Anda di halaman 1dari 9

MA’RIFATUL INSAN

BAGIAN KE-13
Binaul ‘Izzal (Membangun Harga Diri)
A. Pendahuluan
Sebagai seorang muslim, sudah selayaknya kita menumbuhkan al-izzah, yakni kesadaran
akan kehormatan, kemuliaan, dan kebanggaan diri sebagai manusia, sebagai seorang muslim,
dan sebagai umat Islam.
B. Tujuan Instruksi Umum

Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui materi terakhir dari
ma’rifatul insan yaitu bagaimana seorang manusia membangun diri, agar menhadi seorang
muslim yang sebenar-benarnya.

C. Tujuan Instruksi Khusus

a) Memahami bahwa untuk menegakkan fungsi khilafah, ia harus mewujudkan kekuatan:


akidah, akhlaq, ilmu, harta dan jihad.
b) Memahami cara penumbuhan dan pemeliharaan setiap bagian dari kekuatan ini secara
benar dan terarah.
c) Termotivasi untuk bergabung dengan jamaah Islam dalam rangka merealisir terwujudnya
kekuatan ini.
D. Bagan materi
E. Uraian Materi
Sebagai seorang muslim, sudah selayaknya kita menumbuhkan al-izzah, yakni kesadaran
akan kehormatan, kemuliaan, dan kebanggaan diri sebagai manusia, sebagai seorang muslim,
dan sebagai umat Islam.
1. Kehormatan, Kemuliaan, Dan Kebanggaan Sebagai Al-Insan (Manusia)
Di pembahasan Haqiqatul Insan telah disebutkan bahwa kita telah dijadikan oleh Allah
Ta’ala sebagai makhluk yang diberi kemuliaan (at-takrim) dan diberi kelebihan (at-tafdhil). Hal
ini dijelaskan melalui firman-Nya,

‫َو َلَقْد َك َّر ْم َنا َبِني آَد َم َو َح َم ْلَناُهْم ِفي اْلَبِّر َو اْلَبْح ِر َو َر َز ْقَناُهْم ِم َن الَّطِّيَباِت‬
‫َو َفَّض ْلَناُهْم َع َلى َك ِثيٍر ِمَّم ْن َخ َلْقَنا َتْفِض ياًل‬
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan
di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Israa,
17: 70)

Allah Ta’ala telah memuliakan kita -anak cucu Adam- dengan raut muka yang indah, potongan
yang serasi dan diberi akal agar dapat menerima petunjuk, berbudaya dan berpikir guna mencari
keperluan hidup, mengelola kekayaan alam serta menciptakan alat pengangkut di darat, di lautan
maupun di udara. Dan Allah Ta’ala telah memberikan rezeki yang baik-baik kepada kita, yang
terdiri dari makanan yang didapat dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Allah Ta’ala telah
melebihkan kita dengan kelebihan yang sempurna, dari kebanyakan makhluk yang lain yang
diciptakan-Nya.

Kita pun telah dijadikan sebagai makhluk yang diberi kemampuan untuk ‘menundukkan’ alam
(at-taskhir).

Allah Ta’ala berfirman,

‫ُهَّللا اَّلِذ ي َس َّخ َر َلُك ُم اْلَبْح َر ِلَتْج ِرَي اْلُفْلُك ِفيِه ِبَأْم ِرِه َو ِلَتْبَتُغ وا ِم ْن َفْض ِلِه َو َلَع َّلُك ْم‬
‫َتْشُك ُروَن‬
“Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya
dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu
bersyukur.” (QS. Al-Jatsiyah, 45: 12)

Di ayat yang lain diterangkan bahwa Allah Ta’ala menjadikan bumi dan semua isinya untuk kita,
manusia.

‫ُهَو اَّلِذ ي َخ َلَق َلُك ْم َم ا ِفي اَأْلْر ِض َج ِم يًعا ُثَّم اْسَتَو ى ِإَلى الَّس َم اِء َفَس َّو اُهَّن َس ْبَع‬
‫َس َم اَو اٍت َو ُهَو ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِليٌم‬
“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu, dan Dia berkehendak
menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS.
Al-Baqarah, 2: 29)

Allah Ta’ala pun telah menjadikan bumi ini mudah bagi kita,

‫ُهَو اَّلِذ ي َج َعَل َلُك ُم اَأْلْر َض َذ ُلواًل َفاْم ُش وا ِفي َم َناِكِبَها َو ُك ُلوا ِم ْن ِرْز ِقِه َو ِإَلْيِه‬
‫الُّنُش وُر‬
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya
dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan.” (Al-Mulk, 67: 15).
Kesadaran akan kehormatan, kemuliaan, dan kebanggan sebagai manusia pun harus
tumbuh dalam diri karena kita adalah makhluk yang diberi amanah (al-amanah), yakni tugas-
tugas agama; mengerjakan perintah dan menjauhi larangan, di mana jika dikerjakan kita akan
mendapatkan pahala, dan jika ditinggalkan kita akan mendapatkan siksa.

