Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

AL ISLAM KEMUHAMMADIYAH 1

MANUSIA DAN KEHIDUPAN

DOSEN PEMBIMBING

MILA KHAERUNISA

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD ILHAM

2126201055 / A1

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK INDUSTRI

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


A. PERJALANAN HIDUP MANUSIA DARI ALAM RUH HINGGA AKHIR AKHIRAT

Tiada Tuhan salain Allah, segala puji untuk Allah yang menciptakan semua alam dan yang
mengembalikan ruh kepada jasadnya di hari kiamat. Allah menciptakan manusia yang terdiri dari empat
unsur inti kejadian manusia, yaitu:  jasad, hati, ruh, rasa. Ruh adalah wujud yang lebih lembut dari pada
hati nurani. Ruh letaknya di dalam hati nurani. Dia adalah Daya dan kekuatan Tuhan yang di masukkan
kedalam jasad manusia (Ruh Ilahi) ditandai dengan keluar masuknya nafas menjadi hidup seperti kita di
dunia sekarang. Dalam kehidupan manusia menempuh enam alam yaitu:
1. Alam ruh
Hidup manusia dimulai dari alam ruh, waktu dimana Allah mengumpulkan semua ruh manusia yang
akan diturunkan kebumi. Kejadian ini dikisahkan dalam Al-Quran
Artinya; "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?"
Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (QS: Al-A'raf Ayat: 172)
Dan dalam ayat Al-quran, yaitu;
Artinya; "Maka hadapkan-lah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,” (QS: Ar-Ruum Ayat: 30)
Dengan adanya ayat di atas maka seluruh manusia yang lahir ke dunia sudah mempunyai tanda, yaitu
tanda fitrah, beriman kepada Allah dan agama yang lurus. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda dalam
hadist
Artinya: "Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi
wassalam bersabda: Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanya lah yang
membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang Majusi.

2. Alam rahim
Perjalan yang kedua ialah Alam Rahim (kandungan). Rahim artinya kasih sayang. Alam rahim adalah
suatu alam di mana manusia dibentuk atas dasar kasih sayang Allah kepada hamba-hamba Nya. Waktu
berada di alam rahim ini, sejak itulah terjalin kasih sayang yang disebut "Silaturahmi". Setelah melewati
alam roh dan setelah membuat kesaksian tentang Allah maka manusia akan memasuki kehidupan dalam
rahim (kandungan). Ketika manusia berada di alam rahim, jasad manusia di ciptakan dalam beberapa
tahap;
Tahap pertama : nutfah yaitu dimulai setelah pembuahan atau minggu pertama. Itu dimulai setelah
terjadinya pencampuran air mani dengan telur. Allah berfirman dalam Al-quran, yaitu:
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami
hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan
melihat." (QS: Al-Insaan Ayat: 2)

Tahap kedua : 'alaqah (segumpal darah yang melekat pada dinding rahim). Tahap pembentukan alaqah
itu pada akhir pekan pertama / hari ketujuh. Pada hari ketujuh telor yang sudah dibuahi itu akan tertanam
di dinding rahim (qarar makin).

Tahap ketiga : mudghah (segumpal daging yang berwarna merah ke hitam-hitaman). pembentukan
mudghah terjadi pada minggu keempat
Tahap keempat : Izam dan Lahm, pada tahap ini adalah minggu ke lima, keenam, dan ketujuh. Yaitu
pembentukan tulang-tulang, kemudian pembentukan otot-otot yang akan membungkus tulang-tulang itu.

Tahap kelima : Nasy'ah Khalqan akhar, pada tahap ini yaitu pada minggu kedelapan, pembentukan
menjadi janin, pada bulan ketiga janin telah terbentuk dengan sempurna.
Dalam tahap kedua sampai kelima telah di jelaskan oleh Allah dalam firmannya; yaitu:
Artinya: "Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah
Allah, Pencipta Yang Paling Baik" (QS: Al-Mu'minuun Ayat: 14)

Tahap keenam : Nafkhur-ruh yaitu tingkat peniupan roh.


