Anda di halaman 1dari 182

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA 1A03

MAKALAH KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

Dosen : Akhmad Zamakhsari, MA. Pd

Kelompok 1 :

- Novia Hanifah Rahma

- Putri Octavia Maharani

- Vina Damayanti

Universitas Bhayangkara Jakarata Raya

Jl.Perjuangan No.81, RT.001/RW.002, Marga Mulya, Kec.Bekasi


Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat 17143

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan rahmat
dan taufiq-Nya makalah mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang berjudul
“Konsep Ketuhanan dalam Islam” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam tak
lupa penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa agama islam dari zaman jahiliyah sampe kezaman yang terang benerang.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, September 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................... 3

BAB 1.................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................. 4


B. Tujuan Penulisan .......................................................................... 4

BAB 2 ................................................................................................... 5

PEMBAHASAN ...................................................................................... 5

1.FILSAFAT KETUHANAN ISLAM ....................................................... 5

A. Siapakah Tuhan itu? ..................................................................... 5


B. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan .................................... 7

2.PEMBUKTIAN WUJUD TUHAN ......................................................... 9

3.PROSES TERBENTUKNYA IMAN ...................................................... 9

4.KEIMANAN DAN KETAKWAAN ........................................................ 9

BAB 3 .................................................................................................. 12

A. Simpulan ..................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 13

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah peradaban Yunani, tercatat bahwa pengkajian dan
kontemplasi tentang eksistensi Tuhan menempati tempat yang dalam pemikiran
filsafat. Contoh yang paling nyata dari usaha kajian filosofis tentang eksistensi
Tuhan dapat dilihat bagaimana filosof Aristoteles menggunakan gerak-gerak yang
nampak di alam dalam membuktikan adanya penggerak yang tak terlihat.
Filosof-filosof seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina, dan secara riil, tradisi ini
juga mempengaruhi warna pemikiran teologi dan tasawuf (irfan) dalam penafsiran
Islam. Perkara tentang Tuhan secara mendasar merupakan subyek permasalahan
filsafat. Ketika kita membahas tentang hakikat alam maka sesungguhnya kita pun
membahas tentang eksistensi Tuhan. Secara hakiki, wujud Tuhan tak terpisahkan
dari eksistensi alam, begitu pula sebaliknya, wujud alam mustahil terpisah dari
keberadaan Tuhan. Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang disampaikan oleh para
Nabi dan Rasul yakni, Tuhan hakiki itu bukan di langit dan di bumi, bukan di atas
langit, bukan di alam, tetapi Dia meliputi semua tempat dan segala realitas wujud.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok matkul
pendidikan agama, universitas bhayangkara Jakarta raya.

ii
BAB II
PEMBAHASAN
1. FILSAFAT KETUHANAN ISLAM
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan
kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta
terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan
bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan
berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap
positif terhadapnya.
Sedangkan dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah (bahasa Arab: ‫ )هللا‬dan
diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat
dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. Islam
menitikberatkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa
(tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.
Keimanan dalam Islam merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian
ini harus dilaksanakan secara intensif. Keimanan kepada Allah SWT, kecintaan,
pengharapan, ikhlas, kekhawatiran, tidak dalam ridho-Nya, tawakkal nilai yang
harus ditumbuhkan secara subur dalam pribadi muslim yang tidak terpisah dengan
aspek pokok ajaran yang lain dalam Islam.

A. Siapakah Tuhan itu?


Di dalam Al-Qur’an kita akan melihat bahwa wujud Allah (tuhan) yang
diyakinkan kepada kita yang pertama melalui fitrah iman dan makhluk ciptaan-
Nya:

‫َو ا ْخ ت ََل ف الل َّ ي ْل َو ال ن َّ َه ار َو ال ْ ف ُ ل ْ ك‬ ‫اْل َ ْر ض‬ ْ ‫او ات َو‬ َ ‫إ َّن ف ي َخ ل ْ ق ال س َّ َم‬


‫اس َو َم ا أ َنْ َز َل ّللاَّ ُ م َن ال س َّ َم اء‬ َ َّ ‫ال ن‬ ‫ال َّ ت ي ت َ ْج ر ي ف ي ال ْ ب َ ْح ر ب َم ا ي َ ن ْ ف َ ُع‬
‫ث ف ي َه ا م ْن ك ُ ل د َ ا ب َّة‬ َّ َ ‫َم ْو ت َه ا َو ب‬
َ ‫ض بَ عْ د‬ ْ ‫م ْن َم اء ف َ أ َ ْح ي َ ا ب ه‬
َ ‫اْل َ ْر‬
‫اْل َ ْر ض ََل ي َ ات‬ ْ ‫ص ر يف الر ي َ اح َو ال س َّ َح اب ال ْ ُم سَ َّخ ر ب َ يْ َن ال س َّ َم اء َو‬ ْ َ ‫َو ت‬
)164( ‫ن‬ َ ‫ل ق َ ْو م ي َ ع ْ ق ل ُ و‬

iii
Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih berganti malam
dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang Allah turunkan dari
langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya
dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan,
dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi,
sesungguhnya itu adalah tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum
yang memikirkan” (QS. Al Baqarah, 2:164).
Demikian pula, Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya:

(35) َ‫ش ْيء أ َ ْم ُه ُم ْالخَالقُون‬ َ ‫أ َ ْم ُخلقُوا م ْن‬


َ ‫غيْر‬
(36) َ‫ض َبل َل يُوقنُون‬
َ ‫اْلر‬ َّ ‫أ َ ْم َخلَقُوا ال‬
ْ ‫س َم َوات َو‬
Artinya :“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang
menciptakan (diri mereka sendiri?). Ataukah mereka telah menciptakan langit dan
bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan)” (QS. Ath
Thur, 52:35-36).
Lebih jelas lagi Allah SWT menjelaskan melalui dialog antara Nabi Musa As
dengan Fir’aun. Allah SWT berfirman: ”Berkata Fir’aun:

• ‫قَا َل فَ َم ۡن َّر ُّب ُك َما ٰي ُم ۡوسٰ ى‬


• ‫قَا َل َر ُّبنَا الَّذ ۡۤۡى ا َ ۡع ٰطـى ُك َّل ش َۡىء خ َۡلقَهٗ ث ُ َّم َه ٰدى‬

Artinya :“Maka siapakah Tuhanmu berdua, wahai Musa. Musa berkata: Tuhan
kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk
kejadiannya, kemudian Dia memberinya petunjuk” (QS. Thaha, 20:49-50).

Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan yang tepat, berdasarkan logika
Al-Quran sebagai berikut :

‫الرحْ َم ُن ه‬
‫الر ِحيم‬ ‫ش َهادَةِ ه َُو ه‬ ِ ‫عا ِل ُم ْالغَ ْي‬
‫ب َوال ه‬ َ ‫َّللاُ الهذِي ال إِلَهَ إِال ه َُو‬
‫ه َُو ه‬
Artinya: Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib
dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (QS. Al Hasyr
: 22)

iv
Tuhan (aIlah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh
manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.
Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di
dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan
kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan
mendatangkan bahaya atau kerugian.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “laa ilaaha illa Allah”. Susunan
kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”,
kemudian baru diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa
seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu,
sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah SWT.

B. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan


1. Pemikiran Barat
Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah
konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah
maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin.
Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang
menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan
meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max
Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan
Javens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori
evolusionisme dibagi dalam beberapa teori yaitu :
a. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya
kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang
berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh
pada manusia,
ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan
yang ada pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana
(Melanesia), tuah (Melayu), dan syakti (India).

v
b. Animisme
Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif
sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang
selalu hidup, mempunyai rasa senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut
kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut,
manusia harus menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan saran
dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.

c. Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk Henoteisme melangkah menjadi Monoteisme.
Dalam Monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat
internasional.

2. Pemikiran Umat Islam


Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau
Ilmu Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul beberapa periode setelah wafatnya
Nabi Muhammad SAW. Yakni pada saat terjadinya peristiwa tahkim antara
kelompok Ali bin Abi Thalib dengan kelompok Mu’awiyyah. Secara garis besar,
ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara
keduanya.
Sebab timbulnya aliran tersebut adalah karena adanya perbedaan
metodologi dalam memahami Al-Quran dan Hadis dengan pendekatan kontekstual
sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional.
Sedangkan sebagian umat Islam yang lain memahami dengan pendekatan
antara kontektual dengan tektual sehingga lahir aliran yang bersifat antara liberal
dengan tradisional. Aliran-aliran tersebut yaitu :
a. Mu’tazilah
merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan pemakaian akal
pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Mu’tazilah lahir
sebagai pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan dari
Khawarij.

vi
b. Qodariah
berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan
berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin dan
hal itu yang menyebabkan manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.
c. Jabariah
Teori ini menyatakan bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam
berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh
Tuhan. Aliran ini merupakan pecahan dari Murji’ah
d. Asy’ariyah dan Maturidiyah
Hampir semua pendapat dari kedua aliran ini berada di antara aliran Qadariah dan
Jabariah. Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam
kalangan umat Islam periode masa lalu.

2. PEMBUKTIAN WUJUD TUHAN


Dalam al-Quran, penggambaran tentang pengakuan akan eksistensi Tuhan
dapat ditemukan dalam Q.S al-Ankabut, 29: 61-63. Dalam ayat 61-63

َّ ‫س َو ْالقَ َم َر لَ َيقُولُ َّن‬


‫ّللاُ فَأ َ َّنى‬ َّ ‫س َّخ َر ال‬
َ ‫ش ْم‬ َ ‫ض َو‬
َ ‫اْلر‬
ْ ‫س َم َوات َو‬ َّ ‫سأ َ ْلتَ ُه ْم َم ْن َخلَقَ ال‬
َ ‫َولَئ ْن‬
‫ش ْيء‬ َ ‫ّللا ب ُكل‬ َ َّ ‫ط الر ْزقَ ل َم ْن َيشَا ُء م ْن ع َباده َو َي ْقد ُر لَهُ إ َّن‬ ُ ‫س‬ َّ )61( َ‫يُؤْ فَ ُكون‬
ُ ‫ّللاُ َي ْب‬
‫ض م ْن َب ْعد َم ْوت َها لَ َيقُولُ َّن‬
َ ‫اْلر‬ َّ ‫سأ َ ْلتَ ُه ْم َم ْن نز َل منَ ال‬
ْ ‫س َماء َماء فَأَحْ َيا به‬ َ ‫) َولَئ ْن‬62( ‫عليم‬
َ
)63( َ‫ّللاُ قُل ْال َح ْمدُ َّلِل َب ْل أ َ ْكثَ ُر ُه ْم َل َي ْعقلُون‬
َّ
dijelaskan bahwa: “bangsa arab yang penyembah berhala tidak menolak eksistensi
pencipta langit dan bumi.
Contoh surah dalam Al-Quran yang menjelaskan tentang keberadaan Allah
sebagai tuhan semesta alam, surah Ali-Imran ayat 62
ُ ‫ٱلِلَ لَ ُه َو ْٱل َعز‬
‫يز‬ َّ ‫ص ْٱل َح ُّق ۚ َو َما م ْن إ ٰلَه إ َّل‬
َّ ‫ٱلِلُ ۚ َوإ َّن‬ َ َ‫إ َّن ٰ َهذَا لَ ُه َو ْٱلق‬
ُ ‫ص‬
‫ْٱل َحكي ُم‬
artinya “sesungguhnya ini adalah kisah yang benar. Tidak ada Tuhan selain
Allah, dan sungguh Allah Maha Perkasa , Maha Bijaksana.

vii
Keesaan Allah SWT adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau
disejajarkan dengan yang lain. Sebagai umat Islam, yang mengikrarkan kalimat
syahadat ‘’Laa ilaaha illa Allah’’ harus menempatkan Allah SWT sebagai prioritas
utama dalam setiap tindakan dan ucapannya.
Banyak sekali bukti-bukti yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa
Tuhan adalah Wujud (ada). Bukti klasik yang sering digunakan adalah tentang
adanya alam semesta. Setiap sesuatu yang ada tentu diciptakan dan pencipta adalah
Allah SWT Tuhan pencipta alam semesta.
3. PROSES TERBENTUKNYA IMAN
Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Mengenal ajaran
Allah SWT adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah SWT. Jika
seseorang tidak mengenal ajaran Allah SWT, maka orang tersebut tidak mungkin
beriman kepada Allah SWT.
4. KEIMANAN DAN KETAKWAAN
• Kata iman berasal dari Bahasa Arab, yaitu amina-yukminu-
imanan yang secara etimologi berarti yakin atau percaya. Dalam
surat Al-Baqarah 165, yang artinya “Adapun orang-orang yang
beriman amat sangat cintanya kepada Allah”.
Iman kepada Allah berarti percaya dan cinta kepada ajaran Allah, yaitu Al-
Qur’an dan Sunnah Rasul. Apa yang dikehendaki Allah, menjadi kehendak orang
yang beriman, sehingga dapat menimbulkan tekad untuk mengorbankan apa saja
untuk mewujudkan harapan dan kemauan yang menuntut Allah kepadanya.
Dalam hadits dinyatakan (tashdiiqun bil qolbi waiqroru bil lisan
wa’amalu bil arkan) bahwa iman adalah hati membenarkan,lisan mengucapkan
dan dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari dan iman dalam Islam termaksud
dalam rukun iman sedang aplikasinya didalam rukun islam.
Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai
pokok dan cabang. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang
mendorong seorang muslim berbuat amal shaleh. Seseorang dikatakan beriman
bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk
mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya.
Ada pula manfaat dan pengaruh Iman dalam kehidupan manusia :

viii
1. Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda
2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
3. Iman memberikan ketentramann jiwa, DLL
• Kata taqwa berasal dari waqa-yaqi-wiqayah, yang berati takut,
menjaga, memelihara, dan melindungi. Taqwa dapat diartikan
memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran
agama islam secara utuh dan konsisten (istiqomah).

Hakikat takwa sebagaimana yang disampaikan oleh Thalq bin Hubaib,


“Takwa adalah engkau melakukan ketaatan kepada Allah berdasarkan nur
(petunjuk) dari Allah SWT karena mengharapkan pahala dari-Nya. Dan engkau
meninggalkan maksiat kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah karena takut
akan siksa-Nya."
Ciri-Ciri orang muslim yang bertakwa :
1. Iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, Kitab-kitab dan para nabi, iman
kepada hari kiamat, serta qada dan qadar dengan kata lain instrumen ketaqwaan
yang pertama ini dikatakan dengan memelihara Fitrah Iman.
2. Mengeluarkan harta yang dikasihinya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang
miskin, orang-orang yang putus di perjalanan, Atau dengan kata lain mencintai
umat manusia.
3. Mendirikan shalat, puasa dan zakat
Hubungan Takwa dengan Allah SWT
Seseorang yang bertakwa (muttaqin) adalah orang yang menghambakan
dirinya kepada Allah dan selalu menjaga hubungan dengan-Nya setiap saat.
Memelihara hubungan dengan Allah terus menerus akan menjadi kendali dirinya
sehingga dapat menghindari dari kejahatan dan kemungkaran dan membuatnya
konsisten terhadap aturan-aturan Allah. Karena itu inti ketaqwaan adalah
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya.
Memelihara hubungan dengan Allah SWT dimulai dengan melaksanakan
tugas (ibadah) secara sungguh-sungguh dan ikhlas, dan memelihara hubungan
dengan Allah SWT dilakukan juga dengan menjauhi perbuatan yang dilarang Allah
SWT.

ix
Keterkaitan Antara Keimanan Dan Ketakwaan
Artinya keimanan diperlukan manusia agar dapat meraih ketakwaan.
Karena setiap perbuatan atau amalan yang baik, akan diterima oleh Allah tanpa
didasari oleh Iman. Semua bentuk ketakwaan seperti salat, puasa, zakat, dan haji
merupakan bagian dan kesempurnaan iman seseorang. Amal saleh tersebut
merupakan konsekuensi dari keimanan seseorang harus menterjemahkan
keyakinannya menjadi kongkret dan menjadi satu sikap budaya untuk
mengembangkan amal saleh.

x
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa konsep
Ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang dianggap
penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret). Filsafat
Ketuhanan dalam Islam merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian ini harus
dilaksanakan secara intensif. Kata iman berasal dari bahasa Arab, yaitu amina-
yukminu-imanan, yang secara ethimologi berarti yakin atau percaya. Sedangkan
takwa berasal dari bahasa Arab, yaitu waqa-yuwaqi-wiqayah, secara ethimologi
artinya hati-hati, waspada, mawasdiri, memelihara, dan melindungi. Pengertian
Takwa secara terminologi dijelaskan dalam Al-hadits, yang artinya menjalankan
semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Tuhan (ALLAH) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh
manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la illaha illa Allah”. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan. Yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti
dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal ini berarti bahwa seorang muslim harus
membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada
dalam hatinya hanya ada satu Tuhan yaitu Allah.

xi
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
Al-Qur’an Al Karim
Agung Sukses, Konsep Ketuhanan Dalam Islam,
http://agungsukses.wordpress.com/2008/07/24/konsep-ketuhanan-dalam-islam/
BAB 2
Kamal, Konsep Ketuhanan Dalam Filsafat Shadrian,
http://eurekamal.wordpress.com/2007/06/25/konsep-ketuhanan-dalam-filsafat-
shadrian/
BAB 3
Pringgabaya, Konsep Ketuhanan,
http://pringgabaya.blogspot.com/2011/01/konsep-ketuhanan.html

xii
MAKALAH HAKIKAT AGAMA DAN MANUSIA
Kelompok 2

NAMA : Franco Nero Rupelu


NPM : 202010325190
JURUSAN : Management

NAMA : Arya Bayu Sayeti


NPM : 202010325189
JURUSAN : Management

NAMA : Chuck Noris Rupelu


NPM : 202010325191
JURUSAN : Management
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun. Tak
lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad
SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada [Bapak/Ibu] selaku [guru mata
pelajaran/dosen mata kuliah]. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
PENDAHULUAN

Dewasa ini kebutuhan mausia beragam. Macam-macam kebutuhan ada kebutuhan primer,
sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer adalah suatu kebutuhan yang harus dipenuhi
sekarang juga dan harus ada tidak boleh diabaikan. Dengan demikian juga termasuk
kedalam agama sebagai kebutuhan yang mutlak harus ada dalam kehidupan manusia adalah
agama sebagai kebutuhan primer adalah kebutuhan yang harus ada, jadi tidak bisa tidak
ada, merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditanggalkan sehingga kebutuhan itu harus
memenuhi, maka selalu melekat dalam kehidupan manusia. aspek aspek agama dalam
kehidupan manusia.

hakekat agama adalah kemampuan dalam diri manusia, untuk membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk,Dengan hal ini kita Dapat memperoleh gambaran bahwa manusia dapat
menentukan dirinya dalam tindakannya itu apakah baik atau buruk, apakah perbuatan baik
yang dilakukan itu sesuai dengan kehendak Tuhan ataukah bertentangan dengan Tuhan.
PEMBAHASAN/ISI

Agama pada hakekatnya adalah sebuah aturan, undang, membedakan mana yang baik dan
mana yang benar, memberikan batasan, menuntun kehidupan umat manusia agar sesuai dengan
titah, sesuai dengan hakikat manusia itu sendiri terutama dalam urusan sosial/kemanusiaan.

Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam

Dalam agama islam, ada enam peranan yang merupakan hakikat diciptakannnya manusia.
Berikut ini adalah dimensi hakikat manusia berdasarkan pandangan agama islam

1. Sebagai Hamba Allah

Hakikat manusia yang utama adalah sebagai hamba atau abdi Allah SWT. Sebagai seorang
hamba maka manusia wajib mengabdi kepada Allah SWT dengan cara menjalani segala
perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Sebagai seorang hamba, seorang manusia juga
wajib menjalankan ibadah seperti shalat wajib, puasa ramadhan,zakat, haji dan melakukan
ibadah lainnya dengan penuh keikhlasan dan segenap hati sebagaimana yang

disebutkan dalam ayat berikut ini

‫ٱلزك َٰوة َ ۚ َو ٰذَلكَ دينُ ْٱلقَي َمة‬


َّ ‫صلَ ٰوة َ َويُؤْ تُوا‬ َ َّ ‫َو َما أُم ُروا إ َّل ل َي ْعبُدُوا‬
َّ ‫ٱلِل ُم ْخلصينَ لَهُ ٱلدينَ ُحنَفَا َء َويُقي ُموا ٱل‬

Artiya:“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus …,” (QS:98:5).

2. Sebagai al- Nas

Dalam al- Qur’an manusia juga disebut dengan al- nas. Kata al nas dalam Alquran cenderung
mengacu pada hakikat manusia dalam hubungannya dengan manusia lain atau dalam
masyarakat. Manusia sebagaimana disebutkan dalam ilmu pengetahuan, adalah makhluk sosial
yang tidak dapat hidup tanpa keberadaan manusia lainnya .Sebagaimana yang dijelaskan dalam
firman Allah SWT berikut.

َّ َ‫اس ٱتَّقُوا َربَّ ُك ُم ٱلَّذى َخلَقَ ُكم من نَّ ْفس ٰ َوحدَة َو َخ َلقَ م ْن َها زَ ْو َج َها َوب‬
َ ‫ث م ْن ُه َما ر َجال كَثيرا َون‬
‫ساء‬ ُ َّ‫ۚ ٰيَأَيُّ َها ٱلن‬
‫ع َل ْي ُك ْم َرقيبا‬ َ َّ ‫ام ۚ إ َّن‬
َ َ‫ٱلِل َكان‬ َ َ‫ٱلِل ٱلَّذى ت‬
َ ‫سا َءلُونَ بۦه َو ْٱْل َ ْر َح‬ َ َّ ‫َوٱتَّقُوا‬
Artinya:“Hai sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu
dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istirinya, dan dari pada keduanya Alah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah dengan (mempergunakan) namanya kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah
hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS: An
Nisa:1).

َّ ‫ٱلِل أَتْقَ ٰى ُك ْم ۚ إ َّن‬


‫ٱلِل‬ َّ َ‫ارفُوا ۚ إ َّن أ َ ْك َر َم ُك ْم عند‬ ُ ‫اس إنَّا َخلَ ْق ٰنَ ُكم من ذَكَر َوأُنثَ ٰى َو َج َع ْل ٰنَ ُك ْم‬
َ ‫شعُوبا َوقَ َبائ َل لتَ َع‬ ُ َّ‫ٰ َيأَيُّ َها ٱلن‬
‫عليم خَبير‬
َ

artinya:“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi Allah adalah
yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS AL HUJURAT :13).

3. Sebagai khalifah Allah

bahwa pada hakikatnya, manusia diciptakan oleh Allah SWt sebagai khlaifah atau pemimpin
di muka bumi

َ َ‫ٱلِل ۚ إ َّن ٱلَّذينَ يَض ُّلون‬


‫عن‬ َّ ‫سبيل‬َ ‫عن‬ َ َ‫اودُ إنَّا َج َع ْل ٰنَكَ خَليفَة فى ْٱْل َ ْرض فَٱ ْح ُكم بَيْنَ ٱلنَّاس ب ْٱل َحق َو َل تَتَّبع ْٱل َه َو ٰى فَيُضلَّك‬
‫ٰيَدَ ُۥ‬
َ ‫سوا َي ْو َم ْٱلح‬
‫ساب‬ َ ‫ٱلِل لَ ُه ْم‬
ُ َ‫عذَاب شَديد ب َما ن‬ َّ ‫سبيل‬
َ

Artinya:“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa) di muka bumi,
maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu. Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. …”(QS Shad:26).

Sebagai seorang khalifah maka masing-masing manusia akan dimintai pertanggung


jawabannya kelak di hari akhir.

4. Sebagai Bani Adam

Manusia disebut sebagai bani Adam atau keturunan Adam agar tidak terjadi kesalahpahaman
bahwa manusia merupakan hasil evolusi kera sebagaimana yang disebutkan oleh Charles
Darwin. Islam memandang manusia sebagai bani Adam untuk menghormati nilai-nilai
pengetahuan dan hubungannya dalam masyarakat. Dalam Alqur’an Allah SWT berfirman
ٰ ‫اس التَّ ْق ٰوى ٰذلكَ َخيْر ٰذلكَ م ْن ٰا ٰيت‬
‫ّللا لَ َعلَّ ُه ْم َيذَّ َّك ُر ْونَ ٰي َبن ْي ٰادَ َم َل َي ْفتنَنَّ ُك ُم‬ ُ ‫س ْو ٰات ُك ْم َوريْشا َول َب‬ ْ ‫علَ ْي ُك ْم ل َباسا ي َُّوار‬
َ ‫ي‬ َ ‫ٰي َبن ْي ٰادَ َم قَدْ أ َ ْنزَ ْلنَا‬
‫ْث َل ت ََر ْونَ ُه ْم إ َّنا‬ ُ ‫س ْو ٰاته َما إنَّهٗ َي ٰر ُك ْم ه َُو َو َقب ْيلُهٗ م ْن َحي‬ َ ‫س ُه َما ليُر َي ُه َما‬ َ ُ‫شي ْٰط ُن َك َما أَ ْخ َر َج أ َ َب َو ْي ُك ْم منَ ْال َجنَّة َي ْنزع‬
َ ‫ع ْن ُه َما ل َبا‬ َّ ‫ال‬
َّ ‫َجعَ ْلنَا ال‬
َ‫ش ٰيطيْنَ أ َ ْوليَا َء للَّذيْنَ َل يُؤْ منُ ْون‬

Artinya:“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling
baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, semoga mereka
selalu ingat. Hai anak Adam janganlah kamu ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah
mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, …” (QS : Al araf 26-27).

5. Sebagai al- Insan

Tidak hanya disebut sebagai al nas, dalam Alqur’an manusia juga disebut sebagai Al insan
merujuk pada kemampuannya dalam menguasai ilmu dan pengetahuan serta kemampuannya
untuk berbicara dan melakukan hal lainnya. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al hud
berikut ini

َ ‫َولَئ ْن أَذَ ْقنَا ْاْل ْن‬


‫سانَ منَّا َر ْح َمة ث ُ َّم نَزَ ْعنَاهَا م ْنهُ إنَّهُ لَيَئُوس َكفُور‬

Artinya:“Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian rahmat itu kami
cabut dari padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS: Al Hud:9).

6. Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar)

Manusia juga disebut sebagai makhluk biologis atau al basyar karena manusia memiliki raga
atau fisik yang dapat melakukan aktifitas fisik, tumbuh, memerlukan makanan, berkembang
biak dan lain sebagainya sebagaimana ciri-ciri makhluk hidup pada umumnya. Sama seperti
makhluk lainnya di bumi seperti hewan dan tumbuhan, hakikat manusia sebagai makhluk
biologis dapat berakhir dan mengalami kematian, bedanya manusia memiliki akal dan pikiran
serta perbuatannya harus dapat dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.

Agama dalam kehidupan manusia tidak berada dalam ruang hampa. Ia tidak sekadar mengisi
kekosongan atau memenuhi kebutuhan batin, tetapi ia memberi corak kehidupan, baik di masa
sekarang maupun akan datang. Ia bahkan menjadi acuan sekaligus penentu dalam pencarian
makna hidup yang hakiki.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa, pengertian hakikat
agama yaitu suatu kebenaran yang benar-benar ada atau sumber pokok suatu aturan. Keyakinan
akan adanya Tuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, maka sangat perlu
dipahami secara seksama oleh setiap manusia dan hakikat agama pula membawa peraturan-
peraturan berupa hukum-hukum yang harus dipatuhi baik dalam bentuk perintah yang wajib
dilaksanakan maupun berupa larangan yang harus ditinggalkan.

Agama dikatan sebagai sumber pandangan hidup (Aqidah) karena Aqidah Islam sebagai
sesuatu yang diwahyukan Allah. Aqidah Islam itu bersumber dari wahyu Allah yang
diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW, untuk diajarkan kepada ummatnya
dan terpelihara kemurniaannya sampai hari akhir zaman. Aqidah Islam bukanlah hasil rekayasa
perasaan atau pemikiran Nabi Muhammad SAW sendiri, akan tetapi merupakan ajaran
langsung dari Allah SWT

Agama dapat dikatakan sumber normative hidup (moral/akhlaq) yaitu karena semua akhlak
tersebut telah terangkum beserta dalil-dalilnya yang jelas dan terperinci berdasarkan al Quran
(wahyu Allah) dan hadis rasulullah. Maka dari itu, kita sebagai umat Islam tidak hanya
menjadikannya sebagai pengetahuan saja, tetapi juga berusaha untuk mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan melaksanakan apa yang telah ada dalam sumber-sumber agama.

Dalam mempelajari ritual hidup atau disebut juga fiqih, Islam telah meletakkan patokan-
patokan umum guna menjadi pedoman bagi kaum muslimin yaitu Al-quran dan As-Sunnah
adapun Ijma dan Qiyas. Segala yang dikeluarkan dalam pembahasan fiqih tidak lain dan tidak
bukan bersumber dari sebuah agama yakni agama islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abu A’la Maududi

(1967). Towards Understanding Islam, Islamic Fublication Ltd, Lahore,Dacca

Ahmad Amin.

(1983). Al-akhlak, Etika (Ilmu Akhlak). alih bahasa KH. Farid Maruf. Jakarta: Bulan Bintang.

Asmaran,

(1994). Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), Cet.2

Hamzah Yaqub.

(1983). Etika Islam. Bandung: Diponegoro.

Rasjid.Sulaiman H,

(2002). Fiqih Islam. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Majalah Al-Islam edisi I dan II

Muslim no. 1437, Ahmad no. 17598, Daarimi no. 1511


TEMA 3
ISLAM AGAMA YANG DI RIDHOI ALLAH SWT

DI SUSUN OLEH :
ALFIA DWI CAHYANI
ALLISYA ANDREA ANJANI
KHAIRULLAH MUSAID
MAIYONA DANNISYA

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA KAMPUS II


Jl. Perjuangan No.81, RT.001/RW.002, Marga Mulya, Kec. Bekasi Utara, Kota Bks, Jawa Barat
17143
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat dan salam kami
sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi Muhammad SAW. Diantara sekian banyak
nikmat Allah SWT yang membawa kita dari kegelapan ke dimensi terang yang memberi
hikmah dan yang paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karenanya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar mengetahui islam
lah agama yang sangat diridhoi allah swt.

Dalam proses penyusunan tugas ini kami menjumpai hambatan, namun berkat
dukungan materil dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan
cukup baik, oleh karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak terkait yang telah membantu
terselesaikannya tugas ini.

Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal yang benar
datangnya hanya dari agama berkat adanya nikmat iman dari Allah SWT, meski begitu tentu
tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya.
Harapan kami semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi pembaca lain pada
umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama adalah Rahmatanlil’alamin bagi kehidupan manusia di muka bumi
adapun gejala yang begitu sering terdapat dimana- mana dan agama berkaitan dengan
usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri
dan keberadaan alam semesta. Selain dengan beragama dapat kebahagiaan batin yang
paling sempurna dan juga perasan takut. Meskipun perhatian tertuju dengan adanya
suatu dunia yang tak dapat dilihat (akherat), namun agama melibatkan diri dalam
masalah kehidupan sehari-hari di dunia.Karena itu, agama akan menjadi petunjuk
dalam setiap kehidupan seseorang mulai dari keyakinannya kepada Tuhan sampai
kepada kepribadian yang dimiliki agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Agama lebih mudah dipahami melalui gejala, aktivitas maupun efek atau
pengaruh yang ada dalam kehidupansehari-hari pada masyarakat. Keberagamaan atau
religius dapat dihidupkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama
bukan terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah) tetapi juga
melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural 2 bukan hanya
yang berkaitan dengan aktivitas yang tak tampak dan terjadi dalam hati seseorang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian dari agama islam?
2. Dalil apa saja yang menjelaskan islam agama yang diridhoi allah?
3. Hadis apa saja yang menjelaskan islam agama yang diridhoi allah?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian apa itu agama islam.
2. Untuk mengatahui surat apa saja yang menjelaskan tentang islam agama yang
diridhoi allah
3. Untuk mengatahui hadist apa saja yang menjelaskan tentang islam agama yang
diridhoi allah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Agama Islam
Agama adalah peraturan, pedoman, ajaran, atau sistem yang mengatur tentang
keyakinan, keimanan atau kepercayaan. Islam adalah agama samawi yang diturunkan oleh
Allah SWT. kepada Nabi Muhamad SAW sebagai Rasul utusan Allah dan Allah menjadikan
Islam sebagai agama yang Rahmatal lil ‘aalamiin (rahmat bagi seluruh alam). Sebagaimana
Allah berfirman dalam Qur’an surat Al-Anbiya ayat 107:

“Kami tidak mengutus engkau wahai Muhammad, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
seluruh alam semesta“.
Secara bahasa kata “Islam” berasal dari kata “sallama” yang berarti selamat,
dan bentuk mashdar dari kata “aslama” yang berarti taat, patuh, tunduk dan berserah diri.
Sedangkan secara istilah, Islam ialah tunduk, taat dan patuh kepada perintah Allah
SWT seperti yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul utusan-Nya
serta menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Allah ta’ala.
Pengertian Agama Islam Menurut Nabi dan Para Ulama :
➢ Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhamad menjawab pertanyaan Umar r.a, tentang apa itu Islam, dan beliau
menjawab Islam itu adalah “bahwa engkau mengakui tidak ada Tuhan selain Allah
dan bahawasanya Muhamad itu utusan Allah, dan engkau mendirikan sholat,
dan mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau mengerjakan
ibadah haji di Baitullah jika engkau sanggup melakukannya“.

➢ Umar bin Khatab


Menjelaskan Islam sebagai agama yang diturunkan Allah SWT. kepada Nabi
Muhamad SAW. Di dalam agama Islam terdapat tiga hal yakni: Akidah, Syariat dan
Akhlak.

➢ Muhamad bin Ibrahim bin Abdullah at-Tawaijiri


Mengatakan bahwa Islam adalah sebuah penyerahan diri sepenuhnya kepada
Allah dengan mengesakan-Nya dan melaksanakan syariat-syariat-Nya dengan penuh
keikhlasan.

➢ Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab


Beliau mengatakan Islam ialah berserah diri kepada Allah SWT dengan cara
mentauhidkan-Nya, tunduk dan patuh kepada-Nya dengan ketaatan dan berlepas diri
dari perbuatan-perbuatan syirik dan para pelakunya.
Pengertian Agama Islam Secara Umum
Secara umum yang dimaksud dengan agama Islam ialah agama yang diridhoi Allah,
yang paling benar dan sempurna serta agama yang membawa rahmat bagi semesta alam. Islam
merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhamad SAW., sebagai Nabi terakhir
pilihan-Nya. Didalamnya terdapat aturan dan hukum yang dapat dijadikan sebagai petunjuk
dan pedoman hidup bagi seluruh umat agar selamat dan bahagia di dunia sampai akhirat. Allah
SWT berfirman:

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam“. (QS. Ali-Imran: 19)

Jadi, agama Islam adalah agama yang benar, yang mengajarkan segala sesuatunya dengan baik
dan sempurna. Ajaran Islam bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits.

