Anda di halaman 1dari 75

Makalah Agama Islam

“Manusia Dalam Konsepsi Islam Dan Manusia Sebagai Kahalia


Allah Dibumi”

Disusun oleh :

NAMA : Wira riski dianda

siregar (5193131029)

KELAS : PTE-A

DOSENPENGAMPU : Drs.Ramli,.MA

PRODI : Pendidikan TeknikElektro

MATAKULIAH : Agama Islam

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2O21
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kepada TUHAN YANG MAHA ESA yang telah memberikan kita
rahmat kesehatan dan kesempatan, sehingga bisa menyusun atau menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul Makalah Agama Islam “ Manusia Dalam Konsepsi Islam Dan Manusia Sebagai Kahalia
Allah Dibumi”.

Pembuatan makalah ini bertujuan sebagai tugas individu mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar dan
sebagai bahan perkuliahan. Penulis mengucapkan terimakasih pihak-pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Makalah ini penulis yakini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya seperti
pepatah yang mengatakan “tak ada gading yang tak retak“, baik isi maupun penyusunnya. Atas semua
itu dengan rendah hati penulis harapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan
makalah ini. Semoga makalah ini dapatbermanfaat.

Medan, 18 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KataPengantar ................................................................................................................................. 2

DAFTARISI.................................................................................................................................... 3

BABIPENDAHULUAN ................................................................................................................. 4

1.1 LatarBelakang .................................................................................................................. 4

1.2 RumusanMasalah ............................................................................................................. 5

1.3 TujuanPenulisan ............................................................................................................... 5

BABIIPEMBAHASAN .................................................................................................................. 6

2.1 ManusiaSebagaiKhalifatullah .......................................................................................... 6

2.3 Tugas dan Peranan ManusiaDimukaBumi ....................................................................... 8

2.4 Makna Dan Peran Kekhalifahan ManusiaDiBumi ......................................................... 11

BABIIIPENUTUP ........................................................................................................................ 13

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 13

DAFTARPUSTAKA .................................................................................................................... 14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
ALLAH SWT menciptakan alam semesta dan menentukan fungsi-fungsi dari setiap elemen alam
ini. Mata hari punya fungsi, bumi punya fungsi, udara punya fungsi, begitulah seterusnya; bintang-
bintang, awan, api, air, tumbuh-tumbuhan dan seterusnya hingga makhluk yang paling kecil masing-
masing memiliki fungsi dalam kehidupan.
Bagi seorang atheis, manusia tak lebih dari fenomena alam seperti makhluk yang lain. Oleh
karena itu, manusia menurut mereka hadir di muka bumi secara alamiah dan akan hilang secara alamiah.
Apa yang dialami manusia, seperti peperangan dan bencana alam yang menyebabkan banyak orang mati,
adalah tak lebih sebagai peristiwa alam yang tidak perlu diambil pelajaran atau dihubungkan dengan
kejahatan dan dosa, karena dibalik kehidupan ini tidak ada apa-apa, tidak ada Tuhan yang mengatur,
tidak ada sorga atau neraka, seluruh kehidupan adalah peristiwa alam. Bagi orang atheis fungsi manusia
tak berbeda dengan fungsi hewan atau tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagai bagian dari alam.
Bagi orang yang menganut faham sekuler, manusia adalah pemilik alam yang boleh
mengunakannya sesuai dengan keperluan. Manusia berhak mengatur tata kehidupan di dunia ini sesuai
dengan apa yang dipandang perlu, dipandang baik dan masuk akal karena manusia memiliki akal yang
bisa mengatur diri sendiri dan memutuskan apa yang dipandang perlu. Mungkin dunia dan manusia
diciptakan oleh Tuhan, tetapi kehidupan dunia adalah urusan manusia, yang tidak perlu dicampuri oleh
agama. Agama adalah urusan individu setiap orang yang tidak perlu dicampuri oleh orang lain apa lagi
oleh negara.
Agama Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai hamba Allah
(`abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi. Sebagai hamba Allah, manusia adalah
kecil dan tak memiliki kekuasaan. Oleh karena itu, tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan
berpasrah diri kepada-Nya. Tetapi sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena
Allah Maha Besar maka manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab dan
otoritas yang sangatbesar.
1.2 RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud Manusia Menurut Islam ?
2. Apa yang dimaksud Manusia Sebagai Khalifa Allah?

1.3 TujuanPenulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana keberadaanmanusia
2. Untuk mengetahui Deskripsi DimensiKemanusiaan
3. Untuk mengetahui Manusia danMartabatnya
4. Untuk mengetahui Tanggung JawabManusia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Manusia SebagaiKhalifatullah


Fungsi dan kedudukan manusia di dunia ini adalah sebagai khalifah di bumi. Tujuan penciptaan
manusia di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Sedangkan tujuan hidup manusia di dunia ini adalah
untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat. Jadi, manusia di atas bumi ini adalah
sebagai khalifah, yang diciptakan oleh Allah dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu
adalah untuk mencapai kesenangan di dunia dan ketenangan di akhirat.
Apa yang harus dilakukan oleh khalifatullah itu di bumi? Dan bagaimanakah manusia
melaksanakan ibadah-ibadah tersebut? Serta bagaimanakah manusia bisa mencapai kesenangan dunia
dan ketenangan akhirat tersebut? Banyak sekali ayat yang menjelaskan mengenai tiga pandangan ini
kepada manusia. Antara lain seperti disebutkan pada Surah Al-Baqarah ayat30:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal
kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui“. (Q.S. Al-Baqarah: 30)
Khalifah adalah seseorang yang diberi tugas sebagai pelaksana dari tugas-tugas yang telah
ditentukan. Jika manusia sebagai khalifatullah di bumi, maka ia memiliki tugas-tugas tertentu sesuai
dengan tugas-tugas yang telah digariskan oleh Allah selama manusia itu berada di bumi sebagai
khalifatullah. Jika kita menyadari diri kita sebagai khalifah Allah, sebenarnya tidak ada satu manusia pun
di atas dunia ini yang tidak mempunyai “kedudukan” ataupun “jabatan”. Jabatan-jabatan lain yang
bersifat keduniaan sebenarnya merupakan penjabaran dari jabatan pokok sebagai khalifatullah. Jika
seseorang menyadari bahwa jabatan keduniawiannya itu merupakan penjabaran dari jabatannya sebagai
khalifatullah, maka tidak ada satu manusia pun yang akan menyelewengkan jabatannya. Sehingga tidak
ada satu manusia pun yang akan melakukan penyimpangan-penyimpangan selama dia menjabat. Jabatan
manusia sebagai khalifah adalah amanat Allah. Jabatan-jabatan duniawi, misalkan yang diberikan oleh
atasan kita, ataupun yang diberikan oleh sesama manusia, adalah merupakan amanah Allah, karena
merupakan penjabaran dari khalifatullah. Sebagai khalifatullah, manusia harus bertindak sebagaimana
Allah bertindak kepada semua makhluknya.
Pada dasarnya, semua makhluk Allah di atas bumi ini beribadah menurut kondisinya. Paling
tidak, ibadah mereka itu adalah bertasbih kepada Allah. Disebutkan dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah:
Yushabbihu lillahi ma fissamawati wama fil ardh.
Bebatuan, pepohonan, gunung, dan sungai misalkan, semuanya beribadah kepada Allah dengan
cara bertasbih. Dalam hal ini, janin yang berada di dalam rahim ibu beribadah sesuai dengan kondisinya,
yaitu dengan cara bertasbih. Ketika Allah akan meniupkan roh ke dalam janin, maka Allah bertanya dulu
kepada janin tersebut. Allah mengatakan “Aku akan meniupkan roh ke dalam dirimu. Tetapi jawab
dahulu pertanyaan-Ku, baru Aku akan tiupkan roh itu ke dalam dirimu. Apakah engkau mengakui Aku
sebagai Tuhanmu?” Lalu dijawab oleh janin tersebut, “Iya, aku mengakui Engkau sebagai Tuhanku.”
Dari sejak awal, ternyata manusia itu sebelum ada rohnya, atau pada saat rohnya akan ditiupkan,
maka Allah menanyakan dahulu apakah si janin mau mengakui-Nya sebagai Tuhan. Jadi, janin tersebut
beribadah menurut kondisinya, yaitu dengan bertasbih kepada Allah. Tidak ada makhluk Allah satupun
yang tidak bertasbih kepada-Nya Manusia mulai melakukan penyimpangan dan pembangkangan
terhadap Allah yaitu pada saat ia berusia akil baligh hingga akhir hayatnya. Tetapi, jika kita ingat fungsi
kita sebagai khalifatullah, maka takkan ada manusia yang melakukan penyimpangan. Makna sederhana
dari khalifatullah adalah “pengganti Allah di bumi”. Setiap detik dari kehidupan kita ini harus diarahkan
untuk beribadah kepada Allah, seperti ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya: Wa ma khalaqtul
jinna wal insa illa liya’budu.
“Tidak Aku ciptakan manusia dan jin kecuali untuk menyembah kepada-Ku.”
Kalau begitu, sepanjang hayat kita sebenarnya adalah untuk beribadah kepada Allah. Dalam
pandangan Islam, ibadah itu ada dua macam, yaitu: ibadah primer (ibadah mahdhah) dan ibadah
sekunder (ibadah ghairu mahdhah). Ibadah mahdhah adalah ibadah yang langsung, sedangkan ibadah
ghairu mahdhah adalah ibadah tidak langsung. Seseorang yang meninggalkan ibadah mahdhah, maka
akan diberikan siksaan oleh Allah. Sedangkan bagi yang melaksanakannya, maka akan langsung
diberikan ganjaran oleh Allah. Ibadah mahdhah antara lain: shalat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan
ibadah ghairu mahdhah adalah semua aktifitas kita yang bukan merupakan ibadah mahdhah tersebut,
antara lain: bekerja, masak, makan, dan menuntutilmu.
2.2 Manusia Dalam PrespektifKekhalifahan
1. Eksistensi manusia
Istilah eksistensi mempunyai makna yang terkaya dan terdalam, ditemukan dalam bahasa arab.
Eksistensi berasala dari akar kata kerja wajada, bentuk kata ini berarti “menemukan” dan turunnya
adalah wujud (ada), wijdan (sadar), wajd (nirwana) dan wujd. Dalam bentuk wajd, wujd, dan wijdan
berarti “mempunyai milik”, dan mempunyai milik pada akhirnya mengantarkan pada wujud independen,
yakni wujud yang tidak tergantung pada yang lain. Mana lain dari istilah wujud (eksisensi) dan suatu
keberadaan yang dirasakan, ditemukan dan ditentukan oleh panca indera. Karena itu dapat dikatakan
bahwa ada sesuatu yang dapat dirasakan panca indera. Di sisi lain ada juga keberadaan yang tidak dapat
diketahui dengan perasaan tapi dengan nalar. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa eksisensi
manusiaberartikeberadaanmanusia,artinyasegalasesuatuyangadaatauyangmunculyangdapat
diemukan atau dirasakan pada diri manusia baik secara fisis maupun metafisis, empiris maupun meta
empiris.
Ada pengertian eksistensi manusia oleh Al-Ghazalli didefinisikan sebagai komposisi yang
meperlihatkan keberadaan manusia dalam suatu totalitas. Artinya manusia sebagai kenyataan faktual
terdiri atas bagian-bagian yang membentuk suatu komposisi yang menunjukkan keberadaannya.
Eksistensi manusia merupakan perpaduan antara beberapa unsur yang tidak bisa dipisah-pisahkan.
Menurut Ibnu Qoyyim, hakikat diri manusia itu merupakan paduan antara beberpa unsur yang saling
berkaitan dan tidak mungkin dipisah-pisahkan antara satu dengan yang lainnya. Beberapa unsur yang
dimaksud itu adalah ruh, akal dan badan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh M. Qutb bahwa dalam
perspektif islam eksistensi manusia yang merupakan paduan antara ketiga unsur tersebut merupakan satu
kesatuan yang terpadu dan saling berkaitan, badan yang bersifat materi tidak bisa dipisahkan dengan akal
dan ruh yang bersifat imateri. Masing-masing dari ketiga unsur tersebu memiliki daya aau potensi yang
saling mendukung dan melengkapi dalam perjalanan hidup manusia.
2. Eksistensi Manusia dalam PerspektifKekhalifahan
Manusia mempunyai keistimewaan dibanding dengan makhluk Tuhan yang lainnya dimuka bumi
ini. Keistimewaan ini bisa dilihat dari sisi penciptaan fisik maupun personalitas karakternya. Karena
keistimewaannya itu, manusia memiliki tugas dan kewajiban yang berbeda dengan makhluk yang
lain.[14]hal ini dapat kita lihat dalam Surat Al-Baqarah ayat 30-33 yang memaparkan proses kejadian
manusia dan pengangkatannya sebagai khalifah. Proses kejadian inilah yang dapat memberikan
pengertian kedudukan manusia sebagai khallifatullah dalam Alam Semesta. Sebagaimana diungkapkan
beberapa penafsir berikut:
a. MusthafaAl-Maraghi

