Anda di halaman 1dari 15

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA DAN DITETAPKANNYA AMALAN HAMBA

SYARAH (PENJELASAN) HADITS


Hadits ini mengandung beberapa pelajaran berharga, sebagai berikut:

1. Tahapan Penciptaan Manusia.


Dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan tentang awal
penciptaan manusia di dalam rahim seorang ibu, yang berawal dari nuthfah
(bercampurnya sperma dengan ovum), alaqah (segumpal darah), lalu mudhghah
(segumpal daging). Allah Taala berfirman:

"Hai manusia, kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur); maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepadamu dan
Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampai pada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang
diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai
pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah
diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami turunkan air
di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang indah" [al Hajj/22:5]

Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan tentang tahapan


penciptaan manusia di dalam rahim seorang ibu. Oleh karena itu, apabila ada
seseorang yang ragu tentang dibangkitkannya manusia dari kuburnya dan ragu
tentang dikumpulkannya manusia di padang Mahsyar pada hari Kiamat, maka Allah
memerintahkan untuk mengingat dan melihat bagaimana seorang manusia
diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,
Dia mengembalikan manusia (dari mati menjadi hidup kembali) lebih mudah
daripada menciptakannya.
Juga firman-Nya:

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah
Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu
sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan
dibangkitkan (dari kuburmu) di hari Kiamat" [al Muminun/23:12-16].
Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan bahwa Adam -manusia pertama-diciptakan
dari saripati tanah, kemudian manusia-manusia sesudahnya diciptakan-Nya dari
setetes air mani.

Adapun tahapan penciptaan manusia di dalam rahim adalah sebagai berikut:


Pertama. Allah menciptakan manusia dari setetes air mani yang hina yang menyatu
dengan ovum, Allah Taala berfirman:

"Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). [as-
Sajdah/32:8]

"Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina". [al Mursalat/77:20].

"Dia diciptakan dari air yang terpancar (yaitu mani). Yang keluar dari tulang sulbi
laki-laki dan tulang dada perempuan". [ath-Thariq/86: 6-7].

Bersatunya air mani (sperma) dengan sel telur (ovum) di dalam rahim ini disebut
dengan nuthfah.

Kedua : Kemudian setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut, Allah
menjadikannya segumpal darah yang disebut alaqah.

"Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah". [al Alaq/96:2].

Ketiga : Kemudian setelah lewat 40 hari -atau 80 hari dari fase nuthfah- fase alaqah
beralih ke fase mudhghah, yaitu segumpal daging. Allah Taala berfirman:

"Kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna". [al Hajj/22:5].

"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik". [al Muminun/23:14].

Keempat : Kemudian setelah lewat 40 hari -atau 120 hari dari fase nuthfah- dari
segumpal daging (mudhghah) tersebut, Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan
daging yang bertulang, dan Dia memerintahkan malaikat untuk meniupkan ruh
padanya serta mencatat empat kalimat, yaitu rizki, ajal, amal dan sengsara atau
bahagia. Jadi, ditiupkannya ruh kepada janin setelah ia berumur 120 hari.

2. Peniupan Ruh.
Para ulama sepakat, bahwa ruh ditiupkan pada janin ketika janin berusia 120 hari,
terhitung sejak bertemunya sel sperma dengan ovum. Artinya, peniupan tersebut
ketika janin berusia empat bulan penuh, masuk bulan kelima. Pada masa inilah
segala hukum mulai berlaku padanya. Karena itu, wanita yang ditinggal mati
suaminya menjalani masa iddah selama empat bulan sepuluh hari, untuk
memastikan bahwa ia tidak hamil dari suaminya yang meninggal, agar tidak
menimbulkan keraguan ketika ia menikah lagi lalu hamil.

Ruh adalah sesuatu yang membuat manusia hidup dan ini sepenuhnya urusan
Allah, sebagaimana yang dinyatakan dalam firman-Nya, yang artinya: Dan mereka
bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: ruh itu termasuk urusan tuhanku,
dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". [al Isra`/17:85]

Keistimewaan manusia sebagai khalifah di muka bumi

SESUNGGUHNYA Allah menghamparkan apa yang ada di langit dan bumi untuk dimanfaatkan
manusia. Perhatikan bagaimana matahari bersinar memberi kehidupan di bumi, bintang berkelip
menjadi tanda perhitungan dan bulan bersinar menentukan waktu.