2.2 Dalil Agama Yang di Ridhoi Allah SWT


Satu-satunya agama yang benar, diridhai dan diterima oleh Allah Azza wa Jalla adalah
Islam. Adapun agama-agama lain, selain Islam, tidak akan diterima oleh Allah Azza wa Jalla.
Agama selain Islam, yaitu Nasrani, Yahudi, Kong Hu Chu, Hindu, Budha, Sinto dan yang
selainnya, tidak akan diterima oleh Allah Azza wa Jalla, karena agama-agama tersebut telah
mengalami penyimpangan yang fatal dan telah dicampuri dengan tangan-tangan kotor
manusia. Setelah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka orang
Yahudi, Nasrani dan yang lainnya wajib masuk ke dalam agama Islam, mengikuti Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

َ َ‫ف ٱلَّذينَ أُوتُوا ْٱلك ٰت‬


َّ ‫ب إ َّل من بَ ْعد َما َجا َءهُ ُم ْٱلع ْل ُم بَ ْغيا بَ ْينَ ُه ْم َو َمن يَ ْكفُ ْر بـَٔا ٰيَت‬ ٰ
‫ٱلِل‬ َ َ‫ٱلِل ْٱْل ْسلَ ُم َو َما ٱ ْختَل‬
َّ َ‫إ َّن ٱلدينَ عند‬
‫ساب‬ ْ
َ ‫ٱلح‬ ‫سري ُع‬ َ َ َّ
‫ٱلِل‬ ‫فَإ َّن‬

“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang
telah diberi Al-Kitab, kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara
mereka. Barangsiapa yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat
cepat perhitungan-Nya.” [Ali ‘Imran: 19]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

َّ ‫ّللا يَ ْبغُونَ َولَهُ أَ ْسلَ َم َمن في ال‬


َ ‫س َم َاوات َو ْاْل َ ْرض‬
َ‫ط ْوعا َوك َْرها َوإلَيْه ي ُْر َجعُون‬ َّ ‫أَفَغَي َْر دين‬

“Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal apa
yang ada dilangit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun terpaksa
dan hanya kepada-Nya-lah mereka dikembalikan ?” [Ali ‘Imran: 83]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

َ‫غي َْر ْاْلس ََْلم دينا فَلَن يُ ْق َب َل م ْنهُ َوه َُو في ْاَلخ َرة منَ ْالخَاسرين‬
َ ‫َو َمن َي ْبتَغ‬
“Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat
dia termasuk orang-orang yang rugi.” [Ali ‘Imran: 85]

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:


َ ‫اْْل ْسَلَ ُم يَ ْعلُ ْو َولَ يُ ْعلَى‬.
“Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya.”
Pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah Azza wa Jalla telah
menjelaskan dalam Al-Qur-an bahwa Yahudi dan Nasrani selalu berusaha untuk menyesatkan
kaum Muslimin dan mengembalikan mereka kepada kekafiran, mengajak kaum Muslimin ke-
pada agama Yahudi dan Nasrani.
Allah Azza wa Jalla berfirman
‫سدا م ْن عند أَنفُسهم من َب ْعد َما ت َ َبيَّنَ لَ ُه ُم ْال َح ُّق ۖ فَا ْعفُوا‬ َ ‫َودَّ كَثير م ْن أَ ْهل ْالكتَاب لَ ْو َي ُردُّونَ ُكم من َب ْعد إي َمان ُك ْم ُكفَّارا َح‬
َ ‫علَ ٰى ُكل‬ َ ْ
‫ش ْيء قَدير‬ َ َّ ‫ّللاُ بأ ْمره إ َّن‬
َ ‫ّللا‬ َ ‫صفَ ُحوا َحت َّ ٰى يَأت‬
َّ ‫ي‬ ْ ‫َوا‬
“Banyak di antara ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu
setelah kamu beriman menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dari dalam diri mereka,
setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka maafkanlah dan berlapang dadalah, sampai
Allah memberikan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” [Al-
Baqarah: 109]
Allah Azza wa Jalla berfirman:

َِ ‫ّللا ه ََُو ْال ُه َدىََۗ َولَ ِئ‬


‫ن ات َّ َب ْعتََ أَ ْه َوا َءهُم‬ ََِّ ‫ن ُه َدى‬ َْ ُ‫ى تَت َّ ِب ََع ِملَّتَ ُه َْمَۗ ق‬
ََّ ‫ل ِإ‬ َ َّ ‫ارىَ َحت‬
َ ‫ص‬ ََ ‫عنكََ ْال َي ُهو َُد َو‬
َ َّ‫ل الن‬ َ ‫ى‬
َ‫ض‬َ ‫َولَن ت َْر‬
َ‫َصير‬ِ ‫لن‬ ََ ‫ي َو‬ َ ‫ّللا ِمن َو ِل‬ ََِّ ََ‫بَ ْع ََد الَّذِي َجا َءكََ ِمنََ ْال ِع ْل َِمَۙ َما لَكََ ِمن‬
“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepada kamu (Muhammad) sebelum
engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk
(yang sebenarnya).’ Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran)
sampai kepadamu, maka tidak akan ada bagimu Pelindung dan Penolong dari Allah.” [Al-
Baqarah: 120]
Allah Azza wa Jalla berfirman:
َ‫ّللا َم ْن آ َمن‬
َّ ‫سبيل‬ َ ‫عن‬ َ َ‫صدُّون‬ ُ َ‫علَ ٰى َما تَ ْع َملُونَ قُ ْل يَا أ َ ْه َل ْالكت َاب ل َم ت‬
َ ‫ّللاُ شَهيد‬ َّ ‫قُ ْل يَا أَ ْه َل ْالكتَاب ل َم ت َ ْكفُ ُرونَ بآيَات‬
َّ ‫ّللا َو‬
َ ‫ع َّما ت َ ْع َملُونَ َيا أَيُّ َها الَّذينَ آ َمنُوا إن تُطيعُوا فَريقا منَ الَّذينَ أُوتُوا ْالكت‬
‫َاب َي ُردُّو ُكم‬ َ ‫ّللاُ بغَافل‬ ُ ‫ت َ ْبغُونَ َها ع َوجا َوأَنت ُ ْم‬
َّ ‫ش َهدَا ُء َو َما‬
‫ي إلَ ٰى ص َراط ُّم ْستَقيم‬ َّ ‫سولُهُ َو َمن يَ ْعت َصم ب‬
َ ‫الِل فَقَدْ هُد‬ ُ ‫ّللا َوفي ُك ْم َر‬ َ ‫ْف ت َ ْكفُ ُرونَ َوأَنت ُ ْم تُتْلَ ٰى‬
َّ ُ‫علَ ْي ُك ْم آيَات‬ َ ‫بَ ْعدَ إي َمان ُك ْم كَافرين ََو َكي‬
“Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai ahli Kitab! Mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah,
padahal Allah Maha Menyaksikan apa yang kamu kerjakan?’ Katakanlah (Muhammad),
‘Wahai ahli Kitab! Mengapa kamu menghalang-halangi orang-orang yang beriman dari
jalan Allah, kamu menghendakinya (jalan Allah) bengkok, padahal kamu menyaksikan?’ Dan
Allah tidak lengah terhadap yang kamu kerjakan. Wahai orang-orang yang beriman, jika
kamu mengikuti sebagian dari orang-orang yang diberi al-Kitab, niscaya mereka akan
mengembalikanmu menjadi orang kafir setelah beriman. Dan bagaimana kamu (sampai)
menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepadamu, dan Rasul-Nya (Mu-hammad)
pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama)
Allah, maka sungguh dia diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.’” [Ali ‘Imran: 98-101]

2.3 Hadist Islam Agama Yang Diridhoi


Ayat yang mulia ini menegaskan bahwa Islam adalah satu-satunya agama
yang benar dan diridhoi oleh Sang Pencipta; Allah tabaraka wa ta’ala, karena Dia-lah
yang telah menetapkan hal itu di dalam kitab-Nya yang mulia Al-Qur’anul Karim,
maka tidak ada jalan lain untuk beribadah kepada-Nya kecuali harus masuk Islam,
yaitu agama yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, satu-satunya
agama yang masih mengikuti ajaran utama para nabi dan rasul ‘alaihimussalaam
terdahulu, yaitu tauhid. Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
‫ّللا اْلسَْلم }إخبار من هللا تعالى بأنه ل دين عنده يقبله من أحد سوى اْلسَلم‬ َّ َ‫إ َّن الدينَ ع ْند‬: { ‫وقوله‬،
‫ الذي سد جميع الطرق‬،‫ حتى ختموا بمحمد صلى هللا عليه وسلم‬،‫وهو اتباع الرسل فيما بعثهم هللا به في كل حين‬
‫ فمن لقي هللا بعد بعثته محمدا صلى هللا عليه وسلم بدين على غير‬،‫إليه إل من جهة محمد صلى هللا عليه وسلم‬
َ‫غي َْر اْلسَْلم دينا فَلَ ْن يُ ْق َب َل م ْنهُ َوه َُو في اَلخ َرة منَ ْالخَاسرين‬
َ ‫و َم ْن َي ْبتَغ‬:
َ ‫كما قال تعالى‬. ‫ فليس بمتقبل‬،‫شريعته‬
“Dan firman Allah ta’ala “Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah
hanya Islam” adalah pengabaran dari Allah ta’ala bahwa tidak ada agama yang
diterima di sisi-Nya dari siapa pun selain Islam, yaitu ajaran yang mengikuti agama
para Rasul yang Allah ta’ala utus pada setiap masa, sampai diakhiri dengan
Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam, dimana Allah ta’ala telah menutup semua
jalan untuk sampai kepada-Nya kecuali melalui jalan Muhammad shallallahu’alaihi
wa sallam.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menegaskan,

ْ َ‫س ُم َح َّمد ب َيده لَ َي ْس َم ُع بى أ َ َحد م ْن هَذه اْل ُ َّمة َي ُهودى َولَ ن‬


‫ص َرانى ث ُ َّم َي ُموتُ َولَ ْم يُؤْ م ْن بالَّذى‬ ُ ‫َوالَّذى نَ ْف‬
َ
ْ ‫أ ْرسلتُ به إلَّ َكانَ م ْن أ‬
‫ص َحاب النَّار‬ ْ ُ

“Demi (Allah) yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidaklah ada seorang
pun dari umat ini yang pernah mendengarkan tentang aku, apakah ia seorang Yahudi
atau Nasrani, kemudian ia mati sebelum beriman dengan ajaran yang aku bawa,
kecuali ia termasuk penghuni neraka.” [HR. Muslim dari Abu
Hurairah radhiyallaahu’anhu]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Demikian makalah ini saya susun bertujuan untuk memperluas wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang agama islam.Dari makalah ini,saya menyimpulkan bahwa agama
islam agama yang sangat diridhoi allah swt dan tidak ada agama yang diridhoi slain islam

Saya menyadari bahwa tiada yang sempurna di dunia ini kecuali yang
Maha Kuasa.Dalam pembuatan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan,untuk itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna lebih baiknya
penyusunan makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2016/10/pengertian-agama-islam-
secara-umum.html

https://almanhaj.or.id/1328-islam-adalah-satu-satunya-agama-yang-benar-
1.html

https://umma.id/article/share/id/1002/250020

Footnote
[1]. Pembahasan lengkapnya lihat buku al-Ibthal Linazhariyyatil Khalthi
baina Diinil Islam wa Ghairihi minal Adyaan karya Syaikh Bakr bin ‘Abdillahَ
AbuَZaid,َcet.َDaarَ‘AlamulَFawa-id, cet II/ th. 1421 H.

[2]. HR. Ad-Daruquthniَ(III/َ181َno.َ3564),َtahqiqَSyaikhَ‘AdilَAhmadَ


‘AbdulَMaujudَdanَSyaikhَ‘AliَMu’awwadh,َDarulَMa’rifah,َth.َ1422َH)َdanَ
al-Baihaqyَ(VI/205)َdariَShahabatَ‘Aidhَbinَ‘Amr al-Muzany Radhiyallahu
anhu. Lihat Irwaa-ul Ghalil (V/106 no. 1268) oleh Syaikh al-Albany
rahimahullah
Makalah

Rukun Rukun Agama Islam

Dosen Mata Kuliah

Akhmad Zamakhsari,MA.Pd

Disusun Oleh

Mohamad Dimyati Hadi Saputra

Doni Ferdinan Irawan

Muhammad Elzan Musyafa

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya


Fakultas Ekonomi & Bisnis
2020/2021
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah swt. Yang maha pengasih lagi maha penyayang.Kami
panjatkan puja dan puji syukur kehadiratnya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Rukun Rukun Agama Islam.

Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan juga
inspirasi dari banyak pihak sehingga makalah ini bisa diselesaikan dengan lancar.Kami juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang mendukung dan turut serta dalam
pembuatan makalah ini.

Tentunya kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
makalah ini.Baik dalam pembahasan,tata bahasa maupun susunan kalimat.Oleh karena itu
kami membuka pintu selebar lebarnya untuk saran dan masukan dari para pembaca dan juga
pembimbing agar kami bisa belajar dan membuat makalah yang lebih baik lagi.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Rukun Rukun Agama Islam ini bisa
menambah wawasan kita terhadap agama islam dan juga meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kita pada Allah swt.

Bekasi,18 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5

1.3 Tujuan........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Rukun Islam..............................................................................................6

2.1.A Dasar Hukum Islam...............................................................................6

2.1.B Syahadat.................................................................................................7

2.1.C Salat.......................................................................................................7

2.1.D Puasa......................................................................................................9

2.1.E Zakat....................................................................................................10

2.1.F Haji.......................................................................................................11

2.1.G Orang yang Wajib Mengamalkan........................................................11

2.2 Rukun Iman.............................................................................................12

2.2.A Iman Kepada Allah..............................................................................12

2.2.B Iman Kepada Malaikat........................................................................13


2.2.C Iman Kepada Kitab Kitab....................................................................13

2.2.D Iman Kepada Rasul.............................................................................14

2.2.E Iman Kepada Hari Akhir......................................................................16

2.2.F Iman Kepada Qada dan Qadar.............................................................17

2.3 Rukun Ihsan.............................................................................................19

2.3.A Hakikat Ihsan.......................................................................................19

2.3.B Ihsan Kepada Allah.............................................................................21

2.3.C Ihsan Kepada Makhluk........................................................................22

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..............................................................................................23

3.2 Saran........................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam menjalani kehidupan sebagai umat islam kita perlu mempelajari dan
mengamalkan banyak hal dalam kehidupan sehari hari.Rukun adalah segala sesuatu yang perlu
dan wajib kita lakukan sebagai wujud keimanan kita terhadap tuhan yang maha esa sebagai
umat beragama islam.Jika rukun yang ada tidak kita lakukan maka kita sama saja seperti umat
beragama lainnya yang tidak melaksanakan rukun rukun dalam agama islam.

1.2 Rumusan Masalah

A) Apa saja rukun dalam agama islam?

B) Ajaran apa yang terdapat dalam rukun tersebut?

C) Bagaimana cara mengamalkan rukun tersebut?

D) Kepada siapa saja kita harus mengamalkan rukun tersebut?

1.3 Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang apa saja
yang menjadi rukun rukun dalam agama islam dan juga memberi pengetahuan tentang
bagaimana cara melaksanakan rukun rukun tersebut dalam kehidupan sehari hari.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Rukun Islam


2.1.A Dasar Rukun Islam
Rukun Islam didasarkan pada sebuah hadits berikut:
‫ َو َحج ْالبَيْت‬، ‫الزكَاة‬
َّ ‫ َو إ ْيتَاء‬، ‫ص ََلة‬ ُ ‫ش َهادَة أ َ ْن َل إلهَ إ َّل هللاُ َو أَ َّن ُم َح َّمدا َر‬
َّ ‫ َو إقَام ال‬، ‫س ْو ُل هللا‬ َ ‫ي ْاْلس ََْل ُم‬
َ : ‫علَى َخ ْمس‬ َ ‫ بُن‬،
‫ رواه البخاري و مسلم‬. َ‫ضان‬
َ ‫ص ْوم َر َم‬
َ ‫ َو‬.
“Islam dibangun di atas lima perkara: persaksian bahwa tiada tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
pergi haji, dan puasa di bulan Ramadhan'”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).1
Orang yang memeluk agama islam atau disebut dengan orang muslim wajib hukumnya
untuk mengetahui dan memahami rukun islam. Jadi seseorang akan sah disebut sebagai orang
muslim, jika ia telah mengamalkan rukun islam.
Walau ada syarat-syarat untuk yang wajib dan sunnah atau bahkan tidak wajib
mengamalkannya.
Rukun islam terdiri dari 5 amalan, yaitu:
1. Mengucapkan dua kalimat syahadat.
2. Mendirikan shalat.
3. Mengerjakan puasa di bulan Ramadhan.
4. Menunaikan zakat.
5. Naik haji ke Baitullah al Haram jika mampu.
Pembelajaran dan pengenalan rukun islam ini sudah dipelajari sejak kecil. Sejak duduk di
bangku SD atau sekolah di Madrasah sudah ada pembahasan tentang urutan rukun
islam ini.Namun pada kali ini akan diulas lebih detail dan lebih rinci. Hal ini bertujuan untuk
lebih memahami dan mengerti lebih rinci tentang agama Islam.
Rasulullah bersabda :
“Agama Islam berdiri kokoh atas lima dasar utama, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat
yang menyatakan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah
utusan Allah, mendirikan shalat, berpuasa di bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, dan
melaksanakan haji ke makkah.”
Pernyataan diatas dipertegas lagi oleh sahabat nabi Abu Abdirrahman Abdullah bin Umar bin
Khatab bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah bersabda:
“Bahwa islam berdiri dan dibangun atas lima hal utama, yaitu menyatakan kesaksian atas
keesaan Allah dan Rasulullah sebagai utusan Allah, mengerjakan shalat, mengeluarkan zakat,
pergi haji dan berpuasa saat bulan Ramadhan.”
Rukun islam sangat penting bagi orang islam. Disebutkan dalam hadist diatas bahwa 5 rukun
islam menjadi pilar utama untuk kokohnya agama islam seseorang.
Oleh sebab itu, seorang muslim yang taat harus benar-benar mengamalkan dan mengerjakan 5
rukun islam dengan sungguh-sungguh.
2.1.B Rukun Islam yang Ke-1: Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat
Mengucapkan dua kalimat syahadat wajib hukumnya bagi seseorang yang ingin menjadi
muslim. Mengucapkan dua kalimat syahadat berarti setiap umat muslim akan dinyatakan
sebagai seorang muslim setelah mengucapkan dua kalimat syahadat dan disaksikan oleh orang
muslim lainnya.
Kalimat syahadat arab
ُ ‫أ َ ْش َهدُ أ َ ْن َل إلَهَ إ َّل هللاُ َوأ َ ْش َهدُ أ َ َّن ُم َح َّمدا َر‬
‫س ْو ُل هللا‬
Kalimat syahadat latin
“Asy-hadu allaa ilaaha illallaahu wa asy-hadu anna muhammadarrasuulullahi”.
Arti kalimat syahadat
“Aku bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku bersaksi
bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah”.
Kalimat syahdat diatas wajib dipahami dan bisa melafalkan atau mengucapkannya. Karena dari
kalimat syahadat inilah bukti kalau seseorang yakin dan bersaksi terhadap Allah yang patut
disembah dan nabi Muhammad adalah utusan-Nya.
Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat maka seseorang akan menjadi muslim atau
beragama islam. Setelah menjadi muslim tugas belum selesai. Anda harus yakin dan taat untuk
mengamalkan segala perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.
2.1.C Rukun Islam yang Ke-2: Mendirikan Shalat
Setelah menjadi seorang muslim, dilanjutkan dengan mengerjakan rukun islam yang kedua.
Rukun islam yang ke-2 adalah mendirikan shalat. Shalat yang dikerjakan ada shalat yang wajib
dan ada juga shalat yang sunnah.
Shalat yang wajib dikerjakan adalah shalat fardhu atau shalat wajib. Shalat wajib ini juga
disebut sebagai shalat 5 waktu, karena dikerjakan dalam 5 waktu yang berbeda dalam sehari.
Wajib disini maksudnya jika dikerjakan akan mendapat pahala dan jika ditinggalkan akan
mendapat dosa.
Sholat wajib dikerjakan sesuai waktu yang sudah ditetapkan. Jadwal sholat wajib mulai dari
waktu sholat Subuh sampai sholat isya sudah ada waktunya yang penetapannya mengikuti
pergerakan matahari.
Sedangkan shalat sunnah adalah shalat yang disunahkan untuk dikerjakan. Sholat sunah
adalah sholat yang jika dikerjakan akan mendapat pahala dan memberikan manfaat dan jika
tidak dikerjakan tidak apa-apa.
Shalat 5 waktu terdiri dari :
1. Shalat Subuh 2 Rakaat
2. Shalat Dzuhur 4 Rakaat
3. Shalat Ashar 4 Rakaat
4. Shalat Maghrib 3 Rakaat
5. Shalat Isya 4 Rakaat
Sebagai seorang muslim yang taat, tidak boleh meninggalkan shalat 5 waktu, karena Kelima
waktu shalat tersebut adalah wajib. Meskipun Anda sedang berada dalam perjalanan atau dalam
keadaan sakit sekalipun.
Sedangkan shalat sunnah seperti shalat tahiyatul masjid,shalat rawatib,shalat hajat,shalat
tahajud, shalat istiqarah, shalat ied dan shalat lain di luar shalat wajib lima waktu yang telah
disebut di atas.
Allah berfirman dalam surat An-Nisa’ ayat 103:
‫علَی ۡال ُم ۡؤمن ۡينَ ک ٰتبا َّم ۡوقُ ۡوتا‬
َ ‫ص ٰلوة َ کَان َۡت‬
َّ ‫ا َّن ال‬
Artinya:
“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman.”
Shalat harus dikerjakan dalam keadaan suci karena ada syarat sahnya shalat. Dikerjakan di
tempat yang suci dan menggunakan pakaian yang suci juga. Suci disini maksudnya tidak
harus baru atau bagus, tapi terbebas dari hadast atau najis.
Dalam keadaan apapun, seseorang wajibkan untuk tetap melaksanakan shalat sesuai
dengan gerakan rukun shalat. Namun bagi yang sedang sakit, terdapat keringanan. Ia dapat
meaksankan shalat dengan posisi tidur dan hanya menggunakan isyarat tubuhnya.
2.1.D Rukun Islam yang Ke-3: Mengerjakan Puasa di Bulan Ramadhan
Setelah menjadi seorang muslim, dilanjutkan dengan mengerjakan rukun islam yang ketiga.
Rukun islam yang ke-3 adalah mengerjakan puasa. Puasa yang dikerjakan ada puasa yang
wajib dan ada juga puasa yang sunnah.
Puasa adalah kegiatan menahan dan mengendalikan nafsu mulai dari terbitnya matahari
sampai dengan terbenamnya matahari.
Selama berpuasa Anda juga tidak boleh makan dan minum, bahkan merokok sekalipun.
Hindari perbuatan yang membatalkan puasa selama mengerjakan puasa. Maka agar kuat
menahan lapar dan dahaga pada waktu berpuasa, dianjurkan untuk bersahur sebelum datangnya
waktu imsak.
Puasa yang wajib dilaksanan oleh seorang muslim adalah berpuasa di bulan Ramadhan. Bulan
Ramadahan adalah salah satu bulan di kalender Islam. Jadi berpuasa di bulan Ramadahan
adalah berpuasa penuh selama 1 bulan pada bulan tersebut.
Untuk itu bulan Ramadhan merupakan bulan yang dipenuhi dengan berkah dan bulan paling
mulia dalam islam. Karena pada bulan ini semua umat muslim berlomba-lomba untuk
melaksanakan kegiatan baik dan Allah menjanjikan pahala yang besar.
Allah berfriman dalam surat Al Baqarah ayat 183:
َ‫علَی الَّذ ۡينَ م ۡن قَ ۡبل ُک ۡم لَ َعلَّ ُک ۡم تَتَّقُ ۡون‬ َ ‫علَ ۡي ُک ُم الصيَا ُم َک َما ُکت‬
َ ‫ب‬ َ ‫ٰۤۡياَيُّ َہا الَّذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡوا ُکت‬
َ ‫ب‬
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman di wajibkan atas kamu berpuasa sebagaiman diwajibkan
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa puasa tidak hanya untuk umat muslim saja, namun berpuasa
juga diperintahkan kepada umat terdahulu.
Rasulullah bersabda:
“Surga memiliki sebuah pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Dimana orang yang masuk melalui
pintu tersebut saat hari kiamat nanti merupakan golongan orang-orang yang rajin
berpuasa.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Pada ayat diatas menjelaskan bahwa berpuasa adalah suatu kegiatan yang sangat mulia di
hadapan Allah. Bahkan mendapat pintu tersendiri ketika akan memasuki surga.
Puasa Ramadhan wajib dikerjakan oleh semua orang muslim yang sudah memenuhi syarat
wajib Puasa. Yaitu umat muslim yang sudah baligh, sehat dan tidak gila.
Khusus untuk perempuan tidak diwajibkan berpuasa jika sedang haid atau sedang masa nifas.
Selain berpuasa di bulan Ramadhan yang hukumnya wajib, ada juga puasa yang hukumnya
sunah. Jika dikerjakan akan mendapat pahala dan manfaat yang luar biasa.
Puasa sunah itu seperti puasa sunah senin kamis, puasa sunnah nabi Daud, puasa sunnah
bulan Sya’ban dan masih banyak puasa-puasa sunah lainnya.
2.1.E Rukun Islam yang Ke-4: Mengeluarkan Zakat
Menjadi seorang muslim yang taat, dilanjutkan dengan mengerjakan rukun islam yang
keempat. Rukun islam yang ke-4 adalah mengeluarkan zakat.
Zakat adalah mengeluarkan sebagian harta kita kepada orang lain. Karena dalam harta yang
kita peroleh atau kita miliki ada hak-hak orang lain.
Zakat juga berguna untuk membersihkan harta kita. Bila Anda sudah mengeluarkan zakat,
maka Allah akan mempercayakan harta lain kepada kita kembali.
Seperti sholat wajib dan puasa, zakat juga ada yang wajib dan yang sunah. Zakat yang wajib
disebut zakat fitrah yang dikeluarkan pada bulan Ramadhan. Dan zakat yang sunah disebut
zakat mal, yaitu zakat yang dikeluarkan berdasarkan hasil niaga.
Jumlah zakat fitrah yang wajib diserahkan sebesar 2.5 kg beras atau bisa diganti dengan uang
yang setara dengan harga 2.5 kg beras.
Dan untuk zakat mal ada perhitungannya tersendiri. Anda bisa berkonsultasi dengan badan
zakat nasional atau BAZARNAZ. Namun Anda juga bisa memperkirakan zakat mal yang
diserahkan sebesar 2.5% dari harta yang diperoleh dari perniagaan.
Zakat bermanfaat untuk digunakan sebagai subsidi silang, agar para fakir dan miskin masih
bisa melangsungkan kehidupannya dengan memperoleh zakat.

Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 43:


َ‫الرکع ۡين‬ َّ ‫ص ٰلوة َ َو ٰاتُوا‬
ٰ ‫الز ٰکوة َ َو ۡار َکعُ ۡوا َم َع‬ َّ ‫َو اَق ۡي ُموا ال‬
Artinya:
“Dan dirikanlah shalat, serta tunaikkan zakat, dan ruku’lah bersama dengan orang-orang
yang ruku”.

2.1.F Rukun Islam yang Ke-5: Naik Haji Bila Mampu


Menjadi seorang muslim yang taat, dilanjutkan dengan mengerjakan rukun islam yang kelima.
Rukun islam yang ke-5 adalah menunaikan Haji bila mampu.
Menunaikan haji bila mampu dimaksudkan adalah menjadi wajib hukumnya bagi yang mampu
dan di sunahkan bagi yang tidak mampu. Mampu dalam ha ini adalah mampu secara finansial
dan mampu secara fisik.
Karena menunaikan haji adalah ibadah dengan mengunjungi kota Mekah dan Madinah di Saudi
Arabia. Di Mekah nanti melakukan rukun haji yang berupa kegiatan seperti melempar
jumrah, melakukan tawaf, berjalan di bukit shafa ke bukit marwah dan banyak lagi
kegiatannya.
Ibadah haji dilakukan pada bulan haji atau bulan Zulhijah. Umat islam masih bisa mengunjungi
Mekah dan Madinah selain bulan Zulhijah tersebut. Namun ini tidak disebut menunaikan haji
melainkan melaksanakan ibadah Umroh.
Bagi orang muslim Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei atau wilayah-wilayah lainnya yang
jauh dari Arab Saudi, perlu biaya yang besar untuk datang ke sana.
Butuh biaya transportasi yang cukup mahal dan biaya akomodasi yang besar juga selama
berada di kota Makkah dan Madinah. Untuk itulah maka ibadah haji hanya diwajibkan bagi
yang mampu. Mampu dalam segi finansial atau biaya untuk melaksanakan haji.
Bagaimana dengan orang kaya yang secara finansial mampu tapi sakit?
Dalam hal ini islam mempermudah orang-orang yang dalam kekurangan dan kesulitan. Bagi
yang sakit atau cacat selama masih bisa dibantu orang yang sehat bisa menunaikan haji. Tapi
jika tidak memungkinkan, bisa mensedekahkan hartanya yang buat haji untuk fakir miskin.
2.1.G Orang yang Wajib Mengamalkan Rukun Islam
Seperti halnya shalat yang baru di wajibkan saat seseorang telah mencapai aqil baliqh,
pengamalan rukun islam pun demikian halnya. Ada beberapa kriteria orang yang telah di
wajibkan untuk mengamalkan kelima rukun islam yang telah di berikan.
Berikut ini adalah beberapa syarat sah islam bagi seseorang yang diwajibkan untuk
mengerjakan rukun islam berdasarkan kesepakatan ulama:
1. Baligh (cukup umur)
2. Mumayyiz (bisa membedakan benar dan salah)
3. Berakal
Apabila seseorang telah memenuhi syarat-syarat yang disebutkan tersebut, maka orang tersebut
telah wajib dan harus mengamalkan rukun islam.
Namun meskipun begitu, alangkah baiknya apabila kita pun membiasakan anak-anak kita
untuk senantiasa mengamalkan amalan pada rukun islam, agar mereka nantinya terbiasa dan
tidak lengah terhadap perintah Allah.2
2.2 Rukun Iman
Rukun Iman adalah pondasi keimanan dari seorang muslim. Semua umat muslim harus
mengamalkan rukun iman. Dengan mengaalkannya maka sesorang akan memiliki keimanan
yang kuat.
Jika seseorang mengabaikan atau tidak mengamalkan rukun iman, maka akan dengan mudah
diguncang hatinya dengan berbagai masalah dan kegelisahan dalam keimanan.
Terdapat 6 rukun iman, yang menjadi pondasi dan tiyang bagi seorang muslim yang harus
diyakini. Rukun iman ada 6 yang harus diyakini dan memiliki urutan yang tetap.
6 Rukun Iman
1. Iman Kepada Allah
2. Iman Kepada Malaikat Allah
3. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
4. Iman Kepada Rasul-Rasul Allah
5. Iman Kepada Hari Akhir
6. Iman Kepada Qada dan Qadhar
2.2.A Rukun Iman ke-1 : Iman Kepada Allah
Beriman kepada Allah adalah rukun iman yang pertama bagi umat Islam. Hal ini sudah menjadi
dasar dari Agama Islam. Karena Allah adalah maha dari segalanya yang menguasai langit dan
bumi beserta isinya.
Beriman kepada Allah adalah yakin dan percaya kalau Allah adalah Esa dan tidak ada duanya
yang menjadi Tuhan dari seluruh umat manusia.
Yakin sama Allah tidak hanya dengan kata-kata saja, tetapi juga dibuktikan dengan amal
perbuatan untuk melaksanakan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya.
Bahkan bukan hanya manusia saja yang wajib yakin dan beribadah kepada Allah. Dari bangsa
Jin juga harus yakin dan beribadah kepada Allah. Karena semua perbuatan umat manusia dan
Jin akan ada hisabnya dan balasannya di akerat nanti.

