Kepribadian Islami
Makalah ini diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Semester
Gasal Tahun Akademik 2020/2021
1968120120008012023
Disusun oleh:
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................4
Materi...........................................................................................................................................4
1. Arti dari Manusia sebagai makhluk unik..........................................................................4
2. Arti dari Kepribadian dalam Perspektif Islam..................................................................6
3. Membangun Kepribadian Islam Seseorang......................................................................7
4. Sikap Kepribadian Seorang Muslim.................................................................................8
5. Alasan Seseorang Harus Beramal...................................................................................10
BAB III.........................................................................................................................................12
KESIMPULAN............................................................................................................................12
A. Materi Kesimpulan.............................................................................................................12
B. Saran...................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia bukanlah malaikat yang lepas dari kesalahan dan dosa, sanggup
beribadah dan bertasbih selamanya, namun manusia juga bukan syaitan yang
senantiasa salah, sesat dan menyesatkan, akan tetapi manusia adalah makhluk yang
diberikan dan dibekali oleh allah akal dan nafsu ditambah lagi dengan qalbu
kesinambungan akal dan nafsu disertai dengan hati yang bersih menjadikan manusia
mendapatkan derajat yang tinggi dari malaikat
Kalau kita tengok sejarah kebelakang sebelum islam itu datang, kita dapat
temukan referensi-referensi tentang bejad dan tercelanya sifat para kaum-kaum
jahiliyah yang tidak mempunyai peradaban yang murni mereka hanya mengumbar
nafsu belaka tanpa mementingkan etika yang baik dan mulia. Ini semua adalah
disebabkan oleh tidak adanya aturan dalam hidup, oleh sebab itu Allah SWT
mengutus seorang nabi yang merupakan nabi dan rasul terakhir yang diutus hingga
akhir zaman untuk menyempurnakan akhlak dimuka bumi ini terkhusus bagi bangsa
arab sendiri sebagaimana diterangkan dalam hadist berikut:
انما بعثت التمم مكارم االخالق
Artinya: ‘‘Sesungguhnya aku (Muhammad) di utus untuk menyempurnakan
akhlak’’
Hadits diatas menunjukan kepada kita, bahwa benar-benar nabi kita Muhammad
SAW diutus untuk menyempurnakan dan memaksimalkan akhlak baik di dunia ini,
karena dengan akhlak baiklah maka kan berbuah syurga yang dinanti
Maka dengan adanya pengutusan nabi dan rosul terakhir ini terbukti adanya
perubahan yang sangat signifikan yang merubah dari zaman kegelapan menjadi
zaman terang benderang.Keadaan ini pun berlangsung sangat lama karena benar-
benar pengaruh nabi Muhammad begitu terasa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa arti dari Manusia sebagai makhluk unik?
2. Apa arti dari Kepribadian dalam Perspektif Islam?
3. Bagaimana membangun kepribadian Islam seseorang?
4. Bagaimana Sikap kepribadian seorang muslim?
5. Mengapa seseorang harus beramal ?
C. Tujuan
1. Mengetahui arti dari Kepribadian dalam Perspektif Islam.
2. Mengetahui tahapan dalam membangun kepribadian Islam seseorang.
3
3. Mengetahui Sikap kepribadian seorang muslim.
4. Mengetahui alasan seseorang harus beramal.
BAB II
PEMBAHASAN
Materi
1. Arti dari Manusia sebagai makhluk unik.
Aspek ruh berasal dari Tuhan bukan berarti ruh manusia merupakan
bagian dari Allah Swt. Kelengkapan yang ditandai dengan Allah Swt, adalah
tanda keagungan, bukan pertanda kepemilikan. Ruh yang dimaksud merupakan
salah satu ciptaan Allah Swt. yang mempunyai kualitas unggul dan tidak lebih
dari itu (Abdullah, 11 86). Dengan kekuatan spiritualnya, manusia dapat
melakukan perenungan sehingga mampu memahami kehendak Tuhan melalui
wahyu-Nya untuk mencapai kesempumaan dirinya (insan kamil).
Manusia terbentuk dari 2 unsur yaitu tanah dan ruh. Allah SWT
meniupkan ruh dalam tanah. Dalam bentuk fisik-biologis berasal dari tanah.
