1) Ibadah dibagi menjadi dua bentuk yaitu ibadah mahdlah dan ibadah ghairu
mahdlah. Coba jelaskan kedua pengertian berikut, serta berikan contoh
masing-masing dari jenis ibadah tersebut.
2) Tuliskan ayat dan tafsir yang menjelaskan tentang proses penciptaan manusia,
serta jelaskan tahapan penciptaan manusia menurut Al-Qur’an!
"(Kemudian Kami jadikan ia) manusia atau keturunan Adam (dari nuthfah) yakni air
mani (yang berada dalam tempat yang kokoh) yaitu rahim." (QS. Al-Mu'minun 23:
Ayat 13)
ُثَّم َخ َلْقَنا الُّنْطَفَة َع َلَقًة َفَخ َلْقَنا اْلَع َلَقَة ُم ْض َغ ًة َفَخ َلْقَنا اْلُم ْض َغ َة ِع ٰظ ًم ا َفَك َس ْو َنا اْلِع ٰظ َم َلْح ًم ا ُثَّم َاْنَش ْأٰن ُه َخ ْلًقا ٰا َخ َر ۗ َفَتٰب ـَر َك ُهّٰللا
َاْح َس ُن اْلٰخ ِلِقْيَن
summa kholaqnan-nuthfata 'alaqotang fa kholaqnal-'alaqota mudhghotang fa
kholaqnal-mudhghota 'izhoomang fa kasaunal-'izhooma lahmang summa angsya-
naahu kholqon aakhor, fa tabaarokallohu ahsanul-khooliqiin
"(Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah) darah kental (lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging) daging yang besarnya sekepal tangan (dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu Kami
bungkus dengan daging) menurut qiraat yang lain lafal 'Izhaaman dalam dua tempat
tadi dibaca 'Azhman, yakni dalam bentuk tunggal. Dan lafal Khalaqnaa yang artinya
menciptakan, pada tiga tempat tadi bermakna Shayyarnaa, artinya Kami jadikan
(kemudian Kami jadikan dia sebagai makhluk yang lain) yaitu dengan ditiupkan roh
ke dalam tubuhnya. (Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik) sebaik-
baik Yang Menciptakan. Sedangkan Mumayyiz dari lafal Ahsan tidak disebutkan,
karena sudah dapat diketahui dengan sendirinya, yaitu lafal Khalqan." (QS. Al-
Mu'minun 23: Ayat 14)
Tafsir: Ayat ini menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah, kemudian menjadi
air mani yang disimpan dalam rahim. Air mani tersebut kemudian berkembang
menjadi segumpal darah, segumpal daging, tulang belulang, dan akhirnya menjadi
makhluk yang berbentuk manusia.
b. Al-Hajj 22: 5
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ٰۤي
ـَاُّيَها الَّنا ُس ِاْن ُكْنـُتْم ِفْي َر ْيٍب ِّم َن اْلَبـْع ِث َفِا َّنـا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن ُتَر ا ٍب ُثَّم ِم ْن ُّنـْطَفٍة ُثَّم ِم ْن َع َلَقٍة ُثَّم ِم ْن ُّم ْض َغ ٍة
ٰۤل
ُّم َخ َّلَقٍة َّو َغْيِر ُم َخ َّلَقٍة ِّلـُنَبِّيَن َلـُك ْم ۗ َو ُنِقُّر ِفى اَاْل ْر َح ا ِم َم ا َنَش ٓاُء ِا ى َاَجٍل ُّمَس ًّمى ُثَّم ُنْخ ِر ُج ُك ْم ِط ْفاًل ُثَّم ِلَتْبُلُغ ْۤو ا
ٰۤل
َاُش َّد ُك ْم ۚ َوِم ْنُك ْم َّم ْن ُّيَتَو ّٰف ى َوِم ْنُك ْم َّم ْن ُّيَر ُّد ِا ى َاْر َذ ِل اْلُع ُم ِر ِلَكْياَل َيْع َلَم ِم ْۢن َبْع ِد ِع ْلٍم َش ْيـًئـاۗ َو َتَر ى اَاْل ْر َض َها ِم َد ًة
ْۢن ۤا
َفِا َذ َاْنَز ْلَنا َع َلْيَها اْلَم ٓاَء اْهَتَّزْت َو َرَبْت َو َا َبـَتْت ِم ْن ُك ِّل َز ْو ٍۢج َبِهْيٍج