kemudian Allah menetapkan qadar kepada manusia di dalam rahim, qadar yang di tetapkan oleh Allah
ada empat: umur, rezeki, bahagia, dan sengsara. Hal ini telah di jelaskan dalam sebuah hadist
Artinya: “ Dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata : Telah bersabda kepada kami Rasulullah SAW – Beliau
adalah orang yang jujur dan terpercaya; “Sesungguhnya seorang diantara kamu (setiap kamu) benar-
benar diproses kejadiannya dalam perut ibunya selama 40 hari berwujud air mani; kemudian berproses
lagi selama 40 hari menjadi segumpal darah; lantas berproses lagi selama 40 hari menjadi segumpal
daging; kemudian malaikat dikirim kepadanya untuk meniupkan roh kedalamnya; lantas (sang janin) itu
ditetapkan dalam 4 ketentuan :

1. Ditentukan (kadar) rizkinya,


2. Ditentukan batas umurnya,
3. Ditentukan amal perbuatannya,
4. Ditentukan apakah ia tergolomg orang celaka ataukah orang yang beruntung“ (HR Ahmad).

3. Alam Dunia
Setelah manusia berhasil melewati alam rahim, maka manusia telah memasuki tahap ketiga dari
perjalanan hidupnya, yaitu; alam dunia.
Dalam dunia ini perjalanan manusia melalui proses yang panjang,
mulai dari bayi yang hanya minum air susu ibu lalu tubuh menjadi anak-anak, remaja dan baligh.
Selanjutnya menjadi dewasa, tua dan diakhiri dengan meninggal. proses ini tidak berjalan sama antara
satu dengan yang lainnya, tidak semua manusia dapat hidup sampai remaja, dewasa, atau tua, karena
kematian bisa datang kapanpun dan di manapun, serta tidak memandang usia, ada sebagian manusia
yang hidup hanya sampai bayi, sampai remaja, dan sebagian yang lain ada yang hidup sampai tua
bahkan sampai pikun. Di alam dunia ini manusia mendapatkan tugas dari Allah, yaitu berupa ibadah,
sedangkan alam dunia adalah tempat ujian bagi manusia. Di dunia manusia tidak di larang untuk
menikmati kehidupan duniawi, hanya saja perlu dipahami, bahwa dunia ini tempat berbakti, tetapi penuh
dengan berbagai tipu daya.
Allah berfirman;
Artinya: "Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya
untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah:
"Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk
mereka saja) di hari kiamat". Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang
mengetahui." (QS: Al-A'raf Ayat: 32)
Ayat-ayat ini menerangkan dengan jelas bahwa perhiasan dari Allah dan makanan yang baik itu dapat
dinikmati di dunia ini oleh ummat manusia baik dari orang-orang yang beriman maupun orang-orang yang
tak beriman, tapi di akhirat nanti adalah semata-mata untuk orang-orang yang beriman saja. oleh sebab
itu dalam Al-quran Allah memberi peringatan dengan firmannya;
Artinya; "Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu
sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap
pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan
dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah
orang-orang yang kafir." (QS: Al-An'am Ayat: 130)
Manusia hidup di dunia hanya sekali, dan tidak akan ada kesempatan hidup di dunia untuk yang kedua
kalinya, maka manusia wajib mencari bekal untuk menuju ke alam yang selanjutnya. karena hanya di
alam dunia ini yang menjadi penentu nasib manusia setelah alam dunia. yaitu dengan cara: beribadah
kepada Allah, menjalankan perintahnya dan menjauhi semua larangannya.

4. Alam Barzakh
Setelah manusia melewati alam dunia, maka manusia akan mengalami kematian, jika kematian telah
datang maka putuslah semua hubungannya dengan kehidupan dunia. Setelah meninggal dunia manusia
akan memasuki alam barzakh (kubur), di alam kubur manusia tinggal sendiri hanya amal baik dan buruk
yang akan selalu menemaninya.
Kubur adalah taman dari taman-taman surga atau lembah dari lembah-lembah neraka.
Sedangkan Alam Kubur adalah alam tempat penantian untuk menanti hari kiamat, di alam kubur ini Allah
menyediakan dua keadaan, nikmat atau azab kubur. Alam kubur ini merupakan awal alam akhirat. Alam
ini “ghoib” oleh karena itu tidak mungkin untuk di selidiki. Satu-satunya informasi yang wajib di pegang
adalah dalil Al-quran dan hadist; Allah berfirman;
Artinya; "Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir´aun beserta kaumnya
dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan
pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir´aun dan kaumnya ke dalam
azab yang sangat keras". (QS: Al-Mu'min Ayat: 45-46)

