Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 1 MKDU4221

Nama : Olga Evrilia


Nim : 047984604
Prodi : Ekonomi Syariah

1) Ibadah dibagi menjadi dua bentuk yaitu ibadah mahdlah dan ibadah ghairu
mahdlah. Coba jelaskan kedua pengertian berikut, serta berikan contoh
masing-masing dari jenis ibadah tersebut.

2) Tuliskan ayat dan tafsir yang menjelaskan tentang proses penciptaan manusia,
serta jelaskan tahapan penciptaan manusia menurut Al-Qur’an!

a. Surah Al-mu’minun : 12-14


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫َو َلَقْد َخ َلْقَنا اِاْل ْنَس ا َن ِم ْن ُس ٰل َلٍة ِّم ْن ِط ْيٍن‬


wa laqod kholaqnal-ingsaana ming sulaalatim ming thiin

"(Dan) Allah telah berfirman, (Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia)


yakni Adam (dari suatu sari pati) lafal Sulaalatin berasal dari perkataan Salaltusy
Syai-a Minasy Syai-i, artinya aku telah memeras sesuatu daripadanya, yang dimaksud
adalah inti sari dari sesuatu itu (berasal dari tanah) lafal Min Thiinin berta'alluq
kepada lafal Sulaalatin." (QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 12)

‫ُثَّم َجَع ْلٰن ُه ُنْطَفًة ِفْي َقَر ا ٍر َّمِكْيٍن‬


summa ja'alnaahu nuthfatang fii qoroorim makiin

"(Kemudian Kami jadikan ia) manusia atau keturunan Adam (dari nuthfah) yakni air
mani (yang berada dalam tempat yang kokoh) yaitu rahim." (QS. Al-Mu'minun 23:
Ayat 13)

‫ُثَّم َخ َلْقَنا الُّنْطَفَة َع َلَقًة َفَخ َلْقَنا اْلَع َلَقَة ُم ْض َغ ًة َفَخ َلْقَنا اْلُم ْض َغ َة ِع ٰظ ًم ا َفَك َس ْو َنا اْلِع ٰظ َم َلْح ًم ا ُثَّم َاْنَش ْأٰن ُه َخ ْلًقا ٰا َخ َر ۗ  َفَتٰب ـَر َك ُهّٰللا‬
‫َاْح َس ُن اْلٰخ ِلِقْيَن‬
summa kholaqnan-nuthfata 'alaqotang fa kholaqnal-'alaqota mudhghotang fa
kholaqnal-mudhghota 'izhoomang fa kasaunal-'izhooma lahmang summa angsya-
naahu kholqon aakhor, fa tabaarokallohu ahsanul-khooliqiin

"(Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah) darah kental (lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging) daging yang besarnya sekepal tangan (dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu Kami
bungkus dengan daging) menurut qiraat yang lain lafal 'Izhaaman dalam dua tempat
tadi dibaca 'Azhman, yakni dalam bentuk tunggal. Dan lafal Khalaqnaa yang artinya
menciptakan, pada tiga tempat tadi bermakna Shayyarnaa, artinya Kami jadikan
(kemudian Kami jadikan dia sebagai makhluk yang lain) yaitu dengan ditiupkan roh
ke dalam tubuhnya. (Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik) sebaik-
baik Yang Menciptakan. Sedangkan Mumayyiz dari lafal Ahsan tidak disebutkan,
karena sudah dapat diketahui dengan sendirinya, yaitu lafal Khalqan." (QS. Al-
Mu'minun 23: Ayat 14)

Tafsir: Ayat ini menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah, kemudian menjadi
air mani yang disimpan dalam rahim. Air mani tersebut kemudian berkembang
menjadi segumpal darah, segumpal daging, tulang belulang, dan akhirnya menjadi
makhluk yang berbentuk manusia.

