Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH AGAMA

MENGAPA KITA HARUS BERAGAMA?

Dosen Pengampuh :

Dr. H. Henry Sudiyanto,S.Kp.,M.Kes

Talya Firsta Huda Wijaya

2313201007

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES MAJAPAHIT

MOJOKERTO

2023
KATA PENGANTAR

Pertanyaan mengenai makna hidup, tugas kita dalam hidup ini, dan nasib kita setelah
kematian telah menjadi perdebatan intensif sepanjang sejarah umat manusia. Berdasarkan hal tersebut,
artikel ini mengkaji perspektif agama Islam terhadap hakikat kehidupan manusia. Al-Qur'an sebagai
pedoman utama umat Islam memberikan petunjuk yang mendalam dan komprehensif tentang makna
hidup, tanggung jawab dalam hidup ini, dan harapan di akhirat.

Pembahasan diawali dengan penjelasan rinci tentang makna hidup menurut ajaran Islam yang
memposisikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Manusia sebagai makhluk rasional dan
berkehendak bebas mempunyai peranan penting dalam menjaga keseimbangan dan keadilan di muka
bumi.

Makalah ini menjelaskan bagaimana Islam mendorong umatnya untuk hidup sesuai ajaran
agama. Ibadah dalam Islam tidak terbatas pada ritual formal saja, namun mencakup aspek moral,
etika, dan sosial.

Terakhir, makalah ini memperluas pandangan kita tentang nasib manusia setelah kematian.
Dengan mengeksplorasi konsep Islam tentang surga dan neraka serta hubungannya dengan perilaku
duniawi, kami berupaya memperdalam pemahaman kita tentang persiapan manusia menghadapi
akhirat.

Kami berharap tulisan ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat dan mendalam
tentang perspektif Islam tentang hakikat hidup, kewajiban kita dalam hidup ini, dan nasib kita setelah
kematian.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................................4
C. TUJUAN MAKALAH...............................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
BAB III....................................................................................................................................11
PENUTUP...............................................................................................................................11
A. KESIMPULAN........................................................................................................................11
B. B. SARAN.................................................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dengan berkembangnya zaman dan rumitnya kehidupan, masyarakat cenderung terjebak dalam
kebingungan dan kekhawatiran terhadap tujuan hidupnya.Pertanyaan ini menjadi semakin penting
dalam konteks kehidupan modern yang seringkali diwarnai dengan tuntutan materialistis dan
pencarian kebahagiaan instan. Oleh karena itu, pemahaman “untuk apa manusia hidup di dunia ini”
merupakan landasan penting dalam menghadapi kompleksitas kehidupan.

Dalam Islam, tujuan hidup manusia di dunia ini dijelaskan dengan jelas dalam ajaran Al-Qur'an dan
Hadits. Manusia dianggap sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi, yang dianugerahi keadilan dan
tanggung jawab untuk menegakkan keadilan dan beribadah kepada Sang Pencipta. Dengan menaati
perintah Allah, seseorang terbimbing untuk mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat.

Dalam menjalani kehidupan di dunia, manusia diberikan pedoman dan tantangan untuk menjalani
kehidupan yang bermakna melalui ajaran Islam. Melalui pelaksanaan perintah agama, manusia
diajarkan untuk berbuat baik, menjunjung tinggi keadilan, menegakkan keadilan, dan memberikan
kontribusi positif kepada seluruh sendi kehidupan. Lebih jauh lagi, ibadah dan ketaqwaan kepada
Allah merupakan landasan yang mengantarkan manusia kepada kehidupan yang bermakna dan
bermanfaat. Memahami kehidupan tanpa mempertimbangkan aspek kehidupan setelah kematian
sangatlah tidak bijak.

Dalam perspektif Islam, kematian bukanlah akhir dari keberadaan manusia, melainkan awal dari
perjalanan menuju akhirat. Perbuatan kita selama hidup akan dievaluasi, dan hasil perbuatan kita di
dunia ini akan tercermin di akhirat. Oleh karena itu, perspektif agama Islam memberikan dimensi
yang mendalam dalam memahami hidup dan mati. Melalui pemahaman tersebut, kita dapat menggali
lebih dalam makna hidup manusia, peran agama dalam pedoman hidup, dan tujuan akhir sesuai
persepsi agama islam.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Untuk apa, Manusia hidup di dunia?


2. Apa yang harus manusia lakukan, selama hidup di dunia?
3. Kemana, manusia setelah mengalami kematian?

C. TUJUAN MAKALAH
Tujuan utama makalah ini adalah untuk memahami dan menggali secara mendalam makna hidup
manusia berdasarkan ajaran Islam yaitu berupa makna keberadaan manusia di dunia, mengidentifikasi
tugas dan tanggung jawab selama hidup di dunia sesuai ajaran Islam, dan menguraikan pandangan
Islam tentang kehidupan setelah kematian.

