Anda di halaman 1dari 11

FISIOLOGI KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN PENCIPTAAN MANUSIA

BERDASARKAN AL-QUR’AN

TUGAS INDIVIDU

DISUSUN OLEH

ISNAINIL HUDA
1810104335

PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT AL-QUR’AN

Al-Quran, kitab suci yang sangat sempurna, telah memuat bagaimana Allah swt.
menjelaskan tentang proses penciptaan manusia dengan begitu jelas, sejak dari bentuk
nuthfah sampai menjadi manusia sempurna. Demikian agung dan besar kekuasaan Allah,
dan ilmu pengetahuan modern telah membuktikan kebenaran Al-Quran yang diturunkan 15
abad yang lalu tersebut.

Manusia adalah makhluk-Nya yang paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan


dibandingkan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Manusia dilengkapi akal untuk berfikir
yang membedakannya dengan binatang. Al-Qur’an telah menegaskan bahwa manusia
diciptakan secara khusus. Allah Swt berfirman:

“Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah
Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah
kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.” (QS Shaad: 71-72)
Pada tahun 1986, ketika para ahli arkeologi menemukan sebuah fosil kera di Afrika,
mereka menyimpulkan secara tegas tanpa ada keraguan, bahwa antara kera dan manusia
tidak ada hubungan sama sekali dalam asal penciptaannya.

Adapun Al-Quran sendiri, ketika menceritakan tentang penciptaan manusia, petunjuk


yang terkandung didalamnya mengandung kebenaran yang dapat dibuktikan secara ilmiah.

Bagaimana Proses Penciptaan Manusia?

Al-Qur’an menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua tahapan yang


berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan tahapan primordial. Manusia pertama, Adam a.s.
diciptakan dari al-tin (tanah), al-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min
hamainmasnun (tanah lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah dengan seindah-
indahnya, kemudian Allah meniupkan ruh dari-Nya ke dalam diri (manusia) tersebut (Q.S,
Al An’aam (6):2, Al Hijr (15):26,28,29, Al Mu’minuun (23):12, Al Ruum (30):20, Ar
Rahman (55):4). Kedua, disebut dengan tahapan biologi. Penciptaan manusia selanjutnya
adalah melalui proses biologi yang dapat dipahami secara sains-empirik. Di dalam proses
ini, manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang
tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku
(‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya
segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya
ditiupkan ruh (Q.S, Al Mu’minuun (23):12-14). Hadits yang diriwayatkan Bukhari dan
Muslim menyatakan bahwa ruh dihembuskan Allah swt. ke dalam janin setelah ia
mengalami perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari ‘alaqah dan 40 hari mudghah.

Inilah beberapa ayat Al-Quran yang membahas tentang proses penciptaan manusia:

1. Surah An-Nahl ayat 4

     


  

Artinya: “Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata”.

Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dari nuthfah yang
terkenal dalam dunia kedokteran dengan istilah spermatozoon yang terdapat pada
dirinya dan ovum yang terdapat pada wanita.

2. Surah Al-Hajj ayat 5

    


   
    
     
   
    
    
    
   
     
   
     
  
  
   
   

Artinya:”Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka
(ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan
yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang
Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai
bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara
kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai
pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu
Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan
suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah”.
Pada ayat ini Allah s.w.t menerangkan proses kejadian manusia di dalam rahim
ibunya dan kehidupan manusia setelah ia lahir sampai mati sebagai berikut:

- Allah telah menciptakan manusia pertama, yaitu Adam a.s, adalah dari tanah.
Kemudian dari Adam diciptakan istrinya Hawa, dari kedua jenis ini
berkembang biak manusia dalam proses yang banyak. Dan dapat pula berarti
bahwa manusia diciptakan Allah berasal dari sel mani, yaitu perkawinan
sperma laki-laki dengan ovum di dalam rahim wanita. Kedua sel itu berasal dari
darah, darah berasal dari makanan yang dimakan manusia. Makanan manusia
ada yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan ada yang berasal dari binatang
ternak atau hewan-hewan yang lain. Semuanya itu berasal dari tanah sekalipun
telah melalui beberapa proses. Karena itu tidaklah salah jika dikatakan bahwa
manusia itu berasal dari tanah.
- Dalam ayat ini disebutkan bahwa manusia itu berasal dari “nuthfah”. Yang
dimaksud dengan “nuthfah” ialah setetes mani. Setetes mani laki-laki itu
mengandung beribu-ribu sperma yang tidak dapat dilihat dengan mata, tanpa
menggunakan alat pembesar. Salah satu dari sperma ini bertemu dengan ovum
dalam rahim wanita dengan perantaraan persetubuhan yang dilakukan oleh
kedua jenis manusia itu. Pertemuan sperma dan ovum ini merupakan
perkawinan yang sebenarnya, dan pada waktu itulah terjadi proses pertama dari
kejadian manusia yang serupa terjadi pula pada binatang.
- Sperma dan ovum yang telah menjadi satu itu bergantung pada dinding rahim si
ibu dan setelah beberapa lama berubah menjadi segumpal darah.
- Dari segumpal darah berubah menjadi segumpal daging.
- Kemudian ada yang menjadi segumpal daging yang sempurna, tidak ada cacad
dan kekurangan pada permulaan kejadiannya, dan ada pula yang menjadi
segumpal daging yang tidak sempurna, terdapat cacat dan kekurangan.
Berdasarkan kejadian sempurna dan tidak sempurna inilah menimbulkan
perbedaan bentuk kejadian bentuk manusia, perbedaan tinggi dan pendeknya
manusia dan sebagainya. Proses kejadian “nuthfah” menjadi “’alaqah” adalah
empat puluh hari, dari “’alaqah” menjadi “mudghah” (segumpal daging) juga
empat puluh hari. Kemudian setelah lewat empat puluh hari sesudah ini, Allah
s.w.t meniupkan ruh, menetapkan rezeki, amal, bahagia dan sengsara,
menetapkan ajal dan sebagainya, sebagaimana tersebut dalam hadits:
“Sesungguhnya awal kejadian seseorang kamu (yaitu sperma dan ovum)
berkumpul dalam perut ibunya selama 40 malam, kemudian menjadi segumpal
darah selama itu (pula) lalu menjadi segumpal daging selama itu (pula)
kemudian Allah mengutus malaikat, setelah Allah meniupkan ruh ke dalamnya.
maka malaikat itu diperintahkan-Nya menulis empat kalimat, lalu malaikat itu
menuliskan rezekinya, ajalnya. amalnya, bahagia atau sengsara. (H.R. Bukhari
dan Muslim)
- Kemudian jika telah sampai waktunya, maka lahirlah bayi yang masih kecil itu
dari dalam rahim ibunya. Masa kandungan yang sempurna ialah sembilan
bulan, tetapi jika Allah menghendaki masa kandungan itu dapat berkurang
menjadi enam bulan atau lebih dan ada pula yang lebih dari sembilan bulan.
Pada permulaan masa lahir itu manusia dalam keadaan lemah, baik jasmani
maupun rohaninya, lalu Allah menganugerahkan kekuatan kepadanya sedikit
demi sedikit, bertambah lama bertambah besar, hingga sampai masa kanak-
kanak, kemudian sampai masa dewasa. Pada masa manusia sempurna jasmani
dan rohaninya, badannya sedang kuat, pikirannya sedang berkembang,
kemampuannya untuk mencapai sesuatu yang diingininya sedang ada pula.
Kemudian manusia menjadi tua, bertambah lama bertambah lemah, seakan-
akan kembali lagi kepada masa kanak-kanak dan menjadi pikun, akhirnya iapun
meninggalkan dunia yang fana ini; ada di antara manusia yang meninggal
sebelum mencapai umur dewasa, ada pula yang meninggal di waktu dewasa dan
ada yang diberi Allah umur yang lanjut, sampai tua bangka. Proses
perkembangan manusia sejak lahir, menjadi dewasa dan menjadi tua ini
dilukiskan dalam firman Allah s.w.t.
3. Surah Al-Mu’minun ayat 14
   
  
  
   
    
   
Artinya: “kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”.
Pada ayat ini Allah s.w.t menjelaskan bahwa air mani itu Dia kembangkan
dalam beberapa minggu sehingga menjadi segumpal darah. Dari darah dijadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu ada bagian dalamnya yang Allah
jadikan tulang belulang, dan ada bagian lain unsur daging yang dijadikan daging.
Kemudian tulang belulang itu Allah bungkus dengan daging, laksana pakaian
penutup tubuh, kemudian Allah jadikan makhluk yang (berbentuk) lain. Setelah
ditiupkan ruh kedalamnya, maka jadilah manusia yang sempurna, dapat berbicara,
melihat, mendengar, berpikir yang tadinya hanya merupakan benda mati saja. Maka
Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

4. Surah Az-Zumar ayat 6

     


    
   
   
     
     
       
 

Artinya: “Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya
dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia
menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan[1306]. yang
(berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada
Tuhan selain dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan? “

