Anda di halaman 1dari 10

Tugas 1

Berikut adalah soal Tugas ke-1 yang wajib Anda kerjakan. Bacalah pertanyaan dengan
cermat kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut.

1. Ibadah dibagi menjadi dua bentuk yaitu ibadah mahdlah dan ibadah ghairu
mahdlah. Coba jelaskan kedua pengertian berikut, serta berikan contoh
masingmasing dari jenis ibadah tersebut.
2. Tuliskan ayat dan tafsir yang menjelaskan tentang proses penciptaan manusia,
serta jelaskan tahapan penciptaan manusia menurut Al-Qur’an!
3. Al-Quran menyebutkan beberapa istilah untuk menyebut manusia. Jelaskan
istilah-istilah yang digunakan tersebut!
4. Manusia juga disebut sebagai khalifah. Jelaskan langkah-langkah yang dilakukan
manusia untuk merealisasikan peran sebagai khalifah!
5. Islam berjuang untuk tegaknya masyarakat yang beradab dan sejahtera. Jelaskan
prinsip-prinsip untuk menegakkan masyarakat yang beradab dan sejahtera!

Selamat mengerjakan tugas, perhatikan batas waktu pengiriman tugas, pastikan bahwa
tugas Anda sudah terkirim, dan file jawaban tugas dalam bentuk doc/docx/pdf hanya
diunggah pada tempat unggah tugas pada Tuton ini.
JAWAB TUGAS 1
NAMA : SITI FARIKA ARDIANTI
NIM : 051328983

1. Ibadah menurut Bahasa berarti melayani,patuh,tunduk.


Sedangkan menurut Terminologis adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang
dicintai dan diridhoi oleh Allah SWT baik ucapan maupun perbuatan,yang dhahir
maupun yang bathin.
Ibadah dibagi menjadi dua bentuk yaitu ibadah mahdlah dan ibadah ghairu mahdlah
a) Ibadah Mahdlah adalah ibadah yang syarat,rukun, dan tata cara mengerjakannya
telah ditetapkan oleh Alquran atau hadis (dan apabila syaratnya tidak terpenuhi
maka, ibadahnya dianggap tidak sah atau batal)yang disampaikan perintahnya
kepada nabi Muhammad Saw untuk dijalankan olehnya dan juga seluruh
kaumnya.
Jenis ibadah Muhdlah yaitu :
- Ibadah Badaniyah yaitu ibadah yang dikerjakan jasmani seperti Wudhu,
Tayamum, Mandi wajib, Sholat.
- Ibadah Maliyah yaitu ibadah yang dikerjakan dengan harta seperti Zakat, Infak
dan Qurban
- Ibadah Badaniyah Wa Maliyah yaitu ibadah yang dikerjakan dengan jiwa raga
dan juga harta benda. Seperti ibadah Haji dan Umrah.

Contoh dari ibadah Mahdlah antara lain Wudhu, Tayamum ,Shalat, Zakat.
Puasa, Infak,Qurban, Haji dan Umrah dan sebagainya.

b) Ibadah Ghairu Mahdlah adalah bisa dikatakan ibadah umum atau segala bentuk
perbuatan yang mendatangkan kebaikan yang dilakukan dengan Ikhlas karna
Allah SWT.
Terdapat prinsip atas ibadah Ghairu Mahdlah yaitu
- Keberadaanya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang.
- Tata pelaksanaanya tidak perlu berpola pada conton Rasulullah karna dalam
ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” atau jika ada yang
menyebutnya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya
disebut bid’ah hasanah , sedangkan dalam ibadah Mahdah disebut bid’ah
dhalalah.
- Bersifat Rasional,ibadah bentuk ini baik buruknya, atau untung ruginya,
manfaat atau mudharatnya dapat ditentukan oleh akala tau logika. Sehingga
jika menurut logika buruk,merugikan dan madharat maka tidak boleh
dilakukan.
- Asasnya Bermanfaat, selama oitu bermanfaat.
Contoh dari ibadah Ghairu Mahdlah yaitu Menolong orang tua, menjauhi gibah,tidak
melakukan jual beli barang yang haram, tidak menipu , tidak memanipulasi perhitungan
timbangan, tidak mengerjakan suap, tidak melakukan pekerjaan riba dan sebagainya.