5.      Alam Akhirat
Alam akhirat juga di sebut dengan alam baka, alam akhirat di dahului dengan terjadinya kiamat,
di mana alam semesta menjadi rusak total. seluruh jagat raya ini akan hancur, entah seperti apa
gambaran ketika semua ini terjadi.
Alam akhirat setelah terjadi kiamat menjadi 3, yaitu:
 Padang Mahsyar adalah tempat penghitungan amal (hisaban). pada peristiwa ini seluruh ummat manusia
mulai dari Nabi adam as sampai manusia terakhir di kumpulkan dalam satu tempat, Allah berfirman;
Artinya: "Sesungguhnya Hari Keputusan adalah suatu waktu yang ditetapkan, yaitu hari (yang pada
waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok". (QS: An-Naba' Ayat: 17-18)

 Surga adalah tempat orang yang rajin beribadah kepada Allah, menjalankan segala perintahnya, maka
mereka di selamatkan dan di masukkan ke dalam surga.

 Neraka adalah tempat bagi Orang-orang kafir, baik dari kalangan Yahudi, Nashrani maupun orang-orang
musyrik yang tidak mau bertaubat,, maka mereka akan kekal di dalam neraka yang penuh dengan
siksaan. dan bagi orang yang tidak patuh terhadap perintah Allah. dan yang selalu berbuat dosa, maka
mereka akan di masukkan ke dalam neraka, mereka akan di siksa dan di bersihkan dari dosa-dosanya.
Adapun sarana untuk mengetahui sifat-sifat tersebut kita dapat mengenalnya melalui ciri-ciri dari alam
akhirat, yaitu :
 Alam akhirat bersifat kekal dan abadi

 Alam akhirat merupakan wadah yang pasti untuk terealisasinya kenikmatan dan kasih sayang yang
seutuhnya, tanpa ada kesusahan dan kelelahan di dalamnya, sehingga orang-orang yang telah mencapai
tingkat kesempurnaan insaninya dapat menikmati kebahagiaan itu. Alam tersebut tidak dicemari oleh
maksiat dan penyelewengan apapun. Berbeda dengan dunia yang di dalamnya kebahagiaan yang
seutuhnya tidak mungkin terwujud. Yang hanya terwujd di dunia adalah kebahagiaan semu dan
bercampur dengan berbagai kesulitan dan kesengsaraan.

 Alam akhirat setidaknya meliputi dua bagian yang terpisah, yang pertama adalah rahmat, dan yang
kedua adalah siksa, sehingga dapat dibedakan orang-orang yang baik dari orang-orang yang jahat, dan
masing-masing mendapatkan balasan perbuatannya.Kedua bagian ini biasa dikenal dalam syariat
dengan istilah surga dan neraka.

 Alam akhirat itu luas sehingga bisa menampung pahala dan siksa bagi seluruh umat manusia atas segala
apa yang mereka lakukan, berupa amal baik dan amal buruk. Misalnya, ketika seseorang melakukan
pembunuhan atas jutaan manusia yang tidak bersalah, hukuman siksa terhadapnya semestinya bisa
terjadi di alam itu. Begitu pula sebaliknya, jika seseorang menyelamatkan nyawa jutaan umat manusia, ia
dapat menerima pahala setimpal yang terdapat di alam tersebut.

 Alam akhirat itu merupakan tempat pembalasan, bukan tempat pembebanan tugas dan tanggung jawab.

B.     RAGAM ORIENTASI HIDUP MANUSIA

            Hidup merupakan salah satu anugrah yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada setiap makhluk-
Nya. Dalam melakukan aktivitasnya, setiap makhluk selalu mengikuti apa yang mereka hadapi dan
bagaimana cara mereka mengatasinya, yang dimana hal itu disebut
dengan sunnatullah. Sunnatullah  (kehendak Alah) yang terjadi hendaknya disikapi dengan sikap terbuka
dan menerima apa adanya serta tidak pula timbul sikap pesimis atau putus asa untuk kembali melakukan
suatu keputusan, karena pada hakikatnya dibalik itu semua terdapat suatu kenikmatan (kemudahan) dari
Allah SWT untuk bagaimana kita mengatasi atau menghadapi hal tersebut.
Secara umum, banyak cabang ilmu yang membahas tentang manusia, ada yang memandang manusia
dari segi fisik (Antropologi Fisik), ada yang memandang manusia dari segi budaya (Antropologi Budaya),
ada yang memandang manusia dari segi “ada” nya atau dari segi “hakikat” nya (Antropologi Filsafat), dan
ada pula yang memahami hakikat manusia dari sudut pandang agama yang bersumber dari Al-Qur’an
dan Al-Hadits. Inilah yang menyebabkan orang-orang tak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang
memuaskan tentang pertanyaan mendasar manusia, yaitu Apa, dari mana, dan kemana manusia itu?
Mengkaji tentang manusia, kita akan menemukan ‘tipologi manusia’ yang secara umum dapat
diklasifikasikan menjadi 4 hal:

1)      Manusia dalam pandangan antropologi fisik dan budaya


Para ahli memberikan sebutan kepada manusia sesuai dengan kemampuan yang dapat dilakukan
manusia di bumi ini;
      a. Manusia adalah Homo Sapiens, artinya makhluk yang mempunyai budi,
      b. Manusia adalah Animal Rational,  artinya binatang yang berpikir,
c. Manusia adalah Homo Laquen, artinya makhluk yang pandai menciptakan bahasa dan   menjelmakan
pikiran manusia dan perasaan dalam kata-kata yang tersusun,
      d. Manusia adalah Homo Faber, artinya makhluk yang terampil. Dia pandai membuat perkakas atau
disebut juga Toolmaking Animal yaitu binatang yang pandai membuat alat,
      e. Manusia adalah Zoon Politicon, yaitu makhluk yang pandai bekerjasama, bergaul dengan orang lain
dan mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
      f. Manusia adalah Homo Economicus,  artinya makhluk yang tunduk pada prinsip-prinsip ekonomi dan
bersifat ekonomis.
      2) Manusia dilihat dari segi antropologi filsafat (sudut pandang jasmani dan rohani)
Setidaknya ada 4 aliran jika kita mengkaji manusia dari sudut pandang filsafat (aspek jasmani
dan rohani), yaitu :
a. Aliran serba zat
aliran ini mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi. Zat atau
materi itulah hakikat dari segala sesuatu. Alam ini adalah zat, dan manusia adalah unsur dari
alam. Oleh karenanya, hakikat dari manusia itu adalah zat atau materi, maka keperluan-
keperluannya juga bersifat materi, ia mendapatkan kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya
juga dari materi. Maka terbentuklah suatu sikap pandangan yang materialistis.
b. Aliran serba ruh
aliran ini berpendapat bahwa hakikat sesuatu yang ada di dunia ini adalah “ruh”, termasuk juga
manusia. Adapun zat merupakan manifestasi dari ruh di atas dunia ini. Materi hanyalah
penjelmaan ruh. Pendapat ini sejalan dengan pendapatnya Al Ghazali yang menyatakan bahwa
manusia mempunyai identitas esensial yang tetap, tidak berubah-ubah, yaitu al-nafs (substansi
yang berdiri sendiri dan tidak bertempat). Al-nafs merupakan tempat pengetahuan-pengetahuan
intelektual (al-ma’qulat) berasal dari alam al-malakut. Ini menunjukkan bahwa esensi manusia
bukan pada fisiknya, sebab fisik adalah sesuatu yang mempunyai tempat. Sehingga dasar pikiran
dari aliran ini adalah bahwa ruh itu lebih berharga dan lebih tinggi nilainya dibandingkan materi.
c. Aliran dualisme (gabungan antara ruh dan zat)
aliran ini mencoba untuk mengawinkan dua pendapat di atas. Aliran ini berpendapat bahwa
manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi yaitu jasmani dan rohani, badan dan ruh.
Kedua substansi ini merupakan unsur asal yang adanya tidak tergantung satu sama lain. Jadi
badan tidak berasal dari ruh, dan ruh juga tidak berasal dari badan. Namun dalam
perwujudannya, manusia itu serba dua, jasad dan ruh, yang keduanya berintegrasi membentuk
yang disebut manusia.
d. Aliran eksistesialisme
sedangkan aliran ini berpendapat bahwa inti hakikat manusia adalah apa yang
menguasai manusia secara menyeluruh. Dengan demikian, aliran ini memandang manusia tidak
dari segi ruh maupun jasad, tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri,
yaitu cara beradanya manusia itu sendiri di dunia.

