Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KELOMPOK

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


Manusia dalam islam

Disusun Oleh:
Anugrah Febriansyah Putra (A031221076)
Rifky Aimar Algiffary (A031221075)
Fadhel Rifkiadli (A031221081)
Ahmad Faraby Farid (A031221073)
Khairan Khatsira Abbas (A031221079)

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
MAKASSAR
2023
Dalam Alquran surat Az-Zumar ayat 6, telah disebutkan bahwa manusia diciptakan
dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan :

Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya
dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang
ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga
kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang
mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka
bagaimana kamu dapat dipalingkan?"

Fase Penciptaan Manusia

Alquran menggunakan istilah 'kegelapan' karena memang proses penciptaan


manusia dalam perut ibu terjadi di dalam rahim yang gelap. Dalam buku elektronik
Basic Human Embryology sebuah buku referensi utama dalam bidang embriologi,
fakta ini diuraikan sebagai berikut:

Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan yaitu, Pre-Embrionik, dua setengah
minggu pertama; embrionik, sampai akhir minggu kedelapan; dan Fetus atau janin,
dari minggu kedelapan sampai kelahiran.

Proses Penciptaan Manusia dalam Alquran

Di dalam ayat yang lainnya, Allah SWT juga menjelaskan tentang proses penciptaan
manusia secara runtut. Misalnya dalam QS. Al-Mu’minun : 12-14 :

(12) Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. (13)Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim).
(14) Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang
paling baik.”

Dalam ayat di atas, ada beberapa proses penciptaan manusia yang dapat dijelaskan
sebagaimana ayat di atas, yaitu :

• Sulalah min thin (Saripati Tanah)

Saripati tanah yang dimaksud adalah suatu zat yang berasal dari bahan makanan
(baik tumbuhan maupun hewan) yang bersumber dari tanah, yang kemudian dicerna
menjadi darah, kemudian diproses hingga akhirnya menjadi sperma.

• Nuthfah (Air Mani)

Makna asal kata ‘nuthfah’ dalam bahasa Arab berarti setetes yang dapat
membasahi. Dalam tafsir Al Misbah, yang dimaksud dengan nuthfah adalah
pancaran mani yang menyembur dari alat kelamin pria yang mengandung sekitar
dua ratus juta benih manusia, tetapi yang berhasil bertemu dengan ovum wanita
hanya satu.

Proses Penciptaan Manusia dari Fase ke Fase

• Alaqah (Segumpal Darah)

Alaqah diambil dari kata alaqa yang artinya sesuatu yang membeku, tergantung atau
berdempet. Sehingga dapat diartikan sebagai sesuatu yang bergantung di diding
rahim.

• Mudghah (Segumpal Daging)

Dalam ilmu kedokteran, ketika sperma pria bergabung dengan sel telur wanita
intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai zigot dalam
ilmu biologi ini akan segera berkembangbiak dengan membelah diri hingga akhirnya
menjadi segumpal daging. Melalui hubungan ini zigot mampu mendapatkan zat-zat
penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya

Proses Penciptaan Manusia Hingga Sempurna

• Idzam (Tulang atau Kerangka)

Di dalam fase ini embrio akan mengalami perkembangan dari bentuk sebelumnya
yang hanya berupa segumpal daging hingga berbalut kerangka atau tulang.

• Kisa Al-Idzam Bil-Lahim (Penutupan Tulang)

Pengungkapan fase ini dengan kisa yang berarti membungkus, dan lahm (daging)
diibaratkan pakaian yang membungkus tulang, selaras dengan kemajuan yang
dicapai embriologi yang menyatakan bahwa sel-sel tulang tercipta sebelum sel-sel
daging, dan bahwa tidak terdeteksi adanya satu sel daging sebelum terlihat sel
tulang.

