Hakikat Manusia QS As- Sajdah (32):7 Secara umum para Ulama – Ulama membagi ayat –
ayat al-quran yang turun itu dalam dua periode besar ada peroide sebelum nabi hijrah ada yang
turun setelah nabi hijrah, yang sebelum hijrah ayat2 itu alquran itu dinamakan makiah yang
turun nya itu di mekkah, ada yang setelah nabi hijrah yang dinamakan madaniah. Ayat2 yang
turun dimekkah itu pada dasar nya berbicara tentang prinsip prinsip pokok ajaran islam
mengenai ke Esa an Allah SWT, Wahyu, Kenabian, dan mengenai hari kemudian. Sedangkan
ayat2 suci setelah nabi hijrah ke madinah, pada dasar nya berbicara tentang hukum – hukum,
serta berperaktek dalam kehidupan bermasyarakat dan lain sebagainya. Ayat QS As-Sajdah
merupakan ayat yang berprinsip mengenai ke Esaan Allah SWT, kekuasaan Allah SWT, serta
wahyu dan lain sebagainya. Sebagai contohnya mengenai surat QS As- Sajdah ini adalah
Demi buah tin Demi buah zaitun Demi Bukit Sinai Demi kota Mekah yang aman
Para ulama tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan surah at-Tin ialah tempat tinggal
Nabi Nuh a.s. di Damaskus yang banyak ditumbuhi pohon tin, sedangkan zaitun ialah tempat
tinggalnya Nabi Isa a.s. di Baitulmukadas yang banyak ditumbuhi buah zaitun. Bukit sinai ialah
tempat Nabi Musa a.s. menerima wahyu dari Allah, letaknya persis berada di luar tembok
Yerusalem, sedangkan kota Mekah yang aman ialah Mekah al-Mukaramah. Kota ini sejak
zaman jahiliah sampai sekarang tetap terjaga dan terpelihara kesuciannya. Selain itu, Mekah
adalah tempat pertama kali Nabi Muhammad saw. menerima wahyu. Allah swt. bersumpah
dengan keempat nama tersebut karena tempat itu ialah lokasi para nabi yang telah gigih
memperjuangkan agama Allah dengan penuh kesabaran, ketabahan dan ketawakalan.
Meskipun dalam berdakwah mereka mendapatkan tantangan, hambatan dan rintangan, namun
mereka tidak pantang menyerah. Ole karena itu, mereka digelari dengan sebutan Ulul azmi,
artinya mereka yang memiliki kemauan keras. Mereka ialah Nabi Nuh a.s., Nabi Ibrahim a.s.,
Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s. dan Nabi Muhammad saw.. Manusia diciptakan oleh Allah swt.
dalam bentuk yang sempurna jika dibandingkan dengan makhluk lain, karena manusia
mempunyai akal dan nafsu. Dengan akalnya, manusia dapat mengontrol emosi sehingga
mereka akan hidup dalam ketenteraman dan kerukunan. Di samping itu. Allah mengangkat
derajat kemulian kepada manusia dengan beberapa kelebihan, diantaranya diberikan
kemampuan untuk memperoleh penghidupan, baik dari daratan maupun dari lautan.
