan Juni 1975, ahli bedah Perancis, Maurice
Bucaille setelah meneliti mumi Fir‟aun ditemukan bahwa Fir‟aun meninggal di
laut dengan adanya bekas-bekas garam yang memenuhi sekujur
tubuhnya.16Kenyataan dan kebenaran kisah ini sekaligus dapat dipergunakan
sebagai media bagi peserta didik agar selalu berkata jujur dan benar. Kebohongan
dan kepalsuan dalam hidup haruslah dihindari agar dalam kehidupan benar
mendapat Ridha Allah SWT.

https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/17/05/15/opzkb6313-dua-hal-yang-membuat-
kaum-tsamud-terkena-azab
https://republika.co.id/berita/pp55uh282/nabi-saleh-dan-kaum-tsamud-tinggal-di-petra-atau-al-hijr
SITUS MADAIN SALEH
PENINGGALAN KAUM TSAMUD UMAT NABI SALEH

Dalam Alquran banyak sekali dijelaskan tentang kehancuran bangsa-bangsa


(kaum) yang tidak mau beriman kepada Allah SWT. Di antaranya, bangsa 'Ad
(umat Nabi Hud), kaum Tsamud (umat Nabi Saleh), bangsa Madyan (umat Nabi
Syu'aib), kaum Nabi Ibrahim, serta kaum Nabi Nuh.
Alquran mengisahkan, kaum Tsamud dihancurkan karena mereka menolak
beriman kepada Allah SWT dan tidak mengakui Saleh sebagai seorang Nabi.
Allah pun membinasakan mereka dengan petir menggelegar sehingga runtuhlan
bangunan-bangunan megah yang jadi tempat tinggal mereka. 
''Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim
itu, lalu mereka mati bergelimpangan di tempat tinggal mereka, seolah-olah
mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, sesungguhnya kaum
Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum
Tshamud.'' (QS Hud ayat 67-68).
Alquran juga menyebutkan, kaum Tsamud membuat rumah atau bangunan
sesuai dengan gaya hidup mereka. Kaum ini dikenal ahli dalam bidang
pertukangan, termasuk ukir atau pahat memahat. Berbekal keahlian itulah, mereka
membangun rumah dan istana-istana megah, baik di tanah yang datar maupun
pada bebatuan besar di perbukitan. 
Meski telah dihancurkan oleh Allah SWT pada ribuan tahun silam, sisa-sisa
peninggalan mereka, baik berupa bangunan maupun karya seni, masih dapat
ditemukan antara lain di sekitar Hadramaut dan di Madain Saleh. 
Petra di Yordania merupakan salah satu peninggalan arkeologi terkemuka di
dunia. Situs ini masuk dalam daftar Warisan Dunia (World Heritage) UNESCO
dan salah satu The New Seven Wonders of the World.
Petra di Yordania merupakan salah satu peninggalan
arkeologi dunia
Petra atau Batra ibu kota Bangsa Nabatea atau Nabataean atau Anbath.
Bangsa ini menguasai wilayah luas yakni selatan Suriah, Yordania, sampai Aqaba.
Nabatea berjaya pada abad ke-4 Sebelum Masehi (SM) sampai abad ke-1 Masehi.
Petra menjadi perlintasan dagang antara Suriah di timur, Laut Tengah dan Eropa
di utara, Mesir di barat, dan Arab Saudi di selatan.
Kemampuan memahat dinding batu menjadi bangunan disebutkan dalam
Alquran berkenaan Nabi Saleh alaihissalam dan Kaum Tsamud. Apakah mereka
tinggal di Petra? Peradaban Petra runtuh pada abad ke-1 M dan hanya tinggal
puing bangunannya saja. Pada tahun 1812, J.L. Burckhardt, seorang arkeolog
eropa datang ke Petra dan menggali situs ini. Petra merupakan sisa peninggalan
Kaum Tsamud.
Lokasi tempat tinggal Kaum Tsamud dapat diketahui dari hadits Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam ketika Perang Tabuk tahun 630 M.
Berkenaan perang ini, antara lain turun ayat Alquran Surah At-Taubah (9): 117-