Menurut Musthfa Al-Maraghi Q.S. Al-Baqarah ayat 30-33 menceritakan tentang kisah kejadian
umat manusia. Menurutnya dalam kisah penciptaan Adam yang terdapat dalam ayat tersebut
mengandung hikmah dan rahasia yang oleh Allah diungkap dalam bentuk dialok antara Allah dengan
malaikat. Ayat ini termasuk ayat Mutasyabihat yang tidak cukup dipahami dari segi dhahirnya ayat saja.
Sebab jika demikian berarti Allah mengadakan musyawarah dengan hambanya dalam melakukan
penciptaan. Sementara hal ini adalah mustahil bagi Allah. Karena ayat ini kemudian diartikan dengan
pemberitaan Allah pada para malaikat tentang penciptaan Khalifah di Bumi yang kemudian para
Malaikat mengadakan sanggahan. Berdasarkan tersebut, maka ayat diatas merupakan tamsil atau
perumpamaan dari Allah agar mudah dipahami oleh manusia, khususnya mengenai proses kejadian
Adam dankeistimewaannya.
2.3 Tugas dan Peranan Manusia DimukaBumi
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan penting yang
diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat. Pertama, memakmurkan bumi (al ‘imarah).
Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak manapun (ar ri’ayah).
1. Memakmurkan Bumi
Manusia mempunyai kewajiban kolektif yang dibebankan Allah SWT. Manusia harus
mengeksplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-luasnya umat manusia. Maka sepatutnyalah
hasil eksplorasi itu dapat dinikmati secara adil dan merata, dengan tetap menjaga kekayaan agar tidak
punah. Sehingga generasi selanjutnya dapat melanjutkan eksplorasi itu.
2. MemeliharaBumi
Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya sebagai
SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan
alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak akan sangata potensial merusak
alam. Oleh karena itu, hal semacam itu perlu dihindari.
Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia-sia. Penciptaan manusia mempunyai tujuan yang
jelas, yakni dijadikan sebagai khalifah atau penguasa (pengatur) bumi. Maksudnya, manusia diciptakan
oleh Allah agar memakmurkan kehidupan di bumi sesuai dengan petunjukNya. Petunjuk yang dimaksud
adalah agama(Islam).
Mengapa Allah memerintahkan umat nabi Muhammad SAW untuk memelihara bumi dari
kerusakan?, karena sesungguhnya manusia lebih banyak yang membangkang dibanding yang benar-
benar berbuat shaleh sehingga manusia akan cenderung untuk berbuat kerusakan, hal ini sudah terjadi
pada masa nabi – nabi sebelum nabi Muhammad SAW dimana umat para nabi tersebut lebih senang
berbuat kerusakan dari pada berbuat kebaikan, misalnya saja kaum bani Israil, seperti yang Allah
sebutkan dalam firmannya dalam surat Al Isra ayat 4 yang berbunyi :Teks lihat “google Al-Qur’an
onlines”
Artinya : dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan
membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan
kesombongan yang besar“. (QS Al Isra : 4)
Sebagai seorang muslim dan hamba Allah yang taat tentu kita akan menjalankan fungsi sebagai
khalifah dimuka bumi dengan tidak melakukan pengrusakan terhadap Alam yang diciptakan oleh Allah
SWT karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Seperti
firmannya dalam surat Al Qashash ayat 77 yang berbunyi: Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”
Artinya: dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS AL
Qashash : 7)
Manusia dengan makhluk Allah lainnya sangat berbeda, apalagi manusia memiliki kelebihan-
kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk yang lain, salah satunya manusia diciptakan dengan sebaik-
baik bentuk penciptaan, namun kemuliaan manusia bukan terletak pada penciptaannya yang baik, tetapi
tergantung pada; apakah dia bisa menjalankan tugas dan peran yang telah digariskan Allah atau tidak,
bila tidak, maka ia akan dimasukkan ke dalam neraka dengan segala kesengsaraannya.
Allah SWT berfirman yang artinya, "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh; maka bagi mereka pahala yang tiada
putus-putusnya." (95: 4 -- 6). Paling kurang ada tiga tugas dan peran yang harus dimainkan oleh manusia
dan sebagai seorang muslim, kita bukan hanya harus mengetahuinya, tetapi menjalankannya dalam
kehidupan ini agar kehidupan umat manusia bisa berjalan dengan baik dan menyenangkan.
Beribadah kepada Allah SWT merupakan tugas pokok, bahkan satu-satunya tugas dalam kehidupan
manusia sehingga apa pun yang dilakukan oleh manusia dan sebagai apa pun dia, seharusnya dijalani
dalam kerangka ibadah kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya yang artinya, "Dan Aku tidak
menciptakan manusia kecuali supaya mereka menyembah-Ku." (51: 56).
Agar segala yang kita lakukan bisa dikategorikan ke dalam ibadah kepada Allah SWT, paling tidak
ada tiga kriteria yang harus kita penuhi. Pertama, lakukan segala sesuatu dengan niat yang ikhlas karena
Allah SWT. Keikhlasan merupakan salah satu kunci bagi diterimanya suatu amal oleh Allah SWT dan
ini akan berdampak sangat positif bagi manusia yang melaksanakan suatu amal, karena meskipun apa
yang harus dilaksanakannya itu berat, ia tidak merasakannya sebagai sesuatu yang berat, apalagi amal
yang memang sudah ringan. Sebaliknya, tanpa keikhlasan, amal yang ringan sekalipun akan terasa
menjadi berat, apalagi amal yang jelas-jelas berat untuk dilaksanakan, tentu akan menjadi amal yang
terasa sangat berat untukmengamalkannya.
Kedua, lakukan segala sesuatu dengan cara yang benar, bukan membenarkan segala cara,
sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah SWT dan dicontohkan oleh Rasul-Nya. Manakala seorang
muslim telah menjalankan segala sesuatu sesuai dengan ketentuan Allah SWT, maka tidak ada
penyimpangan-penyimpangan dalam kehidupan ini yang membuat perjalanan hidup manusia menjadi
sesuatu yang menyenangkan.
Ketiga, adalah lakukan segala sesuatu dengan tujuan mengharap ridha Allah SWT dan ini akan
membuat manusia hanya punya satu kepentingan, yakni ridha-Nya. Bila ini yang terjadi, maka upaya
menegakkan kebaikan dan kebenaran tidak akan menghadapi kesulitan, terutama kesulitan dari dalam
diri para penegaknya, hal ini karena hambatan-hambatan itu seringkali terjadi karena manusia memiliki
kepentingan-kepentingan lain yang justru bertentangan dengan ridha AllahSWT.
Nilai-nilai dan segala ketentuan yang berasal dari Allah SWT harus ditegakkan dalam kehidupan di
dunia ini. Untuk menegakkannya, manusia diperankan oleh Allah SWT sebagai khalifah (wakil) Allah di
muka bumi ini untuk menegakkan syariat-syariat-Nya, Allah SWT berfirman yang artinya,
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (2: 30).
Untuk bisa menjalankan fungsi khalifah, manusia harus menegakkan nilai-nilai kebenaran dan
keadilan serta menyiarkan kebaikan dan kemaslahatan, ini merupakan perkara yang sangatmendasar
untuk bisa diterapkan. Tanpa kebenaran dan keadilan serta kebaikan dan kemaslahatan, tidak mungkin
tatanan kehidupan umat manusia bisa diwujudkan, karenanya ini menjadi persyaratan utama bagi
manusia untuk menjalankan fungsi khalifah pada dirinya. Allah SWT berfirman yang artinya, "Hai
Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah
keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia
akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan
mendapat azab yang berat karena mereka melupakan hari perhitungan." (Shad:26).

Untuk bisa memperoleh kehidupan yang baik di dunia ini, salah satu yang menjadi penopang
utamanya adalah penegakkan hukum secara adil sehingga siapa pun yang bersalah akan dikenai
hukuman sesuai dengan tingkat kesalahannya, karenanya hal ini merupakan sesuatu yang sangat
ditekankan oleh Allah SWT kepada manusia sebagaimana terdapat dalam firman-Nya yang artinya,
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya menetapkannya dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat." (4:58).

2.4 Makna Dan Peran Kekhalifahan Manusia DiBumi


Manusia dipilih sebagai khalifatullah, sebagaimana diuraikan diatas, karena kelebihan yang
dianugerahkan Allah kepada manusia berupa ilmu pengetahuan, yang tidak diberikan kepada makhluk
Allah yang lain termasuk malaikat. Ayat-ayat diatas yang menyampaikan tentang pengajaran Allah
kepada manusia memberikan pengertian bahwa untuk dapat menjalankan fungsi dan peran kekhalifahan
diperlukan modal atau syarat yaitu ilmu. Hal ini senada dengan pendapat Quraish Shihab bahwa
pengetahuan atau potensi yang berupa kemampuan menyebutkan nama-nama itu merupakan sayrat
sekaligus modal bagi Adam (Mnusia) untuk mengelola bumi ini. Tanpa pengetahuan atau pemanfaatan
potensi berpengetahuan, maka tugas kekhalifahan manusia akan gagal, meskipun ia tekun ruku’, sujud
dan beribadah kepada Allah sebagaimana yang dilakukan oleh malaikat. Meski malaikat merupakan
makhluk yang paling taat, tapi tetapp dinilai sebagai makhluk yang tidak memliki kemampuan untuk
menjadi khalifah, karena ia tidak memiliki ilmu atau pengetahuan tentang hal itu.

Dalam beberapa ayat juga disebutkan bahwa manusia memiliki kehidupan ideal dan dari kehidupan
ideal itu manusia didorong kepada kehidupan riil agar ia dapat teruji sebagai makhluk fungsional (Q.S.
Al-Mulk/67:2). Maksudnya, hidup atau kehidupan riil adalah hidup di bumi sekaligus mati di bumi.
Dalam kaitan ini menurut konsepsi Al-Qur’an manusia juga sering disebut sebagai khalifah dalam
pengertian kuasa (mandataris, bukan penguasa). Dalam status itulah manusia terkait dengan berbagai
hak, kewajiban, serta tanggungjawab, yang semuanya merupakan amanahbaginya.

Kemuliaan manusia ini menunjukkan bahwa manusia dibanding dengan makhluk lain memiliki
keistimewaan yang membawanya kepada kedudukan yang istimewa pula yaitu khalifah. Dalam
kedudukan ini manusia diiberi peran untuk membangun dan mengembangkan dunia baik secara sendiri-
sendiri (individualistik) maupun bersama-sama(sosial). Manusia mampu berperan menenukan nasib
mereka sendiri. Peran ini dilakukan secara sadar dan melalui kehendak bebasnya, artinya manusia dapat
menentukan masadepanya atas dasar pengeahuan tentang diri, kehidupan disekeliling mereka dan
berdasarkan intelekualitas serta pemeliharaan diri secara baik.