Sumber : www.elzeno.id

2. Berikut merupakan ayat alquran tentang proses penciptaan manusia

‫سل َل ة ِم ن ا ِلْ ن َسانَ خَل قَنا َ َولَقَد‬ُٰ ‫ۚ ي ن م ن‬


ِ ِ‫ط‬
َ ‫خ لق ا ا نَشَأ ُٰنه ث م ل‬
‫ح ما ا‬ َ ‫خ َر‬ ُٰ
َ ‫اركَ ا‬
َ َْ‫َب‬ َ ‫قرَْ ا ر ف ي ِ ن طفَة َجع لَ ُٰنه ث م ا َح َسن الل فت‬ َ ‫ۚ مكِ ي ن‬
ُّ ‫علقَ َْ ة الن‬
‫طفَةَ خَل قَنَا ث م‬ َ َ ‫ِظ ما ا لم ضغَةَ فخََْ ل قَنا َ م ضغَة ا لعَلَقَةَ فخََْ َل قنا‬ ُٰ ‫َس ونا َ ع‬ ُٰ ‫لع‬
َ ‫ِظ َم فَك‬
َ‫ق ي ن‬ ُٰ ‫ا‬
ِ ‫لخ ِل‬

Artinya :
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah.”
“ Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim).”
“ Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”
[QS Al-Mu’minun: 12-14]

Dalam Al-Qur’an, proses penciptaan manusia dijelaskan dalam beberapa tahapan. Berikut
adalah tahapan penciptaan manusia menurut Al-Qur’an:

1. Tahap sesetes Mani (nuthfah)


Kata nuthfah yang Allah SWT gunakan dalam al-Qur’an menunjuk kepada sel reproduksi
(gamet). Secara bahasa (Arab), nuthfah berarti air dalam jumlah yang sangat sedikit, dengan
ukuran satu hingga beberapa tetes saja. Al-Qur’an menggunakan istilah ini untuk
mengindikasikan gamet, baik laki-laki (sperma) maupun perempuan (ovum).

2. Tahap Nuthfah Amsyaj


Ungkapan nuthfah amsyaaj yang Allah SWT gunakan dalam al-Qur’an merujuk pada sel
reproduksi. Secara bahasa (Arab) memiliki makna, air dengan jumlah satu hingga beberapa
tetes. Al-Qur’an menggunakan kata ini untuk mengindikasikan gamet, baik laki-laki (sperma)
maupun perempuan (ovum).
Kata benda (ism) nuthfah muncul dalam bentuk mufrad (singular), sementara kata sifat
amsyaaj muncul dalam bentuk jamak (plural). Bentuk jamak digunakan untuk
mengindikasikan bahwa pencampuran terjadi pada lebih dari dua unsur (baca: jumlah dalam
Bahasa Arab memiliki tiga bentuk: mufrad, mutsanna [dual]), dan jamak.

Sumber : https://kalam.sindonews.com/read/811709/70/7-tahapan-penciptaan-manusia-
inipenjelasan-al-quran-dan-sains-1656432385

3. Istilah yang digunakan untuk menyebut manusia dalam alquran yaitu

M.Quraish Shihab menggolongkan terminologi manusia dalam al-Qur’an menjadi tiga 1) term
yang berasal dari akar huruf alif- nun dan sin seperti insan, ins, nas dan unas. 2)term basyar.
3), term bani Adam atau zurriyyah Adam. Ketiga term tersebut (basyar, insan, nas)
menunjukkan bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki tiga aspek, yaitu aspek
biologis, pasikologis dan sosial.