Semua itu manfaatnya untuk manusia. Allah menjadikan bumi begitu mudah bagi dijadikan
tempat tinggal. Allah yang menakluki lautan sehingga di atasnya dapat belayar bahtera dan dari
dalamnya diperoleh hasil makanan. Begitulah Allah memanjakan manusia di bumi ini.

Perhatikan fenomena alam. Lihatlah tanah sebagai benda mati mengabdikan diri pada tumbuhan
sehingga ia dapat tumbuh dengan subur. Tumbuhan mengabdikan diri pada haiwan sehingga
haiwan mendapat makanan yang tidak pernah berkurangan.

Tanaman bersama haiwan mengabdikan diri kepada manusia sehingga manusia dapat
memperoleh makanan dengan mudah. Itulah rantai makanan yang hakikatnya rangkaian
pengabdian. Persoalan berikutnya adalah kepada siapa pula manusia perlu mengabdikan diri?

Ingatlah, susunan pengabdian berlaku secara berangkai, iaitu daripada susunan paling bawah ke
susunan paling atas. Tanah adalah benda mati yang mengabdikan diri kepada tanaman, tanaman
mengabdikan diri kepada haiwan serta tanaman dan haiwan mengabdikan diri kepada manusia.

Manusia sebagai makhluk begitu tinggi kedudukannya hanya dapat mengabdikan diri kepada
Allah, Tuhan semesta alam. Mengetahui dan menyembah Allah adalah mengakui penciptaan
manusia. Apabila ada yang tidak mengenal Allah dan mengabadikan jalannya sehingga dalam
kehidupannya dia berjalan sesuka hatinya, sesungguhnya dia bukanlah manusia.

Manusia tidak hanya istimewa dibandingkan haiwan, tumbuhan dan makhluk lain. Manusia
diberi keistimewaan oleh Allah lebih daripada jin dan syaitan, bahkan para malaikat pun
diperintahkan oleh Allah sujud sebagai tanda penghormatan kepada manusia.

Memang benar secara saintifiknya manusia dijadikan daripada unsur tanah yang apabila
diuraikan satu persatu tidak ada nilainya. Apatah lagi selepas kematian datang, manusia menjadi
tanah semasa tulang belulang dan seluruh anggota tubuhnya diurai oleh bakteria. Pada jasad yang
lemah itu Allah meniupkan rohnya sehingga menjelma menjadi makhluk yang mulia.

Kemuliaan ini menyebabkan malaikat diperintahkan Allah bagi menghormati manusia dengan
cara bersujud. Dengan kemuliaannya itu manusia dijadikan oleh Allah sebagai khalifah iaitu
pemikul amanah di muka bumi ini.

Allah menjelaskan dalam firman yang bermaksud, (Ingatlah) semasa Tuhanmu menjelaskan
kepada malaikat, Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia daripada tanah. Apabila aku
sempurnakan kejadiannya dan aku tiupkan kepadanya roh (ciptaan)ku, hendaklah kamu
tersungkur dengan bersujud kepadanya. (Surah Sad, ayat 71-72).

INFO: Keistimewaan kejadian manusia

Manusia diberi keistimewaan Allah lebih daripada jin dan syaitan, bahkan para malaikat pun
diperintahkan oleh Allah sujud sebagai tanda penghormatan kepada manusia.

Tanaman bersama haiwan mengabdikan diri kepada manusia sehingga manusia dapat
memperoleh makanan dengan mudah.

Manusia dijadikan oleh Allah sebagai khalifah iaitu pemikul amanah di muka bumi.