Manusia selaku khalifah memiliki kebebasan berkehendak (free will), suatu kebebasan yang
menyebabkan manusia dapat memilih tingkah lakunya sendiri. Manusia dibekali akal yang dengan akal
itu manusia mampu membuat pilihan antara yang benar dan yang salah.

Berbeda dengan M. Quraish Shihab ysng mengharuskan memiliki karakter sebagai manusia secara
pribadi maupun kelompok, mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah, guna membangun
dunia sesuai konsep yang dieepkan Allah. Sehinga khalifah harus memiliki empat sisi karakter yang
saling terkait. Keempat sisi tersebutadalah:

a. Memenuhi tugas yang diberikan Allah.

b. Menerima ugas tersebut dan melaksakannya dalam kehidupan perorangan maupunkelompok.

c. Memelihara serta mengelola lingkungan hidup unuk kemanfaatanbersama.

d. Menjadikan tugas-tugas khalifah sebagai pedomanpelaksanaannya.

M. Kuraish shihab memetakan karakterisik khalifatullah dengan menganalisis tafsir milik Al-
Tabrasi dikemukakan didalamnya bahwa kata imam mempunyai makna yang sama dengan khalifah.
Hanya kata imam digunakan untuk keteladanan, karena ia terambil dari kata yang mengandung arti
depan, yang berbeda dengan khalifah yang terambil dari kata “belakang”.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Tujuan penciptaan manusia di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Sedangkan tujuan hidup
manusia di dunia ini adalah untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat. Jadi,
manusia di atas bumi ini adalah sebagai khalifah, yang diciptakan oleh Allah dalam rangka untuk
beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu adalah untuk mencapai kesenangan di dunia dan
ketenangan diakhirat
2. Ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan
berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui“. (Q.S. Al-Baqarah:
30)
3. M. Kuraish shihab memetakan karakterisik khalifatullah dengan menganalisis tafsir milik Al-
Tabrasi dikemukakan didalamnya bahwa kata imam mempunyai makna yang sama dengan
khalifah. Hanya kata imam digunakan untuk keteladanan, karena ia terambil dari kata yang
mengandung arti depan, yang berbeda dengan khalifah yang terambil dari kata“belakang”.
4. Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan penting
yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat. Pertama, memakmurkan bumi
(al ‘imarah). Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak
manapun.
5. Memakmurkan Bumi adalah Manusia harus mengeksplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan
seluas-luasnya umat manusia. Maka sepatutnyalah hasil eksplorasi itu dapat dinikmati secara adil
dan merata, dengan tetap menjaga kekayaan agar tidak punah Memelihara Bumi adalah Melihara
bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya sebagai SDM
(sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan
alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak akan sangata potensial
merusakalam.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi, Musthafa. Tafsir Al-Maraghi ( Terj. ) ( Semarang: Thoha Putra, 1985 )

Dawamraharjo, M. Ensiklopedia Al-Qur’an ( Jakarta: Paramadina, 1996 )

Hamka, Tafsir Al-Azhar ( Juz.1 ) ( Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1982 )

Langgulung, Hasan. Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisa Psikolgi dan Pendidikan ( Jakarta,: Pusaka
Al Husna,1989 ),

Madjid, Nurcholis. Islam, Dokrin dan Peradaban (jakarta:Paramadina, 1992)

Munawwir, Ahmad Warson. Al munawwir,Kamus Arab-Indonesia,(Yogyakara, Tampa Tahun)

Hasbullah, Muzaidi. Manhaj Tarbiyah Ibnu Qoyyim ( Terj ) ( Jakarta:PustakaAl- Kautsar, 2002 )

Jalaludin, Teologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2000)

Nasution, Harun. Islam Rasional (Bandung: Mizan, 1995) TediPriatna, Reaktualisasi Paradigma
Pendidikan Islam (Bandung:PustakaBani Quraisy, 2004)

Saifuddin,EndangAnshari,WawasanIslam,Pokok-PokokPikiranTentangIslam dan Umatnya


(Bandung: Pustaka,1983)

Shihab, M. Qurais. Membumikan Al-Qur’an, fungsi dan peranwahyu dalam kehidupan


masyarakat, (Bnadung:Mizan,2007)
CRITICAL BOOK REVIEW

Pendidikan Agama Islam


CRITICAL BOOK REVIEW
MK.PENDIDILAN AGAMA
ISLAM
PRODI S1 PENDIDIKAN
TEKNIK ELEKTRO - FT

Skor Nilai :

NAMA : MuhammadSulaiman

NIM :5191131003

DOSENPENGAMPU : Drs.Ramli.,M.A

MATAKULIAH : Pendidikan AgamaIslam

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Esa,
yang berkuasa atas seluruh alam semesta, karena berkat rahmat, taufik serta hidayah-Nya
jugalah maka Critical Book Review mata kuliah Agama Islam ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu selesainya pembuatan Critical Book Review ini. Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dan sangat jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
sempurnanya makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bisa
memberikan manfaat bagi kita semua. Semoga Tuhan Yang Maha Esa mencurahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua.

Medan, 16 April 2021

Penulis
Muhammad Sulaiman
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR............................................................................................... i

DAFTARISI.............................................................................................................. ii

I. PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ........................................................................................................1

B. Tujuan............................................................................................................. 1

C. Manfaat........................................................................................................... 1

D. IdentitasBuku................................................................................................. 2

II. RINGKASANBUKU
A. BukuUtama ............................................................................................................4

B. BukuPembanding .......................................................................................... 6

III. EVALUASI
A. KelebihanBuku............................................................................................. 7

B. KekuranganBuku............................................................................................ 7

IV. PENUTUP
A.Kesimpulan........................................................................................................ 8

B.Rekomendasi..................................................................................................... 8

V. DAFTARPUSTAKA .......................................................................................9
I. PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Pendidikan Islam sebagai sarana dalam membentuk manusia sebagai hamba dan
khalifah Allah di bumi diharapkan memberikan kontribusi dan perananannya dalam
membantu tercapainya tujuan hidup manusia. Pendidikan akan dapat terlaksana dengan baik,
jelas tujuannya, efektif serta efisien sistem dan metode yang digunakannya, serta
berkesinambungan isi kurikulumnya, apabila pendidikan dilaksanakan dengan mengacu pada
suatu landasan yang kuat. Manusia dan pendidikan merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisah-pisahkan. Manusia membutuhkan pendidikan untuk membantu pengembangan
aktualisasi dirinya. Sebaliknya keberadaan pendidikan tergantung pada keberadaan manusia
itu sendiri. Artinya eksisnya pendidikan karena eksisnya manusia, sehingga dapat dikatakan
bahwa pendidikan mulai eksis saat eksisnya manusia itusendiri.
Kita sebagai makhluk Allah yang mempunyai akal pikiran, hendaknya mengetahui
bagaimanakah proses terbentuknya manusia dan sebagai apakah manusia diciptakan.
Pada hakikatnya, manusia bukanlah sebuah kebetulan untuk diciptakan, dan bukan pula hanya
sebagai benda hidup yang kemudian mati tanpa pertanggungjawaban. Al-Quran telah
menjelaskan bahwa manusia memiliki tiga macam istilah yaitu, insan, basar, dan bani adam.
Dalam alqur’an juga telah dijelaskan tentang manusia mengemban fungsi dan tugas hidup
yang berkaitan dengan tanggung jawab. Jadi manusia itu diciptakan dengan fungsi dan tugas
yang pada akhirnya akandipertanggungjawabkan.

B. Tujuan
1. Mengulas isi sebuah buku secara detail kemudian berusaha untukmemahaminya.
2. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi secara detail yang
diberikan olehbuku
3. Menentukan kelemahan dan kelebihan setiap buku serta menarik serta
menentukan kesimpulan & rekomendasi buku yang lebih layak untukdigunakan.

C. Manfaat
1. Untuk lebih memahami materi dari buku tersebut secaradetail.
2. Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah buku yang telah di lengkapi
dengan ringkasan buku ,pembahasan isibuku, serta kekurangan dan kelebihan buku
tersebut.
3. Melatih siswa merumuskan serta mengambil kesimpulan-kesimpulan atas buku-buku
yang dianalisistersebut.
D. IDENTITAS BUKU
BUKUUTAMA

1) JUDUL : Pendidikan Agama Islam Di PerguruanTinggi


2) TOPIK : Tanggung Jawab Manusia Sebagai KhalifahAllah
3) EDISI 1
4) PENGARANG : Rusyja Rustam Dan Zainal A.Arifin
5) PENERBIT :DEEPUBLISH
6) KOTATERBIT : Yogyakarta
7) TAHUNTERBIT 2018
8) ISBN : 978-623-7022-56-5
9) JUMLAHBAB : 9Bab
10) JUMLAHHLM : 276Halaman
11)HARGABUKU : Rp. 113.995,00

BUKU PEMBANDING

1) JUDUL : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM untuk PerguruanTinggi


2) TOPIK : Tanggung Jawab Manusia Sebagai KhalifahAllah
3) EDISI 1
4) PENGARANG : Dra. Hj. Aminah,M.Ag.
5) PENERBIT :ANDI
6) KOTATERBIT :Yogyakarta
7) TAHUNTERBIT 2017
8) ISBN : 978-979-29-6330-4
9) JUMLAHBAB : 15Bab
10) JUMLAHHLM : 231Halaman
11) HARGABUKU :-
II. RINGKASANBUKU

1. RINGKASAN BUKUUTAMA

Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah Allah

Al-Quran banyak memperkenalkan ayat tentang hakikat dan sifat-sifat manusia


sebagai makhluk yang menempati posisi unggul. Jauh sebelum manusia diciptakan. Tuhan
telah menyampaikan pada malaikat bahwa Dia akan menciptakan khalifah Allah di muka
bumi. Dia yang betugas mengurus bumi dengan seluruh isinya, dan memakmurkannya
sebagai amanah Allah. Sebagai penguasa di bumi, manusia berkewajiban membudayakan
alam semesta iniguna menyiapkan kehidupan bahagia dan sejahtera. Tugas dan kewajiban ini
ujian dari Allah kepada manusia.
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus
dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi
adalah tugas ke-khalifahan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi serta
pengelolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi
khalifah memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan kemamkmuran di muka bumi.
Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya
mengelola serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya.
Sebagai wakil Tuhan, Tuhan mengajarkan kepada manusia kebenaran dalam segala
ciptaan-Nya dan melalui pemahaman serta penguasaan terhadap hukum-hukum kebenaran
yang terkandung dalam ciptaan-Nya, manusia dapat menyusun konsep baru, seeta melakukan
rekayasa membentuk wujud baru dalam kebudayaan.
Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan
menentukan sehingga kebebasannya melahirkan kreativitas yang dinamis. Adanya kebebasan
manusia dimuka bumi ini adalah karena kedudukannya untuk memimpin sehingga pemimpin
tidak tunduk kepada siapapun kecuali kepada yang di atas yang memberikan kepemimpinan.
Konsekuensi kekhalifahan manusia di muka bumi adalah membangun, mengolah dan
memakmurkan bumi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, kehidupan seorang
muslim akan dipenuhi dengan amanah dan kerja keras yang tiada henti. Kerja keras seorang
muslim adalah salah satu bentuk ibadahnya kepadaAllah.
Manusia yang dianggap sebagai khalifah tidak akan menjunjung tinggi tanggungjawab
kekhalifahannya tanpa dilengkapi dengan potensi-potensi yang memungkinkannya mampu
melaksanakan tugasnya. M. Quraish Shihab mengemukakan beberapa potensi tersebut yang
diberikan Allah kepada manusia sehubungan dengan kedudukannya sebagai khalifah Allahdi
muka bumi, yakni:
1. Kemampuan mengetahui sifat, fungsi, dan kegunaan segala macam benda (Jamal
Syarif, 2003). Melalui potensi ini manusia dapat menemukan hukum-hukum dasar
alam semesta, menyusun konsep, mencipta, mengembangkan dan mengemukakan
gagasan untuk melaksanakannya serta memilki pandangan menyeluruhterhadapnya.
2. Pengalaman selama berada di surga, baik yang manis seperti kedamaian dan
kesejahteraan. Maupun yang pahit seperti keluarnya Adam dan Hawa dari surga
akibat terbujuk rayuan setan di dunia, sekaligus peringatan bahwa jangankanyang
belum masuk surga yang sudah masuk surga pun, bila mengikuti rayuan setan akan
diusir dari surga.
3. Tuhan telah menaklukkan dan memudahkan alam semesta ini untuk diolah oleh
manusia. Penaklukkan yang tidak mungkin dilakukan oleh manusiasendiri
4. Tuhan memberikan petunjuk kepada manusia selama berada di bumi (Jamal Syarif,
2003)
Kekuasaan manusia sebagai wakil Tuhan dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuannya
yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum-hukum Tuhan baik yang tertulis
dalam Al-Quran maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (Al-Kaun). Seorang
wakil yang melanggar batas ketentuannya yang diwakili adalah wakil yang mengingkari
kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena
itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang
diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam surat Fathir ayat 39 yang mana artinya, : Dia-
lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, Maka
(akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu
tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-
orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan
kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka
belaka.