1) Kata Basyar,

Kata ini terdiri atas huruf ba‘syin dan ra‘ berarti sesuatu yang tampak baik dan indah.
Manusia disebut basyar karena yang tampak adalah kulitnya yang indah yang berbeda dengan
binatang. Kata basyar di dalam al-Qur’an memberi referensi pada manusia bahwa ia adalah
makhluk biologis yang sering dikaitkan dengan rutinitasnya, seperti makan, minum, seks, dan
usaha pemenuhan kebutuhan biologisnya.Pengertian manusia yang satu ini tersirat dalam ayat
berikut:

(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu
makan,dan meminumdari apa yang kamu minum. (Al-Mukminun: 33)

Maryam berkata: “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum
pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun.” (Ali Imran: 37)
Ketika manusia sebagai basyar yang berkaitan dengan unsur materi, secara otomatis manusia
tunduk (musayyar) pada takdir Ilahi di alam sebagaimana makhluk lain.

2) Kata insan. Kata ini di dalam al-Qur’an dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:

• kata insan yang dikontekskan dengan kata khalifah (pemikul amanah) yang diberi
ilmu, diajari dengan pena, al-Qur’an dan al-bayan. Ketika manusia telah mengetahui
sesuatu, ia wajib menggunakan inisiatif moral insaninya untuk menciptakan tatanan
yang baik
• kata insan yang dikaitkan dengan predisposisi negatif, bahwa manusia cenderung
lalim
(zalam), ingkar (kufr), tergesa-gesa (‘ajul), bakhil (qatur), bodoh (jahul), membantah
(jadal), gelisah dan enggan menolong, tidak berterimakasih (kanud), melampaui batas
(tagha) dan mengingkari hari akhir
• kata insan yang dikaitkan dengan proses penciptaannya, bahwa manusia diciptakan
dari tanah liat, saripati tanah dan tanah. Dalam term ini, al-Qur’an menjelaskan proses
kejadian manusia sama dengan term basyar, di dalamnya terpadu antara unsur basyari
dan insani yang seimbang dan proporsional. Secara umum, kata insan menunjuk sifat
pasikologis dan spiritual manusia.

3) kata al-nas menunjuk manusia sebagai makhluk sosial.

Bentuk pengertian manusia ini penunjukannya dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

• menunjuk karakter kelompok sosial, seperti kelompok mukmin, musyrik dan lain-lain.
Dalam konteks ini, kata al-Nas sering dikaitkan dengan ungkapan wa min al-nas;
(lihat surat Al-Baqarah: 8, 165, 200, 204.)
• menunjuk kualitas kelompok sosial, seperti rendah, baik dari segi ilmu, keimanan
maupun rasa syukur serta lengah. Dalam konteks ini, kata al-Nas sering dikaitkan
dengan ungkapan aksar al-nas ; (Al-Nisa: 66, al-A‘raf: 3, 10, Yunus: 92.)
menegaskan bahwa petunjuk al-Qur’an tidak hanya untuk manusia secara
individu, tetapi juga secara sosial. Dalam konteks ini, kata al-Nas sering dihubungkan
dengan petunjuk atau al-Kitab. (Al-Nisa: 170, Ibrahim: 1, al-Nur: 35, al-Hadid: 25.)

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan
menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang
diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan
ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. “ (Al-
Hijr: 28-29)

Sumber : https://www.almursi.com/penyebutan-istilah-dan-pengertian-manusia-dalam-
alquran/
4. Dikutip dari buku Khalifah Fil Ardhi karya Arif Zulkifli, secara bahasa, khalifah berarti
menggantikan atau menenmpati tempatnya. Khalifah juga memiliki arti wakil Nabi
Muhammad, kepala negara Islam, serta penguasa maupun pengelola. Khalifah adalah
pengganti Allah SWT dimuka bumi untuk menjalankan hukum hukum Allah SWT.

