Istilah I’jaz berasal dari kata ‘ajaza – ya’jizu ‘ ajzan : ma’jizan : ma’jizatan, yang berarti
; menjadikan lemah, yang ajaib menakjubkan, mukjizat. Dalam kamus bahasa Indonesia
diartikan : peristiwa yang ajaib yang menyimpang dari hukum – hukum alam.
Mukjizat merupakan ciri setiap nabi, yang diberikan Allah kepadanya, untuk
melemahkan orang – orang yang menentangnya. Mukjizat Nabi Isa ‘a.s. yang dapat
menghidupkan orang mati dengan izin Allah, mukjizat nabi Musa dapat membelah laut merah
menjadi 12 jalan bagi 12 suku Bani Israil, mukjizat Nabi Muhammad Saw yang Isra’ dan Mi’raj
ke Yerusalem dan Sidratul Munthaha dalam semalam. Dan lain lain mukjizat para nabi yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi zamannya.
Ada perbedaan yang menonjol antara mukjizat Rasulullah saw dengan mukjizat nabi-
nabi sebelum Muhammad saw mengandung paksaan mental untuk mempercayainya, sedang
mukjizat Rasullah saw bersifat rasional ilmiyah. Al-Qur’an sebagai mukjizat Rasulullah yang
terbesar yang sedang kita bahas pada bab ini merupakan kitab suci, bebas dari paksaan mental
untuk memaksanya beriman. I’jaz Al-Qur’an menurut al-Thabathaba’i minimal ada tujuh (7)
macam dan dalam al Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an sebanyak sebelas (11) macam.
Berikut ini i’jaz al-Qur’an dalam Tafsir Mizan yaitu :
I’jaz al-ilmi, kemukjizatannya dalam bidang ilmu pengetahuan , karen aungkapan-ungkapan
nya mengandung sains, seni, sosial, politik, keuangan, kehakiman, perdagangan,
pertanian, pertahanan, sejarah, agama-agama, dan sebagainya.
I’jaz kepribadian nabi Muhammad saw.
Al-Qur’an mengungkapkan bahwa nabi adalah “ummiy”. Disini kita tidak
mempersoalkan perbedaan pendapat dikalangan ulama tentang ummiy itu, tetapi yang
jelas bahwa nabi sebagai seorang yang terkenal tidak dapat membaca dan menulis,
dengan lahirnya al-Quran yang begitu hebat menunjukkan betapa i’jaznya al-Quran
yang menunjukkan bahwa al-Quran itu benar-benar wahyu dari Allah Swt.
I’jaz al-ghaib;
Ungkapan al-Quran tentang;
Alam ghaib, seperti surga, neraka dan sebagainya. Ramalan-ramalan yang akan terjadi
didunia ini, dan ungkapan-ungkapan sejarah masa lalu tentang sejarah-sejarah nabi-nabi
dan rasul-rasul.
I’jaz al-tasyri’;
Syariat islam yang universal, serta hukum dan undang-undangnya yang sesuai dengan
perkembangan zaman. ‘Abd al-Razzaq Naufal mengungkapkan aneka i’jaz dalam
syariat sebgai berikut :
Pertama : Wahyu yang pertama turun adalah ketetapan syariat menetapkan hak
dan kewajiban manusia menuntut ilmu, serta kewajiban beriman kepada-Nya, dan ini adalah
proklamasi pertama didalam penetapan hak, kewajiban dan fardu bagi manusia.
Kedua : Al-Qur’an memproklamasikan hak asasi manusia sebagai makhluk
termulia dan terhormat dengan surah al-isra’ [17] : 70 ;
ْت ِمنَْ َو َرزَ ق َٰنَ ُهم َوٱلبَح ِْر ٱلبَ ِْر فِى َو َح َمل َٰنَ ُهمْ َءا َد َْم بَنِىْ َك َّرمنَا َولَقَد َّ
ِْ َٱلط ِي َٰب
ْى َوفَضَّل َٰنَ ُهم
َْٰ َعل
َ ْضيلْ َخلَقنَا ِم َّمنْ َكثِير ِ تَف
Dan sesungguh nya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka didaratan dan
lautan, Kami beri mereka rezeki dai yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
Ketiga : Al-Qur’an memproklamasikan persamaan ummat manusia keseluruhan
dalam kejadianya baik laki maupun perempuan,, sedang perbedaan bahasa, warna kulit,
tingkatan-tingkatan ekonomi adalah untuk menciptakan kesejahteraan ummat manusia sebagai
firman allah Swt. Dalam surah al-hujurat [49] : 13 ;
Keempat : Al-Qur’an datang menetapkan kemerdekaan individu manusia, dan
memperhatikan kehidupan manusia dengan menjaga dan memelihara jiwa manusia, maka
diungkapkan pada surah al-Isra’ [17] : 33;
Kelima : Al-Quran datang memberikan kebebasan dalam akidah, kepercayaan,
agama serta kebebasan berpendapat sebagaimana diungkapkan dalam surah al-Baqarah [2] :
256 ;
Keenam : sebagai lanjutan dari kemerdekaan berpendapat, maka al-Quran
menetapkan kewajiban berdakwah, amar ma’ruf dan nahi munkar, serta kewajiban membina
jamaah, masa kini dan masa yang akan datang sebagaimana firman allah swt pada surah Ali
‘Imran [3] :
Ketujuh : Al-Quran datang memberi hak secara khusus kepada perempuan,
sehingga perempuan tidak bergantung kepada akkidah dan kepercayaan suami, sebagaimana
firman Allah Swt dalam surah al-Tahrim [66] : 10-11 ;
Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang orang kafir.
Keduanya berada dibawah pengawasan dua orang hamba yang ssaleh diantara
hamba-hamba Kami, lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya, maka kedua
suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikitpun dari siksa Allah, dan
dikatakan kepada keduanya : “Masuklah ke neraka bersama orang orang yang
masuk neraka”. Dan allah membuat istri Fir’aun perumpamaan bagi orang orang
yang beriman, ketika ia berkata :”Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah villa
disisi mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari fir’aun dan perbuatannya dan
selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.
Kedelapan : Al-Quran datang menetapkan waris bagi perempuan dijadikan harta
warisan,surah al-Nisa [4] : 7 ;
“Bagi laki laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya,
dan bagi wanita ada hak bagian dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya,
baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan”
Kesembilan : Al-Quran datang untuk menetapkan juga hak-hak politik seperti
dalam berbai’at kepada Nabi atau Pemimpin, surah al-Mumtahanah [60] : 12 ;