Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Kepribadian Islami

Makalah ini diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Semester
Gasal Tahun Akademik 2020/2021

DOSEN PENGAMPU PAI

Dra. Rohmi Lestari, M.Pd

1968120120008012023

Disusun oleh:

Alfiyah Aini Hanifah (K3520010)


Lanjar Dwi Saputro (K3520038)
Muhammad Aqil Sadik (K3520046)
Vicky Hanifa (K3520076)

Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret 2020/2021


Daftar Isi

BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................4
Materi...........................................................................................................................................4
1. Arti dari Manusia sebagai makhluk unik..........................................................................4
2. Arti dari Kepribadian dalam Perspektif Islam..................................................................6
3. Membangun Kepribadian Islam Seseorang......................................................................7
4. Sikap Kepribadian Seorang Muslim.................................................................................8
5. Alasan Seseorang Harus Beramal...................................................................................10
BAB III.........................................................................................................................................12
KESIMPULAN............................................................................................................................12
A. Materi Kesimpulan.............................................................................................................12
B. Saran...................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia bukanlah malaikat yang lepas dari kesalahan dan dosa, sanggup
beribadah dan bertasbih selamanya, namun manusia juga bukan syaitan yang
senantiasa salah, sesat dan menyesatkan, akan tetapi manusia adalah makhluk yang
diberikan dan dibekali oleh allah akal dan nafsu ditambah lagi dengan qalbu
kesinambungan akal dan nafsu disertai dengan hati yang bersih menjadikan manusia
mendapatkan derajat yang tinggi dari malaikat
Kalau kita tengok sejarah kebelakang sebelum islam itu datang, kita dapat
temukan referensi-referensi tentang bejad dan tercelanya sifat para kaum-kaum
jahiliyah yang tidak mempunyai peradaban yang murni mereka hanya mengumbar
nafsu belaka tanpa mementingkan etika yang baik dan mulia. Ini semua adalah
disebabkan oleh tidak adanya aturan dalam hidup, oleh sebab itu Allah SWT
mengutus seorang nabi yang merupakan nabi dan rasul terakhir yang diutus hingga
akhir zaman untuk menyempurnakan akhlak dimuka bumi ini terkhusus bagi bangsa
arab sendiri sebagaimana diterangkan dalam hadist berikut:
‫انما بعثت التمم مكارم االخالق‬
Artinya: ‘‘Sesungguhnya aku (Muhammad) di utus untuk menyempurnakan
akhlak’’
Hadits diatas menunjukan kepada kita, bahwa benar-benar nabi kita Muhammad
SAW diutus untuk menyempurnakan dan memaksimalkan akhlak baik di dunia ini,
karena dengan akhlak baiklah maka kan berbuah syurga yang dinanti
Maka dengan adanya pengutusan nabi dan rosul terakhir ini terbukti adanya
perubahan yang sangat signifikan yang merubah dari zaman kegelapan menjadi
zaman terang benderang.Keadaan ini pun berlangsung sangat lama karena benar-
benar pengaruh nabi Muhammad begitu terasa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa arti dari Manusia sebagai makhluk unik?
2. Apa arti dari Kepribadian dalam Perspektif Islam?
3. Bagaimana membangun kepribadian Islam seseorang?
4. Bagaimana Sikap kepribadian seorang muslim?
5. Mengapa seseorang harus beramal ?

C. Tujuan
1. Mengetahui arti dari Kepribadian dalam Perspektif Islam.
2. Mengetahui tahapan dalam membangun kepribadian Islam seseorang.

3
3. Mengetahui Sikap kepribadian seorang muslim.
4. Mengetahui alasan seseorang harus beramal.

BAB II

PEMBAHASAN

Materi
1. Arti dari Manusia sebagai makhluk unik.

Aspek ruh berasal dari Tuhan bukan berarti ruh manusia merupakan
bagian dari Allah Swt. Kelengkapan yang ditandai dengan Allah Swt, adalah
tanda keagungan, bukan pertanda kepemilikan. Ruh yang dimaksud merupakan
salah satu ciptaan Allah Swt. yang mempunyai kualitas unggul dan tidak lebih
dari itu (Abdullah, 11 86). Dengan kekuatan spiritualnya, manusia dapat
melakukan perenungan sehingga mampu memahami kehendak Tuhan melalui
wahyu-Nya untuk mencapai kesempumaan dirinya (insan kamil).