Sebaliknya, dengan nafsunya manusia akan bertindak sewenang-wenang tidak mempunyai
aturan dalam hidupnya persis layaknya hewan. Padahal, yang membedakan antara manusia
dan hewan adalah akalnya. Dengan potensi manusia diberi tugas oleh Allah swt., yakni untuk
beribadah, tetapi jika manusia tidak menerima potensi berarti dia telah menempatkan diri dalam
potensi hewani. Jika manusia sudah mengikuti hawa nafsunya dan tidak mau menerima
tuntunan yang telah diajarkan oleh Allah swt. melalui Rasulullah saw., ia akan menjadi makhluk
yang paling rendah, bahkan lebih rendah dari hewan. Agar kita tidak terjerumus kepada
perbuatan nafsu, sebaiknya bentengi diri kita dengan keimanan dan berbuat baiklah kepada
orang tua, guru dan teman serta iringi perbuatan itu dengan keikhlasan karena Allah. Setelah
kita membaca dan memahami Al-Qur’an surah at-Tin, kita dapat mengetahui makna yang
terkandung di dalamnya, antara lain:
Kita dapat mengetahui sumpah Allah kepada empat nama tersebut. Keempat nama tersebut
ialah lokasi para nabi yang telah gigih memperjuangkan agama Allah dengan penuh
kesabaran, ketabahan dan ketawakalan. Meskipun mereka dapat rintangan, hambatan dan
tantangan yang menghalanginya. Kita akan bersyukur kepada Allah karena Dia yang telah
menciptakan manusia dengan penciptaan yang paling sempurna. Di balik kesempurnaanya,
Allah telah memberikan dua potensi, yakni akal dan nafsu. Kita akan mengontrol diri dari
perbuatan keji dan mungkar, serta akan tetap memelihara iman dalam hati dan
merealisasikannya dalam bentuk amal saleh, dengan harapan supaya Allah tidak
mengembalikan kita ke tempat yang hina (neraka). Kita tidak pantas mendustakan hari
pembalasan, karena pada hari itu sudah pasti setiap manusia haru mempertanggungjawabkan
perbuatannya di hadapan Allah swt..
ۡ َ َ َّمر و ُ م ل ِ م ُر ِ ض ُع ِااَّل ِبعِل ِ ل ِ ت َ ۡح ٍ َ ۡ طف ٍۃ ث َّ ُ اب ث ِّ ۡالل ٰ ّ ُہ َخلَ َقک ُ م ٍ م ۡن ت ُ َر َ َ ما ِ م ً ج َعلَک ُ مۡ ا
َ ُّ ۡزوا َ م َ َجاؕ و َّ ُ م ۡنن
ٰ ٰ ٰ
مر ٖۤہ ِااَّل فِ ۡیکِت ُ َی ُ ۡنق ِ ٰ ٍ م ۡنا ُ ۡنثی َو اَل ت َّ َمع ُّ م ۡن َّ َما یُع َ م ٖہؕ َو س ۡی ٌر ِ َ ن ذلِکَ َعلَی الل ّ ِہ ی ِ ص َّ ِ بؕ ا ُ ُم ۡنعDan
Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu
berpasangan (laki-laki dan perempuan). Tidak ada seorang perempuan pun yang mengandung
dan melahirkan, melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan tidak dipanjangkan umur
seseorang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh
Mahfuzh).
Hakikat manusia Qs. Adz, dzaariyaat Demikianlah tidak seorang rasulpun yang datang kepada
orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan: "Dia adalah seorang
tukang sihir atau seorang gila" Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu.
Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas. Dan tetaplah memberi peringatan,
karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
https://www.rumahfiqih.com/quran/51/56
Hubungan Antara Ayat QS Al-Mukminun (23): 12-24, QS As- Sajdah (32):7, QSAt-tin (95):4, Qs.
Asy-Syam (91):8, QS, Faathir (35:11) dengan Qs. Adz, dzaariyaat Sbb: Pada dasarnya setiap
mahluk hidup yang diciptakan oleh Allah SWT untuk selalu tetap bersyukur karena hakikat dari
ciptaan allah swt antara kehidupan manusia dan manusia dimata allah swt tetap sama tidak
membedakan satu sama lain, ataupun dengan mahluk lain seperti hewan, tumbuh - tumbuhan,
dan alam raya yang ada didunia ini allah ciptakan dengan kelebihan serta kekurangannya
masing – masing untuk dapat mensyukuri kenikmatan atas karunianya yang telah allah swt
wahyukan pada setiap mahluk ciptaannya. Akan tetapi dalam proses kehidupan baik mahluk
manusia yang di ciptakan dari segumpal darah diberikan suatu kelebihan bentuk yang
sempurna, serta diberikan akal dan pikir, sifat, sikap, dan prilaku agar dalam mejalakan suatu
kehidupan yang sudah di takdirkan tidak digunakan untuk kesererakahan, kedzoliman, apalagi
menduakan penciptanya, seperti yang telah di katakan pada ayat – ayat di atas tersebut.