Oleh karena itu, tujuan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan yang holistik dan mendalam
tentang bagaimana Islam memberikan bimbingan dan makna bagi kehidupan manusia, serta
mendorong pembaca untuk mengembangkan gagasannya sendiri dalam kerangka spiritual dan
filosofis Islam.
BAB II

PEMBAHASAN

Manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk mengemban amanah dan menjalankan tugasnya sebagai
khalifah di muka bumi. Dengan melihat asal mula kejadian manusia, kita dapat mengetahui bahwa
Allah memberikan kelebihan bagi manusia dalam hal akal dan pengetahuan yang tidak dimiliki oleh
makhluk lainnya. Saat Allah SWT menciptakan Adam As, Allah memerintahkan para malaikatnya
untuk bersujud kepada Adam karena kelebihan yang ia miliki meskipun ada makhluk yang menolak
untuk bersujud yakni iblis. Asal mula kejadian manusia disebutkan dalam firman Allah berikut ini :

‫ُثَّم َس َّو اُه َو َنَفَخ ِفيِه ِم ْن ُروِح ِهۖ َو َجَعَل َلُك ُم الَّس ْمَع َو اَأْلْبَص اَر َو اَأْلْفِئَدَةۚ َقِلياًل َم ا َتْشُك ُر وَنُثَّم َجَعَل َنْس َلُه ِم‬
‫ْن ُس اَل َلٍة ِم ْن َم اٍء َمِهيٍن اَّلِذ ي َأْح َس َن ُك َّل َش ْي ٍء َخ َلَقُهۖ َو َبَد َأ َخ ْلَق اِإْل ْنَس اِن ِم ْن ِط يٍن‬
“Yang membuat segala sesuatu yang memciptakan sebaik-baiknya dan memulai penciptaan
manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunan dari saripati air yang hina kemudian
Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya ruh (ciptaan) Nya dan Dia menjadikan
bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati (tetapi) sedikit sekali tidak bersyukur.”(QS As
sajadah 7-9)

‫ُهَو اَّلِذ ي َخ َلَقُك ْم ِم ْن ُتَر اٍب ُثَّم ِم ْن ُنْط َفٍة ُثَّم ِم ْن َع َلَقٍة ُثَّم ُيْخ ِر ُج ُك ْم ِط ْفاًل ُثَّم ِلَتْبُلُغ وا َأُش َّد ُك ْم ُثَّم ِلَتُك وُنوا ُش ُي‬
‫وًخ اۚ َو ِم ْنُك ْم َم ْن ُيَتَو َّفٰى ِم ْن َقْبُلۖ َو ِلَتْبُلُغ وا َأَج اًل ُمَس ًّمى َو َلَع َّلُك ْم َتْع ِقُلوَن‬
Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah Kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal
darah, Kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, Kemudian (kamu dibiarkan hidup)
supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), Kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di
antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai
kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). Dia-lah yang menghidupkan dan
mematikan, Maka apabila dia menetapkan sesuatu urusan, dia Hanya bekata kepadanya:
“Jadilah”, Maka jadilah ia. (QS Al Mukmin 67)

1. Manusia Hidup di Dunia untuk Menyembah Allah

Manusia di dunia diciptakan dengan tujuan utama beribadah kepada Allah SWT, sesuai dengan
ajaran Islam yang menekankan konsep ibadah sebagai tujuan hakiki keberadaan manusia. Ibadah tidak
terbatas pada ritual formal saja, namun mencakup seluruh aspek kehidupan sehari-hari, termasuk
perilaku, moral, dan interaksi sosial. Begitu seseorang memahami gagasan dasar ini, ia dihadapkan
pada tanggung jawab moral untuk menjalani kehidupannya sesuai dengan petunjuk Tuhan yang
terdapat dalam Al-Qur'an dan Hadits. Dengan beribadah kepada Allah, diharapkan manusia
memperoleh hubungan spiritual, keberkahan, dan pada akhirnya kebahagiaan dunia dan akhirat.
Konsep beribadah kepada Allah sebagai inti eksistensi manusia menuntun tindakan dan tindakan
manusia ke arah jalan yang benar dan bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat secara keseluruhan.
Sebagai hamba Allah, manusia wajib menjalankan segala perintah dan menjauhi segala laranganNya.
Manusia juga harus menjadikan rukun iman dan rukun islam sebagai pedoman hidupnya

‫َو َم ا َخ َلْقُت اْلِج َّن َو اِإْل ْنَس ِإاَّل ِلَيْعُبُدوِن‬


Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”

(Qs Adz zariyat : 56) .