1. Manusia terbentuk dari 2 unsur

Manusia terbentuk dari 2 unsur yaitu tanah dan ruh. Allah SWT
meniupkan ruh dalam tanah. Dalam bentuk fisik-biologis berasal dari tanah.
Dalam wujud jasmani ini manusia dapat tumbuh dan berkembang biak, bergerak
dengan bebas,dan sebagainya. Sedangkan aspek spritual berasal dari ruh tuhan,
ruh yang dimaksud adalah salah satu ciptaan Allah SWT yang mempunyai
kualitas unggul dan tidak lebih dari itu. Manusia dapat melakukan perenungan
dan bisa memahami kehendak tuhan untuk mencapai kesempurnaan dirinya.

2.Manusia memiliki akal

Allah SWT. Mewajibkan pancaindera manusia digunakan untuk menggali


pengetahuan dan dimintai pertanggungjawaban nya

Sebagaimana pada firmannya QS. Al-Isra' Ayat 36:


ٰۤ ُ
‫ُٔوْ اًل‬Z[‫كَ َكانَ َع ْنهُ َم ْسٔـ‬Ze‫ول ِٕٕى‬ ‫ص َر َو ْالفُؤَا َد ُكلُّ ا‬
َ َ‫ك بِ ٖه ِع ْل ٌم ۗاِ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب‬ َ ‫َواَل تَ ْقفُ َما لَي‬
َ َ‫ْس ل‬

Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui.
Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta
pertanggungjawabannya.”

Hal tersebutlah Allah SWT memberikan akal untuk kita. Akal yang
diberikan kepada manusia berguna untuk memahami fenomena rasional dan

4
untuk memahami IPTEK dalam usaha mengasah kemampuan karya,karsa dan
rasa sebagai bagian menjalankan tugas khalifah Allah SWT.

3.Manusia memiliki fitrah

Allah SWT melalui Al-Qur'an juga menjelaskan bahwa manusia memiliki


fitrah. Fitrah ialah potensi yang ada pada diri manusia (Tafsir, 2010 23-24)

Potensi manusia tersebut sebagai berikut:

1. Manusia sebagai makhluk sosial (QS. Al-Hujurat (49; 13)


2. Manusia sebagai makhluk yang ingin beragama (QS.Al- Maidah (5): 3).
3. Manusia mencintai wanita dan anak-anak.
4. Manusia mencintai harta benda yang banyak dari emas dan perak.
5. Manusia mencintai kuda-kuda pilihan (kendaraan untuk kondisi sekarang ini).
6. Manusia mencintai ternak dan sawah (investasi) (QS. Ali Imran (3): 14).
Dengan unsur-unsur tersebut manusia mendapatkan fasilitas berlebih yang
telah disediakan oleh Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS.
Al-Isra' ayat 70:

‫ت َوفَض َّۡل ٰنهُمۡ ع َٰلى َكثِ ۡي ٍر ِّم َّم ۡن خَ لَ ۡقنَا‬


ِ ‫َولَـقَ ۡد َكرَّمۡ نَا بَنِ ۡۤى ٰا َد َم َو َح َم ۡل ٰنهُمۡ فِى ۡالبَ ِّر َو ۡالبَ ۡح ِر َو َرز َۡق ٰنهُمۡ ِّمنَ الطَّيِّ ٰب‬
ِ ‫ت َۡف‬
‫ض ۡياًل‬

Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak anak Adam, Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik
baik dan Kamu lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna kebanyakan
makhluk yang telah kami ciplakan.

4.Manusia memiliki 2 kecendrungan

Di sisi lain, manusia juga memiliki dua kecenderungan yang kontradiktif,


yaitu takwa sebagai sifat positif yang senantiasa menjaga kesucian jiwanya dan
fujur (berbuat desal sebagai sifat negatif yang selalu mengotori jiwanya. Pada sisi
pertamina, manusia dengan kekuatan spiritualnya (keimanan melahirkan perilaku
positif atau amal saleh meraih kebahagiaan (Allah) dan ridha-Nya. Pada sisi
kedua manusia cenderung mengikuti hawa nafsu untuk berperilaku buruk yang
menentang kehendak Tuhan sehingga mendatangkan murka- Nya. Dengan
demikian pada diri manusia selalu saja ada pertentangan batin antara berbuat baik
atau berbuat buruk.

