Anda di halaman 1dari 8

Nama : Desy Kumalasari

NIM : 050455303
Jawaban Tugas 1 Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

1. Ibadah dibagi menjadi dua bentuk yaitu ibadah mahdlah dan ibadah ghairu mahdlah. Coba
jelaskan kedua pengertian berikut, serta berikan contoh masing-masing dari jenis ibadah
tersebut.
2. Tuliskan ayat dan tafsir yang menjelaskan tentang proses penciptaan manusia, serta jelaskan
tahapan penciptaan manusia menurut Al-Qur’an!
3. Al-Quran menyebutkan beberapa istilah untuk menyebut manusia. Jelaskan istilah-istilah
yang digunakan tersebut!
4. Manusia juga disebut sebagai khalifah. Jelaskan langkah-langkah yang dilakukan manusia
untuk merealisasikan peran sebagai khalifah!
5. Islam berjuang untuk tegaknya masyarakat yang beradab dan sejahtera. Jelaskan prinsip-
prinsip untuk menegakkan masyarakat yang beradab dan sejahtera!

Jawab :

1. Pengertian dan contoh ibadah mahdlah dan ibadah ghairu mahdlah.


– Ibadah mahdlah (dalam bahasa Arab, mahdhah artinya murni dan tidak tercampur dengan
apa pun ) adalah segala bentuk amalan yang pelaksanaannya (syarat, rukun, dan tata
caranya) sudah ditetapkan oleh nas Al-Quran atau hadis. Ibadah Mahdhah secara istilah
adalah ibadah yang secara umum tidak dapat diwakilkan, seperti ibadah badaniyah. Ibadah
badaniyah sendiri adalah ibadah murni yang berupa gerakan fisik, tanpa dicampuri
komponen lainnya. Untuk hal ini, contohnya yaitu salat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya.
– Ibadah Ghairu Mahdhah
"Ghairu mahdhah" artinya yang tidak murni atau sudah tercampur dengan hal lain. Dalam
perkara ini, ibadah ghairu mahdhah tidak diatur secara spesifik pelaksanaannya, namun bisa
menjadi ibadah karena ada niat ikhlas dari muslim bersangkutan. Beda dengan ibadah
Mahdhah, ibadah Ghairu Mahdhah secara umum dapat diwakilkan oleh orang lain. Contoh
ibadah ghairu mahdhah antara lain Membantu orang miskin yang membutuhkan, menolong
orang tua, menghijaukan lingkungan, mengikuti kerja bakti dll.

2. Ayat dan tafsir yang menjelaskan tentang proses penciptaan manusia antara lain dan
tahapan penciptaan manusia menurut Al-Qur’an
Asal mula penciptaan Manusia sebagai Khalifah di bumi
Ketika Allah akan menjadikan Adam, Allah berfirman kepada malaikat, sebagaimana
disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Dia berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui"