3)      Manusia menurut sudut pandang antropologi dan metafisika


Dari segi antropologi terdapat tiga sudut pandang hakekat manusia, yaitu manusia sebagai makhluk
individu, makhluk sosial dan makhluk susila.
      a. Manusia Sebagai Makhluk Individu (Individual Being)
Disadari atau tidak menusia sering memperlihatkan dirinya sebagai makhluk individu, seperti
ketika mereka memaksakan kehendaknya (egoisme), memecahkan masalahnya sendiri, percaya diri,
dan lain-lain. Menjadi seorang individu manusia mempunyai ciri khasnya masing-masing. Antara
manusia satu dengan yang lain berbeda-beda, bahkan orang yang kembar sekalipun, karena tidak
ada manusia di dunia ini yang benar-benar sama persis. Fisik boleh sama, tetapi kepribadian tidak.
      b. Manusia Sebagai Makhluk Sosial (Sosial Being)
Telah kita ketahui bersama bahwa manusia tidak dapat hidup sendirian, manusia membutuhkan
manusia lain agar bisa tetap exsis dalam menjalani kehidupan ini, itu sebabnya manusia juga dikenal
dengan istilah makhluk sosial. Keberadaanya tergantung oleh manusia lain. Esensi manusia sebagai
makhluk sosial ialah adanya kesadaran manusia tentang status dan posisi dirinya dalam kehidupan
bersama dan bagaimana tanggung jawab dan kewajibannya di dalam kebersamaan itu.
      c. Manusia Sebagai Makhluk Susila (Moral Being)
Asas pandangan bahwa manusia sebagai makhluk susila bersumber pada kepercayaan bahwa
budi nurani manusia secara apriori adalah sadar nilai dan pengabdi norma-norma. Asas kesadaran
nilai, asas moralitas adalah dasar fundamental yanng membedakan manusia dari pada hidup
makhluk-makhluk alamiah yang lain. Rasio dan budi nurani menjadi dasar adanya kesadaran moral
itu.

4)      Manusia dalam pandangan Islam

Dalam Al-Qur’an ada beberapa istilah untuk menyebut manusia, yaitu basyar (35 kali dalam bentuk
mufrod dan sekali dalam bentuk mustasna), al-ins (18 kali), al-insan (65 kali), an-naas (240 kali), bani
adam ( 7 kali), dan dzuriyah adam (1 kali). Masing-masing istilah tersebut memilki makna yang berbeda.
a. Basyar
Kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu yang baik
dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar
karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain. Kata basyar ini menunjuk
pada manusia sebagai makhluk biologis yang memerlukan makanan, minuman, udara, dan
melakukan aktifitas fisik sama seperti makhluk-makhluk hidup lainnya .
       (Q.S. Al-Mukminuun 23 : 33)
“Dan berkata pemuka-pemuka yang kafir diantara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui
hari akhirat (kelak) dan yang telah kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia:”(orang) ini tidak
lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa
yang kamu minum.
       b. Al-Ins.
Kata ini digunakan untuk menunjuk sifat manusia sebagai makhluk yang jinak atau beradab, tidak
liar dan tidak biadab, kebalikan dari sifat jin sebagai makhluk metafisik yang bersifat liar dan bebas
karena tidak mengenal ruang dan waktu. Itulah barangkali rahasia kenapa kata al-ins selalu disebut
bersamaan dengan kata al-jin sebagai lawanya. (Q.S. Adz-Dzariyat 51 : 56)
       “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaku.” 
c. Al-Insan.
Sekalipun kata ini memiliki akar kata yang sama dengan al-ins, tetapi dari segi makna
penggunaan kata al-insan menunjuk kepada manusia sebagai makhluk yang layak menjadi khalifah di
bumi dan mampu memikul akibat-akibat taklif serta memikul amanah, sebab dia mendapat
keistimewaan mempunyai akal dan kemampuan berfikir, pandai berbicara, dan oleh karenanya
memiliki kemampuan untuk memilih mana yang baik dan mana yang buruk. (Q.S. Al-‘Alaq 96 : 1-8)
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, Karena Dia melihat dirinya serba
cukup. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu)”.
d. Bani dan Dzuriyyah Adam
Kata ini digunakan juga untuk manusia yang merujuk pada nama manusia pertama diciptakan
oleh Allah SWT, yaitu Nabi Adam as. (Q.S. Maryam 19 : 58)
      “Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan
Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil,
dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-
ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan
menangis.”
e. An-Naas
Kata ini adalah kata keseluruhan yang menunjukkan bahwa manusia itu sebagai basyar, al-ins,
al-insan, bani dan dzuriyah adam. (Q.S. Al-Hujarat 49 : 13)
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal.”