Konflik kejiwaan tersebut mengantarkan manusia untuk bebas


memilihnya. Apakah manusia memilih jalan takwa, yaitu mengedepankan nilai-
nilai keimanan dalam kehidupannya yang terimplementasikan dalam amal

5
kebajikan atau perilaku saleh sesuai dengan ajaran agama. Manusia dapat pula
memilih jalan jujur, yaitu perbuatan yang menyimpang lari ajaran agama karena
mengikuti hawa nafsu yang melahirkan perbuatan buruk (maksiat). Setiap pilihan
perbuatan tersebut mempunyai konsekuensi berupa kebahagiaan atau
kesengsaraan di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana firman Allah Swt dalam
QS As Syams. 8 - 10.

َ َ‫ َ قَ ْد خ‬.. ‫ قَ ْد أَ ْفلَ َح َم ْن زَ َّكاهَا‬..‫فَأ َ ْلهَ َمهَا فُجُو َرهَا َوتَ ْق َواهَا‬


‫اب َم ْن َدسَّاهَا‬

Artinya: maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya,sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

2. Arti dari Kepribadian dalam Perspektif Islam.

Menurut Mujib & Mudzakir (2000: 37), terminologi Syakhshiyah mulai


populer dalam kajian Islam setelah terjadi sentuhan antara psikologi kontemporer
untuk menjawab tantangan pengembangan ilmu psikologi alam. Dalam kajian
klasik Islam, ada istilah tersendiri, yaitu akhlak. Namun, antara Syakhshiyah dan
akhlak ada perbedaan yang cukup fundamental, yaitu syakhshiyah dalam
psikologi berkaitan dengan tingkah laku yang didevaluasi, sedangkan akhlak
berkaitan dengan tingkah laku yang dievaluasi.
Dari segi bahasa, Syakhshiyah berasal dari kata Syakhshun yang mengandung
makna pribadi, kemudian ditambah huruf ya’ sehingga menjadi kata benda:
Syakhshiyah yang berarti kepribadian (Yasuuf & Nurihsan 2007 212).
Secara istilah kepribadian dalam psikologi islam adalah integrasi: sistem
qalbu, akal. dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku (Mujib &
Mudzakir, 2000 58) Kalbu (fitrah ilahiyah) sebagai aspek suprakesadaran manusia
yang memiliki daya emosi trasa). Akal fritrah insaniyah sebagai aspek kesadaran
manusia yang memiliki daya kognis dan menjaganya. Justru karena telah diawali
dengan fitrah itulah, jiwa tersebut harus dijaga dan dirawat kesuciannya kemudian
dibangun agar menjadi pribadi yang Islami. Sedangkan akal memiliki kekuatan
kognitif dan berguna untuk memahami sesuatu yang realistis dan rasionalistik.
Akal dapat bekerja dengan baik dan menghasilkan daya pikir yang jernih jika
mampu mengikat dan menahan nafsu, bukan mengikat dan menahan kalbu. Lalu
yang terkahir ialah nafsu. Prinsip kerjanya untuk menacapai kenikmatan dan
kesenangan duniawi. Hakikat nafsu menyuruh kita untuk berbuat buruk. Jika pada
diri seseorang sistem kendali kalbu dan akal melemah sedangkan nafsu menguat
maka perilaku negatif pasti akan muncul.
Yusuf & Nurihsan (2007:214-217) membagi tiga tipe manusia. Yang pertama
kepribadian mukmin. Dengan ciri” berakidah lurus,beribadah sesuai rukun
islam,berakhlak karimah dalam kehidupan dan senantiasa bertafakur terhadap

6
alam semesta dalam rangka berzikir kepada Allah SWT. Yang kedua kepribadian
kafir, yaitu kepribadian yang memiliki karakteristik tidak beriman kepada Allah
SWT. Dan rukun iman lainnya,berakhlak madzumah dan tidak bersyukur kepada
Allah SWT. Dan yang terkahir tipe kepribadian munafik. Tipe kepribadian
munafik ialah orang yang ragu terhadap imannya, beribadah dengan riya dan
malas dan berakhlak madzumah

