SOAL:
I Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya
(QS At Tiin/95: 4)
Silahkan analisa penciptaan manusia tersebut sesuai dengan firman Allah SWT pada
QS Al-Mukminun/ 23: 12-14 dan QS Al-Baqarah/: 30
III Sumber ajaran islam adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan acuan
pedoman, dasar untuk menjalankan syari'at Islam
Selamat bekerja
jawaban
i. "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah
Allah, Pencipta Yang Paling Baik"(Qs. Al mu'minun/23: 12-14).
Mengutip buku Literasi Al-Qur'an di Sekolah Negeri karangan La Ode Ilman,
Tobroni, Ishomudin, Khozin, manusia hanya lumpur hitam yang bahan dasarnya
adalah air mani yang hina kemudian terbentuklah manusia yang berakal dan memiliki
hati. Selain itu, manusia pun diciptakan lewat pencampuran sel sperma dan sel telur
dari sepasang. Hal ini berkaitan dengan penjabaran sains dan disebutkan juga dalam
hadits Musnad Ahmad.
ii. Islam adalah ajaran yang syamil mutakamil (sempurna dan menyeluruh).
Syumuliyatul Islam artinya kesempurnaan Islam. Ajaran Islam menyeluruh meliputi
semua zaman, kehidupan, dan eksistensi manusia. Ia mengatur mulai urusan pribadi,
keluarga, masyarakat, hingga urusan negara. Islam juga mengatur masalah sosial,
budaya, ekonomi, politik, hukum, keamanan, pendidikan, bahkan masalah
lingkungan. Islam adalah agama yang mengatur urusan dunia dan akhirat. Rasulullah
SAW bersabda: "Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya."
iii. Al-quran adalah sumber hukum pertama umat islam yang berisi tentang akidah,
ibadah, peringatan, kisah-kisah yang dijadikan acuan dan pedoman hidup bagi umat
Nabi Muhammad SAW.
1.) Pertama, mencakup dan sekaligus menyempurnakan isi kitab-kitab suci terdahulu
yang masih asli.
Kedua, menyediakan petunjuk yang lengkap dan senantiasa siap dilibatkan dalam
dialog. Hukum-hukumnya sesuai kepentingan dan keperluan bangsa, serta kaum di
segala zaman dan tempat.
Ketiga, mempersamakan sekalian manusia dengan meniadakan kelas-kelas dalam
masyarakat. Yang diberi keistimewaan hanya yang paling bertakwa saja, bagaimana
pun statusnya,
Keempat, selalu tepat dalam segala yang dijanjikan dan diancamkan kepada manusia,
baik yang mutlak maupun yang terbatas.
Kelima, Alquran mempunyai uslub (struktur kalimat atau gaya bahasa) dan sifat
balaghah (keindahan bahasa) yang aneh, namun mengagumkan dan mampu
menerobos ke rongga-rongga jiwa.
Keenam, Memuliakan akal dan menjadikan sendi atau dasar untuk memahami
hukum, mengendalikan urusan, dan mengembangkan ilmu.
Ketujuh, memberi keleluasaan dan hak untuk memilih; menuntut balas dengan adil
terhadap orang yang berbuat tercela, atau memaafkannya dengan atau tanpa
kompromi.
Kedelapan, selalu menutup ayat-ayatnya dengan menyebut sifat-sifat Allah, seperti
‘alim, hakim, qadir, rahim, ghafur, dan sebagainya guna menghujamkan sifat-sifat
Allah ke dalam lubuk jiwa pendengarnya.
2.) Sumber hukum Islam yang kedua adalah hadits Rasulullah SAW. Secara bahasa
hadits didefinisikan sebagai ucapan atau perkataan, sedangkan menurut istilah, hadits
adalah ucapan, perbuatan, atau takrir Rasulullah SAW yang dicontoh oleh umatnya
dalam menjalani kehidupan.
Hadits sebagai sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur'an dijelaskan Allah
SWT dalam surah Al-Hasyr ayat 7 yang berbunyi,
َو َم ٓا ٰا ٰت ىُك ُم الَّرُسْو ُل َفُخ ُذ ْو ُه َو َم ا َنٰه ىُك ْم َع ْنُه َفاْنَتُهْو ۚا َو اَّتُقوا َهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َش ِد ْيُد اْلِع َقاِۘب
Artinya: "...Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah. Apa yang dilarangnya bagimu
tinggalkanlah. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya."
H. Aminudin dan Harjan Syuhada dalam bukunya yang berjudul Al-Qur'an Hadis
menjelaskan fungsi hadits adalah untuk menjelaskan ayat-ayat Al-Qur'an yang belum jelas
dan rinci, serta menafsirkan ayat yang umum, menjelaskan maknanya, memberi batas atau
syarat ayat Al-Qur'an yang mutlak, dan mengkhususkan yang umum.
Fungsi hadits sebagai sumber hukum Islam yang kedua bukan berarti menambahkan atau
menjelaskan apa yang terdapat dalam Al-Qur'an, namun hanya sekadar menetapkan,
memperkokoh, dan mengungkapkan kembali apa yang terdapat di dalamnya.
Hadits juga berfungsi sebagai penetapan hukum. Artinya, hadits berguna untuk menetapkan
hukum baru yang belum diatur dalam Al-Qur'an secara terperinci.
Hadits dalam segala bentuknya (qauli, fi'li, dan taqriri) juga dinyatakan sebagai suatu
kepastian hukum terhadap berbagai persoalan yang muncul dan tidak dapat ditemukan dalam
Al-Qur'an.
Contohnya adalah hadits yang menjelaskan zakat fitrah, di mana hal ini tidak dijelaskan
secara rinci dalam Al-Qur'an.
َأن َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَرَض َزَكاَة اْلِفْطِر ِم ْن َر َم َض اَن َع َلى الَّناِس َص اَعاِم ْن َتْم ٍر َأْو َص اًعا ِم ْن
)َش ِع ْيِر َع َلى ُك ِّل َح ٍر َأْو َع ْبِد َذ َك ٍر َأْو ُأْنَثى ِم َن اْلُم ْس ِلِم ْيَن (رواه مسلم
Ketatnya syarat berijtihad sampai memunculkan kesan yakni pintu ijtihad telah
tertutup. Padahal sejak masa sahabat Nabi Muhammad hingga saat ini, fenomena
ijtihad masih cukup dinamis.
Tujuan ijtihad menurut Nur Kholis dalam makalah berjudul 'Urgensi Ijtihad
Saintifik Dalam Menjawab Problematika Hukum Transaksi Kontemporer' adalah
untuk menjawab problematika transaksi kontemporer pada era global, dengan
rasional.
Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW memberikan tempat yang mulia kepada
mujtahid, walaupun mujtahid salah dalam berijtihad.
Dari 'Amr bin al-'As ra, ia mendengar Rasulullah SAW bersabda yang artinya,
"Apabila seorang hakim hendak menetapkan suatu hukum kemudian dia berijtihad
dan ternyata benar ijtihadnya, maka baginya dua pahala, dan apabila dia hendak
menetapkan hukum kemudian dia berijtihad dan ternyata salah ijtihadnya, maka
untuknya satu pahala".