Melainkan hanya harus bersimpuh rasa syukur yang Sudah allah ciptakan untuk kelangsungan
m hidup dalam menjemput rotasi kehidupan yang lain. Trims, Sumber. Anggayogista(Saya
Sendiri).
Berangkat dari Hakikat manusia, Allah SWT tentunya menciptakan setiap mahluk dengan
kelebihan dan kekurangannya. Mungkin ada mahluk istimewa yang allah ciptakan yaitu
manusia. Allah SWT menciptakan manusia ini diberikan kelebihan Akal dan Pikir untuk dapat
mejalankan kehidupan serta untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan demi kelangsungan
hidup. Akan tetapi disisi lain, manusia juga harus dapat bertangung jawab, kenapa demikian
selain mahluk yang berakal dan berpikir manusia juga mempunyai kerangka tubuh seperti,
Otak, rasa, gerak, watak, sikap, prilaku dan aliran darah yang mengalir pada tubuh manusia itu
sendiri. Maka dengan demikian segala bentuk aktiftas yang dijalankan, manusia harus dapat
bertangung jawab baik itu pada diri sendri maupun mahluk lain yang sudah allh swt ciptakan.
Sebagai salah satu mahluk ciptaan allah swt yang paling mulia, manusia harus dapat
menjalankan rotasi kehidupan sesuai dengan apa yang di yakinkannya, baik itu dalam mencari
kebutuhan untuk bertahan hidup ataupun di lingkungan untuk tetap selalu berusaha bertangung
jawab mejaga serta memelihara apa yang sudah allah swt berikan, yang tentunya dengan
seiring proses kontradiktif manusia dengan segala tingkatannya dapat bervolusi untuk
mendapatkan keadaan – keadaan yang nyaman tenang, tentram dan damai, akan tetapi proses
kontradiktif itu harus dapat di pertangung jawabkan tidak hanya secara individu melainkan
sebagai manusia yang mempunyai sifat sosial yang terlepas dari Individualistis dalam
membangun perubahan kehidupan – kehidupan yang berkembang dan haruslah dilakukan
secara bersama – sama, karena sudah menjadi bagian dari utusan allah swt untuk bisa
menjaga serta memelihara apa yang sduah ada didunia ini. Dengan kata lain, pergunakan lah
akal dan pikiran untuk sesuatu hal yang bermanfaat, berguna untuk kemaslahatan dunia ini.
sumber:angga yogista.pendapat pribadi. 3. HAK MANUSIA 1. berhak untuk mempunyai
pendidikan, Finacial dsb. 2. berhak menyampaikan pendapat. 3. berhak untuk memiliki jasmani
dan rohani yang sehat. 4 berhak mempunyai kehidupan yang layak, adil, makmur dan sejahtera
(sumber, Pendapat pribadi). 4. Peran Manusia menurut Sosiologis da psikologis Manusia
diciptakan allah SWT melalui dua genetik yang berbeda bisa dikata manusia wanita dan
manusia pria, dari kedua hal tersebut satu sama lain nya pasti mempunyai
peran yang tidak sama namun sudah digariskan untuk memperoleh kehidupan secara
keturunan, maka dari itu kalau lah melihat dari sosiologis nya manusia adalah mahluk sosial
yang tidak bisa membangun suatu kehidapan secara individu, secara psikologinya, setiap
manusia memiliki rasa, yang mana rasa itu bermacam – macam ragam keribadiannya, ada
yang ambisius, pemarah, ulet, baik, dan bnyak lagi contoh hal lainya yang beraneka ragam
bentuk dari psikologis manusia itu sendiri.
