Anda di halaman 1dari 6

MATERI SMARTTREN

DRS. AGAN ZAENAL AS, M.M.Pd

AKIDAH AKHLAK

A. Pengertian Akidah Akhlak


Secara etimologi (bahasa) akidah berasal dari kata “aqadaya‟qidu-aqdan”,
berarti ikatan perjanjian, sangkutan dan kokoh. Disebut demikian, karena ia mengikat
dan menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian teknis
artinya adalah iman atau keyakinan. Menurut istilah (terminologi) akidah ialah dasar-
dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber ajaran
Islam yang wajib dipegang oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang
mengikat.
Syaikh Abu Bakar Al-Jaziri menyatakan bahwa akidah adalah kumpulan dari
hukum-hukum kebenaran yang jelas yang dapat diterima oleh akal, pendengaran dan
perasaan yang diyakini oleh hati manusia dan dipujinya, dipastikan kebenarannya,
ditetapkan keshalehannya dan tidak melihat ada yang menyalahinya dan bahwa itu
benar serta berlaku selamanya. Seperti keyakinan manusia akan adanya Sang
Pencipta, keyakinan akan ilmu kekuasaan-Nya, keyakinan manusia akan kewajiban
ketaatan kepada-Nya dan menyempurnakan akhlak-yang dimaksud aqidah dalam
bahasa Arab (dalam bahasa Indonesia ditulis akidah). Kata akhlak secara etimologi
berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq yang secara bahasa
antara lain berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Pengertian Akidah
akhlak.
Berdasarkan pengertian- pengertian akidah akhlak di atas dapat dirumuskan
bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang
muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim
sebagai sumber keyakinan yang mengikat.
Sementara kata “akhlak” juga berasal dari bahasa Arab, yaitu [‫ ]خلق‬jamaknya
[‫ ]أخالق‬yang artinya tingkah laku, perangai tabi‟at, watak, moral atau budi pekerti.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan.
Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara
spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik
menurut pandangan akal dan agama, maka disebut akhlak yang baik atau akhlaqul
karimah, atau akhlak mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu berupa
perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela atau akhlakul
madzmumah.
B. Dasar Akidah Akhlak
Dasar aqidah akhlak adalah ajaran Islam itu sendiri yang merupakan sumber-
sumber hukum dalam Islam yaitu Al Qur‟an dan Al Hadits. Al Qur‟an dan Al Hadits
adalah pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria atau ukuran baik
buruknya suatu perbuatan manusia. Dasar aqidah akhlak yang pertama dan utama
adalah Al Qur‟an dan. Ketika ditanya tentang aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW,
Siti Aisyah berkata.” Dasar aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW adalah Al Qur‟an.”
Islam mengajarkan agar umatnya melakukan perbuatan baik dan menjauhi
perbuatan buruk. Ukuran baik dan buruk tersebut dikatakan dalam Al Qur‟an. Karena
Al Qur‟an merupakan firman Allah, maka kebenarannya harus diyakini oleh setiap
muslim. Dalam Surat Al-Maidah ayat 15-16 disebutkan yang artinya “Sesungguhnya
telah datang kepadamu rasul kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab
yang kamu sembunyikan dan banyak pula yang dibiarkannya. Sesungguhnya telah
datang kepadamu cahayadari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah
Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan,
dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita
kepada cahaya yang terang benderang dengan izinNya, dan menunjuki meraka ke
jalan yang lurus.”
Dasar aqidah akhlak yang kedua bagi seorang muslim adalah AlHadits atau
Sunnah Rasul. Untuk memahami Al Qur‟an lebih terinci, umat Islam diperintahkan
untuk mengikuti ajaran Rasulullah SAW, karena perilaku Rasulullah adalah contoh
nyata yang dapat dilihat dan dimengerti oleh setiap umat Islam (orang muslim).
C. Tujuan Akidah Akhlak
Aqidah akhlak harus menjadi pedoman bagi setiap muslim. Artinya setiap
umat Islam harus meyakini pokok-pokok kandungan aqidah akhlak tersebut. Adapun
tujuan aqidah akhlak itu adalah :
1. Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang sejak lahir. Manusia
adalah makhluk yang berketuhanan. Sejak dilahirkan manusia terdorong
mengakui adanya Tuhan. Firman Allah dalam surah Al-A‟raf ayat 172-173
yang artinya “Dan (Ingatlah), ketika Tuhanmu menguluarkan kehinaan anak-
anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka, seraya berfirman: “Bukankah Aku ini Tuhanmu? “, mereka
menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami jadi saksi” (Kami lakukan
yang demikian itu), agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan:
“Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (Keesaan tuhan)” atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya
orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dulu, sedang kami
ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah
Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat
dahulu?” Dengan naluri ketuhanan, manusia berusaha untuk mencari
tuhannya, kemampuan akal dan ilmu yang berbeda-beda memungkinkan
manusia akan keliru mengerti tuhan. Dengan aqidah akhlak, naluri atau
kecenderungan manusia akan keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa
dapat berkembang dengan benar.
2. Aqidah akhlak bertujuan pula membentuk pribadi muslim yang luhur dan
mulia. Seseorang muslim yang berakhlak mulia senantiasa bertingkah laku
terpuji, baik ketika berhubungan dengan Allah SWT, dengan sesama manusia,
makhluk lainnya serta dengan alam lingkungan. Oleh karena itu, perwujudan
dari pribadi muslim yang luhur berupa tindakan nyata menjadi tujuan dalam
aqidah akhlak.
3. Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan. Manusia
diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa akal pikiran.
Pendapat-pendapat atau pikiran-pikiran yang semata-mata didasarkan atas akal
manusia, kadang-kadang menyesatkan manusia itu sendiri. Oleh karena itu,
akal pikiran perlu dibimbing oleh aqidah akhlak agar manusia terbebas atau
terhindar dari kehidupan yang sesat.
D. Macam-Macam Aqidah
1. Aqidah tauhid rububiyah
Aqidah tauhid rububiyah adalah keyakinan bahwa satu-satunya pencipta adalah
Allah SWT. Allah berfirman,