Dua peran yang dipegang manusia di muka bumi sebagai khalifah merupakan
perpaduan tugas dan tanggungjawab yang melahirkan dinamika hidup, yang sarat dengan
kreativitas dan amaliah yang selalu berpihak pada nilai-nilai kebenaran. Oleh karena itu,
hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah, kerja keras yang tiada henti, sebab
bekerja bagi seorang muslim adalah membentuk suatu amal saleh. Kedudukan manusia di
muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba Allah bukanlah dua hal yang
bertentangan melainkan suatu kesatuan yang padu dan tidak akan terpisahkan. Kekhalifahan
adalah realisasi dari pengabdiannya kepada Allah yangmenciptakannya.
Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian
rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan
derajat manusia meluncur jatuh kepada tingkat yang paling rendah, seperti dinyatakan Allah
dalam surat at-Tin ayat 4, yang artinya : Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

Dengan demikian, manusia sebagai khalifah dan hamba Allah merupakan kesatuan
yang menyempurnakan nilai kemanusiaan sebagai makhluk yang memilki kebebasan
berkreasi dan sekaligus menghadapkannya pada tuntutan kodrat yang menempatkan posisinya
padaketerbatasan.
Perwujudan kualitas keinsanan manusia tidak terlepas dari konteks sosial budaya atau
dengan kata lain kekhalifahan manusia pada dasarnya diterapkan pada konteks individu dan
sosial yang berporos pada Allah sebagaimana firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 12,
yang artinya, : Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: ''Kamu pasti akan dikalahkan (di
dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam, Dan itu itulah tempat yang seburuk-
buruknya''.
RINGKASAN BUKUPEMBANDING

Tanggung Jawab Manusia Sebagai KhalifahAllah

Peran manusia sebagai khalifah Allah menuntut pertanggungjawaban. Kewenangan


manusia sebagai khalifah Allah dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan yang telah
digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu Allah. Ketentuan yang dimaksud berupa hukum-
hukum Allah baik yang tertulis dalam kitab suci (ayat-ayat qur'aniyah) maupun yang tersirat
dalam kandungan alam semesta (ayat-ayat qauniyyah). Oleh karena itu, manusia diminta
pertanggungjawaban terhadap penggunaan wewenangnya dihadapan yang diwakilinya sesuai
dengan firman Allah yang artinya:
Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang
kafir, Maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang
kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran
orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi
Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah
kerugian mereka belaka. (QS. Al-Fatir: 39)

Di samping pertanggungjwaban kepada Allah selaku pemberi mandat,


pertanggungjawaban misi kekhalifahan juga diberikan kepada masyarakat yang
mempercayakan amanat untuk tugas kepemimpinan.
III. EVALUASI

A. Kelebihan dan Kelemahan Buku

Manusia sebagai hamba Allah memilki tanggung jawab yang harus dilaksanakan
dengan amanah dan baik. Dalam laporan ini, penulis mereview 2 topik yang sama dari 2 buku
yang berbeda. Topik yang dibahas adalah ''tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah''.
Kedua topik pembahasan dalam buku ini sangat bagus bagi para pelajar guna
meningkatkan pengetahuan mereka mengenai tanggungjawab yang harus dilaksanakan
manusia sebagai khalifah. Selain itu, penulis buku mampu memaparkan materi tersebut
dengan jelas dan mudah dimengerti. Di buku pertama, penulis membahas pengertian khilafah,
tugas-tugas khilafah serta konsekuensi khilafah. Selain itu, terdapat juga pendapat dari
Direktorat dan ulama terkemuka, M. Quraish Shihab mengenai manusia yang kedudukannya
sebagai khalifah Allah di muka bumi. Di dalam buku pertama ini, juga terdapat ayat-ayat suci
Al-Qur'an yang mana dapat memperkuat argumen tersebut. Di sisi lain, buku juga juga
terdapat latihan berbentuk essay di setiap bab nyayang dapat mengukur pemahaman pembaca
mengenai materi-materi yang disajikan. Dari segi cover ataupun layout, buku ini sudah cukup
baik karena sudah tersusun dengan rapi. Tetapi, untuk segi pengetikan, buku ini kurang baik
karena terdapat kesalahan pada halaman 56, yang mana kata keluar menjadi keluarga.
Pada buku kedua, buku ini sudah cukup baik dan bagus namun sayangnya buku ini
tidak menjelaskan materi terperinci. Seperti pada pembahasan tugas-tugas manusia sebagai
khalifah tidak dijelaskan dalam buku ini. Dan juga, hanya terdapat satu ayar yang dikutip dari
Al-Qur'an padahal masih ada beberapa ayat yang terkait dengan topik tersebut. Selain itu,
buku ini sudah cukup baik dalam tata letak, tidak ada kesalahan pengetikan dan buku ini juga
sudah memilki ISBN.
IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai mahluk yang dibekali dengan berbagai kelebihan jika dibandingkan


dengan mahluk lain, sudah sepatutnya manusia mensyukuri anugerah tersebut dengan
berbagai cara, diantaranya dengan memaksimalkan semua potensi yang ada dalam diri
kita. Kita juga dituntut untuk terus mengembangkan potensi tersebut dalam rangka
mewujudkan tugas dan tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi.
Manusia diturunkan kebumi ini bukanlah hanya sebagai penghias atau pelengkap
dibumi semata,tapi manusia sesungguhnya mempunyai kedudukan,peran dan tugas yang
telah melekat padanya yang terbawa sejak ia lahir kedunia yang luar biasa ini.Salah satu
perannya adalah manusia sebagai khalifah dibumi. Manusia telah dipilih oleh Allah untuk
melaksanakan tanggung jawab sebagai seorang khalifah dibumi,karena manusia
merupakan makhluk yang paling istimewa dibanding dengan makhluk-makhluk yang
lainnya.Mereka dipilih untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada dengan cara-
cara mereka sendiri dan tanpa melepas tanggung jawab.
Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tehnologi tentulah dipergunakan sebaik
mungkin, dengan catatan tidak melebihi ambang batas, sebab sesuatu yang sifatnya
berlebihan itu tidak baik. Begitu juga dengan pemanfaatan IPTEK, pemanfaatan IPTEK
yang melebihi angka wajar ia akan menjadi penghancur yang sangat kuat, baik itu pada
moral-moral anak bangsa, pada lingkungan hidup dan sebagainya.

B. Rekomendasi

Banyak poin poin yang mungkin dapat menjadi kelebihan dari kedua buku ini
namun kami sebagai reviewer menemukan beberapa hal yang mungkin kami harapkan
dapat menjadi evaluasi bagi penulis kedua buku ini dalam menyempurnakannya, yaitu
kami mengharapkan penulis kedua buku ini untuk lebih banyak mengutip penjabaran
material dari para ahli sehingga objektifitas dari material yang di jelaskan dalam buku ini
lebih baik, dan yang terakhir kami mengharapkan agar penulis buku lebih menjelaskan
secara detail materi dengan diksi yang mudah dipahami oleh pembaca sehingga tidak
terjadi kesalah pahaman dalam memahami arti dari materi di buku, dari beragam evaluasi
tersebut namun kami yakin bahwa kedua buku ini sudah sangat baik bagi pembaca
maupun mahasiswa.
V. DAFTARPUSTAKA

Dra. Hj. Aminah, M. (2017). PENDIDIKAN AGAMA ISLAM untuk Perguruan Tinggi.

Yogyakarta: ANDI.

Rusyja Rustam, Z. A. (2018). Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: DEEPUBLISH.
CRITICAL JURNAL REVIEW
CRITICAL JURNAL REVIEW
Pendidikan Agama Islam MK.PENDIDILAN AGAMA
ISLAM
PRODI S1 PENDIDIKAN
TEKNIK ELEKTRO - FT

Skor Nilai :

NAMA : MuhammadSulaiman
NIM 5191131003
DOSENPENGAMPU : Drs.Ramli.,M.A
MATAKULIAH : Pendidikan AgamaIslam

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK


ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN MEDAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan berkahnya
kami dapat menyelesaikan tugas Crtical Journal Review dengan baik dan benar sesuai
dengan tuntutan KKNI. Pada CJR ini terdapat dua jurnal yaitu “Hukum Islam, Demokrasi
Dan Hak Asasi Manusia” sebagai jurnal utama. Dan “Hukum Islam Dan Hukum Positif:
Perbedaan, Hubungan, dan Pandangan Ulama” sebagai jurnal pembanding. Dalam penulisan
dan pembuatan tugas ini tentunya memiliki kekurangan, semoga seluruh kalangan pembaca
dapat memakluminya, semoga tugas ini dapat berguna bagi seluruh kalangan pembaca
terlebih untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Hukum dalamIslam.

Medan, 13 Maret 2021

Penulis

Muhammad Sulaiman
Daftar Isi

Katapengantar i
Daftarisi ii
Bab I.Pendahuluan

1.1 TujuanCJR 1
1.2 ManfaatCJR 1
1.3 IdentitasJurnal 1

Bab II. Ringkasan IsiJurnal

2.1 Ringkasanjurnalutama 2

2.2 Ringkasanjurnalpembanding 3

Bab III.Diskusi

A. Kelebihan 5
B. Kelemahan 5

Bab IV.Penutup

A. Kesimpulan 5
B. Saran 5

Daftarpustaka 6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Critical JournalReview


• Untuk memenuhi tugas kkni dalam mata pelajaran agamaislam
• Untuk mendapatkan informasi dan menambah pengetahuan dari isi jurnaltersebut
• Untuk memberitahu pembaca kelebihan dan kekurangan dari journaltersebut
• Untuk memberikan kritik dan saran kepada penulis jurnaltersebut

1.2 Manfaat Critical Journal Review


• Sebagai salah satu kelengkapantugas
• Mendapatkan pemahaman dan ilmu dari jurnalitu
• Melatih untuk menemukan kelebihan dan kekukarangan dalamjurnal
• Dan melatih untuk memberikan kritik sertasaran

1.3 IdentitasJurnal
Jurnal Utama
• Juduljurnal : Hukum Islam, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia
• Namajurnal : JurnalIlmiah
• Penulis : Eva Iryani
• Tahunterbit :2017
• ISSN :-
• Nomor 2
• Volume 17
Jurnal Pembanding

• Juduljurnal : Hukum Islam dan Hukum Positif, Perbedaan, Hubungan,dan


PandanganUlama
• Namajurnal : Jurnal HukumNovelty
• Penulis : Alda Kartika Yudha
• Tahunterbit 2017
• ISSN : ISSN (print) 1412-6834, ISSN (online)2550-0090
• Nomor 2
• Volume 8
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

2.1 Ringkasan JurnalUtama

Pengertian hukum Islam, sumber dan tujuan, sebagai agama universal dan menyeluruh,
yang tidak hanya melulu mengatur masalah ritual ibadah saja, akan tetapi juga memiliki
aturan-aturan dan fondasi keimanan bagi umat Muslim, mulai dari perkara kecil hingga besar,
seperti persoalan cinta, zakat, shalat fardhu, pembagian warisan, pernikahan dan banyak lagi.
Untuk itulah, fungsi utama 5 rukun Islam dan 6 rukun iman yang senantiasa diamalkan oleh
kaum Muslimin, sangatlah vital. Pada dasarnya syariat Islam menurut Al-Quran mengatur
hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia serta makhluk
hiduplainnya.

