Kelompok 1 :
- Vina Damayanti
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan rahmat
dan taufiq-Nya makalah mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang berjudul
“Konsep Ketuhanan dalam Islam” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam tak
lupa penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa agama islam dari zaman jahiliyah sampe kezaman yang terang benerang.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
BAB 1.................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................... 4
BAB 2 ................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ...................................................................................... 5
BAB 3 .................................................................................................. 12
A. Simpulan ..................................................................................... 12
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah peradaban Yunani, tercatat bahwa pengkajian dan
kontemplasi tentang eksistensi Tuhan menempati tempat yang dalam pemikiran
filsafat. Contoh yang paling nyata dari usaha kajian filosofis tentang eksistensi
Tuhan dapat dilihat bagaimana filosof Aristoteles menggunakan gerak-gerak yang
nampak di alam dalam membuktikan adanya penggerak yang tak terlihat.
Filosof-filosof seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina, dan secara riil, tradisi ini
juga mempengaruhi warna pemikiran teologi dan tasawuf (irfan) dalam penafsiran
Islam. Perkara tentang Tuhan secara mendasar merupakan subyek permasalahan
filsafat. Ketika kita membahas tentang hakikat alam maka sesungguhnya kita pun
membahas tentang eksistensi Tuhan. Secara hakiki, wujud Tuhan tak terpisahkan
dari eksistensi alam, begitu pula sebaliknya, wujud alam mustahil terpisah dari
keberadaan Tuhan. Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang disampaikan oleh para
Nabi dan Rasul yakni, Tuhan hakiki itu bukan di langit dan di bumi, bukan di atas
langit, bukan di alam, tetapi Dia meliputi semua tempat dan segala realitas wujud.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok matkul
pendidikan agama, universitas bhayangkara Jakarta raya.
ii
BAB II
PEMBAHASAN
1. FILSAFAT KETUHANAN ISLAM
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan
kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta
terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan
bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan
berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap
positif terhadapnya.
Sedangkan dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah (bahasa Arab: )هللاdan
diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat
dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. Islam
menitikberatkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa
(tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.
Keimanan dalam Islam merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian
ini harus dilaksanakan secara intensif. Keimanan kepada Allah SWT, kecintaan,
pengharapan, ikhlas, kekhawatiran, tidak dalam ridho-Nya, tawakkal nilai yang
harus ditumbuhkan secara subur dalam pribadi muslim yang tidak terpisah dengan
aspek pokok ajaran yang lain dalam Islam.
iii
Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih berganti malam
dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang Allah turunkan dari
langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya
dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan,
dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi,
sesungguhnya itu adalah tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum
yang memikirkan” (QS. Al Baqarah, 2:164).
Demikian pula, Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya:
Artinya :“Maka siapakah Tuhanmu berdua, wahai Musa. Musa berkata: Tuhan
kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk
kejadiannya, kemudian Dia memberinya petunjuk” (QS. Thaha, 20:49-50).
Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan yang tepat, berdasarkan logika
Al-Quran sebagai berikut :
الرحْ َم ُن ه
الر ِحيم ش َهادَةِ ه َُو ه ِ عا ِل ُم ْالغَ ْي
ب َوال ه َ َّللاُ الهذِي ال إِلَهَ إِال ه َُو
ه َُو ه
Artinya: Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib
dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (QS. Al Hasyr
: 22)
iv
Tuhan (aIlah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh
manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.
Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di
dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan
kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan
mendatangkan bahaya atau kerugian.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “laa ilaaha illa Allah”. Susunan
kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”,
kemudian baru diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa
seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu,
sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah SWT.
v
b. Animisme
Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif
sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang
selalu hidup, mempunyai rasa senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut
kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut,
manusia harus menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan saran
dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.
c. Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk Henoteisme melangkah menjadi Monoteisme.
Dalam Monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat
internasional.
vi
b. Qodariah
berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan
berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin dan
hal itu yang menyebabkan manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.
c. Jabariah
Teori ini menyatakan bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam
berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh
Tuhan. Aliran ini merupakan pecahan dari Murji’ah
d. Asy’ariyah dan Maturidiyah
Hampir semua pendapat dari kedua aliran ini berada di antara aliran Qadariah dan
Jabariah. Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam
kalangan umat Islam periode masa lalu.
vii
Keesaan Allah SWT adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau
disejajarkan dengan yang lain. Sebagai umat Islam, yang mengikrarkan kalimat
syahadat ‘’Laa ilaaha illa Allah’’ harus menempatkan Allah SWT sebagai prioritas
utama dalam setiap tindakan dan ucapannya.
Banyak sekali bukti-bukti yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa
Tuhan adalah Wujud (ada). Bukti klasik yang sering digunakan adalah tentang
adanya alam semesta. Setiap sesuatu yang ada tentu diciptakan dan pencipta adalah
Allah SWT Tuhan pencipta alam semesta.
3. PROSES TERBENTUKNYA IMAN
Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Mengenal ajaran
Allah SWT adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah SWT. Jika
seseorang tidak mengenal ajaran Allah SWT, maka orang tersebut tidak mungkin
beriman kepada Allah SWT.
4. KEIMANAN DAN KETAKWAAN
• Kata iman berasal dari Bahasa Arab, yaitu amina-yukminu-
imanan yang secara etimologi berarti yakin atau percaya. Dalam
surat Al-Baqarah 165, yang artinya “Adapun orang-orang yang
beriman amat sangat cintanya kepada Allah”.
Iman kepada Allah berarti percaya dan cinta kepada ajaran Allah, yaitu Al-
Qur’an dan Sunnah Rasul. Apa yang dikehendaki Allah, menjadi kehendak orang
yang beriman, sehingga dapat menimbulkan tekad untuk mengorbankan apa saja
untuk mewujudkan harapan dan kemauan yang menuntut Allah kepadanya.
Dalam hadits dinyatakan (tashdiiqun bil qolbi waiqroru bil lisan
wa’amalu bil arkan) bahwa iman adalah hati membenarkan,lisan mengucapkan
dan dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari dan iman dalam Islam termaksud
dalam rukun iman sedang aplikasinya didalam rukun islam.
Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai
pokok dan cabang. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang
mendorong seorang muslim berbuat amal shaleh. Seseorang dikatakan beriman
bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk
mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya.
Ada pula manfaat dan pengaruh Iman dalam kehidupan manusia :
viii
1. Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda
2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
3. Iman memberikan ketentramann jiwa, DLL
• Kata taqwa berasal dari waqa-yaqi-wiqayah, yang berati takut,
menjaga, memelihara, dan melindungi. Taqwa dapat diartikan
memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran
agama islam secara utuh dan konsisten (istiqomah).
ix
Keterkaitan Antara Keimanan Dan Ketakwaan
Artinya keimanan diperlukan manusia agar dapat meraih ketakwaan.
Karena setiap perbuatan atau amalan yang baik, akan diterima oleh Allah tanpa
didasari oleh Iman. Semua bentuk ketakwaan seperti salat, puasa, zakat, dan haji
merupakan bagian dan kesempurnaan iman seseorang. Amal saleh tersebut
merupakan konsekuensi dari keimanan seseorang harus menterjemahkan
keyakinannya menjadi kongkret dan menjadi satu sikap budaya untuk
mengembangkan amal saleh.
x
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa konsep
Ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang dianggap
penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret). Filsafat
Ketuhanan dalam Islam merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian ini harus
dilaksanakan secara intensif. Kata iman berasal dari bahasa Arab, yaitu amina-
yukminu-imanan, yang secara ethimologi berarti yakin atau percaya. Sedangkan
takwa berasal dari bahasa Arab, yaitu waqa-yuwaqi-wiqayah, secara ethimologi
artinya hati-hati, waspada, mawasdiri, memelihara, dan melindungi. Pengertian
Takwa secara terminologi dijelaskan dalam Al-hadits, yang artinya menjalankan
semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Tuhan (ALLAH) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh
manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la illaha illa Allah”. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan. Yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti
dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal ini berarti bahwa seorang muslim harus
membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada
dalam hatinya hanya ada satu Tuhan yaitu Allah.
xi
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
Al-Qur’an Al Karim
Agung Sukses, Konsep Ketuhanan Dalam Islam,
http://agungsukses.wordpress.com/2008/07/24/konsep-ketuhanan-dalam-islam/
BAB 2
Kamal, Konsep Ketuhanan Dalam Filsafat Shadrian,
http://eurekamal.wordpress.com/2007/06/25/konsep-ketuhanan-dalam-filsafat-
shadrian/
BAB 3
Pringgabaya, Konsep Ketuhanan,
http://pringgabaya.blogspot.com/2011/01/konsep-ketuhanan.html
xii
MAKALAH HAKIKAT AGAMA DAN MANUSIA
Kelompok 2
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada [Bapak/Ibu] selaku [guru mata
pelajaran/dosen mata kuliah]. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
PENDAHULUAN
Dewasa ini kebutuhan mausia beragam. Macam-macam kebutuhan ada kebutuhan primer,
sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer adalah suatu kebutuhan yang harus dipenuhi
sekarang juga dan harus ada tidak boleh diabaikan. Dengan demikian juga termasuk
kedalam agama sebagai kebutuhan yang mutlak harus ada dalam kehidupan manusia adalah
agama sebagai kebutuhan primer adalah kebutuhan yang harus ada, jadi tidak bisa tidak
ada, merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditanggalkan sehingga kebutuhan itu harus
memenuhi, maka selalu melekat dalam kehidupan manusia. aspek aspek agama dalam
kehidupan manusia.
hakekat agama adalah kemampuan dalam diri manusia, untuk membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk,Dengan hal ini kita Dapat memperoleh gambaran bahwa manusia dapat
menentukan dirinya dalam tindakannya itu apakah baik atau buruk, apakah perbuatan baik
yang dilakukan itu sesuai dengan kehendak Tuhan ataukah bertentangan dengan Tuhan.
PEMBAHASAN/ISI
Agama pada hakekatnya adalah sebuah aturan, undang, membedakan mana yang baik dan
mana yang benar, memberikan batasan, menuntun kehidupan umat manusia agar sesuai dengan
titah, sesuai dengan hakikat manusia itu sendiri terutama dalam urusan sosial/kemanusiaan.
Dalam agama islam, ada enam peranan yang merupakan hakikat diciptakannnya manusia.
Berikut ini adalah dimensi hakikat manusia berdasarkan pandangan agama islam
Hakikat manusia yang utama adalah sebagai hamba atau abdi Allah SWT. Sebagai seorang
hamba maka manusia wajib mengabdi kepada Allah SWT dengan cara menjalani segala
perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Sebagai seorang hamba, seorang manusia juga
wajib menjalankan ibadah seperti shalat wajib, puasa ramadhan,zakat, haji dan melakukan
ibadah lainnya dengan penuh keikhlasan dan segenap hati sebagaimana yang
Artiya:“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus …,” (QS:98:5).
Dalam al- Qur’an manusia juga disebut dengan al- nas. Kata al nas dalam Alquran cenderung
mengacu pada hakikat manusia dalam hubungannya dengan manusia lain atau dalam
masyarakat. Manusia sebagaimana disebutkan dalam ilmu pengetahuan, adalah makhluk sosial
yang tidak dapat hidup tanpa keberadaan manusia lainnya .Sebagaimana yang dijelaskan dalam
firman Allah SWT berikut.
َّ َاس ٱتَّقُوا َربَّ ُك ُم ٱلَّذى َخلَقَ ُكم من نَّ ْفس ٰ َوحدَة َو َخ َلقَ م ْن َها زَ ْو َج َها َوب
َ ث م ْن ُه َما ر َجال كَثيرا َون
ساء ُ َّۚ ٰيَأَيُّ َها ٱلن
ع َل ْي ُك ْم َرقيبا َ َّ ام ۚ إ َّن
َ َٱلِل َكان َ َٱلِل ٱلَّذى ت
َ سا َءلُونَ بۦه َو ْٱْل َ ْر َح َ َّ َوٱتَّقُوا
Artinya:“Hai sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu
dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istirinya, dan dari pada keduanya Alah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah dengan (mempergunakan) namanya kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah
hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS: An
Nisa:1).
artinya:“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi Allah adalah
yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS AL HUJURAT :13).
bahwa pada hakikatnya, manusia diciptakan oleh Allah SWt sebagai khlaifah atau pemimpin
di muka bumi
Artinya:“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa) di muka bumi,
maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu. Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. …”(QS Shad:26).
Manusia disebut sebagai bani Adam atau keturunan Adam agar tidak terjadi kesalahpahaman
bahwa manusia merupakan hasil evolusi kera sebagaimana yang disebutkan oleh Charles
Darwin. Islam memandang manusia sebagai bani Adam untuk menghormati nilai-nilai
pengetahuan dan hubungannya dalam masyarakat. Dalam Alqur’an Allah SWT berfirman
ٰ اس التَّ ْق ٰوى ٰذلكَ َخيْر ٰذلكَ م ْن ٰا ٰيت
ّللا لَ َعلَّ ُه ْم َيذَّ َّك ُر ْونَ ٰي َبن ْي ٰادَ َم َل َي ْفتنَنَّ ُك ُم ُ س ْو ٰات ُك ْم َوريْشا َول َب ْ علَ ْي ُك ْم ل َباسا ي َُّوار
َ ي َ ٰي َبن ْي ٰادَ َم قَدْ أ َ ْنزَ ْلنَا
ْث َل ت ََر ْونَ ُه ْم إ َّنا ُ س ْو ٰاته َما إنَّهٗ َي ٰر ُك ْم ه َُو َو َقب ْيلُهٗ م ْن َحي َ س ُه َما ليُر َي ُه َما َ ُشي ْٰط ُن َك َما أَ ْخ َر َج أ َ َب َو ْي ُك ْم منَ ْال َجنَّة َي ْنزع
َ ع ْن ُه َما ل َبا َّ ال
َّ َجعَ ْلنَا ال
َش ٰيطيْنَ أ َ ْوليَا َء للَّذيْنَ َل يُؤْ منُ ْون
Artinya:“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling
baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, semoga mereka
selalu ingat. Hai anak Adam janganlah kamu ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah
mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, …” (QS : Al araf 26-27).
Tidak hanya disebut sebagai al nas, dalam Alqur’an manusia juga disebut sebagai Al insan
merujuk pada kemampuannya dalam menguasai ilmu dan pengetahuan serta kemampuannya
untuk berbicara dan melakukan hal lainnya. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al hud
berikut ini
Artinya:“Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian rahmat itu kami
cabut dari padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS: Al Hud:9).
Manusia juga disebut sebagai makhluk biologis atau al basyar karena manusia memiliki raga
atau fisik yang dapat melakukan aktifitas fisik, tumbuh, memerlukan makanan, berkembang
biak dan lain sebagainya sebagaimana ciri-ciri makhluk hidup pada umumnya. Sama seperti
makhluk lainnya di bumi seperti hewan dan tumbuhan, hakikat manusia sebagai makhluk
biologis dapat berakhir dan mengalami kematian, bedanya manusia memiliki akal dan pikiran
serta perbuatannya harus dapat dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.
Agama dalam kehidupan manusia tidak berada dalam ruang hampa. Ia tidak sekadar mengisi
kekosongan atau memenuhi kebutuhan batin, tetapi ia memberi corak kehidupan, baik di masa
sekarang maupun akan datang. Ia bahkan menjadi acuan sekaligus penentu dalam pencarian
makna hidup yang hakiki.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa, pengertian hakikat
agama yaitu suatu kebenaran yang benar-benar ada atau sumber pokok suatu aturan. Keyakinan
akan adanya Tuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, maka sangat perlu
dipahami secara seksama oleh setiap manusia dan hakikat agama pula membawa peraturan-
peraturan berupa hukum-hukum yang harus dipatuhi baik dalam bentuk perintah yang wajib
dilaksanakan maupun berupa larangan yang harus ditinggalkan.
Agama dikatan sebagai sumber pandangan hidup (Aqidah) karena Aqidah Islam sebagai
sesuatu yang diwahyukan Allah. Aqidah Islam itu bersumber dari wahyu Allah yang
diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW, untuk diajarkan kepada ummatnya
dan terpelihara kemurniaannya sampai hari akhir zaman. Aqidah Islam bukanlah hasil rekayasa
perasaan atau pemikiran Nabi Muhammad SAW sendiri, akan tetapi merupakan ajaran
langsung dari Allah SWT
Agama dapat dikatakan sumber normative hidup (moral/akhlaq) yaitu karena semua akhlak
tersebut telah terangkum beserta dalil-dalilnya yang jelas dan terperinci berdasarkan al Quran
(wahyu Allah) dan hadis rasulullah. Maka dari itu, kita sebagai umat Islam tidak hanya
menjadikannya sebagai pengetahuan saja, tetapi juga berusaha untuk mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan melaksanakan apa yang telah ada dalam sumber-sumber agama.
Dalam mempelajari ritual hidup atau disebut juga fiqih, Islam telah meletakkan patokan-
patokan umum guna menjadi pedoman bagi kaum muslimin yaitu Al-quran dan As-Sunnah
adapun Ijma dan Qiyas. Segala yang dikeluarkan dalam pembahasan fiqih tidak lain dan tidak
bukan bersumber dari sebuah agama yakni agama islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abu A’la Maududi
Ahmad Amin.
(1983). Al-akhlak, Etika (Ilmu Akhlak). alih bahasa KH. Farid Maruf. Jakarta: Bulan Bintang.
Asmaran,
Hamzah Yaqub.
Rasjid.Sulaiman H,
DI SUSUN OLEH :
ALFIA DWI CAHYANI
ALLISYA ANDREA ANJANI
KHAIRULLAH MUSAID
MAIYONA DANNISYA
Dalam proses penyusunan tugas ini kami menjumpai hambatan, namun berkat
dukungan materil dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan
cukup baik, oleh karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak terkait yang telah membantu
terselesaikannya tugas ini.
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal yang benar
datangnya hanya dari agama berkat adanya nikmat iman dari Allah SWT, meski begitu tentu
tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya.
Harapan kami semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi pembaca lain pada
umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN
“Kami tidak mengutus engkau wahai Muhammad, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
seluruh alam semesta“.
Secara bahasa kata “Islam” berasal dari kata “sallama” yang berarti selamat,
dan bentuk mashdar dari kata “aslama” yang berarti taat, patuh, tunduk dan berserah diri.
Sedangkan secara istilah, Islam ialah tunduk, taat dan patuh kepada perintah Allah
SWT seperti yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul utusan-Nya
serta menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Allah ta’ala.
Pengertian Agama Islam Menurut Nabi dan Para Ulama :
➢ Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhamad menjawab pertanyaan Umar r.a, tentang apa itu Islam, dan beliau
menjawab Islam itu adalah “bahwa engkau mengakui tidak ada Tuhan selain Allah
dan bahawasanya Muhamad itu utusan Allah, dan engkau mendirikan sholat,
dan mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau mengerjakan
ibadah haji di Baitullah jika engkau sanggup melakukannya“.
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam“. (QS. Ali-Imran: 19)
Jadi, agama Islam adalah agama yang benar, yang mengajarkan segala sesuatunya dengan baik
dan sempurna. Ajaran Islam bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits.
“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang
telah diberi Al-Kitab, kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara
mereka. Barangsiapa yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat
cepat perhitungan-Nya.” [Ali ‘Imran: 19]
“Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal apa
yang ada dilangit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun terpaksa
dan hanya kepada-Nya-lah mereka dikembalikan ?” [Ali ‘Imran: 83]
َغي َْر ْاْلس ََْلم دينا فَلَن يُ ْق َب َل م ْنهُ َوه َُو في ْاَلخ َرة منَ ْالخَاسرين
َ َو َمن َي ْبتَغ
“Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat
dia termasuk orang-orang yang rugi.” [Ali ‘Imran: 85]
“Demi (Allah) yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidaklah ada seorang
pun dari umat ini yang pernah mendengarkan tentang aku, apakah ia seorang Yahudi
atau Nasrani, kemudian ia mati sebelum beriman dengan ajaran yang aku bawa,
kecuali ia termasuk penghuni neraka.” [HR. Muslim dari Abu
Hurairah radhiyallaahu’anhu]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Demikian makalah ini saya susun bertujuan untuk memperluas wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang agama islam.Dari makalah ini,saya menyimpulkan bahwa agama
islam agama yang sangat diridhoi allah swt dan tidak ada agama yang diridhoi slain islam
Saya menyadari bahwa tiada yang sempurna di dunia ini kecuali yang
Maha Kuasa.Dalam pembuatan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan,untuk itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna lebih baiknya
penyusunan makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2016/10/pengertian-agama-islam-
secara-umum.html
https://almanhaj.or.id/1328-islam-adalah-satu-satunya-agama-yang-benar-
1.html
https://umma.id/article/share/id/1002/250020
Footnote
[1]. Pembahasan lengkapnya lihat buku al-Ibthal Linazhariyyatil Khalthi
baina Diinil Islam wa Ghairihi minal Adyaan karya Syaikh Bakr bin ‘Abdillahَ
AbuَZaid,َcet.َDaarَ‘AlamulَFawa-id, cet II/ th. 1421 H.
Akhmad Zamakhsari,MA.Pd
Disusun Oleh
Dengan menyebut nama Allah swt. Yang maha pengasih lagi maha penyayang.Kami
panjatkan puja dan puji syukur kehadiratnya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Rukun Rukun Agama Islam.
Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan juga
inspirasi dari banyak pihak sehingga makalah ini bisa diselesaikan dengan lancar.Kami juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang mendukung dan turut serta dalam
pembuatan makalah ini.
Tentunya kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
makalah ini.Baik dalam pembahasan,tata bahasa maupun susunan kalimat.Oleh karena itu
kami membuka pintu selebar lebarnya untuk saran dan masukan dari para pembaca dan juga
pembimbing agar kami bisa belajar dan membuat makalah yang lebih baik lagi.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Rukun Rukun Agama Islam ini bisa
menambah wawasan kita terhadap agama islam dan juga meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kita pada Allah swt.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1.B Syahadat.................................................................................................7
2.1.C Salat.......................................................................................................7
2.1.D Puasa......................................................................................................9
2.1.E Zakat....................................................................................................10
2.1.F Haji.......................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..............................................................................................23
3.2 Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam menjalani kehidupan sebagai umat islam kita perlu mempelajari dan
mengamalkan banyak hal dalam kehidupan sehari hari.Rukun adalah segala sesuatu yang perlu
dan wajib kita lakukan sebagai wujud keimanan kita terhadap tuhan yang maha esa sebagai
umat beragama islam.Jika rukun yang ada tidak kita lakukan maka kita sama saja seperti umat
beragama lainnya yang tidak melaksanakan rukun rukun dalam agama islam.
1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang apa saja
yang menjadi rukun rukun dalam agama islam dan juga memberi pengetahuan tentang
bagaimana cara melaksanakan rukun rukun tersebut dalam kehidupan sehari hari.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Qada
Arti kata Qada secara bahasa adalah “ketetapan”. Dalam hal ini ketetapan atau kepastian yang
sudah diputuskan oleh Allah sebelum kelahiran seseorang.
Ketetapan yang mempengaruhi setiap kehidupan manusia. Karena Allah SWT telah mengatur
kehidupan setiap umat, bahkan ketetapan telah diberikan jauh sebelum kelahiran manusia-
manusia ke bumi.
Pengertian Qadar
Dapat diartikan bahwa Qadar merupakan “ukuran” atau “pertimbangan”. Dapat
disimpulkan bahwa Qadar adalah suatu pertimbangan yang telah diputuskan oleh Allah SWT
kepada setiap diri manusia.
Jika Qada adalah ketetapan atau aturan, Qadar adalah ukuran atau pertimbangan. Namun istilah
tersebut digunakan secara bersamaan untuk menggambarkan sebuah kepastian mengenai
hukum dari Allah SWT.
Istilah Qada dan Qadar dikenal dengan istilah takdir, yaitu ketetapan yang sudah diputuskan
oleh Allah SWT. Takdir menjadi satu yang mengikat pada kehidupan. Merupakan suatu
ketetapan dan bergantung dengan kegiatan manusia itu sendiri.
Takdir dibagi 2 yaitu:
1. Takdir Muallaq
Merupakan bagian dari Qada dan Qadar yaitu takdir muallaq. Takdir Muallaq adalah suatu
ketetapan yang sudah ditetapkan oleh Allah sejak zaman Azali.
Namun dalam kenyataan pada kehidupan manusia, takdir ini dapat berubah menyesuaikan
dengan perbuatan manusia itu sendiri.
Takdir muallaq tersebut seperti kemiskinan yang tidak akan terjadi pada orang yang hemat dan
rajin bekerja. Nilai jelek tidak diperoleh siswa yang memperhatikan dan belajar dengan giat.
Jadi Takdir Muallaq adalah takdir yang masih bisa dirubah oleh manusia itu sendiri sesuai
dengan kehidupannya.
2. Takdir Mubram
Takdir mubram adalah takdir yang merupakan ketetapan yang tidak dapat ditawar atau diubah.
Takdir Mubram itu seperti kematian, kelahiran, dan jodoh. Namun sebenarnya tidak hanya itu.
Termasuk didalamnya adalah tentang kiamat, tentang siapa orang tua kita.
Ketetapan-ketetapan diatas tidak dapat diubah oleh manusia, karena sudah menjadi ketetapan
Allah SWT.
Jadi iman kepada Qada dan Qadar adalah kita sebagai umat muslim yakin dengan ketetapan
Allah itu ada. Bahwa kelahiran, kematian dan jodoh sudah menjadi keputusan Allah SWT.
Kita hanya bisa berserah diri kepada Allah dengan selalu yakin bahwa keputusan Allah SWT
adalah keputusan yang terbaik buat kita.
Kita harus tetap berusaha dan berjuang untuk bisa merubah ke takdir yang lebih baik untuk
takdir yang bisa kita perjuangkan. Seperti kepandaian, kekayaan, kesehatan dan lain
sebagainya.3
2.3 Rukun Ihsan
Ihsan (Arab: " ;احسانkesempurnaan" atau "terbaik") adalah seseorang yang
menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan
melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat
perbuatannya.
Ihsan adalah lawan dari isa'ah (berbuat kejelekan), yaitu seorang manusia mencurahkan
kebaikan dan menahan diri untuk tidak mengganggu orang lain. Mencurahkan kebaikan kepada
hamba-hamba Allah dengan harta, ilmu, kedudukan dan badannya.5
2.3.A Memahami Hakikat Ihsan dalam Islam
Dalam Islam terdapat landasan-landasan yang wajib dipahami, karena landasan ini
yang menjadi ‘ruh’ dari seluruh kegiatan berislam. Islam mengajarkan bahwa sedikitnya
terdapat 3 landasan utama yang harus dipahami dan dimaknai secara mendalam kemudian
diimplementasikan dengan sebaik-baiknya. Makna berislam akan tidak sempurna ketika ketiga
landasan ini tidak tersinkronisasi dan termaksimalkan dengan baik. Tiga landasan tersebut
adalah rukun iman, rukun islam, dan rukun ihsan.
Rukun Iman dan Rukun Islam adalah dua hal yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Namun
banyak yang melupakan untuk yang ketiga. Padahal ihsan memiliki dampak sangat besar ketika
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ihsan bisa menjadi pengaja, bahkan peniglat
kualitas setiap amalan yang dilaksanakan. Dalam sebuah hadits yang cukup panjang di mana
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam ditanya perihal islam, iman, dan ihsan, beliau
menuturkan tentang ihsan sebagai berikut:
ََّللا َكأَنهــكَ ت ََراهُ فَإِ ْن لَ ْم ت َ ُك ْن ت ََراهُ فَإِنههُ يَ َراك
َ أ َ ْن ت َ ْعبـــُدَ ه
“Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan engkau melihat-Nya, maka bila engkau tak
melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu.” (HR Muslim)
Definisi Ihsan yang dijavarkan Rasulullah di dalam hadits tersebut adalah kita, umat Islam,
beribadah kepada Allah seolah-olah kita melihat Allah namun ketika kita merasa tidak dapat
melihatNya, maka kita harus senantiasa yakin bahwa sesungguhnya Allah tidak pernah luput
untuk memperhatikan dan mengawasi kita dimanapun dan kapanpun kita berada.
Hakikat ihsan mengajarkan kita agar senantiasa menjaga dan memperhatikan hak-hak Allah,
serta menyadari betapa agungnya kebesaran Allah selama menjalankan ibadah. Ihsan
mengajarkan kepada seluruh Muslim untuk bersikap professional dalam setiap aktivitas yang
dilakukannya. Meningkatkan kualitas, memperbanyak kuantitas, menebar kebermanfaatan,
dan mempersembahkan yang terbaik yang ia mampu merupakan syarat-syarat seorang muslim
untuk berlaku professional. Karena memang, hakikat hidup ini adalah sebagai ajang untuk
berlomba-lomba mempersembahkan amal terbaik.
Imam Nawawi juga dalam menjelaskan bahwa bila seseorang di dalam ibadahnya mampu
melihat secara nyata Tuhannya maka sebisa mungkin ia tidak akan meninggalkan sedikit pun
sikap khusyuk dan khudlu’ (merendah diri) di dalam ibadahnya tersebut. Keterengan tersebut
tertulis dalam kitab al-Minhâj Syarh Shahîh Muslim ibnil Hajjâj.
Dengan begitu benar adanya jika ihsan bisa meningkatkan kualitas diri seorang muslim dan
amalannya dilandasi sebuah keyakinan bahwa sesungguhnay Allah senantiasa mengawasi dan
menilai amalan amalannya dimanapun dan kapanpun.6
Hadits yang berkenaan tentang ihsan dikeluarkan di dalam Shahih Muslim dari Umar
bin Khattab dan dua riwayat dari Abu Hurairah pada Shahihain. Bunyi teks
berdasarkan hadist riwayat Muslim dari Abu Hurairah adalah:
Dari Abu Hurairah, ia berkata: "Pada suatu hari, rasulullah ﷺmuncul di antara kaum muslimin.
Lalu datang seseorang dan berkata: 'Wahai rasulullah, apakah Iman itu?' Rasulullah ﷺ
bersabda: 'Yaitu engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kitab-Nya, pertemuan
dengan-Nya, para utusan-Nya, dan beriman kepada Hari Kebangkitan akhir'.
Orang itu bertanya lagi: 'Wahai rasulullah, apakah Islam itu?' Rasulullah ﷺbersabda: 'Islam,
yaitu engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun,
mendirikan salat fardhu, memberikan zakat wajib dan berpuasa di bulan Ramadhan'.
Orang itu kembali bertanya: 'Wahai rasulullah, apakah Ihsan itu?' Rasulullah ﷺbersabda:
'Yaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak
mampu melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia selalu melihatmu'.
Orang itu bertanya lagi: 'Wahai rasulullah, kapankah Hari Kiamat itu?' Rasulullah ﷺbersabda:
'Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang menanya. Apabila ada budak perempuan
melahirkan majikannya, maka itulah satu di antara tandanya. Apabila ada orang yang semula
miskin menjadi pimpinan manusia, maka itu termasuk di antara tandanya. Apabila orang-orang
yang tadinya menggembalakan ternak saling berlomba memperindah bangunan, maka itu
termasuk di antara tandanya. Ada lima hal yang hanya diketahui oleh Allah'.
Kemudian rasulullah ﷺmembaca surat Luqman ayat 34: "Sesungguhnya Allah, hanya pada
sisi-Nya saja lah pengetahuan tentang Hari Kiamat dan Dia lah yang menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada di dalam rahim, dan tiada seorang pun dapat mengetahui (dengan
pasti) apa yang akan diusahakannya besok, dan tiada seorang pun dapat mengetahui di bumi
mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".
Kemudian orang itu berlalu. Lalu rasulullah ﷺbersabda: 'Panggillah orang itu kembali!'. Para
sahabat beranjak hendak memanggilnya, tetapi mereka tidak melihat sesuatu pun. Maka
rasulullah ﷺbersabda: 'Itu tadi adalah Jibril, yang datang untuk mengajarkan kepada manusia
tentang agama mereka'."
Ihsan terbagi menjadi dua macam:
Ihsan di dalam beribadah kepada Sang Pencipta (Al-Khaliq)
Ihsan kepada makhluk ciptaan Allah
2.3.B Ihsan di dalam beribadah kepada Allah
Ihsan di dalam beribadah kepada Al-khaliq memiliki dua tingkatan
Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, ini adalah ibadah dari
seseorang yang mengharapkan rahmat dan ampunan-Nya. Nama lain dari perbuatan ini
disebut Maqam al-Musyahadah ()مقام المشاهدة. Dan keadaan ini merupakan tingkatan ihsan yang
paling tinggi, karena dia berangkat dari sikap membutuhkan, harapan dan kerinduan. Dia
menuju dan berupaya mendekatkan diri kepada-Nya. Sikap seperti ini membuat hatinya terang-
benderang dengan cahaya iman dan merefleksikan pengetahuan hati menjadi ilmu
pengetahuan, sehingga yang abstrak menjadi nyata
Jika kamu tidak mampu beribadah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu, dan ini ibadah dari seseorang yang lari dari adzab dan
siksanya. Dan hal ini lebih rendah tingkatannya daripada tingkatan yang pertama, karena sikap
ihsannya didorong dari rasa diawasi, takut akan hukuman. Sehingga, dari sini,
ulama salaf berpendapat bahwa, "Barangsiaa yang beramal atas dasar melihat Allah
Subhanahu wa Ta'ala, maka dia seorang yang arif, sedang siapapun yang bermal karena merasa
diawasi Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka dia seorang yang ikhlas (mukhlis).
Maka suatu ibadah dibangun atas dua hal ini, puncak kecintaan dan kerendahan, maka
pelakunya akan menjadi orang yang ikhlas kepada Allah. Dengan ibadah yang seperti itu
seseorang tidak akan bermaksud supaya di lihat orang (riya'), di dengar orang (sum'ah) maupun
menginginkan pujian dari orang atas ibadahnya tersebut. Tidak peduli ibadahnya itu tampak
oleh orang maupun tidak diketahui orang, sama saja kualitas kebagusan
ibadahnya. Muhsinin (seseorang yang berbuat ihsan) akan selalu membaguskan ibadahnya
disetiap keadaan.
2.3.C Ihsan kepada makhluk ciptaan Allah
Berbuat ihsan kepada makhluk ciptaan Allah dalam empat hal, yaitu.
Harta
Yaitu dengan cara berinfak, bersedekah dan mengeluarkan zakat. Jenis perbuatan ihsan dengan
harta yang paling mulia adalah mengeluarkan zakat karena dia termasuk di dalam Rukun Islam.
Kemudian juga nafkah yang wajib diberikan kepada orang-orang yang menjadi tanggung
jawabnya seperti istri, anak, orang-tua, dll. Kemudian sedekah bagi orang miskin dan orang
yang membutuhkan lainnya.
Kedudukan
Manusia itu bertingkat-tingkat jabatannya. Sehingga apabila dia memiliki kedudukan yang
berwenang maka digunakannya untuk membantu orang lain dalam hal menolak bahaya ataupun
memberikan manfaat kepada orang lain dengan kekusaannya tersebut.
Ilmu
Yakni memberikan ilmu bermanfaat yang diketahuinya kepada orang lain, dengan cara
mengajarkannya.
Badan
Yakni menolong seseorang dengan tenaganya. membawakan barang-barang orang yang
keberatan, mengantarkan orang untuk menunjukan jalan, dan ini termasuk bentuk sedekah dan
bentuk ihsan kepada makhluk Tuhan.5
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dalam menjalani kehidupan sebagai umat islam kita perlu mengetahui dan menjalankan
rukun rukun yang terdapat dalam agama islam.Dalam menjadi umat islam kita perlu
mengucapkan 2 kalimat syahadat sebagai pembuktian akan kepercayaan kita kepada Allah swt.
Dan juga rasul yang diutusnya.Dalam kehidupan sehari hari kita juga perlu melaksanakan
shalat 5 waktu sesuai dengan ketentuan yang ada.Kita juga perlu melaksanakan puasa,zakat,
dan melaksanakan ibadah haji ke tanah suci apabila kita mampu melaksanakannya sesuai
dengan ketentuan yang ada.
Kita juga perlu mengimani segala sesuatu yang ada pada rukun iman seperti iman
kepada Allah,iman kepada malaikat,iman kepada kitab kitab allah,iman kepada nabi dan rasul
utusan allah,iman akan adanya hari kiamat,dan juga iman kepada qada dan qadarnya Allah Swt.
Tak lupa kita juga harus senantiasa menerapkan rasa ihsan dalam diri kita sehingga kita
dapat melakukan segala hal dengan hati hati dan juga berlapang dada karena diri kita yang
senantiasa berada dalam pengawasan dan perlindungan Allah swt.
3.2 Saran
Kami berharap dapat membuat makalah yang lebih baik dan lebih layak
kedepannya.Kami juga mengharapkan kritik dan saran pembaca tentang makalah ini.
Daftar Pustaka
1https://saintif.com/rukun-islam/
2https://wisatanabawi.com/rukun-islam/
3https://wisatanabawi.com/rukun-iman/
4https://brainly.co.id/tugas/1843311
5https://id.wikipedia.org/wiki/Ihsan
6https://bincangsyariah.com/kalam/memahami-hakikat-ihsan-dalam-islam/
“SUMBER AJARAN ISLAM”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V
-Muhammad Andika
-Tiara Nurhikmah
(MANAJEMEN)
Segala puji bagi Allah SWT, kami meminta pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kami berlindung
dari segala macam kejahatan jiwa dan kejahatan perbuatan kami. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurah ke haribaan Rasulullah , para keluarga dan sahabatnya serta orang-orang yang selalu setia
mengikuti mereka hingga hari akhir nanti. Dengan rasa syukur yang besar, kami haturkan kepada Allah
SWT karena dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Sumber ajaran islam”.
Maksud dan Tujuan dari pembuatan Makalah ini untuk memperluas wawasan serta memberikan
inspirasi kepada para pembacanya mengenai “Sumber ajaran islam” tersebut.
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar…………………………………………………………………………………………………
……. i
Daftar
Isi…………………………………………………………………………………………………………
…….. ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar
Belakang…………………………………………………………………………………………….. 1
Rumusan
Masalah………………………………………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN
Al-
Quran……………………………………………………………………………………………………..
2
Pengertian Al-Quran………………………………………………………………………….. 2
Hadist……………………………………………………………………………………………………
…… 3
Pengertian Hadist……………………………………………………………………………… 3
Struktur Hadist…………………………………………………………………………………. 4
Klasifikasi Hadist……………………………………………………………………………… 5
Ijtihad……………………………………………………………………………………………………
……. 7
Pengertian Ijtihad……………………………………………………………………….. 7
Fungsi Ijtihad……………………………………………………………………………… 7
Jenis-Jenis Ijtihad………………………………………………………………………… 8
Tingkatan Ijtihad………………………………………………………………………… 8
3.1
Kesimpulan………………………………………………………………………………………………
… iii
Daftar
Pustaka…………………………………………………………………………………………………
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ajaran Islam ad1alah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari Al-Quran yang
memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen utama agama Islam
atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan akhlak) dikembangkan dengan akal pikiran
manusia yang memenuhi syarat runtuk mengembangkannya.
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim dan
muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran manusia,
diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat. Allah telah menetapkan sumber ajaran Islam
yang wajib diikuti oleh setiap muslim. Ketetapan Allah itu terdapat dalam Surat An-Nisa (4) ayat 59:
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah (kehendak) Allah, taatilah (kehendak) Rasul-Nya,
dan (kehendak) ulil amri di antara kamu …”. Menurut ayat tersebut setiap mukmin wajib mengikuti
kehendak Allah, kehendak Rasul dan kehendak ’penguasa’ atau ulil amri (kalangan) mereka sendiri.
Kehendak Allah kini terekam dalam Al-Quran, kehendak Rasul terhimpun sekarang dalam al-Hadis,
kehendak ’penguasa’ (ulil amri) termaktum dalam kitab-kitab hasil karya orang yang memenuhi syarat
karena mempunyai ”kekuasaan” berupa ilmu pengetahuan.
RUMUSAN MASALAH
1
.Agus —Al-Qur’an, Sumber Hukum Islam yang Pertama, Penerbit Pustaka, Bandung, 1989 M.
BAB II
PEMBAHASAN
Sumber ajaran Islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang mempunyai
kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan
nyata. Dengan demikian sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau
pedoman syariat islam.
Sumber ajaran islam ada tiga, yakni Al-Quran, Hadist (As-sunnah), dan Ijtihad. Ajaran yang tidak
bersumber dari ketiganya bukan ajaran Islam. Al-Quran dan Hadist merupakan ajaran Islam yang
langsung dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, sedang Ijtihad merupakan hasil pemikiran umat
Islam, yakni para ulama mujtahid dengan tetap mengacu pada Al-Quran dan Hadist.
Al-Qur’an
Pengertian Al-Quran
Al-Qur’an (Arab: )القرآنadalah kitab suci agama Islam. Umat Islam percaya bahwa Al-Qur’an
merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia dan bagian dari rukun
iman yang disampaikan kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril; dan wahyu
pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad adalah sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an surat
Al-‘Alaq ayat 1-5
Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti “bacaan” atau “sesuatu
yang dibaca berulang-ulang”. Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara’a
yang artinya membaca.2
2
faridl—Al-Qur’an, Sumber Hukum Islam yang Pertama, Penerbit Pustaka, Bandung, 1989 M.
Struktur dan Pembagian Al-Quran
Al-Qur’an terdiri atas 30 juz,114 surah dan 6236 ayat. Setiap surah akan terdiri atas beberapa ayat, di
mana surah terpanjang dengan 286 ayat adalah surah Al Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki
3 ayat yakni surat Al Kautsar, An-Nasr dan Al-‘Așr. Surah-surah yang panjang terbagi lagi atas
subbagian lagi yang disebut ruku’ yang membahas tema atau topik tertentu.
Al-Qur’an memberikan dorongan yang besar untuk mempelajari sejarah dengan secara adil, objektif
dan tidak memihak. Dengan demikian tradisi sains Islamsepenuhnya mengambil inspirasi dari Al-
Qur’an, sehingga umat Muslim mampu membuat sistematika penulisan sejarah yang lebih mendekati
landasan penanggalan astronomis.
Penurunan Al-Qur’an
Al-Qur’an tidak turun sekaligus, ayat-ayat al-Qur’an turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2
bulan 22 hari. Para ulama membagi masa turunnya ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah
dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah dan
surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang
dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini
disebut surat Madaniyah. Ilmu Al-Qur’an yang membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab
suatu atau beberapa ayat al-Qur’an diturunkan disebut Asbabun Nuzul (Sebab-sebab Turunnya (suatu
ayat).
Hadist
Pengertian Hadist
Hadits (bahasa Arab: ) الحديثadalah perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi
Muhammad yang dijadikan landasan syariat Islam. Hadits dijadikan sumber hukum Islam selain al-
Qur’an, dalam hal ini kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur’an.
Hadits secara harfiah berarti “berbicara”, “perkataan” atau “percakapan”. Dalam terminologi Islam
istilah hadits berarti melaporkan, mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad
.3
3
Miftah—Al-Qur’an, Sumber Hukum Islam yang Pertama, Penerbit Pustaka, Bandung, 1989 M.
4
Syihabudin—Al-Qur’an, Sumber Hukum Islam yang Pertama, Penerbit Pustaka, Bandung, 1989 M.
Kedudukan Hadist sebagai sumber hukum Islam dijelaskan dalam Al-Qur’an surah An-Nisa 4:65
Artinya : Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati
mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya.
Struktur Hadist
Secara struktur hadits terdiri atas dua komponen utama yakni sanad/isnad (rantai penutur) dan matan
(redaksi).
Sanad
Sanad ialah rantai penutur/rawi (periwayat) hadits. Rawi adalah masing-masing orang yang
menyampaikan hadits tersebut (dalam contoh di atas: Bukhari, Musaddad, Yahya, Syu’bah, Qatadah
dan Anas). Awal sanad ialah orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits); orang
ini disebut mudawwin atau mukharrij. Sanad merupakan rangkaian seluruh penutur itu mulai dari
mudawwin hingga mencapai Rasulullah. Sanad memberikan gambaran keaslian suatu riwayat. Jadi
yang perlu dicermati dalam memahami hadits terkait dengan sanadnya ialah :Keutuhan sanadnya,
Jumlahnya, Perawi akhirnya
Rawi
Rawi adalah orang-orang yang menyampaikan suatu hadits. Sifat-sifat rawi yang ideal adalah :Bukan
pendusta atau tidak dituduh sebagai pendusta, tidak banyak salahnya,teliti, tidak fasik,tidak dikenal
sebagai orang yang ragu-ragu (peragu),tukan ahli bid’ah, Kuat ingatannya (hafalannya),tidak sering
bertentangan dengan rawi-rawi yang kuatSekurangnya dikenal oleh dua orang ahli hadits pada
jamannya.
Sifat-sifat para rawi ini telah dicatat dari zaman ke zaman oleh ahli-ahli hadits yang semasa, dan disalin
dan dipelajari oleh ahli-ahli hadits pada masa-masa yang berikutnya
hingga ke masa sekarang. Rawi yang tidak ada catatannya dinamakan maj’hul, dan hadits yang
diriwayatkannya tidak boleh diterima.
Matan
Matan ialah redaksi dari hadits, dari contoh sebelumnya maka matan hadits bersangkutan ialah:
“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta
untuk dirinya sendiri”
Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam mamahami hadits ialah:
Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad atau bukan
Klasifikasi Hadist
Hadits dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yakni bermulanya ujung sanad, keutuhan
rantai sanad, jumlah penutur (rawi) serta tingkat keaslian hadits (dapat diterima atau tidaknya hadits
bersangkutan).
Berdasarkan klasifikasi ini hadits dibagi menjadi 3 golongan yakni marfu’ (terangkat), mauquf
(terhenti) dan maqthu’:
Hadits Marfu’adalah hadits yang sanadnya berujung langsung pada Nabi Muhammad
Hadits Mauqufadalah hadits yang sanadnya terhenti pada para sahabat nabi tanpa ada tanda-tanda baik
secara perkataan maupun perbuatan yang menunjukkan derajat marfu’.
Hadits Maqthu’adalah hadits yang sanadnya berujung pada para tabi’in (penerus) atau sebawahnya.
Keaslian hadits yang terbagi atas golongan ini sangat bergantung pada beberapa faktor lain seperti
keadaan rantai sanad maupun penuturnya. Namun klasifikasi ini tetap sangat penting mengingat
klasifikasi ini membedakan ucapan dan tindakan Rasulullah dari ucapan para sahabat maupun tabi’in
di mana hal ini sangat membantu dalam area perkembangan dalam fikih (Suhaib Hasan, Science of
Hadits).4
5
Syihabudin—Al-Qur’an, Sumber Hukum Islam yang Pertama, Penerbit Pustaka, Bandung, 1989 M.
Hadits Musnad. Sebuah hadits tergolong musnad apabila urutan sanad yang dimiliki hadits tersebut
tidak terpotong pada bagian tertentu. 5
Hadits Mursal, bila penutur 1 tidak dijumpai atau dengan kata lain seorang tabi’in menisbatkan
langsung kepada Rasulullah
Hadits Munqathi’, bila sanad putus pada salah satu penutur, atau pada dua penutur yang tidak
berturutan, selain shahabi.
Hadits Mu’dlal, bila sanad terputus pada dua generasi penutur berturut-turut.
6
Hadits Mu’allaq, bila sanad terputus pada penutur 5 hingga penutur 1, alias tidak ada sanadnya.
Hadits Mudallas, Hadits ini disebut juga hadits yang disembunyikan cacatnya karena diriwayatkan
melalui sanad yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya, padahal sebenarnya ada, atau
hadits yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya.
Hadits Mutawatir, adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad dan
tidak terdapat kemungkinan bahwa mereka semua sepakat untuk berdusta bersama akan hal itu.
Hadits Ahad, hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun tidak mencapai tingkatan
mutawatir. Hadits ahad kemudian dibedakan atas tiga jenis antara lain :
Kategorisasi tingkat keaslian hadits adalah klasifikasi yang paling penting dan merupakan kesimpulan
terhadap tingkat penerimaan atau penolakan terhadap hadits tersebut. Tingkatan hadits pada klasifikasi
ini terbagi menjadi 4 tingkatan
Hadits Hasan, bila hadits yang tersebut sanadnya bersambung, namun ada sedikit kelemahan pada
rawi(-rawi)nya; misalnya diriwayatkan oleh rawi yang adil namun tidak sempurna ingatannya. Namun
matannya tidak syadz atau cacat.
Hadits Dhaif(lemah), ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung (dapat berupa hadits mauquf,
maqthu’, mursal, mu’allaq, mudallas, munqathi’ atau mu’dlal), atau diriwayatkan oleh orang yang tidak
adil atau tidak kuat ingatannya, atau mengandung kejanggalan atau cacat.
6
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 2001
Hadits Maudlu’, bila hadits dicurigai palsu atau buatan karena dalam rantai sanadnya dijumpai penutur
yang dikenal sebagai pendusta.
Jenis-jenis lain
Adapun beberapa jenis hadits lainnya yang tidak disebutkan dari klasifikasi di atas antara lain:
Hadits Matruk, Hadits Mungkar, Hadits Mu’allal, Hadits Mudlthorib, Hadits Maqlub
Ijtihad
Pengertian Ijtihad
Ijtihad (Arab: )اجتهادadalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan
oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas
dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang.
Tujuan ijtihad
adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah
di suatu tempat tertentu atau pada suatu waktu tertentu.
Fungsi Ijtihad
Meski Al Quran sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap, tidak berarti semua hal dalam
kehidupan manusia diatur secara detail oleh Al Quran maupun Al Hadist. Selain itu ada perbedaan
keadaan pada saat turunnya Al Quran dengan kehidupan modern. 7
Jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat Islam di suatu tempat tertentu atau di suatu masa waktu
tertentu maka persoalan tersebut dikaji apakah perkara yang dipersoalkan itu sudah ada dan jelas
ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadist.
Sekiranya sudah ada maka persoalan tersebut harus mengikuti ketentuan yang ada sebagaimana
disebutkan dalam Al Quran atau Al Hadits itu. Namun jika persoalan tersebut merupakan perkara yang
tidak jelas atau tidak ada ketentuannya dalam Al Quran dan Al Hadist, pada saat itulah maka umat Islam
7
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 2001
memerlukan ketetapan Ijtihad. Tapi yang berhak membuat Ijtihad adalah mereka yang mengerti dan
paham Al Quran dan Al Hadist.
Jenis-Jenis Ijtihad
Ijma’Ijma’ artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum hukum
dalam agama berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi.
Qiyâs
Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum suatu perkara yang
baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan
Istihsân
Beberapa definisi Istihsân, Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fâqih(ahli fikih), hanya karena dia
merasa hal itu adalah benar.
Argumentasi dalam pikiran seorang fâqihtanpa bisa diekspresikan secara lisan olehnyaMengganti
argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat orang banyak, Tindakan memutuskan suatu
perkara untuk mencegah kemudharatan, Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat
terhadap perkara yang ada sebelumnya.
Maslahah murshalah
Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskahnya dengan pertimbangan kepentingan
hidup manusia berdasarkan prinsip menarik manfaat dan menghindari kemudharatan.
Sududz Dzariah
Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan umat.
Istishab
Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa mengubahnya.8
8
Pengetahuan Dasar tentang Pokok-pokok Ajaran Islam (A/B) oleh Mh. Amin Jaiz
Tingkatan-Tingkatan Ijtihad
Ijtihad Muthlaq
Adalah kegiatan seorang mujtahid yang bersifat mandiri dalam berijtihad dan menemukan ‘illah-‘illah
hukum
Ijtihad fi al-Madzhab
Adalah suatu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang ulama mengenai hukum syara’,Secara lebih
sempit, ijtihad tingkat ini dikelompokkan menjadi tiga tingkatan ini:
Ijtihad at-Takhrij
Ijtihad at-Tarjih
Ijtihad al-Futya9
9
Pengetahuan Dasar tentang Pokok-pokok Ajaran Islam (A/B) oleh Mh. Amin Jaiz
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim dan
muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran manusia,
diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.Sumber ajaran agama islam terdiri dari
sumber ajaran islam primer dan sekunder. Sumber ajaran agama islam primer terdiri dari al-qur’an dan
as-sunnah (hadist), sedangkan sumber ajaran agama islam sekunder adalah ijtihad
DAFTAR PUSTAKA
Faridl, Miftah dan Syihabudin, Agus —Al-Qur’an, Sumber Hukum Islam yang Pertama, Penerbit
Pustaka, Bandung, 1989 M.
Pengetahuan Dasar tentang Pokok-pokok Ajaran Islam (A/B) oleh Mh. Amin Jaiz
http://www.hikmatun.wordpress.com/pengertianAl-Qur’an
MAKALAH
KEUTAMAAN KESUCIAN DAN HIDUP BERSIH
Disusun Oleh :
KELAS 1 - A03
PRODI MANAJEMEN
Assalammu’alaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apapun.
Penulisan makalah berjudul ‘Keutamaan Kesucian dan Hidup Bersih’ bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan penulis agar
pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.
Wasalamu’alaikum wr.wb
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................................. lxix
Daftar Isi ................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I .................................................................................................................. lxxi
PENDAHULUAN .......................................................................................... lxxi
1. Latar Belakang Masalah lxxi
2. Rumusan Masalah lxxi
BAB II ............................................................................................................... lxxii
PEMBAHASAN ........................................................................................... lxxii
A. Pengertian lxxii
B. Surah Dan Hadist lxxiii
Bab III .............................................................................................................. lxxix
PENUTUP .................................................................................................... lxxix
1. Kesimpulan lxxix
2. Daftar pustaka lxxix
BAB I
PENDAHULUAN
Kebersihan merupakan unsur pokok dalam mewujudkan kesehatan yang merupakan Hak
Asasi Manusia dan salah satu unsur kesejateraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita
–cita bangsa Indonesia. Berkaitan dengan hal ini, UU No.36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan yang menyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat setinggi tingginya
dicapai melalui penyelenggaran pembangunan kesehatan tidak bisa terlepas dari masalah
yang berkaitan erat dengan kebersihan. Profil kesehatan lingkungan pada tahun 2009
menyajikan data bahwa 64,41% sarana yang telat dibina kesehatan lingkungannya, yang
meliputi institusi pendidikan (67,52%) , tempat kerja (59,15%) , tempat ibadah (58,84%) ,
fasilitas kesehatan (77,02%), dan sarana lain (62,26%) .Hal ini menunjukan bahwa
membinaan kesehatan lingkungan terutama kebersihan dalam nanatan masyarakat masih
memerlukan perhatian yang serius agar berdampak positif dari kesehatan masyarakat.
1. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari kebersihan?
2. Hadits dan surah yang menjelaskan tentang kebersihan !
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi hidup bersih, karenanya Islam juga
mengajarkan pada pemeluknya untuk menjaga kebersihan. Ajaran tentang
menjaga kebersihan itu di antaranya berdasarkan hadits berikut:
Dari sisi makna antara an-Nazhofah dan ath-Thuhur, yang sepintas sama, tetapi
memiliki arti yang berbeda. Kata an-Nazhofah artinya bersih hanya meliputi zhohir
atau yang nampak saja. Sedangkan at-Thuhur artinya suci, yaitu bersih baik
secara zhohir maupun bathin atau yang tidak nampak.10
Masalah kebersihan merupakan masalah pokok dalam ajaran Islam dan ini juga
banyak ditunjukkan oleh para ulama fiqih terdahulu. Mereka biasanya dalam
ditempatkan di bab pertama. Seperti kitab-kitab fiqih yang disusun oleh ulama
empat madzhab.
10
Zaenal muttaqin, “islam mengajarkan pentingnya menjaga kebersihan”, diakses dari
https://minianews.net/islam pada hari kamis tanggal 17 september 2020 pukul 14.00
B. Surah Dan Hadist
ٰٱّللٰ يُحِ ب
ُ َّ وا ٰۚ َو َ َ ن تَقُو َٰم فِي ِٰه ٰۚ فِي ِٰه ِرجَالٰ يُحِ بونَٰ أَن يَت
ٰ طه َُّر ٰ َ ن أ َ َّو ِٰل ي َْومٰ أَحَقٰ أ
ْٰ ِعلَى ٱلت َّ ْق َوىٰ م َ لَّ َمس ِإج ٌد أُس
َ ِس
َّ ٱ ْل ُم
َٰط ِه ِرين
“…….َSungguh,َmasjidَyangَdidirikanَatasَdasarَtakwaَsejakَhariَpertamaَadalahَ
orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orangَ yangَ bersih.”َ
Sebab turunnya ayat ini seperti dijelaskan dalam kitab tafsir, berkenaan dengan
pendudukَQuba.َHinggaَRasulullahَshallallahuَ‘alaihiَwaَsallamَbertanyaَkepadaَ
mereka, hal apa yang menyebabkan turunnya ayat tersebut yang merupakan
pujianَdariَAllahَTa’alaَatasَperbuatanَmereka.
SepintasَtidakَdisebutَsecaraَkhususَtentangَpendudukَQuba,َtetapiَAllohَTa’alaَ
Dalam budaya orang Arab saat itu, bila mereka selesai buang air besar atau kecil
“istijmar”َ bilaَ pembersihanَ denganَ batu,َ danَ “istinja`”َ bilaَ pembersihanَ denganَ
air.
Sekarangَ “orangَ Barat”َ menggunakanَ tissuَ kertasَ sebagai ganti batu untuk
membersihkan kotoran setelah buang air besar atau kecil. Sebenarnya tak
menggunakan air sebagai alat pembersih kotoran setelah buang air besar atau
kecil
Ayat 108 ini dikaitkan dengan Masjid, yakni tempat yg semestinya bersih karena
ditempati oleh orang-orang yang suka bersuci dan membersihkan diri. Hal ini erat
kaitannya dengan istinja` dari najis. Mungkin saja yang sering dijumpai di kamar
Ayat ini juga mengaitkan kebersihan dengan takwa, yang selalu diingatkan oleh
Jum’at.
yangَ“sangatَbersih”.َDiartikanَtidakَhanyaَ“bersih”َsaja.َSebabَadaَperubahanَ
kataَ atauَ wazan,َ yangَ dalamَ Bahasaَ Arabَ menunjukkanَ “bersangatan”,َ yakniَ
“muth-thoh-hirin”.
Jadi inilah ummat Islam, yang bertakwa dan sangat bersih, bukan hanya bersih
biasa saja.
Setelah masjid, lalu tempat mana yang harus dijaga kebersihannya, adalah rumah.
Karena rumah adalah masjid kedua yang ditempati untuk menegakkan sholat
sunnah.
Jika sebelum sholat harus bersuci maka sudah tentu tempat sholat-nya juga harus
suci dan bersih. Pastikan rumah kita selalu bersih, jangan sampai terlihat kotor.
Perlu diketahui bahwa perbedaan rumah Muslim dan Yahudi di Madinah di masa
Rasulullahَ shallallahuَ ‘alaihiَ waَ sallam,َ adalahَ halamanَ yangَ bersih.َ Bilamana
dijumpai ada halaman rumah yang bersih, bisa dipastikan pemiliknya adalah
Muslim. Tapi bila dijumpai ada halaman rumah yang kotor, kemungkinan besar
Rumah yang kita miliki, atau juga tempat tinggal yang kita tempati, hendaknya
dijaga dan selalu bersihkan. Begitu juga masjid harus dijaga kebersihannya, juga
Ayat lainnya dalam Alquran yang menjelaskan kebersihan ada pada ayat 222
Surat Al-Baqoroh yang menyinggung tentang haidh bagi perempuan. Allah SWT
berfirman:
adalah sesuatu yang kotor. Karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan jangan
kamu dekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, campurilah
Allahَmenyukaiَorangَyangَtobatَdanَmenyukaiَorangَyangَmenyucikanَdiri.”َ(QS.َ
(muslimat) apa yang disebutkan oleh ayat tersebut, yakni tempat keluarnya haidh.
Halَ yangَ palingَ pribadiَ iniَ ternyataَ Allahَ Ta’alaَ mengaitkannyaَ denganَ
kebersihan.
PadaَayatَiniَAllahَTa’alaَmemerintahkanَpadaَRasulullahَshallallahuَ‘alaihi wa
sallam untuk mengatakan, bahwa haidh itu sesuatu yang kotor. Dengan bahasa
yangَ halusَ danَ indah,َ Allohَ Ta’alaَ lanjutkanَ denganَ kalimatَ “jauhilahَ istriَ danَ
janganَkamuَdekatiَmerekaَsehinggaَsuci”.
Suci dalam ayat ini mensyaratkan agar istri mandi wajib lebih dahulu, setelah masa
haidh-nya selesai. Hal ini melambangkan ajaran kebersihan diri, tidak saja merasa
sudah bersih karena haidh-nya berhenti, tapi juga diwajibkan mandi agar mereka
suci.
Ada perbedaan pandangan di antara ahli fiqh tentang ayat ini, yakni antara kalimat
maka tidak perlu mandi dahulu, karena istri sudah dalam keadaan boleh didekati.
Sementara ahli fiqih lain berpendapat, istri wajib bersuci dahulu, bila haidh sudah
berhenti.َ Makaَ diَ sinilahَ kaidahَ fiqhَ berperan,َ bahwaَ “keluarَ dari masalah
yang sudah berhenti dari haidh dan telah bersuci dengan cara mandi wajib,
harna“.
Ayatَ222َtersebutَditutupَdenganَpernyataanَbahwaَAllahَTa’alaَmenyukaiَorang-
dan virus. Sejak dahulu, Nabi SAW sudah mengajurkan umatnya untuk mencuci
tangan, baik saat wudhu, sebelum makan, sesudah makan ,hingga sesudah
bangun tidur.
bejana,َkarenaَdiaَtidakَmengetahuiَdimanaَtangannyaَberadaَ(saatَtidur).َ“َ(HR.َ
Imam Nawawi menyatakan, anjuran mencuci tangan ini tidak terbatas saat bangun
tidur saja, melaikan kapan pun saat ragu apakah ada najis yang menempel di
Seorang mukmin yang kuat dan sehat lebih Allah cintai daripada seorang mukmin
yang lemah. Seperti sabda Rasulullah dalam suatu hadits yang berbunyi :
Artinya:
"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang
lemah."Maksud dari hadits di atas adalah badan yang kuat dan sehat juga
membuat badan sehat adalah agar bisa melakukan ibadah, ketaatan dan berbagai
kebaikan.
Mari jaga kebersihan mulai dari Masjid, rumah, lingkungan dan diri pribadi kita.
Denganَdemikian,َakanَdijagaَkesehatannyaَolehَAllohَTa’ala,َInsyaَAlloh.َ(A/B04)
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pembahasan pada BAB II diatas yang menjadi pokok masalah dalam
Kebersihan merupakan masalah yang urgent karena dengan hidup bersih nantinya akan
tercipta kehidupan yang sehat pula. Maka dari itu Islam telah mengajarkan tentang
kebersihan dan kesucian diri.
Muslim yang baik menampilkan ajaran kebersihan ini dalam kehidupan sehari hari. Oleh
karena itu, orang islam harus tampil bersih, rumahnya bersih, tempat ibadahnya bersih,
lingkungan nya bersih, perkataanya sopan santun, dan perilaku sehari – harinya
menyenangkan.
2. Daftar pustaka
https://minianews.net/islam-ajarkan-pentingnya-menjaga-kebersihan-oleh-zaenal-muttaqin/
https://www.medcom.id/nasional/peristiwa/3NOGEDzN-tiga-hadis-tentang-perlunya-menjaga-
kebersihan-badan
https://m.brilio.net/amp/wow/dalil-dan-hadits-tentang-kesehatan-cara-menjaganya-menurut-
islam-200512a.html
KELOMPOK 7
“MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA MENDIRIKAN
SHALAT SEBAGAI TIANG AGAMA.”
Dosen: Akhmad Zamakhsari, MA. Pd
Disusun Oleh:
1. Dwi Putri Aprillia (202010325200)
2. Fajar Dwi Handoko (202010325203)
3. Husni Fauzi Ramadhan (202010325201)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan karunianya
makalah mata kuliah Pendididikan Agama Islam yang diberi judul “Mendirikan Shalat
Sebagai Tiang Agama” ini dapat kami selesaikan. Shalawat beserta salam kamu
junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa Agama Islam dari zaman
jahiliyah ke zaman yang terang benerang.
Kami akui makalah ini masih banyak kurangnya, oleh karena itu kami harapkan untuk
memberikan saran/kritik yang bersifat membangun untuk makalah ini yang lebih baik
lagi.
Bekasi, 17 September 2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB 1..................................................................................................................................
PENDAHULUAN...............................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Tujuan Penulisan................................................................................
BAB2.......................................................................................................
PEMBAHASAN.....................................................................................
1. MENDIRIKAN SHALAT SEBAGAI TIANG AGAMA..................
A. Ayat-ayat yang menjelaskan tentang Shalat Sebagai Tiang
Agama.....................................................................................................
B. Syarat Wajib Shalat............................................................................
2. RUKUN SHALAT..............................................................................
3. SUNNAH SHALAT...........................................................................
A. Berupa Ucapan...................................................................................
B. Berupa Perbuatan................................................................................
4. PERBUATAN YANG MEMBATALKAN SHALAT……...............
5. HIKMAH SHALAT............................................................................
6. MEMAPARKAN KEWAJIBAN SHALAT PADA RUKUN ISLAM
YANG KE 2...............................................................................
7. IMPLEMENTASI SHALAT DALAM KEHIDUPAN …….............
8. BACAAN QS. AL-FATIHAH DAN TASYAHUT AKHIR ……….
BAB 3......................................................................................................
A. Simpulan.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam dibangun oleh 5 rukun atau tiang. Rukun Islam yang kedua yaitu mendirikan
shalat. Shalat merupakan sarana seorang hamba untuk berkomunikasi dengan sang Khalik
yakni Allah SWT. Di dalam shalat terdapat syarat-syarat yang telah ditentukan. Adapun syarat-
syarat tertentu yang dimaksud yakni rukun sholat, syarat wajib, syarat sah, sunnah dan hal-
hal yang membatalkan shalat. Semua itu harus kita pahami agar shalat yang kita lakukan sesuai
dengan syariat yang telah diatur oleh Islam.
B. Tujuan Penulisan
Agar kita mengetahui betapa pentingnya arti sholat dalam hidup kita. Karena shalat
merupakan ibadah yang sangat utama sekali. Jika kita menjalankan shalat maka ibadah kita
yang lain akan diterima oleh Allah SWT,tetapi jika kita meninggalkan sholat, maka ibadah kita
yang lain tidak akanditerima oleh Allah.Selain itu agar kita mengetahui syarat-syarat apa saja
yang harus kitapenuhi agar sholat kita sempurna dan diterima oleh Allah SWT serta kita dapat
membadingkan antara sholat jamaah dan sholat sendirian ternyata lebihbaik berjamaan karena
pahalanya akan dilipatgandakan 27 derajat oleh Allah SWT.
BAB II
PEMBAHASAN
Sholat secara bahasa artinya berdoa. Shalat secara istilah berarti menghadapkan diri
kepada Allah sebagai ibadah dengan perkataan yang dimulai dengan niat dan perbuatan yang
dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam sesuai dengan syarat-syarat
tertentu.
Sholat merupakan rukun Islam yang ke-2 bukti keislaman seseorang adalah dengan
menjalankan sholat. Oleh karena itu kita sebagai orang muslim harus menjalankan sholat 5
waktu karena hukumnya wajib dikerjakan dan apabila meninggalkan sholat maka kita akan
mendapat dosa.
َّ َّللاُ ََل إِلَهَ إِ ََّل أَنَا فَا ْعبُ ْدنِي َوأَقِ ِم ال
ص ََلةَ ِل ِذك ِْري َّ إِنَّنِي أَنَا
Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (QS Thaha : 14).
َالرا ِك ِع ْين
َّ ار َكعُ ْوا َم َع َّ صلَىةَ َوآت ُ ْو
ْ الزكَوةَ َو َّ َواَقِ ْي ُم ْو ال
Artinya: “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang
ruku’.” (QS Al-Baqarah : 43).
Artinya : “Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat dan apa-apa yang kamu usahakan dari
kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan dapat pahalanya pada sisi Allah, sesungguhnya Allah
Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Baqarah : 110).
Artinya : “Dan kerjakanlah sholat, berikanlah zakat, dan taat kepada Rasul, agar supaya kalian
semua diberi rahmat.” (QS An-Nuur : 56).
1. Beragama Islam.
َس ٰ َك َر ٰى َحت ه ٰىت َعۡ لَ ُمواْ َماتَقُولُون ٰيََٰٓأَيُّ َهاٱلهذِينَ َءا َمنُواْ َالت َۡق َربُواْٱل ه
ُ صلَ ٰوة ََوأَنت ُ ۡم
Yaa ayyuhal ladziina aamanuu laa taqrabus shalaata wa antum sukaraa hattaa ta’lamuu maa
taquuluun(a)…
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu (mendekati) shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan….”
4. Mumayyiz, mampu membedakan antara yang baik dan benar, yang benar dan salah serta
yang halal dan yang haram.
2. RUKUN SHALAT
Rukun ibadah shalat ada 13, antara lain adalah:
• Niat.
• Berdiri, jika mampu.
• Melakukan Takbiratul ihram.
• Membaca surah Al Fatihah pada setiap rakaat dari shalat.
• Rukuk dengan tumaninah.
• I’tidal dengan tumaninah.
• Sujud 2 kali dengan tumaninah.
• Melakukan duduk di antara dua sujud dengan tumaninah.
• Duduk tahiyyat akhir.
• Membaca bacaan tahiyyat/tasyahud akhir.
• Membaca shalawat nabi.
• Membaca salam.
• Semua rukun di atas dilaksanakan dengan tertib (berurutan).
3. SUNNAH SHALAT
➢ Sunnah-Sunnah yang Berupa Ucapan
Di antaranya adalah :
• 1 - Membaca doa iftitah, yaitu bacaan doa yang dibaca sebelum membaca Surah Al-
Fatihah.
• 2 - Membaca ta’awwudz, yaitu mengucapkan “Aku berlindung kepada Allah dari
bisikan setan yang dirajam.”
• 3 - Membaca basmalah yaitu “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.”
• 4 - Ucapan tasbih yang kedua atau ketiga ketika rukuk dan sujud
• 5 - Ucapan Rabbighfirli yang kedua atau ketiga ketika duduk diantara dua sujud.
• 6 - Ucapan setelah mengucapkan “Wahai Rabb Kami milik-Mu lah segala pujian”
ketika bangun dari rukuk.
• 7 - Bacaan surah selain Surah Al-Fatihah.
Di antaranya adalah :
• 1 - Mengangkat kedua tangan saat takbiratul Ihram, rukuk, bangun dari rukuk, atau
saat berdiri memulai rakaat yang ketiga.
• 2 - Bersedekap yaitu meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada saat
berdiri dalam shalat, baik sebelum atau sesudah rukuk.
• 3 -Mengarahkan pandangan ke tempat sujud.
• 4 - Merenggangkan jarak antara tangan dengan perut atau sisi samping ketika sujud.
• 5 - Duduk iftirasy, yaitu dengan menduduki kaki kiri sambil memanjangkan kaki
kanan.
4. PERBUATAN YANG MEMBATALKAN SHALAT
➢ Masih ber-Hadats
Dalam hal ini Anda masih berhads baik itu hadas kecil maupun hadas besar. Anda
wajib membersihkan hadast kecil atau hadast besar dulu sebelum melakukan
sholat.Untuk mensucikan dari hadast besar, Anda harus melakukan mandi wajib atau
mandi junub. Dan untukmembersihkan hadast kecil, bisa dengan melakukan wudhu yang
benar terlebih dahulu.
➢ Terkena Najis
Misalkan ketika Anda sedang melakukan sholat tiba-tiba kejatuhan kotoran yang
najis, bila tidak secepatnya tidak dibersihkan atau dihindarkan akan membuat sholatnya
batal.Bila najis itu hanya mengenai disampingnya saja, atau tidak pada tempat untuk
sholat maka tidak menjadi masalah dan tidak membatalkan sholat Anda.
➢ Terbukanya Aurat
Terbukanya aurat ketika sedang melakukan sholat jika tidak segera ditutupi akan
membuat shalatnya batal. Jika auratnya terbuka karena tertiup angin dan Anda segera
menutupinya maka tidak membatalkan sholat.Namun jika terbukanya berulang-ulang
sehingga Anda membetulkanya atau melakukan gerakan yang berulang-ulang maka hal
itu dapat membatalkan shalat.
➢ Mendahului Imam
Seorang makmum yang gerakan rukuknya mendahului imam dapat menyebabkan
sholatnya batal. Tidak hanya rukuk, namun seluruh gerakan-gerakan imam tidak boleh
di dahului oleh makmum.Yang sering terjadi adalah ketika duduk diantara dua sujud atau
berdiri setelah sujud. Bagi yang tidak fikus mendengarkan imam akan mudah sekali
mendahului gerakan imam.
5. HIKMAH SHALAT
➢ Dapat mencerahkan wajah
Sebelum menjalankan shalat, kita diwajibkan untuk berwudhu. Secara lahir, wudu
ini membersihkan wajah kita dari kotoran yang melekat. Orang yang menjalankan salat
dengan catatan khusyuk dan bersungguh-sungguh wajahnya akan cerah.
➢ Menerangi hati
Orang yang menjalankan shalat hati nya akan merasa lebih tenang dan hanya
membuat fokus kita mengingat Allah SWT.
➢ Menyehatkan badan
Menjalankan ibadah shalat juga akan membuat badan sehat. Sebab, ritual dan
gerakan salat seperti halnya orang yang sedang berolahraga mulai dari kepala hingga kaki
semua kita gerakkan.
الرحِ ي ِْم
الرحْ مٰ ِن ه
َّللا ه
ِ ِبس ِْم ه
الرحِ ي ِْم
الرحْ مٰ ِن ه
ه
Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,
الدي ِْن
ِ مٰ لِكِ َي ْو ِم
Pemilik hari pembalasan.
➢ Tasyahut Akhir
سَلَ ُم ِ َّ ُعلَ ْيكَ أَيُّ َها النَّبِ ُّى َو َرحْ َمة
َّ َّللا َوبَ َركَاتُهُ ال َ سَلَ ُمَّ َّلل ال
ِ َّ ِ ُطيِِّبَاتَّ صلَ َواتُ الَّ اركَاتُ ال َ َالت َّ ِحيَّاتُ ا ْل ُمب
َ َّللا أَلل ُه َّم
ص ِ ِّل ِ َّ سو ُل ُ ش َه ُد أَنَّ ُم َح َّمدًا َر
ْ َ َّللاُ َوأ
َّ َّش َه ُد أ َ ْن َلَ إِلَهَ إَِل
ْ َ صا ِل ِحينَ أ ِ َّ علَى ِعبَا ِد
َّ َّللا ال َ علَ ْينَا َوَ
َ علَى آ ِل
سيِِّ ِدنَا َ علَى
َ سيِِّ ِدنَا إِ ْب َرا ِهي َم َو َ َصلَّيْت َ علَى آ ِل
َ َك َما، سيِِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ َو، سيِِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد
َ عَلى
َ علَى
سيِِّ ِدنَا إِ ْب َرا ِهي َم َ َاركْت َ علَى آ ِل
َ َ َك َما ب، سيِِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ علَى
َ َو، سيِِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ ْ وبَ ِارك، إِ ْب َرا ِهي َم
َ علَى آ ِل
ِإ َّنكَ َح ِمي ٌد َم ِجي ٌد، س ِِّي ِدنَا ِإ ْب َرا ِهي َم َ َو،
“Segala ucapan selamat, keberkahan, shalawat, dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-
mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan
barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada
seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak
disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah. Ya
Allah aku sampai shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad, serta kepada
keluarganya. Sebagaimana Engkau sampaikan shalawat kepada Nabi Ibrahim As., serta
kepada para keluarganya. Dan, berikanlah keberkahan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad, serta kepada keluarga. Sebagaimana, Engkau telah berkahi kepada junjungan
kita Nabi Ibrahim, serta keberkahan yang dilimpahkan kepada keluarga Nabi Ibrahim. Di
seluruh alam raya ini, Engkaulah Yang Maha Terpuji lagi Maha Kekal.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Shalat merupakan tiang agama. Ia sebagai rukun terpenting Islam setelah dua kalimat
syahadat. Seorang muslim wajib memeliharanya semenjak usia baligh (dewasa) hingga mati.
Ia wajib memerintahkannya kepada keluarga dan anak-anaknya semenjak usia tujuh tahun
dalam rangka membiasakannya.
Sebenarnya shalat banyak macamnya mulai dari Shalat Sunnah, Shalat Fardhu, dan
tentunya Shalat Wajib yaitu Shalat 5 waktu yang harus kita kerjakan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
https://minanews.net/kewajiban-mendirikan-shalat-bagi-orang-islam/
BAB II
MENDIRIKAN SHALAT SEBAGAI TIANG AGAMA
https://www.islampos.com/shalat-itu-tiang-agama-maksudnya-apa-94860/
SYARAT SAH SHALAT
https://portal-ilmu.com/syarat-sah-dan-wajib-shalat/
RUKUN SHALAT
https://brainly.co.id/tugas/2136531
SUNNAH SHALAT
https://brainly.co.id/tugas/23563475
PERBUATAN YANG MEMBATALKAN SHALAT
https://umma.id/article/share/id/1002/531832
HIKMAH SHALAT
https://regional.inews.id/berita/10-hikmah-menjalankan-salat-nomor-5-bisa-mengetuk-
pintu-langit
IMPLEMENTASI SHALAT DALAM KEHIDUPAN
http://fikes.ummgl.ac.id/artikel-56-implementasi-sholat-daam-kehidupan-sehari-hari-
part-one.html
MEMAPARKAN KEWAJIBAN SHALAT PADA RUKUN ISLAM KE2
https://id.wikipedia.org/wiki/RukunIslam
QS. AL-FATIHAH DAN TASYAHUT AKHIR
https://kalam.sindonews.com/surah/1/al-fatihah
https://konfirmasitimes.com/2020/07/15/bacaan-doa-tahiyat-
akhir/#:~:text=Tasyahud%20Akhir%20atau%20Tahiyat%20Akhir,merupakan%20sal
ah%20satu%20rukun%20shalat.
BAB III
https://www.slideshare.net/fitribersahabat/makalah-shalat-28870442
PUASA DAN KESEHATAN UMAT
MAKALAH
Disusun Oleh :
1. Nabila Salsabila (202010325168)
2. Natasa Nurwidiawati (202010325206)
3. Nurul Cahyani (202010325159)
4. Pasyila Aulyana Nabilah (202010325166)
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kahdirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini bertujuan untuk
memberikan wawasan dan tambahan ilmu pengetahuan tentang puasa dan kesehatan umat.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang banyak tidak hanya diri sendiri maupun
orang lain. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermafaat dan berguna untuk masyarakat.
Kami juga dengan senang hati menerima kritik dan saran untuk memperbaiki setiap
kekurangan dari makalah ini.
Kelompok 8
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Puasa merupakan salah satu rukun islam yang wajib dijalankan bagi setiap umat
muslim. Akan tetapi, puasa memiliki ketentuan-ketentuan pelaksanaannya yang dicontohkan
pada Rasulullah kita yaitu Muhammad SAW agar puasa kita mendapat pahala dan dapat
meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Puasa juga bisa diartikan dengan menahan
lapar, haus, hawa nafsu, amarah, serta hal-hal yang dapat membatalkan puasa lainnya.
Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa “semua amal anak adam itu untuk dirinya
sendiri, kecuali puasa, sebab ia hanyalah untukku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran
padanya secara langsung.” (HR Bukhari dalam shahihnya: 7/226 dari hadits Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu). Hadits ini mengandung fadhilah puasa dan keistimewaannya dibandingkan
dengan ibadah lainnya, dan bahwa Allah ta’ala telah mengkhususkan ibadah puasa ini untuk-
Nya.
Dalam tema makalah ini kita mengingat kembali pada rukun islam yang ketiga. Karena
itu bagi orang-orang yang beragama islam wajib melaksanakaan puasa. Puasa merupakan salah
satu ibadah kepada Allah dan juga meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Puasa
juga dapat menyehatkan setiap muslim yang menjalankannya. Dengan kata lain, puasa
merupakan suatu kewajiban setiap muslim dengan menahan diri dari lapar dan haus, menahan
hawa nafsu dan amarah, dan mencegah perbuatan keji.
Untuk itu, kita wajib mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan puasa, seperti
syarat-syarat menjalankan puasa, jenis-jenis puasa, dalil dan hadits berpuasa, dan lain
sebagainya. Semoga makalah yang kami sajikan ini dapat berfaedah dan dapat memberikan
manfaat kepada para pembacanya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan puasa ?
2. Apa saja jenis-jenis puasa?
3. Bagaimana ketentuan pelaksanaan puasa ?
4. Apa saja hal –hal yang membatalkan puasa?
5. Apa saja keutamaan dalam melaksanakan ibadah puasa?
6. Bagaimana puasa dan kaitannya dengan kesehatan?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam pembuatan
makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian puasa.
2. Mengetahui jenis-jenis puasa.
3. Mengetahui ketentuan pelaksanaan puasa.
4. Mengetahui hal –hal yang membatalkan puasa.
5. Mengetahui keutamaan dalam melaksanakan ibadah puasa.
6. Mengetahui tentang puasa dan kaitannya dengan kesehatan.
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu agar dapat memberikan informasi,
meningkatkan minat membaca bagi yang membacanya, meningkatkan untuk melaksanakan
ibadah puasa sebagai kewajiban bagi setiap muslim agar mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Ibadah puasa ini juga bermanfaat untuk membantu menyehatkan jantung, mengurangi risiko
kanker, dan menjaga berat badan kita dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Puasa
Puasa merupakan salah satu rukun dalam islam. Umat muslim menjalankan suatu
kewajiban yaitu puasa dengan berbagai macam jensinya. Hal tersebut diamalkan oleh seluruh
muslim.
Menurut Ali Wasil El Helwany mengatakan bahwa, “Puasa merupakan wujud kesetaraan
ruhani yang dikehendaki syari’ah pada manusia, baik bagi si kaya maupun si miskin
sebagaimana kesetaraan individu dalam shalat yang diwajibkan Islam bagi setiap muslim serta
kesetaraan sosial dalam kewajiban ibadah haji bagi orang yang mampu melaksanakannya.”11
Puasa dalam bahasa Arab disebut as-saum atau as-siyam yang berarti imsak atau
“menahan diri dari segala sesuatu”12. Maksudnya adalah umat muslim harus menahan baik
makan , minum, hawa nafsu dan lain sebagainya. Hal itulah yang disebut dengan menahan diri.
Sebagaimana dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al- Maryam ayat 26, sebagai
berikut:
Artinya:
“Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia,
maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha
Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini".(QS. Al-
Maryam: 26)
Kemudian, menurut istilah ulama fiqh dalam Ulfah yaitu, “Puasa adalah menahan diri dari
segala yang membatalkan sehari penuh mulai dari terbit fajar shadiq hingga terbenam matahari
dengan syarat-syarat yang telah ditentukan”13. Pengertian ini disepakati oleh kalangan mazhab
11
Nadwa. 2018. Puasa dan Pendidikan Agama Islam dalam Membangun Manusia Penaka “Tuhan”: Tinjauan
Kritis Terhadap Sisi Epistemologik dan Aksiologik (Pembelajaran) Pendidikan Agama Islam. Jurnal Pendidikan
Islam. Vol. 12, Nomor 1. Hlm. 130.
12
Musfah, Jejen. 2004. Risalah Puasa, Mejadikan Bulan Ramadhan Sebagai Bulan Penuh Pahala. Yogyakarta:
Hijrah. hlm . 22.
13
Zakiah Ulfah. 2016. Manfaat Puasa dalam Perspektif Sunnah dan Kesehatan. Skripsi. Medan. Hlm. 17.
Hanafi (w. 150 H) dan Hambali (w. 241 H). Namun, kalangan mazhab Maliki (w. 179) dan
Syafi’i (w. 204) menambahkan kata 18 Jejen Musfah, Risalah Puasa, Mejadikan Bulan
Ramadhan Sebagai Bulan Penuh Pahala, (Yogyakarta: Hijrah, 2004), h. 22. 19 Departemen
Agama RI, Syamil A l-Q ur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media,
2009), h. 307. 18 “mat” pada akhir rumusan pengertian di atas.
Jadi, berdasarkan pandangan ahli dapat diambil kesimpulan bahwa puasa adalah menahan
diri dari segala sesuatu baik makan, minum dan hawa nafsu lainnya. Waktu pelaksanaan puasa
dilakukan dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Kemudian, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 183 yaitu:
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana
diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa”.(Q.S Al-
Baqoroh:183).
Berdasarkan firman tersebut Allah mewajibkan kepada semua pemeluknya untuk
melaksanakan ibadah puasa. dalam firman tersebut jelas dikatakan bahwa perintah puasa
diwajibkan karena bertujuan untuk bertakwa.
B. Jenis-jenis Puasa
Puasa adalah salah satu hal yang dilaksanakan oleh sebagain besar umat muslim. Puasa
sendiri terdiri dari puasa Sunnah dan puasa wajib. Berikut ini merupakan jenis dari puasa:
1. Puasa Wajib
Puasa wajib adalah puasa yang jika dikerjakan mendapat pahala. Namun, jika
ditinggalkan akan mendapatkan dosa. Contohnya: Puasa Ramadhan, Puasa Kifarat, Puasa
Qadha dan Puasa Nadzar.
2. Puasa Sunnah
Puasa Sunnah adalah puasa yang jika dikerjakan mendapatkan pahala. Namun, jika
tidak dilaksanakan atau ditinggalkan tidak mendapatkan dosa. Contohnya: Puasa Asyura,
Puasa Senin-Kamis, Puasa Arafah dan lainnya.
3. Puasa Makruh
Puasa makruh adalah puasa yang jika dikerjakan akan mendapatkan dosa. Sedangan,
jika ditinggalkan akan mendapatkan pahala. Contohnya: Puasa hari Jum’at.
4. Puasa Haram
Puasa haram adalah puasa yang jika dikerjakan akan mendapatkan dosa. Namun, jika
ditinggalkan akan mendapatkan pahala. Contohnya: puasa yang dilaksanakan pada hari
raya umat islam.14
Jadi, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis puasa terbagi menjadi empat (4) , yaitu:
puasa wajib, puasa Sunnah, puasa makruh dan puasa haram.
C. Ketentuan Puasa
Pelaksanaan puasa terdiri dari syarat dan rukun puasa. Di bawah ini dijelaskan berkaitan
syarat dan rukun puasa, yaitu:
1. Syarat Puasa
Pada saat melaksanakan ibadah puasa terdapat dua syarat yang harus dipenuhi, sebagai
berikut:
a. Syarat wajib puasa
Syarat wajib puasa merupakan syakat yang jika telah dimiliki oleh seseorang, ia
diwajibkan untuk berpuasa. Syarat wajib puasa menurut Kharisman15, sebagai berikut:
Artinya:
“Dan tidak ada yang menghalangi diterimanya infaq dari mereka, kecuali
karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya”. (Q.S aT-Taubah:54)
2) Berakal
14
Ibid.
15
Kharisman, Abu Utsman. 2013. Ramadhan Bertabur Berkah. Probolinggo: Pustaka Hudaya.Hlm. 141
Seseorang yang tidak mengalami gangguan jiwa, ia diwajibkan melaksanakan
puasa.
Artinya:
“Diangkat pena (tidak ditulis dosa) dari 3 kelompok orang: (1) Orang gila yang
terhalangi akalnya, sampai sadar, (2) orang yang tidur hingga bangun, (3) Anak
kecil sampai baligh.” (H.R Abu Dawud, anNasaai, Ibnu Majah, Ahmad,
dishahihkan Ibnu Hibban, al-Hakim, dan al-Albany).
3) Baligh (cukup umur)
Baligh merupakan seseorang yang sudah mengalami perubahan baik fisik
maupun psikis. Perubahan tersebut ditandai dengan haid untuk perempuan dan
keluarnya mani untuk laki-laki. Kemudian, tumbuhnya bulu di beberapa tempat
tertentu. Hal tersebut menandakan seseorang telah dewasa
4) Mampu berpuasa.
Seseorang yang dalam keadaan sehat dan tidak sakit atau tidak ada keluhan dalam
tubuhnya, diwajibkan untuk berpuasa. Namun, jika seseorang dalam keadaan sakit
dan tidak mampu melaksanakan puasa, maka ia tidak diwajibkan untuk
melaksanakan ibadah puasa. seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 286, yaitu:
Artinya:
“Allah tidaklah membebani suatu jiwa kecuali sesuai dengan
kemampuannya…”.(Q.S Al-Baqoroh: 286)
b. Syarat sah puasa
Syarat sah puasa merupakan syarat yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan
ibadah puasa.16 Jika salah satu syarat tidak ada, berarti puasa yang dilakukan dianggap
tidak saha atau batal. Syarat sah puasa sebagai berikut:
1) Islam
Syarat sah melaksanakan puasa adalah dengan beragama islam.
2) Mumayyiz (dapat membedakan mana yang baik dan buruk)
16
Sholeh. 2007. Fikih. Sidoarjo : Media Ilmu. Hlm. 3
Ketika seseorang dapat membedakan mana yang baik dan buruk, maka dengan
itulah ia dikatakan sah menjalankan ibadah puasa.
3) Suci dari haid dan nifas
Perempuan yang sedang dalam masa haid dan nifas, tidak diperbolehkan untuk
melaksanakan puasa sebelum suci. Rasulullah besabda:
Artinya:
“Bukankah seorang wanita jika haid tidak boleh sholat dan berpuasa.” (H.R al-
Bukhari no 1815)
4) Dalam waktu yang diperbolehkan berpuasa
Seseorang diperbolehkan berpuasa karena ia melaksanakan puasa berdasarkan
waktu yang sesuai dengan penyelenggaraan puasa.
Jadi, syarat puasa terbagi menjadi dua (2) yaitu syarat wajib puasa dan syarat sah puasa.
2. Rukun Puasa
Menurut Tausikal, “rukun puasa adalah menahan diri dari berbagai pembatal
puasa mulai dari terbit fajar (yaitu fajar shodiq) hingga terbenamnya matahari.” 17Hal
ini berdasarkan firman Allah Ta’ala dalam Al-quran surat Al-Baqarah ayat 187, yaitu:
Artinya:
“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam,
yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (QS. Al
Baqarah: 187).
Berdasarkan ayat di atas, terangnya siang dan gelapnya malam dan bukan yang
dimaksud benang secara hakiki. Namun, makan dan minumlah sebelum fajar. Dan
laksanakan puasa hingga akhir waktu yaitu malam hari.
Kemudian, rukun puasa yang kedua yaitu diwajibkan untuk berniat sebelum
melaksanakan puasa. Salah satunya adalah niat untuk melaksanakan puasa Ramadhan,
yaitu:
17
Tuasikal, Muhammad Abduh. 2014. Syarat dan Rukun Puasa. Indonesia:Islam House.Hlm. 8
سنَة لل ت َ َعالَى َ غد ع َْن اَدَاء َف ْرض
َّ شهْر َر َمضَانَ هذه ال َ ص ْو َم
َ نَ َويْت
Artinya:
Artinya:
“Orang yang berpuasa itu) meninggalkan makan, minum, dan syahwatnya
karena Aku”. (H.R Al-Bukhari no 1761)
2. Berhubungan suami istri atau mengeluarkan mani secara sengaja
Berhubungan suami istri atau jimak adalah salah satu hal yang dapat membatalkan
puasa.
3. Muntah
Seseorang yang sedang berpuasa kemudian mengeluarkan dengan sengaja isi perutnya
atau muntah, puasanya akan batal.
Artinya:
“Barangsiapa yang terserang muntah (tidak sengaja) maka tidak harus mengganti
(puasa). Barangsiapa yang menyengaja muntah, maka hendaknya mengganti
18
Kharisman, Abu Utsman. 2013. Ramadhan Bertabur Berkah. Probolinggo: Pustaka Hudaya.Hlm. 141
(puasa)”(H.R Abu Dawud, atTirmidzi, Ahmad, dishahihkan Ibnu Khuzaimah, Ibnu
Hibban, al-Hakim, al-Albany. Lafadz sesuai riwayat AtTirmidzi)
4. Haid atau mani dan Nifas
Haid adalah seseorang wanita yang sedang berhalangan dan tidak diperbolehkan untuk
puasa. sedangkan akan batal puasanya jika seorang laki-laki dengan sengaja mengeluarkan
mani. Kemudian, bagi perempuan yang baru melahirkan dan masih dalam masa nifas,
diperbolehkan untuk tidak melaksanakan puasa.
Artinya:
“Semua amal anak Adam dilipatgandakan kebaikannya 10 kali hingga 700 kali.
Allah Azza Wa Jalla berfirman: Kecuali puasa. Karena amal puasa adalah untukKu,
dan Aku yang akan membalasnya. Ia meninggalkan syahwat dan makan karenaKu”
(H.R Muslim no 1945)
2. Amal kebaikan lain bisa menjadi kaffaroh (penebus kesalahan) terhadap orang lain,
kecuali puasa. Berdasarkan hadits berikut:
Artinya:
“Allah Azza Wa Jalla berfirman (dalam hadits qudsi): Seluruh amalan adalah
kaffaroh kecuali puasa. Puasa adalah untukKu dan Aku yang akan membalasnya”
(H.R Ahmad, shahih sesuai syarat Muslim)
19
Ibid. hlm. 35
Jadi, jika seseorang mendzhalimi orang lain, maka kebaikannya akan dilimpahkan
kepada orang yang didzhalimi itu, kecuali puasa. karena, puasa adalah ibadah yang
pahalanya dikhususkan bagi yang menjalankan.
3. Puasa sebagai tameng
Melaksanakan ibadah puasa merupakan sebuah tameng untuk diri sendiri. Hal
tersebut dikarenakan dengan menjalankan ibadah puasa, akan meminimalisir
perbuatan kotor, sia-sia, kebodohan serta api neraka.
Artinya:
“Puasa adalah tameng, maka janganlah berbuat rofats (ucapan atau perbuatan
kotor), dan jangan berbuat kebodohan.” (H.R 37 al-Bukhari no 1761, dalam riwayat
Muslim no 1944 dinyatakan: “jangan berteriakteriak”)
4. Dipanggil melalui pintu Ar-Royyan
Maksudnya adalah, orang yang berpuasa akan masuk surge dengan
dipanggilnya melalui pintu Ar-Royyan. Seperti dalil berikut ini:
Artinya:
“Sesungguhnya di surga terdapat sebuah pintu yang disebut Ar-Royyaan.
Orang-orang yang berpuasa akan dipanggil melalui pintu tersebut. Barangsiapa yang
memasukinya, tidak akan kehausan selamanya.” (H.R At-Tirmidzi, An-Nasaai, Ibnu
Majah, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Al-Albany)
Artinya:
“Tiadalah wadah yang dipenuhi oleh manusia lebih buruk melebihi perutnya, cukup
bagi manusia beberapa suapan yang menegakkan tulang punggungnya, bila tidak bisa maka
sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya dan sepertiga untuk nafasnya.” (HR.
Tirmidzi)
Dalam ayat tersebut, Nabi Muhammad SAW. Membahas tentang kecukupan berkaitan
pangan. Dengan berpuasa, berarti ia mengistirahatkan pencernaannya. Lalu, Nabi Muhammad
SAW. Bersabdah:
20
Hilda, Lelya. 2014. Puasa dalam Kajian Islam dan Kesehatan. Vol. VIII, No. 01. Hlm. 57 53-62
21
Ibid.
22
Ibid.
Artinya:
“Berpuasalah kalian, niscaya kalian akan sehat.” (HR. Abi Nu’aim)
Berdasarkan sabda di atas, jelas bahwa dengan puasa akan menghadirkan kesehatan.
Ibadah puasa menjadi tameng atas diri agar tidak menghendaki hawa nafsu.
Dengan mengerjakan puasa, seseorang dapat menjaga perilaku dan pola pikirnya akan
lebih tertata. Karena ia tahu mana yang baik dilakukan dan dilarang oleh Allah SWT.
Rasulullah pun bersabdah:
Artinya:
“Dari Abu Hurairah ra; Bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Puasa itu penjaga (perisai),
maka janganlah berkata-kata buruk (rafats) dan jangan berbuat kebodohan. Apabila ada orang
yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah “Sesungguhnya saya ini
sedang berpuasa” (ia mengulang ucapannya dua kali). Demi Dzat yang jiwaku berada di
tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang sedang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dari
pada harumnya minyak kasturi, Ia meninggalkan makanannya, minuman dan nafsu
syahwatnya karena Aku. Puasa itu bagi-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, sedang
kebaikan itu (dibalas) dengan sepuluh kebaikan yang serupa". (HR. Bukhari)
Dapat disimpulkan dari hadis diatas, bahwa puasa dapat memelihara dan melindungi
manusia dari siksa neraka, artinya puasa berperan sebagai pelindung yang membentengi
manusia dari perbuatan yang terlarang. Puasa merupakan cara yang terbaik untuk
membersihkan racun yang tertumpuk di dalam tubuh ataupun racun yang baru masuk melalui
makanan yang terkontaminasi.
Jadi, dengan melaksanakan ibadah puasa sesuai dengan ketetapan dan syarat juga rukun
yang berlaku, maka akan senantiasa memperoleh keberkahan yang nantinya akan dirasakan
manfaatnya bagi kesehatan fisik maupun psikis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu seperti menahan makan, minum, hawa
nafsu dan lain sebagainya, mulai dari terbit fajar hingga matahari terbenam. Puasa dapat
memelihara dan melindungi manusia dari siksa neraka, artinya puasa berperan sebagai
pelindung yang membentengi manusia dari perbuatan yang terlarang.
B. Saran
Kami sadar bahwa kami memiliki banyak kekurangan, baik dari tulisan maupun
bahasan yang kami sajikan. Oleh karena itu mohon sarannya agar kami bisa membuat makalah
lebih baik lagi, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zaenal. 2012. Keluarga Sehat dalam Perspektif Islam. Jurnal Dakwah & Komunikasi.
Vol.6 No.1 Januari – Juni. ISSN: 1978-1261
Hilda, Lelya. 2014. Puasa dalam Kajian Islam dan Kesehatan. Vol. VIII, No. 01.
Kharisman, Abu Utsman. 2013. Ramadhan Bertabur Berkah. Probolinggo: Pustaka Hudaya.
Musfah, Jejen. 2004. Risalah Puasa, Mejadikan Bulan Ramadhan Sebagai Bulan Penuh
Pahala. Yogyakarta: Hijrah.
Nadwa. 2018. Puasa dan Pendidikan Agama Islam dalam Membangun Manusia Penaka
“Tuhan”: Tinjauan Kritis Terhadap Sisi Epistemologik dan Aksiologik
(Pembelajaran) Pendidikan Agama Islam. Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 12, Nomor
1.
Tuasikal, Muhammad Abduh. 2014. Syarat dan Rukun Puasa. Indonesia:Islam House.
Zakiah Ulfah. 2016. Manfaat Puasa dalam Perspektif Sunnah dan Kesehatan. Skripsi. Medan.