1. Makhluk paling mulia dan utama

Di antara makhluk ciptaan Allah SWT, manusia mendapat kedudukan tinggi. Ia merupakan
makhluk yang paling mulia dan utama karena memilki unsur dan daya materi, yang memiliki
jiwa dengan ciri-ciri berfikir, berakal.
Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan
di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas
banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna (Q.S:17:70)

2. Makhluk yang paling disuka

Allah-lah yang menundukkan laut untukmu agar kapal-kapal dapat berlayar di atasnya dengan
perintah-Nya, dan agar kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur
(Q.S:45;12)

3. Makhluk yang paling cerdas

Manusia memiliki jiwa yang bersifat rohaniah, gaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera
yang berbeda dengan makhluk lain, karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu,
kalbu, yang kadang-kadang disebut dengan jiwa, ruh, soul mind , dan sebagainya.

Dan diajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada
para malaikat, seraya berfirman, Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang
benar! (Q.S 2: 31)

Mereka menjawab, Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana
(Q.S 2: 32)

Berkaitan dengan keutamaan manusia sebagai makhluk yang paling cerdas, dikarenakan Allah
SWT mengkaruniakan kita akal/otak. Otak adalah organ intro untuk berpikir, belajar dan
berinteraksi dengan dunia melalui persepsi dan tindakan.

Baru- baru ini para ilmuwan telah mampu mempelajari bagaimana otak membentuk jaringan
saraf. Dimulai pada rahim dan seluruh kehidupan ini jaringan yang luas terus berkembang,
beradaptasi, dan belajar, bahkan di usia tua, masih tumbuh neuron baru, meskipun dalam jumlah
kecil. Stimulasi mental meningkatkan fungsi otak dan benar-benar melindungi terhadap
penurunan kognitif, seperti halnya latihan fisik. Penurunan mental yang berat biasanya
disebabkan oleh penyakit, sedangkan sebagian besar berkaitan dengan usia kerugian dalam
memori atau keterampilan motorik semata-mata disebabkan aktivitas dan kurangnya latihan dan
stimulasi mental. Dengan kata lain, gunakan atau hilang.

4. Makhluk yang paling baik

Selain sebagai makhluk yang paling sempurna manusia juga dijadikan Allah SWT sebgai
makhluk yang memiliki keluhuran dan kemuliaan, lebih baik dari malaikat, lebih sempurna
(kejadian fisiknya maupun rohaniahnya).

Sungguh Kami telah mencipakan manusia, dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S:95;4)

5. Khalifah
Setiap manusia menurut pandangan Islam adalah pemimpin, sesuai dengan tingkatannya masing-
masing. Setiap pemimpin bertanggungjawab terhadap apa yang dipimpinnya, baik lahir maupun
batin, di dunia maupun di akhirat.

Mengapa manusia ditunjuk sebagai khalifah di muka bumi? sebab manusia memiliki akal dan
kalbu. Sebagai makhluk yang paling sempurna, manusia akan dimintai pertanggunjawaban
terhadap amanah yang diberikan padanya untuk mengelola alam semesta bagi kesejahteraan
semua makhluk.

Dan Dia-lah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia mengangkat
(derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya
kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh Dia Maha
Pengampun, Maha Penyayang (Q.S: 6;165).

Dalam KBBI kata Din merupakan kata benda yang berarti "agama". Contoh; dinul-Islam, agama
Islam. [1] Sedangkan kata millah tidak ditemukan serapannya, meskipun begitu kata ini banyak
ditemukan di dalam buku-buku Islam berbahasa arab terjemahan Indonesia, yang memiki arti
semakna dengan Din. Contoh; Millah Ibrahim, agamanya Ibrahim. Dalam penggunaan khusus
millah berarti negara, Yakni penggunaan Istilah Millah didalam kekhalifahan Utsmani Turki.
Millah (Millet) berarti: "Seluruh masyarakat yang tinggal di tanah yang sama, orang yang berasal
dari asal yang sama dan yang memiliki kesamaan sejarah, tradisi dan bahasa". [2]

Dalam Istilah Syar'i, kata Din dan Millah berarti: Makna kata Ad-Din dalam al-Qur`an adalah
perhitungan (al-hisab), pembangkitan (al-ba`ts), pembalasan (al-jaza), ketetapan (al-qodho),
ganjaran (ats-tsawab), siksaan (al-iqob), ibadah, doa, tauhid, ketaatan, agama, dan hukum.
Sedangkan kata Al-Millah disebut dalam al-Quran mempunyai makna agama dan syariat.