Pada ayat ini Allah s.w.t menjelaskan bahwa Dia menciptakan manusia pada
mulanya seorang saja. Allah menciptakan manusia yang beraneka ragam warna dan
bahasanya dari diri Adam. Kemudian Allah menciptakan pasangannya Hawa.
Kemudian Allah menjelaskan bahwa Dia pula yang menciptakan delapan ekor
binatang ternak yang berpasang-pasangan. Kambing sepasang, biri-biri sepasang,
unta sepasang dan sapi sepasang. Sesudah itu Allah menjelaskan lebih jauh tentang
kejadian manusia selanjutnya. Manusia diciptakan dengan melalui proses kejadian
demi kejadian. Proses kejadiannya yang pertama ialah sebagai nutfah, sesudah itu
ditempuhnya proses demi proses sebagaimana darah kental kemudian sebagai janin.
Pada saat sempurna menjadi janin itulah Allah menciptakan ruh di dalamnya
sehingga menjadilah makhluk hidup. Tanda-tanda kehidupannya dapat diketahui
dari detak jantungnya dengan menempelkan telinga ke perut sang ibu.
Di samping itu Allah s.w.t menjelaskan bahwa ketika bayi berada dalam
kandungan ia berada dalam tiga kegelapan, yaitu: 1) kegelapan rahim, 2) kegelapan
plasenta (ari-ari), 3)

5. Surah Al- Mu’min ayat 67

      


     
    
    
    
   


Artinya: “Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari
segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan
hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai
tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu
sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya)”.

Pada ayat ini Allah menjelaskan, bahwa Dia telah menjadikan manusia dari
tanah, kemudian menjadi setetes mani, dari setetes mani menjadi sesuatu yang
melekat, dan segumpal darah menjadi segumpal daging, kemudian dilahirkan ke
dunia dalam bentuk manusia.

Para ahli tafsir menerangkan bahwa yang dimaksudkan dengan Allah s.w.t
menjadikan manusia dari tanah, maksudnya ialah Allah s.w.t menjadikan manusia
dari saripati yang berasal dari tanah. Seorang bapak dan seorang ibu memakan
makanan yang berasal dari tanah, dari binatang ternak dan dari tumbuh-tumbuhan.
Binatang ternak memakan tumbuh-tumbuhan dan berkembang dengan
menggunakan zat-zat yang berasal dari tanah. Sebagaimana makanan yang dimakan
ibu atau bapak itu menjadi mani. Telur mani ibu bertemu dengan mani bapak dalam
rahim ibu, sehingga menjadi segumpal darah dan seterusnya. Sebagian ahli tafsir
yang lain berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “Allah menciptakan manusia
dari tanah, ialah bapak manusia Adam diciptakan Allah s.w.t dari tanah.
Allah s.w.t menerangkan bahwa manusia yang diciptakan-Nya dari tanah itu
mengalami hidup dalam tiga masa, yaitu: Masa kanak-kanak, Masa dewasa. Masa
tua.

Di antara manusia ada yang diwafatkan-Nya pada masa kanak-kanak, ada


pula pada masa dewasa dan ada yang diwafatkan setelah berusia lanjut. Ketentuan
kapan seorang manusia meninggal itu berada di tangan Allah semata.

KEBUTUHAN IBU SELAMA KEHAMILAN

Kebutuhan nutrisi

Secara teoritis, kebutuhan protein bisa dipenuhi dengan mengonsumsi susu, daging,
ikan, dan unggas, juga tempe dan tahu. Namun, berbagai riset mengungkapkan
mengonsumsi ikan terutama ikan laut, pada masa hamil sangat dianjurkan. Ini karena ikan
laut mengandung asam lemak omega 3 yang berperan pada pertumbuhan dan
perkembangan sel otak dan proses pengelihatan (retina mata) pada janin. Selain itu ikan
juga mengandung asam amino esensial yang sangat baik bagi pertumbuhan janin,
disamping kandungan vitamin dan mineralnya yang cukup tinggi.

Anjuran berdasarkan hasil riset itu ternyata telah tersurat di Al Quran. Simaklah
surah Al-Nahl: 14 yang artinya : "Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu) agar
kamu dapat memakan dari padanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari
lautan itu perhiasan yang dapat kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar di atasnya,
dan supaya kamu mencari dari karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur."