b. Al-Hajj 22: 5
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ٰۤي‬
‫ـَاُّيَها الَّنا ُس ِاْن ُكْنـُتْم ِفْي َر ْيٍب ِّم َن اْلَبـْع ِث َفِا َّنـا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن ُتَر ا ٍب ُثَّم ِم ْن ُّنـْطَفٍة ُثَّم ِم ْن َع َلَقٍة ُثَّم ِم ْن ُّم ْض َغ ٍة‬
‫ٰۤل‬
‫ُّم َخ َّلَقٍة َّو َغْيِر ُم َخ َّلَقٍة ِّلـُنَبِّيَن َلـُك ْم ۗ  َو ُنِقُّر ِفى اَاْل ْر َح ا ِم َم ا َنَش ٓاُء ِا ى َاَجٍل ُّمَس ًّمى ُثَّم ُنْخ ِر ُج ُك ْم ِط ْفاًل ُثَّم ِلَتْبُلُغ ْۤو ا‬
‫ٰۤل‬
‫َاُش َّد ُك ْم ۚ  َوِم ْنُك ْم َّم ْن ُّيَتَو ّٰف ى َوِم ْنُك ْم َّم ْن ُّيَر ُّد ِا ى َاْر َذ ِل اْلُع ُم ِر ِلَكْياَل َيْع َلَم ِم ْۢن َبْع ِد ِع ْلٍم َش ْيـًئـاۗ  َو َتَر ى اَاْل ْر َض َها ِم َد ًة‬
‫ْۢن‬ ‫ۤا‬
‫َفِا َذ َاْنَز ْلَنا َع َلْيَها اْلَم ٓاَء اْهَتَّزْت َو َرَبْت َو َا َبـَتْت ِم ْن ُك ِّل َز ْو ٍۢج َبِهْيٍج‬
yaaa ayyuhan-naasu ing kungtum fii roibim minal-ba'si fa innaa kholaqnaakum
ming turoobing summa min nuthfating summa min 'alaqoting summa mim
mudhghotim mukhollaqotiw wa ghoiri mukhollaqotil linubayyina lakum, wa
nuqirru fil-ar-haami maa nasyaaa-u ilaaa ajalim musammang summa nukhrijukum
thiflang summa litablughuuu asyuddakum, wa mingkum may yutawaffaa wa
mingkum may yuroddu ilaaa arzalil-'umuri likai laa ya'lama mim ba'di 'ilming
syai-aa, wa tarol-ardho haamidatang fa izaaa angzalnaa 'alaihal-maaa-ahtazzat wa
robat wa ambatat ming kulli zaujim bahiij

"(Hai manusia) yakni penduduk Mekah (jika kalian dalam keraguan) kalian
meragukan (tentang hari berbangkit, sesungguhnya Kami telah menciptakan
kalian) bapak moyang kalian, yaitu Adam (dari tanah, kemudian) Kami ciptakan
anak cucunya (dari setetes nuthfah) air mani (kemudian dari segumpal darah)
darah yang kental (kemudian dari segumpal daging) daging yang besarnya sekepal
tangan (yang sempurna kejadiannya) telah diberi bentuk berupa makhluk yang
sempurna (dan yang tidak sempurna) masih belum sempurna bentuknya (agar
Kami jelaskan kepada kalian) kemahasempurnaan kekuasaan Kami, yaitu supaya
kalian dapat mengambil kesimpulan daripadanya, bahwa Allah yang memulai
penciptaan dapat mengembalikan ciptaan itu kepada asalnya. (Dan Kami tetapkan)
kalimat ayat ini merupakan kalimat baru (di dalam rahim, apa yang Kami
kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan) hingga ia keluar (kemudian
Kami keluarkan kalian) dari perut ibu-ibu kalian (sebagai bayi) lafal Thiflan
sekalipun berbentuk tunggal tetapi makna yang dimaksud adalah jamak
(kemudian) Kami memberi kalian umur secara berangsur-angsur (hingga
sampailah kalian kepada kedewasaan) dewasa dan kuat, yaitu di antara umur tiga
puluh tahun sampai empat puluh tahun (dan di antara kalian ada yang diwafatkan)
yakni mati sebelum mencapai usia dewasa (dan ada pula di antara kalian yang
dipanjangkan umurnya sampai pikun) amat tua sehingga menjadi pikun (supaya
dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya).
Sehubungan dengan hal ini Ikrimah mengatakan, "Barang siapa yang biasa
membaca Alquran, niscaya ia tidak akan mengalami nasib yang demikian itu,
yakni terlalu tua dan pikun." (Dan kalian lihat bumi ini kering) gersang (kemudian
apabila telah Kami turunkan air atasnya, hiduplah bumi itu) menjadi hidup (dan
suburlah ia) hidup dengan suburnya (serta dapat menumbuhkan) huruf Min adalah
huruf Zaidah (berbagai macam tumbuh-tumbuhan) beraneka ragam tumbuhan
(yang indah) yakni yang baik."
(QS. Al-Hajj 22: Ayat 5)

c. Tahapan penciptaan manusia menurut Al-Qur'an


Berdasarkan ayat di atas, tahapan penciptaan manusia menurut Al-Qur'an dapat
dijelaskan sebagai berikut :

1) Manusia diciptakan dari tanah .