yaaa ayyuhan-naasu ing kungtum fii roibim minal-ba'si fa innaa kholaqnaakum
ming turoobing summa min nuthfating summa min 'alaqoting summa mim
mudhghotim mukhollaqotiw wa ghoiri mukhollaqotil linubayyina lakum, wa
nuqirru fil-ar-haami maa nasyaaa-u ilaaa ajalim musammang summa nukhrijukum
thiflang summa litablughuuu asyuddakum, wa mingkum may yutawaffaa wa
mingkum may yuroddu ilaaa arzalil-'umuri likai laa ya'lama mim ba'di 'ilming
syai-aa, wa tarol-ardho haamidatang fa izaaa angzalnaa 'alaihal-maaa-ahtazzat wa
robat wa ambatat ming kulli zaujim bahiij
"(Hai manusia) yakni penduduk Mekah (jika kalian dalam keraguan) kalian
meragukan (tentang hari berbangkit, sesungguhnya Kami telah menciptakan
kalian) bapak moyang kalian, yaitu Adam (dari tanah, kemudian) Kami ciptakan
anak cucunya (dari setetes nuthfah) air mani (kemudian dari segumpal darah)
darah yang kental (kemudian dari segumpal daging) daging yang besarnya sekepal
tangan (yang sempurna kejadiannya) telah diberi bentuk berupa makhluk yang
sempurna (dan yang tidak sempurna) masih belum sempurna bentuknya (agar
Kami jelaskan kepada kalian) kemahasempurnaan kekuasaan Kami, yaitu supaya
kalian dapat mengambil kesimpulan daripadanya, bahwa Allah yang memulai
penciptaan dapat mengembalikan ciptaan itu kepada asalnya. (Dan Kami tetapkan)
kalimat ayat ini merupakan kalimat baru (di dalam rahim, apa yang Kami
kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan) hingga ia keluar (kemudian
Kami keluarkan kalian) dari perut ibu-ibu kalian (sebagai bayi) lafal Thiflan
sekalipun berbentuk tunggal tetapi makna yang dimaksud adalah jamak
(kemudian) Kami memberi kalian umur secara berangsur-angsur (hingga
sampailah kalian kepada kedewasaan) dewasa dan kuat, yaitu di antara umur tiga
puluh tahun sampai empat puluh tahun (dan di antara kalian ada yang diwafatkan)
yakni mati sebelum mencapai usia dewasa (dan ada pula di antara kalian yang
dipanjangkan umurnya sampai pikun) amat tua sehingga menjadi pikun (supaya
dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya).
Sehubungan dengan hal ini Ikrimah mengatakan, "Barang siapa yang biasa
membaca Alquran, niscaya ia tidak akan mengalami nasib yang demikian itu,
yakni terlalu tua dan pikun." (Dan kalian lihat bumi ini kering) gersang (kemudian
apabila telah Kami turunkan air atasnya, hiduplah bumi itu) menjadi hidup (dan
suburlah ia) hidup dengan suburnya (serta dapat menumbuhkan) huruf Min adalah
huruf Zaidah (berbagai macam tumbuh-tumbuhan) beraneka ragam tumbuhan
(yang indah) yakni yang baik."
(QS. Al-Hajj 22: Ayat 5)
Tahap ini menggambarkan proses kreatif manusia yang selangkah demi selangkah
dan kompleks. Hal ini menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT
sebagai Pencipta Yang Maha Suci.