• Insya (Mewujudkan Makhluk Lain)

Tahap ini menandakan bahwa ada sesuatu yang dianugerahkan kepada manusia
yang menjadikannya berbeda dari makhluk lainnya, yaitu ruh yang menjadikan
berbeda dengan makhluk lainnya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ٰۤ
‫سا ٓ ًء ۚ َوا‬ َ ِ‫ث مِ ْنه َما ِر َجا ًل َكثِي ًْرا َّون‬ ْ ‫يـاَيُّ َها النَّا س اتَّق ْوا َربَّكم الَّ ِذ‬
َّ َ‫ي َخلَقَك ْم ِم ْن نَّ ْفس َّوا حِ َدة َّو َخلَقَ مِ ْن َها زَ ْو َج َها َوب‬
‫ع َليْك ْم َرقِ ْيبًا‬َ َ‫ّللا كَا ن‬َ ٰ ‫ل ْر َحا َم ۗ ا َِّن‬ َ ْ ‫سا ٓ َءل ْونَ بِه َوا‬ ْ ‫ّللا الَّ ِذ‬
َ َ‫ي ت‬ َ ٰ ‫تَّقوا‬

"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari
diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya;
dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta
dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasimu."

(QS. An-Nisa' 4: Ayat 1)

Tujuan penciptaan manusia

Manusia diciptakan untuk beribadah hanya kepada Allah SWT.

َ ‫َو َما َخلَ ْقت ٱ ْل ِج َّن َوٱ ْ ِْل‬


ِ ‫نس ِإ َّل ِل َي ْعبد‬
‫ون‬

Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.

Sesuai yang dikemukakan pada ayat 56 QS. Az-zariat di atas, tujuan dari penciptaan
manusia di muka bumi ini adalah untuk beribadah hanya kepada Allah SWT. Hal ini
merupakan kewajiban setiap manusia mengingat dalam kalimat syahadat yang
merupakan dasar dan rukun islam pertama berisi pengakuan kepada Allah SWT.
sebagai Tuhan seluruh alam dan tiada Tuhan selain-Nya. Maka dari itu, ibadah
merupakan bentuk penyembahan kepada Allah SWT. Ibadah sendiri sudah di atur
dalam al-Qur’an dan Sunnah rasulullah SAW. dan semuanya harus diniatkan hanya
untuk Allah SWT. Niat ibadah yang tujukan pada pada hal selain Allah SWT. tidak
akan diterima sebagai ibadah yang sah bahkan bisa menjadi haram. Sebagai
tambahan, kegiatan duniawi namun jika diniatkan untuk ibadah Insya Allah dapat
bernilai pahala jika dilakukan secara benar dan serius.

Manusia sebagai khalifah


ٓ
ِ ‫َو ِإ ْذ قَا َل َربُّكَ ل ِْل َملَئِ َك ِة ِإنِى َجاعِل فِى ٱ ْْل َ ْر‬
َ ‫ض َخلِيفَةً ۖ قَال ٓوا أَت َ ْج َعل فِي َها َمن ي ْفسِد فِي َها َويَ ْسفِك ٱ ِلد َما ٓ َء َونَ ْحن ن‬
َ‫س ِبح ِب َح ْمدِك‬
َ‫َونقَدِس لَكَ ۖ قَا َل ِإن ِٓى أَ ْعلَم َما َل ت َ ْعلَمون‬

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya


Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS. Al-Baqarah [2]:
30)

Referensi : https://tafsirweb.com/290-surat-al-baqarah-ayat-30.html

Khalifah memiliki dua arti. Yang pertama secara umum adalah pemimpin umat. Yang
kedua adalah makhluk yang menggantikan makhluk sebelumnya. Karena tidak
semua orang menjadi pemimpin suatu umat, maka definisi kedua yang akan lebih
relevan jika menyangkut individu. Kehidupan selalu berputar. Hidup tidak akan selalu
di atas. Akan ada yang menggantikan posisi kita dalam stiap hal. Seorang anak
akan menjadi ayah. seorang ayah akan menjadi kakek lalu kehidupan dunia berhenti
setelah ajal menjemput. Maka dari itu sudah hal sepantasnya setiap orang
mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat. Jika tidak mampu, maka didiklah
generasi yang mampu meneruskan perjuangan kita. Jika belum mampu menghafal
al-Quran, maka didiklah anak-anak yang mampu mengafalnya. Karena dengan itu,
Insya Allah pahalanya akan mengalir kepada kita. mengingat adanya pahala yang
mengalir tersu (jariyah), mengajarkan suatu ilmu merupakan suatu ladang pahala
yang besar. Jika seseorang mengamalkan dan mengajarkan apa yang kita ajarkan,
Insya Allah kita akan mendapatkan pahala seperti apa yang diamalkan orang
tersebut tanpa menguranginya. Sesuai hadist

"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala
seperti pahala orang yang mengerjakannya." (Shahih Muslim).

Anda mungkin juga menyukai