2) Tanah ini menjadi benih dan disimpan di dalam rahim.
3) Air mani tumbuh menjadi bekuan darah.
4) Bekuan darah itu tumbuh menjadi segumpal daging.
5) Segumpal daging tersebut tumbuh menjadi tulang yang tertutup daging.
6) Seiring berjalannya waktu, manusia menjadi makhluk dengan wujud manusia.
7) Manusia dilahirkan sebagai bayi dan tumbuh menjadi dewasa.

Tahap ini menggambarkan proses kreatif manusia yang selangkah demi selangkah
dan kompleks. Hal ini menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT
sebagai Pencipta Yang Maha Suci.

SUMBER : BMP-MKDU4221 MODUL 1 KB1 DAN https://quran-id.com


tafsir al-jalalain

3) Al-Quran menyebutkan beberapa istilah untuk menyebut manusia. Jelaskan


istilah-istilah yang digunakan tersebut!
1. Basyar
Basyar merupakan gambaran material seseorang yang terlihat sedang makan,
berjalan dan memenuhi kebutuhan hidup. Dalam pengertian ini ditemukan orang
dalam Al'Quran dengan huruf yang berbeda sebanyak 35 kali. Dari definisi
tersebut, 25 ayat berbicara tentang “kemanusiaan” para rasul dan nabi, dimana 13
ayat di antaranya menggambarkan polemik rasul dan nabi dengan orang-orang
kafir, yang didalamnya terkandung muatan penghinaan orang-orang kafir terhadap
rasul dan nabi. dibawa, karena menurut mereka para rasul adalah orang-orang
yang serupa dengan mereka. Sejumlah ayat yangmengandung pengakuan bahwa
memang rasul-rasul adalah manusia yang sama seperti manusia-manusia lainnya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫َم ا َيْأِتْيِهْم ِّم ْن ِذ ْك ٍر ِّم ْن َّرِّبِہ ْم ُّم ْح َدٍث ِااَّل اْسَتَم ُعْو ُه َو ُهْم َيْلَع ُبْو َن‬
maa ya-tiihim ming zikrim mir robbihim muhdasin illastama'uuhu wa hum
yal'abuun
"Setiap diturunkan kepada mereka ayat-ayat yang baru dari Tuhan, mereka
mendengarkannya sambil bermain-main." (QS. Al-Anbiya 21: Ayat 2)

‫اَل ِهَيًة ُقُلْو ُبُهْم ۗ  َو َا َس ُّر وا الَّنْج َو ىۖ  اَّلِذ ْيَن َظَلُم ْو اۖ  َهْل ٰهَذ ۤا ِااَّل َبَش ٌر ِّم ْثُلُك ْم ۚ  َاَفَتْأُتْو َن الِّسْح َر َو َا ْنُتْم ُتْبِص ُرْو َن‬
laahiyatang quluubuhum, wa asarrun-najwallaziina zholamuu hal haazaaa illaa
basyarum mislukum, a fa ta-tuunas-sihro wa angtum tubshiruun

"hati mereka dalam keadaan lalai. Dan orang-orang yang zalim itu merahasiakan
pembicaraan mereka, "(Orang) ini (Muhammad) tidak lain hanyalah seorang
manusia (juga) seperti kamu. Apakah kamu menerimanya (sihir itu) padahal kamu
menyaksikannya?" (QS. Al-Anbiya 21: Ayat 3)