Adapun Langkah - Langkah yang dilakukan manusia untuk merealisasikan perannya


sebagai khalifah antara lain :
1) Menjaga Keadilan
Masih mengutip dari sumber yang sama, bahwa tugas manusia sebagai khalifah adalah
untuk memutuskan perkara secara adil. Manusia sebagai khalifah diharapkan untuk
mengamalkan keadilan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam hubungan sosial,
ekonomi, dan politik.
Allah SWT berfirman dalam surah Sad ayat 26,
‫ع ن َسب‬َ َ‫ضْل ك‬ ِ ‫ق َولَْ تتَ ِب ِع ا ل َه ُٰوى ف َي‬ ِ ‫اس ِبا ل َح‬ ِ ‫رض فَا حك م ب َينَ الن‬ِ َْ‫فى ا ل‬ِ ‫ان ا َجع لَ ُٰنكَ َخ ِل يفَة‬
ِ ‫يُٰداَ ٗود‬
٢٦ ࣖ ‫ب‬
ِ ‫وم ا لحِ َسا‬
َ ‫ي‬َ ‫نس وا‬ َ ‫يضَْ ُّل ونَ عَ ن َسب ِي ِل ال ِل لَه م‬
َ ‫عذاَبٌ َش ِد يدٌ ِۢ ِب َما‬ ِ َ‫ِي ِل ال ِل ا ِن ال ِذ ين‬
Artinya: "(Allah berfirman,) "Wahai Daud, sesungguhnya Kami menjadikanmu khalifah
(penguasa) di bumi. Maka, berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan hak dan
janganlah mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat,
karena mereka melupakan hari Perhitungan.""

2) Menjadi Pemimpin
Menurut Usep Badruzzaman dalam bukunya Aku Memilih Bahagia, tugas manusia
sebagai khalifah adalah menjadi pemimpin yang siap mengemban amanah. Pemimpin
yang dimaksud harus memiliki sifat pantang menyerah, berani, bertanggung jawab,
cerdas, kuat, santun, dan bersahaja.
3)Menjaga Lingkungan
Tugas manusia sebagai khalifah adalah memelihara bumi atau menjaga lingkungan agar
menjadi tempat tinggal yang aman, ujar Moh. Matsna dalam bukunya Pendidikan Agama
Islam: Al-Quran Hadis.
Islam mengajarkan perlunya menjaga keberlanjutan alam semesta dan memelihara
keindahan ciptaan Allah SWT. 4) Beribadah dan Mengenal Allah SWT
Dikutip dari buku Al-Fatihah: Model Sistem Kehidupan Muslim karya Setiadi Ihsan,
tugas manusia sebagai khalifah adalah beribadah kepada Allah SWT dan memperdalam
pengetahuan tentang-Nya.
Allah SWT berfirman dalam surah Al An'am ayat 162-163,

ْ‫شرَْ يكَ َلهٗ َوبِ ُٰذلِكَ ِام‬


ِ َْ‫ ل‬١٦٢ ْ َْ َ‫ب ا ل ُٰعلَ ِم ين‬ َ َ ‫صلََْ ت ي ِ َونسْكِ ي َو َم حيا‬
ِ ‫ي َو َم َمات ي ِ ِل ِْ ِل َر‬ َ ‫ق ل ا ِن‬
َ۠
١٦٣ َ‫رت َوانَا َ ا َول ا لم سل ِِم ين‬

Artinya: "Katakanlah (Nabi Muhammad), "Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan


matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya.
Itulah yang diperintahkan kepadaku. Aku adalah orang yang pertama dalam kelompok
orang muslim."