Selain beragam zat, ibu hamil pun membutuhkan vitamin A yaitu sekitar 500 SI.
Bila ibu mengalami kekurangan vitamin A selama kehamilan dapat menyebabkan bayi
prematur dan retardasi pertumbuhan janin serta rendahnya berat bayi saat dilahirkan.
Sebaliknya kelebihan vitamin A juga berdampak negatif. Ibu hamil untuk mendapatkan
vitamin ini bisa dengan mengonsumsi hati, susu, ikan laut, sayuran dan buah berwarna
hijau dan kuning. Kenyataan ini ternyata telah dianjurkan Nabi Muhamad SAW: "Berilah
makanan wanita-wanita hamil sayuran, karena itu akan membuat anaknya sehat".
Kajian gizi secara sederhana menyarankan, ibu hamil untuk makan empat sampai
lima porsi sehari dengan menu sehat seimbang. Yaitu terdiri atas nasi, laukpauk hewani
(daging, ikan, udang, telur, ayam), laukpauk nabati (tahu, tempe), dan sayuran berwarna ,
serta usahakan untuk mengonsumsi buah-buahan. Dianjurkan pula bagi ibu hamil untuk
minum susu antara 2 - 4 gelas sehari. Dari 2 gelas susu menyumbang 15 gr protein, 0,75 gr
kalsium dan 160 kkal (skim milk), 320 kkal (whole milk).

Konsumsi kafein yang di atas 600 mg sehari dapat mengakibatkan aborsi spontan
dan kelahiran prematur. Demikian juga konsumsi minuman beralkohol, akan
mengakibatkan terjadinya fetal alcohol syndrome. Berkaitan dengan anjuran ini, terutama
pada alkohol, Islam tegas mengharamkannya tak hanya bagi ibu hamil, juga untuk semua
pemeluk Islam.

Hadis nabi besar Muhamad SAW yang diungkapkan Abu Huraira R.A berkata
''Dibawa kepada Rasulullah SAW pada malam beliau berisra' di Iliya dua buah gelas dari
arak dan susu. Maka beliau memandang kedua gelas itu, kemudian beliau mengambil susu.
Jibril berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menuntun engkau kepada fitrah.
Sekiranya engkau mengambil arak, sungguh akan sesatlah umat engkau." (Al Bukhary
65:17, Muslim 36:10, Al Lu'lu-u wal Marjan 3:19 dalam Mutiara Hadits VII, 2002).

Hal lain yang perlu diperhatikan, ibu hamil harus mendapatkan makanan yang halal
dan thayyib, dan berasal dari rizki yang halal. Makanan yang halal adalah semua makanan
yang disediakan Allah SWT kecuali yang diharamkan seperti bangkai, darah yang
memancar, daging babi, atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah seperti yang
terdapat dalam Q.S. Al-An'am: 145. Namun terdapat pengecualian untuk binatang yang
hidup di air (tawar maupun laut seperti ikan). Begitu juga dengan belalang, walaupun
bangkai yang mati dengan sendirinya.

Seperti sabda Nabi Muhammad SAW ''Laut itu suci airnya, halal bangkainya.''
Namun makanan yang halal belum tentu thayyib. Dijelaskan pula bahwa yang thayyibah
ialah semua binatang yang tidak menjijikkan. Makanan yang thayyib adalah makanan yang
aman dan sehat. Makanan yang halal dan thayyib tersebut harus pula berasal dari rizki
yang halal.

Karena bila kita makan dan minum yang berasal dari rizki yang haram, maka Allah
SWT tidak akan menerima doanya, seperti yang diungkapkan hadis sebagai berikut:
Rasulullah SAW bersabda: ''Hai manusia, sesungguhnya Allah Maha Baik. Ia tidak akan
menerima (sesuatu) kecuali yang baik. Dan bahwa Ia memerintahkan kepada orang-orang
mukmin sebagaimana Ia memerintahkan kepada para Rasul-Nya; kemudian beliau
membacakan ayat yang artinya: "Hai para Rasul makanlah olehmu rizki yang baik yang
telah kami anugerahkan kepadamu".

Lalu beliau menggambarkan tentang seseorang yang berjalan jauh (dalam keadaan)
kumal dan kotor, menengadahkan kedatangannya ke langit seraya mengiba-iba: "Ya
Tuhanku, ya Tuhanku, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya
haram dan diberi makan dengan yang haram pula, maka bagaimana bisa dikabulkan
doanya. (HR. Muslim). Padahal pada saat kehamilan mutlak diperlukan doa kepada Allah
SWT untuk kesehatan dan keselamatan ibu dan janin. Begitu juga agar kelak bayi yang
dilahirkan menjadi anak yang saleh/salehah.
DAFTAR PUSTAKA

Al- Qur’anul Karim dan Terjemahannya

Majelis Tarjih Muhammadiyah.2012.Tanya jawab agama 7 ,Yogyakarta : Suara


Muhammadiyah

Ilham maulana. 2014.Proses Penciptaan Manusia&Unsur Kimia Dalam Proses Penciptaan


Manusia: Jurnal keislamian

Anda mungkin juga menyukai