Anda di halaman 1dari 4

1.

Persamaan dalam Islam disebut alwusawa adalah sikap yang memandang seimbang, sejajar, sama rata
antar sesama manusia. Dalam demokrasi Islam, almusawa berhimpitan dengan nilai assyura
(musyawarah) dan al'adalah (keadilan). 

Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, persamaan merupakan prinsip untuk bersikap tidak
diskriminatif terhadap sesama manusia apapun latarbelakangnya. 

Prinsip kemanusiaan adalah melebihi batas-batas primordial dan kepentingan. Prinsip seperti inilah yang
dianut Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dengan sesanti Bhineka Tunggal Ika.

Semangat menjaga keberagaman dan kemanusiaan di Indonesia seperti itu sesuai dengan ajaran Islam
dalam surat Al-Hujarat ayat 13, yang pada prinsipnya perbedaan gender (addzakar-untsa), bangsa
(syu'uba), dan suku (qaba'il) semata-mata diperintahkan untuk saling berhubungan dan membantu
(atta'arufi); sebaik-baik manusia adalah yang paling baik takwanya kepada Allah (attaqakum). 

Makna dalam ayat tersebut adalah penghargaan terhadap seseorang bukanlah di karenakan perbedaaan
apapun latarbelakangnya, melaikan justru sejauhmana perbedaan itu dihargai. Karena itu Islam sangat
menghargai pluralitas.

Surat Al-Hujarat ayat 13 ini Tafsir Al-Misbah ditekankan dan dipesankan agar hubungan sesama manusia
dikedepankan sifat persamaan dan menghindari sikap diskriminatif. 

40 Hadits Shahih: Terapi Nabi Mengikis Terorisme”, Islam melarang membanggakan kesukuan karena
sikap tersebut bertentangan dengan prinsip Islam yang menghargai perbedaan.

Perbedaan bukanlah alasan untuk saling memusuhi dan berpecah belah. Justru, perbedaan itu
bermanfaat bagi manusia demi menjalin silaturrahim antarmanusia. Perbedaan tercipta bukan untuk
dipisahkan, melainkan untuk saling mendekatkan.

Tidak ada satu suku atau bangsa yang lebih mulia dari suku atau bangsa lainnya. Tidak ada juga satu
kelompok yang lebih mulia dari kelompok lainnya. Islam hanya membedakan manusia dari sisi amal
perbuatannya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

‫َر َّواُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُشعُوْ بًا َّوقَبَ ۤا ِٕى َل لِتَ َعا َرفُوْ ا ۚ اِ َّن اَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هّٰللا ِ اَ ْت ٰقى ُك ْم ۗاِ َّن هّٰللا َ َعلِ ْي ٌم خَ بِ ْي ٌر‬
ٍ ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَ لَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن َذك‬

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan,
kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh,
Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. " (QS. Al-Ḥujurat [49]:13)
Islam juga memandang manusia sama dan berasal dari satu keturunan, yakni Nabi Adam.  Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

ِ ‫ت َوفَض َّْل ٰنهُ ْم ع َٰلى َكثِي ٍْر ِّم َّم ْن خَ لَ ْقنَا تَ ْف‬
۞ ‫ض ْياًل‬ ِ ‫ࣖ ولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِ ْٓي ٰا َد َم َو َح َم ْل ٰنهُ ْم فِى ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر َو َرزَ ْق ٰنهُ ْم ِّمنَ الطَّيِّ ٰب‬
َ

"Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut,
dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang
Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna." (QS.Al-Isra' [17]:70)

Selain itu, kedatangan Islam yang dibawa Nabi Muhammad juga telah menempatkan manusia pada
kedudukan yang semestinya sebagai ciptaan Allah yang paling sempurna di antara makhluk lainnya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

‫لَقَ ْد َخلَ ْقنَا ااْل ِ ْنسَانَ فِ ْٓي اَحْ َس ِن تَ ْق ِوي ۖ ٍْم‬

"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya," (QS.At-Tin [95]:4).