ُّ‫عبُ ْدٍُُّ َّاصْ طَ ِبسْ ُّلِ ِعبَا َدتِ ََُُِّلْ ُّتَ ْعلَ ُنُّلََُُّ َس ِوّ٘ا‬
ُّْ ‫ضُّ َّ َهاُّبَ ٌَِْ٘ ُ َواُّفَا‬ َ ْ َّ ُّ‫ث‬
ِ ْ‫اْلز‬ ِ ‫َزبُُّّال َّس َوا َّا‬
“Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di antara
keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-
Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut
disembah)?” (Maryam: 65).

Rasulullah bersabda,

َ ‫ ِخ ِس‬ْٙ‫ُّ َّا ْلَْْ٘ ِمُّا‬،َِ ِ‫ُّ َّ ُز ُسل‬،َِ ‫ُّ َّ ُكت ُ ِب‬،َِ ِ‫ُّ َّ َهالَئِ َكت‬،ِ‫أَ ْىُّتُ ْؤ ِهيَ ُّ ِباهلل‬.
َ ٍِ ‫ُّّتُ ْؤ ِهيَ ُّ ِبا ْلقَد َِزُّ َخ٘ ِْس‬،
ٍُِّ ُّ‫ُّّ َشس‬

“Iman itu adalah engkau (1) beriman kepada Allah, (2) Malaikat-malaikat-Nya,
(3) Kitab-kitab-Nya, (4) Rasul-rasul-Nya, dan (5) hari Akhir, serta (6) beriman
kepada qadar yang baik maupun yang buruk.” (Lihat QS. Yunus:18 dan az-
Zumar: 3, 43-44).

Tauhid rububiyah merupakan bentuk pengakuan bahwa Allah adalah pencipta


langit dan bumi serta seisinya. Allah berfirman,

ِ ْ‫ضُّفُِّٖ ِستَّ ِتُّأَٗ ٍَّامُّثُ َّنُّا ْستَ َُّْٓ َعلَُّٔا ْل َعس‬


ُّ‫ش‬ َ ْ‫ُّّ ْاْلَز‬
َ ‫ث‬ َ ‫َُّّللاُُّالَّ ِر‬
ِ ‫ُّٕخلَقَُّال َّس َوا َّا‬ َّ ‫إِ َّىُّ َزبَّ ُك ُن‬

Sesugguhnya Tuhan kalian, yaitu Allah, Dialah yang menciptakan langit dan
bumi dalam 6 hari, kemudian Dia beristiwa di atas Arsy. (QS. al-A‟raf: 54).

ٍُّ ْ‫ضُّ َّ َهاُّ َبٌَُِْ٘ َواُّ ِفُّٖ ِستَّ ِتُّأَٗ ٍَّامُّ َّ َهاُّ َه َّسٌَاُّ ِه ْيُّلُ ُغ‬
‫ب‬ َ ْ َّ ُّ‫ث‬
َ ْ‫اْلز‬ ِ ‫َّلَقَ ْدُّ َخلَ ْقٌَاُّال َّس َوا َّا‬

Sungguh Aku telah menciptakan langit dan bumi serta segala yang ada diantara
keduanya dalam 6 hari, dan Aku tidak merasa capek. (QS. Qaf: 38).