- Tafsir Surat Al- Baqarah ayat 30


M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah Jilid 1 menjelaskan, Allah SWT
menyampaikan keputusan-Nya kepada malaikat terkait penciptaan khalifah di bumi.
Penyampaian rencana itu penting, karena kelak malaikatlah yang akan diberi tugas
menyangkut manusia, seperti mencatat amal dan lainnya.Quraish Shihab menjelaskan,
ungkapan malaikat di ayat ini bukanlah karena mereka keberatan atas rencana-Nya,
melainkan murni hanya bertanya."Pertanyaan (malaikat) itu hanya dimaksudkan untuk
meminta penjelasan dan keterangan tentang hikmah yang terdapat di dalam (ketetapan
manusia menjadi khalifah bumi)-nya," demikian penjelasan tafsirnya.
Menukil Tafsir Ibnu Katsir, Allah SWT mengabarkan malaikat akan rencana-Nya dalam
mengutus khalifah bumi juga tergolong sebagai penghormatan kepada manusia. Sebab,
Dia telah membicarakan mereka di depan malaikat (yang merupakan makhluk suci)
bahkan sebelum manusia itu sendiri diciptakan. Setelah malaikat mendengar ketetapan-
Nya tersebut, mereka bertanya tentang makna penciptaan khalifah. Mereka mengira, Dia
akan menciptakan khalifah yang merusak dan menumpahkan darah. Padahal ada malaikat
yang senantiasa bertasbih, memuji dan dan menyucikan Allah SWT. Lanjut diterangkan
Ibnu Katsir, dengan pertanyaan malaikat tersebut, Allah SWT menjawab singkat tanpa
membenarkan dan menyalahkannya. Bisa jadi karena di antara khalifah yang diciptakan
itu, memang ada yang berbuat kerusakan dan pertumpahan darah.Namun Dia hanya
berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui," sebagaimana
Ibnu Katsir jelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia sebagai khalifah lantaran
ada kemaslahatan besar dibanding kerusakan yang dikhawatirkan malaikat. Untuk itu,
orang-orang yang dimaksud penciptaan manusia sebagai khalifah di bumi pada ayat ini,
Tafsir Tahlili Kementerian Agama (Kemenag) Jilid 1 artikan sebagai makhluk yang
melaksanakan berbagai perintah-Nya, memakmurkan bumi, juga memanfaatkan apapun
yang ada di dalamnya.
Penciptaan manusia pertama yang dikenal dengan nama Nabi Adam ‘Alaihissalam
tersebut kemudian disusul dengan penciptaan manusia kedua yang menjadi pasangan
nabi Adam. Hal itu dapat dibaca pada Al-Quran surah An-Nisa: 1 berikut ini:
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan
kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Bertawakalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan
( peliharalah hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasimu” (QS. An-Nisa: 1)

1. ) Manusia pertama diciptakan dari tanah


diterangkan dalam Al- Qur’an surat Al–Mu’minun ayat 12-14 bahwa manusia diciptakan
oleh Allah SWT dari sari pati tanah, maksudnya proses kejadian manusia itu berasal dari
sari pati tanah yang menghasilkan berbagai jenis makanan yang kemudian dikonsumsi
oleh manusia.

Artinya : “Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. (QS. Al-Mu’minun: 12)

Artinya: “Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim).” (QS. Al-Mu’minun: 13)

Artinya: “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”
(QS. Al-Mu’minun : 14).
Tafsir Surat Al-Mu’minun ayat 12-14
- Tafsir Al-Muyassar: Dan kemudian kami menciptakan anak keturunannya secara turun
temurun dari setetes air nuthfah, yaitu air mani lelaki yang keluar dari tulang sulbi
mereka, lalu menetap dalam rahim-rahim kaum wanita.Kemudian kami menciptakan
nuthfah itu menjadi alaqah, yaitu gumpalan darah merah. Lalu selepas 40 hari, Kami
menciptakan alaqah itu menjadi mudghah, yaitu gumpalan daging sebesar satu suapan
yang dikunyah. Kemudian kami menciptakan gumpalan daging yang lunak itu menjadi
tulang-tulang. Lalu kami membungkus tulang-tulang itu dengan daging, dan setelah itu
Kami ciptakan dia menjadi makhluk ( dalam bentuk yang berbeda ) dengan meniupkan
ruh padanya. Maha berkah Allah yang memperindah ciptaan untuk segala sesuatu.

2. ) Manusia selanjutnya tercipta dari proses pembuahan sperma dan ovum


Karena melakukan perbuatan dosa saat berada di dalam surga, maka manusia pertama
yakni Nabi Adam dan istrinya pun dihukum dengan diusir oleh Allah SWT dari surga ke
bumi. Selanjutnya proses penciptaan/perkembangbiakan manusia berlangsung dengan
cara pembuahan sel sperma (pria) dengan sel ovum (wanita) dalam perkawinan.
Dalil dalam Al Quran dapat dibaca pada surah Al-Insan ayat 2 berikut ini

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang
bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu
Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” (QS. Al-Insan: 2)
Juga dapat dilihat ada pada QS. At-Thariq ayat 6-7

Artinya: “Dia diciptakan dari air yang dipancarkan." (QS. At-Thariq: 6)