Pengertian Hukum Islam

Pengertian hukum Islam atau syariat islam adalah sistem kaidahkaidah yang
didasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku mukallaf
(orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang mengikat bagi
semua pemeluknya.Syariat Islam menurut bahasa berarti jalan yang dilalui umat manusia
untuk menuju kepadaAllah.
Definisi hukum Islam adalah syariat yang berarti aturan yang diadakan oleh Allah
untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi SAW, baik hukum yang berhubungan
dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah
(perbuatan) yang dilakukan oleh umat Muslimsemuanya.

Sumber Hukum-Hukum Islam

Hukum Islam bukan hanya sebuah teori saja namun adalah sebuah aturan-aturan untuk
diterapkan di dalam sendi kehidupan manusia. Karena banyak ditemui permasalahan-
permasalahan. Untuk itulah diperlukan sumber hukum Islam sebagai solusinya, yaitu sebagai
berikut:
1. Al-Qur’an
2. Al-Hadist
3. Ijma’
4. Qiyas

Macam-Macam Hukum Islam


1. Wajib
Adalah suatu perbuatan yang jika dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika
ditinggalkan akan diberi siksa.
2. Sunnah
Ialah suatuperbuatan yang dituntut agama untuk dikerjakan tetapi tuntutannya tidak
sampai ke tingkat wajib.
3. Haram
Ialah suatu perbuatan yang jika dikerjakan pasti akan mendapat siksaan dan jika
ditinggalkan mendapat pahala.
4. Makruh
Adalah suatu perbuatan yang diperbolehkan oleh agama meninggalkan itu lebih baik
daripada mengerjakannya.
5. Mubah
Adalah suatu perbuatan yang diperbolehkan oleh agama antara mengerjakannya atau
meninggalkannya.

Tujuan Sistem Hukum Islam

1. Pemeliharaan atasketurunan
2. Pemeliharaan atasakal
3. Pemeliharaan ataskemuliaan
4. Pemeliharaan atasjia
5. Pemeliharaan atasharta
6. Pemeliharaan atasagama

2.1 Ringkasan JurnalPembanding


Tokoh-tokoh seperti Ḥasan al-Banna, Sayyid Quṭb, al-Maudūdi, Abdul Qodir
’Audah,Taqiyuddin an-Nabhani and Abu Bakr Ba’āsyir, merupakan segelintir tokoh dari dulu
hingga sekarang yang mencoba penegakan Syariat Islam sebagai hukum Negara.
Semangat perjuangan mereka, tak lain dimulai dengan doktrin bahwa Islam itu adalah
agama yang mengatur segala aspek kehidupan kita, tak terkecuali dalam perihal berhukum
dan bernegara. Paham yang lebih dikenal dengan paham Islam integral ini dalam beberapa
kasus bahkan sampai kepada titik ekstrim dengan mengatakan bahwa orang yang tidak mau
berhukum dengan hukum Allah adalah orang-orang kafir, dan hukum positif yang digunakan
olehpemerintahsekarang (yang bukan dari syariat Islam) adalah ṭāghūt. Meskipun begitu,
banyak sekali bantahan terhadap pendapat ini dengan banyaknya ulama muslim yang
berpendapat sebaliknya. Dalam pandangan mereka soal bertata-negara itu adalah urusan
duniawiyah yang masuk ke dalam golongan hadis “antum a’lamu bi umūri dunyākum”
(kamu lebih paham degan perkaraduniamu).

1. HukumIslam
Abdul Wahab Khalaf mengartikan hukum Islam sebagai perintah (doktrin) dari Allah
Swt., yang berkaitan dengan perbuatan orang-orang yang sudah mukallaf (orang yang sudah
dikenai beban syariat), dalam bentuk perintah (mengerjakan atau meninggalkan suatu
perbuatan), perizinan (boleh memilih), atau penetapan.

2. Keistimewaan Hukum Islam terhadap HukumPositif


Dalam pandangan penegak Islam syariat, hukum Islam adalah hukum yang wajib
ditegakan jika ingin tercapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat baik di Indonesia maupun
dunia. Hal ini dikarenakan hukum Islam mempunyai banyak keistimewaan dibandinkann
dengan hukum positif yang diterapkan oleh manusia.
3. HukumPositif
Hukum positif atau juga sering disebut sebagai ius constitutum, memiliki arti sebagai
hukum yang sudah ditetapkan dan berlaku sekarang di suatu tempat atau Negara
(Mertokusumo, 2007: 127-128). Indonesia dengan sistem civil law-nya menggunakan
perundang-undangan, kebiasaan dan yurisprudensi sebagai sumber hukum (Marzuki, 2014:
258). Oleh karena itu bisa dikatakan agama, adat dan norma kesusilaan juga menjadi bagian
dari hukum di Indonesia. Meskipun begitu, jika melihat di negara Indonesia, sumber hukum
yang berlaku berdasarkan TAP MPR No. III/ MPR/2000 adalah Pancasila.

4. Hubungan Antara Agama danNegara


Dalam diskursus ini, setidaknya sejarah mencatat ada tiga model hubungan yang
dijalin antara negara dan agama. Model relasi antara agama dan negara ini adalah paradigma
integralistik, simbolik, dan sekularistik (Esnawi, 2013: 24-38).

5. Pandangan Ulama tentang Hukum Positif dan HukumIslam


Cendekiawan muslim berbeda pendapat tentang penggunaan hukum posisif yang
sekarang marak di berbagai negara termasuk negara dengan penduduk muslim. Kelompok
pertama mengatakan bahwa sebuah negara wajib hukumnya menggunakan hukum Islam
sebagai hukum positif. Mereka yang tidak menggunakan hukum Islam adalah golongan
orang-orang yang bermaksiat kepada Allah, bahkan kafir kepadaNya. Kelompok kedua
mengatakan bahwa hukum positif yang ada (meskipun bukan hukum Islam) adalah sah
digunakan dan hal tersebut tidak termasuk maksiat kepada Allah apalagi kafir dan keluar dari
agama Islam.

6. Kesamaan Pemikiran Mazhab Pertama dengan PahamKhawarij


Usamah (2015: 45-47) mengatakan bahwa doktrin yang sekarang berkembang, yang
mengatakan pengguna hukum positif adalah orang-orang kafir, fasik dan pelaku maksiat pada
dasarnya sudah pernah terjadi di zaman para sahabat. Doktrin ini kala itu dipakai oleh orang-
orang Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan) ketika mereka menganggap bahwa
taḥkīm (kesepakatan damai) yang dilakukan ‘Ali bin Abi Ṭalib dan Muawiyah kala itu adalah
bentuk pengkhianatan terhadap hukum Allah Swt dan memilih menggunakan hukum buatan
manusia. Mereka menganggap bahwa penerimaan taḥkīm (yang dianggap sebagai hukum
buatan manusia) bertentangan dengan QS. Al-Maidah: 44.

7. Penerapan Hukum Islam diIndonesia


Jika dilihat dengan teori hubungan agama dan negara, Indonesia merupakan negara
yang menganut faham paradigma simbolistik. Mau tidak mau Indonesia harus mengakomodir
perkembangan pemikiran yang mencoba untuk memasukan nilai-nilai hukum Islam kedalam
hukum positifnya. Indonesia tidak boleh menolak mentah-mentah ketika dalam
perkembanganya terdapat tuntutan mensyariahkan hukum positif. Meskipun begitu,
pemasukan nilai syariah ke dalam hukum positif juga harus dilakukan dengan cara yang
diamini oleh bangsa ini, yaitu sesuai dengan keilmuan dalam disiplin ilmu hukum dan sesuai
dengan proses demokrasi, bukan indoktrinasi (Mu’allim, 2013: 2)
BAB III
DISKUSI

A. KelebihanJurnal
Jurnal utama memiliki kelebihan seperti penjelasan yang detail sehingga untuk para
pemula yang ingin mengenal hukum dalam islam bisa dilihat dan bisa memahami isi jurnal
dengan sendirinya.

Sedangkan dijurnal pembanding, jurnal tersebut memakai banyak referensi sehingga


membuat jurnal tampak sempurna.

B. KelemahanJurnal
Kelemahan jurnal utama adalah, sangat sedikit menggunakan referensi sehingga terlihat
seperti jurnal biasa, dan jurnal ini tidak memiliki ISSN.

Sedangkan jurnal pembanding, terlalu bertele tele dalam menjelaskan suatu topik yang
terkait di dalamnya, sehingga membuat pembaca harus fokus agar menemukan yang pembaca
cari dari jurnal tersebut.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian hukum Islam, sumber dan tujuan, sebagai agama universal dan menyeluruh,
yang tidak hanya melulu mengatur masalah ritual ibadah saja, akan tetapi juga memiliki
aturan-aturan dan fondasi keimanan bagi umat Muslim, mulaidari perkara kecil hingga besar,
seperti persoalan cinta, zakat, shalat fardhu, pembagian warisan, pernikahan dan banyak lagi.
Untuk itulah, fungsi utama 5 rukun Islam dan 6 rukun iman yang senantiasa diamalkan oleh
kaum Muslimin, sangatlah vital. Pada dasarnya syariat Islam menurut Al-Quran mengatur
hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia serta makhluk
hiduplainnya.
Negara Islam (yang tidak ṭāghūt) tidak bisa jika hanya dinilai dari landasannya saja.
Indonesia dalam hal ini, meskipun tidak secara resmi menggunakan Syariat Islam, tetap
membolehkan Syariat Islam untuk digunakan, bahkan dijadikan peraturan resmi negara.
Masalahnya tinggal umat Islam mampu atau tidak dalam mempositifisasikan Syariat Islam.
Jangan sampai kita menyalahkan sistem padahal kitanya yang tidak mampu. Hal ini seperti
kita menyalahkan senapan karena kita tidak bisamenembak.
Pancasila sebagai dasar negara justru sangat sesuai dengan nilai-nilai Islam. Bahkan
semua sila yang ada di dalam Pancasila memiliki sumberunyadalam Al-Quran. Di sisi lain,
model kekhilafahan Islam sendiri dari zaman Nabi Muhammad hingga Dinasti Utsmaniyah
runtuh, juga memiliki model yang berebeda-beda. Mulai dari Nabi yang menunjuk langsung
penggantinya, kemudian Utsmān dan ‘Ali bin Abi Ṭālib yang dipilih lewat voting seperti
halnya model parlementer, serta model kerajaan yang mana pemimpin dipilih berdasarkan
keturunan. Dari sini kemudian penulis sendiri berkesimpulan dan berhipotesis bahwa jika
Pancasila bisa benar-benar ditegakkan (bukan hanya sebagai alat kekuasaan) dan kemudian
tujuannya bisa tercapa, maka Pancasila bisa dikatakan masuk ke dalam kategori model sistem
khilafah.
B. Saran
Untuk jurnal utama kami sangat menyarankan agar penulis jurnal ini mengambil data
dari banyak referensi, hal ini sangat berguna untuk memperkuat isi tulisan dan fakta yanganda
sertakan.Sedangkan untuk jurnal kedua kami sangat menyarankan untuk memberikan
pembahasan yang luas pada setiap sub judul, agar tidak bertele tele dalam menjelaskan topik
yangdibawa.
Daftar Pustaka