118. Tabuk saat ini provinsi di utara Arab Saudi dan di utara Arab Saudi terdapat
Yordania. Tabuk berbatasan dengan Provinsi Madinah di selatan. Dalam Perang
Tabuk, Rasulullah melintasi Al-Hijr sekitar 400 kilometer dari Madinah dan 500
kilometer dari Petra.
Dikutip dari buku Tafsir Ibnu Katsir, Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu
Umar, ia mengatakan ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam singgah
bersama mereka di Hijr dekat bekas permukiman Kaum Tsamud, maka orang-
orang mencari air dari sumur-sumur yang dahulu Kaum Tsamud meminumnya.
Hijr atau Al-Hijr atau Hegra oleh Pemerintah Arab Saudi didaftarkan sebagai
World Heritage dan diakui oleh UNESCO pada 2008. dengan nama Al-Hijr
Archaeological Site (Mada’in Salih). Mada’in Salih merupakan bahasa Arab yang
berarti Kota Salih.
Al-Hijr sarat berbagai peninggalan arkeologi yang dibuat dengan cara
memahat dinding batu. Selain itu, di daerah Al-Hijr yang kering ini ditemukan
kota tempat tinggal yang dilengkapi dengan sumur sebagai sumber air dan oasis
untuk kegiatan bercocok tanam.
Dengan mengacu pada hadits, maka Petra bukan tempat tinggal Kaum
Tsamud. Kaum Tsamud tinggal di Al Hijr. Namun, peninggalan arkeologi yang
dapat disaksikan saat ini di Al-Hijr sebagian besar merupakan peninggalan
Bangsa Nabatea. Wilayah Bangsa Nabatea mencakup Al-Hijr sebagai kota
terbesar kedua setelah Petra. Dalam dokumen penominasian Al-Hijr sebagai
Warisan Dunia, disebutkan Al-Hijr merupakan peninggalan peradaban Nabatea
dari abad ke-1 SM sampai abad ke-1 M.
Patut diperhatikan, periode Nabi Saleh lebih tua dibandingkan Nabi Ibrahim
dan nabi lainnya seperti Nabi Ismail, Nabi Ishaq, Nabi Yakub, Nabi Musa, dan
Nabi Isa. Nabi Ibrahim hidup pada peradaban Mesopotamia. Peradaban
Mesopotamia tertua sekitar abad ke-40 SM atau 4000 SM. Sementara, peradaban
Nabatea pada abad ke-1 M kurang lebih merupakan masa hidup Nabi Isa.
Terdapat kemungkinan bagian luar dinding batu telah berkali-kali dipahat
selama beberapa kali peradaban, sehingga pahatan yang tampak saat ini
merupakan yang termuda usianya. Peninggalan Kaum Tsamud kiranya dapat
ditelusuri di area terbuka dekat dengan sumber air atau sumur dan berada di
lapisan tanah di bawahnya yakni yang usianya lebih tua. Kaum Tsamud
merupakan pendahulu Bangsa Nabatea dalam konteks kemampuan memahat
dinding batu. Singkatnya, Kaum Tsamud jauh lebih tua dibandingkan Bangsa
Nabatea.
Saat ini, Madain Saleh atau al Hijr adalah sebuah situs bersejarah seluas 21
kilometer persegi yang merupakan peninggalan Kerajaan Nabatea. Disebut al-Hijr
karena situs ini memang memiliki bangunan yang dibuat dari batu-batu yang
dipotong dan dipahat.
Situs ini terletak dekat Kota Ula, sekitar 400 kilometer sebelah utara
Madinah. Madain Saleh terletak di antara Madinah dan Tabuk, Arab Saudi. 

Situs besejarah di Madain Saleh yang terbuka untuk turis


di Arab Saudi
Sedangkan, nama ''Madain Saleh'' sebenarnya berarti kota Nabi Saleh. Situs
Madain Saleh pernah dihuni kaum Tsamud, kaum di mana Nabi Saleh ditugaskan
oleh Allah SWT. Kaum ini diprediksi hidup pada tahun 715 SM.
CONTOH PERILAKU MUSLIM YANG MENGIMANI RASUL

Sebagai umat islam, tentu kita ingin sekali mencontoh suri tauladan rasulullah
yang hidup sekitar 14 abad yang lalu. Dengan mengerjakan hal ini berarti kita
membuktikan bahwa kita beriman kepada rasul Allah Ta’ala.