َم ا َيْأِتْيِهْم ِّم ْن ِذ ْك ٍر ِّم ْن َّرِّبِہ ْم ُّم ْح َدٍث ِااَّل اْسَتَم ُعْو ُه َو ُهْم َيْلَع ُبْو َن
maa ya-tiihim ming zikrim mir robbihim muhdasin illastama'uuhu wa hum
yal'abuun
"Setiap diturunkan kepada mereka ayat-ayat yang baru dari Tuhan, mereka
mendengarkannya sambil bermain-main." (QS. Al-Anbiya 21: Ayat 2)
اَل ِهَيًة ُقُلْو ُبُهْم ۗ َو َا َس ُّر وا الَّنْج َو ىۖ اَّلِذ ْيَن َظَلُم ْو اۖ َهْل ٰهَذ ۤا ِااَّل َبَش ٌر ِّم ْثُلُك ْم ۚ َاَفَتْأُتْو َن الِّسْح َر َو َا ْنُتْم ُتْبِص ُرْو َن
laahiyatang quluubuhum, wa asarrun-najwallaziina zholamuu hal haazaaa illaa
basyarum mislukum, a fa ta-tuunas-sihro wa angtum tubshiruun
"hati mereka dalam keadaan lalai. Dan orang-orang yang zalim itu merahasiakan
pembicaraan mereka, "(Orang) ini (Muhammad) tidak lain hanyalah seorang
manusia (juga) seperti kamu. Apakah kamu menerimanya (sihir itu) padahal kamu
menyaksikannya?" (QS. Al-Anbiya 21: Ayat 3)
2. An-Nas
Sebutan an-nas terdapat hingga 240 kali pernyataan dalam Al-Qur'an yang secara
jelas menunjukkan bahwa suatu golongan atau golongan yaitu seluruh umat
manusia sebagai keturunan Nabi Adam alahi salam.
ٰۤي
َا ُّيَها الَّنا ُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبٓاِئَل ِلَتَع ا َر ُفْو اۗ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد ِهّٰللا َا ْتٰق ٮُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا
َع ِلْيٌم َخ ِبْيٌر
yaaa ayyuhan-naasu innaa kholaqnaakum ming zakariw wa ungsaa wa ja'alnaakum
syu'uubaw wa qobaaa-ila lita'aarofuu, inna akromakum 'ingdallohi atqookum,
innalloha 'aliimun khobiir
"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Maha Teliti." (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 13)
a. Memahaami Nilai
Nilai adalah ciri atau tujuan hidup seseorang atau kelompok sedemikian rupa
sehingga yang bersangkutan menghendaki agar sifat atau tujuan tersebut dapat
atau hendaknya terlaksana (Deliar Noer, 1983: 22-27). Dan ada dua nilai, yang
nilai yang bersifat fundamental atau mutlak, nilai-nilai tersebut tidak berubah
seiring berjalannya waktu dan zaman, dan nilai-nilai lainnya yang penting karena
hanya sekedar alat, sehingga cenderung lebih banyak berubah. Jika diganti
dengan alat yang lebih cocok dan lebih baik, maka ia berubah dan berubah total.
Memahami nilai-nilai yang diajarkan Allah merupakan prasyarat untuk
menjadi seorang khalifah. Kewajiban mempelajari ilmu tentang Tuhan (wahyu)
merupakan kewajiban yang pertama sebelum kewajiban lainnya. Sebagaimana
diketahui, wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam adalah perintah untuk menyelidiki apa yang diturunkan
kepadanya.
