Anda di halaman 1dari 10

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MA’RIFATUL INSAN
HAQIIQAH AL-IBADAH {HAKIKAT IBADAH}
DOSEN PENGAMPU : BUDI DJATMIKO M.SI
“MAKALAH INI UNTUK MEMENUHI TUGAS
DARI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM”

Disusun oleh:
ZALDI HUWAIDI
10122075
S1 MANAJEMEN

UNIVERSITAS TEKNOLOGI DIGITAL


TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan
menyadari begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain itu,
penulis juga merasa sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik
iman maupun islam.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini yang merupakan tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Penulis
sampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah Pendidikan
Agama Islam, DR. Budi Dtajtmiko M.SI dan Clarissa Putri Aryani selaku asisten
dosen yang telah menagajarkan pembelajaran materi selama kelangsungan kelas.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih belum sempurna dan kesalahan-
kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya.

Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca
dan khususnya bagi penulis sendiri. Aamiin.

Wassalamualikum Warahmatullahi Wabaarakatuh

Bandung, 17 Desember 2022


salam penulis
Daftar isi
KATA PENGANTAR ....................................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................................
I. PENDAHULUAN ......................................................................................................
1.1. Latar Belakang .......................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................
1.3. Tujuan ....................................................................................................................
II. PEMBAHASAN ......................................................................................................
2.1 Memahami hakikat kepada Allah ..........................................................................
2.2 Memahami makna tujuan ibadah sebagai tugas kehidupan manusia .....................
2.3 Pengabdian kepada Allah.......................................................................................
III. PENUTUPAN ........................................................................................................
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................
3.2. Saran .....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................
BAB. I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Secara bahasa ibadah bermakna perendahan diri dan ketundukan. Oleh sebab itu orang arab
menyebut jalan yang biasa dilalui orang dengan istilah thariq mu’abbad Yaitu jalan yang telah
dihinakan, karena telah banyak diinjak-injak oleh telapak kaki manusia Sehingga, ibadah bisa
diartikan dengan perendahan diri, ketundukan dan kepatuhan. Dan Secara terminologi, ada
beberapa definisi yang diberikan oleh para ulama tentang makna ibadah, yang pada hakikatnya
semua definsi itu saling melengkapi. Di antaranya mereka menjelaskan bahwa ibadah adalah
ketaatan kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya yang disampaikan melalui
lisan para rasul-Nya. Syaikh as-Sa’di rahimahullah juga menerangkan bahwa ibadah itu
mencakup ketundukan dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-
Nya, serta membenarkan berita yang dikabarkan-Nya.
Dari pengertian di atas kita dapat menarik kesimpulan penting bahwa sesungguhnya ibadah itu
ditegakkan diatas rasa cinta dan pengagungan. Rasa cinta akan melahirkan harapan dan tunduk
kepada perintah-nya, sedangkan pengagungan akan menumbuhkan rasa takut dan mematuhi
larangan-nya. Selain itu, kita juga bias mengerti bahwa pelaksanaan ibadah tidak bissa dilakukan
secara sembarangan. Namun harus mengikuti tuntunan para rasul ‘alaihimush sholatu was
salam. Dalam konteks sekarang, maka kita semua harus mengikuti petunjuk dan ajaran Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/8506-mengenal-hakekat-ibadah.html

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Memahami Hakikat kepada Allah
2. Memahami makna tujuan ibadah sebagai tugas kehidupan manusia
3. pengabdian kepada Allah

1.3 TUJUAN
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, tujuan makalah ini bertujuan
untuk mengenali dan memahami Hahikat Ibadah yang telah di pelajari dan mengaplikasikan
dalam diri pemahaman kita tentang materi ini.
BAB. II. PEMBAHASAN