Eva iryani. 2017. Hukum Islam, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia. Universitas Batanghari Jambi.
Jurnal ilmiah vol. 17 no. 2.
Alda Kartika Yudha. 2017. Hukum Islam dan Hukum Positif, Perbedaan, Hubungan, dan Pandangan
Ulama. Program Pascasarjana Universitas Islam Indonesia. Jurnal Hukum Novelty vol. 8 no. 2.
''MINI RESEARCH AGAMAISLAM''

''Pengaruh Akhlak dari Pendidikan Agama Islam Keluarga bagi Siswa/i


Kelas VII/2 SMP Free MethodistMedan''

NAMA : MuhammadSulaiman
NIM 5191131003
DOSENPENGAMPU : Drs.Ramli.,M.A
MATAKULIAH : Pendidikan AgamaIslam

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. YME serta puja dan puji syukur atas kehadirat-
Nya yang senantiasa memberi nikmat dan kemudahan kepada hambanya sehingga tugas ini
dapat selesai pada waktu nya.
Tak lupa pula peneliti ucapkan terimakasih kepada Bapak Drs.Ramli.,M.A sebagai
Dosen Pengampu pada mata kuliah Agama Islam yang telah membimbing dan memberikan
kami ilmu yang sangat bermanfaat untuk dimasa kini dan dimasa yang akan datang.
Terlepas dari itu semua, peneliti menyadari bahwa Mini Research ini jauh dari kata
sempurna baik. Oleh karena itu, peneliti sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran serta
masukan dari para pembaca. Akhir kata, peneliti berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca kurang dan lebih nya peneliti memohon maaf. Terimaksih.

Medan, 15 April 2021

Peneliti
Muhammad Sulaiman

2
1. Pendahuluan
Latar Belakang Masalah Dilihat dari tujuan pendidikan di Indonesia berdasarkan
UU tersebut maka dapat diketahui bahwa salah satu
tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
berakhlak mulia (UU RI No. 20 Tahun 2003).Menurut
Imam Abu Hamid Al-Ghazali (dalam Raharjo, 2010),
akhlak mulia merupakan akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa, sehingga perbuatan muncul
dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan pikiran
terlebih dahulu. Jika sifat yang tertanam muncul
perbuatan baik dan terpuji menurut rasio dan syariat
maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang baik. Jika
yang terlahir adalah perbuatan buruk maka sifat tersebut
dinamakan dengan ahklak yang buruk. Pendidikan
mengenai akhlak mulia dapat diperoleh melalui
Pendidikan Agama Islam baik di sekolah maupun dalam
keluarga.
Keluarga merupakan tempat pertama anak memperoleh
pendidikan. Menurut Drajat (2002) orangtua adalah
pembina pertama dalam kehidupan anak. Secara tidak
langsung anak menerima pelajaran dari orangtua melalui
sikap, kepribadian, dan cara hidup mereka yang dengan
sendirinya masuk ke dalam pribadi anak. Keluarga
mempunyai peran dalam pembentukan akhlak anak.
Oleh karena itu keluarga harus memberikan pendidikan
atau mengajar anak tentang akhlak mulia atau baik. Hal
itu tercermin dari sikap dan perilaku orang tua sebagai
teladan yang dapat dicontoh oleh anak. Beberapa ahli
ilmu mengatakan bahwa Allah SWT akan meminta
pertanggungjawaban dari setiap orang tua tentangapa
yang mereka lakukan kepada anak-anaknya. Oleh
karena itu3, orang tua harus memiliki kesadaran dan
usaha sebagai penanggungjawab pendidikan anakdalam
keluarga, terutama pendidikan agama (Al Jauziyah,
2005).

Tujuan Dan Manfaat Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
akhlak siswa/i Kelas VII/2 SMP Free Methodist Medan.
Kemudian tujuan penelitian ini adalah untuk memenuhi
tugas KKNI pada mata kuliah Agama Islam.
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat menjadi sumber
pengetahuan dan dapat menambah wawasan bagi kita
semua mengenai akhlak siswa/i saat ini serta penyebab
dan solusi-solusi yang dapat dilakukan segera mungkin.
2. Kerangka
4
Pemikiran/Gambaran
Umum
Uraian Permasalahan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
kepada orang tua terhadap pentingnya Pendidikan
Agama Islam dalam keluarga terhadap pembentukan
akhlak mulia anak. Sehingga orang tua sadar dan
berusaha meningkatkan Pendidikan Agama Islam dalam
keluarga. Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya
perbedan akhlak mulia antara siswa yang pendidikan
agamanya intensif dan siswa yang pendidikanagamanya
tidak intensif. Pendidikan agama yang intensif yang
dimaksud dalam hipotesis ini adalah siswa yang
orangtuanya Ustadz/Ustadzah atau mengundangguru
ngaji.
Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan para siswa/I
dari Kelas VII/2 SMP Free Methodist Medan sebagai
subjek penelitian.
Assessment Data Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari
angket yang telah diisi oleh responden dan mengambil
beberapa literature dari jurnal-jurnal terkait.
3. Metode Pelaksanaan
Metode Penelitian Dalam penelitian ini, akhlak mulia sebagai variabel
tergatung, sedangkan Pendidikan Agama Islam dalam
keluarga sebagai variabel prediktor. Penelitian ini
merupakan penelitian komparasi, yaitu sebuah
penelitian yang berusaha membandingkan keadaan satu
variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang
berbeda, atau dua waktu yang berbeda(Sugiyono,
2014).
Langkah Penelitian Dalam penelitian ini, pertama peneliti memaparkan
mengenai Pendidikan, Pendidikan Agama Islam,
Keluarga5Dan Akhlak. Kemudian, penelitimengangkat
suatu pe salahan yaitu mengenai akhlak lalu mencari
rma
referensi dari berbagai sumber guna mendukung hasil
penelitian. Setelah itu, peneliti membagi angket terbuka
kepada responden melalui google form dan meminta
mengisi dengan sejujur-jujurnya.

4. Pembahasan
Analisa Pembahasan / Berdasarkan hasil analisis deskriptif dapat disimpulkan
PenyelesaianMasalah bahwa tidak cukup signifikan perbedaan akhlak mulia
antara siswa yang di rumahnya ada
Ustadz/Ustadzahnyadengan siswa yang di rumahnya
tidak ada Ustadz/Ustadzahnya. Kemungkinan
dipengaruhi oleh kegiatan atau aktivitas siswa di luar
rumah. Hal ini sesuai denganteoripsikososial yang
dikemukakan oleh Erikson (dalam Santrock, 2011)yang

6
menyatakan bahwa pada masa usia remaja 10 hingga 20
tahun. Individu akan melakukan proses pencarian jati
diri. Sehingga masih banyak pengaruh pengaruh yang
mudah memengaruhi perkembangannya. Remaja
dihadapkan dengan tantangan untuk menemukan siapa
dirinya, bagaimana mereka nantinya, dan arah mana
yang akan mereka tempuh nantinya. Erikson (dalam
Santrock, 2011) menambahkan bahwa pencapaian
moralitas dewasa seorang remaja juga dipengaruhi oleh
pengalaman masa kecil. Jika remaja merasa kecewa
dengan keyakinan moral dan keagamaan yang diperoleh
selama masa kanak-kanak, maka akan merasa
kehilangan tujuan dan merasa hidup mereka kosong
untuk sementara waktu. Hal ini membuat remaja
berusaha mencari ideologi yang akan membawa kepada
tujuan hidupnya. Sehingga, proses penalaran moral yang
terjadi pada remaja sangat ditentukan oleh hubungan
atau aktivitasnya dengan lingkungan. Selain dengan
keluarga khususnya adalah dengan temansebaya.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi akhlak
siswa/i yaitu Faktor internal yaitu kehendak siswa dan
faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga dan
masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, belum
dikontrolnya pengaruh dua wahana pendidikan lain
yaitu pendidikan agama di sekolah dan pengaruh
masyarakat, kemungkinan yang menyebabkan tidak
adanya perbedaan yang signifikan antara siswa yang di
rumahnya ada Ustadz/Ustadzahnyadengan siswa yang di
rumahnya tidak ada Ustadz/Ustadzahnya. Keaktifan
siswadalamkegiatanSieKerohanianIslamdisekolah
dan kegiatan remaja masjid yang dilakukan di
lingkungan7rumah barangkali menjadi dua variable yang
perlu diteliti lebih lanjut.
Kekuatan Penelitian Berdasarkan metode penelitian yang digunakan tentu
memiliki kelebihan yaitu, responden dapat mengisi form
yang tersedia dimanapun. Dan juga, dengan metode ini
peneliti dan responden dapat menghemat waktu dengan
mudahnya mengakses angket yang dibagikan.
Kelemahan Penelitian Berdasarkan metode penelitian yang digunakan, peneliti
menemukan beberapa kekurangan yaitu terdapat
beberapa responden yang kesulitan mengakses angket
yang diberikan dikarenakan gangguan jaringan. Selain
itu, hal yang dikhawatirkan oleh peneliti yang
kemungkinan bisa terjadi yaitu responden tidak
menjawab angket dengan keadaan yang sebenar-

8
benarnya.
5. Kesimpulan Dan
Penutup
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan akhlak
mulia antara siswa yang di rumahnya ada
Ustadz/Ustadzahnya dengan siswa yang di rumahnya
tidak ada Ustadz/Ustadzahnya. Hal ini dapat dilihat dari
hasil analisa data diperoleh nilai t = 1.015 dengan taraf
signfikansi sebesar 0.313 (ρ >0.05). Namun, hasil
pengujian menunjukkan bahwa adanya perbedaan
rerata akhlak mulia siswa yang di rumah ada
Ustadz/Ustadzahnya (87.40) lebih tinggi dari pada
akhlak mulia siswa yang di rumahnya tidak ada
Ustadz/Ustadzah (84.90).
Walaupun terdapat perbedaan rerata antara siswa yang
di rumahnya ada Ustadz/Ustadzahnya dengan siswa
yang di rumahnya tidak ada Ustadz/Ustadzahnya. Tetapi
hal ini tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan antara siswa yang di rumahnya ada
Ustadz/Ustadzahnya dengan siswa yang di rumahnya
tidak ada Ustadz/Ustadzahnya. Hal ini dapat
dikarenakan tidak terkendalikannya dua variabel atau
wahana Pendidikan Agama Islam yang lain, yakni
sekolah dan masyarakat. Pendidikan agama di sekolah
seperti aktifitas siswa Sie Kerohanian Islam (Rohis) dan
aktifitas remaja di dalam masyarakat (Remaja Masjid)
mungkin mempunyai andil yang tidak kalahpenting
dengan pendidikan agama di rumah (keluarga).

9
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat
dikemukakan saran-saran untuk peneliti selanjutnya,
sebagai berikut:
1. Definisi operasional pendidikan agama Islam dalam
keluarga mungkin tidak lagi menggunakan ada ustadz
atau tidak ada ustadzah dalam keluarga, tetapi
dipertimbangkan frekuensi, durasi, dan intensitas
pendidikan agama Islam dalam keluarga yang dilakukan
oleh kedua orangtua.

2. Sesuai dengan penelitian lain, pendidikan agama


Islam di sekolah baik yang intra maupun ekstra
kulikuler perludipertimbangkan.

3. Aktivitas remaja dalam masyarakat, khususnya


variable keaktifan di remaja masjid juga patutdiduga
berperan mempengaruhi akhlak mulia.

1
Referensi Al-Jauziyah, I. B. (2005). Madarijus Salikin (Pendakian
Menuju Allah), Penjabaran Kongkrit Iyyaka na’budu wa
iyyaka nasta’in. Jakarta: Pustaka al-Kautar.