C.    TUJUAN DAN FUNGSI PENCIPTAAN MANUSIA

Hidup merupakan salah satu anugrah yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada setiap
makhluk-Nya. Dalam melakukan aktivitasnya, setiap makhluk selalu mengikuti apa yang mereka hadapi
dan bagaimana cara mereka mengatasinya, yang dimana hal itu disebut
dengan sunnatullah. Sunnatullah  (kehendak Alah) yang terjadi hendaknya disikapi dengan sikap terbuka
dan menerima apa adanya serta tidak pula timbul sikap pesimis atau putus asa untuk kembali melakukan
suatu keputusan, karena pada hakikatnya dibalik itu semua terdapat suatu kenikmatan (kemudahan) dari
Allah SWT untuk bagaimana kita mengatasi atau menghadapi hal tersebut.
Ada teori besar yang pernah diperkenalkan oleh Charles Darwin tentang asal muasal manusia. Teori ini
mengatakan bahwa manusia pada mulanya adalah kera yang kemudian ber evolusi melalui perubahan-
perubahan mekanisme yang pada akhirnya berubah menjadi manusia sempurna seperti kita.
Munculnya Teori ini sangat menyinggung kaum agamawan pada waktu itu dan bahkan sampai saat ini.
berbagai argumen pun bermunculan untuk meruntuhkan teori tersebut terlepas dari benar atau salah nya
Teori itu, sebagai seorang muslim, perlu kiranya kita memahami asal-usul manusia dengan merujuk pada
sumber utama kita yaitu al-qur'an, sekaligus membandingkan Apakah teori dari Darwin tersebut sejalan
dengan Alquran atau justru bertentangan.
Dalam Alquran sangat jelas bahwa manusia pada mulanya tidak seperti yang dikatakan oleh Darwin
melalui teorinya. akan tetapi manusia pertama Nabi Adam AS adalah salah satu makhluk Tuhan yang
diciptakan dengan sempurna atau dalam bahasa Quran dikatakan ahsani Taqwim. ahsani Taqwim ini
menunjukkan bahwa manusia memiliki kelebihan dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain baik itu
hewan maupun malaikat secara lebih rinci Al Quran telah menjelaskan tentang penciptaan manusia hal
tersebut dapat dikategorikan dalam 4 cara:
(1)diciptakan dari tanah (penciptaan Nabi Adam) Q.S Al Hijr 15 : 26,
(2) diciptakan dari tulang rusuk( penciptaan Hawa) QS an-nisa 4 : 1,
(3) diciptakan melalui seorang ibu melalui proses kehamilan tanpa Ayah tanpa proses biologis
(penciptaan Nabi Isa as) Q.S Maryam 19 : 16-22, dan
(4) diciptakan melalui kehamilan dengan adanya Ayah secara biologis (penciptaan manusia selain Adam,
Hawa dan Isa) Q.S al-mu'minun 23 : 12-14.
Allah menciptakan manusia, tidak dengan sia-sia. "Maka apakah kamu mengira bahwa kami menciptakan
kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?" (Al
Mukminun: 115). atau tidaklah manusia diciptakan sebatas untuk menikmati kehidupan dunia dan segala
keindahannya.