Allah Ta’ala berfirman,


‫ِإَّنا َع َر ْض َنا اَأْلَم اَنَة َع َلى الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر ِض َو اْلِج َباِل َفَأَبْيَن َأْن َيْح ِم ْلَنَها‬
‫َو َأْش َفْقَن ِم ْنَها َو َح َم َلَها اِإْل ْنَس اُن ِإَّنُه َك اَن َظُلوًم ا َج ُهواًل‬
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung,
maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya,
dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”
(QS. Al-Ahzaab, 33: 72).
Jadi kesimpulannya, sebagai manusia kita harus menyadari al-izzatul insaniyyah
(kehormatan, kemuliaan, dan kebanggaan) kemanusiaan kita.
2. Kehormatan, Kemuliaan, Dan Kebanggaan Sebagai Individu Muslim (Al-Fardul Muslim)
Kita adalah makhluk yang memiliki al-izzah, karena selain sebagai manusia kita juga
adalah seorang muslim; yang memiliki al-aqidah (aqidah), yakni aqidah Islam yang diridhoi oleh
Allah Ta’ala,

‫ِإَّن الِّد يَن ِع ْنَد ِهَّللا اِإْل ْس اَل ُم‬


“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam…” (QS. Ali Imran, 3: 19)

‫َو َم ْن َيْبَتِغ َغْيَر اِإْل ْس اَل ِم ِد يًنا َفَلْن ُيْقَبَل ِم ْنُه َو ُهَو ِفي اآْل ِخ َرِة ِم َن اْلَخ اِس ِر يَن‬
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak-lah akan diterima
(agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran, 3:
85)
Dengan aqidah yang benar inilah kita melakukan al-‘ibadah (ibadah) kepada Allah Ta’ala
dengan tujuan dan harapan agar meraih at-taqwa (ketakwaan) sebagaimana difirmankan oleh-
Nya,

‫َيا َأُّيَها الَّناُس اْع ُبُد وا َر َّبُك ُم اَّلِذ ي َخ َلَقُك ْم َو اَّلِذ يَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقوَن‬
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa…” (QS. Al-Baqarah, 2: 21)
Dengan ketakwaan itulah kita akan memperoleh kemuliaan,
‫َيا َأُّيَها الَّناُس ِإَّنا َخ َلْقَناُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َو ُأْنَثى َو َج َع ْلَناُك ْم ُش ُعوًبا َو َقَباِئَل ِلَتَع اَر ُفوا ِإَّن‬
‫َأْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد ِهَّللا َأْتَقاُك ْم ِإَّن َهَّللا َع ِليٌم َخ ِبيٌر‬
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(QS. Al-Hujurat, 49: 13)
Oleh karena itu, sebagai seorang muslim hendaknya kita menyadari al-izzatul islamiyah
(kehormatan, kemuliaan, dan kebanggaan) terhadap keislaman kita.
3. Kehormatan, Kemuliaan, Dan Kebanggaan Sebagai Al-Ummatul Islamiyah (Umat Islam)
Kita harus sadar akan kehormatan, kemuliaan, dan kebanggaan diri, karena kita telah
menjadi bagian dari umat Islam yang memiliki al-iman (keimanan).
Allah Ta’ala berfirman,
‫ْأ‬ ‫ُأ ُأ‬
‫ُكْنُتْم َخ ْيَر َّم ٍة ْخ ِر َج ْت ِللَّناِس َت ُم ُروَن ِباْلَم ْعُروِف َو َتْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِر‬
‫َو ُتْؤ ِم ُنوَن ِباِهَّلل‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran, 3: 110)
Kita telah menjadi bagian dari orang-orang yang berupaya menetapi as-sidq (sikap benar
dan jujur), menghindari kaum munafik yang selalu menutupi kemunafikan mereka dengan kata-
kata dan perbuatan bohong serta alasan-alasan yang tidak benar.