2. An-Nas
Sebutan an-nas terdapat hingga 240 kali pernyataan dalam Al-Qur'an yang secara
jelas menunjukkan bahwa suatu golongan atau golongan yaitu seluruh umat
manusia sebagai keturunan Nabi Adam alahi salam.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ٰۤي‬
‫َا ُّيَها الَّنا ُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبٓاِئَل ِلَتَع ا َر ُفْو اۗ  ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد ِهّٰللا َا ْتٰق ٮُك ْم ۗ  ِاَّن َهّٰللا‬
‫َع ِلْيٌم َخ ِبْيٌر‬
yaaa ayyuhan-naasu innaa kholaqnaakum ming zakariw wa ungsaa wa ja'alnaakum
syu'uubaw wa qobaaa-ila lita'aarofuu, inna akromakum 'ingdallohi atqookum,
innalloha 'aliimun khobiir

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Maha Teliti." (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 13)

3. Insan dan Al-Ins


Manusia juga sering disebut al-ins atau al-insan, kedua kata tersebut dalam
pengertian merupakan lawan dri binatang liar. Dalam al'quran, sekalipun
mempunyai akar kata yang sama, kedua kata tersebut mempunyai pengertian
sekaligus dan keistimewaan masing-masing.
Kata al-ins senantiasa dipertetangkan dengan kata al-jinn, yaitu sejenis
mahluk hidup yang diluar alam manusia. Sedangkan kata al-insan mengandung
pengertian makhaluk mukallaf ( ciptaan tuhan yang dibebani tanggung jawab),
pengemban Amanah dan khalifah Allah diatas muka bumi.
Sebutan al-insan pengertian ini ditemukan di 65 tempat dalam Al-Qur'an.
Penjelasan tersebut menunjukkan kekhasan dan ciri-ciri manusia dalam pengertian
tersebut. Pada ayat pertama yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam yaitu surat Al=alaq, al-insan disebutkan
sebanyak tiga kali, yaitu :
1. Yang menceritakan bahwa manusia itu diciptakan dari (segumpal darah )
2. Manusia dikatakan manusia memiliki keistimewaan, yaitu ilmu dan
3. Allah subhanahu wa ta’ala menggamabrkan bahwa manusia dengan segala
keistimewaannya telah melewati batas karena telah merasa puas dengan
yang ia miliki.

Allah subhanahu wa ta’’ala berfirman :

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,

 ‫َخ َلَق اِاۡل ۡن َس اَن ِم ۡن َع َل ۚ‌ٍق‬

Khalaqal insaana min 'alaq


2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

 ‫ِاۡق َر ۡا َو َر ُّبَك اَاۡلۡك َر ُۙم‬

Iqra wa rab bukal akram


3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,

 ‫اَّلِذ ۡى َع َّلَم ِباۡل َقَلِۙم‬

Al lazii 'allama bil qalam


4. Yang mengajar (manusia) dengan pena.

‫َع َّلَم اِاۡل ۡن َس اَن َم ا َلۡم َيۡع َلؕۡم‬



'Al lamal insaana ma lam y'alam
5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

SUMBER : BMP-MKDU4221 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


MODUL 2.32-34 KB3

4) Manusia juga disebut sebagai khalifah. Jelaskan langkah-langkah yang


dilakukan manusia untuk merealisasikan peran sebagai khalifah!

a. Memahaami Nilai
Nilai adalah ciri atau tujuan hidup seseorang atau kelompok sedemikian rupa
sehingga yang bersangkutan menghendaki agar sifat atau tujuan tersebut dapat
atau hendaknya terlaksana (Deliar Noer, 1983: 22-27). Dan ada dua nilai, yang
nilai yang bersifat fundamental atau mutlak, nilai-nilai tersebut tidak berubah
seiring berjalannya waktu dan zaman, dan nilai-nilai lainnya yang penting karena
hanya sekedar alat, sehingga cenderung lebih banyak berubah. Jika diganti
dengan alat yang lebih cocok dan lebih baik, maka ia berubah dan berubah total.
Memahami nilai-nilai yang diajarkan Allah merupakan prasyarat untuk
menjadi seorang khalifah. Kewajiban mempelajari ilmu tentang Tuhan (wahyu)
merupakan kewajiban yang pertama sebelum kewajiban lainnya. Sebagaimana
diketahui, wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam adalah perintah untuk menyelidiki apa yang diturunkan
kepadanya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫َو ا ْتُل َم ۤا ُاْو ِح َي ِاَلْيَك ِم ْن ِكَتا ِب َر ِّبَكۗ  اَل ُم َبِّد َل ِلَك ِلٰم ِتٖه ۗ  َو َلْن َتِج َد ِم ْن ُد ْو ِنٖه ُم ْلَتَح ًدا‬
watlu maaa uuhiya ilaika ming kitaabi robbik, laa mubaddila likalimaatih, wa
lang tajida ming duunihii multahadaa