2. Berikut beberapa pemaparan mengenai apa yang harus manusia lakukan di dunia:

a) Beribadah sebagai Hamba kepada Allah

‫َيا َأُّيَها الَّناُس ِإَّنا َخ َلْقَناُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َو ُأْنَثٰى َو َجَع ْلَناُك ْم ُش ُعوًبا َو َقَباِئَل ِلَتَع اَر ُفواۚ ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد ِهَّللا َأْتَقاُك‬
‫ْم ۚ ِإَّن َهَّللا َع ِليٌم َخ ِبيٌر‬

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(Al hujurat : 13)

Ibadah yang dapat dilaksanakan oleh manusia untuk memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah
dapat berifat umum maupun khusus. Ibadah yang bersifat khusus adalah ibadah yang langsung
ditujukan kepada Allah SWt seperti shalat, baik shalat wajib ataupun shalat sunnah, puasa, zakat, haji,
dan ibadah lainnya yang sifatnya sunnah seperti membaca Alqur’an, bersedekah. Adapun ibadah yang
dilakukan secara umum adalah ibadah yang kaitannya dengan hubungan manusia dengan sesamanya
seperti menyambung tali silaturahmi dan tolong menolong antar sesama sebagaimana yang disebutkan
dalam firman Allah SWT bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk sosial.

b) Menjadi Khalifah fil Ard dan Tidak Berbuat Kerusakan di Muka Bumi
‫َو ِإْذ َقاَل َر ُّبَك ِلْلَم اَل ِئَك ِة ِإِّني َج اِع ٌل ِفي اَأْلْر ِض َخ ِليَفًةۖ َقاُلوا َأَتْج َع ُل ِفيَها َم ْن ُيْفِس ُد ِفيَها َو َيْس ِفُك الِّد َم اَء َو َنْح ُن‬
‫ُنَس ِّبُح ِبَحْمِد َك َو ُنَقِّدُس َلَك ۖ َقاَل ِإِّني َأْع َلُم َم ا اَل َتْع َلُم وَن‬

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan
berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.(QS Al Baqarah :30)

Bentuk pengabdian manusia kepada Allah salah satunya adalah menjalankan misi hidupnya
sebagaimana yang telah Allah berikan untuk menjadi Khalifah fil Ard. Khalifah artinya adalah
pemimpin. Tugas pemimpin adalah mengelola dan memperbaiki agar hal yang diatur dan dipimpinnya
menjadi baik. Pemimpin atau Khalifah bukan arti sebagai status yang menjalankannya hanya orang-
orang tertentu.
Khalifah di muka bumi dilakukan oleh semua orang dan di semua lingkup. Keluarga, pekerjaan,
lingkungan sekitar, masyarakat, dan negara adalah lingkup dari khalifah fil ard. Untuk
menjalankannya maka kita membutuhkan ilmu pengetahuan dan skill untuk bisa berkarya bagi
kelangsungan dan kelancaran kehidupan manusia di bumi menjadi seimbang atau mengalami
kerusakan.

c) Melakukan Tindak Keadilan dan Tidak Melakukan Kerusakan di Bumi

‫َو اْبَتِغ ِفيَم ا آَتاَك ُهَّللا الَّد اَر اآْل ِخ َر َةۖ َو اَل َتْنَس َنِص يَبَك ِم َن الُّد ْنَياۖ َو َأْح ِس ْن َك َم ا َأْح َس َن ُهَّللا ِإَلْيَكۖ َو اَل َتْبِغ ا‬
‫ْلَفَس اَد ِفي اَأْلْر ِضۖ ِإَّن َهَّللا اَل ُيِح ُّب اْلُم ْفِس ِد يَن‬

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan” (QS. Al-Qasas [28] : 77)

Sebagaimana ayat diatas maka manusia sebagai khalifah dilarang untuk berbuat kerusakan,
kejahatan yang mampu merusak keadilan dan kemakmuran di muka bumi, termasuk menjaga
pergaulan dalam islam yang sudah diatur untuk umat islam. Jika kerusakan tetap dilakukan oleh
manusia maka yang merugi adalah manusia itu sendiri. Tentunya manusia yang menggunakan akal
dan taat kepada Allah akan sadar untuk tidak berbuat kerusakan di semua aspek kehidupannya. Apa
yang Allah berikan sudah banyak dan tidak ada kurang satu apapun.