D.     HIDUP SUKSES DALAM PANDANGAN AL-QUR`AN


Setiap orang mempunyai standard yang berbeda terhadap Kesuksesan. Padahal standard
kesuksesan seseorang ini telah Allah tetapkan, namun kita tidak mampu memikirkannya. Allah telah
jadikan sahabat dan kehidupan mereka sebagai model untuk ditiru. Walaupun secara teknis cara hidup
mereka berbeda dengan kita sekarang.Kesuksesan itu hanya terjadi bila manusia ini dapat memasuki
surganya Allah SWT.
Seiring dengan kemajuan dan keberhasilan IPTEK pada saat ini telah dapat memberikan
kemudahan dan kesenangan hidup manusia pada umumnya, Maka secara langsung berdampak pula
pada semakin berkembangnya hajat manusia atas berbagai sarana kehidupan untuk mempertahankan
dan demi tercapainya tujuan hidup mereka, baik lahir maupun tujuan kehidupan batin.
Namun kebutuhan manusia tersebut kadang-kadang tidak semuanya terpenuhi karena
keterbatasan sumber daya manusia itu sendiri dan keterbatasan sumber daya alam yang ada dibumi.
Bahkan dalam pemenuhan kebutuhan hidup, manusia tidak segan lagi merusak, hanya mengeruk
kekayaan alam dan tidak menghiraukan akibat fatal yang akan terjadi, sehingga berbagai macam
bencana alam pun tidak bisa dihindari seperti banjir, gempa bumi, keluarnya lumpur panas dari perut
bumi, gunung meletus dan masih banyak bencana yang lainnya.
Terkadang manusia ingin meraih kesuksesan dalam hidupnya sering menggunakan cara-cara
negatif mengarah ke hal-hal yang akan menyesatkan hidup manusia.
PENGERTIAN SUKSES
            Setiap orang akan berbeda-beda dalam mengartikan kesuksesan. Karena pada dasarnya
kesuksesan dapat menjadi milik kita semua hanya saja kita sering tidak tahu bagaimana cara meraihnya.
Dan bagi umat islam, arti sukses yang sebenarnya telah ditulis didalam al-Qur`an dan al-Hadits.
Artinya:     “Sesungguhnya telah kami turunkan kepadamu sebuah kitab yang didalamnya terdapat
sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?.(An-Nabiya: 10]
Nabiya: 10)
CARA MERAIH SUKSES
Setiap orang tidak akan sama tingkat kesuksesan dan kefahaman nya karena ini tergantung
pada pengorbanan setiap orang. Inilah cara Allah mendistribusikan kebahagiaan dan kesuksesan,
tergantung pada Do'a dan pengorbanan kita yang sungguh-sungguh atas agama Allah SWT.
Seandainya kita bertanya kepada orang-orang di sekeliling kita dari berbagai agama, bangsa,
profesi dan status sosial tentang cita-cita mereka hidup di dunia ini tentu jawaban mereka sama “kami
ingin bahagia”. Bahagia adalah keinginan dan cita-cita semua orang. Orang mukmin ingin bahagia
demikian juga orang kafir pun ingin bahagia. Orang yang berprofesi sebagai pencuri pun ingin bahagia
dengan profesinya. Melalui kegiatan menjual diri, seorang pelacur pun ingin bahagia. Meskipun semua
orang ingin bahagia, mayoritas manusia tidak mengetahui bahagia yang sebenarnya dan tidak
mengetahui cara untuk meraihnya. Meskipun ada sebagian orang merasa gembira dan suka cita saat
hidup di dunia akan tetapi kecemasan, kegalauan dan penyesalan itu merusak suka ria yang dirasakan.
Sehingga sebagian orang selalu merasakan kekhawatiran mengenai masa depan mereka.
Ada beberapa cara yang diajarkan agama islam untuk dapat mencapai hidup bahagia, diantaranya
1.    Beriman dan beramal shalih
Allah Subahanahu wa Ta`ala berfirman :
Artinya:     “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan.(An-Nahl: 97)
Didalam Al-Qur`an banyak sekali ayat-ayat yang menyebut orang-orang yang beriman dan
beramal saleh,kata  ”iman” dan “Amal saleh” ditulis berdampingan. Ini artinya, selain beriman, kita juga
harus melakukan perbuatan amal saleh agar diridhoi Allah SWT. Tidak bisa Cuma beriman saja atau
beramal tapi tidak beriman.
Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman.
(HR. Ath-Thabrani)
2.   Banyak Mengingat Allah SWT (Berzdikir)
Karena dengan berdzikir kepada-Nya akan diperoleh kelapangan dan ketenangan, yang berarti
akan hilang kegelisahan dan kegundah gulanaan. Allah SWT berfirman:            
Artinya: “{yaitu} orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.(Ar-Ra`d : 28)
3.   Bersandar kepada Allah dan tawakal pada-Nya, yakin dan percaya pada-Nya dan semangat untuk meraih
keutamaanNya.
Dengan cara seperti ini seorang hamba akan memiliki kekuatan jiwa dan tidak mudah putus asa
