NIM: 051623633
Jurusan: Ilmu Komunikasi
Tugas 1 Pendidikan Agama Islam
1. Ibadah dibagi menjadi dua bentuk yaitu ibadah mahdlah dan ibadah ghairu
mahdlah. Coba jelaskan kedua pengertian berikut, serta berikan contoh
masing-masing dari jenis ibadah tersebut.
2. Tuliskan ayat dan tafsir yang menjelaskan tentang proses penciptaan
manusia, serta jelaskan tahapan penciptaan manusia menurut Al-Qur’an!
3. Al-Quran menyebutkan beberapa istilah untuk menyebut manusia. Jelaskan
istilah-istilah yang digunakan tersebut!
4. Manusia juga disebut sebagai khalifah. Jelaskan langkah-langkah yang
dilakukan manusia untuk merealisasikan peran sebagai khalifah!
5. Islam berjuang untuk tegaknya masyarakat yang beradab dan sejahtera.
Jelaskan prinsip-prinsip untuk menegakkan masyarakat yang beradab dan
sejahtera!
1. Sebagai hamba Allah SWT. Maka seluruh sikap dan perbuatan atau amal
perbuatan kita selama 24 jam adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. dalam
Al-Qur’an disebutkan : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku.” (Q.S. 51 Adz Dzaariyaat 56), “Dan sembahlah
Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (Q.S. 15 Al Hijr 99).
Oleh karena itu, ibadah di klasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1). Ibadah Mahdhah
Ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah
ditetapkan Allah baik tata cara dan perincian-perinciannya (sifat, waktu, tempat
dan lainnya). Dengan prinsip : Harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari
Al-Qur’an maupun Hadis. Tata caranya harus berpola kepada apa yang
dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Ibadah mahdhah memiliki sifat supra rasional
yang berarti ibadah mahdah tidak diukur melalui logika melainkan diukur dari
adanya wahyu Allah. Ukuran rasional atau pemikiran menggunakan akal hanya
untuk memahami hikmah dari pelaksanaan ibadah mahdhah tersebut. Jadi sah
tidaknya pelaksanaan ibadah mahdhah tidak ditentukan dari pemahaman akan
ibadah tersebut melainkan berdasarkan ketentuan syariat. Inilah mengapa ibadah
mahdhah memiliki rukun dan syarat tertentu yang sangat ketat. Menambah atau
mengurangi, termasuk berimprovisasi dalam perkara pokok ini, berarti bid’ah.
Mengimani, mematuhi, dan melaksanakan perkara pokok agama, pada prinsipnya,
bersifat ta’abbudi. Tidak perlu bertanya kenapa shalat dhuhur empat rakaat, shalat
subuh dua rakaat. Kenapa haji harus di kota Mekkah. Tidak perlu kritis kenapa
puasa mulai fajar sampai maghrib. Improvisasi dalam perkara ushul terlarang,
karena sifatnya ibadah mahdhah.
Dalam Ibadah Mahdhah ini berlaku kaidah ushul fiqih:
َاَأْلْص ُل ِفى ْالِعَباَد ِة َالَّتْح ِرْيُم َو اْلَبْطُل ِإَّال َم ا َج اَء ِبِه الَّد ِلْيِل َعلَى َاَو اِم ِر ِه
“Hukum asal dalam beribadah adalah haram dan batal kecuali yang ada dalil yang
memerintahkan”
َأْلْص ُل ِفي ْاَألْش َياِء ْاِإل َباَحِة َح َّتى َيُدَّل الَّد ِلْيُل َع َلى الَّتْح ِر ْيِم
“Pada dasarnya segala sesuatu itu hukumnya diperbolehkan sepanjang tidak ada
dalil yang menunjukkan keharamannya.”
1). Al-Mu’minun
َٰل
َو َلَقْد َخ َلْقَنا ٱِإْل نَٰس َن ِم ن ُس َلٍة ِّم ن ِط يٍن
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah”-12
ۚ ُثَّم َخ َلْقَنا ٱلُّنْطَفَة َع َلَقًة َفَخ َلْقَنا ٱْلَع َلَقَة ُم ْض َغ ًة َفَخ َلْقَنا ٱْلُم ْض َغ َة ِع َٰظ ًم ا َفَك َس ْو َنا ٱْلِع َٰظ َم َلْح ًم ا ُثَّم َأنَش ْأَٰن ُه َخ ْلًقا َء اَخ َر
َفَتَباَر َك ٱُهَّلل َأْح َس ُن ٱْلَٰخ ِلِقيَن
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta
Yang Paling Baik.”-14
2). Al-Insan
ِإَّنا َخ َلْقَنا ٱِإْل نَٰس َن ِم ن ُّنْطَفٍة َأْم َش اٍج َّنْبَتِليِه َفَجَع ْلَٰن ُه َسِم يًۢع ا َبِص يًرا
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang
bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena
itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.”-2
3). Ar-Rahman
َخ َلَق ٱِإْل نَٰس َن ِم ن َص ْلَٰص ٍل َك ٱْلَفَّخ اِر
Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar.
- Adapun tafsir tafsir dari surah surah diatas yang menjelaskan tentang proses
pencipataan manusia:
1). Al-Mu’minun
“Dan kemudian Kami menciptakan anak keturunannya secara turun-temurun
dari setetes air nuthfah, yaitu air mani lelaki yang keluar dari tulang sulbi
mereka, lalu menetap dalam Rahim-rahim kaum wanita.” (Tafsir al-Muyassar)
“Lalu Kami menciptakan anak keturunannya berkembang biak dari air mani
yang tersimpan kokoh dalam rahim hingga waktu kelahirannya.” (Tafsir al-
Mukhtashar)
“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat
yang kokoh yaitu rahim dalam perut perempuan.” (Tafsir al-Wajiz)
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia janin yang berbentuk sempurna yaitu berupa
makhluk dengan bentuk lain. Kemudian Kami tiuapkan ruh ke dalamnya
sehingga lahir dalam keadaan hidup. Maka Agung dan Maha Suci Allah dalam
kekuasaan dan hikmah-Nya. Pencipta dan Penguasa Yang paling baik. Alkhalq
adalah berubungan dengan pengadaan dan pentakdiran, yang dimaksud di sini
adalah makna kedua” (Tafsir al-Wajiz)
2). Al-Insan
“Kemudian Allah menciptakan manusia, dan menjadikan penciptaannya
melalui beberapa tahap; dimulai dengan air mani yang merupakan air yang
hina, lalu air itu menetap di rahim, lalu bertemu dan bercampur dengan sel
telur; hingga ia melewati tahap-tahap penciptaannya. Kemudian ia dilahirkan
sebagai makhluk yang sempurna, dapat mendengar dan melihat. Dan hikmah
dari penciptaan ini adalah sebagai ujian dan cobaan.” (Tafsir Al-
Munawwarah)
3). Ar-Rahman
“Ini merupakan nikmat-nikmat Allah yang Dia anugerahkan kepada para
hambaNya, dimana Dia memperlihatkan kepada mereka di antara bukti
KuasaNya dan keindahan ciptaanNya, dengan “menciptakan” bapak moyang
“manusia” yaitu Nabi Adam, “dari tanah kering seperti tembikar,” maksudnya
dari tanah basah yang telah Dia kokohkan sampai kering sehingga kemudian
menjadi tanah yang memiliki kekeringan dan suara seperti suara tembikar,
yaitu tanah yang terbakar.”-(Tafsir as-Sa’di)
3. Manusia dalam al-Qur’an disebut dengan beberapa nama, di antaranya dengan sebutan
al-insu ( ( اإلوسsebanyak 17 kali, dengan kata al-insan ( ( اإلوسانsebanyak 64 kali,
dan bentuk jamaknya yaitu unas ( ( أواسsebanyak 5 kali, dan annas ( الى**اس
(sebanyak 114 kali. Kata ―manusia‖ juga menjadi nama surat, satu surat al-Insan
( ( اإلوسانdan satu lagi surat an-Nas ( (الىاس. Selain itu, manusia juga disebut di
dalam Al-Qur’an dengan kata al-basyar ) ) البش**رsebanyak 37 kali, al-mala’ (
(المألsebanyak 17 kali, al-anam ( ( األوامsebanyak 1 kali, al-bariyah ( ( البريةsebanyak
2 kali, dan bani Adam ( ( آدم بىىsebanyak 3 kali.
4. Dalam islam, manusia adalah khalifah yakni sebagai wakil, pengganti atau duta
tuhan di muka bumi.dengan kedudukannya sebagai khalifah Allah swt dimuka
bumi, manusia akan dimintai tanggungjawab dihadapannya. Tentang bagaimana
ia melaksanakan tugas suci kekhalifahannya. Oleh sebab itu dalam melaksanakan
tanggungjawab itu manusia dilengkapi dengan berbagai potensi seperti akal
pikiran yang memberikan kemampuan bagi manusia berbuat demikian.
menjadi khalifah bukan berarti harus memiliki kekuasaan tertinggi atau menjadi
pemimpin dunia. Sebagai khalifah, setiap individu memiliki peran untuk menjaga
keseimbangan dan keharmonisan di bumi ini. Oleh karena itu, diperlukan beberpa
Langkah yang dapat diambil:
1). Mengembangkan teknologi ramah lingkungan: Manusia dapat
mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan, seperti energi terbarukan,
kendaraan listrik, dan teknologi pengolahan limbah yang lebih efisien.
2). Mengembangkan ekonomi berkelanjutan: Manusia dapat mengembangkan
ekonomi yang berkelanjutan dengan cara memanfaatkan sumber daya alam secara
bijak dan memperhatikan dampak lingkungan dari kegiatan ekonomi.
3). Menjaga lingkungan hidup: Manusia dapat menjaga lingkungan hidup dengan
cara mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya, mengurangi sampah
plastik, dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
4).Menghargai keanekaragaman hayati: Manusia dapat menghargai
keanekaragaman hayati dengan cara menjaga keberadaan spesies-spesies yang
terancam punah, mengurangi perburuan liar, dan menghentikan pengambilan
hewan dan tumbuhan dari habitat alaminya.
5). Meningkatkan kesadaran lingkungan: Manusia dapat meningkatkan kesadaran
lingkungan dengan cara memberikan edukasi dan informasi tentang pentingnya
menjaga lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati.
Referensi:
1. https://iainambon.ac.id/ojs/ojs-2/index.php/JTI/article/view/4848
2. https://www.ambiummusalman.com/manusia-dalam-al-quran-perbedaan-
makna-dan-fungsi-dari-tujuh-istilah-manusia-dalam-al-quran/
3. https://media.neliti.com/media/publications/285121-manusia-sebagai-
khalifah-dalam-persfekti-a463de5e.pdf