d) Mewariskan Ajaran Agama Islam kepada Generasi Penerus


‫َو ْلَتُك ْن ِم ْنُك ْم ُأَّم ٌة َيْدُع وَن ِإَلى اْلَخْيِر َو َيْأُم ُروَن ِباْلَم ْعُروِف َو َيْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِر ۚ َو ُأوَٰل ِئَك ُهُم اْلُم ْفِلُحوَن‬
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.“(QS
Al Imran : 104)
manusia juga wajib menuntut ilmu dan mewariskannya kepada generasi selanjutnya agar ajaran
islam tetap terjaga hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan menurut islam yang menyebutkan bahwa
ilmu pendidikan islam bukan hanya ilmu yang diajarkan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah
SWT akan tetapi juga untuk menuntun perilaku manusia dan menunjukkan perbuatan amar ma’ruf
nahi mungkar.

3. Manusia Setelah Kematian


Kematian merupakan suatu hal yang pasti terjadi untuk setiap makhluk hidup, termasuk manusia.
Waktu kematian seseorang sudah ditetapkan saat ruh ditiupkan pada usia kandungan empat bulan.
Sesuai dengan Hadist berikut ini:

‫صلم‬. ‫َع ِن اْبِن َم ْس ُعْو ٍد َر ِض َي ُهّللا َع ْنُه قَاَل ;َح َّد َثنَا َر ُسْو ُل ِهّللا‬

‫ ُثَّم َيُك ْو ُن َع َلَقًة ِم ْثَل ذَاِلَك‬، ‫َو ُهَو الَّصاِد ُق اْلَم ْص ُد ْو ُق ; ِإَّن َأَح َد ُك ْم َلُيْج َم ُع َخ ْلُقُه ِفْي َبْط ِن ُأِّم ه َأْر َبِع ْيَن َيْو مًا ُنْط َفًة‬
‫ ُثَّم َيُك ْو ُن ُم ْض َغ ًة ِم ْثَل ذَاِلك ُثَّم‬،

‫ َو َهْل ُهَو َش ِقٌّي َأْو َسِع ْي‬، ‫ َو َع َم ِله‬، ‫ َو َأَج ِله‬، ‫ َو ُيْؤ َم ُر ِبَأْر َبِع َك ِلمَاٍت ; ِرْز ِقه‬، ‫ُيْر َس ُل ِإَلْيِه اْلَم َلُك َفَيْنُفُخ ِفْيِه الُّر ْو َح‬
‫ الحديث رواه أحمد‬- ‫ٌد‬

“ Dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata : Telah bersabda kepada kami Rasulullah SAW – Beliau adalah
orang yang jujur dan terpercaya; “Sesungguhnya seorang diantara kamu (setiap kamu) benar-benar
diproses kejadiannya dalam perut ibunya selama 40 hari berwujud air mani; kemudian berproses
lagi selama 40 hari menjadi segumpal darah; lantas berproses lagi selama 40 hari menjadi segumpal
daging; kemudian malaikat dikirim kepadanya untuk meniupkan roh kedalamnya; lantas (sang
janin) itu ditetapkan dalam 4 ketentuan : 1. Ditentukan (kadar) rizkinya, 2. Ditentukan batas
umurnya, 3. Ditentukan amal perbuatannya, 4. Ditentukan apakah ia tergolong orang celaka ataukah
orang yang beruntung“ (HR Ahmad).

Ruh manusia setelah meninggal, baik meninggal dalam kondisi beriman atau kafir, akan
dimasukkan dalam barzakh sampai hari dibangkitkan oleh Allah. Dalam surat Al-Mu'minun ayat 99-
100, Allah berfirman:

‫َح َّتٰٓى ِإَذ ا َج ٓاَء َأَح َد ُهُم ٱْلَم ْو ُت َقاَل َر ِّب ٱْر ِج ُعوِن‬

‫َلَع ِّلٓى َأْع َم ُل َٰص ِلًحا ِفيَم ا َتَر ْك ُت ۚ َك ٓاَّل ۚ ِإَّنَها َك ِلَم ٌة ُهَو َقٓاِئُلَهاۖ َو ِم ن َو َر ٓاِئِهم َبْر َز ٌخ ِإَلٰى َيْو ِم ُيْبَع ُثوَن‬
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang
dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia),
agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak.
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding
sampal hari mereka dibangkitkan.

Ayat itu menjadi peringatan bagi manusia untuk mencari bekal sebanyak mungkin sebelum ke alam
kubur. Pasalnya, semua perbuatan manusia di dunia akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Jika amal buruknya lebih banyak, siksa kubur dan neraka pada hari kiamat telah menantinya. Namun,
jika amal baiknya lebih dominan, ia akan mendapatkan anugerah Allah berupa nikmat kubur dan
surga.

