Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Kelompok 4/PAI A
Halaman Judul.....................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fitrah berarti ciptaan, sifat tertentu yang mana setiap yang maujud
disifati dengannya pada awal masa penciptaannya, sifat pembawaan manusia
(yang ada sejak lahir), agama, atau as-sunnah. Al-Raghib al-Asfahani, ketika
menjelaskan makna fitrah dari segi bahasa, dia mengungkapkan kalimat
"fathara Allah al-khalq" yang maksudnya Allah mewujudkan sesuatu dan
menciptakannya bentuk/keadaan kemampuan untuk melakukan perbuatan-
perbuatan. Sedangkan maksud fitrah Allah adalah sesuatu kekuatan atau daya
untuk mengenal/mengakui Allah (keimanan kepada-Nya) yang menetap di
dalam diri manusia. Dengan demikian makna fitrah adalah suatu kekuatan
atau kemampuan pada diri manusia sejak awal kejadiannya, untuk komitmen
terhadap nilai-nulai keimanan kepada-Nya, cenderung kepada kebenaran dan
potensi itu merupakan ciptaan Allah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud konsep fitrah?
2. Apa yang dimaksud aliran nativisme, empirisme dan konvergensi?
3. Bagaimana kaitan konsep fitrah dengan aliran nativisme, empirisme dan
konvergensi?
3
BAB II
PEMBAHASAN
ِّ َ فَ ََأب َواهُ ُي َه ِّو َدانِِه َْأو يُ َم ِّج َسانِِه َْأو ُين،ُك ُّل َم ْول ُْو ٍد ُي ْولَ ُد َعلَى ال ِْفط َْر ِة
ص َرانِِه
4
Terjemahnya:
ص َار َوااْل َفِْٕـ َد َة ۙ ل ََعلَّ ُك ْم َّ َوال ٰلّ هُ اَ ْخ َر َج ُك ْم ِّم ْنۢ بُطُ ْو ِن اَُّم ٰهتِ ُك ْم اَل َت ْعلَ ُم ْو َن َش ْيـًٔاۙ َّو َج َع َل لَ ُك ُم
َ ْالس ْم َع َوااْل َب
تَ ْش ُك ُر ْو َن
Terjemahnya:
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur."
5
Ayat tersebut juga menunjukkan bahwa manusia tanpa melalui
upaya belajar, niscaya tidak akan dapat mengetahui segala sesuatu yang ia
butuhkan bagi kelangsungan hidupnya di dunia dan di akhirat.
Pengetahuan manusia akan berkembang jika diperoleh melalui proses
belajar mengajar yang diawali dengan kemampuan menulis dan membaca
dalam arti luas. Tidak hanya dengan membaca tulisan, melainkan juga
membaca segala yang tersirat di dalam ciptaan Allah.
6
Soekarno dianggap memiliki kehebatan sama dengan ayahnya
walaupun anaknya tidak punya kemampuan, aliran ini berprinsip karena
keturunan Soekarno tentu memiliki bawaan yang hebat seperti ayahnya.
Tokoh utama aliran ini adalah Schopenhauer, kemudian pendapat aliran
nativisme ini di ikuti dan di lanjutkan oleh Plato, Descartes, Lombroso,
aliran ini sampai saat ini masih banyak pengikut-pengikutnya. Para
tokoh yang sependapat dengan paham ini kemungkinan besar membela
kebenaran aliran ini berdasrkan konsep dengan mengambarkan berbagai
kesamaan atau kemiripan antara orang tua dan anak-anaknya. Apabila
orang tuanya orang hebat maka anaknya juga menjadi orang hebat tanpa
memperhatikan pengaruh lingkungan.
2. Aliran empirisme
Empirisme berasal dari kata Empire, artinya pengalaman. Nama
lain aliran ini adalah "The School of British Empiricism" (aliran
Empirisme Inggris). Tokoh utama aliran Empirisme ini adalah John
Locke (1532-1704). Aliran Empirisme bertolak dari Lockean Tradition
yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia,
dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada
lingkungan tempatnya tumbuh, sedangkan pembawaan bukan faktor
penting (Amanudin, 2019).
Pengaruh empiris di lingkungan memiliki pengaruh besar
terhadap perkembangan anak. Pengalaman yang diperoleh anak dalam
kehidupan sehari-hari diperoleh dari lingkungan sekitamya berupa
rangsangan rangsangan. Rangsangan tersebut berasal dari alam bebas
atau situasi yang diciptakan oleh orang dewasa berupa pendidikan
(Nursikin, 2016).
Pada aliran Empirisme ini ini, pendidik sebagai faktor dari luar
memiliki peran penting, karena pendidik menyediakan lingkungan
pendidikan bagi anak, dan anak akan menerima pendidikan sebagai
pengalaman. Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap,
7
serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan
(Husamah, Restian and Widodo, 2015).
Sebagai contoh: sebuah keluarga yang memiliki strata sosial
tinggi ingin menjadikan anaknya seorang dokter. Segala fasilitas
disediakan dan mendatangkan guru privat untuk memberikan pelajaran
tambahan. Namun tidak berhasil, karena minat anak untuk menjadi
dokter tidak ada. Akhimya dalam diri anak terjadi konflik, pendidikan
mengalami hambatan dan hasilnya tidak sesuai dengan harapan.
Kelemahan aliran ini hanya mementingkan pengalaman, tanpa
mempertimbangkan kemampuan awal yang dimiliki anak sejak lahir.