Kedua istilah tersebut digunakan dalam konteks yang berlainan. Millah digunakan ketika
dihubungkan dengan nama Nabi yang kepadanya agama itu diwahyukan dan Din digunakan
ketika dihubungkan dengan salah satu agama, atau sifat agama, atau dihubungkan dengan Allah
yang mewahyukan agama itu.[3]

Penggunaan di dalam Al-Qur'an


Jumlah kata Ad-Din disebutkan sebanyak 92 kali dalam Al-Qur`an yang terdapat dalam 82 ayat.
Kata Al-Millah disebut dalam Al-Qur'an sebanyak 10 kali. Sedangkan penggunaan kedua kata
tersebut dalam al-Qur'an adalah[4]:

Kata Ad-Din mempunyai arti perhitungan (al-hisab), pembangkitan (al-ba`ts),


pembalasan (al-jaza), ketetapan (al-qodho), ganjaran (ats-tsawab), siksaan
(al-iqob), ketika al-Quran membicarakan tentang hari qiyamat . sebagaimana
terdapat dalam surat al-fatihah : 4, al-hijr : 35, an-nur : 25, asy-syuara : 82,
as-shofat : 20, shod : 78, adz-dzariyat : 6, 12, al-waqiah : 56, al-maarij : 26,
al-mudatsir : 46, al-infithor : 9, 15, 17, 18, al-muthofifin : 11, at-tin : 7 al-
maun : 1.
Kata Ad-Din mempunyai makna ibadah, doa, tauhid, ketaatan ketika al-Quran
membahas tentang pemurnian terhadap Allah. Seperti yang terdapat pada
surat al-baqoroh : 193, an-nisa : 146, al-a`raf : 29, al-anfal : 39, yunus : 22,
yusuf : 40, an-nahl : 52, al-ankabut : 65, ar-ruum : 30, luqman : 32, az-
zumar : 2, 3, 11, 14, ghofir : 14, 65, al-bayyinah : 5.

Kata Ad-Din mempunyai arti hukum dan ketetapan ketika al-Quran


membahas mengenai pengambilan hukum yang dilakukan olehNya maupun
yang dilakukan oleh hambaNya seperti dalam surat yusuf : 76, an-nur : 2.

Kata Ad-Din bermakna Al-Millah dan syariat ketika ia berada dalam kontek
pembahasan penetapan syariat tuhan terhadap hambaNya. Sebagaimana
dalam surat al syura : 13, ar-ruum : 30.

Kata Ad-Din berarti sesuatu yang dianut oleh manusia ketika berada dalam
konteks pembahasan mengenai keyakinan seperti dalam surat al
mumtahanah : 8, 9, al-fath : 28, al-ahzab : 5, ali-imran : 24, an-nisa : 60 al-
kafirun : 6.

Kata Al-Millah mempunyai arti sesuatu yang dianut oleh seseorang (Ad-Din)
ketika ia berada dalam konteks pembahasan mengenai keyakinan yang
dianut oleh seseorang. Seperti dalam surat al baqarah : 135, al-an`am : 161,
shod : 7.

Kata Al-Millah mempunyai arti syariat ketika ia berada dalam kenteks


pembahasan mengenai penetapan syariat tuhan terhadap hambaNya.
Seperti dalam surat ali-imran : 95, al-haj : 78.

Di antara karakteristik yang mengokohkan kelebihan Islam dan membuat umat


manusia sangat membutuhkan agama Islam adalah sebagai berikut:

1. Islam datang dari sisi Allah Subhanahu wa Taala dan sesungguhnya Allah lebih
mengetahui apa yang menjadi mashlahat (kebaikan) bagi hamba-hamba-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia
Mahahalus, Maha Mengetahui. [Al-Mulk: 14]

2. Islam menjelaskan awal kejadian manusia dan akhir kehidupannya, serta tujuan
ia diciptakan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:



Wahai manusia! Bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari
diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya;
dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan Nama-Nya kamu saling meminta,
dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasimu. [An-Nisaa': 1]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan
mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu
yang lain. [Thaahaa: 55]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah kepada-
Ku. [Adz-Dzaariyaat: 56]