Setelah kematian ruh akan berpindah ke alam barzakh. Kemudian akan didatangi malaikat.
Sesungguhnya, setiap hamba yang beriman akan didatangi para malaikat saat hendak meninggalkan
kehidupan di dunia dan akan memasuki kehidupan akhirat. Mereka datang dalam rupa terbaik dan
akan menempati sebuah tempat tertentu seraya mengenakan pakaian terbaik pula. Wajahnya putih
berseri-seri seperti mentari yang tengah bersinar. Di tangan mereka terdapat kain kafan dari surga
untuk membungkus ruh manusia tersebut, lengkap dengan minyak wangi yang akan mengharumkan
ruhnya. telah ruh terpisah dari jasad, terciumlah aroma semerbak. Rasulullah SAW sendiri telah
menggambarkan bagaimana harumnya orang beriman melalui sebuah hadits.
“Aroma itu keluar dari ruh bagaikan minyak kasturi yang paling wangi yang pernah engkau temukan
di muka bumi.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan al-Nasa’i, Ahmad al-Hakim, dan al-Thayalisi)
Kemudian, para malaikat akan mengantarnya hingga langit ketujuh untuk bertemu Allah sebagai
bentuk penghormatan.
Allah berfirman:
“Tuliskan kitab hamba-Ku di tempat yang tinggi. Kembalikan dia ke bumi karena aku
menciptakannya dari bumi, mengembalikannya ke bumi, dan mengeluarkannya dari bumi sekali
saja.” (QS Thaha [20]: 55) Setelah itu, ruh orang sholeh tersebut kembali ke jasadnya. Kemudian,
dua malaikat datang dan duduk bersama sembari bertanya, “Siapa Tuhanmu?” “Apa agamamu?”
“Siapa laki-laki yang diutus kepadamu?” “Dari mana kamu mengetahui hal ini?”.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah bentuk ujian di alam kubur. Jawaban yang diberikan
tergantung dari perbuatannya selama di dunia. Bagi orang yang beriman, akan sangat mudah untuk
menjawab pertanyaan tersebut dengan benar. Namun bagi orang kafir, ia tak akan pernah bisa
menjawabnya.
"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat
apa yang Dia kehendaki," (QS Ibrahim [14]: 27)
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Terdapat beberapa poin penting mengenai makna hidup di dunia, kewajiban manusia selama
hidup di dunia, dan nasibnya setelah kematian sesuai dengan amal perbuatannya.

Pertama, Islam mengajarkan bahwa tujuan hidup manusia di dunia ini adalah untuk beribadah
kepada Allah SWT. Konsep ini mencakup penyerahan diri sepenuhnya pada kemauan sendiri,
mengamalkan nilai-nilai agama, dan hidup sesuai petunjuk Al-Qur'an dan Hadits. Manusia dianggap
sebagai khalifah, pemimpin, atau wakil Allah di bumi dan mempunyai tanggung jawab moral untuk
menegakkan keadilan, menyebarkan kebaikan, dan hidup berdampingan secara harmonis dengan
ciptaan Tuhan. Kedua, dalam Islam, tugas manusia di dunia ini adalah menjalani kehidupan sesuai
dengan ajaran agama. ini juga mencakup perilaku etis, keadilan sosial, dan kontribusi positif kepada
masyarakat. Islam mendorong umatnya untuk mengembangkan karakter moral yang baik, berbuat
baik kepada orang lain, dan berkontribusi pada pembangunan masyarakat. Ketiga, mengenai nasib
setelah kematian, Islam mengajarkan bahwa kehidupan di dunia hanya sementara dan akhirat
merupakan kehidupan kekal.Akhirat diyakini sebagai tempat pembalasan dan pahala yang hakiki,
ditentukan oleh baik atau buruknya perbuatan selama hidup di dunia.

Secara keseluruhan, perspektif agama Islam memberikan landasan yang kokoh untuk memahami
makna hidup, tugas hidup di dunia, dan harapan di akhirat. Dengan memahami dan menghayati ajaran
Islam, diharapkan manusia dapat mencapai makna hidup yang hakiki dan memperoleh kebahagiaan
abadi di akhirat.

B. B. SARAN

Penulis menekankan kesempurnaan dalam menyusun makalah ini, namun kenyataannya masih
banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Permasalahan ini terjadi karena keterbatasan
pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat berharap agar para pembaca dapat senantiasa
memberikan kritik dan saran kepada penulis, dan penulis dapat menjadikan saran dan kritik pembaca
tersebut sebagai bahan evaluasi selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai