Disusun Oleh :
2023
Penciptaan Manusia Dalam Al – Qur’an
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari sari pati tanah, maksudnya
proses kejadian manusia itu berasal dari sari pati tanah yang menghasilkan
berbagai jenis makanan yang kemudian dikonsumsi oleh manusia. Hal ini di
terangkan dalam Al – Qur;an Surah Al – Mu’minun Ayat 12-14 :
ُثَّم َج َع ۡل ٰن ُه ُنۡط َفًة ِفۡى١٢ ۚ َو َلَقۡد َخ َلۡق َنا اِاۡل ۡن َس اَن ِم ۡن ُس ٰل َلٍة ِّم ۡن ِط ۡي ٍن
ُثَّم َخ َلۡق َنا الُّنۡط َفَة َع َلَقًة َفَخ َلۡق َنا اۡل َع َلَقَة ُم ۡض َغ ًة َفَخ َلۡق َنا١٣ َقَر اٍر َّم ِكۡي ٍن
اۡل ُم ۡض َغ َة ِع ٰظ ًم ا َفَك َس ۡو َنا اۡل ِع ٰظ َم َلۡح ًم ا ُثَّم َاۡن َش ۡا ٰن ُه َخ ۡل ًقا ٰا َخ َر ؕ َفَتٰب ـَر َك
١٤ ؕ ُهّٰللا َاۡح َس ُن اۡل ٰخ ِلِقۡي َن
Artinya : Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang
melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu lalu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang
(berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.1
َيا َأُّيَها الَّناُس ِإْن ُكْنُتْم ِفي َر ْيٍب ِم َن اْلَبْع ِث َفِإَّنا َخ َلْقَناُك ْم ِم ْن ُتَر اٍب ُثَّم
ۚ ِم ْن ُنْطَفٍة ُثَّم ِم ْن َع َلَقٍة ُثَّم ِم ْن ُم ْض َغ ٍة ُم َخ َّلَقٍة َو َغْيِر ُم َخ َّلَقٍة ِلُنَبِّيَن َلُك ْم
َو ُنِقُّر ِفي اَأْلْر َح اِم َم ا َنَش اُء ِإَلٰى َأَج ٍل ُمَس ًّم ى ُثَّم ُنْخ ِرُج ُك ْم ِط ْفاًل ُثَّم
ِلَتْبُلُغ وا َأُش َّد ُك ْم ۖ َو ِم ْنُك ْم َم ْن ُيَتَو َّفٰى َو ِم ْنُك ْم َم ْن ُيَر ُّد ِإَلٰى َأْر َذ ِل اْلُع ُم ِر
ِلَك ْياَل َيْع َلَم ِم ْن َبْع ِد ِع ْلٍم َش ْيًئا ۚ َو َتَر ى اَأْلْر َض َهاِم َد ًة َفِإَذ ا َأْنَز ْلَنا
َع َلْيَها اْلَم اَء اْهَتَّزْت َو َرَبْت َو َأْنَبَتْت ِم ْن ُك ِّل َز ْو ٍج َبِهيٍج
1
Q.S Surah Al – Mu’minun (23) 12-14
Artinya : “Hai manusia, kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur);
maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari
segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar
Kami jelaskan kepadamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami
kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu
sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai pada
kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara
kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui
lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini
kering, kemudian apabila Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan
suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah”
1. Allah menciptakan manusia dari setetes air mani yang hina yang menyatu
dengan ovum, Allah SWT berfirman pada surah As-Sajdah (32) : 8
ُثَّم َج َعَل َنْس َلُه ِم ْن ُس اَل َلٍة ِم ْن َم اٍء َم ِهيٍن
“Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani)”
“Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina”. Al Mursalat(77) : 20.
َيْخ ُرُج ِم ْن َبْيِن الُّص ْلِب َو الَّتَر اِئِب٦ ُخ ِلَق ِم ْن َم اٍء َد اِفٍق
“Dia diciptakan dari air yang terpancar (yaitu mani). Yang keluar dari tulang sulbi
laki-laki dan tulang dada perempuan”. Ath-Thariq (86) : 6-7.
Bersatunya air mani (sperma) dengan sel telur (ovum) di dalam rahim ini disebut
dengan nuthfah.
3. Kemudian setelah lewat 40 hari -atau 80 hari dari fase nuthfah– fase
‘alaqah beralih ke fase mudhghah, yaitu segumpal daging. Allah SWT
berfirman:
“Kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna”. Al Hajj (22) : 5
ُثَّم َخ َلْقَنا الُّنْط َفَة َع َلَقًة َفَخ َلْقَنا اْلَع َلَقَة ُم ْض َغ ًة َفَخ َلْقَنا اْلُم ْض َغ َة ِع َظاًم ا
َفَك َس ْو َنا اْلِع َظاَم َلْح ًم ا ُثَّم َأنَش ْأَناُه َخ ْلًقا آَخ َر ۚ َفَتَباَر َك ُهَّللا َأْح َس ُن
اْلَخ اِلِقيَن
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta
Yang Paling Baik”. Al Mu’minun (23) :142
4. Kemudian setelah lewat 40 hari -atau 120 hari dari fase nuthfah- dari
segumpal daging (mudhghah) tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala
2
Al – Qur’an
menciptakan daging yang bertulang, dan Dia memerintahkan malaikat
untuk meniupkan ruh padanya serta mencatat empat kalimat, yaitu rizki,
ajal, amal dan sengsara atau bahagia. Jadi, ditiupkannya ruh kepada janin
setelah ia berumur 120 hari.
2. Peniupan Ruh.
Para ulama sepakat, bahwa ruh ditiupkan pada janin ketika janin berusia 120 hari,
terhitung sejak bertemunya sel sperma dengan ovum. Artinya, peniupan tersebut
ketika janin berusia empat bulan penuh, masuk bulan kelima. Pada masa inilah
segala hukum mulai berlaku padanya. Karena itu, wanita yang ditinggal mati
suaminya menjalani masa ‘iddah selama empat bulan sepuluh hari, untuk
memastikan bahwa ia tidak hamil dari suaminya yang meninggal, agar tidak
menimbulkan keraguan ketika ia menikah lagi lalu hamil.
Ruh adalah sesuatu yang membuat manusia hidup dan ini sepenuhnya urusan
Allah, sebagaimana yang dinyatakan dalam surah Al Isra` (17) : 85
َو َيْس َأُلوَنَك َع ِن الُّر وِح ۖ ُقِل الُّر وُح ِم ْن َأْم ِر َر ِّبي َو َم ا ُأوِتيُتْم ِم َن
اْلِع ْلِم ِإاَّل َقِلياًل
Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: “ruh itu termasuk
urusan tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.
َكَتَب ُهللا َم َقاِد ْيَر اْلَخ َالِئِق َقْبَل َأْن َيْخ ُلَق الَّس َم اَو اِت َو ْاَألْر َض
ِبَخ ْمِس ْيَن َأْلَف َس َنٍة.
“Allah telah mencatat seluruh takdir makhluk lima puluh ribu tahun sebelum
Allah menciptakan langit dan bumi” (H.R Muslim)3
: َع ْن َاِبْي َع ْبِد الَّرْح َمِن َع ْبِد ِهللا ْبِن َم ْس ُعْو ٍد َرِض َي ُهللا َع ْنُه َقاَل
: َح َّد َثَنا َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َو ُهَو الَّصاِد ُق اْلَم ْص ُد ْو ُق
ُثَّم َيُك ْو ُن،«ِإَّن َأَح َد ُك ْم َيْج َم ُع َخ ْلُقُه ِفْي َبْطِن ُأِّمِه َأْر َبِع ْيَن َيْو ًم ا ُنْطَفًة
ثَّم ُيْر َس ُل ِإَلْيِه اْلَم َلُك، ُثَّم َيُك ْو ُن ُم ْض َغ ًة ِم ْثَل َذ ِلَك، َع َلَقًة ِم ْثَل َذ ِلَك
، َو َأَجِلِه، ِبَك ْتِب ِر ْز ِقِه: َو ُيْؤ َم ُر ِبَأْر َبِع َك ِلَم اٍت، َفَيْنُفُخ ِفْيِه الُّر ْو َح
َو َش ِقٌّي َأْو َسِع ْيٌد َفَو ِهللا اَّلِذ ْي اَل ِإَلَه َغ ْيُر ُه ِإَّن َأَح َد ُك ْم َلَيْع َم ُل،َو َع َم ِلِه
َفَيْس ِبُق َع َلْيِه، ِبَع َم ِل َأْهِل اْلَج َّنِة َح َّتى َم ا َيُك ْو ُن َبْيَنُه َو َبْيَنَها ِإاَّل ِذَر اٌع
3
HR Muslim no. 2653 (16) dan at-Tirmidzi no. 2156, Ahmad (II/169), Abu Dawud ath-Thayalisi no.
557, dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Ash Radhiyallahu ‘anhuma. Lafazh ini milik Muslim.
َو ِإَّن َأَح َد ُك ْم َلَيْع َم ُل ِبَع َم ِل،اْلِكَتاُب َفَيْع َم ُل ِبَع َم ِل َأْهِل الَّناِر َفَيْد ُخ ُلَها
َفَيْس ِبُق َع َلْيِه، َأْهِل الَّناِر َح َّتى َم ا َيُك ْو ُن َبْيَنُه َو َبْيَنَها ِإاَّل ِذَر اٌع
َفَيْع َم ُل ِبَع َم ِل َأْهِل اْلَج َّنِة َفَيْد ُخ ُلَها» َر َو اُه اْلُبَخ اِر ُّي َو ُم ْس ِلٌم، اْلِكتاُب.
Demi Allah, Dzat yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya ada di antara kalian
yang melakukan perbuatan-perbuatan penghuni surga hingga jarak antara dia
dengan surga hanya sehasta (dari siku sampai ke ujung jari), namun suratan
takdirnya sudah ditetapkan, lalu ia melakukan perbuatan penghuni neraka, maka
ia pun masuk neraka.
4
H.R Bukhari dan Muslim