3. Membangun Kepribadian Islam Seseorang.

Dalam membangun kepribadian islam, menurut Sapuri(2009:113), yang


harus diperhatikan adalah pengembangan kalbu dan jasmani. Kalbu (Hati)
merupakan tempat bermuara segala kebaikan ilahiyah karena ruh ada
didalamnya. Secara psikologis, hati merupakan cerminan baik buruknya manusia.
Rasullullah bersabda “ketahuilah bahwa dalam jasad terdapat mudghah yang
apabila baik maka baik pula seluruh anggota tubuh dan apabila rusak maka
rusaklah seluruh anggota tubuh.ketahuilah mudghah merupakan hati”(HR. Al
Bukhari). Jika hati dijaga dengan baik maka akan bersinar terang dan mampu
menangkap cahaya kebenaran dari Allah SWT. Sedangkan jika dipenuhi dengan
dosa maka hati akan dipenuhi dengan titik hitam dan akan menutup hidayah dari
Allah SWT. Yang diperhatikan selain qalbu ialah Jasmani, dengan menjaga
kondisi tubuh tetap sehat melalui olahraga dan asupan ketubuh dengan makanan
yang halal dan bergizi. Rasulullah Saw bersabda: "Mukmin yang kuat lebih baik
dan lebih dicintai Allah dibandingkan mukmin yang lemah. (HR. Muslim)

Perkembangan kepribadian islam menurut Abdul Mujib(dalam


sapuri,2009:115). Dilakukan melalui pendekatan konten. Pendekatan ini
digunakan untuk memberikan jawaban atas gangguan kepribadian seseorang yang
dimiliki seseorang agar menjadi manusia yang lebih tangguh sesuai dengan
tuntunan yang ada didalam al-qur’an dan hadis. Pendekatan konten adalah
serangkaian metode dan materi dalam pengembangan kepribadian secara hierarkis
dilakukan oleh individu, dari jenjang terendah ke jenjang paling tinggi.

Untuk Membangun Kepribadian Islam Seseorang dapat melalui beberapa


tahap pendekatan.Pendekatan ini melalui tiga tahap (Sapuri, 2009: 113 116)
dalam mengembangkan kepribadian Islam seseorang:

a. Tahapan awal (al-bidayah). Tahapan ini dilalui oleh manusia dengan


melakukan pembersihan dosa (tazkiyah atau takhalli). Perbuatan dosa menjadi
tabir (hijab) yang menghalangi kerinduan, interaksi, dan komunikasi antara
dirinya dan Sang Khalik.

b. Tahapan kesungguhan dalam menempuh kebaikan (al- mujakadah). Pada


tahapan ini, kepribadian seseorang telah bersih dani sifat-sifat tercela dan maksiat,

7
kemudian mengisi dirinya dengan perilaku yang mulia, baik yang dimunculkan
dari kepribadian mukmin, muslim, maupun yang muhsin. Caranya dengan
melakukan musyarathah yaitu menetapkan syatat- syarat pada jiwa agar dapat
melaksanakan tugas dengan baik dan menjauhi larangan; 2) muraqabah, yaitu
mawas diri dan penuh waspada dengan segenap kekuatan jiwa dan pikiran dan
perilaku maksiat agar selalu dekat dengan Tuhan; 3) muhasabah yaitu introspeksi
diri, membuat perhitungan atau melihat kembali tingkah laku yang telah diperbuat
apakah sudah sesuai dengan syariat atau belum; 4) mu aqabuh yaitu menghukum
diri karena lalai dalam menjalankan perintah Talan, Sy mujahadah yaitu berusaha
menjadi baik Mengan sungguh sungguh schingga tidak ada waktu, tempat dan
keadaan untuk main-main, apalagi melakukan Pelaku yang buruk: 6) mu’atabah,
yaitu menyesali dan mencela diti atas, perbuatan dosanya dengan berjanji untuk
tidak melakukan perbuatan itu lagi dan melakukan perilaku positif untuk menutup
perilaku negatif, dan 7) mukasyafah, yaitu kekuatan jiwa yang mengedepankan
rasa cintanya kepada Allah Swt.

C Tahap merasakan (al-mudziqat). Pada tahapan ini seorang hamba tidak sekadar
menjalankan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya. Namun dalam
menjalankan ibadah, dia telah merasakan kelezatan iman, rasa rindu yang
mendalam, dan kedekatan dengan-Nya Setiap lintasan hati, ucapan lisan, dan
perilakunya berada dalam bimbingan Allah Swt.