Sumber : detikhikmah

5. Adapun prinsip – prinsip untuk menegakkan Masyarakat yang beradab dan Sejahtera
adalah :

a) Keadilan

Keadilan merupakan Sunnatullah dimana Allah menciptakan alam semesta ini dengan
prinsip keadilan dan keseimbangan. Didalam AL-Qur’an keadilan itu dsebut sebagai
hukum keseimbangan yang menjadi hukum jagat raya. Karena itu setiap praktik
ketidakadilan merupakan bentuk penyelewengan dari hakikat kemanusiaan yang dikutuk
oleh Al-Qur’an. Didalam Al-Qur’an surah At-Takaatsur dan Al-Humaazah mengatakan
,yang Artinya

“kamu telah dilalaikan dengan perlombaan ( Memperbanyak harta benda dan anak-anak ).
Sehingga kamu masuk kubur. Sekali-kali jangan begitu, kalau kamu mengetahui dengan
ilmu yang yakin. Sesungguhnya kamu akan melihat neraka. Kemudian sesungguhnya
kamu akan melihatnya.dengan mata keyakinan. Kemudian kamu akan diperiksa pada hari
itu tentang segala nikmat ( yang kamu peroleh dari Tuhanmu ) “.

( QS At-Takaatsur 1-8 )

b) Supremasi Hukum
Keadilan seperti disebutkan diatas harus dipraktikkan dalam semua aspek kehidupan. Dimulai
dari menegakkan hukum. Menegakkan hukum yang adil merupakan amanah yang
diperintahkan untuk dilaksanakan kepada yang berhak. Allah SWT Berfirman Yang artinya :
“ sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menunaikan amanah kepada yang berhaknya
dan apabila kamu menghukum diantara manusia, maka hendaklah kamu hukum dengan adil,
sesungguhnya Allah sebaik-baik mengajar kepadamu. Sesungguhnya Allah maha mendengar
lagi maha melihat

“ ( QS. An-Nisaa’ : 58 )
Maka dalam usaha penegakan supremasi hukum itu, kita harus menetapkan hukum kepada
siapa pun tanpa pandang bulu. Allah Berfirman yang artinya :
“ Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu berdiri karena Allah, menjadi saksi dengan
keadilan. Janganlah kamu tertarik karena kebencianmu terhadap suatu kaum, sehingga kamu
tidak berlaku adil. Berlaku adillah karena keadilan itu lebih dekat kepada taqwa dan takutlah
kepada Allah. Sesungguhnhya Allah maha mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan “.

( QS Al-Maai’dah : 8 )
Atas dasar itulah maka Rasulullah SAW menyatakan dengan tegas bahwa hancurnya
bangsabangsa dimasa lalu karena jika orang diatas melakukan kejahatan dibiarkan, tetapi jika
orang bawah melakukannya pasti dihukum. Rasulullah menegaskan bahwa jika seandainya
putrinya Fatimah melakukan kejahatan maka beliau akan menghukumnya seuai dengan hukum
yang berlaku.

Rasulullah SAW Bersabda :


“ Sebenarnya hancurnya mereka sebelum kamu karena mereka menegakkan hukum atas
rakyat jelata dan meninggalkan hukum atas orang besar. Demi dia, Allah yang jiwaku ada
ditangannya, seandainya Fatimah berbuat jahat pasti aku potong tangannya

“ ( HR Bukhari dan Muslim )


“ Sebenarnya hancurnya mereka sebelum kamu karena mereka menegakkan hukum atas
rakyat jelata dan meninggalkan hukum atas orang besar. Demi dia, Allah yang jiwaku ada
ditangannya, seandainya Fatimah berbuat jahat pasti aku potong tangannya

“ ( HR Bukhari dan Muslim )

c) Egalitarianisme
Artinya adalah persamaan, tidak mengenal system dinasti geneologis. Artinya adalah bahwa
masyarakat madani tidak melihat dari keutamaan atas dasar keturunan, ras, etnik dan lain
sebagainya. Melainkan atas prestasi. Dan bukan prestise. Didalam Al-Qur’an menyatakan
yang artinya :
“ wahai manusia sesungghnya aku telah menciptakan kaian dari jenis laki-laki dan
perampuan kemudian kami jadikan bersuku-suku, berbangsa-bangsa agar kalian saling kenal,
sesungghnya semulia-mulai kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa diantara kalian
“. ( QS AL-Hujuraat : 13 ).
Karena prinsip egalitarianism inilah, maka terwujud keterbukaan dimana seluruh anggota
masyarakat berpartisipasi untuk menetukan pemimpinnya dan dalam menentukan kebijakan
public.

