Pada ayat ini Allah menyeru semua manusia di alas dunia dan menyatakan bahwa
telah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang jelas dan Tuhan,
dikuatkan oleh dalil-dalil dan alasan-alasan yang nyata dan benar, yang dibawa
oleh seorang Nabi dan Rasul-Nya, yang “ummi” yang tidak tahu tulis baca.
Keadaan buta huruf itu saja sudah merupakan bukti yang kuat atas kenabian dan
kerasulannya alas kebenaran agama yang dibawanya yang cukup mempunyai
peraturan-peraturan dan hukum-hukum untuk mengatur kehidupan manusia di
dunia dan memberikan petunjuk berupa ibadah dan amal saleh untuk mencapai
kebahagiaan di akhirat.
Bagaimana seorang ummi yang tidak pernah belajar di sekolah apalagi untuk
membaca buku-buku, dan tidak pernah di masa kanak-kanak dan di masa
mudanya mengikuti langkah-langkah dan kebiasaan-kebiasaan anak dan pemuda-
pemuda di masanya, tidak pernah menghadiri malam-malam senda gurau, malam-
malam panjang dl mana mereka bercerita dan bercengkerama mengenai adat-
istiadat, sejarah nenek moyang, dan kejadian-kejadian penting di kalangan
mereka, seperti peperangan, permusuhan dan lain sebagainya dapat menceritakan
sesuatu yang berharga dan tinggi nilainya? Bagaimana seorang ummi yang
demikian halnya akan dapat membawa suatu kitab (Alquran) yang di dalamnya
terdapat syariat yang mulia dan amat tinggi nilainya, dibawakan dengan gaya
bahasa yang amat tinggi pula mutunya yang tidak dapat ditiru dan ditandingi oleh
pujangga-pujangga bagaimanapun besarnya. Ini adalah suatu tanda dan bukti atas
kebenaran agama yang dibawanya, bahkan tidak ada orang yang dapat membantah
bahwa Alquran itu adalah suatu mukjizat yang abadi yang selalu dapat
menguatkan dan membenarkan agama yang dibawanya itu. Maka Allah
menamakan Alquran itu cahaya yang terang benderang yang memberi petunjuk
kepada manusia, mengeluarkan mereka dari kegelapan syirik kepada cahaya iman
dan menegakkan dasar-dasar tauhid yang telah menjadi tugas para Rasul sebelum
Muhammad saw. Para Rasul sebelumnya telah menyeru umatnya dengan
bersungguh-sungguh kepada agama tauhid dan telah banyak pula pengikut
mereka. Tetapi ternyata sesudah mereka meninggal, para pengikut itu telah
merusak dasar-dasar tauhid itu dengan mencampur adukkannya dengan beraneka
ragam kemusyrikan seperti menyembah berhala, menyembah binatang dan
matahari bahkan menyembah arwah-arwah dengan memujanya dan memanjatkan
doa kepadanya. Akhirnya manusia terjerumus ke lembah syirik dan hanyut
dibawa arus berbagai macam paham yang sesat dan menyesatkan sehingga
mereka kehilangan pedoman dan tidak tahu lagi mana yang baik mana yang
buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Dalam keadaan gelap gulita seperti
inilah Alquran diturunkan sebagai cahaya yang menerangi mereka sehingga
manusia dapat berpikir kembali dan menyadari bahwa jalan yang mereka tempuh
selama ini adalah jalan salah yang membawa kepada kerusakan dan keruntuhan.
Artinya:
Dengan demikian jelaslah bahwa Nabi Muhammad saw. yang ummi (buta huruf)
pembawa suatu syariat yang sempurna untuk kebahagiaan dunia dan akhirat tidak
mungkin kalau dia bukan seorang Nabi dan utusan Allah. Dan jelas pulalah bahwa
Alquran yang diturunkan kepadanya bukan buatannya, tetapi benar-benar wahyu
dari Tuhan semesta Alam.
https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/17/05/15/opzkb6313-dua-hal-yang-membuat-
kaum-tsamud-terkena-azab
https://republika.co.id/berita/pp55uh282/nabi-saleh-dan-kaum-tsamud-tinggal-di-petra-atau-al-hijr
SITUS MADAIN SALEH
PENINGGALAN KAUM TSAMUD UMAT NABI SALEH
Sebagai umat islam, tentu kita ingin sekali mencontoh suri tauladan rasulullah
yang hidup sekitar 14 abad yang lalu. Dengan mengerjakan hal ini berarti kita
membuktikan bahwa kita beriman kepada rasul Allah Ta’ala.
Tentu kita juga mengetahui bahwa ada banyak hal yang bisa kita lakukan sebagi
wujud iman kita kepada rasul namun mungkin tidak semuanya bisa kita lakukan.
Meskipun demikian kita harus tetap berdoa dan berikhtiar agar kita bisa senantiasa
mencontoh perbuatan-perbuatan yang merupakan cerminan dari iman kepada
rasul Allah.
https://slideplayer.info/slide/3331092/
Ketika beliau masih hidup pun, jauh lebih parah dan menyakitkan. Namun ada
pula yang mengakui kemuliaan akhlaknya, mengagumi sikap kepemimpinannya,
kelembutan hati Nabi, bahkan menempatkannya sebagai “Top One”, orang paling
berpengaruh di dunia.
Bagi Muslim generasi setelah sahabat termasuk generasi sekarang yang tidak
memiliki kesempatan bertemu dengan sang Nabi mesti berharap agar
dikumpulkan bersama Nabi di Jannah Firdaus yang Allah SWT janjikan kepada
orang-orang saleh dan muttaqin. Yakni, dengan cara melaksanakan perintah Allah
SWT dan menjauhi setiap larangan-Nya.
Shalat Tahajud menjadi terapi pengobatan terbaik dari berbagai macam penyakit.
Karena itu, orang-orang yang membiasakan diri untuk Tahajud akan memiliki
daya tahan tubuh sehingga tak mudah terserang penyakit.
Nabi SAW bersabda, “Dirikanlah shalat malam karena itu adalah tradisi orang-
orang saleh sebelum kalian, sarana mendekatkan diri kepada Allah, pencegah dari
perbuatan dosa, penghapus kesalahan, dan pencegah segala macam penyakit dari
tubuh.” (HR Tirmidzi).
Keempat, mencintai orang-orang yang dicintai Nabi. Jika Nabi mencintai para
sahabatnya, seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, dll, serta para istri dan
keturunannya, sudah sepatutnya seorang Muslim mencintai mereka pula.
Keimanan kepada Rasul-Rasul Allah SWT harus dapat diwujudkan secara nyata
dalam kehidupan sehari-hari. Adapun perilaku yang mencerminkan keimanan
kepada Rasul-Rasul Allah SWT dan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW,
antara lain sebagai berikut.
https://darunnajah.com/konsekuensi-cinta-rasul/