Dalam wujud jasmani ini manusia dapat tumbuh dan berkembang biak, bergerak
dengan bebas,dan sebagainya. Sedangkan aspek spritual berasal dari ruh tuhan,
ruh yang dimaksud adalah salah satu ciptaan Allah SWT yang mempunyai
kualitas unggul dan tidak lebih dari itu. Manusia dapat melakukan perenungan
dan bisa memahami kehendak tuhan untuk mencapai kesempurnaan dirinya.
Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui.
Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta
pertanggungjawabannya.”
Hal tersebutlah Allah SWT memberikan akal untuk kita. Akal yang
diberikan kepada manusia berguna untuk memahami fenomena rasional dan
4
untuk memahami IPTEK dalam usaha mengasah kemampuan karya,karsa dan
rasa sebagai bagian menjalankan tugas khalifah Allah SWT.
Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak anak Adam, Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik
baik dan Kamu lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna kebanyakan
makhluk yang telah kami ciplakan.
5
kebajikan atau perilaku saleh sesuai dengan ajaran agama. Manusia dapat pula
memilih jalan jujur, yaitu perbuatan yang menyimpang lari ajaran agama karena
mengikuti hawa nafsu yang melahirkan perbuatan buruk (maksiat). Setiap pilihan
perbuatan tersebut mempunyai konsekuensi berupa kebahagiaan atau
kesengsaraan di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana firman Allah Swt dalam
QS As Syams. 8 - 10.
Artinya: maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya,sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
6
alam semesta dalam rangka berzikir kepada Allah SWT. Yang kedua kepribadian
kafir, yaitu kepribadian yang memiliki karakteristik tidak beriman kepada Allah
SWT. Dan rukun iman lainnya,berakhlak madzumah dan tidak bersyukur kepada
Allah SWT. Dan yang terkahir tipe kepribadian munafik. Tipe kepribadian
munafik ialah orang yang ragu terhadap imannya, beribadah dengan riya dan
malas dan berakhlak madzumah
7
kemudian mengisi dirinya dengan perilaku yang mulia, baik yang dimunculkan
dari kepribadian mukmin, muslim, maupun yang muhsin. Caranya dengan
melakukan musyarathah yaitu menetapkan syatat- syarat pada jiwa agar dapat
melaksanakan tugas dengan baik dan menjauhi larangan; 2) muraqabah, yaitu
mawas diri dan penuh waspada dengan segenap kekuatan jiwa dan pikiran dan
perilaku maksiat agar selalu dekat dengan Tuhan; 3) muhasabah yaitu introspeksi
diri, membuat perhitungan atau melihat kembali tingkah laku yang telah diperbuat
apakah sudah sesuai dengan syariat atau belum; 4) mu aqabuh yaitu menghukum
diri karena lalai dalam menjalankan perintah Talan, Sy mujahadah yaitu berusaha
menjadi baik Mengan sungguh sungguh schingga tidak ada waktu, tempat dan
keadaan untuk main-main, apalagi melakukan Pelaku yang buruk: 6) mu’atabah,
yaitu menyesali dan mencela diti atas, perbuatan dosanya dengan berjanji untuk
tidak melakukan perbuatan itu lagi dan melakukan perilaku positif untuk menutup
perilaku negatif, dan 7) mukasyafah, yaitu kekuatan jiwa yang mengedepankan
rasa cintanya kepada Allah Swt.
C Tahap merasakan (al-mudziqat). Pada tahapan ini seorang hamba tidak sekadar
menjalankan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya. Namun dalam
menjalankan ibadah, dia telah merasakan kelezatan iman, rasa rindu yang
mendalam, dan kedekatan dengan-Nya Setiap lintasan hati, ucapan lisan, dan
perilakunya berada dalam bimbingan Allah Swt.
َ َب ِم ۡن قَ ۡب ُل فَط
ال ِّ ۙ اَلَمۡ يَ ۡا ِن لِلَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡۤوا اَ ۡن ت َۡخ َش َع قُلُ ۡوبُهُمۡ لِ ِذ ۡك ِر هّٰللا ِ َو َما نَ َز َل ِمنَ ۡال َحـ
َ ق َواَل يَ ُك ۡونُ ۡوا َكالَّ ِذ ۡينَ اُ ۡوتُوا ۡال ِك ٰت
ََعلَ ۡي ِه ُم ااۡل َ َم ُد فَقَ َس ۡت قُلُ ۡوبُهُمۡؕ َو َكثِ ۡي ٌر ِّم ۡنهُمۡ ٰف ِسقُ ۡون
Artinya : “Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara
khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan
(kepada mereka), dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah
8
menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang
sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-
orang fasik.”