Pada kenyataannya, ada anak berbakat dan berhasil walaupun
lingkungan tidak mendukung (Afid Burhanuddin, 2013).
3. Aliran kovergensi
Aliran ini dipelopori oleh Louis William Sternt (Jerman). Aliran
Konvergensi merupakan gabungan antara aliran Nativisme dan aliran
Empirisme. Bahwa dalam kondisi tertentu aliran nativisme dibenarkan,
dalam arti faktor bawaan (heredity) dominan dalam mempengaruhi
perkembangan manusia. Akan tetapi dalam kondisi yang lain tidaklah
demikian. Demikian juga bahwa dalam kondisi tertentu aliran
empirisme lebih diterima kebenarannya, dalam arti faktor lingkungan
sangat dominan dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan
manusia. Kondisi keluarga, masyarakat, perekonomian, politik, dan
lainnya dapat mempengaruhi perkembangan manusia.
Dalam perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan menunjukan,
bahwa aliran konvergensi sebagai perpaduan antara aliran nativisme
dan aliran empirisme lebih diterima, sehingga dapat dijelaskan bahwa
proses perubahan dan perkembangan pada diri seseorang dipengaruhi
oleh dua faktor yakni faktor internal individu dan faktor eksternal.
Pertama bahwa pada aspek internal individu terdapat bakat atau sesuatu
bawaan dari sejak lahirnya, baik dalam bentuk kelengkapan fisik yang
normal dan sehat maupun dalam bentuk sifat atau potensi psikologis
8
yang normal dan sehat. kedua bahwa faktor eksternal individu/faktor
luar seperti lingkungan sosial (keluarga dan masyarakat), lingkungan
fisik (sarana prasarana), lingkungan non fisik (cuaca dan iklim),
lingkungan biotik dan abiotik. Selain itu juga bahwa pengalaman
belajar dari interaksi individu dengan lingkungannya juga memberikan
kontribusi signifikan pada perkembangan individu.
C. Perspektif Islam terhadap Aliran Nativsime, Empirisme, dan Konvergensi.
1. Perspektif Islam terhadap Aliran Nativsime. Perspektif Islam
Terhadap Aliran Nativisme disebutkan dalam Q.S al-Rum : 30,
mengandung implikasi kependidikan bahwa di dalam diri manusia
terdapat potensi dasar beragama yang benar dan lurus (aldin al-
qayyim) yaitu agama Islam. Potensi dasar ini tidak dapat diubah oleh
siapapun atau lingkungan apapun, karena fitrah itu merupakan ciptaan
Allah yang tidak akan mengalami perubahan baik isi maupun
bentuknya dalam tiap pribadi manusia.Berdasar interprestasi
demikian, maka pendidikan Islam “bisa dikondisikan” berfaham
nativisme, yaitu suatu faham yang menyatakan bahwa perkembangan
manusia dalam hidupnya secara mutlak ditentukan oleh potensi
dasarnya.
2. Perspektif Islam terhadap Aliran Empirisme Perspektif Islam
Terhadap Aliran Empirisme disebutkan dalam (An-Nahl 78). Firman
Allah di atas menjadi petunjuk bahwa kita harus melakukan usaha
pendidikan, sebab dengan potensi pendengaran, penglihatan, dan hati,
manusia bisa dididik. Dengan Surat Al-„Alaq, 3 – 4 Ayat tersebut juga
menunjukkan bahwa manusia tanpa melalui belajar, niscaya tidak
akan mengetahui segala sesuatu yang ia butuhkan bagi kelangsungan
hidupnya di dunia dan akhirat. Pengetahuan manusia akan
berkembang jika diperoleh melalui proses belajar mengajar yang
diawali dengan kemampuan menulis dengan pena dan membaca
dalam arti luas, yaitu tidak hanya dengan membaca tulisan melainkan
juga membaca segala yang tersirat di dalam ciptaan Allah. Sikap
9
demikian akan membawa pikiran kita ke arah paham Empirisme
dalam pendidikan yaitu paham yang memandang bahwa pengaruh
lingkungan eksternal termasuk pendidikan merupakan satu-satunya
pembentuk dan penentu perkembangan hidup manusia.
3. Perspektif Islam terhadap Aliran Konvergensi. Konsepsi Al-Qur‟an
yang menunjukkan bahwa setiap manusia diberi kecenderungan nafsu
untuk menjadikannya kafir yang ingkar terhadap Tuhan-Nya, adalah
firman Allah dalam surat Asy-Syams, ayat 7 – 10. Firman tersebut
dapat dijadikan sumber pandangan bahwa usaha mempengaruhi jiwa
manusia melalui pendidikan dapat berperan positif untuk
mengarahkan perkembangannya kepada jalan kebenaran yaitu Islam.
Dengan tanpa melalui usaha pendidikan, manusia akan terjerumus ke
jalan yang salah atau sesat yaitu menjadi kafir. Firman Allah berikut
ini menunjukkan bahwa manusia diberi kebebasan untuk memilih
antara dua jalan, yang benar atau yang sesat. Jalan yang benar
terbentang jelas dan jalan sesat juga terbentang jelas. Sejalan dengan
interpretasi tersebut maka kita dapat mengatakan bahwa pengaruh
faktor lingkungan yang disengaja yaitu pendidikan dan latihan
berproses secara interaktif dengan kemampuan fitrah manusia. Dalam
pengertian ini, pendidikan Islam berproses secara konvergensi, yang
dapat membawa kepada paham konvergensi dalam pendidikan Islam.
10
BAB III
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12