MAKALAH
Kelompok 9
Nama kelompok:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dengan materi atau dengan media harus sesuai dengan pembangunan karakter
menjalani kehidupan.
zaman sekarang yang sangat mengarah pada keaktifan dan kecerdasan siswa.
Oleh karena itu sifat fathonah jika dimiliki siswa, akan membuat siswa lebih
siswa dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru dan juga membuat
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoristis
Akhlak Islam berupa nilai dan sifat kebaikan yang dimiliki oleh seorang muslim
dan menghindari sifat-sifat buruk seperti ghibah, suka mencela, suka pamer serta
berkhianat. Kedudukan akhlak dalam Islam juga disebutkan dalam ayat-ayat Al-
qur'an dan juga hadits.
Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al
Hujurat: 13)
Akhlak dalam bentuk sikap ditunjukkan dalam perilaku yang baik terhadap
tetangga. Hubungan baik harus dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya.
"Selalu jibril berpesan-pesan kepadaku supaya baik terhadap tetangga ..." (HR
Bukhari dan Muslim)
Seorang muslim selain perlu berakhlak mulia juga kita harus bersikap jujur.
Penutup
Kesimpulan
Jadi kesimpulan dari akhlak mulia, mengerti tentang prilaku, sifat, perbuatan,
adab, dan sopan santun.
Daftar pustaka
https://wolipop.detik.com/hijab-update/d-5140963/hadits-tentang-akhlak-dan-
kejujuran-serta-keutamaannya
MAKALAH
DOSEN PEMBIMBING
Disusun oleh :
FAKULTAS EKONOMI
MANAJEMEN
2020/2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu kewajiban umat Islam, sebagaimana tersebut dalam rukun
Islam yang keempat. Zakat menjadi sumber dana bagi kesejahteraan umat terutama untuk
mengentaskan dari kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan sosial. Dalam al-Quran
terdapat 32 ayat zakat dan 82 kali diulang dengan mengunakan istilah yang merupakan sinonim
dari kata zakat, yaitu kata sedekah dan infak. Pengulangan tersebut mengandung maksud
bahwa zakat mempunyai kedudukan, fungsi dan peranan yang sangat penting dalam Islam.
Pada masa Rasulullah SAW, Khalifah Abu Bakar ibn Khattab dan Umar ibn Affan,
zakat di kelola oleh negara, bahwa pada masa kekhalifahan Abu Bakar ibn Khattab dilakukan
penyerangan terhadap penentang pembayar zakat. Kemudian seiring perkembangan wilayah
Islam diberlakukan sistem pajak yang disebut dengan jizyah yang pada mulanya hanya
diberlakukan kepada kalangan non muslim atas jaminan yang mereka terima dari negara.9 Pada
masa Khalifah Umar ibn Affan terjadi tatkala pasukan muslimin baru saja berhasil
menaklukkan Irak. Khalifah Umar, atas saran−saran pembantunya memutuskan untuk tidak
membagikan harta rampasan perang, termasuk tanah bekas wilayah taklukan. Tanah−tanah
yang direbut dengan kekuatan perang ditetapkan menjadi milik kaum muslimin. Sementara
tanah yang ditaklukkan dengan perjanjian damai tetap dianggap milik penduduk setempat.
Konsekuensinya, penduduk diwilayah Irak tersebut diwajibkan membayar pajak (kharaj),
bahkan sekalipun pemiliknya telah memeluk ajaran Islam. Inilah kiranya yang menjadi awal
berlakunya pajak bagi kaum muslimin di luar zakat.
Berdasarkan latar belakang di atas dapat penulis rumuskan permasalahan yang akan
menjadi inti dari pembahasan skripsi ini, yaitu:
1. Bagaimana konsep pemikiran Masdar Farid Mas’udi tentang zakat dan pajak?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menyingkap konsep zakat dan pajak dalam pemikiran Masdar Farid Mas’udi.
PEMBAHASAN
Para filosof abad ke-19 berpendapat, bahwa pajak diwajibkan atas dasar hubungan
timbal balik negara dengan masyarakat. Menurut para pendukung teori timbal balik, perjanjian
ilmiah yang kokoh antara negara dengan pembayar pajak mengemukakan berbagai aliran.
Mirabau berpendapat bahwa pajak adalah pembayaran di muka yang dilakukan oleh seseorang
terhadap perlindungan sekelompok manusia. Adam Smith menyatakan bahwa pajak adalah
perjanjian berbentuk pembayaran jasa atas pekerjaan. Montesque dan Hobes berpendapat
bahwa pajak adalah perjanjian berbentuk jaminan keamanan.
Teori ini mempunyai pandangan, bahwa negara melakukan fungsinya untuk melayani
kebutuhan masyarakat, tidak untuk kepentingan pribadi. Untuk melaksanakan fungsinya
negara memerlukan pembiayaan, oleh karena itu negara punya hak untuk mewajibkan
penduduknya atas dasar kedaulatan menanggung pembiayaan itu sesuai dengan tingkat
kemampuan masing-masing warganya.
Teori Persaudaraan
Masyarakat Islam ibarat satu bangunan yang kokoh dan kuat, yang satu menunjang
yang lainnya.Ia adalah satu keluarga,saling tolong menolong dan saling menjaga satu sama
lainnya, bahkan ia bagaikan satu jasad, bila satu keluarga menderita, maka semuanya
menderita.
ل ْب ْ بال َ ُكم ْن َيـ ْ بـ ا َل ُكم َ ْو ُوا أَم ْ ُكل ُوالتَأ َن ينآم َّ ذ َ َا ال يـه ُّ ا أَ َ ي
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan cara yang batil...
Terdapat beberapa perbedaan antara zakat dan pajak yang terpenting yaitu Zakat
mengandung arti suci, tumbuh, dan berkah. Orang yang mengeluarkan zakat, jiwanya bersih
dari sifat kikir, tamak, hartanya tidak kotor lagi, karena hak orang lain telah disisihkan dan
diberikan kepada yang berhak menerimanya
Dalam pandangan Islam pajak adalah utang, pajak tanah, dan sebagainya, yang dibayar
sehingga pajak adalah beban yang berat yang dipaksakan walaupun hasil pajak itu juga
dimanfaatkan untuk membangun dan kepentingan Negara. Ada dorongan yang membuat orang
tidak berkeberatan mengeluarkan zakat itu seperti
Artinya:
Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah, dan Allah tidak menyukai Setiap orang
yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.
Persamaan Zakat dan Pajak Pertama
Unsur Paksaan Seorang muslim yang memiliki harta yang telah memenuhi persyaratan
zakat, juga melalaikan atau tidak mau menunaikannya, penguasa yang diwakili oleh
para petugas zakat, wajib memaksanya.
Artinya :
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
merupakan syari’at yang telah dibawa oleh para Rasul terdahulu, lalu dikuatkan lagi
dalam Syari’at Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Makaa sebenarnya waktu syari’at
Islam tidak hanya melarang tradisi lama yang bertentangan dengannya, serta tidak semata-mata
mengadakan peraturan baru, tetapi dapat pula melestariakan syafa’atnya lama yang sangat
bermanfaat terhadap kehidupan umat Islam misalnya shalat, zakat, puasa, haji dan beberapa
bentuk muamalah, misalnya jual-beli, sewa menyewa dan sebagainya.
ْ هم َا إلَي ْن ْ َحيـ أَو َ ْ رنَا و َم ْ ُد َون بأ َه ْ أَئ َ مة يـ َ ُ اهم َ ْ لن َ َجع و َكانُوا َ َك اة و َ َّ الز َاء إيت َ َ َّ الص لة
و َام إق َ َ ات و ْر الخيـ ْ َل ْ َ فع ين َا َعاب د َ ل
Artinya :
Bab 3
KESIMPULAN
Sedangkan zakat itu dikeluarkan hanya bagi orang Islam dan diberikan kepada hanya
orang Islam juga. Sebab, zakat adalah kewajiban sebagai orang muslim. Sedangkan
pajak, tidak hanya terbatas pada umat muslim saja, tapi melihat kebijakan Negara
mengatur pajak dalam undangundang yang telah ditentukan. Melihat beberapa
perbedaan diatas, akhirnya muncul beberapa problem dalam pengeluaran zakat dan
pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Amrullah. (1999). Strategi Dakwah di Tengah Era reformasi menuju Indonesia
Baru dalam memasuki Abad 21. Bandung: SMF Dakwah IAIN Sunan Gunung Jati.
Ahmad, Zainal Abidin. (1979). Dasar-Dasar Ekonomi Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Al-Bukhari, Abi Abdillah Muhammad bin Isma’il. (t.th). Shahih al-Bukhari. Semarang:
Usaha Keluarga.
https://www.google.com/search?safe=strict&sxsrf=ALeKk01tca20PYyHNPn_Q8
0lh4aBfBbpsw:1600320750783&q=makalah+zakat+dan+pajak+untuk+kemaslah
atan+umat+islam&spell=1&sa=X&ved=2ahUKEwj144Gvu-_
MAKALAH
SEJARAH KEBUDAYAAN DAN PERADABAN ISLAM
Mata kuliah : Pendidikan Agama
Dosen pengampu : Akhmad Zamakhsari, MA. Pd
Disusun Oleh :
Nama NPM
IVAN ARDIANSYAH 1414152081
MARSHANDA YUSPITA S 1414152101
RIZKY MAULANA 1414153112
2020/2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan 1
C. Tujuan 1
BAB II. Pembahasan
A. Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW 2
B. Periode Mekah 4
C. Periode Madinah................. 7
DAFTAR PUSTAKA 11
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji kehadirat Allah SWT karena kehendak dan ridhanya, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya berupa nikmat iman dan nikmat islam, kesehatan dan kemampuan
berfikir serta nikmat-nikmat lainnya yang tak terhitung banyaknya. Sehingga makalah ini dapat
tersusun dan terselesaikan dengan lancar. Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni
Al-qur’an dan Sunnah untuk keselamatan didunia dan akherat.
Dalam makalah ini sekiranya masih banyak kekurangan dan kesalahan, hal ini
dikarenakan penulis masih dalam proes belajar. Kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya
sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah Nabi Muhammad SAW ?
2. Bagaimana masa Periode perjuangan dakwah di makkah ?
3. Bagaimana masa Periode perjuangan dakwah di madinah?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Sejarah Nabi kita Muhammad SAW
2. Untuk mengetahui masa periode Nabi Muhammad SAW di Makkah
3. Untuk mengetahui masa periode Nabi Muhammad SAW di Madinah
BAB II
PEMBAHASAN
Muhammad SAW adalah putra pasangan Abdullah bin Abdul Mutholib dan Siti
Aminah binti Wahab, yang semuanya berasal dari keluarga terhormat. Bapaknya (25
tahun) Meninggal di madinah ketika Muhammad masih dalam kandungan.23
Nabi Muhammad SAW di lahirkan pada tahun gajah- tahun ketika pasukan
gajah Abraha menyerang Mekah untuk menghancurkan ka’bah, namun pasukan
Abrahah mengalami kehancuran. Peristiwa itu terjadi kira-kira pada tahun 570 M. (12
Rabiul Awal). Merupakan suatu kebiasaan di antara orang-orang kaya dan kaum
bangsawan Arab bahwa ibu-ibu tidak mengasuh anak-anak mereka, tetapi mereka
mengirimkan anak-anak itu ke pedesaan untuk diasuh dan dibesarkan disana. Begitu
pula Muhammad, setelah di asuh beberapa lama oleh ibunya, beliau di percayakan
kepada Halimah binti Ab Dzuabi As-Sa’diah dari suku Banu Sa’ad untuk diasuh dan
di besarkan hingga usia 6 tahun. Ketika Muhammad dikembalikan kepada ibunya,
Aminah. Pada waktu itu, ibunya bermaksud menziarahi makam suaminya di madinah,
tempat suaminya di makamkan. Namun di tengah perjalanan yaitu di Abw-Madinah,
Aminah menderita sakit dan menghembuskan nafas yang terakhir di sana. Dengan
demikian pada usia 6 tahun, Muhammad sudah kehilangan kedua orang tuanya.24
Setelah Aminah meninggal, abdul Mutholib mengambil alih tenggung jawab
merawat Muhammad. Namun 2 tahun kemudian abdul Mutholib meninggal dunia
karena renta. Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Tholib.
Seperti hal nya abdul Mutholib, sang paman sangat di segani dan di hormati orang
Quraisy dan penduduk mekah secara keseluruhan, walaupun beliau tergolong
keluarga tidak mampu(miskin). Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai
23
Dhurrorudin mashad, Mutiara hikmah kisah 25 rosul. Hlm 242
24
Syed Mahmudunnasir. Islam Its Concepts & History. New Delhi: Kitab Bhavan, 1981, hlm. 75
pengembala kambing milik keluarganya dan kambing penduduk mekah. Melalui
kegiatan pengembalaan ini, beliau menemukan tempat untuk berfikir dan merenung.
Dalam suasana demikian, beliau ingin melihat sesuatu di balik semuanya. Pemikiran
dan perenungan ini membuatnya jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga
beliau terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya. Oleh karena
itu, sejak muda beliau sudah dijuliki al-Amin, orang yang terpercaya.25
Selanjutnya, Nabi Muhammad melakukan perjalanan (usaha) untuk pertama
kali dalam khafilah dagang ke Siria (syam) dalam usia baru 12 tahun. Khafilah itu
dipimpin oleh abu Thalib. Dalam perjalanan ini, di Bushra, sebelah selatan siria beliau
bertemu dengan pendeta kristen bernama Buhairah. Pendeta ini melihat tanda-tanda
kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagian
sumber menceritakan bahwa pendeta itu menasehati Abu Tholib agar tidak terlalu
jauh memasuki daerah siria, sebab dikhawatirkan orang-orang yahudi yang
mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat jahat terhadapnya. Perkiraan pendeta
tersebut akhirnya dibuktikan dengan sejarah kenabian Muhammad sampai sekarang.
Ketika nabi Muhammad berusia 25 tahun, beliau berangkat ke siria membawa
barang dagangan milik seorang saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda,
Khodijah. Dalam perdagangan ini, Muhammad memperoleh laba yang sangat besar.
Itu semua berkat kejujuran dan keagungan pekerti Muhammad. Mendengar cerita
maesaroh, abdi yang disertakan dalam misi dagang, Khadijah dengan langsung
kesengsem bin kepincut (tertarik dan merasa suka) pada pekerti Muhammad.
Khodijah kemudian melamarnya. Lamaran itu diterima dan perkawinan segera
dilaksanakan. Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun dan khodijah 40 tahun. Dalam
perkembangan selanjutnya, Khodijah adalah wanita pertama yang masuk islam dan
banyak membantu nabi dalam perjuangan menyebarkan islam. Perkawinan bahagia
dan saling mencintai itu dikaruniai 6 orang anak, 2 putra dan 4 putri: Qasim, Abdullah,
Zainab, Ruqoyah, Umu Kulsum dan Fatimah. Kedua putranya meninggal waktu kecil.
Nabi Muhammad tidak menikah lagi sampai Khodijah meninggal ketika Muhammad
berusia 50 tahun.
Fase kenabian Nabi Muhammad dimulai ketika beliau bertahanus atau menyepi
di gua Hira, sebagai imbas keprihatinan beliau melihat keadaan bangsa Arab yang
menyembah berhala. Ditempat inilah beliau menerima wahyu pertama, yang berupa
25
Ibid. lihat pula badri yatim, op. cit., hlm. 17
surah Al-‘Alaq ayat 1-5. Dengan wahyu yang pertama ini, maka beliau telah diangkat
menjadi Nabi, utusan Allah. Pada saat itu, Nabi Muhammad belum di perintahkan
untuk menyeru kepada umatnya, namun setelah turun wahyu kedua, yaitu surah Al-
Muddatstsir ayat 1-7, Nabi Muhammad diangkat menjadi Rosul yang harus
berdakwah. Dalam hal ini dakwah Nabi Muhammad dibagi menjadi dua periode,26
yaitu:
1. Periode Mekah, cirri pokok dari periode ini adalah pembinaan dan
pendidikan tauhid (dalam arti luas) ;
2. Periode Madinah, ciri pokok dari periode ini adalah pendidikan sosial dan
politik (dalam arti luas).
B. Periode Mekah
Pada periode ini, tiga tahun pertama, dakwah islam dilakukan secara sembunyi-
sembunyi. Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah islam di lingkungan
keluarga, mula-mula istri beliau sendiri, yaitu Khadijah yang menerima dakwah
beliau, kemudan Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar sahabat beliau, lalu Zaid bekas budak
beliau. Disamping itu, juga banyak orang masuk islam dengan perantaraan Abu Bakar
yang terkenal dengan julukan Assabiqunal Awwalun27(orang-orang yang lebih dahulu
masuk Islam), mereka adalah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwan, Sa’ad bin Abi
Waqqash, Abdur Rahman bin Auf, Arqam bin Abil Arqam, yang rumahnya dijadikan
markas untuk berdakwah (rumah Arqam).
Kemudian setelah turun ayat 94 Surah Al-Hijr, Nabi Muhammad memulai
berdakwah secara terang-terangan.
“ Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (QS. Al-
Hijr:94).”
Namun dakwah yang dilakukan beliau tidak mudah karena mendapat tantangan
dari kaum kafir Quraisy. Hal tersebut timbul karena beberapa factor, yaitu sebagai
berikut:
26
Prof. Dr. A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 1, hlm. 84, 87.
27
Dr. Ali Mufrodi, Islam di kawasan kebudayaan Arab, hlm. 20.
1. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka
mengira bahwa tunduk pada seruan Nabi Muhammad berarti tunduk kepada
kepemimpinan Bani Abdul Muthalib.
2. Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba
sahaya.
3. Para pemimpin Quraisy tidak mau percaya ataupun mengakui serta tidak
menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
4. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat akar pada
bangsa arab,sehingga sangat berat bagi mereka untuk meninggalkan agama
nenek moyang dan mengikuti agama islam.
5. Pemahat dan penjual patung memandang islam sebagai penghalang rezeki.
Banyak cara dan upaya yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk
mencegah dakwah Nabi Muhammad SAW, namun selalu gagal, baik secara
diplomatik dan bujuk rayu maupun tindakan-tindakan kekerasan secara
fisik. Puncak dari segala cara itu adalah dengan di berlakukannya
pemboikotan terhadap Bani Hasyim yang merupakan tempat Nabi
Muhammad berlindung. Pemboikotan ini baru berhenti setelah kaum
Quraisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sangat keterlaluan,
terlebih setelah meninggalnya dua orang yang selalu melindungi dan
menyokong Nabi Muhammad dari orang-orang kafir, yaitu paman beliau,
Abu Tholib, dan istri tercinta beliau, Khadijah. Peristiwa itu terjadi pada
tahun kesepuluh kenabian. Tahun ini merupakan tahun kesedihan bagi Nabi
Muhammad SAW sehingga dinamakan Amul Khuzn.28
Karena di mekah dakwah nabi Muhammad SAW mendapat rintangan
dan tekanan, pada akhirnya nabi memutuskan untuk berdakwah di luar
mekah. Namun, di Thaif beliau di caci dan dilempari batu sampai beliau
terluka. Hal ini semua hampir menyebabkan Nabi Muhammad putus asa,
sehingga untuk menguatkan hati beliau, Allah mengutus dan mengisra’ dan
memi’rajkan beliau pada tahun kesepuluh kenabian itu. Berita tentang isra’
dan mi’raj ini menggemparkan masyarakat mekah. Bagi orang kafir,
peristiwa itu dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan Nabi
28
Dr. Ali Mufrodi, Islam di kawasan kebudayaan arab, hlm.20.
Muhammad SAW. Sedangkan bagi orang yang beriman ini merupakan ujian
keimanan.