"Dan bacakanlah (Muhammad) apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab


Tuhanmu (Al-Qur'an). Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya.
Dan engkau tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain kepada-Nya."
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 27)

b. Pengembangan Nilai
Dikatakan dalam Hadits bahwa sebaik-baiknya orang adalah orang yang
mempelajari dan mengajarkan Al-Qur'an. Dalam sabdanya, Nabi menekankan
perintah untuk mengembangkan nilai-nilai ketuhanan. Sampaikan (informasi) dari
saya, meskipun hanya satu kalimat. Adapun ilmu yang harus diajarkan atau
diberitakan oleh Khalifatullah adalah ilmu yang diturunkan Allah yaitu Al-Quran
atau kuinah (ilmu). Strategi pengembangan nilai-nilai ketuhanan tersebut di atas,
dimulai dari diri sendiri, kemudian masyarakat luas. Penekanan dakwah bukan
pada kuantitas, namun pada kualitas

c. Membudayakan nilai-nilai ilahiah


Ilmu Allah subhanahu wa ta’ala yang telah diketahui tidak hanya menular kepada
orang lain saja, namun yang terpenting dan pertama adalah kepada diri sendiri,
keluarga, kemudian kepada teman dekat dan kemudian kepada orang lain
(masyarakat). orang yang tidak mempergunakan ilmunya dikutuk oleh Allah
seperti firman Allah dalam Al-Qur'an

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫َك ُبَر َم ْقًتا ِع ْنَد ِهّٰللا َاْن َتُقْو ُلْو ا َم ا اَل َتْفَع ُلْو َن‬
kaburo maqtan 'ingdallohi ang taquuluu maa laa taf'aluun

"(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak
kamu kerjakan." (QS. As-Saff 61: Ayat 3)

Proses akulturasi dialami melalui proses pembentukan kepribadian dan juga


melalui proses kepercayaan. Wujud pembinaan ilmu tentang Tuhan adalah
tercapainya pola hidup dan situasi kehidupan seperti yang disampaikan oleh Nabi.
SUMBER REFERENSI : BMP-MKDU4221 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MODUL MODUL 2.40-41 KB3

5) Islam berjuang untuk tegaknya masyarakat yang beradab dan sejahtera.


Jelaskan prinsip-prinsip untuk menegakkan masyarakat yang beradab dan
sejahtera!
1. Keadilan
Perlindungan terhadap keadilan merupakan kebutuhan kodrati yang wajib
dilindungi oleh setiap orang sebagai wujud dari perjanjian asali dimana manusia
mengakui Allah subhanahu wa ta’ala sebagai Tuhannya. Keadilan merupakan
Sunnah Allah, dimana Allah menciptakan alam semesta dengan prinsip keadilan
dan keseimbangan. Dalam Al-Quran, keadilan disebut dengan hukum
keseimbangan, yaitu hukum alam semesta. Keadilan juga merupakan sikap yang
paling dekat dengan kesalehan. Oleh karena itu, ketidakadilan apa pun merupakan
bentuk penyimpangan dari fitrah kemanusiaan, yang sangat dikutuk oleh Al-
Qur'an. Sebagaimana telah Allah sampaikan dalam firman nya :
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

‫ِبْس ِم ِهّٰللا الَّرْح ٰم ِن الَّر ِح ْيِم‬


‫َاۡل ٰه ٮُك ُم الَّتَك اُثُۙر‬
Al haaku mut takathur
1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,
‫َح ّٰت ى ُزۡر ُتُم اۡل َم َقاِبَؕر‬
Hatta zurtumul-maqoobir
2. sampai kamu masuk ke dalam kubur.
‫َك اَّل َس ۡو َف َتۡع َلُم ۡو َۙن‬
Kalla sawfa ta'lamuun
3. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
‫ُثَّم َك اَّل َس ۡو َف َتۡع َلُم ۡو َؕن‬
Thumma kalla sawfa ta'lamuun
4. kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui.
‫َك اَّل َلۡو َتۡع َلُم ۡو َن ِع ۡل َم اۡل َيِقۡي ِؕن‬
Kalla law ta'lamuuna 'ilmal yaqiin
5. Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti,
‫َلَتَر ُو َّن اۡل َج ِح ۡي َۙم‬
Latara-wun nal jahiim
6. niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim,
‫ُثَّم َلَتَر ُو َّنَها َع ۡي َن اۡل َيِقۡي ِۙن‬
Thumma latara wunnaha 'ainal yaqiin
7. kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri,
‫ُثَّم َلـُتۡس َٔــُلَّن َيۡو َم ِٕٮٍذ َع ِن الَّنِع ۡي ِم‬
Thumma latus alunna yauma-izin 'anin na'iim
8. kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan
(yang megah di dunia itu). (Qs. At-takatsur 1-8)