َو ا ْتُل َم ۤا ُاْو ِح َي ِاَلْيَك ِم ْن ِكَتا ِب َر ِّبَكۗ اَل ُم َبِّد َل ِلَك ِلٰم ِتٖه ۗ َو َلْن َتِج َد ِم ْن ُد ْو ِنٖه ُم ْلَتَح ًدا
watlu maaa uuhiya ilaika ming kitaabi robbik, laa mubaddila likalimaatih, wa
lang tajida ming duunihii multahadaa
b. Pengembangan Nilai
Dikatakan dalam Hadits bahwa sebaik-baiknya orang adalah orang yang
mempelajari dan mengajarkan Al-Qur'an. Dalam sabdanya, Nabi menekankan
perintah untuk mengembangkan nilai-nilai ketuhanan. Sampaikan (informasi) dari
saya, meskipun hanya satu kalimat. Adapun ilmu yang harus diajarkan atau
diberitakan oleh Khalifatullah adalah ilmu yang diturunkan Allah yaitu Al-Quran
atau kuinah (ilmu). Strategi pengembangan nilai-nilai ketuhanan tersebut di atas,
dimulai dari diri sendiri, kemudian masyarakat luas. Penekanan dakwah bukan
pada kuantitas, namun pada kualitas
َك ُبَر َم ْقًتا ِع ْنَد ِهّٰللا َاْن َتُقْو ُلْو ا َم ا اَل َتْفَع ُلْو َن
kaburo maqtan 'ingdallohi ang taquuluu maa laa taf'aluun
"(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak
kamu kerjakan." (QS. As-Saff 61: Ayat 3)
2. Supremasi Hukum
Menaati hukum yang adil merupakan kepercayaan yang diberikan kepada mereka
yang berhak atasnya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ٰۤل
ِاَّن َهّٰللا َيْأُم ُر ُك ْم َاْن ُتَؤ ُّد وا اَاْل ٰم ٰن ِت ِا ى َاْهِلَهاۙ َوِا َذ ا َح َك ْم ُتْم َبْيَن الَّن ا ِس َاْن َتْح ُك ُم ْو ا ِب ا ْلَع ْد ِل ۗ ِاَّن َهّٰللا ِنِعَّم ا َيِع ُظُك ْم
ِبٖه ۗ ِاَّن َهّٰللا َك ا َن َسِم ْيًع ۢا َبِص ْيًرا
innalloha ya-murukum ang tu-addul-amaanaati ilaaa ahlihaa wa izaa hakamtum
bainan-naasi ang tahkumuu bil-'adl, innalloha ni'immaa ya'izhukum bih, innalloha
kaana samii'am bashiiroo
Dalam upaya kita memperkuat supremasi hukum, kita harus memberikan hukum
kepada semua orang tanpa diskriminasi, bahkan kepada orang yang membenci
kita, kita harus tetap bersikap adil.
"Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena
Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap
suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena
(adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh,
Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Ma'idah 5:
Ayat 8)
3. Egalitarianism (Persamaan)
Bahwa masyarakat sipil tidak mengutamakan asal usul, ras atau etnis. Tapi
berdasarkan kinerja. Bukan gengsi, tapi prestasi. Karena seluruh manusia dan
anggota masyarakat dinilai bukan berdasarkan silsilah di atas, melainkan
berdasarkan prestasi, yang dalam Al-Qur'an adalah ketakwaan.
ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕىَل ِلَتَع اَر ُفْو اۚ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد ِهّٰللا َاْتٰق ىُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َع ِلْيٌم
13 - َخ ِبْيٌر
4. Pluralisme
Pluralisme Ini adalah sikap dimana keberagaman merupakan sesuatu yang
harus diterima sebagai bagian dari tujuan. Kemajemukan yang dimaksud tidak
hanya sebatas pengakuan terhadap kemajemukan masyarakat saja, namun harus
diiringi dengan sikap pengakuan terhadap kemajemukan masyarakat, namun juga
harus disertai dengan sikap ikhlas bahwa keberagaman adalah bagian dari
ketuhanan. hadiah dan rahmat-Nya karena memperkaya budaya melalui
komunikasi dan pertukaran yang dinamis. Budaya yang beragam.
Kesadaran akan pluralisme tersebut kemudian dipahami sebagai toleransi dan
saling menghormati antar anggota yang berbeda, tanpa memandang perbedaan
kebangsaan, suku, atau agama. Sikap toleransi dan saling menghormati ini
disebutkan dalam Al-Qur'an
Walau syā`a rabbuka la`āmana man fil-arḍi kulluhum jamī'ā, a fa anta tukrihun-
nāsa ḥattā yakụnụ mu`minīn
Karena manusia pada dasarnya baik dan suci, maka kejahatan yang dilakukan
bukanlah sesuatu yang wajar melainkan dipengaruhi oleh faktor luar. Oleh karena
itu, agar manusia dan warga negara tetap sehat sesuai fitrahnya, kepedulian sosial
menjadi penting.
Manajemen hubungan ini menjadi sangat penting ketika kekuatan hal-hal baik,
kekuatan uang atau kekuatan kekuasaan memungkinkan kemajuan pembangunan
dan kemajuan perkotaan hanyalah sebuah kata. Pengelolaan sosial baik
perorangan maupun perusahaan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
mewujudkan masyarakat sejahtera dan sejahtera.