3. Islam adalah agama fitrah. Islam tidak akan pernah bertentangan dengan fitrah
dan akal manusia.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah
Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui. [Ar-Ruum: 30]

Islam memperhatikan akal dan mengajaknya ber-fikir, mencela kebodohan dan


taqlid buta.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Katakanlah, Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang


yang tidak mengetahui? [Az-Zumar: 9]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), Ya Rabb kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia;
Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari adzab Neraka. [Ali Imran: 190-191]

Juga firman-Nya Subhanahu wa Ta'ala:

Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung-
jawabannya. [Al-Israa: 36]

Islam meliputi aqidah dan syariat (keyakinan dan pedoman hidup). Islam telah
sempurna dalam aqidah, ajaran syariatnya dan seluruh aspek kehidupan.

4. Islam adalah ilmu syari. Ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan
muslimah, dan ilmu mengangkat derajat orang-orang yang memilikinya ke derajat
yang paling tinggi.

Firman Allah Azza wa Jalla:

...Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu


dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat... [Al-Mujadilah: 11]

5. Allah Azza wa Jalla menjamin kebahagiaan, kemuliaan, dan kemenangan bagi


orang yang berpegang teguh kepada Islam dan menerapkannya dalam kehidupan,
baik bagi perorangan maupun masyarakat.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

Dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antaramu dan
mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum
mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, setelah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka
(tetap) beribadah kepada-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apa pun
dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka
itulah orang-orang yang fasik. [An-Nuur: 55]

6. Dalam agama Islam terdapat penyelesaian bagi segala problematika, karena


syariat dan dasar-dasar ajarannya mencakup segala hukum bagi segala peristiwa
yang tidak terbatas.
7. Syariat Islam adalah syariat yang paling bijak dalam mengatur semua bangsa,
paling tepat dalam memberikan solusi dari setiap masalah, memperhatikan
kemaslahatan dan sangat memperhatikan hak-hak manusia.

8. Islam adalah agama yang fleksibel (cocok untuk semua tempat, zaman, bangsa
dan berbagai macam situasi). Bahkan dunia tidak akan menjadi baik melainkan
dengan agama Islam. Oleh karenanya, semakin modern zaman dan semakin
majunya bangsa selalu muncul bukti baru yang menunjukkan keabsahan Islam dan
ketinggian nilainya.

9. Islam adalah agama cinta, kebersamaan, persahabatan dan kasih sayang sesama
kaum mukminin.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

Sesungguhnya orang-orang mukmin bersaudara, karena itu damaikanlah antara


kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu
mendapat rahmat. [Al-Hujuraat: 10]

Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

. .

Perumpamaan kaum mukminin dalam (sikap) cinta men-cintai, sayang-menyayangi


dan menaruh rasa simpati, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya
sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan
demam dan tidak bisa tidur. [2]

Juga sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam :

Orang-orang yang saling sayang-menyayangi akan dikasihi oleh Allah Yang Maha
Pengasih, Maha Perkasa lagi Mahatinggi, maka sayangilah orang yang ada di muka
bumi, niscaya kalian disayangi oleh Allah yang ada di langit.[3]

10. Islam adalah agama kesungguhan, keseriusan dan amal.


Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:




: :
.

Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah;
dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah dalam menuntut
sesuatu yang bermanfaat bagimu dan mohonlah per-tolongan kepada Allah (dalam
segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau
tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, Seandainya aku berbuat demikian,
tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdir-kan Allah,
dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki, karena ucapan seandainya akan
membuka (pintu) per-buatan syaitan. [4]

11. Islam adalah agama yang sangat jauh dari kontradiksi.


Allah Azza wa Jalla berfirman:

Maka apakah mereka tidak menghayati (mendalami) Al-Qur-an? Kalau kiranya (Al-
Qur-an) itu bukan dari sisi Allah, pastilah mereka menemukan pertentangan yang
banyak di dalamnya. [An-Nisaa': 82]

12. Islam itu sangat jelas dan sangat mudah, tidak sulit, dan Islam mudah difahami
oleh setiap orang.

13. Islam mengajak kepada akhlak mulia dan amal shalih.


Allah Azza wa Jalla berfirman:

Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang maruf serta berpalinglah
dari orang-orang bodoh. [Al-Araaf: 199]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

...Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang
antaramu dan antara dia ada per-musuhan seolah-olah menjadi teman yang sangat
setia. [Fushshilat: 34]

14. Islam memelihara kesehatan. Banyak sekali dalil dari Al-Qur-an dan As-Sunnah
tentang pemeliharaan kesehatan.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

...Dan makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. [Al-Araaf: 31]

Para ulama mengatakan, Sederhana dalam makan dan minum merupakan faktor
utama terpeliharanya kesehatan.