5. Peran Akal Menurut Al-qur’an Akal adalah Suatu alat manusia yang memiliki fungsi untuk
membedakan yang salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuanya
sangat luas. Akal juga dapat di klasifikasikan dari bebrapa hal sbb: 1. Akal sebagai alat sarana
memahami kebenaran 2. Akal digunakan untuk berfikir 3. Teguran bagi yang tidak
menggunakan akalnya 4. Keutamaan Ulul-Albab.
Sumber https://pdfcoffee.com/1-penjelasan-tentang-hakikat-manusia-qs-al-mukminun-23-12-24-qs-as-
sajdah-327-qsat-tin-954-qs-asy-syam-918-qs-faathir-3511-dan-hubungannya-dengan-qs-adz-dzaariyah-
5156-pdf-free.html
Nomer 2
Dalam perjalanan hidup dan kehidupannya, manusia sebagai makhluk Allah pada dasarnya
mengemban amanah atau tugas-tugas kewajiban dan tanggungjawab yang dibebankan
oleh Allah kepadanya agar dipenuhi, dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya. Al-
Maraghy, ketika menafsirkan ayat “Innallaha ya’murukum an tu’addu al-amanaati ila ahliha
… (Q.S. al-Nisa’: 58), ia mengemukakan bahwa amanah tersebut ada bermacam-macam
bentuknya, yaitu:
Amanah hamba terhadap Tuhannya, yakni sesuatu yang harus dipelihara dan dijaga oleh
manusia, yang berupa mengikuti segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya,
serta menggunakan alat-alat potensialnya dan anggota badannya dalam berbagai aktivitas
yang bisa menimbulkan kemanfaatan baginya dan dapat mendekatkan diri kepada
Tuhannya, sehingga bila manusia melanggarnya, maka berarti dia berkhianat kepada
Tuhannya;
Amanah hamba terhadap sesama manusia, yakni mengembalikan barang-barang titipan
kepada pemiliknya dan tidak mau menipu, serta menjaga rahasia seseorang yang tidak
pantas dipublikasikan; dan
Amanah manusia terhadap dirinya, yakni berusaha melakukan hal-hal yang lebih baik dan
lebih bermanfaat bagi dirinya untuk kepentingan agama dan dunianya, tidak melakukan hal-
hal yang membahayakan dirinya baik untuk kepentingan akhirat maupun dunianya, serta
berusaha menjaga dan memelihara kesehatan dirinya.
Di dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa manusia termasuk makhluk yang siap dan mampu
mengemban amanah tersebut ketika ditawari oleh Allah, sebaliknya makhluk yang lain
justeru enggan menerimanya atau tidak siap dan tidak mampu mengemban amanah
tersebut, sebagaimana firmanNya dalam Q.S. al-Ahzab : 72, yang artinya: “Sesungguhnya
Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya
dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dhalim dan
bodoh” ().
Apa itu amanah? Ath-Thabathaba’i, ketika menafsirkan ayat tersebut, ia mengemukakan
bermacam-macam pengertian dari amanah, yaitu: (1) tugas-tugas/beban kewajiban,
sehingga bila orang mau mematuhinya, maka akan dimasukkan ke dalam surga, sebaliknya
bila melanggarnya akan dimasukkan ke neraka; (2) akal, yang merupakan sendi bagi
pelaksanaan tugas-tugas/beban kewajiban dan tempat bergantungnya pahala dan siksa;
(3) kalimah “La ilaaha illa Allah; (4) anggota-anggota badan, termasuk di dalamnya alat-alat
potensial atau potensi-potensi dasar manusia, yang mampu mengemban dan
melaksanakan amanah dari Allah yang harus dijaga dan hanya digunakan dalam batas-
batas yang diridlai olehNya; (5) ma’rifah kepada Allah. Pengertian yang keempat itulah,
menurut Ath-Thabathaba’i, yang lebih mendekati kebenaran. Al-Raghib al-Asfahani, pakar
bahasa al-Qur’an, mengemukakan beberapa pengertian tentang amanah, yaitu: (1) kalimah
tauhid; (2) al-’adalah (menegakkan keadilan); (3) akal. Menurut Al-Asfahani, bahwa
pengertian yang ketiga itulah yang benar, karena dengan akal bisa tercapai ma’rifah tauhid,
bisa terwujudkan keadilan dan mampu menjangkau berbagai ilmu pengetahuan dan
sebagainya, bahkan akal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain.