Allah berfirman dalam Surah Adz Dzariyat ayat 56


َ ‫َو َما َخلَ ۡقتُ ۡالج َّن َو ۡال ۡن‬
‫س ا َّل ليَعۡ بُد ُۡون‬
Artinya:
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka beribadah kepada-
Ku.” (QS. Adz Dzariyat ayat 56)
Allah memiliki sifat-sifat maha dari segalanya yang ada di seluruh isi alam semesta ini. Sifat-
sifat wajib Allah yang tersirat dalam Asmaul Husna.
2.2.B Rukun Iman ke-2 : Iman Kepada Malaikat Allah
Beriman kepada malaikat-malaikat Allah adalah rukun iman yang kedua bagi umat Islam.
Allah Swt telah menciptakan para malaikat untuk membantu menjalankan atau menyampaikan
wahyu kepada para Nabi atau Rasul-Nya.
Para malaikat sebagai perantara antara Allah dengan makhluk-makhluk-Nya. Malaikat
menyampaikan wahyu kepada para Rasul Allah untuk diteruskan kepada umat manusia.
Allah berfirman dalam surah An Nahl ayat 2:
‫ع ٰلی َم ۡن يَّشَا ُء م ۡن عبَاد ٖۤۡه اَ ۡن اَ ۡنذ ُر ۡۤۡوا اَنَّ ٗہ َ ۤۡل ا ٰلہَ ا َّ ۤۡل اَنَا فَاتَّقُ ۡون‬ ُّ ‫يُنَز ُل ۡال َم ٰلئ َک َۃ ب‬
َ ‫الر ۡوح م ۡن اَمۡ ر ٖه‬
Artinya:
“Allah menurunkan para malaikat untuk membawa wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa
yang Allah kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: “Peringatkanlah olehmu sekalian,
bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa
kepada-Ku”, (An-Nahl ayat 2).
2.2.C Rukun Iman ke-3 : Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
Beriman kepada kitab-kitab Allah merupakan rukun iman yang ketiga bagi umat Islam. Allah
Swt telah mewahyukan ajaran ajaran-Nya kepada para Rasul yang harus disampaikan kepada
umatnya.
Wahyu-wahyu tersebut kemudian dihimpun menjadi kitab suci yang menjadi pedoman
pengikut para Rasul tersebut.
Tujuan Allah Swt menurunkan kitab adalah untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada
manusia dalam menjalani hidup di dunia. Dalam kitab-kitab berisi aturan-aturan mengenai
kehidupan di dunia dan di akherat.
Pengertian beriman kepada kitab-kitab Allah
Beriman kepada kitab Allah artinya meyakini bahwa Allah telah menurunkan wahyu kepada
Rasulnya yang berisi pokok ajaran agama. Dari isi kitab tersebut manusia diperintahkan untuk
mengamalkannya.
Kitab suci diperlukan untuk menjadi pedoman setelah wafatnya Rasulullah. Ketika Rasulullah
masih hidup, semua umat dapat menanyakan segala sesuatunya kepada Rasulullah. Namun
setelah Rasulullah wafat, setiap umat dapat mengambil jawaban dari kitab-kitab Allah.
Dengan demikian setiap umat dituntun untuk meyakini keberadaan kitab-kitab Allah tersebut.
Dari tafsir kitab-kitab ini, maka manusia bisa mendapatkan jawabannya.
Allah berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 136
ۡۤ
‫ی ُم ۡوسٰ ی َو ع ۡيسٰ ی‬ َ ‫ب َو ۡالَسۡ بَاط َو َم ۤۡا ا ُ ۡوت‬ َ ‫الِل َو َم ۤۡا ا ُ ۡنز َل الَ ۡينَا َو َم ۤۡا ا ُ ۡنز َل ا ٰلی ا ۡب ٰر ٖہ َم َو اسۡ مٰ ع ۡي َل َو اسۡ حٰ قَ َو يَعۡ قُ ۡو‬
ٰ ‫قُ ۡولُ ۡۤۡوا ٰا َمنَّا ب‬
َ ‫َو َم ۤۡا ا ُ ۡوت‬
َ‫ی النَّبي ُّۡونَ م ۡن َّربہ ۡم ۚ َل نُفَر ُق بَ ۡينَ ا َ َحد م ۡن ُہ ۡم ۫ ۖ َو ن َۡح ُن لَ ٗہ ُمسۡ ل ُم ۡون‬
Arti Surah Al Baqarah ayat 136
“Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan
kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada
Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak
membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”,
(QS Al Baqarah ayat 136).
Kedudukan Kitab-Kitab Allah
Kitab-kitab Allah merupakan kumpulan wahyu yang berisi pokok-pokok ajaran Allah. Dari
segi kedudukannya, kitab Allah merupakan wahyu yang menjadi pedoman bagi umat manusia.
2.2.D Rukun Iman ke-4 : Iman Kepada Rasul-Rasul Allah
Iman kepada Rasul-Rasul Allah artinya meyakini adanya manusia yang telah dipilih oleh Allah
sebagai utusan-Nya. Seseorang tidak dikatakan mukmin jika meragukan atau mengingkari
adanya Rasul-Rasul Allah.
Allah mengutus Rasul-Rasul-Nya untuk menyampaikan ajaran kepada seluruh umat manusia.
Selain itu juga memberi berita gembira tentang adanya surga bagi orang-orang yang beriman
dan beramal sholeh. Juga memberikan berita duka tentang neraka bagi orang-orang yang
duhaka.
Dalam menjalankan tugasnya, para Rasul dikaruniai kekuatan dan kesabaran yang luar biasa.
Bahkan seolah tidak mnegenal lelah dan putus asa. Para Rasul juga tidak mengharapkan upah
atau bayaran dalam menyampaikan ajarannya kepada umat manusia.
Allah berfirman dalam Surah An Nahl ayat 36:
َّ ‫ّللا َوا ْجت َنبُوا ال‬
ُ ‫طا‬
َ‫غوت‬ ُ ‫َولَقَدْ بَعَثْنَا في ُكل أ ُ َّمة َر‬
َ َّ ‫سول أَن ا ُ ْعبُدُوا‬
Artinya:
“Sungguh benar-benar Kami telah mengutus pada setiap umat seorang rasul (yang
menyampaikan) ‘beribadahlah kalian kepada Allah dan jauhilah thaghut.” (QS. An-Nahl ayat
36)
Agama islam tidak membedakan penyikapan terhadap rasul-rasul Allah. Semua adalah utusan
Allah Swt. Rasul-Rasul Allah adalah orang-orang terpilih dari kaum laki-laki sesuai dengan
kehendak-Nya.
Jika diteliti dengan seksama, para Nabi adalah orang yang memiliki kelebihan dibanding
dengan yang lain pada jamannya.
Jumlah Nabi dan Rasul menurut informasinya sangat banyak, namun yang wajib diketahui
sebagaimana disebutkan dalam Al Quran adalah 25 Nabi.3
Berikut nama-nama Nabi yang harus di yakini sesuai dengan isi dan petunjuk Al
Quran :
1. Nabi Adam.a.s.
2. Nabi Idris.a.s.
3. Nabi Nuh.a.s.
4. Nabi Hud.a.s.
5. Nabi Shaleh.a.s.
6. Nabi Ibrahim.a.s.
7. Nabi Luth.a.s.
8. Nabi Ismail.a.s.
9. Nabi Ishaq.a.s.
10.Nabi Yaqub.a.s.
11.Nabi Yusuf.a.s.
12.Nabi Ayyub.a.s.
13. Nabi Syu'aib.a.s.
14.Nabi Musa.a.s.
15.Nabi Harun.a.s.
16.Nabi Zulkifli.a.s.
17. Nabi Daud.a.s
18. Nabi Sulaiman.a.s.
19. Nabi Ilyas.a.s.
20. Nabi Ilyasa.a.s.
21. Nabi Yunus.a.s.
22. Nabi Zakariya.a.s.
23. Nabi Yahya.a.s.
24. Nabi Isa.a.s.
25. Nabi Muhammad.SAW4
Dari 25 nama Nabi atau Rasul utusan Allah diatas, terdapat 5 Nabi atau Rasul yang
memiliki derajat tinggi yang disebut dengan Ulul Azmi. Ulul Azmi yang berarti keaguangan.
5 Nabi yang mendapat julukan ulul Azmi adalah:
1. Nabi Nuh 4. Nabi Isa
2. Nabi Ibrahim 5. Nabi Muhammad
3. Nabi Musa
2.2.E Rukun Iman ke-5 : Iman Kepada Kepada Hari Akhir
Iman kepada hari akhir atau hari kiamat adalah rukun iman yang kelima. Semua umat muslim
di dunia harus meyakini adanya hari kiamat atau hari berakhirnya jaman. Hari dimana alam
semesta dan isinya akan dihancurkan dan diluluhlantahkan oleh Allah.
Pada waktu hari kiamat nanti alam semesta akan hancur dan semua manusia akan binasa.
Setelah hancurnya semua alam semesta, maka nanti Allah akan membangkitkan semua umat
manusia. Pada hari kiamat ini tidak satupun yang bisa lolos dari kematian.
Setiap manusia dari jaman nabi Adam sampai manusia yang mengalami hari kiamat akan
dihisab sesuai dengan perbuatannya, yang akan menentukan apakah ke Surga atau ke Neraka.
Sebagai umat muslim, wajib meyakini adanya hari kiamat dimana alam semesta hancur dan
manusia binasa. Semoga Allah menyelamatkan kita dari datangnya hari kiamat yang
mengerikan.
Dengan menanamkan keyakinan tentang hari kiamat atau hari akhir, maka akan membuat kita
semakin berserah diri kepada Allah. Yakin bahwa akan ada hari pembalasan dengan begitu
akan membuat kita semakin taat menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.

Allah berfirman dalam surah Al Hajj ayat 6-7,


َ ‫ّللا ہ َُو ۡال َح ُّق َو اَنَّ ٗہ ي ُۡحی ۡال َم ۡو ٰتی َو اَنَّ ٗہ‬
‫ع ٰلی ُکل ش َۡیء قَد ۡير‬ َ ‫ٰذل‬
َ ٰ ‫ک با َ َّن‬
‫ث َم ۡن فی ۡالقُب ُۡور‬
ُ ‫ّللا َي ۡب َع‬ َ ‫ع َۃ ٰات َيۃ َّل َر ۡي‬
َ ٰ ‫ب ف ۡي َہا ۙ َو ا َ َّن‬ َ ‫َّو ا َ َّن السَّا‬
Artinya :
“Yang sedemikian itu supaya kamu mengerti bahwa Tuhan Allah itu Tuhan yang benar dan
Tuhan itu menghidupkan segala yang telah mati. Lagi Allah itu maha kuasa atas segala
sesuatu. Dan sesungguhnya kiamat itu pasti datang, tidak ragu lagi. Tuhan Allah benar-benar
akan membangkitkan orang-orang yang ada dalam kubur”, (QS Al Hajj ayat 6-7).
Allah juga berfirman dalam surah Az Zumar ayat 68,
َ‫ظ ُر ۡون‬ ٰ ‫صعقَ َم ۡن فی السَّمٰ ٰوت َو َم ۡن فی ۡالَ ۡرض ا َّل َم ۡن شَا َء‬
ُ ‫ّللاُؕ ث ُ َّم نُف َخ ف ۡيہ ا ُ ۡخ ٰری فَاذَا ہ ُۡم قيَام ي َّۡن‬ َ َ‫ص ۡور ف‬
ُّ ‫َو نُف َخ فی ال‬
Artinya :
“Sungguh pada hari kiamat akan ditiup sangkakala (terompet) dan matilah sekalian apa yang
ada di langit dan yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian akan ditiup
sangkala sekali lagi, kemudian mereka sekalian akan bangkit memandang (menunggu
keputusan).” (QS Az Zumar ayat 68).
2.2.F Rukun Iman ke-6 : Iman Kepada Qadha dan Qadar
Qada dan Qadar selalu menjadi paduan kata yang saling berdampingan. Namun sebenarnya
Qada dan Qadar memiliki arti yang sangat berbeda. Keduanya memberi pengaruh yang besar
terhadap kehidupan manusia.
Allah berfirman dalam surah Al hajj ayat 70:
َ َ‫س َماء َو ْاْل َ ْرض إ َّن ٰذَلكَ في كتَاب ۚ إ َّن ٰذَلك‬
َّ ‫علَى‬
‫ّللا يَسير‬ َ َّ ‫أَلَ ْم ت َ ْعلَ ْم أ َ َّن‬
َّ ‫ّللا يَ ْعلَ ُم َما في ال‬
Artinya:
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada
di langit dan di bumi?, bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh
Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah”, (QS. Al Hajj ayat 70)
Apakah pengertian qadha dan qadar itu?

Pengertian Qada
Arti kata Qada secara bahasa adalah “ketetapan”. Dalam hal ini ketetapan atau kepastian yang
sudah diputuskan oleh Allah sebelum kelahiran seseorang.
Ketetapan yang mempengaruhi setiap kehidupan manusia. Karena Allah SWT telah mengatur
kehidupan setiap umat, bahkan ketetapan telah diberikan jauh sebelum kelahiran manusia-
manusia ke bumi.
Pengertian Qadar
Dapat diartikan bahwa Qadar merupakan “ukuran” atau “pertimbangan”. Dapat
disimpulkan bahwa Qadar adalah suatu pertimbangan yang telah diputuskan oleh Allah SWT
kepada setiap diri manusia.
Jika Qada adalah ketetapan atau aturan, Qadar adalah ukuran atau pertimbangan. Namun istilah
tersebut digunakan secara bersamaan untuk menggambarkan sebuah kepastian mengenai
hukum dari Allah SWT.
Istilah Qada dan Qadar dikenal dengan istilah takdir, yaitu ketetapan yang sudah diputuskan
oleh Allah SWT. Takdir menjadi satu yang mengikat pada kehidupan. Merupakan suatu
ketetapan dan bergantung dengan kegiatan manusia itu sendiri.
Takdir dibagi 2 yaitu:
1. Takdir Muallaq
Merupakan bagian dari Qada dan Qadar yaitu takdir muallaq. Takdir Muallaq adalah suatu
ketetapan yang sudah ditetapkan oleh Allah sejak zaman Azali.
Namun dalam kenyataan pada kehidupan manusia, takdir ini dapat berubah menyesuaikan
dengan perbuatan manusia itu sendiri.
Takdir muallaq tersebut seperti kemiskinan yang tidak akan terjadi pada orang yang hemat dan
rajin bekerja. Nilai jelek tidak diperoleh siswa yang memperhatikan dan belajar dengan giat.
Jadi Takdir Muallaq adalah takdir yang masih bisa dirubah oleh manusia itu sendiri sesuai
dengan kehidupannya.
2. Takdir Mubram
Takdir mubram adalah takdir yang merupakan ketetapan yang tidak dapat ditawar atau diubah.
Takdir Mubram itu seperti kematian, kelahiran, dan jodoh. Namun sebenarnya tidak hanya itu.
Termasuk didalamnya adalah tentang kiamat, tentang siapa orang tua kita.
Ketetapan-ketetapan diatas tidak dapat diubah oleh manusia, karena sudah menjadi ketetapan
Allah SWT.
Jadi iman kepada Qada dan Qadar adalah kita sebagai umat muslim yakin dengan ketetapan
Allah itu ada. Bahwa kelahiran, kematian dan jodoh sudah menjadi keputusan Allah SWT.
Kita hanya bisa berserah diri kepada Allah dengan selalu yakin bahwa keputusan Allah SWT
adalah keputusan yang terbaik buat kita.
Kita harus tetap berusaha dan berjuang untuk bisa merubah ke takdir yang lebih baik untuk
takdir yang bisa kita perjuangkan. Seperti kepandaian, kekayaan, kesehatan dan lain
sebagainya.3
2.3 Rukun Ihsan
Ihsan (Arab: ‫" ;احسان‬kesempurnaan" atau "terbaik") adalah seseorang yang
menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan
melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat
perbuatannya.
Ihsan adalah lawan dari isa'ah (berbuat kejelekan), yaitu seorang manusia mencurahkan
kebaikan dan menahan diri untuk tidak mengganggu orang lain. Mencurahkan kebaikan kepada
hamba-hamba Allah dengan harta, ilmu, kedudukan dan badannya.5
2.3.A Memahami Hakikat Ihsan dalam Islam
Dalam Islam terdapat landasan-landasan yang wajib dipahami, karena landasan ini
yang menjadi ‘ruh’ dari seluruh kegiatan berislam. Islam mengajarkan bahwa sedikitnya
terdapat 3 landasan utama yang harus dipahami dan dimaknai secara mendalam kemudian
diimplementasikan dengan sebaik-baiknya. Makna berislam akan tidak sempurna ketika ketiga
landasan ini tidak tersinkronisasi dan termaksimalkan dengan baik. Tiga landasan tersebut
adalah rukun iman, rukun islam, dan rukun ihsan.
Rukun Iman dan Rukun Islam adalah dua hal yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Namun
banyak yang melupakan untuk yang ketiga. Padahal ihsan memiliki dampak sangat besar ketika
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ihsan bisa menjadi pengaja, bahkan peniglat
kualitas setiap amalan yang dilaksanakan. Dalam sebuah hadits yang cukup panjang di mana
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam ditanya perihal islam, iman, dan ihsan, beliau
menuturkan tentang ihsan sebagai berikut:
َ‫َّللا َكأَنهــكَ ت ََراهُ فَإِ ْن لَ ْم ت َ ُك ْن ت ََراهُ فَإِنههُ يَ َراك‬
َ ‫أ َ ْن ت َ ْعبـــُدَ ه‬
“Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan engkau melihat-Nya, maka bila engkau tak
melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu.” (HR Muslim)
Definisi Ihsan yang dijavarkan Rasulullah di dalam hadits tersebut adalah kita, umat Islam,
beribadah kepada Allah seolah-olah kita melihat Allah namun ketika kita merasa tidak dapat
melihatNya, maka kita harus senantiasa yakin bahwa sesungguhnya Allah tidak pernah luput
untuk memperhatikan dan mengawasi kita dimanapun dan kapanpun kita berada.
Hakikat ihsan mengajarkan kita agar senantiasa menjaga dan memperhatikan hak-hak Allah,
serta menyadari betapa agungnya kebesaran Allah selama menjalankan ibadah. Ihsan
mengajarkan kepada seluruh Muslim untuk bersikap professional dalam setiap aktivitas yang
dilakukannya. Meningkatkan kualitas, memperbanyak kuantitas, menebar kebermanfaatan,
dan mempersembahkan yang terbaik yang ia mampu merupakan syarat-syarat seorang muslim
untuk berlaku professional. Karena memang, hakikat hidup ini adalah sebagai ajang untuk
berlomba-lomba mempersembahkan amal terbaik.
Imam Nawawi juga dalam menjelaskan bahwa bila seseorang di dalam ibadahnya mampu
melihat secara nyata Tuhannya maka sebisa mungkin ia tidak akan meninggalkan sedikit pun
sikap khusyuk dan khudlu’ (merendah diri) di dalam ibadahnya tersebut. Keterengan tersebut
tertulis dalam kitab al-Minhâj Syarh Shahîh Muslim ibnil Hajjâj.
Dengan begitu benar adanya jika ihsan bisa meningkatkan kualitas diri seorang muslim dan
amalannya dilandasi sebuah keyakinan bahwa sesungguhnay Allah senantiasa mengawasi dan
menilai amalan amalannya dimanapun dan kapanpun.6
Hadits yang berkenaan tentang ihsan dikeluarkan di dalam Shahih Muslim dari Umar
bin Khattab dan dua riwayat dari Abu Hurairah pada Shahihain. Bunyi teks
berdasarkan hadist riwayat Muslim dari Abu Hurairah adalah:
Dari Abu Hurairah, ia berkata: "Pada suatu hari, rasulullah ‫ ﷺ‬muncul di antara kaum muslimin.
Lalu datang seseorang dan berkata: 'Wahai rasulullah, apakah Iman itu?' Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda: 'Yaitu engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kitab-Nya, pertemuan
dengan-Nya, para utusan-Nya, dan beriman kepada Hari Kebangkitan akhir'.
Orang itu bertanya lagi: 'Wahai rasulullah, apakah Islam itu?' Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: 'Islam,
yaitu engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun,
mendirikan salat fardhu, memberikan zakat wajib dan berpuasa di bulan Ramadhan'.
Orang itu kembali bertanya: 'Wahai rasulullah, apakah Ihsan itu?' Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
'Yaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak
mampu melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia selalu melihatmu'.
Orang itu bertanya lagi: 'Wahai rasulullah, kapankah Hari Kiamat itu?' Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
'Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang menanya. Apabila ada budak perempuan
melahirkan majikannya, maka itulah satu di antara tandanya. Apabila ada orang yang semula
miskin menjadi pimpinan manusia, maka itu termasuk di antara tandanya. Apabila orang-orang
yang tadinya menggembalakan ternak saling berlomba memperindah bangunan, maka itu
termasuk di antara tandanya. Ada lima hal yang hanya diketahui oleh Allah'.
Kemudian rasulullah ‫ ﷺ‬membaca surat Luqman ayat 34: "Sesungguhnya Allah, hanya pada
sisi-Nya saja lah pengetahuan tentang Hari Kiamat dan Dia lah yang menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada di dalam rahim, dan tiada seorang pun dapat mengetahui (dengan
pasti) apa yang akan diusahakannya besok, dan tiada seorang pun dapat mengetahui di bumi
mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".
Kemudian orang itu berlalu. Lalu rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: 'Panggillah orang itu kembali!'. Para
sahabat beranjak hendak memanggilnya, tetapi mereka tidak melihat sesuatu pun. Maka
rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: 'Itu tadi adalah Jibril, yang datang untuk mengajarkan kepada manusia
tentang agama mereka'."
Ihsan terbagi menjadi dua macam:
Ihsan di dalam beribadah kepada Sang Pencipta (Al-Khaliq)
Ihsan kepada makhluk ciptaan Allah
2.3.B Ihsan di dalam beribadah kepada Allah
Ihsan di dalam beribadah kepada Al-khaliq memiliki dua tingkatan
Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, ini adalah ibadah dari
seseorang yang mengharapkan rahmat dan ampunan-Nya. Nama lain dari perbuatan ini
disebut Maqam al-Musyahadah (‫)مقام المشاهدة‬. Dan keadaan ini merupakan tingkatan ihsan yang
paling tinggi, karena dia berangkat dari sikap membutuhkan, harapan dan kerinduan. Dia
menuju dan berupaya mendekatkan diri kepada-Nya. Sikap seperti ini membuat hatinya terang-
benderang dengan cahaya iman dan merefleksikan pengetahuan hati menjadi ilmu
pengetahuan, sehingga yang abstrak menjadi nyata
Jika kamu tidak mampu beribadah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu, dan ini ibadah dari seseorang yang lari dari adzab dan
siksanya. Dan hal ini lebih rendah tingkatannya daripada tingkatan yang pertama, karena sikap
ihsannya didorong dari rasa diawasi, takut akan hukuman. Sehingga, dari sini,
ulama salaf berpendapat bahwa, "Barangsiaa yang beramal atas dasar melihat Allah
Subhanahu wa Ta'ala, maka dia seorang yang arif, sedang siapapun yang bermal karena merasa
diawasi Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka dia seorang yang ikhlas (mukhlis).
Maka suatu ibadah dibangun atas dua hal ini, puncak kecintaan dan kerendahan, maka
pelakunya akan menjadi orang yang ikhlas kepada Allah. Dengan ibadah yang seperti itu
seseorang tidak akan bermaksud supaya di lihat orang (riya'), di dengar orang (sum'ah) maupun
menginginkan pujian dari orang atas ibadahnya tersebut. Tidak peduli ibadahnya itu tampak
oleh orang maupun tidak diketahui orang, sama saja kualitas kebagusan
ibadahnya. Muhsinin (seseorang yang berbuat ihsan) akan selalu membaguskan ibadahnya
disetiap keadaan.
2.3.C Ihsan kepada makhluk ciptaan Allah
Berbuat ihsan kepada makhluk ciptaan Allah dalam empat hal, yaitu.
Harta
Yaitu dengan cara berinfak, bersedekah dan mengeluarkan zakat. Jenis perbuatan ihsan dengan
harta yang paling mulia adalah mengeluarkan zakat karena dia termasuk di dalam Rukun Islam.
Kemudian juga nafkah yang wajib diberikan kepada orang-orang yang menjadi tanggung
jawabnya seperti istri, anak, orang-tua, dll. Kemudian sedekah bagi orang miskin dan orang
yang membutuhkan lainnya.
Kedudukan
Manusia itu bertingkat-tingkat jabatannya. Sehingga apabila dia memiliki kedudukan yang
berwenang maka digunakannya untuk membantu orang lain dalam hal menolak bahaya ataupun
memberikan manfaat kepada orang lain dengan kekusaannya tersebut.
Ilmu
Yakni memberikan ilmu bermanfaat yang diketahuinya kepada orang lain, dengan cara
mengajarkannya.
Badan
Yakni menolong seseorang dengan tenaganya. membawakan barang-barang orang yang
keberatan, mengantarkan orang untuk menunjukan jalan, dan ini termasuk bentuk sedekah dan
bentuk ihsan kepada makhluk Tuhan.5
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dalam menjalani kehidupan sebagai umat islam kita perlu mengetahui dan menjalankan
rukun rukun yang terdapat dalam agama islam.Dalam menjadi umat islam kita perlu
mengucapkan 2 kalimat syahadat sebagai pembuktian akan kepercayaan kita kepada Allah swt.
Dan juga rasul yang diutusnya.Dalam kehidupan sehari hari kita juga perlu melaksanakan
shalat 5 waktu sesuai dengan ketentuan yang ada.Kita juga perlu melaksanakan puasa,zakat,
dan melaksanakan ibadah haji ke tanah suci apabila kita mampu melaksanakannya sesuai
dengan ketentuan yang ada.

Kita juga perlu mengimani segala sesuatu yang ada pada rukun iman seperti iman
kepada Allah,iman kepada malaikat,iman kepada kitab kitab allah,iman kepada nabi dan rasul
utusan allah,iman akan adanya hari kiamat,dan juga iman kepada qada dan qadarnya Allah Swt.

Tak lupa kita juga harus senantiasa menerapkan rasa ihsan dalam diri kita sehingga kita
dapat melakukan segala hal dengan hati hati dan juga berlapang dada karena diri kita yang
senantiasa berada dalam pengawasan dan perlindungan Allah swt.

3.2 Saran

Kami berharap dapat membuat makalah yang lebih baik dan lebih layak
kedepannya.Kami juga mengharapkan kritik dan saran pembaca tentang makalah ini.
Daftar Pustaka

1https://saintif.com/rukun-islam/

2https://wisatanabawi.com/rukun-islam/

3https://wisatanabawi.com/rukun-iman/

4https://brainly.co.id/tugas/1843311

5https://id.wikipedia.org/wiki/Ihsan

6https://bincangsyariah.com/kalam/memahami-hakikat-ihsan-dalam-islam/
“SUMBER AJARAN ISLAM”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK V

-Muhammad Andika

-Nawang Dwi Anjani

-Tiara Nurhikmah

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(MANAJEMEN)

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, kami meminta pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kami berlindung
dari segala macam kejahatan jiwa dan kejahatan perbuatan kami. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurah ke haribaan Rasulullah , para keluarga dan sahabatnya serta orang-orang yang selalu setia
mengikuti mereka hingga hari akhir nanti. Dengan rasa syukur yang besar, kami haturkan kepada Allah
SWT karena dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Sumber ajaran islam”.

Maksud dan Tujuan dari pembuatan Makalah ini untuk memperluas wawasan serta memberikan
inspirasi kepada para pembacanya mengenai “Sumber ajaran islam” tersebut.
DAFTAR ISI

Kata
Pengantar…………………………………………………………………………………………………
……. i

Daftar
Isi…………………………………………………………………………………………………………
…….. ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar
Belakang…………………………………………………………………………………………….. 1

Rumusan
Masalah………………………………………………………………………………………… 1

BAB II PEMBAHASAN

Al-
Quran……………………………………………………………………………………………………..
2

Pengertian Al-Quran………………………………………………………………………….. 2

Struktur dan Pembagian Al-Quran………………………………………………………. 3

Sejarah Al-Quran hingga berbentuk Mushaf…………………………………………. 3

Hadist……………………………………………………………………………………………………
…… 3

Pengertian Hadist……………………………………………………………………………… 3

Struktur Hadist…………………………………………………………………………………. 4

Klasifikasi Hadist……………………………………………………………………………… 5

Ijtihad……………………………………………………………………………………………………
……. 7

Pengertian Ijtihad……………………………………………………………………….. 7

Fungsi Ijtihad……………………………………………………………………………… 7
Jenis-Jenis Ijtihad………………………………………………………………………… 8

Tingkatan Ijtihad………………………………………………………………………… 8

BAB III PENUTUP

3.1
Kesimpulan………………………………………………………………………………………………
… iii

Daftar
Pustaka…………………………………………………………………………………………………
iv
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ajaran Islam ad1alah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari Al-Quran yang
memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen utama agama Islam
atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan akhlak) dikembangkan dengan akal pikiran
manusia yang memenuhi syarat runtuk mengembangkannya.

Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim dan
muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran manusia,
diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat. Allah telah menetapkan sumber ajaran Islam
yang wajib diikuti oleh setiap muslim. Ketetapan Allah itu terdapat dalam Surat An-Nisa (4) ayat 59:

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah (kehendak) Allah, taatilah (kehendak) Rasul-Nya,
dan (kehendak) ulil amri di antara kamu …”. Menurut ayat tersebut setiap mukmin wajib mengikuti
kehendak Allah, kehendak Rasul dan kehendak ’penguasa’ atau ulil amri (kalangan) mereka sendiri.
Kehendak Allah kini terekam dalam Al-Quran, kehendak Rasul terhimpun sekarang dalam al-Hadis,
kehendak ’penguasa’ (ulil amri) termaktum dalam kitab-kitab hasil karya orang yang memenuhi syarat
karena mempunyai ”kekuasaan” berupa ilmu pengetahuan.

RUMUSAN MASALAH

Memaparkan sumber ajaran Islam berupa Al-Quran, Hadist, dan Ijtihad.

1
.Agus —Al-Qur’an, Sumber Hukum Islam yang Pertama, Penerbit Pustaka, Bandung, 1989 M.
BAB II

PEMBAHASAN

Sumber Ajaran Islam

Sumber ajaran Islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang mempunyai
kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan
nyata. Dengan demikian sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau
pedoman syariat islam.

Sumber ajaran islam ada tiga, yakni Al-Quran, Hadist (As-sunnah), dan Ijtihad. Ajaran yang tidak
bersumber dari ketiganya bukan ajaran Islam. Al-Quran dan Hadist merupakan ajaran Islam yang
langsung dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, sedang Ijtihad merupakan hasil pemikiran umat
Islam, yakni para ulama mujtahid dengan tetap mengacu pada Al-Quran dan Hadist.

Al-Qur’an

Pengertian Al-Quran

Al-Qur’an (Arab: ‫ )القرآن‬adalah kitab suci agama Islam. Umat Islam percaya bahwa Al-Qur’an
merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia dan bagian dari rukun
iman yang disampaikan kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril; dan wahyu
pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad adalah sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an surat
Al-‘Alaq ayat 1-5

Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti “bacaan” atau “sesuatu
yang dibaca berulang-ulang”. Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara’a
yang artinya membaca.2

2
faridl—Al-Qur’an, Sumber Hukum Islam yang Pertama, Penerbit Pustaka, Bandung, 1989 M.
Struktur dan Pembagian Al-Quran

Surah, ayat dan ruku’

Al-Qur’an terdiri atas 30 juz,114 surah dan 6236 ayat. Setiap surah akan terdiri atas beberapa ayat, di
mana surah terpanjang dengan 286 ayat adalah surah Al Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki
3 ayat yakni surat Al Kautsar, An-Nasr dan Al-‘Așr. Surah-surah yang panjang terbagi lagi atas
subbagian lagi yang disebut ruku’ yang membahas tema atau topik tertentu.

Sejarah Al-Quran hingga berbentuk Mushaf

Al-Qur’an memberikan dorongan yang besar untuk mempelajari sejarah dengan secara adil, objektif
dan tidak memihak. Dengan demikian tradisi sains Islamsepenuhnya mengambil inspirasi dari Al-
Qur’an, sehingga umat Muslim mampu membuat sistematika penulisan sejarah yang lebih mendekati
landasan penanggalan astronomis.

Penurunan Al-Qur’an

Al-Qur’an tidak turun sekaligus, ayat-ayat al-Qur’an turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2
bulan 22 hari. Para ulama membagi masa turunnya ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah
dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah dan
surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang
dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini
disebut surat Madaniyah. Ilmu Al-Qur’an yang membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab
suatu atau beberapa ayat al-Qur’an diturunkan disebut Asbabun Nuzul (Sebab-sebab Turunnya (suatu
ayat).

Hadist

Pengertian Hadist

Hadits (bahasa Arab: ‫ ) الحديث‬adalah perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi
Muhammad yang dijadikan landasan syariat Islam. Hadits dijadikan sumber hukum Islam selain al-
Qur’an, dalam hal ini kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur’an.

Hadits secara harfiah berarti “berbicara”, “perkataan” atau “percakapan”. Dalam terminologi Islam
istilah hadits berarti melaporkan, mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad
.3

3
Miftah—Al-Qur’an, Sumber Hukum Islam yang Pertama, Penerbit Pustaka, Bandung, 1989 M.
4
Syihabudin—Al-Qur’an, Sumber Hukum Islam yang Pertama, Penerbit Pustaka, Bandung, 1989 M.
Kedudukan Hadist sebagai sumber hukum Islam dijelaskan dalam Al-Qur’an surah An-Nisa 4:65

Artinya : Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati
mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya.

Struktur Hadist

Secara struktur hadits terdiri atas dua komponen utama yakni sanad/isnad (rantai penutur) dan matan
(redaksi).

Sanad

Sanad ialah rantai penutur/rawi (periwayat) hadits. Rawi adalah masing-masing orang yang
menyampaikan hadits tersebut (dalam contoh di atas: Bukhari, Musaddad, Yahya, Syu’bah, Qatadah
dan Anas). Awal sanad ialah orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits); orang
ini disebut mudawwin atau mukharrij. Sanad merupakan rangkaian seluruh penutur itu mulai dari
mudawwin hingga mencapai Rasulullah. Sanad memberikan gambaran keaslian suatu riwayat. Jadi
yang perlu dicermati dalam memahami hadits terkait dengan sanadnya ialah :Keutuhan sanadnya,
Jumlahnya, Perawi akhirnya

Rawi

Rawi adalah orang-orang yang menyampaikan suatu hadits. Sifat-sifat rawi yang ideal adalah :Bukan
pendusta atau tidak dituduh sebagai pendusta, tidak banyak salahnya,teliti, tidak fasik,tidak dikenal
sebagai orang yang ragu-ragu (peragu),tukan ahli bid’ah, Kuat ingatannya (hafalannya),tidak sering
bertentangan dengan rawi-rawi yang kuatSekurangnya dikenal oleh dua orang ahli hadits pada
jamannya.
Sifat-sifat para rawi ini telah dicatat dari zaman ke zaman oleh ahli-ahli hadits yang semasa, dan disalin
dan dipelajari oleh ahli-ahli hadits pada masa-masa yang berikutnya

hingga ke masa sekarang. Rawi yang tidak ada catatannya dinamakan maj’hul, dan hadits yang
diriwayatkannya tidak boleh diterima.

Matan

Matan ialah redaksi dari hadits, dari contoh sebelumnya maka matan hadits bersangkutan ialah:

“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta
untuk dirinya sendiri”

Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam mamahami hadits ialah:

Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad atau bukan

Klasifikasi Hadist

Hadits dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yakni bermulanya ujung sanad, keutuhan
rantai sanad, jumlah penutur (rawi) serta tingkat keaslian hadits (dapat diterima atau tidaknya hadits
bersangkutan).

Berdasarkan klasifikasi ini hadits dibagi menjadi 3 golongan yakni marfu’ (terangkat), mauquf
(terhenti) dan maqthu’:

Hadits Marfu’adalah hadits yang sanadnya berujung langsung pada Nabi Muhammad

Hadits Mauqufadalah hadits yang sanadnya terhenti pada para sahabat nabi tanpa ada tanda-tanda baik
secara perkataan maupun perbuatan yang menunjukkan derajat marfu’.

Hadits Maqthu’adalah hadits yang sanadnya berujung pada para tabi’in (penerus) atau sebawahnya.

Keaslian hadits yang terbagi atas golongan ini sangat bergantung pada beberapa faktor lain seperti
keadaan rantai sanad maupun penuturnya. Namun klasifikasi ini tetap sangat penting mengingat
klasifikasi ini membedakan ucapan dan tindakan Rasulullah dari ucapan para sahabat maupun tabi’in
di mana hal ini sangat membantu dalam area perkembangan dalam fikih (Suhaib Hasan, Science of
Hadits).4

Berdasarkan klasifikasi ini hadits terbagi menjadi beberapa golongan yakni :

5
Syihabudin—Al-Qur’an, Sumber Hukum Islam yang Pertama, Penerbit Pustaka, Bandung, 1989 M.
Hadits Musnad. Sebuah hadits tergolong musnad apabila urutan sanad yang dimiliki hadits tersebut
tidak terpotong pada bagian tertentu. 5

Hadits Mursal, bila penutur 1 tidak dijumpai atau dengan kata lain seorang tabi’in menisbatkan
langsung kepada Rasulullah

Hadits Munqathi’, bila sanad putus pada salah satu penutur, atau pada dua penutur yang tidak
berturutan, selain shahabi.