Artinya : "Yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.”
(QS. At-Thariq: 7).
Juga pada QS. Al-Qiyamah ayat 37-38 seperti berikut ini:

Artinya: “Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim)," (QS.
Al-Qiyamah: 37)

"kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan
menyempurnakannya,” (QS. Al-Qiyamah: 38)
Penciptaan manusia hanyalah sebagian kecil dari kekuasaan Allah Subhanahu wata’ala
yang terlebih dahulu telah menciptakan alam semesta tempat manusia dan berbagai
makhluk lainnya hidup.
Tafsir surat Al-Insan ayat 2
- Tafsir Al-Muyassar
Seungguhnya Kami menciptakan manusia dari setetes air yang merupakan gabungan
antara sperma laki-laki dan sperma perempuan. Kami mengujinya dengan beban-beban
syariat sesudah itu, karena itu Kami membuatnya mendengar dan melihat agar dia
mendengar ayat-ayat dan melihat bukti-bukti. Sesungguhnya Kami menjelaskan dan
mengenalkan kepadanya jalan hidayah dan kesesatan, kebaikan dan keburukan agar dia
menjadi Mukmin yang bersyukur atau kafir yang pengingkar
- Tafsir Al-Mukhtashar
Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dari air mani yang bercampur dari air lelaki
dan air perempuan, Kami mengujinya dengan beban taklif yang kami wajibkan atasnya,
lalu Kami jadikan ia bisa mendengar dan melihat agar dia menjalankan syariat yang kami
bebankan kepadanya.

Proses Penciptaan Manusia Menurut AlquranPerbesa.


1. Tahapan Primordial
Pada tahapan ini dijelaskan bahwa manusia diciptakan pertama kali dari saripati tanah dan
diberikan ruh dengan bentuk yang sempurna. Fakta ini dijelaskan dalam surat Al Mu’minun ayat
14 ditemukan kata sulalah yang diartikan para ulama sebagai tanah. Itu tentunya dilakukan oleh
Allah pada manusia pertama yaitu Nabi Adam.
Sedangkan penciptaan Hawa sebagai wanita pertama disebutkan dalam Alquran surat An Nisa
ayat 1 yang artinya:
Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu
(Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya.
Hal tersebut ditegaskan oleh Rasulullah dalam hadits riwayat Imam Bukhari. Rasulullah SAW
bersabda, “Berilah nasihat yang baik kepada para wanita karena mereka diciptakan dari tulang
rusuk yang bengkok.” Jadi, dapat disimpulkan bahwa Hawa diciptakan dari tulung rusuk Nabi
Adam.
2. Tahapan Biologi
Tahapan ini menjelaskan proses penciptaan fisik manusia mulai dari air mani hingga menjadi
janin dalam kandungan. Proses ini terdiri dari berbagai fase yaitu nutfah, alaqah, mudgah, tulang
belulang, dan peniupan ruh. Berikut penjelasan singkat dari masing-masing fase tersebut:

 Nuthfah (Air Mani)


Dalam tafsir Al Misbah, nutfah diartikan sebagai pancaran mani yang keluar dari alat kelamin
pria dan mengandung ratusan juta benih yang dikenal sebagai sperma. Sebagaimana disebutkan
dalam surat As-Sajdah ayat 9 yang artinya: kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati
air yang hina (air mani).

 Alaqah (Segumpal darah)


Ibnu Juazi dalam kitab Zad Al Masir berpendapat alaqah artinya darah yang menggumpal dan
kental yang menggantung pada dinding rahim. Secara harafiah, alaqah juga diartikan sebagai
lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah. Mengutip buku Embriologi dalam
Alquran oleh Kiptiyah dan Nurwakhidah, untuk menjadi segumpal darah diperlukan waktu 40
hari setelah bertemunya sperma dan sel telur. Dari proses tersebut, menghasilkan sel tunggal yang
dikenal sebagai zigot yang berkembang menjadi gumpalan daging. Zigot inilah yang melekat
pada dinding rahim seperti akar kokoh yang menancap di tanah. Untuk tumbuh kembangnya,
zigot mendapatkan zat penting dari tubuh ibu dengan menyerap sari-sarinya.