Di antara isyarat pemeliharaan kesehatan, Islam mengharamkan makanan yang


berbahaya bila dikonsumsi oleh manusia.

Allah Azza wa Jalla berfirman:


Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi,
dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah... [Al-Ba-qarah:
173]

Allah berfirman tentang khamr (minuman keras):

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi,


(berkorban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah
perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan
itu) agar kamu mendapat keberuntungan. [Al-Maa-idah: 90]

Khamr diharamkan karena di antara bahayanya adalah merusak akal, melemahkan


jantung, merusak hati dan ber-bagai penyakit lainnya.

Allah Azza wa Jalla berfirman tentang madu yang berkhasiat menyembuhkan


penyakit:

Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan lalu tempuhlah jalan


Rabb-mu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman
(madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir. [An-Nahl: 69]

15. Islam seiring dengan penemuan ilmiah. Oleh karena itu tidak mungkin
penemuan ilmiah yang benar ber-tentangan dengan nash-nash syariat Islam yang
jelas.

Demikianlah karakteristik Islam yang mengokohkan agama ini serta menunjukkan


kemuliaannya.

Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna baik dan damai. Intinya, hidup
bersama dalam masyarakat dengan kesatuan hati dan bersepakat untuk tidak menciptakan
perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985:850) Bila pemaknaan tersebut dijadikan
pegangan, maka kerukunan adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat
manusia. Namun apabila melihat kenyataan, ketika sejarah kehidupan manusia generasi pertama
keturunan Adam yakni Qabil dan Habil yang berselisih dan bertengkar dan berakhir dengan
terbunuhnya sang adik yaitu Habil; maka apakah dapat dikatakan bahwa masyarakat generasi
pertama anak manusia bukan masyarakat yang rukun? Apakah perselisihan dan pertengkaran
yang terjadi saat ini adalah mencontoh nenek moyang kita itu? Atau perselisihan dan
pertengkaran memang sudah sehakekat dengan kehidupan manusia sehingga dambaan terhadap
kerukunan itu ada karena ketidakrukunan itupun sudah menjadi kodrat dalam masyarakat
manusia?.
Pertanyaan seperti tersebut di atas bukan menginginkan jawaban akan tetapi hanya untuk
mengingatkan bahwa manusia itu senantiasa bergelut dengan tarikan yang berbeda arah, antara
harapan dan kenyataan, antara cita-cita dan yang tercipta.

Manusia ditakdirkan Allah Sebagai makhluk social yang membutuhkan hubungan dan interaksi
sosial dengan sesama manusia. Sebagai makhluk social, manusia memerlukan kerja sama dengan
orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material maupun spiritual.
Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong (taawun) dengan
sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam dapat
berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama.

A. Kerja sama intern umat beragama


Persaudaraan atau ukhuwah, merupakan salah satu ajaran yang mendapat perhatian penting
dalam islam. Al-quran menyebutkan kata yang mengandung arti persaudaraan sebanyak 52 kali
yang menyangkut berbagai persamaan, baik persamaan keturunan, keluarga, masyarakat, bangsa,
dan agama. Ukhuwah yang islami dapat dibagi kedalam empat macam,yaitu :
- Ukhuwah ubudiyah atau saudara sekemakhlukan dan kesetundukan kepada Allah.
- Ukhuwah insaniyah (basyariyah), dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara, karena
semua berasal dari ayah dan ibu yang sama;Adam dan Hawa.
- Ukhuwah wathaniyah wannasab,yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.
- Ukhuwwah fid din al islam, persaudaraan sesama muslim.