Tanda-tanda beriman kepada Rasul Allah SWT :

1. Teguh keimanannya terhadap Allah SWT


2. Mempercayai ajaran yang disampaikan para rasul
3. Mengamalkan ajaran para rasul
4. Menjadikan rasul sebagai teladan hidup, baik sebagai pribadi maupun
pemimpin umat

Tentu kita juga mengetahui bahwa ada banyak hal yang bisa kita lakukan sebagi
wujud iman kita kepada rasul namun mungkin tidak semuanya bisa kita lakukan.
Meskipun demikian kita harus tetap berdoa dan berikhtiar agar kita bisa senantiasa
mencontoh perbuatan-perbuatan yang merupakan cerminan dari iman kepada
rasul Allah.

Contoh iman kepada rasul Allah dalam kehidupan sehari-hari:

1. Menjalankan apa-apa yang diperintahkan oleh rasulullah.


2. Menjauhi apa-apa yang dilarang oleh rasulullah.
3. Menjadikan rasul sebagai suri tauladan bagi kita.
4. Bershalawat atasnya dengan shalawat-shalawat yang dicontohkannya.
5. Berusaha untuk senantiasa menjalankan sunnah-sunnahnya.

Dan masih banyak lagi contoh iman kepada rasul, seperti:

 Berkata baik dan benar kepada siapapun.


 Jujur dalam segala perkataan dan perbuatan.
 Melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya.
 Senantiasa berbuat baik (berakhlakul karimah).
 Mempelajari sejarah-sejarah rasul
ontoh perilaku yang mencerminkan seseorang beriman kepada rasul yaitu :
menteladani sikap dan sunnah dari rasul contohnya bersikap sabar, ikhlas, sopan santun,
pemaaf, berpuasa, shalat sunnah, jujur dsb. mempelajari keseharian rasul serta nasehat
nasehatnya. Iman kepada rasul allah termasuk rukun iman yang keempat dari enam
rukun yang wajib diimani oleh setiap umat islam. yang dimaksud iman kepada para rasul
ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang orang yang telah
dipilih oleh allah swt. untuk menerima wahyu darinya untuk disampaikan kepada
seluruh umat manusia agar dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di.
Tanda tanda dan contoh

https://slideplayer.info/slide/3331092/

Sebagian Muslim mengaku paling mencintai Nabi karena selalu merayakan


kelahirannya. Sebagian yang lain mengaku paling mencintai karena selalu
melaksanakan sunahnya. Mereka tentu jauh lebih baik dari orang yang tidak
mencintai Nabi, tidak merayakan kelahirannya, dan tidak pula melaksanakan
sunahnya.

Di luar Muslim, ada beberapa orang yang menghina, menuduh penipu,


pembohong, gila seks karena memiliki banyak istri, rakus harta, serta banyak
tuduhan dan penghinaan lainnya. Penghinaan terhadap beliau tidak hanya
berlangsung saat ini saja.

Ketika beliau masih hidup pun, jauh lebih parah dan menyakitkan. Namun ada
pula yang mengakui kemuliaan akhlaknya, mengagumi sikap kepemimpinannya,
kelembutan hati Nabi, bahkan menempatkannya sebagai “Top One”, orang paling
berpengaruh di dunia.

Jika seorang Muslim mencintai sang Nabi, harus membuktikan kecintaannya


tersebut. Bukti cinta kepada Nabi, di antaranya, pertama, berkeinginan kuat untuk
bertemu dan berkumpul bersama Nabi.

Bagi Muslim generasi setelah sahabat termasuk generasi sekarang yang tidak
memiliki kesempatan bertemu dengan sang Nabi mesti berharap agar
dikumpulkan bersama Nabi di Jannah Firdaus yang Allah SWT janjikan kepada
orang-orang saleh dan muttaqin. Yakni, dengan cara melaksanakan perintah Allah
SWT dan menjauhi setiap larangan-Nya.

Kedua, menaati beliau dengan menjalankan sunahnya dan mengikuti setiap


ajarannya. Allah SWT menegaskan, dengan menaati Nabi, berarti telah menaati
Allah. Melaksanakan sunah Nabi memiliki keistimewaan dan memberi
kebahagiaan tersendiri. Selain merasa dekat dengan Nabi, secara saintis sunah-
sunah Nabi memiliki efek menyehatkan.