Drajat, D. (2002). Dasar-dasar agama islam. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Sinta, N. T. (2016). Peranan orangtua dalam


mensosialisasikan nilai agama remaja muslim di
kelurahan tangkerang utara kecamatan bukit raya kota
pekanbaru. Jom Fisip, 3 (1): 1-13. Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Riau

LAMPIRAN

Daftar Nama Responden :

1. AmySyaida
2. CutQueentania
3. Naiya Khumaira
4. Khayla DwiSafira
5. M.Ikhsan
6. M.Nabil
7. Dimas JuandaSargih
8. HartandiLuthfi
9. Ismail
10. M.Azzam
11. RirinRamadhani
12. SalmaJasmin
13. SyahiraNaydia
14. TaufiqAttaya
15. Fazar Fachrezi

1
TUGAS REKAYASA IDE
Pendidikan Agama Islam
TUGAS REKAYA IDE
MK.PENDIDILAN AGAMA
ISLAM

PRODI S1 PENDIDIKAN
TEKNIK ELEKTRO - FT

Skor Nilai :

NAMA : MuhammadSulaiman

NIM : 5191131003

DOSENPENGAMPU :Drs.Ramli.,M.A

MATAKULIAH : Pendidikan AgamaIslam

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
1
MEDAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat serta karunia nya, saya
dapat menyelesaikan rekayasa ide mengenai Hukum Dalam Islam, dan dapat di selesaikan
tepat waktu. Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Ramli, MA
selaku dosen mata kuliah Agama Islam, yang memberikan tugas rekayasa ide ini.
Dalam penulisan rekayasa ide ini, saya menyadari terdapat kesalahan yang saya tidak
ketahui baikdalam penulisan ataupun penyampain di dalam makalah ini, walaupun demikian
saya selaku penulis rekayasa ide ini sudah berusaha semaksimal mungkin.
Semoga hasil dari rekayasa ide ini para pembaca dapat menambah wawasan dan
pemahaman lebih dalam mengenai Hukum Dalam Islam.

Medan, 15 April2021

Penulis
MuhammadSulaiman

1
BAB I

Abstrack

Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan ide ide baru kepada masyrakat awam mengenai
Hukum dalam Islam. Banyaknya perkembangan budaya baru dan aliran-aliran Islam yang baru
membuat bingung masyrakat awam, mana islam yang sesuai syariat Islam dan mana yang tidak
sesuai syariat Islam. Sebagai Mahasiswa kita dituntut untuk memberikan pengetahuan dan ide-
ide baru kepada masyarakat, agar masyarakat dapat membedakan tentang ajaran yang sesuai
Sunnah dan syariat Islam.

Kata kunci: Hukum, dan islam

Pendahuluan

A. LatarBelakang

Hukum islam bukan hanya sebuah teori saja namun adalah sebuah aturan-aturan untuk
diterapkan di dalam sendi kehidupan manusia. Karena banyak ditemui permasalahan-
permasalahan, umumnya dalam bidang agama yang sering kali membuat pikiran umat Muslim
yang cenderung kepada perbedaan. Untuk itulah sumber hukum islam sebagai solusinya.
Di masyarakat pemahaman tentang konflik hukum Islam dikesankan bahwa kitab-kitab
fiqhi berisi persoalan-persoalan hukum yang kontroversial sebagai akibat dari pendapat peribadi
yang sabyektif kemudian ditransfer secara praktis kedalam agama sehingga menjadi bagian
yang harus diamalkan. Jika anggapan demikian diamati secara lebih serius dan mendalam serta
didasarkan pada akal sehat, maka akan ditemukan bahwa ketentuan hukum Islam tersebut
berasal dari Kitab Allah, yakni Al-Qur’an dan Hadis Nabisaw.
Kedua kitab yang disebutkan terakhir, mesti 1menuntut “metodologi” sebagai upayauntuk
memahami dan mendeduksi hukum-hukum fiqhi dari sumber aslinya yang tentu formulasinya
tidak selamanya sama, pada akhirnya bisa dipastikan akan melahirkan aturan- aturan hukum
yang berbeda-beda pula, terutama di seputar persoalan yang bukan bersifat prinsip atau
substansi ajaran. Ruang perbedaan tersebut akan semakin berpeluang ketika masing-masing
kelompok memberikan penekanan yang berbeda-beda pada dalil-dalil di luar dalil-dalil yang
disepakati.
Masalah lain juga terjadi seperti perdebatan seorang yang sudah menerapkan hukum islam
dalam kehidupan sehari hari (A), dengan seorang yang tidak pernah menerapkan

1
hukum islam dalam hidupnya (B). Si B selalu menentang hukum islam yang di jelaskan oleh
si A. Ucapan yang sering muncul dari orang orang yang tidak belajar hukum dalam islam
“Kamu bukan siapa siapa saya yang bisa mengatur saya, bahkan kedua orang tua saya tidak
berhak mengatur saya”. Padahal yang kita ketahui, hukum menuntut ilmu agama dalam islam
adalah wajib. Wajib bagi setiap umat untuk menuntut ilmu dimana menuntut/mempelajari
agama dijadikan fondasi tauhit.
B. TujuanPenulisan

Tujuan Penulisan Tulisan hasil Rekayasa Ide ini bertujuan untuk memberikan
pemahaman-pemahaman kepada masyarakat agar lebih berhati-hati dalam mempercayai
hukum islam yang masuk kedalam lingkungan sekitar yang bertujuan untuk menghilangkan
hukum islam dan menciptakan hukum islam yang baru yang tidak sesuai dengan hukum
islam yangtertera.
C. CakupanPenulisan

Cakupan penulisan hasil rekayasa ide ini hanya membahas mengenai Hukum dalam
Islam. Yang terjadi di lingkungan sekitar mengenai munculnya konflik konflik antar umat
islam mengenai hukum islam.

1
BAB II

A. Pembahasan

Di masyarakat pemahaman tentang konflik hukum Islam dikesankan bahwa kitab-kitab


fiqhi berisi persoalan-persoalan hukum yang kontroversial sebagai akibat dari pendapat
peribadi yang sabyektif kemudian ditransfer secara praktis kedalam agama sehingga menjadi
bagian yang harus diamalkan. Jika anggapan demikian diamati secara lebih serius dan
mendalam serta didasarkan pada akal sehat, maka akan ditemukan bahwa ketentuan hukum
Islam tersebut berasal dari Kitab Allah, yakni Al-Qur’an dan Hadis Nabi saw.
Kedua kitab yang disebutkan terakhir, mesti menuntut “metodologi” sebagai upaya
untuk memahami dan mendeduksi hukum-hukum fiqhi dari sumber aslinya yang tentu
formulasinya tidak selamanya sama, pada akhirnya bisa dipastikan akan melahirkan aturan-
aturan hukum yang berbeda-beda pula, terutama di seputar persoalan yang bukan bersifat
prinsip atau substansi ajaran. Ruang perbedaan tersebut akan semakin berpeluang ketika
masing-masing kelompok memberikan penekanan yang berbeda-beda pada dalil-dalil di luar
dalil-dalil yang disepakati.
Masalah lain juga terjadi seperti perdebatan seorang yang sudah menerapkan hukum
islam dalam kehidupan sehari hari (A), dengan seorang yang tidak pernah menerapkan
hukum islam dalam hidupnya (B). Si B selalu menentang hukum islam yang di jelaskan oleh
si A. Ucapan yang sering muncul dari orang orang yang tidak belajar hukum dalam islam
“Kamu bukan siapa siapa saya yang bisa mengatur saya, bahkan kedua orang tua saya tidak
berhak mengatur saya”. Padahal yang kita ketahui, hukum menuntut ilmu agama dalam islam
adalah wajib. Wajib bagi setiap umat untuk menuntut ilmu dimana menuntut/mempelajari
agama dijadikan fondasitauhit.
Islam adalah agama yang paling sempurna yang menuntun pemeluknya untuk
meyembah Allah swt, dan percaya bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Allah
adalah Dzat yang Maha Esa, Allah tidak mempunyai anak dan tidak pula di peranakkan.
Hanya Allah SWT dzat yang maha esa, sifat kesempurnaan hanya milik Allah SWT, hanyala
Allah SWT yang memiliki nama nama yangindah.
Pengertian Hukum Islam adalah sistem kaidah-kaidah yang didasarkan pada wahyu
Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku mukallaf (orang yang sudah dapat
dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, m1engikat bagi semua pemeluknya. Dan hal ini
mengacu pada apa yang telah dilakukan oleh Rasul untuk melaksanakannya secara total.
Syariat menurut istilah berarti hukum-hukum yang diperintahka Allah SWT untuk umat-Nya
yang dibawah oleh seorang Nabi, baik yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah)
maupun yang berhubunga dengan amaliyah. Syariat Islam menurut bahasa berarti jalan yang
dilalui umat manusia untuk menuju kepada Allah Ta’ala. Defenisi Hukum Islam adalah
syariat yang berarti aturan yang diadakan oleh Allah untuk umat-nya yang dibawa oleh
seorang nabi SAW, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah)maupun

1
hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan) yang dilakukan oleh umat
muslimnya.
Hukum islam bukan hanya sebuah teori saja namun adalah sebuah aturan-aturan untuk
diterapkan di dalam sendi kehidupan manusia. Karena banyak ditemui permasalahan-
permasalahan, umumnya dalam bidang agama yang sering kali membuat pikiran umat
Muslim yang cenderung kepada perbedaan. Untuk itulah sumber hukum islam sebagai
solusinya. Hukum adalah seperangkat norma atau peraturan-peraturan yang mengatur tingkah
laku manusia, baik norma atau peraturan itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarkat maupun peraturana atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan
ditegakkan olehpenguasa.

B. Solusi

Untuk mengatasi masuknya konflik tentang hukum dalam islam, kita sebagai
Mahasiswa dapat memberikan sosialisasi terhadap masyarakat serikat, dengan cara
mengundang beberapa ahli agama setempat dan mengundang Ustadz untuk memberikan
dakwah kepada masyarakat. Atau kita juga dapat menghimbau kepada masyarakat agar tidak
mudah mempercayai hukum dan paham-paham baru yang masuk ke lingkungan masyarakat
yang melenceng dari syariat Islam.

C. Perencanaan

Untuk membuat sosialisasi dan memberikan himbauan kepada masyarakat tidaklah


mudah, masalah yang paling sering di hadapi adalah biaya untuk mengadakan sebuah acara.
Untuk itu ada baiknya kita dapat meminta bantuan kepada masyarakat sekitar untuk meminta
sumbangan atau penggalangan dana untuk membuat acara sosialisasi mengenai Hukum
dalam Islam. Serta memberikan himbauan kepada masyarakat agar lebih memperdalam ilmu
tentang hukum dalam islam.

1
BAB III

1.1 Kesimpulan

Sebagai Mahasiswa yang dipercaya akan membawa perubahan dimasa depan, kita harus
mengingat hak dan kewajiban kita sebagai Mahasiswa. Sebagai Mahasiswa kita harus
mempunyai Moral yang baik dan Intelektualitas yang tinggi sebagai Mahasiswa. Poin yang
harus kita ingat adalah sebagai Mahasiswa kita harus mampu memberikan ide-ide baru kepada
masyrakat agar dapat berguna ke hal yang positif, seperti memberikan himbauan kepada
masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam percaya terhadap sesuatu yang baru terutama
hukum islam yang tidak diketahui sumbernya dari mana.
1.2 Saran
Saran saya kepada Mahasiswa adalah tanamkan jiwa nasionalisme didalam diri kita,
jangan malu untuk memberikan pendapat dan ide-ide baru kepada masyarakat, jangan malu
untuk membuat gerakan baru yang bersifat membangun kearah yang positif.