Nomer 3
Terkait hak hak asasi manusia dalam Islam (al-huquq al-insaniyyah fil islam), musyawirin menjelaskannya
dengan merujukkan pada ulasan-ulasan yang pernah disinggung para ulama klasik ketika menjelaskan
tentang filosofi hukum Islam. Keterangan ini antara lain bisa ditemukan kitab-kitab ushul fiqh seperti Al-
Mustashfa min Ilm al Ushul karya Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazali. Imam al-Ghazali menyebutnya
maqâshidusy syarî‘ah (pokok-pokok yang menjadi tujuan syariat). Berikut adalah kutipan lengkap hasil
keputusan Munas Alim Ulama yang diberlangsung di Pondok Pesantren Qomarul Huda Bagu,
Pringgarata, Lombok Tengah itu mengenai hak asasi manusia dalam Islam: Islam merupakan ajaran yang
menempatkan manusia pada posisi yang sangat tinggi. Bahkan al-Qur’an menjamin adanya hak
pemuliaan dan pengutamaan manusia. Firman Allah SWT: َولَ َق ْد َكرَّ مْ َنا َبنِي آدَ َم َو َح َم ْل َنا ُه ْم فِي ْال َبرِّ َو ْال َبحْ ِر َو َر َز ْق َنا ُه ْم م َِن
ِير ِممَّنْ َخلَ ْق َنا َت ْفضِ ياًل
ٍ ت َو َفض َّْل َنا ُه ْم َعلَ ٰى َكث َّ “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami
ِ الط ِّي َبا
angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. al-
Isra’: 70) Dengan demikian manusia memiliki hak al-karâmah dan hak al-fadlîlah. Apalagi misi Rasulullah
adalah rahmatan lil alamin, di mana kemaslahatan/kesejahteraan merupakan tawaran untuk seluruh
manusia dan alam semesta. Elaborasi (pengejawantahan) misi di atas disebut sebagai ushul al-khams
(lima prinsip dasar) yang melingkupi hifdhud dîn, hifdhun nafs wal ’irdl, hifdhul aql, hifdhun nasl dan
hifdhul mal. Hifdhud dîn memberikan jaminan hak kepada umat Islam untuk memelihara agama dan
keyakinannya (al-din). Sementara itu Islam juga menjamin sepenuhnya atas identitas (kelompok) agama
yang bersifat lintas etnis, oleh karena itu Islam menjamin kebebasan beragama, dan larangan adanya
pemaksaan agama yang satu dengan agama lainnya. Hifdhun nafs wal ’irdh memberikan jaminan hak
atas setiap jiwa (nyawa) manusia, untuk tumbuh dan berkembang secara layak. Dalam hal ini Islam
menuntut adanya keadilan, pemenuhan kebutuhan dasar (hak atas penghidupan) pekerjaan, hak
kemerdekaan, dan keselamatan, bebas dari penganiayaan dan kesewenang-wenangan. Hifdhul ‘aql
adalah adanya suatu jaminan atas kebebasan berekspresi, kebebasan mimbar, kebebasan mengeluarkan
opini, melakukan penelitian dan berbagai aktivitas ilmiah. Dalam hal ini Islam melarang terjadinya
perusakan akal dalam bentuk penyiksaan, penggunaan ekstasi, minuman keras dan lain-lain. Hifdhun
nasl merupakan jaminan atas kehidupan privasi setiap individu, perlindungan atas profesi (pekerjaan),
jaminan masa depan keturunan dan generasi penerus yang lebih baik dan berkualitas. Free sex, zinah
menurut syara’, homoseksual, adalah perbuatan yang dilarang karena bertentangan dengan hifdh al-
nasl. Hifdhul mâl dimaksudkan sebagai jaminan atas pemilikan harta benda, properti dan lain-lain. Dan
larangan adanya tindakan mengambil hak dari harta orang lain, seperti mencuri, korupsi, monopoli,
oligopoli, monopsoni dan lain-lain.