Shalat Tahajud misalnya, sebuah penelitian membuktikan bahwa aktivitas selepas


bangun tidur pada waktu sepertiga malam (kira-kira pukul 02.00 sampai pukul
04.00) dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi kesehatan.

Shalat Tahajud menjadi terapi pengobatan terbaik dari berbagai macam penyakit.
Karena itu, orang-orang yang membiasakan diri untuk Tahajud akan memiliki
daya tahan tubuh sehingga tak mudah terserang penyakit.

Nabi SAW bersabda, “Dirikanlah shalat malam karena itu adalah tradisi orang-
orang saleh sebelum kalian, sarana mendekatkan diri kepada Allah, pencegah dari
perbuatan dosa, penghapus kesalahan, dan pencegah segala macam penyakit dari
tubuh.” (HR Tirmidzi).

Ketiga, memperbanyak shalawat kepadanya. Nabi bersabda, “Barang siapa


bershalawat atasku sekali, niscaya Allah bershalawat atasnya sepuluh kali.” (HR
Muslim). Allah SWT senantiasa melindungi dan merahmati mereka yang
bershalawat kepada Nabi. Bahkan dengan memperbanyak shalawat,
mempermudah setiap urusan duniawi.

Keempat, mencintai orang-orang yang dicintai Nabi. Jika Nabi mencintai para
sahabatnya, seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, dll, serta para istri dan
keturunannya, sudah sepatutnya seorang Muslim mencintai mereka pula.

Kelima, mengikuti akhlaknya. Tidak dimungkiri bahwa Nabi SAW memiliki


akhlak yang mulia. Firman Allah SWT dalam QS al-Qalam ayat 4, “Dan
sesungguhnya engkau (Muhammad) berakhlak yang agung.” Salah satu tugas
Nabi diutus, yakni untuk menyempurnakan akhlak. Nabi bersabda,
“Sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR Bukhari)

Bukti-bukti cinta ini perlu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari setiap


Muslim. Keluhuran akhlak beliau dapat menjadi standar dasar akhlak yang harus
dimiliki. Dengan menunjukkan bukti mencintai Nabi, semoga kelak dikumpulkan
bersamanya di jannah Allah nanti. Wallahu a’lam.

Keimanan kepada Rasul-Rasul Allah SWT harus dapat diwujudkan secara nyata
dalam kehidupan sehari-hari. Adapun perilaku yang mencerminkan keimanan
kepada Rasul-Rasul Allah SWT dan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW,
antara lain sebagai berikut.

1. Membiasakan diri berlaku jujur terhadap siapapun, sebagaimana sikap


jujur para Rasul. Jujur dalam ucapan berarti mengatakan sebagaimana
mestinya, tidak menambah dan tidak pula mengurangi. Jujur dalam
perbuatan berarti berbuat secara adil sebagaimana mestinya, tidak
mengurangi hak siapapun
2. Berusaha untuk dapat menyampaikan amanah kepada yang berhak
menerimanya. Orang yang diberi amanah pada hakikatnya sedang diuji
dengan amanah tersebut. Apakah ia berhasil menjaganya atau tidak?
Orang yang meneladani sifat wajib Rasul pasti menjaga amanah secara
baik. Ia sekali-kali tidak berkhianat
3. Memiliki etos kerja yang baik, melaksanakan tugas yang dipikulkan pada
dirinya, dan sesuai kemampuan yang dimiliki secara maksimal
4. Berusaha untuk memiliki kepekaan dalam menghadapi persoalan sehingga
dapat mengatasi secara tepat, baik, dan sesuai pertimbangan akal sehat
5. Sebagai seorang muslimin dan muslimat, kita wajib memiliki akhlak
karimah sebagaimana Rasulullah SAW, antara lain taat beribadah kepada
Allah SWT,, berbakti kepada kedua orangtua, berbuat bauk kepada sesama
manusia, hormat kepada yang lebih tua, dan dayang kepada yang lebih
muda

https://darunnajah.com/konsekuensi-cinta-rasul/

Anda mungkin juga menyukai