d) Pluralisme
Pluralisme adalah sikap dimana kemajemukan sesuatu yang harus diterima sebagai bagian dari
realitas obyektif. Pluralism yang dimaksud tidak sebatas mengakui bahwa masyarakat itu plural
melainkan juga harus disertai dengn sikap yang tulus bahwa keberagaman merupakan bagian
dari karunia Alah dan rahmatnya karena akan memperkaya budaya melalui interaksi dinamis
dengan pertukaran budaya yang beraneka ragam itu.
Kesadaran pluralism itu kemudian diwujudkan untuk bersikap toleran dan saling menghormati
di antara sesame anggota yang berbeda baik berbeda dalam hal etnis, suku bangsa, maupun
agama. Hal ini dinyataka didalam Al-Qur’an yang artinya :
“ dan apabila Tuhanmu menghendaki niscaya semua manusia akan beriman kepada Allah ,
apakah engkau akan memaksa manusia sehingga mereka beriman “

. ( QS Yunus : 99 )

e) Pengawasan Sosial

Yang disebut dengan amal saleh pada dasarnya adalah suatu kegiatan demi kebaikan bersama.

Prinsip-prinsip diatas sebagai dasar pembentukan masyarakat madani merupakan suatu usaha
dan landasan bagi terwujudnya kebaikan bersama. Allah SWT Berfirman yang artinya :
“ ketika tuhanmu menjadikan keturunan anak Adam daripada tulang punggung mereka, dia
mempersaksikan dengan diri mereka sendiri. Allah Berfirman : bukankah Aku Tuhanmu ?
sahutnya : ya..kami menjadi saksi, supaya kamu jangan mengatakan dihari kiamat :
sesungguhnya kami lengah terhadap hal ini “.
( QS Al-A’raaf : 172 ) “ maka luruskanlah (
Hadapkanlah )mukamu kearah agama serta condong kepadanya, itulah fitrah Allah yang
dijadikan-NYa manusia sesuai dengan dia. Tiadalah bertukar perbuatan
Allah. Itulah itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya “.
( QS Ar-Ruum : 30 )
Karena manusia secara fitrah baik dan suci, maka kejahatan, maka kejahatan yang dilakukan
bukan karena inheren didalam dirinya akan tetapi disebabkanoleh factor-faktor luar yang
mempengaruhinya. Karena itu agar manusia dan warga tetap berada dalam kebaikan
sebagaimana fitrahnya, diperlukan adanya pengawasan social. Allah SWT Berfirman didalam
Al-Qur’an yang artinya :
“ Demi masa,. Sesungguhnya , manusia itu ada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang
beriman dan beramal shaleh dan saling berwasiat dengan kebenaran dan saling berwasiat
dengan kesabaran “.
( QS Al –Ashr : 1-3 )
Pengawasan sosial ini menjadi penting terutama ketika kekuatan baik , kekuatan uang , atau
kekuatan kekuasaan cenderung menyeleweng sehingga perwujudan masyarakat beradab dan
sejahtera hanya sebatas menjadi slogan saja. Pengawasan secara individu maupun lembaga
merupakan suatu keharusan dalam usaha pembentukan masyarakat beradab dan sejahtera.
Namun demikian, pengawasan tersebut harus didasarkan atas prinsip fitrah manusia baik
sehingga senantiasa bersikap “ husnu al-adzan “. Pengawasan sosial harus berdiri atas dasar
asas-asas tidak bersalah sebelum terbukti sebaliknya.

Sumber : Pembelajaranmu.com

Demikianlah jawaban dari saya pada tugas 1 sesi ke 3 kali ini

Saya ucapkan terimakasih

Anda mungkin juga menyukai