 Mudgah (Segumpal daging dan dibalut dengan tulang belulang)


Mudgah adalah segumpal daging atau tempat pembentukan janin. Fase ini dimulai kira-kira pada
minggu keempat masa kehamilan. Menurut Encyclopedia Americana, minggu keempat
merupakan awal pembentukan anggota tubuh manusia mulai dari kepala, tubuh, hingga kaki, yang
berasal dari segumpal daging menjadi tulang-tulang rawan.

 Fase pembungkusan tulang dan daging


Berbagai penelitian ilmiah menunjukkan bahwa perkembangan janin dalam rahim ibu sama persis
sebagaimana yang disampaikan dalam Alquran. Di fase ini, embrio mengalami perubahan bentuk
dari yang sebelumnya hanya segumpal daging sampai akhirnya berbalut kerangka atau tulang.
Para ahli embriologi berpendapat bahwa tulang dan otot terbentuk bersamaan. Didahului oleh
tulang rawan embrio yang mengeras. Setelahnya, sel-sel otot di jaringan sekitar tulang dapat
melindungi embrio tersebut.

 Insya (Peniupan ruh)


Menurut tafsir Ibnu Katsir, firman Allah dalam surat Al Muminun ayat 14 yang berbunyi,
“Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain,” artinya Allah meniupkan ruh di
dalam janin sehingga ia menjadi makhluk berbentuk lain yang mempunyai pendengaran,
penglihatan, rasa, akal, dan juga gerakan.Peniupan roh oleh Allah merupakan puncak dari segala
proses penciptaan manusia. Sebab fase ini menandakan adanya sesuatu yang dianugerahkan
kepada manusia yang menjadikannya berbeda dari makhluk ciptaan Allah lain-Nya.

3. Al-Quran menyebutkan beberapa istilah untuk menyebut manusia antara lain


1.) Sebagai Insan
Kata Insan , berasal dari kata al-Uns dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 65 kali dan tersebar
dalam 43 surat. Insandapat diartikan secara etimologis adalah harmonis, lemah lembut, tampak
atau pelupa. Kata insan digunakan dalam al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia dengan
seluruh totalitasnya, jiwa dan raganya. Kata ini dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 73 kali. Di
antaranya terdapat dalam surat an-Nisa’ ayat 28.
2.) Sebagai Basyar
Basyar dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 36 kali .Tersebar dalam 26 surat. Secara etimologi
Basyar berarti kulit kepala, wajah, atau tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut.Makna
etimologis dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki segala sifat
kemanusiaan dan keterbatasan,seperti makan, minum, kebahagiaan dan sebagainya
3.) Sebagai An-Nas
Kata An-Nas dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 241 kali dan tersebar dalam 55 surat. Kata an-
Nas menunjuk manusia sebagai makhluk social dan kebanyakan digambarkan sebagai kelompok
manusia tertentu yang sering melakukan mafsadah .
4.) Sebagai Bani Adam
Bani Adam di sebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 9 kali. Di antaranya pada surat Yasin ayat 60.
Adam di dalam al-Qur’an mempunyai pengertian manusia dengan keturunannya yang
mengandung Pengertian basyar, insan dan an-nas. Kata Bani Adam lebih ditekankan pada aspek
amaliah manusia, sekaligus pemberi arah ke mana dan dalam bentuk apa aktivitas itu dilakukan.

4. langkah-langkah yang dilakukan manusia untuk merealisasikan peran sebagai khalifah