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َو ُك وُنوا َم َع الَّصاِدِقيَن‬
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-
orang yang benar.” (QS. At-Taubah, 9: 119)
Kita telah menjadi bagian umat yang senantiasa menumbuhkan at-tsiqah (percaya)
kepada Allah Ta’ala. Tsiqah terhadap seluruh ketetapan-Nya, kebijaksanaan-Nya, rencana-
rencana-Nya, pertolongan-Nya, dll. Dia berkuasa untuk mengatur secara mutlak dan berkuasa
mewujudkan atau melenyapkan, berkuasa untuk menghidupkan dan mematikan menurut
kehendak-Nya. Karena itu cukuplah Allah menjadi pemelihara dan Dialah yang mengurus dan
menentukan urusan hamba-Nya.

‫َو ِهَّلِل َم ا ِفي الَّس َم اَو اِت َو َم ا ِفي اَأْلْر ِض َو َك َفى ِباِهَّلل َو ِكياًل‬
“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi. Cukuplah Allah sebagai
Pemelihara.” (QS. An-Nisa, 4: 132)
Kita telah menjadi bagian dari kumpulan manusia yang meneguhkan al-wala’ (rasa cinta,
kedekatan, tolong-menolong, loyalitas) hanya kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, serta kepada
orang-orang beriman,

‫ِإَّنَم ا َو ِلُّيُك ُم ُهَّللا َو َر ُسوُلُه َو اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّلِذ يَن ُيِقيُم وَن الَّص اَل َة َو ُيْؤ ُتوَن الَّز َك اَة َو ُهْم‬
‫َر اِكُعوَن‬
“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang- orang yang beriman,
yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).”
(QS. Al-Maidah, 5: 55)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

،‫ َو اْلُحُّب ِفي ِهللا‬،‫ َو اْلُمَع اَد اُة ِفي ِهللا‬،‫اْلُمَو اَالُة ِفي ِهللا‬: ‫َأْو َثُق ُع َر ى ْاِإل ْيَم اِن‬
‫َو الُبْغ ُض ِفي ِهللا‬
“Ikatan iman yang paling kuat adalah loyalitas karena Allah dan permusuhan karena Allah,
mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.” (HR. Ath-Thabrany dalam Mu’jamul
Kabir [no.11537], lihat Silsilah al-Ahaadits ash-Shahiihah [IV/306, no. 1728])
Kita telah menjadi bagian hamba-hamba Allah Ta’ala yang menjunjung tinggi at-tha’ah
(ketaatan) kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya, serta kepada ulil amri,

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َأِط يُعوا َهَّللا َو َأِط يُعوا الَّرُسوَل َو ُأوِلي اَأْلْم ِر ِم ْنُك ْم َفِإْن‬

‫َتَناَز ْع ُتْم ِفي َش ْي ٍء َفُر ُّد وُه ِإَلى ِهَّللا َو الَّرُسوِل ِإْن ُكْنُتْم ُتْؤ ِم ُنوَن ِباِهَّلل َو اْلَيْو ِم اآْل ِخ ِر‬
‫َذ ِلَك َخ ْيٌر َو َأْح َس ُن َتْأِو ياًل‬
“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa, 4:
59)
Kita telah menjadi bagian jama’ah manusia yang berupaya membangun al-iltizam
(komitmen), menata al-harakah (gerakan), dan menyusun al-quwwah (kekuatan),
‫ْأ‬ ‫ُأ‬
‫َو ْلَتُك ْن ِم ْنُك ْم َّم ٌة َيْدُع وَن ِإَلى اْلَخ ْيِر َو َي ُم ُروَن ِباْلَم ْعُروِف َو َيْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِر‬
‫َو ُأوَلِئَك ُهُم اْلُم ْفِلُحوَن‬
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.” (QS. Ali Imran, 3: 104)
Allah Ta’ala berfirman,

‫ِإَّن َهَّللا ُيِح ُّب اَّلِذ يَن ُيَقاِتُلوَن ِفي َس ِبيِلِه َص ًّفا َك َأَّنُهْم ُبْنَياٌن َم ْر ُصوٌص‬
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur
seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. As-Shaf, 61: 4)
Maka, sebagai seorang muslim hendaknya kita menyadari al-izzatul jama’iyyah
(kehormatan, kemuliaan, dan kebanggaan sebagai kelompok umat Islam).
Kesadaran terhadap al-‘izzah ini harus kita bangun; sehingga umat Islam termotivasi
untuk menjalankan amanahnya sebagai khalifah di muka bumi dan mewujudkan Islam sebagai
rahmatan lil ‘alamin.
Wallahu A’lam.

Anda mungkin juga menyukai