Sumber: https://islam.nu.or.id/syariah/lima-hak-asasi-manusia-dalam-islam-C16DH
Nomer 4
Pendahuluan
Hai generasi milenial yang semangat belajarnya terus membara. Kali ini kita
akan membahas tentang status dan peran manusia dari beberapa tinjauan.
Pertanyaanya adalah ”Kemukakan secara ringkas tentang status dan peran
manusia berdasarkan tinjauan sosiologis dan psikologis! Mari kita kupas
gaes!
Pembahasan
Sosiologi merupakan ilmu yang mengkaji tentang perilaku sosial manusia dan
pola interaksi dan pengaruh timbal balik antara individu dan kelompok dalam
struktur sosial, serta perubahan sosial.
Berdasarkan tinjauan sosiologis, status dan peran manusia yakni
manusia sebagai seorang individu selain merupakan hasil bentukan dari
dirinya sendiri adalah juga merupakan hasil bentukan dari lingkungan
dan masyarakat tempatnya berada. Terbentuknya sikap terbuka individu
tidak hanya mempengaruhi sikap dan juga perilakunya individunya sendiri
tetapi juga dapat mempengaruhi sikap dan perilaku oran lain. Selain sebagai
makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial yang tidak dapat
hidup sendiri dan selalu membutuhkan manusia lainnya.
Psikologi merupakan sutu imu yang mengkaji aspek-aspek kejiwaan seperti
aspek mental, emosional, dan karakteristik perilaku individu ataupun
kelompok.
Berdasarkan tinjauan psikologis, status dan peran manusia dapat yakni
mengacu pada perilaku manusia merupakan perwujudan dari dorongan
dalam diri manusia. Perilaku manusia yang muncul baik untuk individunya
sendiri maupun terhadap kelompok merupakan cerminan kebutuhan manusia
itu sendiri.
Kesimpulan
Jadi kesimpulannya, status dan peran manusia tidak dapat dilepaskan hakikat
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tidak dapat
hidup sendiri, dimana bentukan kepribadian, mental dan perilaku tidak hanya
terbentuk dengan sendirinya tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan dan
masyarakat sekitar.
Nomer 5
Pembahasan
Peranan akal bagi manusia menurut Al Quran adalah sebagai berikut:
1. Akal digunakan manusia untuk memahami syariat yang ada di dalam Al
Quran. Banyak sekali firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang berkaitan
dengan akaldan berpikir seperti pada surat Shaad ayat 43 yang berbunyi:
ِ اِئم َح َّتى َيسْ َت ْيق َِظ َو َع ِن الص َِّبىِّ َح َّتى َيحْ َتلِ َم َو َع ِن ْال َمجْ ُن
ون َح َّتى َيعْ قِ َل َ َ ْ
ِ ُرف َِع ال َقلَ ُم َعنْ ثالَث ٍة َع ِن ال َّن
“Pena diangkat (dibebaskan) dari tiga golongan: [1] orang yang tidur sampai
dia bangun, [2] anak kecil sampai mimpi basah (baligh) dan [3] orang gila
sampai ia kembali sadar (berakal).” (HR. Abu Daud. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih).
3. Allah Ta’ala mencela orang yang tidak menggunakan akalnya, semisal
perkataan Allah pada penduduk neraka yang tidak mau menggunakan akal.