Hadits Mu’dlal, bila sanad terputus pada dua generasi penutur berturut-turut.

6
Hadits Mu’allaq, bila sanad terputus pada penutur 5 hingga penutur 1, alias tidak ada sanadnya.

Hadits Mudallas, Hadits ini disebut juga hadits yang disembunyikan cacatnya karena diriwayatkan
melalui sanad yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya, padahal sebenarnya ada, atau
hadits yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya.

Hadits Mutawatir, adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad dan
tidak terdapat kemungkinan bahwa mereka semua sepakat untuk berdusta bersama akan hal itu.

Hadits Ahad, hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun tidak mencapai tingkatan
mutawatir. Hadits ahad kemudian dibedakan atas tiga jenis antara lain :

Gharib,Aziz, dan Masyhur.

Berdasarkan tingkat keaslian hadits

Kategorisasi tingkat keaslian hadits adalah klasifikasi yang paling penting dan merupakan kesimpulan
terhadap tingkat penerimaan atau penolakan terhadap hadits tersebut. Tingkatan hadits pada klasifikasi
ini terbagi menjadi 4 tingkatan

Hadits Sahih, yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadis.

Hadits Hasan, bila hadits yang tersebut sanadnya bersambung, namun ada sedikit kelemahan pada
rawi(-rawi)nya; misalnya diriwayatkan oleh rawi yang adil namun tidak sempurna ingatannya. Namun
matannya tidak syadz atau cacat.

Hadits Dhaif(lemah), ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung (dapat berupa hadits mauquf,
maqthu’, mursal, mu’allaq, mudallas, munqathi’ atau mu’dlal), atau diriwayatkan oleh orang yang tidak
adil atau tidak kuat ingatannya, atau mengandung kejanggalan atau cacat.

6
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 2001
Hadits Maudlu’, bila hadits dicurigai palsu atau buatan karena dalam rantai sanadnya dijumpai penutur
yang dikenal sebagai pendusta.

Jenis-jenis lain

Adapun beberapa jenis hadits lainnya yang tidak disebutkan dari klasifikasi di atas antara lain:

Hadits Matruk, Hadits Mungkar, Hadits Mu’allal, Hadits Mudlthorib, Hadits Maqlub

Hadits Gholia, Hadits Mudraj,dan Hadits Syadz

Ijtihad

Pengertian Ijtihad

Ijtihad (Arab: ‫ )اجتهاد‬adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan
oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas
dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang.

Tujuan ijtihad

adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah
di suatu tempat tertentu atau pada suatu waktu tertentu.

Fungsi Ijtihad

Meski Al Quran sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap, tidak berarti semua hal dalam
kehidupan manusia diatur secara detail oleh Al Quran maupun Al Hadist. Selain itu ada perbedaan
keadaan pada saat turunnya Al Quran dengan kehidupan modern. 7

Jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat Islam di suatu tempat tertentu atau di suatu masa waktu
tertentu maka persoalan tersebut dikaji apakah perkara yang dipersoalkan itu sudah ada dan jelas
ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadist.

Sekiranya sudah ada maka persoalan tersebut harus mengikuti ketentuan yang ada sebagaimana
disebutkan dalam Al Quran atau Al Hadits itu. Namun jika persoalan tersebut merupakan perkara yang
tidak jelas atau tidak ada ketentuannya dalam Al Quran dan Al Hadist, pada saat itulah maka umat Islam

7
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 2001
memerlukan ketetapan Ijtihad. Tapi yang berhak membuat Ijtihad adalah mereka yang mengerti dan
paham Al Quran dan Al Hadist.

Jenis-Jenis Ijtihad

Ijma’Ijma’ artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum hukum
dalam agama berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi.

Qiyâs

Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum suatu perkara yang
baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan

Istihsân

Beberapa definisi Istihsân, Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fâqih(ahli fikih), hanya karena dia
merasa hal itu adalah benar.

Argumentasi dalam pikiran seorang fâqihtanpa bisa diekspresikan secara lisan olehnyaMengganti
argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat orang banyak, Tindakan memutuskan suatu
perkara untuk mencegah kemudharatan, Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat
terhadap perkara yang ada sebelumnya.

Maslahah murshalah

Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskahnya dengan pertimbangan kepentingan
hidup manusia berdasarkan prinsip menarik manfaat dan menghindari kemudharatan.

Sududz Dzariah

Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan umat.

Istishab

Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa mengubahnya.8

8
Pengetahuan Dasar tentang Pokok-pokok Ajaran Islam (A/B) oleh Mh. Amin Jaiz
Tingkatan-Tingkatan Ijtihad

Ijtihad Muthlaq

Adalah kegiatan seorang mujtahid yang bersifat mandiri dalam berijtihad dan menemukan ‘illah-‘illah
hukum

Ijtihad fi al-Madzhab

Adalah suatu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang ulama mengenai hukum syara’,Secara lebih
sempit, ijtihad tingkat ini dikelompokkan menjadi tiga tingkatan ini:

Ijtihad at-Takhrij

Ijtihad at-Tarjih

Ijtihad al-Futya9

9
Pengetahuan Dasar tentang Pokok-pokok Ajaran Islam (A/B) oleh Mh. Amin Jaiz
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim dan
muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran manusia,
diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.Sumber ajaran agama islam terdiri dari
sumber ajaran islam primer dan sekunder. Sumber ajaran agama islam primer terdiri dari al-qur’an dan
as-sunnah (hadist), sedangkan sumber ajaran agama islam sekunder adalah ijtihad
DAFTAR PUSTAKA

Faridl, Miftah dan Syihabudin, Agus —Al-Qur’an, Sumber Hukum Islam yang Pertama, Penerbit
Pustaka, Bandung, 1989 M.

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 2001

Pengetahuan Dasar tentang Pokok-pokok Ajaran Islam (A/B) oleh Mh. Amin Jaiz

http://www.hikmatun.wordpress.com/pengertianAl-Qur’an
MAKALAH
KEUTAMAAN KESUCIAN DAN HIDUP BERSIH

Mata Kuliah : Pendidikan Agama

Dosen Pengampu : Akhmad Zamakhsari, MA. Pd

Disusun Oleh :

1. Fadila Kurniasih (202010325156)


2. Putri Mutiara (202010325155)
3. Resti Meliana Putri (202010325185)
4. Salsabila Taqwaning Afifi (202010325157)

KELAS 1 - A03

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA 2020


Kata Pengantar

Assalammu’alaikum wr.wb

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apapun.

Penulisan makalah berjudul ‘Keutamaan Kesucian dan Hidup Bersih’ bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan penulis agar
pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.

Wasalamu’alaikum wr.wb

Bekasi, 17 September 2020

Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................................. lxix
Daftar Isi ................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I .................................................................................................................. lxxi
PENDAHULUAN .......................................................................................... lxxi
1. Latar Belakang Masalah lxxi
2. Rumusan Masalah lxxi
BAB II ............................................................................................................... lxxii
PEMBAHASAN ........................................................................................... lxxii
A. Pengertian lxxii
B. Surah Dan Hadist lxxiii
Bab III .............................................................................................................. lxxix
PENUTUP .................................................................................................... lxxix
1. Kesimpulan lxxix
2. Daftar pustaka lxxix
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Kebersihan merupakan unsur pokok dalam mewujudkan kesehatan yang merupakan Hak
Asasi Manusia dan salah satu unsur kesejateraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita
–cita bangsa Indonesia. Berkaitan dengan hal ini, UU No.36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan yang menyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat setinggi tingginya
dicapai melalui penyelenggaran pembangunan kesehatan tidak bisa terlepas dari masalah
yang berkaitan erat dengan kebersihan. Profil kesehatan lingkungan pada tahun 2009
menyajikan data bahwa 64,41% sarana yang telat dibina kesehatan lingkungannya, yang
meliputi institusi pendidikan (67,52%) , tempat kerja (59,15%) , tempat ibadah (58,84%) ,
fasilitas kesehatan (77,02%), dan sarana lain (62,26%) .Hal ini menunjukan bahwa
membinaan kesehatan lingkungan terutama kebersihan dalam nanatan masyarakat masih
memerlukan perhatian yang serius agar berdampak positif dari kesehatan masyarakat.

1. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari kebersihan?
2. Hadits dan surah yang menjelaskan tentang kebersihan !
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Islam adalah agama yang menjunjung tinggi hidup bersih, karenanya Islam juga
mengajarkan pada pemeluknya untuk menjaga kebersihan. Ajaran tentang
menjaga kebersihan itu di antaranya berdasarkan hadits berikut:

Pertama, ‫ان‬ ِ ‫ظا َفةُ مِ نَ إ‬


ِ ‫اْل إي َم‬ َ َّ‫“ اَلن‬Kebersihan itu sebagianَ dariَ iman,”َ danَ keduaَ
hadits: ‫“ الطهور شطر اْليمان‬Kesucianَituَbagianَdariَiman”.
Meski cukup populer, hadits yang pertama menurut para ahli hadits riwayatnya
dinilai dhoif atau lemah, sedangkan hadits yang kedua riwayatnya shohih atau
kuat.

Dari sisi makna antara an-Nazhofah dan ath-Thuhur, yang sepintas sama, tetapi
memiliki arti yang berbeda. Kata an-Nazhofah artinya bersih hanya meliputi zhohir
atau yang nampak saja. Sedangkan at-Thuhur artinya suci, yaitu bersih baik
secara zhohir maupun bathin atau yang tidak nampak.10

Masalah kebersihan merupakan masalah pokok dalam ajaran Islam dan ini juga

banyak ditunjukkan oleh para ulama fiqih terdahulu. Mereka biasanya dalam

menyusun kitab-kitab fiqih selalu manjadikan bab bersuci atau Thoharoh

ditempatkan di bab pertama. Seperti kitab-kitab fiqih yang disusun oleh ulama

empat madzhab.

10
Zaenal muttaqin, “islam mengajarkan pentingnya menjaga kebersihan”, diakses dari
https://minianews.net/islam pada hari kamis tanggal 17 september 2020 pukul 14.00
B. Surah Dan Hadist

Di dalam Al Quran banyak ayat yang menyinggung masalah kebersihan,

diantaranya pada ayat 108 Surat At-Taubah, Allah SWT berfirman:

ٰ‫ٱّللٰ يُحِ ب‬
ُ َّ ‫وا ٰۚ َو‬ َ َ ‫ن تَقُو َٰم فِي ِٰه ٰۚ فِي ِٰه ِرجَالٰ يُحِ بونَٰ أَن يَت‬
ٰ ‫طه َُّر‬ ٰ َ ‫ن أ َ َّو ِٰل ي َْومٰ أَحَقٰ أ‬
ْٰ ِ‫علَى ٱلت َّ ْق َوىٰ م‬ َ ‫لَّ َمس ِإج ٌد أُس‬
َ ‫ِس‬

َّ ‫ٱ ْل ُم‬
َٰ‫ط ِه ِرين‬

“…….َSungguh,َmasjidَyangَdidirikanَatasَdasarَtakwaَsejakَhariَpertamaَadalahَ

lebih pantas engkau melaksanakan sholat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-

orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orangَ yangَ bersih.”َ

(QS. At-Taubah 9: Ayat 108)

Sebab turunnya ayat ini seperti dijelaskan dalam kitab tafsir, berkenaan dengan

pendudukَQuba.َHinggaَRasulullahَshallallahuَ‘alaihiَwaَsallamَbertanyaَkepadaَ

mereka, hal apa yang menyebabkan turunnya ayat tersebut yang merupakan

pujianَdariَAllahَTa’alaَatasَperbuatanَmereka.

SepintasَtidakَdisebutَsecaraَkhususَtentangَpendudukَQuba,َtetapiَAllohَTa’alaَ

menyinggung adanya orang-orang yang suka bersuci.

Dalam budaya orang Arab saat itu, bila mereka selesai buang air besar atau kecil

maka mereka menggunakan batu sebagai alat pembersihnya, diistilahkan

“istijmar”َ bilaَ pembersihanَ denganَ batu,َ danَ “istinja`”َ bilaَ pembersihanَ denganَ

air.

Sekarangَ “orangَ Barat”َ menggunakanَ tissuَ kertasَ sebagai ganti batu untuk

membersihkan kotoran setelah buang air besar atau kecil. Sebenarnya tak

ubahnya dengan orang Arab jahiliyyah dahulu.


Penduduk Quba ternyata tidak mencukupkan hanya dengan batu, bahkan mereka

menggunakan air sebagai alat pembersih kotoran setelah buang air besar atau

kecil

Ayat 108 ini dikaitkan dengan Masjid, yakni tempat yg semestinya bersih karena

ditempati oleh orang-orang yang suka bersuci dan membersihkan diri. Hal ini erat

kaitannya dengan istinja` dari najis. Mungkin saja yang sering dijumpai di kamar

kecil masjid adalah suasana kotor, tidak bersih.

Ayat ini juga mengaitkan kebersihan dengan takwa, yang selalu diingatkan oleh

AllahَTa’alaَmelaluiَfirman-Nya, yang dibaca minimal sepekan sekali oleh Khotib

Jum’at.

Ayat 108 diakhiri dengan pernyataan bahwaَAllahَTa’alaَmenyukaiَorang-orang

yangَ“sangatَbersih”.َDiartikanَtidakَhanyaَ“bersih”َsaja.َSebabَadaَperubahanَ

kataَ atauَ wazan,َ yangَ dalamَ Bahasaَ Arabَ menunjukkanَ “bersangatan”,َ yakniَ

“muth-thoh-hirin”.

Jadi inilah ummat Islam, yang bertakwa dan sangat bersih, bukan hanya bersih
biasa saja.

Setelah masjid, lalu tempat mana yang harus dijaga kebersihannya, adalah rumah.

Karena rumah adalah masjid kedua yang ditempati untuk menegakkan sholat

sunnah.

Jika sebelum sholat harus bersuci maka sudah tentu tempat sholat-nya juga harus

suci dan bersih. Pastikan rumah kita selalu bersih, jangan sampai terlihat kotor.
Perlu diketahui bahwa perbedaan rumah Muslim dan Yahudi di Madinah di masa

Rasulullahَ shallallahuَ ‘alaihiَ waَ sallam,َ adalahَ halamanَ yangَ bersih.َ Bilamana

dijumpai ada halaman rumah yang bersih, bisa dipastikan pemiliknya adalah

Muslim. Tapi bila dijumpai ada halaman rumah yang kotor, kemungkinan besar

adalah Yahudi. Lalu bagaimana kondisi saat ini, sepertinya terbalik.

Rumah yang kita miliki, atau juga tempat tinggal yang kita tempati, hendaknya

dijaga dan selalu bersihkan. Begitu juga masjid harus dijaga kebersihannya, juga

lingkungan, karena kebersihan adalah ajaran agama Islam.

Memang sulit membudayakan hidup bersih, kalau belum menjadi kebiasaan.

Jangan menyalahkan tempat sampah yang kurang banyak, malah seringkali

tempat sampahnya yang hilang atau dirusak.

Ayat lainnya dalam Alquran yang menjelaskan kebersihan ada pada ayat 222

Surat Al-Baqoroh yang menyinggung tentang haidh bagi perempuan. Allah SWT

berfirman:

َ َ‫إض ۚ َو َل تَ إق َربُ إوهُنَّ َحتّٰى يَ إط ُه إرنَ ۚ َفإذَا ت‬


َ‫طه إَّرن‬ َ ِ‫إض ۚ قُ إل ه َُو اَذًى َفا إعت َ ِزلُ إوا الن‬
ِ ‫سا ٓ َء فِى ا إل َمحِ ي‬ ِ ‫سئَلُ إونَكَ ع َِن ا إل َمحِ ي‬
‫ََو يَ إ‬
َ َ‫ّللا يُحِ ب التَّ َّوا بِ إينَ َويُحِ ب ا إل ُمت‬
َ‫ط ِه ِر إين‬ ُ ‫َفأإت إُوهُنَّ مِ إن َحي‬
ُ ّٰ ‫إث اَ َم َر ُك ُم‬
َ ّٰ َّ‫ّللا ۚ اِن‬
“Danَmerekaَmenanyakanَkepadamuَ(Muhammad)َtentangَhaid.َKatakanlah,َituَ

adalah sesuatu yang kotor. Karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan jangan

kamu dekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, campurilah

mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh,

Allahَmenyukaiَorangَyangَtobatَdanَmenyukaiَorangَyangَmenyucikanَdiri.”َ(QS.َ

Al-Baqarah 2: Ayat 222).


Semua memaklumi bahwa hal yang paling pribadi bagi perempuan Islam

(muslimat) apa yang disebutkan oleh ayat tersebut, yakni tempat keluarnya haidh.

Halَ yangَ palingَ pribadiَ iniَ ternyataَ Allahَ Ta’alaَ mengaitkannyaَ denganَ

kebersihan.

PadaَayatَiniَAllahَTa’alaَmemerintahkanَpadaَRasulullahَshallallahuَ‘alaihi wa

sallam untuk mengatakan, bahwa haidh itu sesuatu yang kotor. Dengan bahasa

yangَ halusَ danَ indah,َ Allohَ Ta’alaَ lanjutkanَ denganَ kalimatَ “jauhilahَ istriَ danَ

janganَkamuَdekatiَmerekaَsehinggaَsuci”.

Suci dalam ayat ini mensyaratkan agar istri mandi wajib lebih dahulu, setelah masa

haidh-nya selesai. Hal ini melambangkan ajaran kebersihan diri, tidak saja merasa

sudah bersih karena haidh-nya berhenti, tapi juga diwajibkan mandi agar mereka

suci.

Ada perbedaan pandangan di antara ahli fiqh tentang ayat ini, yakni antara kalimat

َ َ ‫“ َفإذَا ت‬. Sebagian ahli fiqih berpendapat, bila haidh berhenti


“ َ‫َ” َحتّٰى يَ إط ُه إرن‬danَ” َ‫طه إَّرن‬

maka tidak perlu mandi dahulu, karena istri sudah dalam keadaan boleh didekati.

Sementara ahli fiqih lain berpendapat, istri wajib bersuci dahulu, bila haidh sudah

berhenti.َ Makaَ diَ sinilahَ kaidahَ fiqhَ berperan,َ bahwaَ “keluarَ dari masalah

sengketaَ ituَ dianjurkan”َ( ‫ستَحَب‬ ِ ‫ج مِ إن ا إلخِ ََل‬


‫ف ُم إ‬ ُ ‫) ا إل ُخ ُرو‬, sehingga pilihan pendapat istri

yang sudah berhenti dari haidh dan telah bersuci dengan cara mandi wajib,

memenuhi unsur kedua-duanya,َbaikَ“hatta yath-hurna”َmaupunَ“fa-idza tathoh-

harna“.

Ayatَ222َtersebutَditutupَdenganَpernyataanَbahwaَAllahَTa’alaَmenyukaiَorang-

orang yang bertaubat dan sangat bersih.


Mencuci tangan dengan sabun dinilai efektif untuk menghilangkan kotoran,bakteri

dan virus. Sejak dahulu, Nabi SAW sudah mengajurkan umatnya untuk mencuci

tangan, baik saat wudhu, sebelum makan, sesudah makan ,hingga sesudah

bangun tidur.

Rasulullah SAW bersabda :

“َApabilaَsalah seorang di antara kalian bangun tidur, hendaknya ia menuangkan

(air) keatas tangannya tiga kali sebelum memasukkan (tangannya) ke dalam

bejana,َkarenaَdiaَtidakَmengetahuiَdimanaَtangannyaَberadaَ(saatَtidur).َ“َ(HR.َ

Bukhari dan Muslim)

Imam Nawawi menyatakan, anjuran mencuci tangan ini tidak terbatas saat bangun

tidur saja, melaikan kapan pun saat ragu apakah ada najis yang menempel di

tangan atau tidak.

Seorang mukmin yang kuat dan sehat lebih Allah cintai daripada seorang mukmin

yang lemah. Seperti sabda Rasulullah dalam suatu hadits yang berbunyi :

Almukminul qowiyyu khoirun wa 'a habbu ilallahi minal mukminidndo'iif

Artinya:

"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang

lemah."Maksud dari hadits di atas adalah badan yang kuat dan sehat juga

diperlukan untuk beribadah dan melakukan ketaatan. Sehingga kita meniatkan

membuat badan sehat adalah agar bisa melakukan ibadah, ketaatan dan berbagai

kebaikan.
Mari jaga kebersihan mulai dari Masjid, rumah, lingkungan dan diri pribadi kita.

Denganَdemikian,َakanَdijagaَkesehatannyaَolehَAllohَTa’ala,َInsyaَAlloh.َ(A/B04)

Dinukil dari banyak sumber.


Bab III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari pembahasan pada BAB II diatas yang menjadi pokok masalah dalam

penulisan ini dapat kita tarik kesimpulan sebagai berikut :

Kebersihan merupakan masalah yang urgent karena dengan hidup bersih nantinya akan
tercipta kehidupan yang sehat pula. Maka dari itu Islam telah mengajarkan tentang
kebersihan dan kesucian diri.

Muslim yang baik menampilkan ajaran kebersihan ini dalam kehidupan sehari hari. Oleh
karena itu, orang islam harus tampil bersih, rumahnya bersih, tempat ibadahnya bersih,
lingkungan nya bersih, perkataanya sopan santun, dan perilaku sehari – harinya
menyenangkan.

2. Daftar pustaka
https://minianews.net/islam-ajarkan-pentingnya-menjaga-kebersihan-oleh-zaenal-muttaqin/

https://www.medcom.id/nasional/peristiwa/3NOGEDzN-tiga-hadis-tentang-perlunya-menjaga-
kebersihan-badan

https://m.brilio.net/amp/wow/dalil-dan-hadits-tentang-kesehatan-cara-menjaganya-menurut-
islam-200512a.html
KELOMPOK 7
“MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA MENDIRIKAN
SHALAT SEBAGAI TIANG AGAMA.”
Dosen: Akhmad Zamakhsari, MA. Pd

Disusun Oleh:
1. Dwi Putri Aprillia (202010325200)
2. Fajar Dwi Handoko (202010325203)
3. Husni Fauzi Ramadhan (202010325201)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan karunianya
makalah mata kuliah Pendididikan Agama Islam yang diberi judul “Mendirikan Shalat
Sebagai Tiang Agama” ini dapat kami selesaikan. Shalawat beserta salam kamu
junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa Agama Islam dari zaman
jahiliyah ke zaman yang terang benerang.
Kami akui makalah ini masih banyak kurangnya, oleh karena itu kami harapkan untuk
memberikan saran/kritik yang bersifat membangun untuk makalah ini yang lebih baik
lagi.
Bekasi, 17 September 2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB 1..................................................................................................................................
PENDAHULUAN...............................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Tujuan Penulisan................................................................................
BAB2.......................................................................................................
PEMBAHASAN.....................................................................................
1. MENDIRIKAN SHALAT SEBAGAI TIANG AGAMA..................
A. Ayat-ayat yang menjelaskan tentang Shalat Sebagai Tiang
Agama.....................................................................................................
B. Syarat Wajib Shalat............................................................................
2. RUKUN SHALAT..............................................................................
3. SUNNAH SHALAT...........................................................................
A. Berupa Ucapan...................................................................................
B. Berupa Perbuatan................................................................................
4. PERBUATAN YANG MEMBATALKAN SHALAT……...............
5. HIKMAH SHALAT............................................................................
6. MEMAPARKAN KEWAJIBAN SHALAT PADA RUKUN ISLAM
YANG KE 2...............................................................................
7. IMPLEMENTASI SHALAT DALAM KEHIDUPAN …….............
8. BACAAN QS. AL-FATIHAH DAN TASYAHUT AKHIR ……….
BAB 3......................................................................................................
A. Simpulan.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam dibangun oleh 5 rukun atau tiang. Rukun Islam yang kedua yaitu mendirikan
shalat. Shalat merupakan sarana seorang hamba untuk berkomunikasi dengan sang Khalik
yakni Allah SWT. Di dalam shalat terdapat syarat-syarat yang telah ditentukan. Adapun syarat-
syarat tertentu yang dimaksud yakni rukun sholat, syarat wajib, syarat sah, sunnah dan hal-
hal yang membatalkan shalat. Semua itu harus kita pahami agar shalat yang kita lakukan sesuai
dengan syariat yang telah diatur oleh Islam.

B. Tujuan Penulisan

Agar kita mengetahui betapa pentingnya arti sholat dalam hidup kita. Karena shalat
merupakan ibadah yang sangat utama sekali. Jika kita menjalankan shalat maka ibadah kita
yang lain akan diterima oleh Allah SWT,tetapi jika kita meninggalkan sholat, maka ibadah kita
yang lain tidak akanditerima oleh Allah.Selain itu agar kita mengetahui syarat-syarat apa saja
yang harus kitapenuhi agar sholat kita sempurna dan diterima oleh Allah SWT serta kita dapat
membadingkan antara sholat jamaah dan sholat sendirian ternyata lebihbaik berjamaan karena
pahalanya akan dilipatgandakan 27 derajat oleh Allah SWT.
BAB II

PEMBAHASAN

1. MENDIRIKAN SHALAT SEBAGAI TIANG AGAMA

Sholat secara bahasa artinya berdoa. Shalat secara istilah berarti menghadapkan diri
kepada Allah sebagai ibadah dengan perkataan yang dimulai dengan niat dan perbuatan yang
dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam sesuai dengan syarat-syarat
tertentu.

Sholat merupakan rukun Islam yang ke-2 bukti keislaman seseorang adalah dengan
menjalankan sholat. Oleh karena itu kita sebagai orang muslim harus menjalankan sholat 5
waktu karena hukumnya wajib dikerjakan dan apabila meninggalkan sholat maka kita akan
mendapat dosa.

Sesungguhnya sholat adalah tiang agama. Barang siapa yang mengerjakan


sholat maka telah mendirikan agama, dan barang siapa meninggalkan sholat maka
telah merobohkan agama. Dengan melaksanakan sholat hati kita akan merasa tentram dan
damai, hidup kita akan lebih terarah. Sholat juga dapat menghindarkan kita dari perbuatan keji
dan munkar. Oleh karena itu marilah kita semua mendirikan sholat agar mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
A. Ayat-ayat yang menjelaskan tentang Shalat sebagai Tiang Agama

➢ Mendirikan Shalat agar ingat Allah SWT

َّ ‫َّللاُ ََل إِلَهَ إِ ََّل أَنَا فَا ْعبُ ْدنِي َوأَقِ ِم ال‬
‫ص ََلةَ ِل ِذك ِْري‬ َّ ‫إِنَّنِي أَنَا‬

Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (QS Thaha : 14).

➢ Shalat mencegah perbuatan Keji dan Munkar

ۗ ‫ٱَّلل أ َ ْكبَ ُر‬


ِ َّ ‫شا ِٓء َوٱ ْل ُمنك َِر ۗ َولَ ِذك ُْر‬
َ ْ‫صلَ َٰوةَ ت َ ْن َه َٰى ع َِن ٱ ْلفَح‬
َّ ‫صلَ َٰوةَ ۖ إِنَّ ٱل‬ ِ َ ‫وح َى إِلَ ْيكَ ِمنَ ٱ ْل ِك َٰت‬
َّ ‫ب َوأَقِ ِم ٱل‬ ِ ُ ‫ٱتْ ُل َما ٓ أ‬
ْ َ ‫ٱَّللُ َي ْعلَ ُم َما ت‬
َ‫صنَعُون‬ َّ ‫َو‬
Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al-‘Ankabut
Ayat 45)

➢ Kewajiban Mendirikan Sholat dan Menunaikan Zakat

َ‫الرا ِك ِع ْين‬
َّ ‫ار َكعُ ْوا َم َع‬ َّ ‫صلَىةَ َوآت ُ ْو‬
ْ ‫الزكَوةَ َو‬ َّ ‫َواَقِ ْي ُم ْو ال‬

Artinya: “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang
ruku’.” (QS Al-Baqarah : 43).

➢ Mendirikan Sholat Berpahala

ِ ُ‫الزكَوةَ َو َماتُقَ ِ ِّد ُم ْوا َلَ ْنف‬


ِ ‫س ُك ْم ِ ِّم ْن َخ ْي ٍر ت َ ِجد ُْوهُ ِع ْند‬
‫ُاللهط اِنَّ هللاَ بِ َما‬ َّ ‫صلَ ْوةَ َوآت ُ ْو‬ َّ ‫َواَقِ ْي ُم ْو ال‬
‫ت َ ْع َملُ ْونَ بَ ِص ْي ٌر‬

Artinya : “Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat dan apa-apa yang kamu usahakan dari
kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan dapat pahalanya pada sisi Allah, sesungguhnya Allah
Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Baqarah : 110).

➢ Mendirikan Sholat Bukti Taat dan Mendapat Rahmat


(Kasih Sayang)

َ‫س ْو َل لَعَلَ ُك ْم ت ُ ْر َح ُم ْون‬ َّ ‫الزكَوةَ َوا َ ِط ْيعُ ْو‬


ُ ‫االر‬ َّ ‫صَلَةَ َوآت ُ ْو‬
َّ ‫َواَقِ ْي ُم ْو ال‬

Artinya : “Dan kerjakanlah sholat, berikanlah zakat, dan taat kepada Rasul, agar supaya kalian
semua diberi rahmat.” (QS An-Nuur : 56).

B. Syarat wajib sholat :

1. Beragama Islam.

2. Baligh. Maksudnya, sudah cukup umur untuk melakukan segala sesuatu


yang sifatnya wajib.
Batas baligh bagi seorang anak laki-laki adalah ketika anak tersebut mengalami mimpi basah
atau ketika anak tersebut berusia kurang lebih 15 tahun. Sedangkan bagi anak perempuan batas
balighnya adalah ketika keluarnya darah haid atau sekitar umur 9 tahun.

3. Berakal sehat. Tidak dalam keadaan gila, atau kehilangan akal.


Orang yang gila atau mabuk, yang menyebabkan hilangnya akal, tidak diwajibkan untuk
shalat. Seperti yang dijelaskan dalam al-Qur’an surat an-Nisaa’ (4) ayat 43, berikut ini:

َ‫س ٰ َك َر ٰى َحت ه ٰىت َعۡ لَ ُمواْ َماتَقُولُون‬ ‫ٰيََٰٓأَيُّ َهاٱلهذِينَ َءا َمنُواْ َالت َۡق َربُواْٱل ه‬
ُ ‫صلَ ٰوة ََوأَنت ُ ۡم‬

Yaa ayyuhal ladziina aamanuu laa taqrabus shalaata wa antum sukaraa hattaa ta’lamuu maa
taquuluun(a)…

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu (mendekati) shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan….”

4. Mumayyiz, mampu membedakan antara yang baik dan benar, yang benar dan salah serta
yang halal dan yang haram.

2. RUKUN SHALAT
Rukun ibadah shalat ada 13, antara lain adalah:
• Niat.
• Berdiri, jika mampu.
• Melakukan Takbiratul ihram.
• Membaca surah Al Fatihah pada setiap rakaat dari shalat.
• Rukuk dengan tumaninah.
• I’tidal dengan tumaninah.
• Sujud 2 kali dengan tumaninah.
• Melakukan duduk di antara dua sujud dengan tumaninah.
• Duduk tahiyyat akhir.
• Membaca bacaan tahiyyat/tasyahud akhir.
• Membaca shalawat nabi.
• Membaca salam.
• Semua rukun di atas dilaksanakan dengan tertib (berurutan).
3. SUNNAH SHALAT
➢ Sunnah-Sunnah yang Berupa Ucapan
Di antaranya adalah :
• 1 - Membaca doa iftitah, yaitu bacaan doa yang dibaca sebelum membaca Surah Al-
Fatihah.
• 2 - Membaca ta’awwudz, yaitu mengucapkan “Aku berlindung kepada Allah dari
bisikan setan yang dirajam.”
• 3 - Membaca basmalah yaitu “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.”
• 4 - Ucapan tasbih yang kedua atau ketiga ketika rukuk dan sujud
• 5 - Ucapan Rabbighfirli yang kedua atau ketiga ketika duduk diantara dua sujud.
• 6 - Ucapan setelah mengucapkan “Wahai Rabb Kami milik-Mu lah segala pujian”
ketika bangun dari rukuk.
• 7 - Bacaan surah selain Surah Al-Fatihah.

➢ Sunnah-Sunnah Shalat yang Berupa Perbuatan

Di antaranya adalah :

• 1 - Mengangkat kedua tangan saat takbiratul Ihram, rukuk, bangun dari rukuk, atau
saat berdiri memulai rakaat yang ketiga.
• 2 - Bersedekap yaitu meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada saat
berdiri dalam shalat, baik sebelum atau sesudah rukuk.
• 3 -Mengarahkan pandangan ke tempat sujud.
• 4 - Merenggangkan jarak antara tangan dengan perut atau sisi samping ketika sujud.
• 5 - Duduk iftirasy, yaitu dengan menduduki kaki kiri sambil memanjangkan kaki
kanan.
4. PERBUATAN YANG MEMBATALKAN SHALAT
➢ Masih ber-Hadats
Dalam hal ini Anda masih berhads baik itu hadas kecil maupun hadas besar. Anda
wajib membersihkan hadast kecil atau hadast besar dulu sebelum melakukan
sholat.Untuk mensucikan dari hadast besar, Anda harus melakukan mandi wajib atau
mandi junub. Dan untukmembersihkan hadast kecil, bisa dengan melakukan wudhu yang
benar terlebih dahulu.

➢ Terkena Najis
Misalkan ketika Anda sedang melakukan sholat tiba-tiba kejatuhan kotoran yang
najis, bila tidak secepatnya tidak dibersihkan atau dihindarkan akan membuat sholatnya
batal.Bila najis itu hanya mengenai disampingnya saja, atau tidak pada tempat untuk
sholat maka tidak menjadi masalah dan tidak membatalkan sholat Anda.

➢ Terbukanya Aurat
Terbukanya aurat ketika sedang melakukan sholat jika tidak segera ditutupi akan
membuat shalatnya batal. Jika auratnya terbuka karena tertiup angin dan Anda segera
menutupinya maka tidak membatalkan sholat.Namun jika terbukanya berulang-ulang
sehingga Anda membetulkanya atau melakukan gerakan yang berulang-ulang maka hal
itu dapat membatalkan shalat.

➢ Makan dan Minum


Orang yang makan dan minum di dalam sholatnya akan membatalkan ibadah
sholatnya, apalagi disengaja. Walaupun sedikit tetap membatalkan sholatnya. Kecuali
makannya itu tidak disengaja, dan jumlahnya sedikit. Kalau makannya dalam jumlah
yang banyak tetap walaupun tidak sengaja, tetap membatalkan sholat.

➢ Tiga kali bergerak secara berturut-turut walaupun dalam keadaan lupa


Yang dimaksud bergerak berturut-turut disini adalah melakukan gerakan-gerakan
diluar gerakan dalam rukun-rukun sholat.Gerakan berturut-turut sampai tiga kali, dapat
membatalkan sholat, walaupun dilakukan dengan ketidaksengajaan atau lupa.Tapi jika
dalam sholat melakukan gerakan berkali-kali dan brturut-turut lebih sampai tiga kali
seperti menggaruk-nggaruk daerah kulit yang gatal maka akan membatalkan sholat
Anda.

➢ Menambahi rukun sholat


Rukun yang dimaksud adalah rukun fi’liyah, apabila rukun-rukun itu ditambah
dengan sengaja maka dapat membatalkan sholat.Misalnya meletakkan takhbiratul ikhram
bukan pada tempatnya, atau melirihkan niat tidak sebagaimana dilakukan di dalam hati.

➢ Mendahului Imam
Seorang makmum yang gerakan rukuknya mendahului imam dapat menyebabkan
sholatnya batal. Tidak hanya rukuk, namun seluruh gerakan-gerakan imam tidak boleh
di dahului oleh makmum.Yang sering terjadi adalah ketika duduk diantara dua sujud atau
berdiri setelah sujud. Bagi yang tidak fikus mendengarkan imam akan mudah sekali
mendahului gerakan imam.

➢ Niat memotong sholat


Ketika sedang mengerjakan shalat di dalam hatinya menginginkan shalatnya putus
karena ada sebab-sebab yang menjadikannya ragu. Misalnya ragu, apakah tadi sudah
mengucapkan Fardhu dalam shalatnya.
Sebagai peringatan, bahwa seseorang yang sudah ditengah-tengah shalatnya dan
berusaha untuk membatalkannya adalah pekerjaan yang buruk sekali.

5. HIKMAH SHALAT
➢ Dapat mencerahkan wajah
Sebelum menjalankan shalat, kita diwajibkan untuk berwudhu. Secara lahir, wudu
ini membersihkan wajah kita dari kotoran yang melekat. Orang yang menjalankan salat
dengan catatan khusyuk dan bersungguh-sungguh wajahnya akan cerah.

➢ Menerangi hati
Orang yang menjalankan shalat hati nya akan merasa lebih tenang dan hanya
membuat fokus kita mengingat Allah SWT.

➢ Menyehatkan badan
Menjalankan ibadah shalat juga akan membuat badan sehat. Sebab, ritual dan
gerakan salat seperti halnya orang yang sedang berolahraga mulai dari kepala hingga kaki
semua kita gerakkan.

➢ Menjadi faktor ketenangan dalam kubur


Shalat merupakan shalah satu bekal amal ibadah yang akan menolong kita kelak
di akhirat nanti. Dalam sebuah hadis disebutkan, amal ibadah pertama yang ditanya di
akhirat nanti adalah shalat.

➢ Menjadi sebab turun-nya rahmat


Allah akan membuka kan pintu rahmat-Nya kepada hamba-Nya yang
melaksanakan perintah-Nya dengan menjalankan shalat.

➢ Kunci membuka pintu langit


Orang yang rajin menjalankan shalat dan terus berdoa insyaAllah akan dibukakan
pintu langit untuknya. Dalam artian, doanya cepat dikabulkan oleh Allah SWT.

➢ Dapat memberatkan timbangan


Shalat adalah barometer keimanan seseorang, Barangsiapa yang
menyempurnakannya (menjalankan shalat lima waktu) maka kelak akan memperoleh
pahala yang sempurna (HR. Dailami)

➢ Tempat keridhoan Allah


Shalat adalah sarana pendekatan diri kepada Allah bagi setiap orang yang
bertakwa. (HR Qadloi). Tiada suatu keadaan seorang hamba yang lebih Allah cintai,
kecuali sewaktu Allah melihat hambaNya tengah bersujud dan menempelkan wajahnya
ke tanah (HR. Thabrani).
➢ Bernilai Surga
Allah menjanjikan bagi hamba-nya yang menjalankan salat lima waktu dengan
surga yang penuh kenikmatan (HR. Jannatun Naim).
➢ Menjadi Tabir dari Siksa Neraka
Barangsiapa yang menjalankan sholat lima waktu maka salatnya kelak akan
menjadi cahaya, hujjah dan penyelamat baginya pada hari kiamat. Barangsiapa yang
tidak dapat memelihara salatnya kelak akan dikumpulkan pada hari kiamat bersama
Firaun, Qarun, dan Hamman.
(HR Ibnu Nasr).

6. MEMAPARKAN TENTANG KEWAJIBAN SHALAT PADA RUKUN


ISLAM KE2 :
Setelah menjadi seorang muslim tentu harus mengejarkan rukun Islam yang kedua yaitu
sholat. Sholat 5 waktu ialah sholat yang sifatnya wajib/harus dikerjakan, yang apabila tidak
dikerjakan akan mendapatkan dosa.
Sholat 5 waktu terdiri dari:
• Sholat Subuh
Sholat yang dikerjakan sebelum terbitnya fajar (antara jam 04.00). Sholat iniberjumlah 2
raka'at.
• Sholat Dzuhur
Sholat yang dikerjakan siang hari (sekitar pukul 12.00) dan berjumlah 4raka'at.
• Sholat Ashar
Sholat yang dikerjakan sore hari (sekitar jam 15.30) dengan jumlah 4raka'at.
• Sholat Maghrib
Sholat yang dikerjakan saat matahari terbenam sampai masuk waktu Isya. Raka'atnya
ada 3.
• Sholat Isya
Sholat yang dikerjakan sekitar pukul 19.00 dengan jumlah 4raka'at.

7. IMPLEMENTASI SHALAT DALAM KEHIDUPAN


Ditinjau dari istilahnya, shalat adalah sebuah ibadah yang dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam. Shalat merupakan suatu ibadah yang harus dikerjakan karena shalat
merupakan barometer keimanan dan akhlaq seorang muslim. Kalau kita memperhatikan secara
seksama ternyata dalam ibadah ini terkandung berbagai macam-macam manfaat berharga yang
berkaitan erat dengan kehidupan pribadi seorang muslim.
PERINTAH UNTUK MENTAATI SESUATU YANG IA LEBIH BERKUASA
DARIPADA KITA (PIMPINAN TERTINGGI ATAU PEMERINTAHAN NEGARA)
Kaitannya dengan sholat adalah sholat merupakan bentuk ketaatan hamba dengan Rabb-nya.
Sedangkan contoh real dalam kehidupan sehari-hari adalah rakyat wajib mentaati penguasanya.
Tentunya dalam hal-hal yang tidak melanggar aturan Allah.

PERINTAH UNTUK TEPAT DALAM UCAPAN DAN PERBUATAN


Kaitannya dengan sholat, dalam sholat setiap bacaan wajib ditempatkan pada waktu yang tepat.
Semisal, bacaan ruku harus ia baca saat ruku, bacaan sujud harus ia baca saat sujud. Tidak
boleh dibolak-balik.
Sedangkan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika kita bergaul dengan orang
lain hendaknya kita memperhatikan karakteristik orang tersebut. Karena tidak setiap orang bisa
kita perlakukan dengan sikap yang sama.

HENDAKNYA MELAKUKAN SESUATU SECARA BERURUTAN MULAI DARI


YANG PALING UTAMA
Kaitannya dengan shalat, shalat adalah ibadah yang awalnya dimulai dengan takbir. Karena
takbir adalah sesuatu yang utama. Bahkan wajib bertakbir sebelum memulai shalat.
Begitu juga dalam kehidupan sehari-hari, ketika kita memiliki banyak rencana maka pilihlah
yang paling utama atau paling manfaat atau yang paling wajib terlebih dahulu untuk kita
kerjakan.

PERINTAH UNTUK DISIPLIN DALAM MENGATUR WAKTU


Kaitannya dengan shalat, shalat adalah ibadah yang telah ditentukan waktunya. Seorang
muslim tidak boleh mengawalkan ataupun mengakhirkan pelaksanaannya ataupun
menjamaknya terkecuali karena sebab tertentu. Karena asalnya, shalat ditunaikan tepat pada
waktunya.
Disiplin dalam mengatur waktu bukanlah pekerjaan yang ringan bagi seorang manusia.
Terkadang terjadi pertentangan dalam batin kita antara keinginan untuk disiplin dengan tidak
disiplin. Dalam suatu kesempatan kita disiplin. Namun dalam kesempatan yang lainseringkali
kita tidak disiplin. Demikianlah realita yang ada, manusia penuh dengan keberagaman perilaku
yang patut mendapatkan perhatian khusus.
ANJURAN UNTUK BELAJAR TENTANG DASAR SUATU ILMU AGAR
TINGKATAN-TINGKATAN ILMU DIATASNYA TIDAK RUSAK
Kaitannya dengan shalat adalah shalat merupakan amalan mendasar yang akan pertama kali
dihisab oleh Allah. Jika shalatnya buruk maka amalan yang lainnyamenjadi buruk pula. Jika
shalatnya baik maka amalan yang lainnya menjadi baik. Redaksi kalimat ini penulis ambil dari
sebuah hadits shahih riwayat Tirmidzi tentang amalan perdana yang akan dihisab
(diperhitungkan) oleh Allah.
Kaitannya dalam kehidupan sehari-hari atau contoh realnya, sebagai thalabul ilmi (pencari
ilmu) jika ingin meraih keberhasilan dalam sebuah studi dan menguatkan pemahaman terhadap
suatu ilmu hendaknya memulai belajar dari pelajaran yang paling mendasar terlebih dahulu
sebelum mempelajari pelajaran yang diatasnya. Hal ini untuk mencehah rusaknya pemahaman
ilmu yang ada diatasnya.

8. BACAAN QS. AL-FATIHAH DAN TASYAHUT AKHIR


➢ QS. Al-fatihah

‫الرحِ ي ِْم‬
‫الرحْ مٰ ِن ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫ِبس ِْم ه‬

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

َ‫ب ْال ٰعلَمِ يْن‬ ِ ‫ا َ ْل َح ْمدُ ِ ه‬


ِ ‫ّلِل َر‬
Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam,

‫الرحِ ي ِْم‬
‫الرحْ مٰ ِن ه‬
‫ه‬
Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,

‫الدي ِْن‬
ِ ‫مٰ لِكِ َي ْو ِم‬
Pemilik hari pembalasan.

‫اِيهاكَ َن ْعبُدُ َواِيهاكَ َن ْستَ ِع ْي ُن‬


Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan.

‫ط ْال ُم ْستَـ ِقي َْم‬


َ ‫الص َرا‬
ِ ‫اِ ْه ِدنَا‬
Tunjukilah kami jalan yang lurus

‫علَ ۡي ِهمۡ َو َال ال ه‬


َ‫ضآَٰل ِۡين‬ ِ ‫علَ ۡي ِهمۡ ۙ غ َۡي ِر ۡال َم ۡغض ُۡو‬
َ ‫ب‬ َ َ‫ط الهذ ِۡينَ ا َ ۡنعَمۡ ت‬
َ ‫ص َرا‬
ِ
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang
dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

➢ Tasyahut Akhir

‫سَلَ ُم‬ ِ َّ ُ‫علَ ْيكَ أَيُّ َها النَّبِ ُّى َو َرحْ َمة‬
َّ ‫َّللا َوبَ َركَاتُهُ ال‬ َ ‫سَلَ ُم‬َّ ‫َّلل ال‬
ِ َّ ِ ُ‫طيِِّبَات‬َّ ‫صلَ َواتُ ال‬َّ ‫اركَاتُ ال‬ َ َ‫الت َّ ِحيَّاتُ ا ْل ُمب‬
َ ‫َّللا أَلل ُه َّم‬
‫ص ِ ِّل‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ش َه ُد أَنَّ ُم َح َّمدًا َر‬
ْ َ ‫َّللاُ َوأ‬
َّ َّ‫ش َه ُد أ َ ْن َلَ إِلَهَ إَِل‬
ْ َ ‫صا ِل ِحينَ أ‬ ِ َّ ‫علَى ِعبَا ِد‬
َّ ‫َّللا ال‬ َ ‫علَ ْينَا َو‬َ
َ ‫علَى آ ِل‬
‫سيِِّ ِدنَا‬ َ ‫علَى‬
َ ‫سيِِّ ِدنَا إِ ْب َرا ِهي َم َو‬ َ َ‫صلَّيْت‬ َ ‫علَى آ ِل‬
َ ‫ َك َما‬، ‫سيِِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ َو‬، ‫سيِِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬
َ ‫عَلى‬
َ ‫علَى‬
‫سيِِّ ِدنَا إِ ْب َرا ِهي َم‬ َ َ‫اركْت‬ َ ‫علَى آ ِل‬
َ َ‫ َك َما ب‬، ‫سيِِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫علَى‬
َ ‫ َو‬، ‫سيِِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ َ ْ‫ وبَ ِارك‬، ‫إِ ْب َرا ِهي َم‬
َ ‫علَى آ ِل‬
‫ ِإ َّنكَ َح ِمي ٌد َم ِجي ٌد‬، ‫س ِِّي ِدنَا ِإ ْب َرا ِهي َم‬ َ ‫ َو‬،

“Segala ucapan selamat, keberkahan, shalawat, dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-
mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan
barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada
seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak
disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah. Ya
Allah aku sampai shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad, serta kepada
keluarganya. Sebagaimana Engkau sampaikan shalawat kepada Nabi Ibrahim As., serta
kepada para keluarganya. Dan, berikanlah keberkahan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad, serta kepada keluarga. Sebagaimana, Engkau telah berkahi kepada junjungan
kita Nabi Ibrahim, serta keberkahan yang dilimpahkan kepada keluarga Nabi Ibrahim. Di
seluruh alam raya ini, Engkaulah Yang Maha Terpuji lagi Maha Kekal.
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Shalat merupakan tiang agama. Ia sebagai rukun terpenting Islam setelah dua kalimat
syahadat. Seorang muslim wajib memeliharanya semenjak usia baligh (dewasa) hingga mati.
Ia wajib memerintahkannya kepada keluarga dan anak-anaknya semenjak usia tujuh tahun
dalam rangka membiasakannya.
Sebenarnya shalat banyak macamnya mulai dari Shalat Sunnah, Shalat Fardhu, dan
tentunya Shalat Wajib yaitu Shalat 5 waktu yang harus kita kerjakan.
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
https://minanews.net/kewajiban-mendirikan-shalat-bagi-orang-islam/
BAB II
MENDIRIKAN SHALAT SEBAGAI TIANG AGAMA
https://www.islampos.com/shalat-itu-tiang-agama-maksudnya-apa-94860/
SYARAT SAH SHALAT
https://portal-ilmu.com/syarat-sah-dan-wajib-shalat/
RUKUN SHALAT
https://brainly.co.id/tugas/2136531
SUNNAH SHALAT
https://brainly.co.id/tugas/23563475
PERBUATAN YANG MEMBATALKAN SHALAT
https://umma.id/article/share/id/1002/531832
HIKMAH SHALAT
https://regional.inews.id/berita/10-hikmah-menjalankan-salat-nomor-5-bisa-mengetuk-
pintu-langit
IMPLEMENTASI SHALAT DALAM KEHIDUPAN
http://fikes.ummgl.ac.id/artikel-56-implementasi-sholat-daam-kehidupan-sehari-hari-
part-one.html
MEMAPARKAN KEWAJIBAN SHALAT PADA RUKUN ISLAM KE2
https://id.wikipedia.org/wiki/RukunIslam
QS. AL-FATIHAH DAN TASYAHUT AKHIR
https://kalam.sindonews.com/surah/1/al-fatihah
https://konfirmasitimes.com/2020/07/15/bacaan-doa-tahiyat-
akhir/#:~:text=Tasyahud%20Akhir%20atau%20Tahiyat%20Akhir,merupakan%20sal
ah%20satu%20rukun%20shalat.
BAB III
https://www.slideshare.net/fitribersahabat/makalah-shalat-28870442
PUASA DAN KESEHATAN UMAT

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam


Dosen pengampu: Akhmad Zamakhsari, M.A. Pd.

Disusun Oleh :
1. Nabila Salsabila (202010325168)
2. Natasa Nurwidiawati (202010325206)
3. Nurul Cahyani (202010325159)
4. Pasyila Aulyana Nabilah (202010325166)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kahdirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini bertujuan untuk
memberikan wawasan dan tambahan ilmu pengetahuan tentang puasa dan kesehatan umat.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang banyak tidak hanya diri sendiri maupun
orang lain. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermafaat dan berguna untuk masyarakat.
Kami juga dengan senang hati menerima kritik dan saran untuk memperbaiki setiap
kekurangan dari makalah ini.

Bekasi, September 2020

Kelompok 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .…..................................................................................1


DAFTAR ISI ..................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian puasa ..................................................................................... 5
B. Jenis-jenis puasa...................................................................................... 6
C. Ketentuan puasa...................................................................................... 7
D. Hal-hal yang membatalkan puasa ......................................................... 11
E. Keutamaan ibadah puasa ....................................................................... 12
F. Puasa dan kesehatan umat ..................................................................... 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 17
B. Saran ....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puasa merupakan salah satu rukun islam yang wajib dijalankan bagi setiap umat
muslim. Akan tetapi, puasa memiliki ketentuan-ketentuan pelaksanaannya yang dicontohkan
pada Rasulullah kita yaitu Muhammad SAW agar puasa kita mendapat pahala dan dapat
meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Puasa juga bisa diartikan dengan menahan
lapar, haus, hawa nafsu, amarah, serta hal-hal yang dapat membatalkan puasa lainnya.
Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa “semua amal anak adam itu untuk dirinya
sendiri, kecuali puasa, sebab ia hanyalah untukku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran
padanya secara langsung.” (HR Bukhari dalam shahihnya: 7/226 dari hadits Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu). Hadits ini mengandung fadhilah puasa dan keistimewaannya dibandingkan
dengan ibadah lainnya, dan bahwa Allah ta’ala telah mengkhususkan ibadah puasa ini untuk-
Nya.
Dalam tema makalah ini kita mengingat kembali pada rukun islam yang ketiga. Karena
itu bagi orang-orang yang beragama islam wajib melaksanakaan puasa. Puasa merupakan salah
satu ibadah kepada Allah dan juga meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Puasa
juga dapat menyehatkan setiap muslim yang menjalankannya. Dengan kata lain, puasa
merupakan suatu kewajiban setiap muslim dengan menahan diri dari lapar dan haus, menahan
hawa nafsu dan amarah, dan mencegah perbuatan keji.
Untuk itu, kita wajib mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan puasa, seperti
syarat-syarat menjalankan puasa, jenis-jenis puasa, dalil dan hadits berpuasa, dan lain
sebagainya. Semoga makalah yang kami sajikan ini dapat berfaedah dan dapat memberikan
manfaat kepada para pembacanya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan puasa ?
2. Apa saja jenis-jenis puasa?
3. Bagaimana ketentuan pelaksanaan puasa ?
4. Apa saja hal –hal yang membatalkan puasa?
5. Apa saja keutamaan dalam melaksanakan ibadah puasa?
6. Bagaimana puasa dan kaitannya dengan kesehatan?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam pembuatan
makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian puasa.
2. Mengetahui jenis-jenis puasa.
3. Mengetahui ketentuan pelaksanaan puasa.
4. Mengetahui hal –hal yang membatalkan puasa.
5. Mengetahui keutamaan dalam melaksanakan ibadah puasa.
6. Mengetahui tentang puasa dan kaitannya dengan kesehatan.

D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu agar dapat memberikan informasi,
meningkatkan minat membaca bagi yang membacanya, meningkatkan untuk melaksanakan
ibadah puasa sebagai kewajiban bagi setiap muslim agar mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Ibadah puasa ini juga bermanfaat untuk membantu menyehatkan jantung, mengurangi risiko
kanker, dan menjaga berat badan kita dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Puasa
Puasa merupakan salah satu rukun dalam islam. Umat muslim menjalankan suatu
kewajiban yaitu puasa dengan berbagai macam jensinya. Hal tersebut diamalkan oleh seluruh
muslim.
Menurut Ali Wasil El Helwany mengatakan bahwa, “Puasa merupakan wujud kesetaraan
ruhani yang dikehendaki syari’ah pada manusia, baik bagi si kaya maupun si miskin
sebagaimana kesetaraan individu dalam shalat yang diwajibkan Islam bagi setiap muslim serta
kesetaraan sosial dalam kewajiban ibadah haji bagi orang yang mampu melaksanakannya.”11
Puasa dalam bahasa Arab disebut as-saum atau as-siyam yang berarti imsak atau
“menahan diri dari segala sesuatu”12. Maksudnya adalah umat muslim harus menahan baik
makan , minum, hawa nafsu dan lain sebagainya. Hal itulah yang disebut dengan menahan diri.
Sebagaimana dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al- Maryam ayat 26, sebagai
berikut:

Artinya:
“Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia,
maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha
Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini".(QS. Al-
Maryam: 26)
Kemudian, menurut istilah ulama fiqh dalam Ulfah yaitu, “Puasa adalah menahan diri dari
segala yang membatalkan sehari penuh mulai dari terbit fajar shadiq hingga terbenam matahari
dengan syarat-syarat yang telah ditentukan”13. Pengertian ini disepakati oleh kalangan mazhab

11
Nadwa. 2018. Puasa dan Pendidikan Agama Islam dalam Membangun Manusia Penaka “Tuhan”: Tinjauan
Kritis Terhadap Sisi Epistemologik dan Aksiologik (Pembelajaran) Pendidikan Agama Islam. Jurnal Pendidikan
Islam. Vol. 12, Nomor 1. Hlm. 130.
12
Musfah, Jejen. 2004. Risalah Puasa, Mejadikan Bulan Ramadhan Sebagai Bulan Penuh Pahala. Yogyakarta:
Hijrah. hlm . 22.
13
Zakiah Ulfah. 2016. Manfaat Puasa dalam Perspektif Sunnah dan Kesehatan. Skripsi. Medan. Hlm. 17.
Hanafi (w. 150 H) dan Hambali (w. 241 H). Namun, kalangan mazhab Maliki (w. 179) dan
Syafi’i (w. 204) menambahkan kata 18 Jejen Musfah, Risalah Puasa, Mejadikan Bulan
Ramadhan Sebagai Bulan Penuh Pahala, (Yogyakarta: Hijrah, 2004), h. 22. 19 Departemen
Agama RI, Syamil A l-Q ur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media,
2009), h. 307. 18 “mat” pada akhir rumusan pengertian di atas.
Jadi, berdasarkan pandangan ahli dapat diambil kesimpulan bahwa puasa adalah menahan
diri dari segala sesuatu baik makan, minum dan hawa nafsu lainnya. Waktu pelaksanaan puasa
dilakukan dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Kemudian, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 183 yaitu:

Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana
diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa”.(Q.S Al-
Baqoroh:183).
Berdasarkan firman tersebut Allah mewajibkan kepada semua pemeluknya untuk
melaksanakan ibadah puasa. dalam firman tersebut jelas dikatakan bahwa perintah puasa
diwajibkan karena bertujuan untuk bertakwa.

B. Jenis-jenis Puasa
Puasa adalah salah satu hal yang dilaksanakan oleh sebagain besar umat muslim. Puasa
sendiri terdiri dari puasa Sunnah dan puasa wajib. Berikut ini merupakan jenis dari puasa:

1. Puasa Wajib
Puasa wajib adalah puasa yang jika dikerjakan mendapat pahala. Namun, jika
ditinggalkan akan mendapatkan dosa. Contohnya: Puasa Ramadhan, Puasa Kifarat, Puasa
Qadha dan Puasa Nadzar.
2. Puasa Sunnah
Puasa Sunnah adalah puasa yang jika dikerjakan mendapatkan pahala. Namun, jika
tidak dilaksanakan atau ditinggalkan tidak mendapatkan dosa. Contohnya: Puasa Asyura,
Puasa Senin-Kamis, Puasa Arafah dan lainnya.
3. Puasa Makruh
Puasa makruh adalah puasa yang jika dikerjakan akan mendapatkan dosa. Sedangan,
jika ditinggalkan akan mendapatkan pahala. Contohnya: Puasa hari Jum’at.
4. Puasa Haram
Puasa haram adalah puasa yang jika dikerjakan akan mendapatkan dosa. Namun, jika
ditinggalkan akan mendapatkan pahala. Contohnya: puasa yang dilaksanakan pada hari
raya umat islam.14
Jadi, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis puasa terbagi menjadi empat (4) , yaitu:
puasa wajib, puasa Sunnah, puasa makruh dan puasa haram.

C. Ketentuan Puasa
Pelaksanaan puasa terdiri dari syarat dan rukun puasa. Di bawah ini dijelaskan berkaitan
syarat dan rukun puasa, yaitu:
1. Syarat Puasa
Pada saat melaksanakan ibadah puasa terdapat dua syarat yang harus dipenuhi, sebagai
berikut:
a. Syarat wajib puasa
Syarat wajib puasa merupakan syakat yang jika telah dimiliki oleh seseorang, ia
diwajibkan untuk berpuasa. Syarat wajib puasa menurut Kharisman15, sebagai berikut:

1) Beragama Islam (Muslim)


Seseorang yang beragama Islam menjadi salah satu syarat wajib melaksanakan
ibadah puasa. Sebagaimana firman Allah SWT, dalam surat At-Taubah ayat 54,
yaitu:

Artinya:
“Dan tidak ada yang menghalangi diterimanya infaq dari mereka, kecuali
karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya”. (Q.S aT-Taubah:54)
2) Berakal

14
Ibid.
15
Kharisman, Abu Utsman. 2013. Ramadhan Bertabur Berkah. Probolinggo: Pustaka Hudaya.Hlm. 141
Seseorang yang tidak mengalami gangguan jiwa, ia diwajibkan melaksanakan
puasa.

Artinya:
“Diangkat pena (tidak ditulis dosa) dari 3 kelompok orang: (1) Orang gila yang
terhalangi akalnya, sampai sadar, (2) orang yang tidur hingga bangun, (3) Anak
kecil sampai baligh.” (H.R Abu Dawud, anNasaai, Ibnu Majah, Ahmad,
dishahihkan Ibnu Hibban, al-Hakim, dan al-Albany).
3) Baligh (cukup umur)
Baligh merupakan seseorang yang sudah mengalami perubahan baik fisik
maupun psikis. Perubahan tersebut ditandai dengan haid untuk perempuan dan
keluarnya mani untuk laki-laki. Kemudian, tumbuhnya bulu di beberapa tempat
tertentu. Hal tersebut menandakan seseorang telah dewasa
4) Mampu berpuasa.
Seseorang yang dalam keadaan sehat dan tidak sakit atau tidak ada keluhan dalam
tubuhnya, diwajibkan untuk berpuasa. Namun, jika seseorang dalam keadaan sakit
dan tidak mampu melaksanakan puasa, maka ia tidak diwajibkan untuk
melaksanakan ibadah puasa. seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 286, yaitu:

Artinya:
“Allah tidaklah membebani suatu jiwa kecuali sesuai dengan
kemampuannya…”.(Q.S Al-Baqoroh: 286)
b. Syarat sah puasa
Syarat sah puasa merupakan syarat yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan
ibadah puasa.16 Jika salah satu syarat tidak ada, berarti puasa yang dilakukan dianggap
tidak saha atau batal. Syarat sah puasa sebagai berikut:
1) Islam
Syarat sah melaksanakan puasa adalah dengan beragama islam.
2) Mumayyiz (dapat membedakan mana yang baik dan buruk)

16
Sholeh. 2007. Fikih. Sidoarjo : Media Ilmu. Hlm. 3
Ketika seseorang dapat membedakan mana yang baik dan buruk, maka dengan
itulah ia dikatakan sah menjalankan ibadah puasa.
3) Suci dari haid dan nifas
Perempuan yang sedang dalam masa haid dan nifas, tidak diperbolehkan untuk
melaksanakan puasa sebelum suci. Rasulullah besabda:

Artinya:
“Bukankah seorang wanita jika haid tidak boleh sholat dan berpuasa.” (H.R al-
Bukhari no 1815)
4) Dalam waktu yang diperbolehkan berpuasa
Seseorang diperbolehkan berpuasa karena ia melaksanakan puasa berdasarkan
waktu yang sesuai dengan penyelenggaraan puasa.
Jadi, syarat puasa terbagi menjadi dua (2) yaitu syarat wajib puasa dan syarat sah puasa.

2. Rukun Puasa
Menurut Tausikal, “rukun puasa adalah menahan diri dari berbagai pembatal
puasa mulai dari terbit fajar (yaitu fajar shodiq) hingga terbenamnya matahari.” 17Hal
ini berdasarkan firman Allah Ta’ala dalam Al-quran surat Al-Baqarah ayat 187, yaitu:

Artinya:
“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam,
yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (QS. Al
Baqarah: 187).
Berdasarkan ayat di atas, terangnya siang dan gelapnya malam dan bukan yang
dimaksud benang secara hakiki. Namun, makan dan minumlah sebelum fajar. Dan
laksanakan puasa hingga akhir waktu yaitu malam hari.
Kemudian, rukun puasa yang kedua yaitu diwajibkan untuk berniat sebelum
melaksanakan puasa. Salah satunya adalah niat untuk melaksanakan puasa Ramadhan,
yaitu:

17
Tuasikal, Muhammad Abduh. 2014. Syarat dan Rukun Puasa. Indonesia:Islam House.Hlm. 8
‫سنَة لل ت َ َعالَى‬ َ ‫غد ع َْن اَدَاء َف ْرض‬
َّ ‫شهْر َر َمضَانَ هذه ال‬ َ ‫ص ْو َم‬
َ ‫نَ َويْت‬

Artinya:

"Aku niat berpuasa besok hari untuk menunaikan kewajiban di bulan


Ramadhan tahun ini karena Allah Ta'ala."

D. Hal-Hal yang Membatalkan Puasa


Di bawah ini merupakan hal hal yang membatalkan puasa menurut Kharisman 18adalah :
1. Sengaja makan dan minum
Seseorang yang dianggap batal puasa karena memasukan makanan dan minuman
dengan sengaja. Dalam suatu hadits Qudsi, Allah berfirman tentang orang yang berpuasa:

Artinya:
“Orang yang berpuasa itu) meninggalkan makan, minum, dan syahwatnya
karena Aku”. (H.R Al-Bukhari no 1761)
2. Berhubungan suami istri atau mengeluarkan mani secara sengaja
Berhubungan suami istri atau jimak adalah salah satu hal yang dapat membatalkan
puasa.
3. Muntah
Seseorang yang sedang berpuasa kemudian mengeluarkan dengan sengaja isi perutnya
atau muntah, puasanya akan batal.

Artinya:
“Barangsiapa yang terserang muntah (tidak sengaja) maka tidak harus mengganti
(puasa). Barangsiapa yang menyengaja muntah, maka hendaknya mengganti

18
Kharisman, Abu Utsman. 2013. Ramadhan Bertabur Berkah. Probolinggo: Pustaka Hudaya.Hlm. 141
(puasa)”(H.R Abu Dawud, atTirmidzi, Ahmad, dishahihkan Ibnu Khuzaimah, Ibnu
Hibban, al-Hakim, al-Albany. Lafadz sesuai riwayat AtTirmidzi)
4. Haid atau mani dan Nifas
Haid adalah seseorang wanita yang sedang berhalangan dan tidak diperbolehkan untuk
puasa. sedangkan akan batal puasanya jika seorang laki-laki dengan sengaja mengeluarkan
mani. Kemudian, bagi perempuan yang baru melahirkan dan masih dalam masa nifas,
diperbolehkan untuk tidak melaksanakan puasa.

E. Keutamaan Ibadah Puasa


Keutamaan dalam menjalankan ibadah puasa sangatlah banyak. Menurut Kharisman19
dalam bukunya menyebutkan beberapa keutaman dari ibadah puasa, yaitu:
1. Mendapatkan lipatganda pahala dari Allah SWT.
Berdasarkan hadits di bawah ini:

Artinya:
“Semua amal anak Adam dilipatgandakan kebaikannya 10 kali hingga 700 kali.
Allah Azza Wa Jalla berfirman: Kecuali puasa. Karena amal puasa adalah untukKu,
dan Aku yang akan membalasnya. Ia meninggalkan syahwat dan makan karenaKu”
(H.R Muslim no 1945)
2. Amal kebaikan lain bisa menjadi kaffaroh (penebus kesalahan) terhadap orang lain,
kecuali puasa. Berdasarkan hadits berikut:

Artinya:
“Allah Azza Wa Jalla berfirman (dalam hadits qudsi): Seluruh amalan adalah
kaffaroh kecuali puasa. Puasa adalah untukKu dan Aku yang akan membalasnya”
(H.R Ahmad, shahih sesuai syarat Muslim)

19
Ibid. hlm. 35
Jadi, jika seseorang mendzhalimi orang lain, maka kebaikannya akan dilimpahkan
kepada orang yang didzhalimi itu, kecuali puasa. karena, puasa adalah ibadah yang
pahalanya dikhususkan bagi yang menjalankan.
3. Puasa sebagai tameng
Melaksanakan ibadah puasa merupakan sebuah tameng untuk diri sendiri. Hal
tersebut dikarenakan dengan menjalankan ibadah puasa, akan meminimalisir
perbuatan kotor, sia-sia, kebodohan serta api neraka.

Artinya:
“Puasa adalah tameng, maka janganlah berbuat rofats (ucapan atau perbuatan
kotor), dan jangan berbuat kebodohan.” (H.R 37 al-Bukhari no 1761, dalam riwayat
Muslim no 1944 dinyatakan: “jangan berteriakteriak”)
4. Dipanggil melalui pintu Ar-Royyan
Maksudnya adalah, orang yang berpuasa akan masuk surge dengan
dipanggilnya melalui pintu Ar-Royyan. Seperti dalil berikut ini:

Artinya:
“Sesungguhnya di surga terdapat sebuah pintu yang disebut Ar-Royyaan.
Orang-orang yang berpuasa akan dipanggil melalui pintu tersebut. Barangsiapa yang
memasukinya, tidak akan kehausan selamanya.” (H.R At-Tirmidzi, An-Nasaai, Ibnu
Majah, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Al-Albany)

F. Puasa dan Kesehatan Umat


Puasa merupakan salah satu ibadah yang banyak sekali mendatangkan keuntungan.
Seseorang yang menjalankan ibadah puasa akan mendapatkan pahala dan mendatangkan
kesehatan, baik jasmani juga rohani. Dengan melaksanakan puasa, dapat meningkatkan
ketenangan dan kenyamanan bagi yang melaksanakannya.
Kesehatan bagi manusia merupakan faktor yang sangat pending dalam melaksanakan
kehidupan. Menurut Hilda, “Dalam UU RI Nomor 23 tahun 1992 kesehatan juga dinyatakan
mengandungdimensi mental dan sosial: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.”20
Pada dasarnya, manusia terdiri dari fisik dan psikis. Dengan berpuasa, akan mempengaruhi
kesehatan jasmani dan rohani yang baik pula. Menurut hilda, “Hasil penelitian Wahjoetomo
dan Najib menyimpulkan bahwa ibadah puasa bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan fisik
atau jasmani.”21
Berdasarkan hal tersebut, dengan melaksanakan puasa beberapa organ tubuh seperti ginjal,
hati, lambung dan lain sebagainya dapat istirahat dan beban kerjanya berkurang. Dengan
menjalankan puasa, aktifitas fisik maupun psikis akan memperbaiki jalannya metabolism
tubuh.
Menurut Hilda, “Alvenia M. Fulton, pakar nutrisi yang juga direktris salah satu lembaga
makanan sehat di Amerika, melalui berbagai penelitiannya menyimpulkan dalam satu kalimat,
“Fasting is the ladies best beautifier, it brings grace, charm and poise, it normalizes female
function and reshapes the body contour.”22
Arti dari kutipan di atas adalah “Puasa adalah kecantikan wanita terbaik, itu membawa
keanggunan, pesona dan ketenangan, menormalkan fungsi wanita dan membentuk kembali
kontur tubuh.” Dengan pernyatan berikut, menyimpulkan bahwa puasa adalah cara terbaik
untuk memperbaiki fisik juga psikis bagi wanita.
Kemudian, sejalan dengan hadits Nabi Muhammad, yaitu:

Artinya:
“Tiadalah wadah yang dipenuhi oleh manusia lebih buruk melebihi perutnya, cukup
bagi manusia beberapa suapan yang menegakkan tulang punggungnya, bila tidak bisa maka
sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya dan sepertiga untuk nafasnya.” (HR.
Tirmidzi)
Dalam ayat tersebut, Nabi Muhammad SAW. Membahas tentang kecukupan berkaitan
pangan. Dengan berpuasa, berarti ia mengistirahatkan pencernaannya. Lalu, Nabi Muhammad
SAW. Bersabdah:

20
Hilda, Lelya. 2014. Puasa dalam Kajian Islam dan Kesehatan. Vol. VIII, No. 01. Hlm. 57 53-62
21
Ibid.
22
Ibid.
Artinya:
“Berpuasalah kalian, niscaya kalian akan sehat.” (HR. Abi Nu’aim)
Berdasarkan sabda di atas, jelas bahwa dengan puasa akan menghadirkan kesehatan.
Ibadah puasa menjadi tameng atas diri agar tidak menghendaki hawa nafsu.
Dengan mengerjakan puasa, seseorang dapat menjaga perilaku dan pola pikirnya akan
lebih tertata. Karena ia tahu mana yang baik dilakukan dan dilarang oleh Allah SWT.
Rasulullah pun bersabdah:

Artinya:
“Dari Abu Hurairah ra; Bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Puasa itu penjaga (perisai),
maka janganlah berkata-kata buruk (rafats) dan jangan berbuat kebodohan. Apabila ada orang
yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah “Sesungguhnya saya ini
sedang berpuasa” (ia mengulang ucapannya dua kali). Demi Dzat yang jiwaku berada di
tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang sedang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dari
pada harumnya minyak kasturi, Ia meninggalkan makanannya, minuman dan nafsu
syahwatnya karena Aku. Puasa itu bagi-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, sedang
kebaikan itu (dibalas) dengan sepuluh kebaikan yang serupa". (HR. Bukhari)
Dapat disimpulkan dari hadis diatas, bahwa puasa dapat memelihara dan melindungi
manusia dari siksa neraka, artinya puasa berperan sebagai pelindung yang membentengi
manusia dari perbuatan yang terlarang. Puasa merupakan cara yang terbaik untuk
membersihkan racun yang tertumpuk di dalam tubuh ataupun racun yang baru masuk melalui
makanan yang terkontaminasi.
Jadi, dengan melaksanakan ibadah puasa sesuai dengan ketetapan dan syarat juga rukun
yang berlaku, maka akan senantiasa memperoleh keberkahan yang nantinya akan dirasakan
manfaatnya bagi kesehatan fisik maupun psikis.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu seperti menahan makan, minum, hawa
nafsu dan lain sebagainya, mulai dari terbit fajar hingga matahari terbenam. Puasa dapat
memelihara dan melindungi manusia dari siksa neraka, artinya puasa berperan sebagai
pelindung yang membentengi manusia dari perbuatan yang terlarang.

Dengan menjalankan Ibadah puasa seseorang akan mendapatkan pahala dan


mendatangkan kesehatan, baik jasmani juga rohani. Puasa merupakan cara yang terbaik untuk
membersihkan racun yang tertumpuk di dalam tubuh ataupun racun yang baru masuk melalui
makanan yang terkontaminasi.

B. Saran
Kami sadar bahwa kami memiliki banyak kekurangan, baik dari tulisan maupun
bahasan yang kami sajikan. Oleh karena itu mohon sarannya agar kami bisa membuat makalah
lebih baik lagi, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal. 2012. Keluarga Sehat dalam Perspektif Islam. Jurnal Dakwah & Komunikasi.
Vol.6 No.1 Januari – Juni. ISSN: 1978-1261

Hilda, Lelya. 2014. Puasa dalam Kajian Islam dan Kesehatan. Vol. VIII, No. 01.

Kharisman, Abu Utsman. 2013. Ramadhan Bertabur Berkah. Probolinggo: Pustaka Hudaya.

Musfah, Jejen. 2004. Risalah Puasa, Mejadikan Bulan Ramadhan Sebagai Bulan Penuh
Pahala. Yogyakarta: Hijrah.

Nadwa. 2018. Puasa dan Pendidikan Agama Islam dalam Membangun Manusia Penaka
“Tuhan”: Tinjauan Kritis Terhadap Sisi Epistemologik dan Aksiologik
(Pembelajaran) Pendidikan Agama Islam. Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 12, Nomor
1.

Sholeh. 2007. Fikih. Sidoarjo : Media Ilmu.

Tuasikal, Muhammad Abduh. 2014. Syarat dan Rukun Puasa. Indonesia:Islam House.
Zakiah Ulfah. 2016. Manfaat Puasa dalam Perspektif Sunnah dan Kesehatan. Skripsi. Medan.
MAKALAH

TENTANG AKHLAK MULIA

Kelompok 9

Nama kelompok:

1. Rahma fitriani thalitha (202010325188)

2. Septiana cahyaningrum (202010325192)

3. Damar asmarani (202010325208)


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhlak mulia merupakan aspek penting dalam mendidik anak. Bahkan


suatu bangsa yang berkarakter juga ditentukan oleh tingkat akhlak bangsanya.
Pembentukan watak itu dapat dikatakan sebagai upaya membentuk karakter.
Tanpa karakter seseorang dengan mudah melakukan sesuatu apa pun yang
menyakiti atau menyengsarakan orang lain. Karakter dalam islam sangat kental
dengan sifat-sifat nabi, oleh karena itu dalam analisis penelitian ini akan
menjelaskan seperti apa karakter SAFT ,Shidiq, Amanah, Fathonah, Tabliq.
Keempat sifat nabi ini oleh sebagian ulama disebut sebagai karakter yang melekat
pada diri Nabi dan Rosul.

satu contoh dalam pembelajaran. Anak didik dalam pembelajaran sangat


perlu diajarkan sikap Amanah, karena anak didik sangat perlu masukan dan juga
ajakan dalam perilakuperilaku yang positif, dengan masa pertumbuhan yang
sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan dan juga keadaan sekitar, karakter
sifat Amanah 3 pastilah sangat berguna dan sangat dibutuhkan siswa. Oleh karena
itu pendidik

dengan materi atau dengan media harus sesuai dengan pembangunan karakter

anak, salah satu karakter itu adalah sifat Amanah.

Fathonah adalah sebuah kecerdasan, kemahiran, atau penguasaan bidang

tertentu yang mencangkup kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual.

Kecerdasan dalam memutuskan suatu hal tertentu untuk kepentingan

masyarakat, sifat yang memiliki derajar untuk seorang manusia dalam

menjalani kehidupan.
zaman sekarang yang sangat mengarah pada keaktifan dan kecerdasan siswa.

Oleh karena itu sifat fathonah jika dimiliki siswa, akan membuat siswa lebih

siap untuk menghadapi masa kedewasaannya kedepan.

Buku pegangan siswa yang telah diterbitkan seharusnya mempermudah

siswa dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru dan juga membuat

siswa memiliki sifat kearifan dan akhlak yang baik

dan salah satu pengertian budi pekerti itu ada empat

sifat nabi yaitu Shidik, Amanah, Fathonah, Tabligh.

Tabligh artinya menyampaikan segala firman Allah yang ditujukan oleh

manusia, disampaikan oleh Nabi.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan bagian terpenting yang harus ada

dalam penelitian karya ilmiyah. Sebelum melakukan penelitian ini


harus

mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada, agar proses

pemecahannya dapat terarah dan fokus

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka


tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang akhlak mulia dan 4
sifat nabi

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoristis

a. Untuk mengembangkan pendidikan yang berkaitan dengan materi

tentang akhlak mulia dan 4 sifat nabi

b. Untuk memecahkan permasalahan pendidikan yang berkaitan dengan materi


tentang akhlak mulia dan 4sifat nabi

c. Untuk mengetahui muatan karakter 4 sifat Nabi

Akhlak Islam berupa nilai dan sifat kebaikan yang dimiliki oleh seorang muslim
dan menghindari sifat-sifat buruk seperti ghibah, suka mencela, suka pamer serta
berkhianat. Kedudukan akhlak dalam Islam juga disebutkan dalam ayat-ayat Al-
qur'an dan juga hadits.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 13:

َّ ‫ٱلِل أَتْقَ ٰى ُك ْم ۚ إ َّن‬


َ‫ٱلِل‬ َّ َ‫ارفُوا ۚ إ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم عند‬ ُ ‫اس إنَّا َخلَ ْق ٰنَ ُكم من ذَكَر َوأُنثَ ٰى َو َج َع ْل ٰنَ ُك ْم‬
َ ‫شعُوبا َوقَبَائ َل لتَ َع‬ ُ َّ‫ٰيَأَيُّ َها ٱلن‬
‫عليم خَبير‬
َ

Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al
Hujurat: 13)

Akhlak dalam bentuk sikap ditunjukkan dalam perilaku yang baik terhadap
tetangga. Hubungan baik harus dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya.

Rasulullah SAW bersabda:

"Selalu jibril berpesan-pesan kepadaku supaya baik terhadap tetangga ..." (HR
Bukhari dan Muslim)

"Dan sebaik-baiknya tetangga di sisi Allah yang terbaik kepada tetangganya."


(HR. Tirmidzi).

Seorang muslim selain perlu berakhlak mulia juga kita harus bersikap jujur.
Penutup

Kesimpulan

Jadi kesimpulan dari akhlak mulia, mengerti tentang prilaku, sifat, perbuatan,
adab, dan sopan santun.

Daftar pustaka

https://wolipop.detik.com/hijab-update/d-5140963/hadits-tentang-akhlak-dan-
kejujuran-serta-keutamaannya
MAKALAH

ZAKAT DAN PAJAK UNTUK KEMASLAHATAN UMMAT

(Pendidikan Agama Islam)

DOSEN PEMBIMBING

AHMAD ZAMAKHSARI, MA.Pd

Disusun oleh :

Muhamad Ramdan (202010325171)

Rewang budi prasetyo (202010325177)

Annisa azahra aulia (202010325158)

UNIVERSITAS BHAYANGKARA RAYA

FAKULTAS EKONOMI

MANAJEMEN

2020/2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu kewajiban umat Islam, sebagaimana tersebut dalam rukun
Islam yang keempat. Zakat menjadi sumber dana bagi kesejahteraan umat terutama untuk
mengentaskan dari kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan sosial. Dalam al-Quran
terdapat 32 ayat zakat dan 82 kali diulang dengan mengunakan istilah yang merupakan sinonim
dari kata zakat, yaitu kata sedekah dan infak. Pengulangan tersebut mengandung maksud
bahwa zakat mempunyai kedudukan, fungsi dan peranan yang sangat penting dalam Islam.

Pada masa Rasulullah SAW, Khalifah Abu Bakar ibn Khattab dan Umar ibn Affan,
zakat di kelola oleh negara, bahwa pada masa kekhalifahan Abu Bakar ibn Khattab dilakukan
penyerangan terhadap penentang pembayar zakat. Kemudian seiring perkembangan wilayah
Islam diberlakukan sistem pajak yang disebut dengan jizyah yang pada mulanya hanya
diberlakukan kepada kalangan non muslim atas jaminan yang mereka terima dari negara.9 Pada
masa Khalifah Umar ibn Affan terjadi tatkala pasukan muslimin baru saja berhasil
menaklukkan Irak. Khalifah Umar, atas saran−saran pembantunya memutuskan untuk tidak
membagikan harta rampasan perang, termasuk tanah bekas wilayah taklukan. Tanah−tanah
yang direbut dengan kekuatan perang ditetapkan menjadi milik kaum muslimin. Sementara
tanah yang ditaklukkan dengan perjanjian damai tetap dianggap milik penduduk setempat.
Konsekuensinya, penduduk diwilayah Irak tersebut diwajibkan membayar pajak (kharaj),
bahkan sekalipun pemiliknya telah memeluk ajaran Islam. Inilah kiranya yang menjadi awal
berlakunya pajak bagi kaum muslimin di luar zakat.

Penarikan pajak selanjutnya terus berlangsung meski dengan alasan yang


berbeda−beda. Seiring berjalannya waktu, hubungan zakat dan pajak menjadi terbalik. Dimulai
dengan kemunduran kaum muslimin, penjajahan Eropa, dan hegemoni peradaban barat
sehingga hukum−hukum syar’i semakin ditinggalkan, dan sebaliknya hukum−hukum barat
buatan manusia diutamakan, Kewajiban zakat disubordinasikan dan diganti dengan kewajiban
pajak.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat penulis rumuskan permasalahan yang akan
menjadi inti dari pembahasan skripsi ini, yaitu:

1. Bagaimana konsep pemikiran Masdar Farid Mas’udi tentang zakat dan pajak?

2. Bagaimana metode penalaran hukum Masdar Farid Mas’udi terhadap penyatuan


zakat dan pajak?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana tersebut diatas, penulis menetapkan


beberapa tujuan penulisan skripsi ini sebagai berikut:

1. Untuk menyingkap konsep zakat dan pajak dalam pemikiran Masdar Farid Mas’udi.

2. Untuk mengetahui metode penalaran hukum Masdar Farid Mas’udi terhadap


penyatuan zakat dan pajak.
BAB 2

PEMBAHASAN

Asas Teori Wajib Pajak Dan Zakat

Para filosof abad ke-19 berpendapat, bahwa pajak diwajibkan atas dasar hubungan
timbal balik negara dengan masyarakat. Menurut para pendukung teori timbal balik, perjanjian
ilmiah yang kokoh antara negara dengan pembayar pajak mengemukakan berbagai aliran.
Mirabau berpendapat bahwa pajak adalah pembayaran di muka yang dilakukan oleh seseorang
terhadap perlindungan sekelompok manusia. Adam Smith menyatakan bahwa pajak adalah
perjanjian berbentuk pembayaran jasa atas pekerjaan. Montesque dan Hobes berpendapat
bahwa pajak adalah perjanjian berbentuk jaminan keamanan.

Teori Kedaulatan Negara

Teori ini mempunyai pandangan, bahwa negara melakukan fungsinya untuk melayani
kebutuhan masyarakat, tidak untuk kepentingan pribadi. Untuk melaksanakan fungsinya
negara memerlukan pembiayaan, oleh karena itu negara punya hak untuk mewajibkan
penduduknya atas dasar kedaulatan menanggung pembiayaan itu sesuai dengan tingkat
kemampuan masing-masing warganya.

Teori Persaudaraan

Masyarakat Islam ibarat satu bangunan yang kokoh dan kuat, yang satu menunjang
yang lainnya.Ia adalah satu keluarga,saling tolong menolong dan saling menjaga satu sama
lainnya, bahkan ia bagaikan satu jasad, bila satu keluarga menderita, maka semuanya
menderita.

(‫)المسلم أخو المسلم ل يظلمه ول يسلمه‬

Dalil Al-Quran Tentang Zakat dan Pajak


Dalam Al-qur’an terdapat pada surat AnNisa ayat 29:

‫ل ْب ْ بال َ ُكم ْن َيـ ْ بـ ا َل ُكم َ ْو ُوا أَم ْ ُكل ُوالتَأ َن ينآم َّ ذ َ َا ال يـه ُّ ا أَ َ ي‬

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan cara yang batil...

Perbedaan Zakat dan Pajak

Terdapat beberapa perbedaan antara zakat dan pajak yang terpenting yaitu Zakat
mengandung arti suci, tumbuh, dan berkah. Orang yang mengeluarkan zakat, jiwanya bersih
dari sifat kikir, tamak, hartanya tidak kotor lagi, karena hak orang lain telah disisihkan dan
diberikan kepada yang berhak menerimanya

Dalam pandangan Islam pajak adalah utang, pajak tanah, dan sebagainya, yang dibayar
sehingga pajak adalah beban yang berat yang dipaksakan walaupun hasil pajak itu juga
dimanfaatkan untuk membangun dan kepentingan Negara. Ada dorongan yang membuat orang
tidak berkeberatan mengeluarkan zakat itu seperti

firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 276 sebagai berikut:

‫صدق ُر َيـ ا و َ ُ الرب َ ْ َح ُق هللا يم َّ ار أَث يم َّ َكف ُك‬


َ ‫ب ُ ل ُيح ُّ َهللا َ ات و ْ بي َّ ال‬

Artinya:

Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah, dan Allah tidak menyukai Setiap orang
yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.
Persamaan Zakat dan Pajak Pertama

Unsur Paksaan Seorang muslim yang memiliki harta yang telah memenuhi persyaratan
zakat, juga melalaikan atau tidak mau menunaikannya, penguasa yang diwakili oleh
para petugas zakat, wajib memaksanya.

Dengan firman Allah dalam QS Al-Taubah: 103

َ َ ‫ صل َاو‬đ ْ ‫يع َعليم َّ َالل ْ و َ ُ م‬ ‫صدق َاله م ْو ُخ ْذ م ْن أَم ُه َ سم‬


َ َ ْ ‫ْيهم َك تـز ُ َ ْ و ُ ُ هم هر َ ة تُ َط‬
‫إ َ ن َصَلتَ َك َس َك ن له ْ هم َي َع‬

Artinya :

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Kewajiban Zakat Sebelum Islam Zakat

merupakan syari’at yang telah dibawa oleh para Rasul terdahulu, lalu dikuatkan lagi
dalam Syari’at Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Makaa sebenarnya waktu syari’at
Islam tidak hanya melarang tradisi lama yang bertentangan dengannya, serta tidak semata-mata
mengadakan peraturan baru, tetapi dapat pula melestariakan syafa’atnya lama yang sangat
bermanfaat terhadap kehidupan umat Islam misalnya shalat, zakat, puasa, haji dan beberapa
bentuk muamalah, misalnya jual-beli, sewa menyewa dan sebagainya.

Pertama, oleh Nabi Ibrahim. Sebagaimana dalam Al-Qur’an berbunyi:

ْ ‫هم َا إلَي ْن ْ َحيـ أَو َ ْ رنَا و َم ْ ُد َون بأ َه ْ أَئ َ مة يـ َ ُ اهم َ ْ لن َ َجع و َكانُوا َ َك اة و َ َّ الز َاء إيت َ َ َّ الص لة‬
‫و َام إق َ َ ات و ْر الخيـ ْ َل ْ َ فع ين َا َعاب د َ ل‬
Artinya :

Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi


petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan
kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah
mereka selalu menyembah. (Al-Anbiya: 73).

Bab 3

KESIMPULAN

Jadi penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwasa antara hukum


pembayaran pajak dan pembayaran zakat terdapat beberapa persamaan dan
perbedaan. Setelah adanya beberapa pendapat dari para ahli fuqoha’ terkait
dengan pembayaran zakat ataupun pajak, bahwasanya pajak dan zakat hanya
berbanding tipis. Jika pajak dilakukan oleh seorang individu perkepala untuk
memenuhi kewajibannya sebagai warga Negara, taua bisa juga dikatakan sebagai
upeti sebagai kas wajib Negara.

Sedangkan zakat itu dikeluarkan hanya bagi orang Islam dan diberikan kepada hanya
orang Islam juga. Sebab, zakat adalah kewajiban sebagai orang muslim. Sedangkan
pajak, tidak hanya terbatas pada umat muslim saja, tapi melihat kebijakan Negara
mengatur pajak dalam undangundang yang telah ditentukan. Melihat beberapa
perbedaan diatas, akhirnya muncul beberapa problem dalam pengeluaran zakat dan
pajak.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Amrullah. (1999). Strategi Dakwah di Tengah Era reformasi menuju Indonesia
Baru dalam memasuki Abad 21. Bandung: SMF Dakwah IAIN Sunan Gunung Jati.
Ahmad, Zainal Abidin. (1979). Dasar-Dasar Ekonomi Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Al-Bukhari, Abi Abdillah Muhammad bin Isma’il. (t.th). Shahih al-Bukhari. Semarang:
Usaha Keluarga.

Gusfahmi (2007). Pajak Menurut Syari’ah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hafidhuddin, Didin. (2002). Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema


Insani Press.

https://www.google.com/search?safe=strict&sxsrf=ALeKk01tca20PYyHNPn_Q8
0lh4aBfBbpsw:1600320750783&q=makalah+zakat+dan+pajak+untuk+kemaslah
atan+umat+islam&spell=1&sa=X&ved=2ahUKEwj144Gvu-_
MAKALAH
SEJARAH KEBUDAYAAN DAN PERADABAN ISLAM
Mata kuliah : Pendidikan Agama
Dosen pengampu : Akhmad Zamakhsari, MA. Pd

Disusun Oleh :
Nama NPM
IVAN ARDIANSYAH 1414152081
MARSHANDA YUSPITA S 1414152101
RIZKY MAULANA 1414153112

JURUSAN MANAJEMEN ”A”- SEMESTER 1


FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA

2020/2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan 1
C. Tujuan 1
BAB II. Pembahasan
A. Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW 2
B. Periode Mekah 4
C. Periode Madinah................. 7
DAFTAR PUSTAKA 11
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji kehadirat Allah SWT karena kehendak dan ridhanya, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya berupa nikmat iman dan nikmat islam, kesehatan dan kemampuan
berfikir serta nikmat-nikmat lainnya yang tak terhitung banyaknya. Sehingga makalah ini dapat
tersusun dan terselesaikan dengan lancar. Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni
Al-qur’an dan Sunnah untuk keselamatan didunia dan akherat.

Alhamdulilah, penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Sejarah Nabi Muhammad


SAW”. Makalah ini merupakan tugas terstuktur dari mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang
dipegang oleh dosen pengampu bapak. Anwar Sanusi, M. Ag. Penulis mengucapkan banyak
berterima kasih kepada beliau yang telah membimbing dalam proses pembelajaran.

Dalam makalah ini sekiranya masih banyak kekurangan dan kesalahan, hal ini
dikarenakan penulis masih dalam proes belajar. Kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Cirebon, September 2014

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sejarah dalam bahasa arab, Tarikh atau history (inggis), adalah cabang ilmu
pengetahuan yang berkenaan dengan kronologi berbagai peristiwa. Definisi serupa di
ungkapkan oleh Abd. Ar-Rahman As-Sakhawi bahwa sejarah adalah seni yang
berkaitan dengan serangkaian anekdot yang berbentuk kronologi peristiwa. Secara
teknis formula, Nisar Ahmad Faruqi menjelaskan formula yang di gunakan dikalangan
sarjana barat bahwa sejarah terdiri dari (man + time +space = History).
Secara esensial, kelahiran Nabi Muhammad pada masyartakat Arab adalah
terjadinya kristalisasi pengalaman baru dalam dimensi ketuhanan yang memengaruhi
segala aspek kehidupan masyarakat, termasuk hukum-hukum yang di gunakan pada
masa itu. Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam menegakan kepercayaan bangsa
arab pada waktu yang relative singkat kemampuannya dalam memodifikasi jalan hidup
orang-orang arab. Sebagian dari nilai dan budaya arab Pra-islam, untuk beberapa hal di
ubah dan di teruskan oleh masyarakat Muhammad kedalam tatanan moral islam. Secara
geonologis, ia merupakan keturunan suku Quraisy, suku yang terkuat dan berpengaruh
di Arab.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya
sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah Nabi Muhammad SAW ?
2. Bagaimana masa Periode perjuangan dakwah di makkah ?
3. Bagaimana masa Periode perjuangan dakwah di madinah?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Sejarah Nabi kita Muhammad SAW
2. Untuk mengetahui masa periode Nabi Muhammad SAW di Makkah
3. Untuk mengetahui masa periode Nabi Muhammad SAW di Madinah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Muhammad SAW adalah putra pasangan Abdullah bin Abdul Mutholib dan Siti
Aminah binti Wahab, yang semuanya berasal dari keluarga terhormat. Bapaknya (25
tahun) Meninggal di madinah ketika Muhammad masih dalam kandungan.23
Nabi Muhammad SAW di lahirkan pada tahun gajah- tahun ketika pasukan
gajah Abraha menyerang Mekah untuk menghancurkan ka’bah, namun pasukan
Abrahah mengalami kehancuran. Peristiwa itu terjadi kira-kira pada tahun 570 M. (12
Rabiul Awal). Merupakan suatu kebiasaan di antara orang-orang kaya dan kaum
bangsawan Arab bahwa ibu-ibu tidak mengasuh anak-anak mereka, tetapi mereka
mengirimkan anak-anak itu ke pedesaan untuk diasuh dan dibesarkan disana. Begitu
pula Muhammad, setelah di asuh beberapa lama oleh ibunya, beliau di percayakan
kepada Halimah binti Ab Dzuabi As-Sa’diah dari suku Banu Sa’ad untuk diasuh dan
di besarkan hingga usia 6 tahun. Ketika Muhammad dikembalikan kepada ibunya,
Aminah. Pada waktu itu, ibunya bermaksud menziarahi makam suaminya di madinah,
tempat suaminya di makamkan. Namun di tengah perjalanan yaitu di Abw-Madinah,
Aminah menderita sakit dan menghembuskan nafas yang terakhir di sana. Dengan
demikian pada usia 6 tahun, Muhammad sudah kehilangan kedua orang tuanya.24
Setelah Aminah meninggal, abdul Mutholib mengambil alih tenggung jawab
merawat Muhammad. Namun 2 tahun kemudian abdul Mutholib meninggal dunia
karena renta. Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Tholib.
Seperti hal nya abdul Mutholib, sang paman sangat di segani dan di hormati orang
Quraisy dan penduduk mekah secara keseluruhan, walaupun beliau tergolong
keluarga tidak mampu(miskin). Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai

23
Dhurrorudin mashad, Mutiara hikmah kisah 25 rosul. Hlm 242
24
Syed Mahmudunnasir. Islam Its Concepts & History. New Delhi: Kitab Bhavan, 1981, hlm. 75
pengembala kambing milik keluarganya dan kambing penduduk mekah. Melalui
kegiatan pengembalaan ini, beliau menemukan tempat untuk berfikir dan merenung.
Dalam suasana demikian, beliau ingin melihat sesuatu di balik semuanya. Pemikiran
dan perenungan ini membuatnya jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga
beliau terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya. Oleh karena
itu, sejak muda beliau sudah dijuliki al-Amin, orang yang terpercaya.25
Selanjutnya, Nabi Muhammad melakukan perjalanan (usaha) untuk pertama
kali dalam khafilah dagang ke Siria (syam) dalam usia baru 12 tahun. Khafilah itu
dipimpin oleh abu Thalib. Dalam perjalanan ini, di Bushra, sebelah selatan siria beliau
bertemu dengan pendeta kristen bernama Buhairah. Pendeta ini melihat tanda-tanda
kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagian
sumber menceritakan bahwa pendeta itu menasehati Abu Tholib agar tidak terlalu
jauh memasuki daerah siria, sebab dikhawatirkan orang-orang yahudi yang
mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat jahat terhadapnya. Perkiraan pendeta
tersebut akhirnya dibuktikan dengan sejarah kenabian Muhammad sampai sekarang.
Ketika nabi Muhammad berusia 25 tahun, beliau berangkat ke siria membawa
barang dagangan milik seorang saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda,
Khodijah. Dalam perdagangan ini, Muhammad memperoleh laba yang sangat besar.
Itu semua berkat kejujuran dan keagungan pekerti Muhammad. Mendengar cerita
maesaroh, abdi yang disertakan dalam misi dagang, Khadijah dengan langsung
kesengsem bin kepincut (tertarik dan merasa suka) pada pekerti Muhammad.
Khodijah kemudian melamarnya. Lamaran itu diterima dan perkawinan segera
dilaksanakan. Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun dan khodijah 40 tahun. Dalam
perkembangan selanjutnya, Khodijah adalah wanita pertama yang masuk islam dan
banyak membantu nabi dalam perjuangan menyebarkan islam. Perkawinan bahagia
dan saling mencintai itu dikaruniai 6 orang anak, 2 putra dan 4 putri: Qasim, Abdullah,
Zainab, Ruqoyah, Umu Kulsum dan Fatimah. Kedua putranya meninggal waktu kecil.
Nabi Muhammad tidak menikah lagi sampai Khodijah meninggal ketika Muhammad
berusia 50 tahun.
Fase kenabian Nabi Muhammad dimulai ketika beliau bertahanus atau menyepi
di gua Hira, sebagai imbas keprihatinan beliau melihat keadaan bangsa Arab yang
menyembah berhala. Ditempat inilah beliau menerima wahyu pertama, yang berupa

25
Ibid. lihat pula badri yatim, op. cit., hlm. 17
surah Al-‘Alaq ayat 1-5. Dengan wahyu yang pertama ini, maka beliau telah diangkat
menjadi Nabi, utusan Allah. Pada saat itu, Nabi Muhammad belum di perintahkan
untuk menyeru kepada umatnya, namun setelah turun wahyu kedua, yaitu surah Al-
Muddatstsir ayat 1-7, Nabi Muhammad diangkat menjadi Rosul yang harus
berdakwah. Dalam hal ini dakwah Nabi Muhammad dibagi menjadi dua periode,26
yaitu:
1. Periode Mekah, cirri pokok dari periode ini adalah pembinaan dan
pendidikan tauhid (dalam arti luas) ;
2. Periode Madinah, ciri pokok dari periode ini adalah pendidikan sosial dan
politik (dalam arti luas).

B. Periode Mekah
Pada periode ini, tiga tahun pertama, dakwah islam dilakukan secara sembunyi-
sembunyi. Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah islam di lingkungan
keluarga, mula-mula istri beliau sendiri, yaitu Khadijah yang menerima dakwah
beliau, kemudan Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar sahabat beliau, lalu Zaid bekas budak
beliau. Disamping itu, juga banyak orang masuk islam dengan perantaraan Abu Bakar
yang terkenal dengan julukan Assabiqunal Awwalun27(orang-orang yang lebih dahulu
masuk Islam), mereka adalah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwan, Sa’ad bin Abi
Waqqash, Abdur Rahman bin Auf, Arqam bin Abil Arqam, yang rumahnya dijadikan
markas untuk berdakwah (rumah Arqam).
Kemudian setelah turun ayat 94 Surah Al-Hijr, Nabi Muhammad memulai
berdakwah secara terang-terangan.
“ Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (QS. Al-
Hijr:94).”
Namun dakwah yang dilakukan beliau tidak mudah karena mendapat tantangan
dari kaum kafir Quraisy. Hal tersebut timbul karena beberapa factor, yaitu sebagai
berikut:

26
Prof. Dr. A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 1, hlm. 84, 87.
27
Dr. Ali Mufrodi, Islam di kawasan kebudayaan Arab, hlm. 20.
1. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka
mengira bahwa tunduk pada seruan Nabi Muhammad berarti tunduk kepada
kepemimpinan Bani Abdul Muthalib.
2. Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba
sahaya.
3. Para pemimpin Quraisy tidak mau percaya ataupun mengakui serta tidak
menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
4. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat akar pada
bangsa arab,sehingga sangat berat bagi mereka untuk meninggalkan agama
nenek moyang dan mengikuti agama islam.
5. Pemahat dan penjual patung memandang islam sebagai penghalang rezeki.

Banyak cara dan upaya yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk
mencegah dakwah Nabi Muhammad SAW, namun selalu gagal, baik secara
diplomatik dan bujuk rayu maupun tindakan-tindakan kekerasan secara
fisik. Puncak dari segala cara itu adalah dengan di berlakukannya
pemboikotan terhadap Bani Hasyim yang merupakan tempat Nabi
Muhammad berlindung. Pemboikotan ini baru berhenti setelah kaum
Quraisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sangat keterlaluan,
terlebih setelah meninggalnya dua orang yang selalu melindungi dan
menyokong Nabi Muhammad dari orang-orang kafir, yaitu paman beliau,
Abu Tholib, dan istri tercinta beliau, Khadijah. Peristiwa itu terjadi pada
tahun kesepuluh kenabian. Tahun ini merupakan tahun kesedihan bagi Nabi
Muhammad SAW sehingga dinamakan Amul Khuzn.28
Karena di mekah dakwah nabi Muhammad SAW mendapat rintangan
dan tekanan, pada akhirnya nabi memutuskan untuk berdakwah di luar
mekah. Namun, di Thaif beliau di caci dan dilempari batu sampai beliau
terluka. Hal ini semua hampir menyebabkan Nabi Muhammad putus asa,
sehingga untuk menguatkan hati beliau, Allah mengutus dan mengisra’ dan
memi’rajkan beliau pada tahun kesepuluh kenabian itu. Berita tentang isra’
dan mi’raj ini menggemparkan masyarakat mekah. Bagi orang kafir,
peristiwa itu dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan Nabi

28
Dr. Ali Mufrodi, Islam di kawasan kebudayaan arab, hlm.20.
Muhammad SAW. Sedangkan bagi orang yang beriman ini merupakan ujian
keimanan.
Setelah peristiwa Isra’ dan Mi;raj, suatu perkembangan besar bagi
kemajuan dakwah islam terjadi, yaitu dengan datangnya sejumlah penduduk
Yatsrib (Madinah) untuk berhaji ke Mekah. Mereka terdiri dari dua suku
yang saling bermusuhan, yaitu suku Aus dan Khazraj 29 yang masuk islam
dalam tiga gelombang. Pada gelombang pertama pada tahun kesepuluh
kenabian , mereka datang untuk memeluk agama islam dan menerapkan
ajarannya sebagai upaya untuk mendamaikan permusuhan antara kedua
suku. Mereka kemudian mendakwahkan islam di yatsrib. Gelombang
kedua, pada tahun ke 12 kenabian mereka datang kembali menemui nabi
dan mengadakan perjanjian yang dikenal dengan perjanjian (Aqabah
Pertama), yang berisi ikrar kesetiaan. Rombongan ini kemudian kembali ke
yatsrib sebagai juru dakwah disertai oleh mus’ab bin umair yang diutus oleh
nabi untuk berdakwah bersama mereka. Gelombang ke tiga, pada tahun ke-
13 kenabian, mereka datang kembali kepada nabi untuk menyampaikan
pesan yang harus disampaikan kepada Nabi Muhammad saw. Pesan itu
adalah berupa permintaan masyarakat Yatsrib agar Nabi Muhammad saw,
bersedia datang ke kota mereka, memberikan penerangan tentang ajaran
Islam dan sebagainya. Nabi pun akhirnya menyetujui usul mereka untuk
berhijrah. Perjanjian ini disebut perjanjian (Aqabah kedua) karena terjadi
pada tempat yang sama.30
Akhirnya nabi Muhammad bersama kurang lebih 150 kaum muslimin
berhijrah ke yatsrib. Dan ketika sampai disana, sebagai penghormatan
kepada nabi Muhammad , Nama Yatsrib di rubah menjadi Madinah.31
Demikian periode mekah terjadi. Dalam periode ini Nabi Muhammad SAW
mengalami hambatan dan kesulitan dalam berdakwah islamiyah. Dalam
periode ini nabi Muhammad belum berfikir untuk menyusun suatu
masyarakat islam yang teratur, karena perhatian Nabi Muhammad lebih
terfokus pada penanaman teologi atau keimanan masyarakat.

29
Prof. Dr. A.S yalabi, ibid., hlm.104.
30
Prof. Dr. A. Syalabi, ibid., hlm.106.
31
Dr. Badri Yatim, M.A, Sejarah peradaban islam, hlm. 25.
C. Periode Madinah
Dalam periode ini, pengembangan Islam lebih ditekankan pada dasar-dasar
pendidikan masyarakat Islam dan pendidikan sosial kemasyarakatan. Oleh
karena itu, Nabi kemudian meletakkan dasar-dasar masyarakat Islam di
Madinah, sebagai berikut.
1. Mendirikan Masjid.
Tujuan Rasulullah mendirikan masjid adalah untuk mempersatukan
umat Islam dalam satu majelis, sehingga di majelis ini umat Islam bias
bersama-sama melaksanakan shalat berjama’ah secara teratur, mengadili
perkara-perkara dan bermusyawarah. Masjid ini memegang peranan penting
untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempererat tali ukhuwah
Islamiyah.
2. Mempersatukan dan mempersaudarakan antara kaum Anshar dan
Muhajirin.
Rasulullah mempersatukan keluarga-keluarga Islam yang terdiri dari
Muhajirin dan Anshar. Dengan cara mempersaudarakan antara kaum Ansar
dan Muhajirin yang berdasarkan agama pengganti persaudaraan yang
berdasar kesukuan seperti sebelumnya.
3. Perjanjian saling membantu antara sesama kaum muslimin dan bukan
muslimin.
Nabi Muhammad hendak menciptakan toleransi antargolongan yang ada
di Madinah, oleh karena itu Nabi membuat perjanjian antara kaum muslimin
dan nonmuslimin.
Menurut Ibnu Hasyim, isi perjanjian tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Pengakuan atas hak pribadi keagamaan dan politik.
b. Kebebasan beragama terjamin untuk semua umat.
c. Adalah kewajiban penduduk Madinah, baik muslim maupun
nonmuslim, dalam hal moril maupun materil. Mereka harus bahu-
membahu menangkis semua serangan terhadap kota mereka
(Madinah).
d. Rasulullah adalah pemimpin umum bagi penduduk Madinah.
Kepada beliaulah dibawa segala perkara dan perselisihan yang besar
untuk untuk diselesaikan.32
4. Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, dan social untuk masyarakat baru.
Ketika masyarakat Islam terbentuk maka diperlukan dasar-dasar yang
kuat bagi masyarakat yang baru terbentuk tersebut. Oleh karena itu ayat-
ayat Al-Qur’an yang diturunkan dalam periode ini terutama ditujukan
kepada pembinaan hukum. Ayat-ayat ini kemudian diberi penjelasan oleh
Rasulullah, baik dengan lisan maupun dengan perbuatan beliau sehingga
terdapat dua sumber hukum dalam Islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadist. Dari
kedua sumber hukum Islam tersebut didapat suatu sistem untuk bidang
politik, yaitu musyawarah. Dan untuk bidang ekonomi dititikberatkan pada
jaminan keadilan sosial, serta dalam bidang kemasyarakatan, diletakkan
pula dasar-dasar persamaan derajat antara masyarakat atau manusia, dengan
penekanan bahwa yang menentuksn derajat manusia adalah ketakwaan.
Namun Sikap ingkar janji yang dilakukan kaum Yahudi mulai terlihat,
ketika terjadinya perang pertama dalam sejarah Islam yang dikenal dengan
perang badr, yakni perang antara kaum muslimin dengan musyrik quraisy
pada tanggal 8 Ramadhan tahun kedua hijriyah, di daerah Badar, kurang
lebih 120 km dari Madinah. Dalam peperangan ini kaum muslimin menang
atas kaum musyrikin. Namun, orang-orang Mekkah memerangi nabi. Bukti
penyelewengan kaum Yahudi yang lain adalah pada waktu terjadi perang
Uhud, dimana kaum Yahudi berjumlah 300 orang dengan pemimpin
Abdullah bin Ubay keluar kota. Sebagian besar mereka mengungsi ke
Khaibar. Sedangkan suku Yahudi lainnya, yaitu Bani quraizah, masih tetep
berada di Madinah.
Pengkhianatan kaum Yahudi yang lain adalah dengan bergabungnya
kaum Yahudi dengan orang-orang kafir untuk menyerang Madinah (perang
Ahzab atau perang Khandak). Dalam suasana kritis ini, orang-orang Yahudi
Bani Quraizah di bawah pimpinan Ka’ab bin Asad berkhianat. Namun usaha
pengepungan tidak berhasil, yang pada akhirnya dihentikan. Sementara itu,
pengkhinat-pengkhianat Yahudi Bani Quraizah dijatuhi hukuman mati.

32
Prof. Dr. A. Syalabi, ibid., hlm.117-120.
Perjanjian Hudaibiyah
Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, nabi Muhammad
dengan sekitar seribu kaum muslimin berangkat ke mekah bukan untuk
berperang, tetapi untuk melaksanakan ibadah umrah, namun penduduk
mekah tidak mengizinkan mereka masuk kota. Akhirnya, diadakan
perjanjian Hudaibiyah yang isinya antara lain sebagai berikut.
1. Kaum muslimin belum boleh mengunjungi ka’bah tahun itu, tetapi
ditangguhkan sampai tahun depan.
2. Tiap kabilah yang ingin masuk ke dalam persekutuan kaum quraisy atau
kaum muslimin, bebas melakukannya tanpa mendapat rintangan.33
3. Kaum muslimin wajib mengembalikan orang-orang Mekah yang
melarikan diri ke Madinah, namun sebaliknya, pihak Quraisy tidak
harus menolak orang-orang Madinah yang kembali ke Mekah.
4. Selama sepuluh tahun diberlakukan gencatan senjata antara masyarakat
Madinah dan Mekah.
5. Kesepakatan ini disetujui kedua belah pihak dan tidak boleh ada
penghianatan atau pelanggaran
Dengan perjanjian ini, harapan untuk mengambil alih Ka’bah
dan menguasai Mekah smakin terbuka. Ada dua factor pokok yang
mendorong kebijaksanaa ini; pertama, Mekah adalah pusat keagamaan
bangsa Arab dan melalui konsolidasi bangsa Arab dalam Islam, Islam
bias tersebar keluar. Kedua, Apabila suku Quraisy dapat di Islamkan,
Islam akan memperoleh dukungan yang kuat karena orang-orang
Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar.
Fathu makah
Setelah dua tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah
islam sudahmenjangkau seluruh jazirah arab, hingga akhir ke pelosok
jazirah arab. Hal tersebut membuat orang-orangkafir mekah khawatie
dan merasa terpojok, oleh karena itu, orang-orang kafir quraisy secara
sepihak melanggar perjanjian Hdaibiyah. Melihat hal ini, Nabi
kemudian bersama dengan sepuluh tentara bertolak ke mekah untuk

33
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Litera Antarnusa,1990, hlm. 402-403. Juga
Dr. Badri Yatim. M.A., Sejarah peradaban Islam, hlm. 30
meghadapi kaum kafir. Dan tanpa perlawanan berarti nabipin dapat
menguasai mekah. Meski demikian masih ada dua suku arab yang masi
menentang, yaitu Bani Tsaqit dan Bani Hawazin.34 Kedua suku ini
kemudian bersatu untuk memerangi islam. Mereka ingin menuntut atas
penghancuran berhala-berhala dengan melakukan penyerbuan terhadap
mekah. Akan tetapi, mereka dapat dengan mudah di takhlukan.
Melihat kenyataan bahwa kekuasaan islam mulai mengancam
wilayah romawi, maka Heraclius menyusun pasukan untuk
mengantisipasinya. Namun setelah melihat kekuatan pasukan islam,
akhirnya mereka mengurungkan diri.

34
Dr. Badri Yatim. M. A., hlm. 32-33.
DAFTAR PUSTAKA

Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandug: CV Pustaka Setia


Munir Amin, Samsul. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Sinar Grafika Offcet
Mashad, Dhurorudin. 2002. Mutiara Hikmah Kisah 25 Rosul. Jakarta: Erlangga.
Chalil, Moenawar. 2001. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Jilid 1. Jakarta: Gema Insani
http://hikmah-kata.blogspot.com/2012/11/isi-perjanjian-aqabah-2-dua.html
http://www.fanzila.com/baca_al_quran_dan_maknanya/post/107493/
MAKALAH

CINTA TANAH AIR DAN PERSATUAN BANGSA

Mata Kuliah : Pendidikan Agama

Disussun Oleh :

1. Alfian Saputra (202010325170)

2. Anna Wijayanti (202010325194)

3. Annida Zahira Wahda (202010325176)

4. Nada Nabila (202010325181)

KELAS MANAJEMEN (1A03)

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 144

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 145

A. Latar Belakang ............................................................................................................ 145

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 146

C. Tujuan Masalah ........................................................................................................... 146

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 147

A. Pengertian Cinta Tanah Air ........................................................................................ 147

B. Cinta Tanah Air menurut pandangan islam ................................................................ 147

C. Cara mengaplikasikan Cinta Tanah Air dan Persatuan Bangsa menurut agama islam
151

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 153

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 153

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 154


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun. Tak
lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad
SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Penulisan makalah berjudul ‘Cinta Tanah Air dan Persatuan Bangsa’ bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Pada makalah diuraikan surat Ar-
Rahman beserta terjemah dan maknanya. Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan
umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
berbagai pihak. Aamiin.

Wassalamualaikum wr.wb

Bekasi, 17 September 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rasa cinta tanah air perlu ditanamkan kepada anak sejak usia dini baik di PAUD
Non Formal, TK atau RA agar sebagai generasi penerus bangsa dapat mewujudkan
sikap dan tingkah laku yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat dan menghindari
penyimpangan - penyimpangan sosial yang dapat merusak norma-norma dan nilai-nilai
kebudayaan Indonesia. Karena peyimpangan-penyimpangan bukan hanya merugikan
diri sendiri tapi juga dapat merugikan masyarakat bahkan negara, serta mampu
menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan dan norma-normanya. Karena nilai-nilai
kebudayaan bangsa mencerminkan cinta kita terhadap bangsa dan negara. Rasa Cinta
Tanah Air dapat ditanamkan kepada anak melalui Tema Tanah Airku, misalnya dengan
upacara sederhana setiap hari Senin dengan menghormat bendera Merah Putih,
menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan mengucapkan Pancasila.
Kegiatan lain adalah memperingati hari besar nasional dengan kegiatan lomba atau
pentas budaya, mengenalkan aneka kebudayaan bangsa secara sederhana dengan
menunjukkan miniatur candi dan menceritakannya, gambar rumah dan pakaian adat,
mengenakan pakaian adat pada hari Kartini, serta mengunjungi museum terdekat,
mengenal para pahlawan melalui bercerita atau bermain peran. Bisa juga diintegrasikan
dalam tema lain melalui pembiasaan sikap dan perilaku, misalnya menjaga kebersihan
dan kelestarian lingkungan, menyayangi sesama penganut agama, menyanyangi sesama
dan makhluk Tuhan yang lain, tenggang rasa dan menghormati orang lain. Menciptakan
kedamaian bangsa adalah juga perwujudan rasa cinta tanah air. 1 Peningkatan
kesadaran masyarakat akan nilai-nilai luhur budaya bangsa adalah sarana untuk
membangkitkan semangat nasionalisme dan cinta tanah air, yang dapat dilakukan
dengan senantiasa memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan bernegara dalam
kehidupan bermasyarakat.
Kehendak bangsa untuk bersatu dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia
merupakan sarat utama dalam mewujudkan nasionalisme. Dengan demikian, tidak pada
tempatnya untuk mempersoalkan perbedaan suku, agama, ras, budaya dan golongan.
Kehendak untuk bersatu sebagai suatu bangsa memiliki konsekuensi siap
mengorbankan kepentingan pribadi demi menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan
kesatuan.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Cinta Tanah Air dan Persatuan Bangsa?
b. Apa pandangan islam mengenai Cinta Tanah Air dan Persatuan Bangsa?
c. Bagaimana mengaplikasikan Cinta Tanah Air dan Persatuan Bangsa menurut
agama islam?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan fakta permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui peran guru dalam menanamkan rasa Cinta Tanah Air dan
Persatuan Bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Cinta Tanah Air


Cinta tanah air adalah mencintai bangsa sendiri, yakni munculnya perasaan
mencintai oleh warga negara untuk negaranya dengan sedia mengabdi, berkorban,
memelihara persatuan dan kesatuan, melindungi tanah airnya dari segala ancaman,
gangguan dan tantangan yang dihadapi oleh negaranya. Dalam definisi lain, cinta tanah
air adalah munculnya rasa kebanggaan, rasa kecintaan, rasa memiliki, rasa menghargai,
rasa menghormati, rasa kesetiaan dan kepatuhan yang dimiliki oleh setiap warga negara
terhadap negaranya atau tanah airnya.

Ada pun wujud cinta tanah air yang dapat dilakukan oleh warga negara adalah
memelihara sarana – prasarana umum dengan tidak merusaknya, menciptakan suasana
aman dan damai dalam kehidupan bersosial/bermasyarakat dengan toleran dan
tenggang rasa, menghargai jasa pahlawan, serta berkarakter Indonesia dengan
menerapkan 5S ( senyum, salam, sapa, sopan, santun) berjiwa Pancasila, Bhinneka
Tunggal Ika, dan menaati peraturan undang undang yang berlaku, dan sebagainya.

Sedangkan sebagai generasi muda yang masih sekolah atau pelajar dan yang
sedang berkuliah atau seorang mahasiswa sikap cinta tanah air dapat diwujudkan
dengan banyak ragam cara, di antaranya belajar dengan rajin, mengikuti upacara
bendera, taat terhadap perintah Tuhan, saling menyayangi antar sesama, menghormati
orang tua dan guru, menghargai jasa para pahlawan, menjadi pelajar yang
membanggakan Indonesia dengan berprestasi baik dalam bidang akademik maupun
nonakademik, tidak bersikap kebarat-baratan, berjiwa Indonesia dan Pancasila,
berpegang pada bhineka tunggal ika, dan sebagainya.

B. Cinta Tanah Air menurut pandangan islam

▪ Cinta tanah air dalam perspektif Al – Qur’an dan Muffasir


Cinta tanah air menurut Imam Fakhruddin Ar-Razi Imam Fakhruddin Ar-
Razi menegaskan bahwa cinta tanah air adalah dorongan fitrah yang sangat kuat di
dalam jiwa manusia. Ia berkata Allah menjadikan meninggalkan kampung halaman
sekitar dengan bunuh diri. Dia mengatakan hal itu ketika menafsirkan firman Allah
ta’ala :

َ‫ظون‬ ُ ‫ع‬َ ‫وا َما يُو‬ ۟ ُ‫وا مِ ن ِد ٰيَ ِر ُكم هما فَعَلُوهُ إِ هال قَلِي ٌل ِم ْن ُه ْم ۖ َولَ ْو أَنه ُه ْم فَعَل‬
۟ ‫ٱخ ُر ُج‬ َ ُ‫علَ ْي ِه ْم أ َ ِن ٱ ْقتُلُ َٰٓو ۟ا أَنف‬
ْ ‫س ُك ْم أ َ ِو‬ َ ‫َولَ ْو أَنها َكت َ ْبنَا‬
‫شده تَثْبِيتًا‬
َ َ ‫بِِۦه لَ َكانَ َخي ًْرا له ُه ْم َوأ‬
Artinya : “ Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka: "Bunuhlah
dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu", niscaya mereka tidak akan
melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sesungguhnya kalau mereka
melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian
itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka). “(Qs. An –
Nisa:66).
Seakan Allah ta’ala berfirman seandainya aku perintahkan kepada mereka
salah satu dari 2 kesulitan terbesar di alam semesta maka mereka pasti tidak akan
melaksanakannya dua kesulitan terbesar itu adalah bunuh diri dan meninggalkan
tanah air.” Allah menjadikan kesulitan untuk melakukan bunuh diri sama persis
dengan kesulitan meninggalkan tanah air. Meninggalkan tanah air bagi sebagian
orang yang berakal adalah perkara yang sangat sulit sekali sama seperti sakitnya
bunuh diri. Hal ini menunjukkan bahwa mencintai tanah air merupakan perkara
yang sangat dalam maknanya pada setiap diri manusia.

▪ Cinta tanah air menurut Imam Mulla Ali Al-Qari


Imam Mulla Ali Al-Qari dalam Mirqat Al-Mafatih mengatakan: ”
meninggalkan tanah air adalah ujian yang sangat berat karena pembusukan yang
disebut di dalam firman Allah ta’ala: “fitnah lebih kejam daripada pembunuhan”
dalam surat Al Baqarah ayat 191 ditafsirkan dengan mengeluarkan seseorang dari
tanah airnya. Karena ayat ini urutannya adalah setelah firman Allah ta’ala :
‫شدُّ مِ نَ ْٱلقَتْ ِل ۚ َو َال ت ُ ٰقَتِلُوهُ ْم عِندَ ْٱل َمس ِْج ِد ْٱل َح َر ِام‬
َ َ ‫ْث أ َ ْخ َر ُجو ُك ْم ۚ َو ْٱل ِفتْنَةُ أ‬
ُ ‫ْث ث َ ِق ْفت ُ ُموهُ ْم َوأ َ ْخ ِر ُجوهُم ِم ْن َحي‬
ُ ‫َوٱ ْقتُلُوهُ ْم َحي‬
َ‫َحت ه ٰى يُ ٰقَتِلُو ُك ْم فِي ِه ۖ فَإِن ٰقَتَلُو ُك ْمفَٱ ْقتُلُوهُ ْم ۗ َك ٰذَ ِل َك َجزَ آَٰ ُء ْٱل ٰ َكف ِِرين‬
Artinya : “ Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan
usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu
lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka
di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka
memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi
orang-orang kafir. : ( Qs . Al – Baqarah : 191 ).
Oleh karena itu setiap ayat yang berbicara mengenai keutamaan hijrah maka
pengertiannya dikembalikan ke pokok ini yaitu bersabar menahan sakitnya
meninggalkan tanah air tercinta. Ini menunjukkan adanya sebuah makna yang mulia
di dalam cinta tanah air begitu mulia makna ini sehingga seseorang dituntut untuk
bersabar dalam menanggung kesulitan besar saat meninggalkan halaman tercinta.

▪ Cinta Tanah Air Dalam Perspektif Hadis Dan Para Pesyarahnya


Cinta Tanah Air Menurut Al Hafiz Ibnu Hajar
Al Hafidz Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Bari berkata hadits ini menunjukkan
akan keutamaan Madinah serta disyariatkannya cinta tanah air.
َ‫ض َع نَاقَتَهُ َو ِإ ْن َكان‬َ ‫ت ْال َم ِدينَ ِة أ َ ْو‬
ِ ‫ظ َر ِإلَى ُجد َُرا‬ َ ‫سله َم َكانَ ِإذَا قَد َِم مِ ْن‬
َ َ‫سف ٍَر فَن‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ ‫ع ْن أَن ٍَس أ َ هن النه ِب ه‬
َ
‫ِين‬
ِ ‫ط ِن وال َحن‬ َ ‫الو‬َ ‫ب‬ ِ ‫علَى َم ْش ُرو ِعيهة ُح‬ َ ‫ض ِل ْال َمدِينَ ِة َو‬ ْ َ‫علَى ف‬ َ ٌ‫ث دَ َاللَة‬ ِ ‫ َوفِي ْال َحدِي‬....... ‫علَى دَابه ٍة َح هر َك َها مِ ْن ُحبِ َها‬ َ
‫إِلَ ْي ِه‬
Artinya : “Diriwayatkan dari sahabat Anas; bahwa Nabi SAW ketika kembali dari
bepergian, dan melihat dinding-dinding madinah beliau mempercepat laju
untanya. Apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkanya (untuk
mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah. (HR. Bukhari, Ibnu Hibban,
dan Tirmidzi).
Hal senada juga diungkapkan oleh Imam Al Badrul Aini dalam Umdah Al-Qari.
‫ط ِن َواْلحِ نه ِة إِلَ ْي ِه‬
َ ‫الو‬
َ ‫ب‬ َ ‫ض ِل ْال َمدِينَ ِة َو‬
ِ ‫علَى َم ْش ُرو ِعيه ِة ُح‬ ْ َ‫علَى ف‬
َ ‫ دَ َاللَة‬:‫َوفِيه‬
Artinya : “Di dalamnya (hadits) terdapat dalil (petunjuk) atas keutamaan
Madinah, dan (petunjuk) atas disyari’atkannya cinta tanah air dan rindu
padanya.” (Badr Al-Din Al-Aini, Umdatul Qari Syarh Shahih Bukhari, Beirut, Dar
Ihya’i Al-Turats Al-Arabi, Juz 10, hal. 135).
Hadits yang mulia ini menunjukkan akan sebuah sunnah Nabi Shallallahu
alaihi wasallam sunah yang sama dengan sunah-sunah lainnya yang berkaitan
dengan ibadah, etika dan akhlak, pekerjaan dan keahlian dan yang berkaitan dengan
hubungan antar bangsa. Serta sunnah-sunnah beliau lainnya yang membentuk
kepribadian seseorang manusia muslim yang sempurna.

▪ Cinta Tanah Air Menurut Al Hafiz Al Zahabi


Al Hafiz Al Zahabi dalam Siyar A’lam An-Nubala mengatakan Nabi
Shallallahu alaihi wassalam mencintai Aisyah dan ayahnya (Abu Bakar) mencintai
Usamah dan kedua cucu beliau Hasan dan Husein mencintai manisan dan madu
mencintai gunung Uhud dan tanah air beliau, mencintai kaum anshar dan hal-hal
lainnya yang jumlahnya tidak terhitung yang dibutuhkan oleh seorang mukmin.
Bahkan para ulama menjadikan cinta tanah air sebagai illah (sebab) beratnya
perjalanan secara mutlak. Sehingga sebagian besar hadits berpendapat demikian
ketika menafsirkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan At Thabrani
dari hadits Abdullah Bin Amir Al Juhani bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi
wasallam bersabda:
‫ والمظلوم على ظالمه‬، ‫ والمسافر‬،‫ الوالد لولده‬: ‫ثالثة يستجاب دعوتهم‬
Artinya : “ Ada tiga orang yang doanya pasti dikabulkan yaitu doa orang tua
kepada anaknya, musafir dan orang yang teraniaya terhadap orang yang
menganiayanya. “
Para ulama yang ahli hadits memberikan alasan tentang sebab dikabulkannya
doa orang tersebut salah satunya orang musafir. Yaitu penderitaannya yang
meliputi kekurangan bekal, kekurangan kebutuhan dan kesediaan karena
meninggalkan rumah, tanah air dan keluarganya.

▪ Cinta Tanah Air Menurut Imam Al Munawi


Imam Al Munawi dalam kitabnya Faidl Al Qadir ketika menjelaskan hadist
tersebut mengatakan bepergian akan menyebabkan hati hancur karena
meninggalkan tanah air dalam waktu yang lama. Menanggung kesulitan dan
hancurnya hati termasuk penyebab terbesar terkabulnya doa. Sebagian orang bijak
mengatakan bahwa mencintai tanah air termasuk dari kelembutan hati.
Kelembutan hati bagian dari perhatian, dan perhatian termasuk dari kasih sayang
sedangkan kasih sayang termasuk kemuliaan fitrah dan kemuliaan fitrah
merupakan kesucian hidayah.
Allah ta’ala memberikan fitrah kepada seluruh manusia untuk mencintai tanah
airnya. Allah subhanahu wa ta’ala juga telah menitipkan ketenangan dan
kelapangan di dalam jiwa seluruh makhluk hidup. Bahkan siapapun yang
merenungkannya pasti akan mengetahui bahwa hal itu terdapat pada seluruh jenis
makhluk hidup. Seperti singa dan anaknya akan kembali ke sarangnya, unta akan
mencintai kandangnya, serta semut dan burung mencintai sarangnya.
Sedangkan manusia secara fitrah sangat mencintai tanah airnya Ibnu Al Jauzi
dalam kitab Mautsir Al-Gharam berkata: ” tanah air selamanya tercinta. “Jika
seluruh jenis makhluk hidup di sekitar kita meskipun mereka tidak dapat berbicara
dengan kita. Namun dengan memperhatikan karakter dan kondisinya terbukti
mereka sangat setia dan mencintai tempat asalnya. Maka seharusnya manusia lebih
berhak untuk berbuat demikian daripada makhluk-makhluk lainnya.
Karena manusia memiliki banyak keistimewaan yang menjadikannya sebagai
makhluk dengan berbagai akhlak mulia. Terutama loyalitas dan harga diri sehingga
ahmad syauqi rahimahullahu ta’ala berkata:“ Tanah air dalam darah setiap orang
merdeka Memiliki jasa dan hutang yang harus dibayar ”Berkenaan dengan hal itu
Imam Al Munawi mengatakan bahwa manusia karena kesempurnaan sifatnya lebih
berhak daripada makhluk-makhluk itu untuk memiliki loyalitas kepada tanah air
serta mencintai dan menjaganya.

C. Cara mengaplikasikan Cinta Tanah Air dan Persatuan Bangsa menurut agama
islam
Menurut Saleh bin Ali Abu Arrad (Guru Besar Pendidikan Islam di Abha) bahwa
seluruh warga negara memiliki kewajiban yang sama untuk menjunjung tinggi tanah
airnya, yaitu dngan cara sebagai berikut:
1. Mendidik segenap warga sedini mungkin untuk cinta tanah air, antara lain dengan
merespon segala bentuk kebaikan dengan kebaikan lagi. Sebagaimana Alquran
َ ْ‫سان إ َّل ْاْلح‬
telah mengajarkan: ‫سا ُن‬ َ ‫“ ه َْل َجزَ ا ُء ْاْل ْح‬Tidak ada balasan kebaikan kecuali
kebaikan (pula).” (QS Ar-Rahman: 60).
2. Membina rasa saling mencintai di antara sesama anak bangsa dimana pun berada,
sehingga tercipta suasana kerukunan, persaudaraan yang sinergi dan kompak dalam
menghadapi berbagai situasi dan kondisi yang berbeda-beda.
3. Menanamkan kecintaan pada tanah air sedini mungkin, memperjelas makna cinta
tersebut, dan menunjukkan jalannya yang optimal melalui berbagai institusi
pendidikan di masyarakat, seperti keluarga, sekolah, masjid, klub, tempat kerja,
serta melalui berbagai media, baik berupa bacaan maupun audio visual.
4. Setiap anak bangsa bekerja dengan sungguh-sungguh, melaksanakan segala tugas
dan kewajibannya, demi kehidupan yang berguna bagi tanah airnya.
5. Menanamkan kepada anak bangsa untuk menghargai kekayaan bangsa dan apa
yang dimilikinya serta melestarikan segala fasilitas yang ada di dalamnya, sehingga
semua warga negara dapat menikmatinya.
6. Berkontribusi aktif dan positif terhadap segala sesuatu yang mengabdi dan
memuliakan bangsa, dalam bidang apapun, baik kontribusi verbal, praktis maupun
intelektual. Karena pada dasarnya setiap warga harus berkarya yang berguna bagi
dirinya dan tanah airnya.
7. Menangani setiap masalah yang mengarah pada pelanggaran keamanan dan
keselamatan tanah air dengan cara-cara yang dibenarkan syariat dan peraturan yang
berlaku di suatu negara.
8. Membela tanah air dalam situasi bagaimanapun, dan mempertahankannya
dilakukan baik dengan kata-kata atau dengan tindakan.
Semua manifestasi kecintaan terhadap tanah air itu harus di dasarkan dalam koridor
syariat Islam dan tidak bertentangan dengan segala peraturan yang ada.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa Rasa cinta tanah air perlu
ditanamkan kepada anak sejak usia dini agar dapat mewujudkan sikap-sikap tingkah
laku yang bermanfaat dan menghindari penyimpangan sosial yang dapat merusak
norma dan nilai budaya Indonesia. Dan menambah tingkat kesadaran masyarakat akan
nilai norma dan budaya Indonesia yang terutama dalam mewujudkan nasionalisme.
Nilai-nilai kebudayaan bangsa mencerminkan cinta kita terhadap bangsa dan negara.
Contoh kita mengekpresikan Rasa Cinta Tanah Air yaitu adalah memperingati hari
besar nasional dengan kegiatan lomba atau pentas budaya dan mengenalkan aneka
kebudayaan bangsa secara sederhana.
Disisi lain bahwa mencintai tanah air bukan hanya karena tabiat, tetapi juga lahir
dari bentuk dari keimanan kita. Karenanya, jika kita mengaku diri sebagai orang yang
beriman, maka mencintai Indonesia sebagai tanah air yang jelas-jelas penduduknya
mayoritas Muslim.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.nu.or.id/post/read/91739/cinta-tanah-air-dalam-ajaran-islam
https://ahmadiyah.id/khilafat/masroor-ahmad/cinta-tanah-air-menurut-ajaran-islam

https://kangsantri.id/cinta-tanah-air-perspektif-al-quran-dan-hadits/

https://tafsirweb.com/1598-quran-surat-an-nisa-ayat-66.html

https://tafsirweb.com/707-quran-surat-al-baqarah-ayat-191.html

https://gomuslim.co.id/read/belajar_islam/2020/08/13/21064/-p-ini-dalil-cinta-tanah-air-
dalam-alquran-dan-hadits-p-.html

https://www.kompasiana.com/idriskamisopa/5929804f8e7e61c67214ba46/cinta-tanah-air

http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2012-1-86207-153408254-bab1-29082012030122.pdf

post/read/91739/cinta-tanah-air-dalam-ajaran-islam
Kelompok 13

”Kerukunan Antar Umat Beragama”

• Muhammad Dzaky (202010325162)


• Nikken Syakira H (202010325172)
• Shabina Deanova (202010325197)
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”.
Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak
menciptakan perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985:850). Bila pemaknaan tersebut
dijadikan pegangan, maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh
masyarakat manusia.
Kerukunan dalam Islam diberi istilah "tasamuh" atau toleransi. Sehingga yang di
maksud dengan toleransi ialah kerukunan sosial kemasyarakatan, bukan dalam bidang aqidah
Islamiyah (keimanan), karena aqidah telah digariskan secara jelas dan tegas di dalam Al Qur'an
dan Al Hadits.
Kerukunan dan keberagaman umat beragama di Indonesia tercermin dalam
semboyannya yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”.

B. Ayat-Ayat tentang Kerukunan Umat Beragama

Didalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat-ayat yang menunjukkan manusia untuk hidup
rukun. Diantaranya Qs. Al-Hujurot ayat 13, Qs. Al-Maidah ayat 48 dan 82, Qs. Ar-Rum ayat
22, Qs. Al-Baqoroh 256, Qs. Al-Kafirun ayat 6, dan masih banyak lagi. Namun pada
kesempatan kali ini, pemakalah hanya akan mencoba menganalisis dari Qs. Al-Hujurot ayat 13
dan Qs. Al-Maidah ayat 2.

1. Qs. Al-Hujurot ayat 13

َ ‫خ ل َ ق ْ ن َا ك ُ ْم ِم ْن ذ َ ك ٍَر َو أ ُن ْ ث َ ٰى َو‬
‫ج ع َ ل ْ ن َا ك ُ ْم ش ُ ع ُ و ب ًا َو ق َ ب َ ا ئ ِ َل لِ ت َع َ ا َر ف ُ وا ۚ إ ِ هن أ َكْ َر َم ك ُ ْم‬ ُ ‫ي َ ا أ َي ُّ هَ ا ال ن ه‬
َ ‫اس إ ِ ن ه ا‬
‫خ ب ِ ي ٌر‬َ ٌ‫ِع ن ْ د َ َّللاه ِ أ َت ْ ق َ ا ك ُ ْم ۚ إ ِ هن َّللاه َ ع َ لِ ي م‬

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.”[2] (Qs. Al-Hujurot ayat 13).
2. H.R Abu Daud

ْ ِ‫ أ َ ْخبَ َرنَا ُم َح َّم ُد ْب ُن إ‬:َ‫ َقال‬،ُ‫َح َّدثَنِي يَ ِزيد‬


، َ‫سحَاق‬

‫اس‬ َ ‫ ع َِن اب ِْن‬،َ‫ ع َْن ِعك ِْر َمة‬،‫صي ِْن‬


ٍ َّ‫عب‬ َ ‫َاو َد ب ِْن ا ْل ُح‬
ُ ‫ع َْن د‬

:‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫ قِي َل ل َِر‬:َ‫َقال‬
ِ َّ ‫سو ِل‬

ََُ‫س ْمحة‬
َّ ‫ ا ْل َحنِي ِفيَّةُ ال‬:َ‫َّللا؟ َقال‬ ِ َ‫ي ْاْل َ ْدي‬
ُّ ‫ان أَح‬
ِ َّ ‫َب إِلَى‬ ُّ َ‫أ‬

Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq dari Dawud bin Al Hushain
dari Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; Ditanyakan kepada Rasulullah Saw.
“Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?” maka beliau bersabda: “Al - Hanifiyyah
As - Samhah (yang lurus lagi toleran)” (HR. Abu Daud)

3. Qs. Al-Maidah ayat 82[4]

‫َاوةً ِللَّ ِذينَ آ َمنُوا ا ْليَ ُهو َد َوالَّ ِذينَ أَش َْركُوا َولَت َ ِجدَنَّ أ َ ْق َربَ ُه ْم َم َو َّدةً ِللَّ ِذينَ آ َمنُوا الَّ ِذينَ َقالُوا إِنَّا‬
َ ‫عد‬ َ ‫اس‬ ِ َّ‫ش َّد الن‬َ َ‫لَتَ ِجدَنَّ أ‬
)82( َ‫ست َ ْكبِ ُرون‬ ْ َ‫سينَ َو ُر ْهبَانًا َوأَنَّ ُه ْم ََل ي‬
ِ ‫سِي‬ ِّ ‫َارى ذَ ِلكَ بِأَنَّ مِ ْن ُه ْم ِق‬ َ ‫نَص‬

“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-
orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik Dan sesungguhnya
kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah
orang-orang yang berkata, "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.” Yang demikian itu
disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan
rahib-rahib, (juga.) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.”

Ibnu Abu Hatim mengatakan, ayahnya pernah menceritakan bahwa telah menceritakan
kepada kami Yahya ibnu Abdul Hamid Al-Khani, telah menceritakan kepada kami Nadir ibnu
Ziyad At-Ta-i, telah menceritakan kepada kami Silt Ad-Dahhan, dari Jasimah ibnu Ri-ab yang
mengatakan bahwa ia pernah mendengar sahabat Salman ditanya mengenai firman-Nya: Yang
demikian itu disebabkan di antara mereka (orang-orang Nasrani) itu terdapat pendeta-pendeta
dan rahib-rdhib. (Al-Maidah: 82) Maka Salman berkata bahwa mereka adalah para rahib yang
tinggal di dalam gereja-gereja dan bekas-bekas peninggalan di masa lalu, biarkanlah mereka
tinggal di dalamnya. Salman mengatakan, dia pernah membacakan kepada Nabi Saw. firman-
Nya:
‫سينَ َو ُر ْهبَانًا‬ ِّ ‫ذَ ِلكَ بِأَنَّ مِ ْن ُه ْم ِق‬
ِ ‫سِي‬
Yang demikian itu disebabkan di antara mereka (orang-orang Nasrani) itu terdapat pendeta-
pendeta. (Al-Maidah: 82)

Maka Nabi Saw. membacakannya kepadaku dengan qiraah seperti berikut:


"‫ذَ ِلكَ ِبأَنَّ مِ ْن ُه ْم صديقين ورهبانا‬
Yang demikian itu karena di antara mereka (orang-orang Nasrani) itu terdapat orang-orang
yang percaya (kepada Allah) dan rahib-rahib.
ْ َ‫سينَ َو ُر ْهبَانًا َوأَنَّ ُه ْم ََل ي‬
َ‫ست َ ْكبِ ُرون‬ ِّ ‫ذَ ِلكَ بِأَنَّ مِ ْن ُه ْم ِق‬
ِ ‫سِي‬
“Yang demikian itu karena di antara mereka (orang-orang Nasrani) itu terdapat pendeta-
pendeta dan rahib-rahib. (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan
diri.” (Al-Maidah: 82)

Ayat ini mengandung penjelasan mengenai sifat mereka, bahwa di kalangan mereka
terdapat ilmu, dan mereka adalah ahli ibadah serta orang-orang yang rendah diri.

C. Analisis

Dari tafsiran Qs. Al-Hujurot dapat kita analisis bahwa Allah menciptakan manusia di
dunia ini berbeda-beda dengan tujuan agar saling mengenal, melakukan tindakan muamalah
secara manusiawi. Dalam ayat tersebut juga menunjukkan bahwa Islam pada esensinya
memandang manusia dan kemanusiaan secara sangat positif dan optimistis. Menurut islam,
manusia berasal dari satu asal yang sama: keturunan Adam dan Hawa. Meski berasal dari nenek
moyang yang sama, tetapi kemudian manusia menjadi bersuku-suku, berkaum-kaum atau
berbagsa-bangsa lengkap dengan kebudayaan dan peradaban suku masing-masing. Semua
perbedaan ini selanjutnya mendorong mereka untuk kenal mengenal dan menumbuhkan
apresiasi serta respek satu sama-lain. Perbedaan diantara menumbuhkan apresiasi serta respek
tersebut hanyalah ketaqwaan kepadaNya.[5]

Sedangkan dalam Qs. Al-Maidah ayat 82 menunjukkan kemesraan hubungan Islam dan
Kristen, yang dilakukan oleh Nabi Muhammad bersama umat kristiani di masanya. Betapa
sikap saling menghormati, melindungi dan tolong menolong, bahkan dalam soal pelaksanaan
ritual peribadatanpun telah dikukuhkan oleh Nabi semenjak awal kehadiran islam. Sejarah
keharmonisan itu seharusnya menjadi modal berharga dan inspirasi bagi pembentukan
kehidupan damai antara Islam dan Kristen di Indonesia yang kini kerap dilanda konflik dan
ketegangan.[6]
Kedua penafsiran ayat diatas, meskipun tidak secara langsung pemikiran teologis yang
menawarkan pandangan inkluvisme dan pluralisme keberagaman akan ikut meredam konflik
dan bisa jadi justru seseorang akan lebih dewassa dalam mengapresiasi agamanya. Dahulu
orang inggris mempunyai nasehat pada anak mudanya untuk merantau memperluas horizon. If
you know only england, you dont know england. Ungkapan ini bisa diubah kalau kita ingin
lebih bisa mengapresiasi dan memahami agama kita sendiri, kita perlu memahami dan bergaul
dengan pemeluk agama lain. Sejarah peradaban islam membuktikan masa-masa paling
produktif dalam pemikiran Islam justru ketika dunia Islam membuka diri terhadap dunia luar,
terutama terhadap dunia peradaban Yunani.[7]
PENUTUP

Kesimpulan

Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”.
Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak
menciptakan perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985:850) Kerukunan dalam Islam
diberi istilah "tasamuh" atau toleransi.

Sebagaimana yang telah tersebut didalam Al-Qur’an, apabila kita menyadari bahwa
perbedaan adalah sebuah keniscayaan untuk saling mengenal, tolong menolong, dan berbuat
baik kepada sesama maka akan terwujud suatu kerukunan bukan malah menjadikan perbedaan
itu sebuah konflik yang terus dibesar-besarkan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Tafsir Al-Azhar Juzu’ ke 26, Surabaya: cetakan kedua,
1982

Departemen Agama RI, Meretas Wawasan dan Praksis Kerukunan Umat Beragama di
Indonesia, Jakarta: Depag RI, 2015

Software Tafsir Ibn Katsir

Sensus Penduduk 2010 BPS Indonesia

Terjemah Al-Qur’am Depag

Weinata Sairin, Kerukunan Umat Beragama Pilar Utama Kerukunan Bangsa:


bulir bulir pemikiran, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2002

Tobroni, Relasi Kemanusiaan dalam Keberagaman, Jawa Barat: CV. Karya Putra Darwati,
2012

http://makalahiqta.blogspot.com/
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA TENTANG
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK) DALAM ISLAM

Disusun oleh:
1). Indra purnama
2). Gilang pungkasan
3). Halimatusa’diah
4). Kania Priska amelia

UNIVERSITAS BHAYANGKARA
JAKARTA RAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji
hanya bagiNya. Semoga sholawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita,
nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, dan juga kepada para
pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Puji syukur Alhamdulilah kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia Nya.
Sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
Makalah dengan judul “IPTEK DALAM ISLAM” sebagai tugas mata kuliah Pendidikan
Agama Islam. Dalam penulisan makalah ini kami bayak menerima bantuan bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, kami tidak lupa mngucapkan terima kasih
yang sedalam- dalamnnya kepada:
1. Bapak Akhmad Zamakhsari, MA. Pd selaku dosen mata kuliah agama Islam.
2. Orang tua kami yang telah memberikan bantuan materiil dan spirtual.
3. Teman-teman kami di UBHARA, atas segala bantuannya. Kami berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi mahasiswa UBHARA. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih jauh dari sempurna, karena masih banyak kekurangan dan kesalahan. Maka
penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk meyempurnakan makalah
ini. Dengan makalah ini, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi penulis serta pembaca pada umumnya
DAFTAR ISI

Kata pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB I Pendahuluan
-Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
-Rumusan masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
-Tujuan masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB II Landasan Teori


A. Definisi Iptek . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Pelaksanaan Dan Pengembangan Iptek di Indonesia .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C. Dampak Negatif Iptek . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
D. Konsep Pengembangan IPTEK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
E. IPTEK Menurut Islam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
1.Kewajiban Mencari Ilmu . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Interaksi iman, ilmu dan amal . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3. Keutamaan orang yang berilmu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4. Penyikapan terhadap Perkembangan IPTEK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.Keselarasan IMTAQ dan IPTEK . . . . . . . . . . . . . . ….. . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .. . .
6. Kontribusi Iptek Bagi Dakwah Islam . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . … . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang
seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang.
Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran
(qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam
sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu
pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan
diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh
diamalkan. Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar
bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang
seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme)
seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan
iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh
memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek
dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun
ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh perdaban barat satu abad terakhir
ini, mencengangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran
material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan iptek modern membuat orang lalu
mengagumi dan meniru- niru gaya hidup peradaban barat tanpa dibarengi sikap kritis trhadap
segala dampak negatif yang diakibatkanya. Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain
untuk beribadah kepada Allah SWT. Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT
seperti sholat, puasa, dan menuntut ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda
Rasulullah SAW: “menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-laki dan
perempuan”. Ilmu adalah kehidupanya islam dan kehidupanya keimanan.

B. Rumusan masalah
1.Bagaimana perkembangan IPTEK dalam Islam?
C. Tujuan masalah
1.Mengetahui perkembangan IPTEK dalam Islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Iptek
Iptek singkatan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Kata ilmu adalah pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode metode tertentu yang
dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di (bidang pengetahuan) itu.
Pengetahuan berasal dari kata “tahu” atau disebut juga mengerti. Dalam pandangan Al-
Quran, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-
makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan. Ini tercermin dari kisah kejadian

manusia pertama yang dijelaskan dalam QS. 2 (Al-Baqarah): 31 dan 32:

“Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan
kepada para Malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua benda ini, jika
kamu yang benar!
Mereka menjawab,’Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana”.
(QS.2Al-Baqarah :31-32).
Teknologi, adalah kemampuan teknik dalam pengertiannya yang utuh dan menyeluruh,
bertopang kepada pengetahuan ilmu-ilmu alam yang bersandar kepada proses teknis tertentu.
Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 750 ayat Al-Quran yang berbicara tentang alam
materi dan fenomenanya. Al-Quran menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan
Allah untuk manusia. Dalam QS.45 (Al-Jatsiyah) :13 Allah Swt berfirman:
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya,
(sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”
Perkembangan IPTEK disamping bermanfaat untuk kemajuan hidup Indonesia juga
memberikan dampak negatif. Hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan IPTEK untuk
menekan dampaknya seminimal mungkin antara lain:
1. Menjaga keserasian dan keseimbangan dengan lingkungan setempat.
2.Teknologi yang akan diterapkan hendaknya betul-betul dapat mencegah
timbulnya permasalahan di tempat itu.
3. Memanfaatkan seoptimal mungkin segala sumber daya alam dan sumber daya manusia
yang ada.
Dengan perkembangan dan kemajuan zaman dengan sendirinya pemanfaatan dan penguatan
iptek mutlak diperlukan untuk mencapai kesejahteraan bangsa.

B. Pelaksanaan Dan Pengembangan Iptek di Indonesia


Peradaban bangsa dan masyarakat dunia Di masa depan sudah di pahami dan disadari
akan berhadapan dengan situasi yang serba kompleks dalam berbagai cabang ilmu
pengetahuan, sebut saja antara lain: cloning, cosmology, cryonics, cybernities, exobiology,
genetik, engineering dan nanoteknology. Cabang-cabang Iptek itu telah memunculkan
berbagai perkembangan yang sangat cepat dan implikasi yang menguntungkan bagi manusia
atau sebaliknya. Untuk mendayagunakan Iptek diperlukan nilai-nilai luhur agar dapat
dipertanggung jawabkan. Rumusan 4 nilai luhur pembangunan Iptek nasional.
1. Accountable, penerapan Iptek harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral,
lingkungan, finansial bahkan dampak politis.
2. Visionary, pembangunan ipek memberikan solusi strategis dan jangka panjang, tetapi taktis
dimana kini tidak bersifat sektoral dan hanya memberi implikasi terbatas.
3. Innovative, asal katanya adalah “innovere” yang artinya temuan baru yang bermanfaat.
Nilai luhur dari pembangunan iptek artinya dapat berorientasi pada segala sesuatu yang
baru, dan memberikan apresiasi tinggi terhadap upaya untuk memproduksi inivasi baru
dalam upaya inovatif untuk mendapatkan produktifitas.
4. Excellence, keseluruhan tahapan pembanguna iptek mulai dari fase inisiasi,
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, implikasi pada bangsa harus baik, yang
terbaik atau berusaha menuju terbaik. Pesatnya kemajuan iptek untek memperkuat posisi
daya saing Indonesia dalam kehidupan global.
C. Dampak Negatif Iptek
Bagi masyarakat sekarang iptek sudah merupakan suatu religion. Pengembangan iptek
dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Sementara orang bahkan memuja iptek
lebagai liberator yang akan membebaskan mereka dari kungkungan kefanaan dunia. Iptek
yakina akan memberi umat manusia kesehatan, kebahagiaan dan imortalitas. Sumbangan
iptek terhadap peradaban dan kesejahteraan manusiatidak dapat dipungkiri. Namum manusia
tidak bisa menipu diri akan kenyataan bahwa iptek mendatangkan malapetaka dan
kesengsaraan bagi manusia. Dalam peradaban modern yang muda, terlalu sering manusia
terhenyak oloh disilusi dari dampak negatif iptek terhadap kehidupan umat manusia.
Kalaupun iptek mampu mengungkap semua tabir rahasia alam dan kehidupan, tidak berarti
iptek sinonim dengan kebenaran. Sebab iptek hanya mampu menampilkan kenyataan.
Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih dari sekedar kenyataan objektif. Kebenaran harus
mencakup pula unsur keadilan. Tentu saja iptek tidak mengenal unsur kemanusiaan, oleh
karena itu iptek tidak pernah bisa menjadi standar kebenaran ataupun solusi dari masalah-
maslah kemanusiaan. Dari segala dampak terburuk dari perkembangan iptek adalah dampak
terhadap peri laku dari manusia penciptanya. Iptek telah membuat sang penciptanya di
hinggapi sifat over confidence dan superiotas tidak saja terhadap alam melainkan pula
terhadap sesamamya. Eksploitasi terhadap alam dan dominasi pihak yang kuat (negara barat)
terhadap negara yang lemah (negara dunia ketiga) merupakan ciri yang melekat sejak lahirnya
revolusi industri.

D. Konsep Pengembangan IPTEK

Untuk meningkatkan kualitas ketakwaannya kepada Allah, usaha pengembangan


IPTEK merupakan bagian dari pengabdian kepada Allah, agar tidak ada kegiatan yang sia-sia
yang berakhir di kehidupan dunia semata saja. Pengembangan IPTEK harus memenuhi
ketentuan seperti :

1. Niat karena Allah.


Karena menuntut ilmu sebagai kewajiban untuk umat muslim, maka mengembangkan
IPTEK merupakan ketaatan seorang muslim terhadap kewajiban tersebut. Dan setiap
usaha yang didasari karena Allah akan iklas dan ketundukan pada aturan Allah.
2. Mengintegrasikan pengetahuan yang disediakan oleh Allah.
Dalam bentuk ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat tanziliah. Ayat kauniliah adalah
pengetahuan yang terhampar di alam kehidupan dan ayat tanziliah adalah wahyu Allah
yang diturunkan kepada Rasulullah saw berupa Al-Qur’an.
3. Berorientasi pada kemaslahatan umat manusia.
Rasulullah saw mengingatkan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah orang yang paling
tinggi kebaikannya terhadap orang lain. Karena itu Iptek jangan sampai menimbulkan
kerugian bagi kehidupan umat manusia.
4. Menjaga keseimbangan alam.
Dalam kegiatan meneliti (iptek) jangan sampai menimbulkan kerusakan yang dapat
mengganggu keseimbangan alam yang justru akan merugikan manusia sendiri.
5. Menyadari bahwa Iptek adalah hasil kerja manusia yang tidak menghasilkan kebenaran
mutlak. Karena kebenaran yang mutlak hanya lah datang dari Allah Yang Maha Mutlak.
Maka dari itu kebenaran iptek berada di bawah kebenaran mutlak yang ditunjukkan
oleh Allah.
6. Berorientasi pada ridha Allah.
Tujuan tertinggi dari setiap amal usaha manusia adalah tercapainya ridha Allah
terhadap amal usahanya tersebut.

E. Iptek Menurut Islam


Peran Islam dalam perkembangan iptek adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan
standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah islam) wajib
dijadikan tolak ukur dan pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang
boleh dimanfaatkan adalah yang telah dihalalkan oleh syariah islam. Sedangkan Iptek yang
tidak boleh dimanfaatkan adalah yang telah diharamkan. Akhlak yang baik muncul dari
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT sumber segala kebaikan, Keindahan, dan
Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT hanya akan muncul bila diawali
dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah SWT dan
terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat KeMahaMuliaan,
Kekuasaan dan Keagungan-Nya. Islam sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi
kemanusiaan, sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari,
mengamati, memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata
lain Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuandan teknologi. Berbeda
dengan pandangan Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya hanya untuk
mementingkan duniawi, maka Islam mementingkan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana
ibadah atau pengabdian Muslim kepada Allah SWT dan mengembang amanat Khalifatullah
(wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada manusia dan
menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. Ada lebih dari 800 ayat dalam Al-Quran yang
mementingkan proses perenungan, pemikiran, dan pengamatan tehadap berbagai gejala
alam, untuk di tafakuri dan menjadi bahan dzikir kepada Allah. Bila ada pemahaman atau
tafsiran ajaran agama Islam yang menentang fakta ilmiah, maka kemumgkinan yang salah
adalah pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada ilmu pengetahuan
yang menentang prinsip pokok ajaran agama Islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis
atau paradigma materialisme yang beradadi balik wajah ilmu pengetahuan modern tersebut.
Karena alam semesta yang dipelajari melalui ilmu pengetahuan dan ayat-ayat suci Tuhan
(Al-Quran) dan Sunnah Rasulullah SAW yang dipelajari melalui agama adalah sama-sama
ayat (tanda-tanda dan perwujudan) Allah SWT, maka tidak mungkin satu sama lain saling
bertentangan dan bertolak belakang, karena keduanya berasal dari satu sumber sama, Allah
Yang Maha Pencipta dan Pemelihara seluruh Alam Semesta.

1. Kewajiban Mencari Ilmu

Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah.
Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-Qur’an dan Al-
Hadist. Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang berpegang teguh dan sungguh sungguh
perpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist. Disebutkan dalam hadist, bahwasanya ilmu
yang wajib dicari seorang muslim ada 3, sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun
(keutamaan). Ketiga ilmu tersebut adalah ayatun muhkamatun (ayat-ayat Al-Qur’an yang
menghukumi), sunnatun qoimatun (sunnah dari Al-hadist yang menegakkan) dan faridhotun
adilah (ilmu bagi waris atau ilmu faroidh yang adil) Dalam sebuah hadist rasulullah
bersabda, “mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada
selain yang ahlinya bagaikan menggantungkan permata dan emas pada babi hutan.” (HR.
Ibnu Majah dan lainya) Juga pada hadist rasulullah yang lain, “carilah ilmu walau sampai
ke negeri cina”. Dalam hadist ini kita tidak dituntut mencari ilmu ke cina, tetapi dalam hadist
ini rasulullah menyuruh kita mencari ilmu dari berbagai penjuru dunia. Walau jauh ilmu
haru tetap dikejar. Dalam kitab “Ta’limul muta’alim” disebutkan bahwa ilmu yang wajib
dituntut trlebih dahulu adalah ilmu haal yaitu ilmu yang dseketika itu pasti digunakan dal
diamalkan bagi setiap orang yang sudah baligh. Seperti ilmu tauhid dan ilmu fiqih. Apabila
kedua bidang ilmu itu telah dikuasai, baru mempelajari ilmu-ilmu lainya, misalnya ilmu
kedokteran, fisika, matematika, dan lainya. Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik
anaknya, sehingga lebih mengutamakan ilmu-ilmu umum daripada ilmu agama. Maka anak
menjadi orang yang buta agama dan menyepelekan kewajiban-kewajiban agamanya. Dalam
hal ini orang tua perlu sekali memberikan bekal ilmu keagamaan sebelum anaknya
mempelajari ilmu-ilmu umum. Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda, “sedekah yang
paling utama adalah orang islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu
kepada orang lain. “(HR. Ibnu Majah) Maksud hadis diatas adalah lebih utama lagi orang
yang mau menuntut ilmu kemudian ilmu itu diajarkan kepada orang lain. Inilah sedekah
yang paling utama dibanding sedekah harta benda. Ini dikarenakan mengajarkan ilmu,
khususnya ilmu agama, berarti menenan amal yang muta’adi (dapat berkembang) yang
manfaatnya bukan hanya dikenyam orang yang diajarkan itu sendiri, tetapi dapat dinikmati
orang lain.
2. Interaksi iman, ilmu dan amal

Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terinteraksi ke dalam suatu sistem yang disebut
dinul Islam, didalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu akidah, syariah, dan akhlak
dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh. Islam merupakan ajaran agama yang
sempurna, karena kesempurnaannya dapat tergambar dalam keutuhan inti ajarannya. Di
dalam al-Qur’an dinyatakan yang artinya “Tidaklah kamu memperhatikan bagaimana
Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (dinul Islam) seperti sebatang
pohon yang baik, akarnya kokoh (menghujam ke bumi) dan cabangnya menjulang ke
langit, pohon itu mengeluarkan buahnya setiap muslim dengan seizin Tuhannya. Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia agar mereka ingat”. Dari
penjelasan tersebut di atas menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu dan amal atau
syariah dan akhlak dengan menganalogikan dinul Islam bagaikan sebatang pohon yang
baik. Ini merupakan gambaran bahwa antara iman, ilmu dan amal merupakan suatu
kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Iman diidentikkan dengan
akar dari sebuah phon yang menupang tegaknya ajaran Islam, ilmu bagaikan batang pohon
yang mengeluarkan dahan. Dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal
ibarat buah dari pohon itu ibarat dengan teknologi dan seni. IPTEK yang dikembangkan
di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal shaleh bukan kerusakan alam.
3. Keutamaan orang yang berilmu
Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah
dan masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia dan
terhormat yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi
Allah SWT dan makhluk-Nya. Mereka digelari sebagai “al-Raasikhun fil Ilm” (Al Imran:
7), “Ulul al-Ilmi” (Al Imran: 18), “Ulul al-Bab” (Al Imra: 190), “al-Basir” dan “as-Sami'
“ (Hud: 24), “al-A'limun” (al-An’kabut: 43), “al-Ulama” (Fatir: 28), “al-Ahya' “(Fatir: 35)
dan berbagai nama baik dan gelar mulia lain. Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT
berfirman:
"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah),
Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah),
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".
Dalam ayat ini ditegaskan pada golongan orang berilmu bahwa mereka amat
istimewa di sisi Allah SWT. Mereka diangkat sejajar dengan para malaikat yang menjadi
saksi Keesaan Allah SWT. Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap
kalangan yang menyembunyikan kebenaran/ilmu, sebagaimana firman-Nya:

"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan


berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya
kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua
(mahluk) yang dapat melaknati." (Al-Baqarah: 159)
Rasulullah saw juga bersabda:

"Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, akan dikendali mulutnya oleh Allah pada
hari kiamat dengan kendali dari api neraka." (HR Ibnu Hibban di dalam kitab sahih beliau.
Juga diriwayatkan oleh Al-Hakim. Al Hakim dan adz-Dzahabi berpendapat bahwa hadits
ini sahih) Jadi setiap orang yang berilmu harus mengamalkan ilmunya agar ilmu yang ia
peroleh dapat bermanfaat. Misalnya dengan cara mengajar atau mengamalkan
pengetahuanya untuk hal-hal yang bermanfaat.
4. Penyikapan terhadap Perkembangan IPTEK
Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah SWT berupa “alat” untuk mencapai dan
membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah:
a. indera, untuk menangkap kebenaran fisik,
b. naluri, untuk mempertahankan hidup dan kelangsungan hidup manusia secara probadi
maupun sosial
c. pikiran dan atau kemampuan rasional yang mampu mengembangkan kemampuan tiga
jenis pengetahuan akali (pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi). Akal juga merupakan
penghantar untuk menuju kebenaran tertinggi
d. imajinasi, daya khayal yang mampu menghasilkan kreativitas dan menyempurnakan
pengetahuannya
e. hati nurani, suatu kemampuan manusia untuk dapat menangkap kebenaran tingkah laku
manusia sebagai makhluk yang harus bermoral.

Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan perkembangan IPTEK


yang sangat pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan antara sistem nilai dan norma-
norma Islam dengan perkembangan tersebut. Menurut Mehdi Ghulsyani (1995), dalam
menghadapi perkembangan IPTEK ilmuwan muslim dapat dikelompokkan dalam tiga
kelompok: Kelompok yang menganggap IPTEK moderen bersifat netral dan berusaha
melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan mencari ayat-ayat Al-Qur’an yang
sesuai;
Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga mempelajari
sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-elemen yang tidak islami,
Kelompok yang percaya adanya IPTEK Islam dan berusaha membangunnya. Untuk
kelompok ketiga ini memunculkan nama Al-Faruqi yang mengintrodusir istilah
“islamisasi ilmu pengetahuan”. Dalam konsep Islam pada dasarnya tidak ada pemisahan
yang tegas antara ilmu agama dan ilmu non-agama. Sebab pada dasarnya ilmu
pengetahuan yang dikembangkan manusia merupakan “jalan” untuk menemukan
kebenaran Allah itu sendiri.
Sehingga IPTEK menurut Islam haruslah bermakna ibadah. Yang dikembangkan
dalam budaya Islam adalah bentuk-bentuk IPTEK yang mampu mengantarkan manusia
meningkatkan derajat spiritialitas, martabat manusia secara alamiah. Bukan IPTEK yang
merusak alam semesta, bahkan membawa manusia ketingkat yang lebih rendah
martabatnya. Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-
hari yang islami adalah memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan
martabat manusia dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT. Kebenaran
IPTEK menurut Islam adalah sebanding dengan kemanfaatannya IPTEK itu sendiri.
IPTEK akan bermanfaat apabila:
a. Mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya
b. Dapat membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik),
c. Dapat memberikan pedoman bagi sesama,
d. Dapat menyelesaikan persoalan umat. Dalam konsep Islam sesuatu hal dapat dikatakan
mengandung kebenaran apabila ia mengandung manfaat dalam arti luas.

5. Keselarasan IMTAQ dan IPTEK


“Barang siapa ingin menguasai dunia dengan ilmu, barang siapa ingin menguasai
akhirat dengan ilmu, dan barang siapa ingin menguasai kedua-duanya juga harus dengan
ilmu” (Al-Hadist). Perubahan lingkungan yang serba cepat dewasa ini sebagai dampak
globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), harus diakui telah
memberikan kemudahan terhadap berbagai aktifitas dan kebutuhan hidup manusia. Di sisi
lain, memunculkan kekhawatiran terhadap perkembangan perilaku khususnya para pelajar
dan generasi muda, dengan tumbuhnya budaya kehidupan baru yang cenderung menjauh
dari nilai-nilai spiritualitas. Semuanya ini menuntut perhatian ekstra orang tua serta
pendidik khususnya guru, yang kerap bersentuhan langsung dengan siswa.
Dari sisi positif, perkembangan iptek telah memunculkan kesadaran yang kuat pada
sebagian pelajar kita akan pentingnya memiliki keahlian dan keterampilan. Utamanya
untuk menyongsong kehidupan masa depan yang lebih baik, dalam rangka mengisi era
milenium ketiga yang disebut sebagai era informasi dan era bio-teknologi. Ini sekurang-
kurangnya telah memunculkan sikap optimis, generasi pelajar kita umumya telah memiliki
kesiapan dalam menghadapi perubahan itu. Don Tapscott, dalam bukunya Growing up
Digital (1999), telah melakukan survei terhadap para remaja di berbagai negara. Ia
menyimpulkan, ada sepuluh ciri dari generasi 0 (zero), yang akan mengisi masa tersebut.
Ciri-ciri itu, para remaja umumnya memiliki pengetahuan memadai dan akses yang tak
terbatas. Bergaul sangat intensif lewat internet, cenderung inklusif, bebas berekspresi,
hidup didasarkan pada perkembangan teknologi, sehingga inovatif, bersikap lebih dewasa,
investigative arahnya pada how use something as good as possible bukan how does it work.
Sikap optimis terhadap keadaan sebagian pelajar ini tentu harus diimbangi dengan
memberikan pemahaman, arti penting mengembangkan aspek spiritual keagamaan dan
aspek pengendalian emosional. Sehingga tercapai keselarasan pemenuhan kebutuhan otak
dan hati (kolbu). Penanaman kesadaran pentingnya nilai-nilai agama memberi jaminan
kepada siswa akan kebahagiaan dan keselamatan hidup, bukan saja selama di dunia tapi juga
kelak di akhirat. Jika hal itu dilakukan, tidak menutup kemungkinan para siswa akan
terhindar dari kemungkinan melakukan perilaku menyimpang, yang justru akan merugikan
masa depannya serta memperburuk citra kepelajarannya. Amatilah pesta tahunan pasca
ujian nasional, yang kerap dipertontonkan secara vulgar oleh sebagian para pelajar. Itulah
salah satu contoh potret buram kondisi sebagian komunitas pelajar kita saat ini.
Untuk itu, komponen penting yang terlibat dalam pembinaan keimanan dan ketakwaan
(imtak) serta akhlak siswa di sekolah adalah guru. Kendati faktor lain ikut mempengaruhi,
tapi dalam pembinaan siswa harus diakui guru faktor paling dominan. Ia ujung tombak dan
garda terdepan, yang memberi pengaruh kuat pada pembentukan karakter siswa. Kepada
guru harapan tercapainya tujuan pendidikan nasional disandarkan. Ini sebagaimana
termasuk dalam Pasal 3 Undang-undang No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Intinya, para pelajar kita disiapkan agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri.
Sekaligus jadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Tujuan pendidikan
sebenarnya mengisyaratkan, proses dan hasil harus mempertimbangkan keseimbangan dan
keserasian aspek pengembangan intelektual dan aspek spiritual (rohani), tanpa memisahkan
keduanya secara dikhotomis.
Namun praktiknya, aspek spiritual seringkali hanya bertumpu pada peran guru agama.
Ini dirasakan cukup berat, sehingga pengembangan kedua aspek itu tidak berproses secara
simultan. Upaya melibatkan semua guru mata ajar agar menyisipkan unsur keimanan dan
ketakwaan (imtak) pada setiap pokok bahasan yang diajarkan, sesungguhnya telah digagas
oleh pihak Departeman Pendidikan Nasional maupun Departemen Agama. Survei
membuktikan, mengintegrasikan unsur ‘imtaq’ pada mata ajar selain pendidikan agama
adalah sesuatu yang mungkin.

Namun dalam praktiknya, target kurikulum yang menjadi beban setiap guru yang harus
tuntas dan pemahaman yang berbeda dalam menyikapi muatan-muatan imtaq yang harus
disampaikan, menyebabkan keinginan menyisipkan unsur imtaq menjadi terabaikan.
Memang tak ada sanksi apapun jika seorang guru selain guru agama tidak menyisipkan
unsur imtaq pada pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Jujur saja guru umumnya
takut salah jika berbicara masalah agama, mereka mencari aman hanya mengajarkan apa
yang menjadi tanggung jawabnya. Sebenarnya ini bukan sekadar tanggung jawab guru
agama, tapi tanggung jawab semuanya. Dalam Islam, kewajiban menyampaikan kebenaran
agama kewajiban setiap muslim yang mengaku beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha
Kuasa.

6. Kontribusi Iptek Bagi Dakwah Islam

a. Kontribusi Terhadap Dakwah


Kontribusi adalah kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang di
hasilkan oleh perkembangan iptek moderen membuat orang mengagumi meniru gaya
hidup peradaban orang barat samapidi barengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif
yang diakibatkannya, bukan hanya bidang iptek saja tetapi dalam bidang seni juga. Dalam
kontribusi iptek dalam dakwah islam banyak memberikan perkembangan di dalam
dakwahnya, misalnya pada jaman dahulu ketika para ulama di pulau jawa menyebarkan
ajaran agama Islam mereka menyebarkan dakwahnya melalui kesenian wayang yang
isinya tentang ajaran-ajaran agama Islam. Pada saat ini kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi sudah sangat maju, dibuktikan dengan adanya penemuan-penemuan baru yang
fungsinya untuk memudahkan segala aktifias manusia, begitu juga kemudahan dalam
derdakwah bagi para ulama. Ada banyak hal yang sudah dihasilkan oleh teknologi untuk
dakwah Islam sebagai bagian dari integrasi itu sendiri, Al Quran digital, akses hadist
shahih yang bisa dilakukan dimana saja, silahturahmi yang tidak pernah putus karena
sudah ada HP, jejaring sosial dan sebagainya. Bahkan media pembelajaran yang
menyenangkan dengan menggunakan game untuk memperdalam ilmu Islam itu sendiri.

b. Contoh-contoh Kontribusi Iptek bagi Dakwah Islam

1. Perkembangan busana muslim seperti jilbab


2. Media dakwah di televisi, internet, koran, dan majalah
3. Penggunaan internet, blog, dan situs Islami seperti;
• suara-islam.com ,
• MuslimDaily.net
• Islampos.com
• Eramuslim.com , dsb.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek itu sendiri. Dari uraian di atas
dapat dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek dan seni
setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran
dan ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek
dan seni. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang
seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek dan seni. Untuk
itu setiap muslim harus bisa memanfaatkan alam yang ada untuk perkembangan iptek dan
seni, tetapi harus tetap menjaga dan tidak merusak yang ada. Yaitu dengan cara mencari
ilmu dan mengamalkanya dan tetap berpegang teguh pada syari’at Islam.

B. Saran
Untuk mengembangkan IPTEK harus kita dasari dengan keimanan dan ketakwaan
kepada Allah swt agar dapat memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan serta
lingkungan sekitar kita.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/36067756/MAKALAH_PENDIDIKAN_AGAMA_TENT
ANG_ILMU_PENGETAHUAN_DAN_TEKNOLOGI_IPTEK_DALAM_ISLAM

Anda mungkin juga menyukai