serta gundah gulana.Allah Subhanahu wa ta`ala berfirman
Artinya: “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan {keperluan}nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan yang dikehendakinya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
(Ar-Ra`d : 28)
4.   Berbuat baik kepada makhluk dalam bentuk ucapan maupun perbuatan dengan ikhlas kepada Allah dan
mengharapkan pahala-Nya
Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk sosial. Manusia saling berinteraksi dan
bekerja sama demi memenuhi kebutuhan hidup. Meraih kebahagiaan, membentuk sistem sosial yang
harmonis, juga menggapai hidup yang lebih berkualitas.Islam pun mewajibkan setiap umatnya untuk
senantiasa berbuat baik kepada sesama manusia, sebagaimana banyak diterangkan dalam ayat al-
Qur`an, hadits, dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW serta para sahabat.
Artinya: “tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang
yang menyuruh {manusia} memberi sedekah, atau berbuat ma`ruf , atau mengadakan perdamaian
diantara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak
kami memberi kepadanya pahala yang besar” [An-Nisa : 114]
5.   Ridha terhadap takdir Allah SWT
  Kesuksesan dapat diraih oleh mereka yang beriman kepada Allah SWT. Sedangkan meyakini
ketentuan dan kekuasaan{qadha dan qadar}Allah SWT adalah bagian dari iman kepada-Nya.dan ridha itu
adalah bagian dari iman pada qadha dan qadar-Nya. Apabila engkau tidak ridha dengan takdir, tidak
bersabar atas ujian dan tidak bersyukur atas nikmat, maka tidak akan ada tuhan bagimu, carilah tuhan
selain Allah, padahal engkau tahu tidak ada tuhan selain Allah, apabila engkau mau, ridhalah dengan
takdir, percaya kepada takdir, percayalah kepada ketetapan-Nya, baik ataupun buruk, manis ataupun
pahit. Sesungguhnya sesuatu yang akan menimpamu tidak akan luput darimu tidak akan menimpamu
sama sekali, baik dengan usaha ataupun upaya. (Syaikh Abdul Qadir jailani)
6.    Mencurahkan perhatian dengan apa yang sedang dihadapi disertai permintaan tolong kepada Allah SWT
Tanpa banyak berangan-angan (terhadap perkara dunia) untuk masa yang akan datang Karena
akan berubah kegelisahan disebabkan takut/khawatir menghadapi masa depan (di dunia) dan juga tanpa
terus meratapi kegagalan dan kepahitan masa lalu karena yang telah berlalu tidak mungkin dapat
dikembalikan dan diraih
”Bersemangatlah untuk memperoleh apa yang bermanfaat bagimu dan minta tolonglah kepada allah dan
janganlah lemah. Bila menimpamu sesuatu (dari perkara yang tidak disukai) janganlah engkau berkata
”seandainya aku melakukan ini niscaya akan begini dan begitu.” Akan tetapi katakanlah “Allah telah
menetapkan dan apa yang dia inginkan dia akan lakukan,” karena sesungguhnya kalimat “seandainya” itu
membuka amalan syaitan.” (HR. Muslim)
7.   Senantiasa mengingat dan menyebut nikmat yang telah diberikan Allah SWT, baik nikmat lahir maupun
batin.
Dengan melakukan hal ini seorang hamba terdorong untuk selalu bersyukur kepada-Nya
kalaupun saat ini ditimpa sakit atau berbagai musibah lainnya. Karena bila ia membandingkan
kenikmatan yang Allah SWT limpahkan padanya dengan musibah yang menimpanya sungguh musibah
itu terlalu kecil. Bahkan musibah itu sendiri bila dihadapi dengan sabar dan ridha merupakan kenikmatan
karena dengan dosa-dosa akan diampuni dan pahala yang besar pun akan diampuni.
8.    Selalu meilhat orang yang dibawah dari sisi kehidupan dunia.
  Sikap seorang muslim yang benar,hendaknya dia selalu melihat orang di bawahnya dalam
masalah harta dan dunia. Betapa banyak orang dibawah kita berada dibawah garis kemiskinan, dan
masih banyak diantara mereka keadaan ekonominya jauh dibawah kita. Dengan memiliki sifat yang mulia
ini yaitu selalu memandang orang dibawahnya dalam masalah dunia. Seorang akan merealisasikan
syukur dengan sebenarnya.
9.   Ketika melakukan sesuatu untuk manusia, jangan mengharapkan ucapan terima kasih ataupun balasan
dari mereka namun berharaplah hanya kepada Allah SWT
   Ketika engkau tidak peduli mereka berterima kasih atau tidak dengan apa yang telah engkau
lakukan, sebagaimana firman Allah SWT “kami memberi makan kepada kalian hanyallah mengharap
wajah Allah, kami tidak menginginkan dari kalian balasan dan tidak pula ucapan terimakasih.” (Al-Insan 9)

Anda mungkin juga menyukai