4. Banyak sekali anjuran kepada manusia untuk berfikir di dalam Al Qur’an,
yaitu untuk tadabbur dan tafakkur, seperti la’allakum tatafakkarun (mudah-
mudahan kamu berfikir) atau afalaa ta’qilun (apakah kamu tidak berpikir).
Contohnya di dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 219 yang berbunyi:
۞ اس َوا ِْث ُم ُه َمٓا اَ ْك َب ُر مِنْ َّن ْفع ِِه َم ۗا َو َيسْ ـَٔلُ ْو َن َك َم َاذا ُي ْنفِقُ ْو َ§ن ِ ۖ َيسْ ـَٔلُ ْو َن َك َع ِن ْال َخمْ ِر َو ْال َميْسِ ۗ ِر قُ ْل فِي ِْه َمٓا ا ِْث ٌم َك ِب ْي ٌر وَّ َم َنافِ ُع لِل َّن
ِ ەۗ قُ ِل ْال َع ْف ۗ َو َك ٰذل َِك ُي َبيِّنُ هّٰللا ُ َل ُك ُم ااْل ٰ ٰي
٢١٩ - ت لَ َعلَّ ُك ْم َت َت َف َّكر ُْو ۙ َن
Definisi putra daerah jika diartikan secara baku maupun berdasarkan landasan hukum sangatlah
beragam karena tidak ada referensi yang mendukung. Namun apabila berlandaskan pada peraturan
tentang pemerintahan daerah, untuk membuka pemahaman dan kepentingan demokrasi serta integrasi
bangsa, pengertian putra daerah haruslah memuat ciri-ciri sebagai berikut:
3) Memiliki visi dan misi serta karya yang jelas untuk membangun daerah;
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok
Nusantara berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan berikrar (1) bertumpah darah yang satu, tanah
Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.
Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia
merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan
kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945
karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa
Indonesia (Bab XV, Pasal 36).
Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan bahwa bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu
yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di
Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang menyatakan itu ialah
dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo
berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang
Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna.
Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli)
juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M
yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran
agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan
sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang
digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara.
Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain,
menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-
Tsing:183), K’ouen-louen (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kun’lun (Parnikel,
1977:91), K’un-lun (Prentice, 1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud Koen-
luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam,
baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun
1380 M, maupun hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja
Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di
wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa
perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa
Melayu tidak mengenal tingkat tutur.
Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan bertambah
kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam
pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari
berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa
Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa
persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa
itu menggunakan bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan
pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa
persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan
kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa
Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa
Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Sumber :
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/627/Sekilas%20Tentang%20Sejarah
%20Bahasa%20Indonesia
nomer 2
Bahasa Indonesia adalah adalah bahasa tonggak dan bahasa ibu di negara
kita. Walaupun Indonesia sekiranya memiliki ribuan bahasa daerah, namun
Bahasa Indonesia tidak pernah luput dalam sejarah. Bahasa ini tetap ada dan
tetap dipakai menjadi bahasa resmi setiap masyarakat. Menurut sejarahnya
sendiri, bahasa ini pertama kali diperkenalkan dalam Kongres Sumpah
Pemuda ke-2 di tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan. Lama
kelamaan banyak juga yang memakai istilah Bahasa Indonesia saat mereka
menggunakan Bahasa melayu ubahan.
Dalam perkembangannya, Bahasa Indonesia mengalami banyak trasformasi
ejaan dan tata bahasa terutama di penulisan hurufnya. Berikut beberapa
perbedaan Bahasa Indonesia sekarang dan dulu :
Huruf u yang sekarang kita pakai, dulunya ditulis oe, misal dulu, dulunya
ditulis doeloe
Huruf j yang sekarang kita pakai, dulunya ditulis dengan y,misalnya yang
mulia, dulunya Jang Moelia
Huruf j yang sekarang kita pakai dulunya ditulis dj, misal jomblo,
dulunya djomblo
dan lain sebagainya