Esensi dari persaudaraan terletak pada kasih sayang yang ditampilkan bentuk perhatian,
kepedulian, hubungan yang akrab dan merasa senasib sepenanggungan. Nabi menggambarkan
hubungan persaudaraan dalam haditsnya yang artinya Seorang mukmin dengan mukmin yang
lain seperti satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh
terluka, maka seluruh tubuh akan merasakan demamnya. Ukhuwwah adalah persaudaraan yang
berintikan kebersamaan dan kesatuan antar sesama. Kebersamaan di akalangan muslim dikenal
dengan istilah ukhuwwah Islamiyah atau persaudaraan yang diikat oleh kesamaan aqidah.

Persatuan dan kesatuan sebagai implementasi ajaran Islam dalam masyarakat merupakan salah
satu prinsip ajaran Islam.

Salah satu masalah yang di hadapi umat Islam sekarang ini adalah rendahnya rasa kesatuan dan
persatuan sehingga kekuatan mereka menjadi lemah.
Salah satu sebab rendahnya rasa persatuan dan kesatuan di kalangan umat Islam adalah karena
randahnya penghayatan terhadap nilai-nilai Islam.
Persatuan di kalangan muslim tampaknya belum dapat diwujudkan secara nyata. Perbedaan
kepentingan dan golongan seringkali menjadi sebab perpecahan umat. Perpecahan itu biasanya
diawali dengan adanya perbedaan pandangan di kalangan muslim terhadap suatu fenomena.
Dalam hal agama, di kalangan umat islam misalnya seringkali terjadi perbedaan pendapat atau
penafsiran mengenal sesuatu hukum yang kemudian melahirkan berbagai pandangan atau
madzhab. Perbedaan pendapat dan penafsiran pada dasarnya merupakan fenomena yang biasa
dan manusiawi, karena itu menyikapi perbedaan pendapat itu adalah memahami berbagai
penafsiran.

Untuk menghindari perpecahan di kalangan umat islam dan memantapkan ukhuwah islamiyah
para ahli menetapkan tiga konsep,yaitu :

1. Konsep tanawwul al ibadah (keragaman cara beribadah). Konsep ini mengakui adanya
keragaman yang dipraktekkan Nabi dalam pengamalan agama yang mengantarkan kepada
pengakuan akan kebenaran semua praktek keagamaan selama merujuk kepada Rasulullah.
Keragaman cara beribadah merupakan hasil dari interpretasi terhadap perilaku Rasul yang
ditemukan dalam riwayat (hadits).
2. Konsep al mukhtiu fi al ijtihadi lahu ajrun(yang salah dalam berijtihad pun mendapatkan
ganjaran). Konsep ini mengandung arti bahwa selama seseorang mengikuti pendapat seorang
ulama, ia tidak akan berdosa, bahkan tetap diberi ganjaran oleh Allah , walaupun hasil ijtihad
yang diamalkannya itu keliru. Di sini perlu dicatat bahwa wewenang untuk menentukan yang
benar dan salah bukan manusia, melainkan Allah SWT yang baru akan kita ketahui di hari akhir.
Kendati pun demikian, perlu pula diperhatikan orrang yang mengemukakan ijtihad maupun
orang yang pendapatnya diikuti, haruslah orang yang memiliki otoritaskeilmuan yang
disampaikannya setelah melalui ijtihad.
3. Konsep la hukma lillah qabla ijtihadi al mujtahid (Allah belum menetapkan suatu hukum
sebelum upaya ijtihad dilakukan seorang mujtahid). Konsep ini dapat kita pahami bahwa pada
persoalan-persoalan yang belum ditetapkan hukumnya secara pasti, baik dalam al-quran maupun
sunnah Rasul, maka Allah belum menetapkan hukumnya. Oleh karena itu umat islam,khususnya
para mujtahid, dituntut untuk menetapkannya melalui ijtihad. Hasil dari ijtihad yang dilakukan
itu merupakan hukum Allah bagi masing-masing mujtahid, walaupun hasil ijtihad itu berbeda-
beda.