1.) Memahami nilai
Mengenal nilai yang diajarkan oleh Allah menjadi prasayarat menjadi khalifah. Tuntutan
mempelajari ilmu ( wahyu ) Allah merupakan kewajiban yang palin pertama sebelum
kewajiban-kewajiban lainnya. Seperti yang diketahui bahwa wahyu yang pertama diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah untuk mempelajari isi yang diwahyukan
kepadanya ( perhatikan kandungan surat Al – Alaq (96):1-5). Ilmu Allah disini dimaksudkan
Al-Quran. Nilai yang diungkap dalam Al-Quran adalah nilai yang absolut.
2. ) Pengembangan nilai
Islam mengajak agar setiap orang menyampaikan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain
sesuai dengan kadar kemampuan dan profesinya.Perintah untuk mengembangkan nilai ilahiah
ditegaskan oleh Nabi dalam sabdanya. Sampaikan ( informasi) dari saya ini, walaupun hanya
satu ayat.Mengenai ilmu yang hendak diajarkan oleh khalifatullah adalah ilmu Allah yang
diwahyukan yaitu Al-Quran atau ilmu kauniah(kealaman). Adapun strategi dalam
pengembangan nilai ilahiah dimulai dari diri sendiri selanjutnya lingkungan kerabat dan
masyarakat luas.
3. ) Membudayakan nilai-nilai Illahiah
Ilmu Allah yang telah diketahui itu bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain, akan
tetapi yang utama dan pertama adaah untuk diri sendiri, keluarganya kemudian teman dekat,
baru orang lain (masyarakat). Proses pembudayaan berjalan sebagaimana yang dialami oleh
proses pembentukan kepribadian dan juga proses iman. Wujud pembudayaan ilmu Allah ialah
tercapainya pola hidup dan situasi kehidupan sebagaimana yang dicontohkan nabi. Dengan
demikian , sunnah rasul merupakan contoh perwujudan pembudayaan ilmu.
Memperhatikan beberapa prinsip yang dikemukakan di atas, maka tergambarlah tugas sebagai
khalifah di muka bumi. Apa yang dilakukan tidak hanya untuk kepentingan pribadi dan tidak
pula bertanggung jawab kepada diri sendiri saja. Tetapi semua yang dilakukannya adalah
untuk kebersamaan semua umat manusia sebagai hamba Allah. Tentang hal tersebut yaitu
pertanggung jawaban kepada Allah berkaitan dengan diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

5. prinsip-prinsip untuk menegakkan masyarakat yang beradab dan sejahtera


1.) Keadilan
Menegakkan keadilan merupakan kemestian yang bersifat fitrah yang harus diteggak oleh setiap
individu sebagai pengejawantahan dari perjanjian primordial dimana manusia mengakui Allah
sebagai Tuhannya, Keadilan merupakan sunatullah dimana Allah menciptakan alam semesta ini
dengan prinsip keadilan dan keseimbangan.
2.) Supremasi Hukum
Keadilan sepertiyang disebutkan diatas harus dipraktekan dalam semua aspek kehidupan.
Dimulai dari menegakkan hukum. Menegakkan hukum yang adil merupakan amanah yang
diperintahkan utuk dilaksanakan kepada yang berhak. Dalam usaha mewujudkan supremasi
hukum , kita harus menetapkan hukum kepada siapapun tanpa pandang bulu.
3. ) Egalitarianisme ( Persamaan )
Masyarakat madani tidak melihat keutamaan atas dasar keturunan, ras, etnis dll melainkan atas
prestasi. Karena semua manusia dihargai bukan karena geneologis melainkan atas dasar prestasi
yang dalam bahasa Al-Quran adalah taqwa..
4. ) Pluralisme
Pluralisme adalah sikap dimana kemajemukan merupakan sesuatu yang harus diterima sebagai
bagian dari realitas obyektif. Pluralisme harus disertai dengan sikap yang tulus bahwa
keberagaman merupakan bagian dari karunia Alllah. Kesadaran pluralisme itu kenudian
diwujudkan untuk bersikap toleran dan saling menghargai.
5.) Pengawasan sosial
Manusia secara fitrahnya adalah baik dan suci, maka kejahatan bukan karena inheren di dalam
dirinya akan tetapi lebih disebabkan oleh faktor luar. Karena itu, agar manusia tetap berada
dalam kebaikan sebagaimana fitrahnya diperlukan adanya pengawasan sosial. Pengawasan sosial
harus didasarkan atas prinsip fitrah manusia baik sehingga senantiasa bersikap husnu al-dzan.
Pengawasan sosial harus berdiri atas asas-asas tidak bersalah sebelum terbukti sebaliknya

Anda mungkin juga menyukai