2. Supremasi Hukum
Menaati hukum yang adil merupakan kepercayaan yang diberikan kepada mereka
yang berhak atasnya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
‫ٰۤل‬
‫ِاَّن َهّٰللا َيْأُم ُر ُك ْم َاْن ُتَؤ ُّد وا اَاْل ٰم ٰن ِت ِا ى َاْهِلَهاۙ  َوِا َذ ا َح َك ْم ُتْم َبْيَن الَّن ا ِس َاْن َتْح ُك ُم ْو ا ِب ا ْلَع ْد ِل ۗ  ِاَّن َهّٰللا ِنِعَّم ا َيِع ُظُك ْم‬
‫ِبٖه ۗ  ِاَّن َهّٰللا َك ا َن َسِم ْيًع ۢا َبِص ْيًرا‬
innalloha ya-murukum ang tu-addul-amaanaati ilaaa ahlihaa wa izaa hakamtum
bainan-naasi ang tahkumuu bil-'adl, innalloha ni'immaa ya'izhukum bih, innalloha
kaana samii'am bashiiroo

"Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya
kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi
pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 58)

Dalam upaya kita memperkuat supremasi hukum, kita harus memberikan hukum
kepada semua orang tanpa diskriminasi, bahkan kepada orang yang membenci
kita, kita harus tetap bersikap adil.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


‫ٰۤل‬ ‫ٰۤي‬
‫ـَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُك ْو ُنْو ا َقَّوا ِم ْيَن ِهّٰلِل ُش َهَدٓاَء ِبا ْلِقْس ِط ۖ  َو اَل َيْج ِر َم َّنُك ْم َش َنٰا ُن َق ْو ٍم َع ى َا اَّل َتْع ِد ُلْو اۗ  ِاْع ِد ُلْو اۗ  ُه َو‬
‫َاْقَر ُب ِللَّتْقٰو ىۖ  َو ا َّتُقوا َهّٰللاۗ  ِاَّن َهّٰللا َخ ِبْيٌر ِۢب َم ا َتْع َم ُلْو َن‬
yaaa ayyuhallaziina aamanuu kuunuu qowwaamiina lillaahi syuhadaaa-a bil-qisthi
wa laa yajrimannakum syana-aanu qoumin 'alaaa allaa ta'diluu, i'diluu, huwa
aqrobu lit-taqwaa wattaqulloh, innalloha khobiirum bimaa ta'maluun

"Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena
Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap
suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena
(adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh,
Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Ma'idah 5:
Ayat 8)

Berdasarkan hal tersebut Rasulullah dengan tegas menyatakan bahwa kehancuran


bangsa-bangsa di masa lalu disebabkan karena ketika orang-orang yang berada di
atas melakukan kejahatan maka mereka boleh saja, namun ketika orang-orang
yang berada di bawah melakukan kejahatan maka mereka yakin. untuk dihukum.

3. Egalitarianism (Persamaan)
Bahwa masyarakat sipil tidak mengutamakan asal usul, ras atau etnis. Tapi
berdasarkan kinerja. Bukan gengsi, tapi prestasi. Karena seluruh manusia dan
anggota masyarakat dinilai bukan berdasarkan silsilah di atas, melainkan
berdasarkan prestasi, yang dalam Al-Qur'an adalah ketakwaan.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕىَل ِلَتَع اَر ُفْو اۚ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد ِهّٰللا َاْتٰق ىُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َع ِلْيٌم‬
13 - ‫َخ ِبْيٌر‬

Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja'alnākum


syu'ụbaw wa qabā`ila lita'ārafụ, inna akramakum 'indallāhi atqākum, innallāha
'alīmun khabīr.