2.Uswatun hasanah atau dalam bahasa ٌ‫ُأس َْوةٌ َح َسنَة‬ memiliki arti “Teladan yang baik” atau “Suri Tauladan
yang Baik. Uswatun hasanah merupakan gelar yang dimiliki oleh Rasulullah Saw. Uswatun hasanah
adalah sebutan Al-Qur’an untuk sifat-sifat mulia pada diri Rasulullah SAW yang wajib menjadi pedoman
berperilaku umat Islam (muslim).

ٌ‫ُأ ْس َوةٌ َح َسنَة‬

Latin: “Uswatun hasanah”

Artinya: “Teladan yang baik”

Dengan demikian, arti uswatun hasanah yaitu Maksud dari kalimat tersebut adalah bahwa Rasul yang
dapat dijadikan suri tauladan yang baik bagi kita semua. Lalu apa bukti bahwa Rasulullah atau Nabi
Muhammad Saw., mempunyai gelar uswatun hasanah? Buktinya terdapat dalam surah Al-Ahzab Ayat
21.

Surat Al-Ahzab Ayat 21


Buktinya Rasulullah Saw. bergelar “uswatun hasanah” terdapat pada firman Allah pada surat Al-Ahzab
ayat 21, yang berbunyi:

‫ُول هَّللا ِ ُأ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكانَ يَرْ جُو هَّللا َ َو ْاليَوْ َم اآْل ِخ َر َو َذك ََر هَّللا َ َكثِيرًا‬
ِ ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرس‬

Latin: Laqad kāna lakum fī rasụlillāhi uswatun ḥasanatul limang kāna yarjullāha wal-yaumal-ākhira wa
żakarallāha kaṡīrā

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
(Q.S. Al-Ahzab : 21)

Dalam ayat tersebut terkandung perintah kepada kita untuk mencontoh dan menteladani Nabi
Muhammad saw., dalam berbagai hal seperti kesabaran, usaha bersabar, istiqomah, perjuangan, dan
penantian beliau terhadap pertolongan dari Allah SWT.

Selain itu dalam diri Rasulullah saw., juga ada suri tauladan yang baik (uswatun hasanah), baik dalam
perkataan, perbuatan, dan keadaan diri.

3. Pemimpin harus orang yang amanah, amanah dimaksudkan untuk berhubungan dengan banyak hal,
salah satunya adalah adil. Keadilan yang dituntut bukan hanya bagi golongan, sekte atau umat Islam,
tetapi mencakup seluruh umat manusia bahkan semua makhluk. Dalam Al-Qur'an dijelaskan:

“Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk menyampaikan pesan itu kepada orang-orang yang
berhak menerimanya, dan (memerintahkan kamu) ketika menghakimi di antara orang-orang agar kamu
menghakimi dengan adil. Sesungguhnya Allah memberimu pelajaran yang terbaik. Sesungguhnya Allah
Maha Mendengar , Semua melihatnya." (QS.  An-Nisa': 58)

Ayat di atas memerintahkan menunaikan amanat, ditekankannya bahwa amanat tersebut harus
ditunaikan kepada ahliha yakni pemiliknya. Ketika memerintahkan menetapkan hukum dengan adil,
dinyatakannya “apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia”. Ini bearti bahwa perintah berlaku
adil itu ditunjukkan terhadap manusia secara keseluruhan.

Seorang pemimpin haruslah orang-orang yang berilmu, berakal sehat, memiliki kecerdasan, kearifan,
kemampuan fisik dan mental untuk dapat mengendalikan roda kepemimpinan dan memikul
tanggungjawab. Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an,

Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu
menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka,
tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka
(Rasul dan ulil Amri) kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu
mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu)." (QS.An-Nisa’: 83)

4.hubungan kemanusiaan bagaikan saudara, baik saudara sedarah, saudara seiman maupun saudara


sebangsa dan setanah air. “Siapa yang tidak bersikap kasih terhadap sesamanya, maka Allah SWT tidak
akan mengasihinya.” (H.R. Muttafaq 'alaih).

Pada dasarnya Islam meletakkan dasar-dasar persamaan derajat dan hak asasi bagi setiap diri manusia.
Dengan konsepsi itu tertolaklah segala pandangan yang berlawanan dengan peradaban manusia yang
luhur. Sebagai wujud dari kemanusiaan yang luas, Islam mengajarkan agar tetap memelihara kelestarian
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara yang aman dan damai.

Anda mungkin juga menyukai