Ketiga konsep di atas memberikan pemahaman bahwa ajaran Islam mentolelir adanya perbedaan
dalam pemahaman maupun pengalaman. Yang mutlak itu hanyalah Allah dan firman-fiman-
Nya,sedangkan interpretasi terhadap firman-firman itu bersifat relatif. Karena itu sangat
dimungkinkan untuk terjadi perbedaan. Perbedaan tidak harus melahirkan pertentangan dan
permusuhan. Di sini konsep Islam tentang Islah diperankan untuk menyelesaikan pertentangan
yang terjadi sehingga tidak menimbulkan permusuhan, dan apabila telah terjadi, maka islah
diperankan untuk menghilangkannya dan menyatukan kembali orang atau kelompok yang saling
bertentangan.

B. Kerja sama antar umat beragama


Memahami dan mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat tidak selalu hanya
dapat diharapkan dalam kalangan masyarakat muslim. Islam dapat diaplikasikan dalam
masyarakat manapun, sebab secara esensial ia merupakan nilai yang bersifat universal.
Kendatipun dapat dipahami bahwa Isalam yang hakiki hanya dirujukkan kepada konsep al-quran
dan As-sunnah, tetapi dampak sosial yanag lahirdari pelaksanaan ajaran isalam secara
konsekwen ddapat dirasakan oleh manusia secara keseluruhan.
Demikian pula pada tataran yang lebih luas, yaitu kehidupan antar bangsa,nilai-nilai ajaran Islam
menjadi sangat relevan untuk dilaksanakan guna menyatukan umat manusia dalam suatu
kesatuan kkebenaran dan keadilan.
Dominasi salah satu etnis atau negara merupakan pengingkaran terhadap makna Islam, sebab ia
hanya setia pada nilai kebenaran dan keadilan yang bersifat universal.
Universalisme Islam dapat dibuktikan anatara lain dari segi, dan sosiologo. Dari segi agama,
ajaran Islam menunjukkan universalisme dengan doktrin monoteisme dan prinsip kesatuan
alamnya. Selain itu tiap manusia, tanpa perbedaan diminta untuk bersama-sama menerima satu
dogma yang sederhana dan dengan itu ia termasuk ke dalam suatu masyarakat yang homogin
hanya denga tindakan yang sangat mudah ,yakni membaca syahadat. Jika ia tidak ingin masuk
Islam, tidak ada paksaan dan dalam bidang sosial ia tetap diterima dan menikmati segala macam
hak kecuali yang merugikan umat Islam.
Ditinjau dari segi sosiologi, universalisme Islam ditampakkan bahwa wahyu ditujukan kepada
semua manusia agar mereka menganut agama islam, dan dalam tingkat yang lain ditujukan
kepada umat Islam secara khususu untuk menunjukan peraturan-peraturan yang harus mereka
ikuti. Karena itu maka pembentukan masyarakat yang terpisah merupakan suatu akibat wajar
dari ajaran Al-Quran tanpa mengurangi universalisme Islam.
Melihat Universalisme Islam di atas tampak bahwa esensi ajaran Islam terletak pada
penghargaan kepada kemanusiaan secara univarsal yang berpihak kepada kebenaran,
kebaikan,dan keadilan dengan mengedepankan kedamaian.;menghindari pertentangan dan
perselisian, baik ke dalam intern umat Islam maupun ke luar. Dengan demikian tampak bahwa
nilai-nilai ajaran Islam menjadi dasar bagi hubungan antar umat manusia secara universal dengan
tidak mengenal suku,bangsa dan agama.
Hubungan antara muslim dengan penganut agama lain tidak dilarang oleh syariat Islam, kecuali
bekerja sama dalam persoalan aqidah dan ibadah. Kedua persoalan tersebut merupakan hak
intern umat Islam yang tidak boleh dicamputi pihak lain, tetapi aspek sosial kemasyarakatan
dapat bersatu dalam kerja samayang baik.
Kerja sama antar umat bergama merupakan bagian dari hubungan sosial anatar manusia yang
tidak dilarang dalam ajaran Islam. Hubungan dan kerja sama ydalam bidang-bidang ekonomi,
politik, maupun budaya tidak dilarang, bahkan dianjurkan sepanjang berada dalam ruang lingkup
kebaikan.

Anda mungkin juga menyukai