Artinya: "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti." (Qs. Al-Hujurat : 13)

Berkat asas kesetaraan inilah tercipta transparansi, di mana seluruh anggota


masyarakat ikut serta dalam pengangkatan pemimpinnya dan penetapan ketertiban
umum.

4. Pluralisme
Pluralisme Ini adalah sikap dimana keberagaman merupakan sesuatu yang
harus diterima sebagai bagian dari tujuan. Kemajemukan yang dimaksud tidak
hanya sebatas pengakuan terhadap kemajemukan masyarakat saja, namun harus
diiringi dengan sikap pengakuan terhadap kemajemukan masyarakat, namun juga
harus disertai dengan sikap ikhlas bahwa keberagaman adalah bagian dari
ketuhanan. hadiah dan rahmat-Nya karena memperkaya budaya melalui
komunikasi dan pertukaran yang dinamis. Budaya yang beragam.
Kesadaran akan pluralisme tersebut kemudian dipahami sebagai toleransi dan
saling menghormati antar anggota yang berbeda, tanpa memandang perbedaan
kebangsaan, suku, atau agama. Sikap toleransi dan saling menghormati ini
disebutkan dalam Al-Qur'an

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :


‫َو َلْو َش ٓاَء َر ُّبَك َل َء اَم َن َم ن ِفى ٱَأْلْر ِض ُك ُّلُهْم َجِم يًعاۚ َأَفَأنَت ُتْك ِر ُه ٱلَّناَس َح َّتٰى َيُك وُنو۟ا ُم ْؤ ِمِنيَن‬

Walau syā`a rabbuka la`āmana man fil-arḍi kulluhum jamī'ā, a fa anta tukrihun-
nāsa ḥattā yakụnụ mu`minīn

Artinya: “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang


yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia
supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” (Qs. Yunus: 99)
5. Pengawasan Sosial
apa yang kita sebut moralitas pada dasarnya adalah kewajiban untuk
kepentingan umum. Asas-asas di atas yang menjadi landasan berdirinya
masyarakat merupakan upaya dan landasan bagi tercapainya kesejahteraan
masyarakat. Segala tanggung jawab kemanusiaan merupakan konsekuensi logis
dimana setiap warga negara mempunyai kebebasan bertindak. Keterbukaan ini
adalah hasil logis dari visi kemanusiaan yang lebih baik dan optimis, karena pada
dasarnya umat manusia lebih baik.
Allah subhnahu wa ta’ala :
‫َاِقْم َو ْج َهَك ِللِّدْيِن َحِنْيًفۗا ِفْطَر َت ِهّٰللا اَّلِتْي َفَطَر الَّناَس َع َلْيَه ۗا اَل َتْب ِد ْيَل ِلَخ ْل ِق ِۗهّٰللا ٰذ ِل َك الِّدْيُن اْلَقِّيُۙم َو ٰل ِكَّن َاْكَث َر‬
‫۝‬٣٠ ‫الَّناِس اَل َيْع َلُم ْو َۙن‬

fa aqim waj-haka lid-dîni ḫanîfâ, fithratallâhillatî fatharan-nâsa ‘alaihâ, lâ


tabdîla likhalqillâh, dzâlikad-dînul qayyimu wa lâkinna aktsaran-nâsi lâ ya‘lamûn

“Maka, hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam sesuai)


fitrah (dari) Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada
perubahan pada ciptaan Allah (tersebut). Itulah agama yang lurus, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Rum : 30 )

Karena manusia pada dasarnya baik dan suci, maka kejahatan yang dilakukan
bukanlah sesuatu yang wajar melainkan dipengaruhi oleh faktor luar. Oleh karena
itu, agar manusia dan warga negara tetap sehat sesuai fitrahnya, kepedulian sosial
menjadi penting.
Manajemen hubungan ini menjadi sangat penting ketika kekuatan hal-hal baik,
kekuatan uang atau kekuatan kekuasaan memungkinkan kemajuan pembangunan
dan kemajuan perkotaan hanyalah sebuah kata. Pengelolaan sosial baik
perorangan maupun perusahaan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
mewujudkan masyarakat sejahtera dan sejahtera.

SUMBER : BMP-MKDU4221 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MODUL


3.9-14 KB1

Anda mungkin juga menyukai