Setelah peristiwa Isra’ dan Mi;raj, suatu perkembangan besar bagi
kemajuan dakwah islam terjadi, yaitu dengan datangnya sejumlah penduduk
Yatsrib (Madinah) untuk berhaji ke Mekah. Mereka terdiri dari dua suku
yang saling bermusuhan, yaitu suku Aus dan Khazraj 29 yang masuk islam
dalam tiga gelombang. Pada gelombang pertama pada tahun kesepuluh
kenabian , mereka datang untuk memeluk agama islam dan menerapkan
ajarannya sebagai upaya untuk mendamaikan permusuhan antara kedua
suku. Mereka kemudian mendakwahkan islam di yatsrib. Gelombang
kedua, pada tahun ke 12 kenabian mereka datang kembali menemui nabi
dan mengadakan perjanjian yang dikenal dengan perjanjian (Aqabah
Pertama), yang berisi ikrar kesetiaan. Rombongan ini kemudian kembali ke
yatsrib sebagai juru dakwah disertai oleh mus’ab bin umair yang diutus oleh
nabi untuk berdakwah bersama mereka. Gelombang ke tiga, pada tahun ke-
13 kenabian, mereka datang kembali kepada nabi untuk menyampaikan
pesan yang harus disampaikan kepada Nabi Muhammad saw. Pesan itu
adalah berupa permintaan masyarakat Yatsrib agar Nabi Muhammad saw,
bersedia datang ke kota mereka, memberikan penerangan tentang ajaran
Islam dan sebagainya. Nabi pun akhirnya menyetujui usul mereka untuk
berhijrah. Perjanjian ini disebut perjanjian (Aqabah kedua) karena terjadi
pada tempat yang sama.30
Akhirnya nabi Muhammad bersama kurang lebih 150 kaum muslimin
berhijrah ke yatsrib. Dan ketika sampai disana, sebagai penghormatan
kepada nabi Muhammad , Nama Yatsrib di rubah menjadi Madinah.31
Demikian periode mekah terjadi. Dalam periode ini Nabi Muhammad SAW
mengalami hambatan dan kesulitan dalam berdakwah islamiyah. Dalam
periode ini nabi Muhammad belum berfikir untuk menyusun suatu
masyarakat islam yang teratur, karena perhatian Nabi Muhammad lebih
terfokus pada penanaman teologi atau keimanan masyarakat.
29
Prof. Dr. A.S yalabi, ibid., hlm.104.
30
Prof. Dr. A. Syalabi, ibid., hlm.106.
31
Dr. Badri Yatim, M.A, Sejarah peradaban islam, hlm. 25.
C. Periode Madinah
Dalam periode ini, pengembangan Islam lebih ditekankan pada dasar-dasar
pendidikan masyarakat Islam dan pendidikan sosial kemasyarakatan. Oleh
karena itu, Nabi kemudian meletakkan dasar-dasar masyarakat Islam di
Madinah, sebagai berikut.
1. Mendirikan Masjid.
Tujuan Rasulullah mendirikan masjid adalah untuk mempersatukan
umat Islam dalam satu majelis, sehingga di majelis ini umat Islam bias
bersama-sama melaksanakan shalat berjama’ah secara teratur, mengadili
perkara-perkara dan bermusyawarah. Masjid ini memegang peranan penting
untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempererat tali ukhuwah
Islamiyah.
2. Mempersatukan dan mempersaudarakan antara kaum Anshar dan
Muhajirin.
Rasulullah mempersatukan keluarga-keluarga Islam yang terdiri dari
Muhajirin dan Anshar. Dengan cara mempersaudarakan antara kaum Ansar
dan Muhajirin yang berdasarkan agama pengganti persaudaraan yang
berdasar kesukuan seperti sebelumnya.
3. Perjanjian saling membantu antara sesama kaum muslimin dan bukan
muslimin.
Nabi Muhammad hendak menciptakan toleransi antargolongan yang ada
di Madinah, oleh karena itu Nabi membuat perjanjian antara kaum muslimin
dan nonmuslimin.
Menurut Ibnu Hasyim, isi perjanjian tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Pengakuan atas hak pribadi keagamaan dan politik.
b. Kebebasan beragama terjamin untuk semua umat.
c. Adalah kewajiban penduduk Madinah, baik muslim maupun
nonmuslim, dalam hal moril maupun materil. Mereka harus bahu-
membahu menangkis semua serangan terhadap kota mereka
(Madinah).
d. Rasulullah adalah pemimpin umum bagi penduduk Madinah.
Kepada beliaulah dibawa segala perkara dan perselisihan yang besar
untuk untuk diselesaikan.32
4. Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, dan social untuk masyarakat baru.
Ketika masyarakat Islam terbentuk maka diperlukan dasar-dasar yang
kuat bagi masyarakat yang baru terbentuk tersebut. Oleh karena itu ayat-
ayat Al-Qur’an yang diturunkan dalam periode ini terutama ditujukan
kepada pembinaan hukum. Ayat-ayat ini kemudian diberi penjelasan oleh
Rasulullah, baik dengan lisan maupun dengan perbuatan beliau sehingga
terdapat dua sumber hukum dalam Islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadist. Dari
kedua sumber hukum Islam tersebut didapat suatu sistem untuk bidang
politik, yaitu musyawarah. Dan untuk bidang ekonomi dititikberatkan pada
jaminan keadilan sosial, serta dalam bidang kemasyarakatan, diletakkan
pula dasar-dasar persamaan derajat antara masyarakat atau manusia, dengan
penekanan bahwa yang menentuksn derajat manusia adalah ketakwaan.
Namun Sikap ingkar janji yang dilakukan kaum Yahudi mulai terlihat,
ketika terjadinya perang pertama dalam sejarah Islam yang dikenal dengan
perang badr, yakni perang antara kaum muslimin dengan musyrik quraisy
pada tanggal 8 Ramadhan tahun kedua hijriyah, di daerah Badar, kurang
lebih 120 km dari Madinah. Dalam peperangan ini kaum muslimin menang
atas kaum musyrikin. Namun, orang-orang Mekkah memerangi nabi. Bukti
penyelewengan kaum Yahudi yang lain adalah pada waktu terjadi perang
Uhud, dimana kaum Yahudi berjumlah 300 orang dengan pemimpin
Abdullah bin Ubay keluar kota. Sebagian besar mereka mengungsi ke
Khaibar. Sedangkan suku Yahudi lainnya, yaitu Bani quraizah, masih tetep
berada di Madinah.
Pengkhianatan kaum Yahudi yang lain adalah dengan bergabungnya
kaum Yahudi dengan orang-orang kafir untuk menyerang Madinah (perang
Ahzab atau perang Khandak). Dalam suasana kritis ini, orang-orang Yahudi
Bani Quraizah di bawah pimpinan Ka’ab bin Asad berkhianat. Namun usaha
pengepungan tidak berhasil, yang pada akhirnya dihentikan. Sementara itu,
pengkhinat-pengkhianat Yahudi Bani Quraizah dijatuhi hukuman mati.
32
Prof. Dr. A. Syalabi, ibid., hlm.117-120.
Perjanjian Hudaibiyah
Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, nabi Muhammad
dengan sekitar seribu kaum muslimin berangkat ke mekah bukan untuk
berperang, tetapi untuk melaksanakan ibadah umrah, namun penduduk
mekah tidak mengizinkan mereka masuk kota. Akhirnya, diadakan
perjanjian Hudaibiyah yang isinya antara lain sebagai berikut.
1. Kaum muslimin belum boleh mengunjungi ka’bah tahun itu, tetapi
ditangguhkan sampai tahun depan.
2. Tiap kabilah yang ingin masuk ke dalam persekutuan kaum quraisy atau
kaum muslimin, bebas melakukannya tanpa mendapat rintangan.33
3. Kaum muslimin wajib mengembalikan orang-orang Mekah yang
melarikan diri ke Madinah, namun sebaliknya, pihak Quraisy tidak
harus menolak orang-orang Madinah yang kembali ke Mekah.
4. Selama sepuluh tahun diberlakukan gencatan senjata antara masyarakat
Madinah dan Mekah.
5. Kesepakatan ini disetujui kedua belah pihak dan tidak boleh ada
penghianatan atau pelanggaran
Dengan perjanjian ini, harapan untuk mengambil alih Ka’bah
dan menguasai Mekah smakin terbuka. Ada dua factor pokok yang
mendorong kebijaksanaa ini; pertama, Mekah adalah pusat keagamaan
bangsa Arab dan melalui konsolidasi bangsa Arab dalam Islam, Islam
bias tersebar keluar. Kedua, Apabila suku Quraisy dapat di Islamkan,
Islam akan memperoleh dukungan yang kuat karena orang-orang
Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar.
Fathu makah
Setelah dua tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah
islam sudahmenjangkau seluruh jazirah arab, hingga akhir ke pelosok
jazirah arab. Hal tersebut membuat orang-orangkafir mekah khawatie
dan merasa terpojok, oleh karena itu, orang-orang kafir quraisy secara
sepihak melanggar perjanjian Hdaibiyah. Melihat hal ini, Nabi
kemudian bersama dengan sepuluh tentara bertolak ke mekah untuk
33
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Litera Antarnusa,1990, hlm. 402-403. Juga
Dr. Badri Yatim. M.A., Sejarah peradaban Islam, hlm. 30
meghadapi kaum kafir. Dan tanpa perlawanan berarti nabipin dapat
menguasai mekah. Meski demikian masih ada dua suku arab yang masi
menentang, yaitu Bani Tsaqit dan Bani Hawazin.34 Kedua suku ini
kemudian bersatu untuk memerangi islam. Mereka ingin menuntut atas
penghancuran berhala-berhala dengan melakukan penyerbuan terhadap
mekah. Akan tetapi, mereka dapat dengan mudah di takhlukan.
Melihat kenyataan bahwa kekuasaan islam mulai mengancam
wilayah romawi, maka Heraclius menyusun pasukan untuk
mengantisipasinya. Namun setelah melihat kekuatan pasukan islam,
akhirnya mereka mengurungkan diri.
34
Dr. Badri Yatim. M. A., hlm. 32-33.
DAFTAR PUSTAKA
Disussun Oleh :
JURUSAN MANAJEMEN
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2
C. Cara mengaplikasikan Cinta Tanah Air dan Persatuan Bangsa menurut agama islam
151
Assalamualaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun. Tak
lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad
SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Penulisan makalah berjudul ‘Cinta Tanah Air dan Persatuan Bangsa’ bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Pada makalah diuraikan surat Ar-
Rahman beserta terjemah dan maknanya. Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan
umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
berbagai pihak. Aamiin.
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rasa cinta tanah air perlu ditanamkan kepada anak sejak usia dini baik di PAUD
Non Formal, TK atau RA agar sebagai generasi penerus bangsa dapat mewujudkan
sikap dan tingkah laku yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat dan menghindari
penyimpangan - penyimpangan sosial yang dapat merusak norma-norma dan nilai-nilai
kebudayaan Indonesia. Karena peyimpangan-penyimpangan bukan hanya merugikan
diri sendiri tapi juga dapat merugikan masyarakat bahkan negara, serta mampu
menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan dan norma-normanya. Karena nilai-nilai
kebudayaan bangsa mencerminkan cinta kita terhadap bangsa dan negara. Rasa Cinta
Tanah Air dapat ditanamkan kepada anak melalui Tema Tanah Airku, misalnya dengan
upacara sederhana setiap hari Senin dengan menghormat bendera Merah Putih,
menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan mengucapkan Pancasila.
Kegiatan lain adalah memperingati hari besar nasional dengan kegiatan lomba atau
pentas budaya, mengenalkan aneka kebudayaan bangsa secara sederhana dengan
menunjukkan miniatur candi dan menceritakannya, gambar rumah dan pakaian adat,
mengenakan pakaian adat pada hari Kartini, serta mengunjungi museum terdekat,
mengenal para pahlawan melalui bercerita atau bermain peran. Bisa juga diintegrasikan
dalam tema lain melalui pembiasaan sikap dan perilaku, misalnya menjaga kebersihan
dan kelestarian lingkungan, menyayangi sesama penganut agama, menyanyangi sesama
dan makhluk Tuhan yang lain, tenggang rasa dan menghormati orang lain. Menciptakan
kedamaian bangsa adalah juga perwujudan rasa cinta tanah air. 1 Peningkatan
kesadaran masyarakat akan nilai-nilai luhur budaya bangsa adalah sarana untuk
membangkitkan semangat nasionalisme dan cinta tanah air, yang dapat dilakukan
dengan senantiasa memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan bernegara dalam
kehidupan bermasyarakat.
Kehendak bangsa untuk bersatu dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia
merupakan sarat utama dalam mewujudkan nasionalisme. Dengan demikian, tidak pada
tempatnya untuk mempersoalkan perbedaan suku, agama, ras, budaya dan golongan.
Kehendak untuk bersatu sebagai suatu bangsa memiliki konsekuensi siap
mengorbankan kepentingan pribadi demi menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan
kesatuan.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Cinta Tanah Air dan Persatuan Bangsa?
b. Apa pandangan islam mengenai Cinta Tanah Air dan Persatuan Bangsa?
c. Bagaimana mengaplikasikan Cinta Tanah Air dan Persatuan Bangsa menurut
agama islam?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan fakta permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui peran guru dalam menanamkan rasa Cinta Tanah Air dan
Persatuan Bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN
Ada pun wujud cinta tanah air yang dapat dilakukan oleh warga negara adalah
memelihara sarana – prasarana umum dengan tidak merusaknya, menciptakan suasana
aman dan damai dalam kehidupan bersosial/bermasyarakat dengan toleran dan
tenggang rasa, menghargai jasa pahlawan, serta berkarakter Indonesia dengan
menerapkan 5S ( senyum, salam, sapa, sopan, santun) berjiwa Pancasila, Bhinneka
Tunggal Ika, dan menaati peraturan undang undang yang berlaku, dan sebagainya.
Sedangkan sebagai generasi muda yang masih sekolah atau pelajar dan yang
sedang berkuliah atau seorang mahasiswa sikap cinta tanah air dapat diwujudkan
dengan banyak ragam cara, di antaranya belajar dengan rajin, mengikuti upacara
bendera, taat terhadap perintah Tuhan, saling menyayangi antar sesama, menghormati
orang tua dan guru, menghargai jasa para pahlawan, menjadi pelajar yang
membanggakan Indonesia dengan berprestasi baik dalam bidang akademik maupun
nonakademik, tidak bersikap kebarat-baratan, berjiwa Indonesia dan Pancasila,
berpegang pada bhineka tunggal ika, dan sebagainya.
َظون ُ عَ وا َما يُو ۟ ُوا مِ ن ِد ٰيَ ِر ُكم هما فَعَلُوهُ إِ هال قَلِي ٌل ِم ْن ُه ْم ۖ َولَ ْو أَنه ُه ْم فَعَل
۟ ٱخ ُر ُج َ ُعلَ ْي ِه ْم أ َ ِن ٱ ْقتُلُ َٰٓو ۟ا أَنف
ْ س ُك ْم أ َ ِو َ َولَ ْو أَنها َكت َ ْبنَا
شده تَثْبِيتًا
َ َ بِِۦه لَ َكانَ َخي ًْرا له ُه ْم َوأ
Artinya : “ Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka: "Bunuhlah
dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu", niscaya mereka tidak akan
melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sesungguhnya kalau mereka
melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian
itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka). “(Qs. An –
Nisa:66).
Seakan Allah ta’ala berfirman seandainya aku perintahkan kepada mereka
salah satu dari 2 kesulitan terbesar di alam semesta maka mereka pasti tidak akan
melaksanakannya dua kesulitan terbesar itu adalah bunuh diri dan meninggalkan
tanah air.” Allah menjadikan kesulitan untuk melakukan bunuh diri sama persis
dengan kesulitan meninggalkan tanah air. Meninggalkan tanah air bagi sebagian
orang yang berakal adalah perkara yang sangat sulit sekali sama seperti sakitnya
bunuh diri. Hal ini menunjukkan bahwa mencintai tanah air merupakan perkara
yang sangat dalam maknanya pada setiap diri manusia.
C. Cara mengaplikasikan Cinta Tanah Air dan Persatuan Bangsa menurut agama
islam
Menurut Saleh bin Ali Abu Arrad (Guru Besar Pendidikan Islam di Abha) bahwa
seluruh warga negara memiliki kewajiban yang sama untuk menjunjung tinggi tanah
airnya, yaitu dngan cara sebagai berikut:
1. Mendidik segenap warga sedini mungkin untuk cinta tanah air, antara lain dengan
merespon segala bentuk kebaikan dengan kebaikan lagi. Sebagaimana Alquran
َ ْسان إ َّل ْاْلح
telah mengajarkan: سا ُن َ “ ه َْل َجزَ ا ُء ْاْل ْحTidak ada balasan kebaikan kecuali
kebaikan (pula).” (QS Ar-Rahman: 60).
2. Membina rasa saling mencintai di antara sesama anak bangsa dimana pun berada,
sehingga tercipta suasana kerukunan, persaudaraan yang sinergi dan kompak dalam
menghadapi berbagai situasi dan kondisi yang berbeda-beda.
3. Menanamkan kecintaan pada tanah air sedini mungkin, memperjelas makna cinta
tersebut, dan menunjukkan jalannya yang optimal melalui berbagai institusi
pendidikan di masyarakat, seperti keluarga, sekolah, masjid, klub, tempat kerja,
serta melalui berbagai media, baik berupa bacaan maupun audio visual.
4. Setiap anak bangsa bekerja dengan sungguh-sungguh, melaksanakan segala tugas
dan kewajibannya, demi kehidupan yang berguna bagi tanah airnya.
5. Menanamkan kepada anak bangsa untuk menghargai kekayaan bangsa dan apa
yang dimilikinya serta melestarikan segala fasilitas yang ada di dalamnya, sehingga
semua warga negara dapat menikmatinya.
6. Berkontribusi aktif dan positif terhadap segala sesuatu yang mengabdi dan
memuliakan bangsa, dalam bidang apapun, baik kontribusi verbal, praktis maupun
intelektual. Karena pada dasarnya setiap warga harus berkarya yang berguna bagi
dirinya dan tanah airnya.
7. Menangani setiap masalah yang mengarah pada pelanggaran keamanan dan
keselamatan tanah air dengan cara-cara yang dibenarkan syariat dan peraturan yang
berlaku di suatu negara.
8. Membela tanah air dalam situasi bagaimanapun, dan mempertahankannya
dilakukan baik dengan kata-kata atau dengan tindakan.
Semua manifestasi kecintaan terhadap tanah air itu harus di dasarkan dalam koridor
syariat Islam dan tidak bertentangan dengan segala peraturan yang ada.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa Rasa cinta tanah air perlu
ditanamkan kepada anak sejak usia dini agar dapat mewujudkan sikap-sikap tingkah
laku yang bermanfaat dan menghindari penyimpangan sosial yang dapat merusak
norma dan nilai budaya Indonesia. Dan menambah tingkat kesadaran masyarakat akan
nilai norma dan budaya Indonesia yang terutama dalam mewujudkan nasionalisme.
Nilai-nilai kebudayaan bangsa mencerminkan cinta kita terhadap bangsa dan negara.
Contoh kita mengekpresikan Rasa Cinta Tanah Air yaitu adalah memperingati hari
besar nasional dengan kegiatan lomba atau pentas budaya dan mengenalkan aneka
kebudayaan bangsa secara sederhana.
Disisi lain bahwa mencintai tanah air bukan hanya karena tabiat, tetapi juga lahir
dari bentuk dari keimanan kita. Karenanya, jika kita mengaku diri sebagai orang yang
beriman, maka mencintai Indonesia sebagai tanah air yang jelas-jelas penduduknya
mayoritas Muslim.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.nu.or.id/post/read/91739/cinta-tanah-air-dalam-ajaran-islam
https://ahmadiyah.id/khilafat/masroor-ahmad/cinta-tanah-air-menurut-ajaran-islam
https://kangsantri.id/cinta-tanah-air-perspektif-al-quran-dan-hadits/
https://tafsirweb.com/1598-quran-surat-an-nisa-ayat-66.html
https://tafsirweb.com/707-quran-surat-al-baqarah-ayat-191.html
https://gomuslim.co.id/read/belajar_islam/2020/08/13/21064/-p-ini-dalil-cinta-tanah-air-
dalam-alquran-dan-hadits-p-.html
https://www.kompasiana.com/idriskamisopa/5929804f8e7e61c67214ba46/cinta-tanah-air
http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2012-1-86207-153408254-bab1-29082012030122.pdf
post/read/91739/cinta-tanah-air-dalam-ajaran-islam
Kelompok 13
A. Pengertian
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”.
Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak
menciptakan perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985:850). Bila pemaknaan tersebut
dijadikan pegangan, maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh
masyarakat manusia.
Kerukunan dalam Islam diberi istilah "tasamuh" atau toleransi. Sehingga yang di
maksud dengan toleransi ialah kerukunan sosial kemasyarakatan, bukan dalam bidang aqidah
Islamiyah (keimanan), karena aqidah telah digariskan secara jelas dan tegas di dalam Al Qur'an
dan Al Hadits.
Kerukunan dan keberagaman umat beragama di Indonesia tercermin dalam
semboyannya yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”.
Didalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat-ayat yang menunjukkan manusia untuk hidup
rukun. Diantaranya Qs. Al-Hujurot ayat 13, Qs. Al-Maidah ayat 48 dan 82, Qs. Ar-Rum ayat
22, Qs. Al-Baqoroh 256, Qs. Al-Kafirun ayat 6, dan masih banyak lagi. Namun pada
kesempatan kali ini, pemakalah hanya akan mencoba menganalisis dari Qs. Al-Hujurot ayat 13
dan Qs. Al-Maidah ayat 2.
َ خ ل َ ق ْ ن َا ك ُ ْم ِم ْن ذ َ ك ٍَر َو أ ُن ْ ث َ ٰى َو
ج ع َ ل ْ ن َا ك ُ ْم ش ُ ع ُ و ب ًا َو ق َ ب َ ا ئ ِ َل لِ ت َع َ ا َر ف ُ وا ۚ إ ِ هن أ َكْ َر َم ك ُ ْم ُ ي َ ا أ َي ُّ هَ ا ال ن ه
َ اس إ ِ ن ه ا
خ ب ِ ي ٌرَ ٌِع ن ْ د َ َّللاه ِ أ َت ْ ق َ ا ك ُ ْم ۚ إ ِ هن َّللاه َ ع َ لِ ي م
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.”[2] (Qs. Al-Hujurot ayat 13).
2. H.R Abu Daud
:سلَّ َم
َ علَ ْي ِه َو
َ ُصلَّى هللا
َ َّللا ُ قِي َل ل َِر:ََقال
ِ َّ سو ِل
ََُس ْمحة
َّ ا ْل َحنِي ِفيَّةُ ال:ََّللا؟ َقال ِ َي ْاْل َ ْدي
ُّ ان أَح
ِ َّ َب إِلَى ُّ َأ
Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq dari Dawud bin Al Hushain
dari Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; Ditanyakan kepada Rasulullah Saw.
“Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?” maka beliau bersabda: “Al - Hanifiyyah
As - Samhah (yang lurus lagi toleran)” (HR. Abu Daud)
َاوةً ِللَّ ِذينَ آ َمنُوا ا ْليَ ُهو َد َوالَّ ِذينَ أَش َْركُوا َولَت َ ِجدَنَّ أ َ ْق َربَ ُه ْم َم َو َّدةً ِللَّ ِذينَ آ َمنُوا الَّ ِذينَ َقالُوا إِنَّا
َ عد َ اس ِ َّش َّد النَ َلَتَ ِجدَنَّ أ
)82( َست َ ْكبِ ُرون ْ َسينَ َو ُر ْهبَانًا َوأَنَّ ُه ْم ََل ي
ِ سِي ِّ َارى ذَ ِلكَ بِأَنَّ مِ ْن ُه ْم ِق َ نَص
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-
orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik Dan sesungguhnya
kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah
orang-orang yang berkata, "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.” Yang demikian itu
disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan
rahib-rahib, (juga.) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.”
Ibnu Abu Hatim mengatakan, ayahnya pernah menceritakan bahwa telah menceritakan
kepada kami Yahya ibnu Abdul Hamid Al-Khani, telah menceritakan kepada kami Nadir ibnu
Ziyad At-Ta-i, telah menceritakan kepada kami Silt Ad-Dahhan, dari Jasimah ibnu Ri-ab yang
mengatakan bahwa ia pernah mendengar sahabat Salman ditanya mengenai firman-Nya: Yang
demikian itu disebabkan di antara mereka (orang-orang Nasrani) itu terdapat pendeta-pendeta
dan rahib-rdhib. (Al-Maidah: 82) Maka Salman berkata bahwa mereka adalah para rahib yang
tinggal di dalam gereja-gereja dan bekas-bekas peninggalan di masa lalu, biarkanlah mereka
tinggal di dalamnya. Salman mengatakan, dia pernah membacakan kepada Nabi Saw. firman-
Nya:
سينَ َو ُر ْهبَانًا ِّ ذَ ِلكَ بِأَنَّ مِ ْن ُه ْم ِق
ِ سِي
Yang demikian itu disebabkan di antara mereka (orang-orang Nasrani) itu terdapat pendeta-
pendeta. (Al-Maidah: 82)
Ayat ini mengandung penjelasan mengenai sifat mereka, bahwa di kalangan mereka
terdapat ilmu, dan mereka adalah ahli ibadah serta orang-orang yang rendah diri.
C. Analisis
Dari tafsiran Qs. Al-Hujurot dapat kita analisis bahwa Allah menciptakan manusia di
dunia ini berbeda-beda dengan tujuan agar saling mengenal, melakukan tindakan muamalah
secara manusiawi. Dalam ayat tersebut juga menunjukkan bahwa Islam pada esensinya
memandang manusia dan kemanusiaan secara sangat positif dan optimistis. Menurut islam,
manusia berasal dari satu asal yang sama: keturunan Adam dan Hawa. Meski berasal dari nenek
moyang yang sama, tetapi kemudian manusia menjadi bersuku-suku, berkaum-kaum atau
berbagsa-bangsa lengkap dengan kebudayaan dan peradaban suku masing-masing. Semua
perbedaan ini selanjutnya mendorong mereka untuk kenal mengenal dan menumbuhkan
apresiasi serta respek satu sama-lain. Perbedaan diantara menumbuhkan apresiasi serta respek
tersebut hanyalah ketaqwaan kepadaNya.[5]
Sedangkan dalam Qs. Al-Maidah ayat 82 menunjukkan kemesraan hubungan Islam dan
Kristen, yang dilakukan oleh Nabi Muhammad bersama umat kristiani di masanya. Betapa
sikap saling menghormati, melindungi dan tolong menolong, bahkan dalam soal pelaksanaan
ritual peribadatanpun telah dikukuhkan oleh Nabi semenjak awal kehadiran islam. Sejarah
keharmonisan itu seharusnya menjadi modal berharga dan inspirasi bagi pembentukan
kehidupan damai antara Islam dan Kristen di Indonesia yang kini kerap dilanda konflik dan
ketegangan.[6]
Kedua penafsiran ayat diatas, meskipun tidak secara langsung pemikiran teologis yang
menawarkan pandangan inkluvisme dan pluralisme keberagaman akan ikut meredam konflik
dan bisa jadi justru seseorang akan lebih dewassa dalam mengapresiasi agamanya. Dahulu
orang inggris mempunyai nasehat pada anak mudanya untuk merantau memperluas horizon. If
you know only england, you dont know england. Ungkapan ini bisa diubah kalau kita ingin
lebih bisa mengapresiasi dan memahami agama kita sendiri, kita perlu memahami dan bergaul
dengan pemeluk agama lain. Sejarah peradaban islam membuktikan masa-masa paling
produktif dalam pemikiran Islam justru ketika dunia Islam membuka diri terhadap dunia luar,
terutama terhadap dunia peradaban Yunani.[7]
PENUTUP
Kesimpulan
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”.
Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak
menciptakan perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985:850) Kerukunan dalam Islam
diberi istilah "tasamuh" atau toleransi.
Sebagaimana yang telah tersebut didalam Al-Qur’an, apabila kita menyadari bahwa
perbedaan adalah sebuah keniscayaan untuk saling mengenal, tolong menolong, dan berbuat
baik kepada sesama maka akan terwujud suatu kerukunan bukan malah menjadikan perbedaan
itu sebuah konflik yang terus dibesar-besarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Tafsir Al-Azhar Juzu’ ke 26, Surabaya: cetakan kedua,
1982
Departemen Agama RI, Meretas Wawasan dan Praksis Kerukunan Umat Beragama di
Indonesia, Jakarta: Depag RI, 2015
Tobroni, Relasi Kemanusiaan dalam Keberagaman, Jawa Barat: CV. Karya Putra Darwati,
2012
http://makalahiqta.blogspot.com/
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA TENTANG
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK) DALAM ISLAM
Disusun oleh:
1). Indra purnama
2). Gilang pungkasan
3). Halimatusa’diah
4). Kania Priska amelia
UNIVERSITAS BHAYANGKARA
JAKARTA RAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama ALLAH SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji
hanya bagiNya. Semoga sholawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita,
nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, dan juga kepada para
pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Puji syukur Alhamdulilah kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia Nya.
Sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
Makalah dengan judul “IPTEK DALAM ISLAM” sebagai tugas mata kuliah Pendidikan
Agama Islam. Dalam penulisan makalah ini kami bayak menerima bantuan bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, kami tidak lupa mngucapkan terima kasih
yang sedalam- dalamnnya kepada:
1. Bapak Akhmad Zamakhsari, MA. Pd selaku dosen mata kuliah agama Islam.
2. Orang tua kami yang telah memberikan bantuan materiil dan spirtual.
3. Teman-teman kami di UBHARA, atas segala bantuannya. Kami berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi mahasiswa UBHARA. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih jauh dari sempurna, karena masih banyak kekurangan dan kesalahan. Maka
penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk meyempurnakan makalah
ini. Dengan makalah ini, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi penulis serta pembaca pada umumnya
DAFTAR ISI
Kata pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB I Pendahuluan
-Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
-Rumusan masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
-Tujuan masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . … . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang
seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang.
Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran
(qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam
sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu
pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan
diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh
diamalkan. Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar
bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang
seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme)
seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan
iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh
memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek
dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun
ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh perdaban barat satu abad terakhir
ini, mencengangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran
material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan iptek modern membuat orang lalu
mengagumi dan meniru- niru gaya hidup peradaban barat tanpa dibarengi sikap kritis trhadap
segala dampak negatif yang diakibatkanya. Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain
untuk beribadah kepada Allah SWT. Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT
seperti sholat, puasa, dan menuntut ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda
Rasulullah SAW: “menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-laki dan
perempuan”. Ilmu adalah kehidupanya islam dan kehidupanya keimanan.
B. Rumusan masalah
1.Bagaimana perkembangan IPTEK dalam Islam?
C. Tujuan masalah
1.Mengetahui perkembangan IPTEK dalam Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Iptek
Iptek singkatan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Kata ilmu adalah pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode metode tertentu yang
dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di (bidang pengetahuan) itu.
Pengetahuan berasal dari kata “tahu” atau disebut juga mengerti. Dalam pandangan Al-
Quran, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-
makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan. Ini tercermin dari kisah kejadian
“Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan
kepada para Malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua benda ini, jika
kamu yang benar!
Mereka menjawab,’Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana”.
(QS.2Al-Baqarah :31-32).
Teknologi, adalah kemampuan teknik dalam pengertiannya yang utuh dan menyeluruh,
bertopang kepada pengetahuan ilmu-ilmu alam yang bersandar kepada proses teknis tertentu.
Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 750 ayat Al-Quran yang berbicara tentang alam
materi dan fenomenanya. Al-Quran menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan
Allah untuk manusia. Dalam QS.45 (Al-Jatsiyah) :13 Allah Swt berfirman:
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya,
(sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”
Perkembangan IPTEK disamping bermanfaat untuk kemajuan hidup Indonesia juga
memberikan dampak negatif. Hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan IPTEK untuk
menekan dampaknya seminimal mungkin antara lain:
1. Menjaga keserasian dan keseimbangan dengan lingkungan setempat.
2.Teknologi yang akan diterapkan hendaknya betul-betul dapat mencegah
timbulnya permasalahan di tempat itu.
3. Memanfaatkan seoptimal mungkin segala sumber daya alam dan sumber daya manusia
yang ada.
Dengan perkembangan dan kemajuan zaman dengan sendirinya pemanfaatan dan penguatan
iptek mutlak diperlukan untuk mencapai kesejahteraan bangsa.
Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah.
Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-Qur’an dan Al-
Hadist. Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang berpegang teguh dan sungguh sungguh
perpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist. Disebutkan dalam hadist, bahwasanya ilmu
yang wajib dicari seorang muslim ada 3, sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun
(keutamaan). Ketiga ilmu tersebut adalah ayatun muhkamatun (ayat-ayat Al-Qur’an yang
menghukumi), sunnatun qoimatun (sunnah dari Al-hadist yang menegakkan) dan faridhotun
adilah (ilmu bagi waris atau ilmu faroidh yang adil) Dalam sebuah hadist rasulullah
bersabda, “mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada
selain yang ahlinya bagaikan menggantungkan permata dan emas pada babi hutan.” (HR.
Ibnu Majah dan lainya) Juga pada hadist rasulullah yang lain, “carilah ilmu walau sampai
ke negeri cina”. Dalam hadist ini kita tidak dituntut mencari ilmu ke cina, tetapi dalam hadist
ini rasulullah menyuruh kita mencari ilmu dari berbagai penjuru dunia. Walau jauh ilmu
haru tetap dikejar. Dalam kitab “Ta’limul muta’alim” disebutkan bahwa ilmu yang wajib
dituntut trlebih dahulu adalah ilmu haal yaitu ilmu yang dseketika itu pasti digunakan dal
diamalkan bagi setiap orang yang sudah baligh. Seperti ilmu tauhid dan ilmu fiqih. Apabila
kedua bidang ilmu itu telah dikuasai, baru mempelajari ilmu-ilmu lainya, misalnya ilmu
kedokteran, fisika, matematika, dan lainya. Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik
anaknya, sehingga lebih mengutamakan ilmu-ilmu umum daripada ilmu agama. Maka anak
menjadi orang yang buta agama dan menyepelekan kewajiban-kewajiban agamanya. Dalam
hal ini orang tua perlu sekali memberikan bekal ilmu keagamaan sebelum anaknya
mempelajari ilmu-ilmu umum. Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda, “sedekah yang
paling utama adalah orang islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu
kepada orang lain. “(HR. Ibnu Majah) Maksud hadis diatas adalah lebih utama lagi orang
yang mau menuntut ilmu kemudian ilmu itu diajarkan kepada orang lain. Inilah sedekah
yang paling utama dibanding sedekah harta benda. Ini dikarenakan mengajarkan ilmu,
khususnya ilmu agama, berarti menenan amal yang muta’adi (dapat berkembang) yang
manfaatnya bukan hanya dikenyam orang yang diajarkan itu sendiri, tetapi dapat dinikmati
orang lain.
2. Interaksi iman, ilmu dan amal
Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terinteraksi ke dalam suatu sistem yang disebut
dinul Islam, didalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu akidah, syariah, dan akhlak
dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh. Islam merupakan ajaran agama yang
sempurna, karena kesempurnaannya dapat tergambar dalam keutuhan inti ajarannya. Di
dalam al-Qur’an dinyatakan yang artinya “Tidaklah kamu memperhatikan bagaimana
Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (dinul Islam) seperti sebatang
pohon yang baik, akarnya kokoh (menghujam ke bumi) dan cabangnya menjulang ke
langit, pohon itu mengeluarkan buahnya setiap muslim dengan seizin Tuhannya. Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia agar mereka ingat”. Dari
penjelasan tersebut di atas menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu dan amal atau
syariah dan akhlak dengan menganalogikan dinul Islam bagaikan sebatang pohon yang
baik. Ini merupakan gambaran bahwa antara iman, ilmu dan amal merupakan suatu
kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Iman diidentikkan dengan
akar dari sebuah phon yang menupang tegaknya ajaran Islam, ilmu bagaikan batang pohon
yang mengeluarkan dahan. Dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal
ibarat buah dari pohon itu ibarat dengan teknologi dan seni. IPTEK yang dikembangkan
di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal shaleh bukan kerusakan alam.
3. Keutamaan orang yang berilmu
Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah
dan masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia dan
terhormat yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi
Allah SWT dan makhluk-Nya. Mereka digelari sebagai “al-Raasikhun fil Ilm” (Al Imran:
7), “Ulul al-Ilmi” (Al Imran: 18), “Ulul al-Bab” (Al Imra: 190), “al-Basir” dan “as-Sami'
“ (Hud: 24), “al-A'limun” (al-An’kabut: 43), “al-Ulama” (Fatir: 28), “al-Ahya' “(Fatir: 35)
dan berbagai nama baik dan gelar mulia lain. Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT
berfirman:
"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah),
Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah),
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".
Dalam ayat ini ditegaskan pada golongan orang berilmu bahwa mereka amat
istimewa di sisi Allah SWT. Mereka diangkat sejajar dengan para malaikat yang menjadi
saksi Keesaan Allah SWT. Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap
kalangan yang menyembunyikan kebenaran/ilmu, sebagaimana firman-Nya:
"Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, akan dikendali mulutnya oleh Allah pada
hari kiamat dengan kendali dari api neraka." (HR Ibnu Hibban di dalam kitab sahih beliau.
Juga diriwayatkan oleh Al-Hakim. Al Hakim dan adz-Dzahabi berpendapat bahwa hadits
ini sahih) Jadi setiap orang yang berilmu harus mengamalkan ilmunya agar ilmu yang ia
peroleh dapat bermanfaat. Misalnya dengan cara mengajar atau mengamalkan
pengetahuanya untuk hal-hal yang bermanfaat.
4. Penyikapan terhadap Perkembangan IPTEK
Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah SWT berupa “alat” untuk mencapai dan
membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah:
a. indera, untuk menangkap kebenaran fisik,
b. naluri, untuk mempertahankan hidup dan kelangsungan hidup manusia secara probadi
maupun sosial
c. pikiran dan atau kemampuan rasional yang mampu mengembangkan kemampuan tiga
jenis pengetahuan akali (pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi). Akal juga merupakan
penghantar untuk menuju kebenaran tertinggi
d. imajinasi, daya khayal yang mampu menghasilkan kreativitas dan menyempurnakan
pengetahuannya
e. hati nurani, suatu kemampuan manusia untuk dapat menangkap kebenaran tingkah laku
manusia sebagai makhluk yang harus bermoral.
Namun dalam praktiknya, target kurikulum yang menjadi beban setiap guru yang harus
tuntas dan pemahaman yang berbeda dalam menyikapi muatan-muatan imtaq yang harus
disampaikan, menyebabkan keinginan menyisipkan unsur imtaq menjadi terabaikan.
Memang tak ada sanksi apapun jika seorang guru selain guru agama tidak menyisipkan
unsur imtaq pada pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Jujur saja guru umumnya
takut salah jika berbicara masalah agama, mereka mencari aman hanya mengajarkan apa
yang menjadi tanggung jawabnya. Sebenarnya ini bukan sekadar tanggung jawab guru
agama, tapi tanggung jawab semuanya. Dalam Islam, kewajiban menyampaikan kebenaran
agama kewajiban setiap muslim yang mengaku beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha
Kuasa.
A. Kesimpulan
Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek itu sendiri. Dari uraian di atas
dapat dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek dan seni
setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran
dan ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek
dan seni. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang
seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek dan seni. Untuk
itu setiap muslim harus bisa memanfaatkan alam yang ada untuk perkembangan iptek dan
seni, tetapi harus tetap menjaga dan tidak merusak yang ada. Yaitu dengan cara mencari
ilmu dan mengamalkanya dan tetap berpegang teguh pada syari’at Islam.
B. Saran
Untuk mengembangkan IPTEK harus kita dasari dengan keimanan dan ketakwaan
kepada Allah swt agar dapat memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan serta
lingkungan sekitar kita.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/36067756/MAKALAH_PENDIDIKAN_AGAMA_TENT
ANG_ILMU_PENGETAHUAN_DAN_TEKNOLOGI_IPTEK_DALAM_ISLAM