Selain itu, tauhid rububiyah juga mengakui bahwa Allah lah yang mengatur
segalanya termasuk dalam pemberian rezeki. Allah berfirman,

ٍُّ ْ‫ضُّ ُكلََُّّٗ ُّْْ ٍمُُُّ َُّْفُِّٖ َشأ‬


{‫ى‬ ِ ‫}َٗسْأَلَُُُّ َه ْيُّفُِّٖال َّس َوا َّا‬
ِ ْ‫ثُّ َّاْلز‬

“Semua yang ada di langit di bumi selalu meminta kepada-Nya, setiap hari Dia
(memenuhi) semua kebutuhan (makhluk-Nya)” (QS ar-Rahmaan:29).

2. Aqidah tauhid uluhiyah


Aqidah tauhid uluhiyah adalah keyakinan bahwa segala macam ibadah hanya
dilakukan untuk Allah SWT. Allah berfirman,

{ُّ‫}إِ َّىَُُّ ِر ٍُِّأ ُ َّهتُ ُك ْنُّأ ُ َّهتُّ َّا ِحدَةُّ َّأًََاُّ َزب ُك ْنُّفَا ْعبُدُّ ِى‬
“Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu
dan Aku adalah Rabb-mu, maka beribadahlah kepada-Ku (semata-mata)” (QS al-
Anbiyaa‟:92).

ُّ‫ْطُّ ََُّۚلُّإِ َٰلَََُّإِ ََّلُُّ َُُّْا ْل َع ِزٗ ُزُّا ْل َح ِك٘ ُن‬


ِ ‫ُّّأُّلُُّْا ْل ِع ْل ِنُّقَا ِئواُّ ِبا ْلقِس‬ َ َْ ُُُّ‫ََُّّللاُُّأًَََّ ََُُّلُّإِ َٰلَََُّإِ ََّل‬
َ ُ‫ُّّا ْل َو َال ِئ َكت‬ َّ ‫َش ِِد‬

“Allah menyatakan bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan
benar selain Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang
yang berilmu (juga menyatakan demikian). Tidak ada sesembahan yang berhak
diibadahi dengan benar selain-Nya, Yang Maha Perkasa lagi Mahabijak-sana.”
[Ali „Imran: 18].

Segala macam perbuatan atau ibadah diniatkan hanya untuk Allah SWT. Bahkan
ketika kita makan sekali pun, hendaknya diniatkan karena Allah agar menjadi
amal ibadah dan bukan hanya sekedar sebuah kegiatan biasa saja.

3. Aqidah tauhid asma wa sifat


Jenis aqidah yang terakhir adalah aqidah tauhid asma wa sifat. Aqidah tauhid
asma wa sifat adalah keyakinan terhadap sifat dan nama milik Allah. Sebagai
seorang muslim, kita diwajibkan mengimani sifat dan nama Allah yang biasa
disebut Asmaul Husna. Allah berfirman dalam surat Al A‟raf ayat 180,

َ ُ‫ُّاْلَ ْس َوا ُءُّا ْل ُح ْسٌَ َُّٰٔفَا ْدعٍُُُّْبَِِاُُّّۖ َّ َذزُّاُّالَّ ِرٗيَ ُُّٗ ْل ِح ُدّىَ ُّفُِّٖأَ ْس َوائِ َُُِّّۚ َس٘ ُجْ َُّزّْ ىَ ُّ َهاُّ َكاًُْاَُّٗ ْع َول‬
ُّ‫ْى‬ ْ ‫هلل‬ِ َّ ِ َّ

Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan


menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang
dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat
balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

“Adapun tauhid asma‟ wa sifat maknanya adalah mengimani semua yang tertera
dalam Al-Qur‟an dan hadits-hadits yang shahih dari nama-nama Allah dan sifat-
sifatNya. Kita menetapkan nama-nama dan sifat-sifat tersebut untuk Allah
Subhanahu wa Ta‟ala sesuai dengan keagunganNya”

E. Macam-Macam Akhlak
1. Akhlakul Karimah
Akhlakul Karimah atau disebut dengan akhlak yang terpuji merupakan salah satu
golongan macam akhlak yang harus dimiliki setiap umat muslim. Adapun contoh
macam akhlak tersebut diantarannya sikap rela berkorban, jujur, sopan, santun,
tawakal, adil, sabar dan lain sebagainya. Sebagai umat muslim sudah seharusnya
kita selalu menjaga akhlakuk karimah dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
2. Akhlakul Mazmumah
Akhlak Mazmumah atau akhlak tercela merupakan salah satu tindakan buruk yang
harus dihindari setiap manusia. Hal ini harus dijauhi karena akhlakul mazmumah
dapat mendatangkan mudharat bagi diri sendiri maupun orang lain. Contoh dari
macam akhlak akhlakul mazmumah yaitu sombong, iri, dengki, takabur, aniaya,
ghibah dan lain sebagainya. Sebagai orang muslim sudah seharusnya kita
menghindari akhlakuk mazmumah atau akhlak tercela.

Anda mungkin juga menyukai