4. Sikap Kepribadian Seorang Muslim

Menjadi pribadi yang Islami merupakan suatu hal yang sangat


diperhatikan dalam agama Islam. Hal ini karena Islam tidak hanya ajaran normatif
yang hanya diyakini dan dipohumi tanpa diwujudkan dalam kehidupan nyata,
tetapi Islam ugh memadukan dua hal antara keyakinan dalis aplius, antara norma
dan perbuatan. antara keimanan dan amal haich Oleh sebab itu, ajaran yang
diyakini dalam Islam hans termin dalam setiap tingkah laku, perbuatan, dan sikap
pribadi muslim. Sikap kepribadian muslim dalam beberapa aspek berikut
a Ruhiyah (ma'nawiyah)
adalah aspek yang harus Aspek ruhiyah mendapatkan perhatian khusus oleh setiap
muslim Hal itu disebabkan ruhiyah menjadi motor utama yang mengerakkan
perilaku seseorang. Hal ini sebagaimana firma Nya pada QS. Al-Hadid Ayat 16

َ َ‫ب ِم ۡن قَ ۡب ُل فَط‬
‫ال‬ ِّ ۙ ‫اَلَمۡ يَ ۡا ِن لِلَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡۤوا اَ ۡن ت َۡخ َش َع قُلُ ۡوبُهُمۡ لِ ِذ ۡك ِر هّٰللا ِ َو َما نَ َز َل ِمنَ ۡال َحـ‬
َ ‫ق َواَل يَ ُك ۡونُ ۡوا َكالَّ ِذ ۡينَ اُ ۡوتُوا ۡال ِك ٰت‬
َ‫َعلَ ۡي ِه ُم ااۡل َ َم ُد فَقَ َس ۡت قُلُ ۡوبُهُمۡ‌ؕ َو َكثِ ۡي ٌر ِّم ۡنهُمۡ ٰف ِسقُ ۡون‬

Artinya : “Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara
khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan
(kepada mereka), dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah

8
menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang
sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-
orang fasik.”

Berikut aspek-aspek yang sangat berkaitan dengan a’nawiyah seseorang:

1) Aspek Akidah. Ruhiyah yang baik akan menghasilkan akidah yang lurus dan
kokoh dan jika ruhiyah lemah akan membuat akidah lemah . Akidah adalah suatu
keyakinan yang akan mewarnai sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh sebab itu,
kalau ingin akidahnya terbangun dengan baik, ruhiyah-nya harus dikokohkan.
Jadi ruhiyah menempati posisi yang sangat penting dalam kehidupan seorang
muslim karena akan mempengaruhi bangunan akidahnya.
2) Aspek akhlak. Akhlak adalah bukti tingkah laku dari nilai yang diyakini
seseorang Akhlak merupakan bagian penting dari keimanan. Akhlak juga salah
satu tolok ukur kesempurnaan iman seseorang. Terawatnya ruhiyah akan
membuahkan bagusnya akhlak seseorang. Allah Swt. dalam beberapa ayat
senantiasa menggandengkan amara iman dan berbuat baik. Rasulullah Saw. pun
ketika ditanya tentang siapakah yang paling baik imannya ternyata jawaban
Rasulullah Saw, adalah yang baik akhlaknya (ahsmuhum khuluqan)
Tolok ukur dan patokan haik dan tidaknya akhlak dalah Al-Qur'an. Itulah
sebabnya akhlak keseharian Rasulullah Saw. merupakan cerminan dari Al-Qur an
yang beliau Yakini. Hal ini terbukti dari jawahan Aisyali ra ketika ditanya tentang
akhlak Rasulallah Saw.. Aisyah ra. menjawab "Akhlak Rasulullah Sox adalah Al-
Qur 'an".

b. Fikriyah (aqliyah)
Kepribadian Islami juga ditentukan oleh kokoh dan tidaknya aspek
fikriyah. Kejernihan fikriyah dan kekuatan akal seseorang akan memunculkan
amalan, kreativitas, dan akan lebih dirasakan daya manfaat seseorang untuk orang
lain. Fikriyah yang dimaksud meliputi hal-hal berikut.