1) Aspek Akidah. Ruhiyah yang baik akan menghasilkan akidah yang lurus dan
kokoh dan jika ruhiyah lemah akan membuat akidah lemah . Akidah adalah suatu
keyakinan yang akan mewarnai sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh sebab itu,
kalau ingin akidahnya terbangun dengan baik, ruhiyah-nya harus dikokohkan.
Jadi ruhiyah menempati posisi yang sangat penting dalam kehidupan seorang
muslim karena akan mempengaruhi bangunan akidahnya.
2) Aspek akhlak. Akhlak adalah bukti tingkah laku dari nilai yang diyakini
seseorang Akhlak merupakan bagian penting dari keimanan. Akhlak juga salah
satu tolok ukur kesempurnaan iman seseorang. Terawatnya ruhiyah akan
membuahkan bagusnya akhlak seseorang. Allah Swt. dalam beberapa ayat
senantiasa menggandengkan amara iman dan berbuat baik. Rasulullah Saw. pun
ketika ditanya tentang siapakah yang paling baik imannya ternyata jawaban
Rasulullah Saw, adalah yang baik akhlaknya (ahsmuhum khuluqan)
Tolok ukur dan patokan haik dan tidaknya akhlak dalah Al-Qur'an. Itulah
sebabnya akhlak keseharian Rasulullah Saw. merupakan cerminan dari Al-Qur an
yang beliau Yakini. Hal ini terbukti dari jawahan Aisyali ra ketika ditanya tentang
akhlak Rasulallah Saw.. Aisyah ra. menjawab "Akhlak Rasulullah Sox adalah Al-
Qur 'an".
b. Fikriyah (aqliyah)
Kepribadian Islami juga ditentukan oleh kokoh dan tidaknya aspek
fikriyah. Kejernihan fikriyah dan kekuatan akal seseorang akan memunculkan
amalan, kreativitas, dan akan lebih dirasakan daya manfaat seseorang untuk orang
lain. Fikriyah yang dimaksud meliputi hal-hal berikut.
3) Disiplin (tepat) dan tetap (tsabat) dalam berislam. Dalam kehidupan ini tidak
terlepas dari ujian, rintangan, dan tantangan serta hambatan. Ujian tersebut tidak
akan berakhir sebelum napasnya berakhir. Oleh sebab itu, untuk menghadapinya
perlu tsabat dalam berpegang pada syariat Allah Swt.
C Amaliyah
Di antara sisi yang harus dibangun pada pribadi muslim udalah sisi
amalıyahnya. Amaliyah harakiah yang mengubah kehidupan seorang mu'min
menjadi lebih baik Hal ini penting sebab amaliyah adalah satu di antara tuntutan
iman dan Islam seseorang. Tiga tuntutan tersebut adalah ul-iqror hil-lisan
mengucapkan dengan lisan), at lashdiq bil-qull (meyakini dengan hati), dan al-
amal bil jawarih (beraal dengan seluruh anggota badan) Jadi. tidak cukup
seseorang menyatakan beriman tanpa mewujudkan apa yang diyakininya dalam
bentuk amal yang nyata. Pentingnya amaliyah harakiah dalam kehidupan orang
mukmin laksana air Semakin banyak bergerak dan mengalir semakin jernih dan
semakin sehat air tersebut. Demikian juga seorang muslim, semakin banyak amal
baiknya, maka akan semakin banyak daya untuk membersihkan dirinya sebab
amalan yang baik bisa menjadi penghapus dosa. Hal ini sebagaimana firman
Allah Swt. dalam QS. Hud: 114.
َ ِت ٰذل
َّ ِك ِذ ْك ٰرى ل
َلذا ِك ِر ْين ِ ۗ ت ي ُْذ ِه ْبنَ ال َّسي ِّٰا
ِ ار َو ُزلَفًا ِّمنَ الَّ ْي ِل ۗاِ َّن ْال َح َس ٰن ٰ
ِ ََواَقِ ِم الصَّلوةَ طَ َرفَ ِي النَّه
Artinya: Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang)
dan pada bagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan
yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan perbuatan yang buruk. Itulah
peringatan bagi orang orang yang ingat.
10
Menghamba kepada Allah Swt. adalah bentuk refleksi dari rasa penghambaan
diri kepada Zat yang mencipta. Di samping itu, pertanggungjawaban
mahkamah Allah Swt. nanti bersifat undividu. Setiap di individu akan
merasakan balasan amalan diri depan pribadinya. Hal ini terdapat dalam
firman Allah Swt. pada surat An-Najm: 39 41.
ثم انه الجزاء األوفى. وأن سعيه سوف يرى.وأن ليس لإلنسان إال ما سعى
Artinya: (39) Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa
yang telah diusahakannya, (40) dan bahwasanya usaha itu kelak akan
diperlihatkan (kepadanya). (41) Kemudian akan beri balasan kepadanya dengan
balasan yang paling sempurna.
والمؤمنون والمؤمنات بعضهم أولياء بغض يا مرون بالمعروف وينهون عن المنكر ويقيمون الصلوة
ويؤتون الزكوة ويطعون أهلل ورسوله أوليك سيرحمهم هللا إن هللا عزیز حکیم
Artinya Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka
adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya, Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
11
BAB III
KESIMPULAN
A. Materi Kesimpulan
Ruh merupakan salah satu ciptaan Allah Swt. yang mempunyai kualitas unggul.
Kepribadian adalah pengaturan individu yang bersifat dinamis pada sistem, fisik dan
psikis yang menentukan tabiatnya yang unik selaras dengan lingkungannya.
Kepribadian adalah pengaturan individu yang bersifat dinamis pada sistem, fisik dan
psikis yang menentukan tabiatnya yang unik selaras dengan lingkungannya. Yusuf &
Nurihsan (2007:214-217) membagi tiga tipe manusia yaitu kepribadian mukmin,
kafir, dan munafik. Untuk Membangun Kepribadian Islam Seseorang dapat melalui 3
tahap pendekatan, yaitu al-bidayah), al-mujahadah, al-mudziqat. Sikap kepribadian
seseorang meliputi Ruhiyah, Fikriyah, dan Amaliyah. Dalam Ruhiyah terdapat
beberapa aspek yaitu aspek akidah dan akhlak. Pada Fikriyah meliputi wawasan
islam, pola piker islam, disiplin, dan tetap dalam berislam. Pada Amaliyah meliputi
Tiga tuntutan yaitu al-iqror bil lisan (mengucapkan dengan lisan), At-tashdiq bil-qalb
(meyakini dengan hati), Al-amal bil jawarih (beramal dengan seluruh anggota badan).
Dalam menjalankan amalan, terdapat juga alasan yang mendasarinya yaitu kewajiban
terhadap diri sendiri, kewajiban terhadap keluarga, dan kewajiban terhadap dakwah.
B. Saran
Untuk dapat mewujudkannya perlu adanya peningkatan jumlah pembelajaran
islami agar generasi muda rajin belajar tentang kepribadian islam. Seetelah
mempelajarinya dianjurkan untuk mempraktekannya di kehidupan sehari hari. Hal
tersebut agar kehidupan mereka di jalan yang benar dan membuat kebahagiaan
duniawi dan ukhrawi.
12
DAFTAR PUSTAKA
baihaqi-annizar.blogspot.com. (2014, November). Sumber Ajaran Islam. Diakses pada 1 Maret
2021, dari http://baihaqi-annizar.blogspot. com/2014/11/sumber-ajaran-islam.html
ejournal.unida.gontor.ac.id. (2011, April). Hubungan Simbiotik al-Qur’an dan al-Hadits dalam
Membentuk Diktum-Diktum Hukum. Diakses pada 1 Maret 2021, dari
https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tsaqafah/article /viewFile/113/102
kusmawananangblog.blogspot.com. (2016, Januari). Makalah Sumber Ajaran Islam. Diakses
pada 1 Maret 2021, dari http://kusmawananangblog. blogspot.com/2016/01/makala-
sumber-ajaran-islam.html
sriastutihardiyantibvwk.wordpress.com. (2015, 13 November). Makalah Sumber Ajaran Islam.
Diakses pada 1 Maret 2021, dari https://
sriastutihardiyantibvwk.wordpress.com/2015/11/13/makalah-sumber-ajaran-islam/
Suparta, Munzier, 2002, Ilmu Hadis, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Suryaman, Khaer, 1982, Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif
Hidayatullah.
Yahya bin Muhammad Abdurrazaq, Metode Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta : Pustaka
Azzam, 2004), 19-20
13