2.1. Memahami Hakikat Kepada Allah


Iman kepada Allah SWT tercantum dalam rukun iman dimana posisi iman kepada
Allah SWT berada pada urutan pertama, karna pada dasarnya tidak ada yang lebih agung
dari pada Allah sang Pencipta alam semesta.
1
Di dalam Kitab Minhajul Muslim, Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri menjelaskan
arti Iman kepada Allah SWT sebagai sikap muslim yang meyakini wujud atau adanya
Allah Yang Maha Suci. Orang yang memiliki Iman kepada Allah, meyakini bahwa Allah
yang menciptakan langit dan bumi, mengetahui yang ghaib dan yang tampak.
Bahwasanya sebagai umat Islam yang beriman kita harus meyakini sepenuh hati
bahwa Allah itu benar ada dan selalu memantau tingkah laku umatnya, maka dari itu tidak
ada satu detikan yang membuat kita lupa atau tidak beriman kepada Allah SWT.
Sebagai umat manusia yang diciptakan secara sempurna, dimana kita diciptakan
dengan diberi anugerah akal dan pikiran oleh Allah SWT. Pikiran yang kita emban ini
senantiasa mendorong kita untuk terus berpikir, dimana kita sebagai makhluk Allah
yang paling sempurna harus mempunyai pikiran bahwa alam semesta ini tidak secara
mendadak ada tanpa diciptakan, siapa lagi kalau bukan Allah SWT yang menciptakan
seluruh keajaiban di alam semesta ini.
2
Hadis mengenai iman kepada Allah SWT
a. Al Quran Surat Al A’raf ayat 54
‫س‬ ‫ار يَ أ‬
َ ‫طلُبُ ۥهُ َحثِيثًا َوٱل َّش أم‬ َ َ‫ش يُ أغ ِشى ٱلَّ أي َل ٱلنَّه‬ ِ ‫ض فِى ِستَّ ِة أَي ٍَّام ثُ َّم ٱ أستَ َو َٰى َعلَى أٱل َعرأ‬ َ ‫ت َو أٱْلَرأ‬ َ َ‫ٱَّللُ ٱل َّ ِذى َخل‬
ِ ‫ق ٱل َّس َٰ َم َٰ َو‬ َّ ‫إِ َّن َربَّ ُك ُم‬
َ‫ٱَّللُ َربُّ أٱل َٰ َعلَ ِمين‬
َّ َ‫ق َو أٱْلَ أم ُر ۗ تَبَارَك‬ُ ‫ت بِأَ أم ِر ِٓۦه ۗ أَ ََل لَهُ أٱل َخ أل‬
ٍ ٍۭ ‫َو أٱلقَ َم َر َوٱلنُّجُو َم ُم َس َّخ َٰ َر‬
Artinya, "Sesungguhnya Rabbmu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada
siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan
dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha penuh berkah Allah, Rabb semesta alam."
b. Al Qur’an Surat Al-Anbiya’ ayat 22
َ‫صفُون‬ ِ ‫ٱَّللِ َربِّ أٱل َعرأ‬
ِ َ‫ش َع َّما ي‬ َّ َ‫ٱَّللُ لَفَ َس َدتَا ۚ فَ ُسب َٰ َأحن‬
َّ ‫لَوأ َكانَ فِي ِه َمآ َءالِهَةٌ إِ ََّل‬
Artinya: "Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, niscaya
hancurlah keduanya. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang
mereka sifatkan."
c. Al Qur’an Surat Al-Qashash ayat 30
َّ ‫ى ِمن َٰ َش ِط ِئ أٱل َوا ِد أٱْلَ أي َم ِن فِى أٱلبُ أق َع ِة أٱل ُم َٰبَ َر َك ِة ِمنَ ٱل َّش َج َر ِة أَن َٰيَ ُمو َس َٰ ٓى إِنِّ ٓى أَنَا‬
َ‫ٱَّللُ َربُّ أٱل َٰ َعلَ ِمين‬ َ ‫فَلَ َّمآ أَتَ َٰىهَا نُو ِد‬
Artinya: "Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah
yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya
Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Rabb semesta alam. (Al Qur'an Surat Al-Qashash ayat
30)

Sumber :
https://www.researchgate.net/publication/355427289_MAKALAH_HAKIKAT_IMAN_KEPAD
A_ALLAH_SWT

2.2. Memahami Makna Tujuan Ibadah Sebagai Tugas Kehidupan Manusia

Menurut Achmadi (2005: 61-63), terdapat beberapa tujuan penciptaan manusia yang perlu
diketahui:

1. Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia beribadah kepada Allah swt (QS
Az-Zariyat: 56). Makna ibadah dalam Islam adalah tunduk dan patuh sepenuh hati kepada
Allah. Pengertian ibadah sangat luas, meliputi segala amal perbuatan yang titik tolaknya
ikhlas kepada Allah, tujuannya keridlaan Allah, garis amalnya saleh. Ibadah tidak akan
mengurangi prestasi kerja seseorang hamba, tetapi justru akan memperoleh nilai tambah
yang sangat bebas artinya, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya, karena
segala perbuatannya dilandasi dengan motivasi luhur yang terkait dan terikat dengan Zat
Yang Maha Tinggi, Maha Rahman dan Rahim, Maha Melihat dan Maha Mendengar.
2. Tujuan kedua, adalah manusia diciptakan sebagai wakil Tuhan di muka bumi (QS Al-Baqarah:
30, Yunus: 14 dan Al-An‟am: 165). Karena Allah Zat yang menguasai dan memelihara alam
semesta (Rabbul „alamin) maka tugas utama manusia sebagai wakil Tuhan ialah menata alam
sebaik-baiknya untuk kesejahteraan hidupnya.
3. Tujuan ketiga, manusia diciptakan untuk membentuk masyarakat manusia yang saling kenal-
mengenal, hormat menghormati dan tolong menolong antara satu dengan yang lain (QS al-
Hujurat: 13). Kalau tujuan penciptaan yang pertama dan kedua lebih difokuskan pada
tanggung jawab individu, maka tujuan penciptaan yang ketiga ini menegaskan perlunya
tanggung jawab bersama dalam menciptakan tatanan kehidupan dunia yang damai.

Tujuan Hidup Menurut Islam

Manusia lahir ke dunia ini bukan atas kehendak sendiri, melainkan karena iradah (kehendak)
Allah swt. Manusia secara alamiah pasti ingin melanjutkan hidup. Tetapi, dalam usaha-usaha
melanjutkan hidup itu, ia akan menghadapi tantangan-tantangan yang acapkali merupakan bahaya
misalnya dalam bentuk bencana alam, dalam bentuk penyakit, ataupun dalam bentuk maut.

Sumber : https://www.merdeka.com/jatim/mengenal-tujuan-hidup-menurut-islam-dan-cara-
menjalaninya-baca-lebih-lanjut-kln.html

2.3. Pengabdian Kepada Allah

Tugas utama manusia hidup di dunia adalah untuk beribadah atau mengabdi kepada Allah.
Karena itu segala aktivitas kita di dunia harus didedikasikan dan diorientasikan untuk ibadah
dalam arti yang seluas-luasnya. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT:

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku” (QS. Adz-Dzaariyaat [51]:56).

Apapun status dan kedudukan manusia, apakah pejabat, konglomerat, maupun rakyat memiliki
tugas mulia untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah. Jangan mentang-mentang jadi pejabat,
memiliki kekuasaan dan bergelimang dengan kekayaan, berbuat dan berulah sesuka nafsunya
dengan meninggalkan kewajiban pokoknya untuk beribadah. Sehingga akan mendatangkan
murka dari Allah dan dijauhkan dari kebarakahan dan keridhaan. Maka orang yang tidak mau
beribadah dikategorikan sombong dan angkuh, karena tidak menyadari akan eksistensi dan
tugasnya di dunia. Allah SWT berfirman: Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah
kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu’. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina
dina" (QS. Al-Mu’min [40]:60)

Ibadah secara bahasa artinya tunduk dan patuh. Sedangkan secara istilah, banyak definisi yang
dikemukakan para ulama mengenai pengertian ibadah. Misalnya ada yang mendefinisikan, bahwa
“Ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan cara mengerjakan segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya serta beramal sesuai dengan kewenangan syara’ (agama)”. Dalam
kitab lain dikemukakan, bahwa “Ibadah adalah nama yang mencakup segala bentuk yang dicintai
serta diridhai Allah, baik ucapan maupun perbuatan, yang nyata atau yang tersembunyi” (A.
Zakaria, 2006:4). Mengingat luasnya cakupan ibadah, maka para ulama membaginya menjadi dua
macam, yaitu ibadah mahdhah (khusus) yang kaitannya langsung dengan Allah (habl min Allah)
dan ibadah ghair mahdhah (umum) yang kaitannya antar sesame manusia dan lingkungan (habl mi
al-naas).

Dalam melaksanakan ibadah harus didasarkan dan diniatkan ikhlas semata-mata mengharap
keridhaan dan pahala dari Allah SWT Sehingga ibadah yang kita lakukan benar-benar dapat
difokuskan pada pengabdian dan penghambaan diri kepada Allah SWT.

Kemudian tujuan utama dari pelaksanaan ibadah itu adalah membentuk jiwa-jiwa yang
bertakwa kepada Allah SWT. Misalnya tujuan dari ibadah shaum supaya menjadi orang yang
bertakwa, begitu pula ibadah-ibadah yang lainnya. Karena takwa itu merupakan derajat yang
paling tinggi sehingga manusia dapat mencapai puncak kemuliaan hidup di dunia maupun di
akhirat. Allah SWT berfirman:

Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah [2]:21).

Sumber : https://www.republika.co.id/berita/odua51396/kepemimpinan-dan-pengabdian-
kepada-allah
BAB. III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan dengan dibuatkan nya makalah ini adalah untuk bisa memahami
bagimana menjadi manusia yang baik di mata Allah dan sebaik-baik nya manusia yang
beribadah kepada Allah dengan sungguh-sungguh. Semoga bisa bermanfat bagi teman-
teman semua dan untuk saya pribadi. Mohon maaf bila ada penulisan yang kurang tepat
itu murni kesalahan dari saya dan yang haq hanya milik Allah.

3.2. Saran

Dengan pembuatan nya makalah ini saya harap bisa memahami dan paling penting bisa
mengamalkan kepada orang-orang sekitar walaupun hanya sepatah dua patah.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://muslim.or.id/8506-mengenal-hakekat-ibadah.html
2. https://www.researchgate.net/publication/355427289_MAKALAH_HAKIKAT_IMAN_
KEPADA_ALLAH_SWT
3. https://www.merdeka.com/jatim/mengenal-tujuan-hidup-menurut-islam-dan-cara-
menjalaninya-baca-lebih-lanjut-kln.html
4. https://www.republika.co.id/berita/odua51396/kepemimpinan-dan-pengabdian-kepada-
allah

Anda mungkin juga menyukai