1) Wawasan keislaman. Sebagai seorang muslim seseorang wajib mempertuas


wawasan keislaman. Ini karena wawasan keislaman akan memperkokoh
keyakinan keimanan dan daya manfaat diri untuk orang lain.
2) Pola pikir Islami. Pola pikir Islami juga harus dibangun dalam diri seorang
muslim Semua alur berpikir seorang muslim harus mengarah dan bersumber pada
satu sumber, yaitu kebenaran dari Affah Sut. Islam sangat menghargai kerja pikir
umatnya. Dalam Al-Qur'an pun sering dijumpai ayat-ayat yang menganjurkan
untuk berpikir keperti lalu guna wale fatalukkura la'allakum ta'qiluun la'allakum
tadzakkaruun. Seorang muslim harus senantiasa menggunakan daya pikirnya
Allah Swt mewujudkan fenomena alam untuk dipikirkan Aneka tingkah laku
9
manusia hendaknya menjadi pemikiran dan pemahaman seorang muslim. Namun,
satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah tujuan berpikir tidak lain untuk
meningkatkan keimanan kita kepada Allah Swt.

3) Disiplin (tepat) dan tetap (tsabat) dalam berislam. Dalam kehidupan ini tidak
terlepas dari ujian, rintangan, dan tantangan serta hambatan. Ujian tersebut tidak
akan berakhir sebelum napasnya berakhir. Oleh sebab itu, untuk menghadapinya
perlu tsabat dalam berpegang pada syariat Allah Swt.

C Amaliyah
Di antara sisi yang harus dibangun pada pribadi muslim udalah sisi
amalıyahnya. Amaliyah harakiah yang mengubah kehidupan seorang mu'min
menjadi lebih baik Hal ini penting sebab amaliyah adalah satu di antara tuntutan
iman dan Islam seseorang. Tiga tuntutan tersebut adalah ul-iqror hil-lisan
mengucapkan dengan lisan), at lashdiq bil-qull (meyakini dengan hati), dan al-
amal bil jawarih (beraal dengan seluruh anggota badan) Jadi. tidak cukup
seseorang menyatakan beriman tanpa mewujudkan apa yang diyakininya dalam
bentuk amal yang nyata. Pentingnya amaliyah harakiah dalam kehidupan orang
mukmin laksana air Semakin banyak bergerak dan mengalir semakin jernih dan
semakin sehat air tersebut. Demikian juga seorang muslim, semakin banyak amal
baiknya, maka akan semakin banyak daya untuk membersihkan dirinya sebab
amalan yang baik bisa menjadi penghapus dosa. Hal ini sebagaimana firman
Allah Swt. dalam QS. Hud: 114.

َ ِ‫ت ٰذل‬
َّ ِ‫ك ِذ ْك ٰرى ل‬
َ‫لذا ِك ِر ْين‬ ِ ۗ ‫ت ي ُْذ ِه ْبنَ ال َّسي ِّٰا‬
ِ ‫ار َو ُزلَفًا ِّمنَ الَّ ْي ِل ۗاِ َّن ْال َح َس ٰن‬ ٰ
ِ َ‫َواَقِ ِم الصَّلوةَ طَ َرفَ ِي النَّه‬

Artinya: Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang)
dan pada bagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan
yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan perbuatan yang buruk. Itulah
peringatan bagi orang orang yang ingat.

5. Alasan Seseorang Harus Beramal

Alasan seseorang harus beramal ada tiga, sebagai berikut:

a. Kewajiban diri pribadi


Sebagai hamba Allah Swt., manusia tentunya harus menyadari bahwa dirinya
diciptakan bukan untuk hal yang sia-sia Jin dan manusia diciptakan Allah Swt
untuk tujuan yang amat mulia. yaitu untuk beribadah. Menghamba

10
Menghamba kepada Allah Swt. adalah bentuk refleksi dari rasa penghambaan
diri kepada Zat yang mencipta. Di samping itu, pertanggungjawaban
mahkamah Allah Swt. nanti bersifat undividu. Setiap di individu akan
merasakan balasan amalan diri depan pribadinya. Hal ini terdapat dalam
firman Allah Swt. pada surat An-Najm: 39 41.

‫ ثم انه الجزاء األوفى‬.‫ وأن سعيه سوف يرى‬.‫وأن ليس لإلنسان إال ما سعى‬

Artinya: (39) Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa
yang telah diusahakannya, (40) dan bahwasanya usaha itu kelak akan
diperlihatkan (kepadanya). (41) Kemudian akan beri balasan kepadanya dengan
balasan yang paling sempurna.

2) Kewajiban terhadap keluarga


Keluarga adalah lapisan kedua dalam pembentukan umat. Lapisan ini akan
memiliki pengaruh yang kuat baik dan rusaknya sebuah umat Olch sebab itu,
seseorang dituntut untuk beramal karena terkait dengan kewajibannya membentuk
keluarga yang Islami sebab tidak akan terbentuk masyarakat yang baik tanpa
melalui pembentukan keluarga yang baik dan Islami Ini sehagaimana firman
Allah Swt dalam QS At Tahrim 6.

3) Kewajiban terhadap dakwah.


Beramal harakiah bagi seorang muslim bukan hanya atas tuntutan
kewajiban diri dan keluarganya, melainkan juga tuntutan dakwah. Islam tidak
hanya menuntut seseorang saleh secara individu, tetapi juga saleh secara sosial.
Ini sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. At-Taubah: 71.

‫والمؤمنون والمؤمنات بعضهم أولياء بغض يا مرون بالمعروف وينهون عن المنكر ويقيمون الصلوة‬
‫ويؤتون الزكوة ويطعون أهلل ورسوله أوليك سيرحمهم هللا إن هللا عزیز حکیم‬

Artinya Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka
adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya, Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.

11
BAB III

KESIMPULAN

A. Materi Kesimpulan
Ruh merupakan salah satu ciptaan Allah Swt. yang mempunyai kualitas unggul.
Kepribadian adalah pengaturan individu yang bersifat dinamis pada sistem, fisik dan
psikis yang menentukan tabiatnya yang unik selaras dengan lingkungannya.
Kepribadian adalah pengaturan individu yang bersifat dinamis pada sistem, fisik dan
psikis yang menentukan tabiatnya yang unik selaras dengan lingkungannya. Yusuf &
Nurihsan (2007:214-217) membagi tiga tipe manusia yaitu kepribadian mukmin,
kafir, dan munafik. Untuk Membangun Kepribadian Islam Seseorang dapat melalui 3
tahap pendekatan, yaitu al-bidayah), al-mujahadah, al-mudziqat. Sikap kepribadian
seseorang meliputi Ruhiyah, Fikriyah, dan Amaliyah. Dalam Ruhiyah terdapat
beberapa aspek yaitu aspek akidah dan akhlak. Pada Fikriyah meliputi wawasan
islam, pola piker islam, disiplin, dan tetap dalam berislam. Pada Amaliyah meliputi
Tiga tuntutan yaitu al-iqror bil lisan (mengucapkan dengan lisan), At-tashdiq bil-qalb
(meyakini dengan hati), Al-amal bil jawarih (beramal dengan seluruh anggota badan).
Dalam menjalankan amalan, terdapat juga alasan yang mendasarinya yaitu kewajiban
terhadap diri sendiri, kewajiban terhadap keluarga, dan kewajiban terhadap dakwah.

B. Saran
Untuk dapat mewujudkannya perlu adanya peningkatan jumlah pembelajaran
islami agar generasi muda rajin belajar tentang kepribadian islam. Seetelah
mempelajarinya dianjurkan untuk mempraktekannya di kehidupan sehari hari. Hal
tersebut agar kehidupan mereka di jalan yang benar dan membuat kebahagiaan
duniawi dan ukhrawi.

12
DAFTAR PUSTAKA
baihaqi-annizar.blogspot.com. (2014, November). Sumber Ajaran Islam. Diakses pada 1 Maret
2021, dari http://baihaqi-annizar.blogspot. com/2014/11/sumber-ajaran-islam.html
ejournal.unida.gontor.ac.id. (2011, April). Hubungan Simbiotik al-Qur’an dan al-Hadits dalam
Membentuk Diktum-Diktum Hukum. Diakses pada 1 Maret 2021, dari
https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tsaqafah/article /viewFile/113/102
kusmawananangblog.blogspot.com. (2016, Januari). Makalah Sumber Ajaran Islam. Diakses
pada 1 Maret 2021, dari http://kusmawananangblog. blogspot.com/2016/01/makala-
sumber-ajaran-islam.html
sriastutihardiyantibvwk.wordpress.com. (2015, 13 November). Makalah Sumber Ajaran Islam.
Diakses pada 1 Maret 2021, dari https://
sriastutihardiyantibvwk.wordpress.com/2015/11/13/makalah-sumber-ajaran-islam/
Suparta, Munzier, 2002, Ilmu Hadis, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Suryaman, Khaer, 1982, Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif
Hidayatullah.
Yahya bin Muhammad Abdurrazaq, Metode Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta : Pustaka
Azzam, 2004), 19-20

13

Anda mungkin juga menyukai