2
TERAPAN HUKUM ISLAM
DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI
Muhammad Sulaiman

Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan


(UNIMED)

Abstrak

Islam memiliki landasan hukum yang kuat, Al-Quran adalah salah satunya. Hukum islam
bukan hanya sebuah teori saja namun adalah sebuah aturan-aturan untuk diterapkan di dalam
sendi kehidupan manusia. Karena banyak ditemui permasalahan- permasalahan, umumnya
dalam bidang agama yang sering kali membuat pikiran umat Muslim yang cenderung kepada
perbedaan. Untuk itulah sumber hukum islam sebagai solusinya. Hukum adalah seperangkat
norma atau peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku manusia, baik norma atau
peraturan itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarkat maupun
peraturana atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa.
Kata kunci : Hukum Islam

Pendahuluan

Pengertian Hukum Islam adalah sistem kaidah-kaidah yang didasarkan pada wahyu
Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku mukallaf (orang yang sudah dapat
dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, mengikat bagi semua pemeluknya. Dan hal ini
mengacu pada apa yang telah dilakukan oleh Rasul untuk melaksanakannya secara total.
Syariatmenurutistilahberartihukum-hukumyangdiperintahkaAllahSWTuntukumat-Nya
yang dibawah oleh seorang Nabi, baik yang 2berhubungan dengan kepercayaan (aqidah)
maupunyangberhubungadenganamaliyah.SyariatIslammenurutbahasaberartijalanyang
dilaluiumatmanusiauntukmenujukepadaAllahTa‟ala.DefenisiHukumIslamadalah
syariat yang berarti aturan yang diadakan oleh Allah untuk umat-nya yang dibawaoleh
seorang nabi SAW, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun
hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan) yang dilakukan oleh umat
muslimnya.

2
Hukum islam bukan hanya sebuah teori saja namun adalah sebuah aturan-aturan untuk
diterapkan di dalam sendi kehidupan manusia. Karena banyak ditemui permasalahan-
permasalahan, umumnya dalam bidang agama yang sering kali membuat pikiran umat
Muslim yang cenderung kepada perbedaan. Untuk itulah sumber hukum islam sebagai
solusinya. Hukum adalah seperangkat norma atau peraturan-peraturan yang mengatur tingkah
laku manusia, baik norma atau peraturan itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarkat maupun peraturana atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan
ditegakkan oleh penguasa. Kehendak atau titah Allah yang berhubungan dengan perbuatan
manusia,di kalangan ahli ushul disebut “hukum syara‟”, sedangkan bagi kalangan ahli fiqh,
“hukum syara” adalah pengaruh titah Allah terhadap perbuatan manusia tersebut. Di
masyarakat pemahaman tentang konflik hukum Islam dikesankan bahwa kitab-kitab fiqhi
berisi persoalan-persoalan hukum yang kontroversial sebagai akibat dari pendapat peribadi
yang sabyektif kemudian ditransfer secara praktis kedalam agama sehingga menjadi bagian
yang harus diamalkan. Jika anggapan demikian diamati secara lebih serius dan mendalam
serta didasarkan pada akal sehat, maka akan ditemukan bahwa ketentuan hukum Islam
tersebutberasaldariKitabAllah,yakniAl-Qur‟an danHadisNabisaw.
Pengertian Hukum Islam adalah sistem kaidah-kaidah yang didasarkan pada wahyu
Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku mukallaf (orang yang sudah dapat
dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, mengikat bagi semua pemeluknya. Dan hal ini
mengacu pada apa yang telah dilakukan oleh Rasul untuk melaksanakannya secara total.
Syariat menurut istilah berarti hukum-hukum yang diperintahka Allah SWT untuk umat-Nya
yang dibawah oleh seorang Nabi, baik yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah)
maupun yang berhubunga dengan amaliyah. Hukum Islam adalah hukum yang bersumber
dan menjadi bagian dari agama Islam. Konsepsi hukum islam, dasar, dan kerangka hukumnya
ditetapkan oleh Allah. Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan
manusia dan benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan
manusia lain dalam masyarakat, dan hubungan manusia dengan benda alamsekitarnya.
Menurut Amir Syarifuddin sebagaimana dikutip oleh Kutbuddin Aibak, hukum islam
adalah seperangkat peraturan wahyu Allah dan Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia
mukalaf yang diakui dan diyakini berlaku mengikuti untuk semua yang beragama islam.
Hukum dalam islam terbagi menjadi dua, yaitu Hukum Taklifi dan Hukum Wad‟i.
2

1. HukumTaklifi
Kata taklifi berasal dari kata kallafa-yukallifu-taklifan, yang artinya membebankan atau
pembebanan. Pengertian hukum taklifi ialah hukum syar‟i yangberupa tuntutan untuk
melakukan sesuatu, baik pada tingkat mengikat (luzum atau jazim). Hukum taklifi dapat
dibedakan menjadi lima, yaitu wajib, sunnah (mandub), haram, makruh, dan mubah.
a. Wajib

2
Wajib adalah sesuatu perbuatan yang jika dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika
ditinggalkan akan diberi siksa. Contoh dari perbuatan yang memiliki hukum wajib adalah
shalat lima waktu, memakai hijab bagi perempuan, puasa, melaksanakan ibadah haji bagi
yang mampu, menghormati orang non muslim dan banyak lagi.
Hukum wajib dapat dibedakan waktu pelaksanaannya dan pihak yang di bebani
kewajiban.
1) Berdasarkan waktupelaksanaannya.
a) WajibMutlaq
Wajib mutlaq ialah sesuatu yang dituntut syariat untuk dilaksanakan oleh mukalaf
tanpa ditentukan waktunya. Misalnya, kewajiban membayar kafarat sebagai hukuman
bagi orang yang melanggar sumpah.
b) WajibMuqayyad
Wajib muqayyad ialah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh mukalaf pada waktu
waktu tertentu, seperti sholat 5 waktu dan puasa di bulan ramadhan. Wajib muqayyad
terbagi menjadi tiga, yaitu :
(1) WajibMuwassa‟
Adalah kewajiban yang ditentukan waktunya, tetapi waktu tersebut sangat
longgar ataupanjang.
(2) WajibAl-Mudayyaq
Adalah kewajiban yang waktunya secara khusus diperuntukkan pada suatu
amalan dan tidak boleh digunakan untuk amalanlain.
(3) Wajib Adzu Asy-Syibhain
Adalah kewajiban yang mempunyai waktu yang lapang tetapi tidak dapat di
gunakan untuk amalan sejenis secara berulang ulang.

2) Berdasarkan Pihak (Orang) yang DibebaniKewajiban


a) WajibAin
Wajib Ain adalah kewajiban yang di tentukan kepada setiap mukalaf (secara
individu).
b) WajibKifayah
Wajib Kifayah adalah kewajiban bersama yang di tujukankepada setiap manusia,
tetapi apabila salah seorang telah mel2akukannya, maka kewajiban itu gugur bagi
yang tidakmelakukannya.
b. Sunnah
Secara etimologi, kata mandub berarti sesuatu yang di anjurkankarena ia bersifat penting.
Adapun secara terminologi, mandub yaitu suatu perbuatan yang di anjurkan oleh Allah
SWT. Dan Rasul-Nya, serta akan diberi pahala bagi yang elaksanakannya, istilah
mandub (sunnah) disebut juganadb.
Para ulama usul fikih membagi mandub dapat menjadi tiga, yaitu :
1) SunnahAl-Muakkadah
Adalah perbuatan yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan jika di tinggalkan
tidak mendapat dosa, tetapi bagi yang meninggalkan akan mendapatkan celaan.

2
2) Sunnah GairuMuakkadah
Adalah perbuatan yang apabila dikerjakan sangat baik, tetapi apabila tidak dikerjakan
maka akan mendapat celaan.
3) SunnahAz-Zaidah
Adalah peruatan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw, yang bukan termasuk
kewajiban dan apabila tidak di lakukan tidak akan mendapat cobaan atau dibenci oleh
Syarak.
c. Haram(Tahrim)
Haram (tahrim) ialah hukum yang mengandung larangan dan harus di jauhi. Haram ialah
suatu perbuatan yang menurut mukalafdilarang atau harus ditinggalkan. Haram
merupakan tuntutan Allah SWT. Yang harus di tinggalkan oleh setiap mukalaf dimana
orang yang meninggalkannya akan mendapat pahala dan orang yang melakukannya akan
mendapat siksa.
Menurut ulama usul fikih, hukum haram dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) HaramLizatih
Adalah sesuatu sejak awal keharamannya ditentukan oleh syarak, karena di dalam
zat/esensi yang dilarang tersebut terkandung bahaya yang besar.
2) HaramLigairih
Adalah sesuatu yang pada mulanya disyariatkan atau tidak di haramkan, tetapi
terdapat faktor lain yang mengubah hukumnya menjadi haram. Keharaman ligairih
ini pada zat/esensinya tidak haram, tetapi karena situasi atau kondisi tertentu yang
menyebabkan sesuatu menjadiharam.
d. Makruh (Karahah)
Makruh (karahah) merupakan hukum yang mengandung larangan, tetapi larangan
tersebut tidak harus di jauhi. Secara etimologi karahah berarti yang dibenci. Adapun
secara terminologi, karahah adalah perbuata yang menuntut mukalaf untuk
meninggalkannya, tetapi apabila melanggarnya maka tidak dikenaidosa atau ancaman
siksa. Hukum makruh (karahah) ialah suatu perbuatan yang di anjurkan oleh Allah SWT,
untuk di tinggalkan oleh setiapmukalaf.
Para ulama hanafiyah berpendapat bahwa makruh terbagi menjadi dua, yaitu :
1) MakruhTanzih
Adalah tuntutan syarak untuk lebih baik meninggalkan suatuperbuatan daripada
mengerjakannya. Tuntutan syarak terseb2ut tidak pasti.
2) MakruhTahrim
Adalah tuntutan syarak untuk meninggalkan suatu perbuatan yang di larang
berdasarkan dalil zanni.
e. Mubah(Ibahah)
Mubah (ibahah) ialah hukum yang mengandung kebebasan untuk memilih antara
melakukan atau meninggalkan.secara etimologi, mubah berarti melepaskan atau
mengizinkan. Dapun secara terminologi, mubah adalah suatu perbuatan yang
memberikan pilihan kepada mukalaf untuk melakukannya atau meninggalkannya,
apabila dilakukan tidak diberi pahala dan tidak pula mendapat dosa atau siksa apabila
meninggalkannya.
2. HukumWad’i
Jenishukum Wad‟i ada3,yaitu:
a. Sebab(sabab)
Sebab yaitu sesuatu yang jelas dan merupakan titik tolak atau pangkal lahirnya hukum.
b. Syarat(syarth)
Secara etimologi, syarat berarti sesuatu yag diperlukan untuk adanya sesuatu yang
lain. Secara terminologi, syarat ialah sesuatu yang kepadanya bergantung keberadaan
sesuatu.
c. Penghalang(mani‟)
Secara etimologi, mani‟ berarti penghalang. Sedangkan secara terminologi, mani‟
ialah sesuatu yang ditetapkan oleh syar‟i keberadaannya menjadi ketiadaan hukum
atau ketiadaan sebab atau batalnya sebab itu.
Metode

Project ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif


atau survei melibatkan pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan tentang status subjek
atau topik studi saat ini dan mendapatkan informasi tentang preferensi, sikap, praktik,
perhatian atau minat beberapa kelompok orang. Penelitian kuantitatif deskriptif melibatkan
pengumpulan data numerik untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai
status terkini yang dilakukan baik melalui laporan diri yang dikumpulkan, melalui kuesioner,
melalui wawancara atau melalui observasi.

Pembahasan
Hukum Islam adalah hukum yang bersum
2ber dan menjadi bagian dari agama Islam.
Konsepsi hukum islam, dasar, dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah. Hukum
tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia dan benda dalam
masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan
manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat,
dan hubungan manusia dengan benda alam sekitarnya.
Definisi hukum Islam adalah syariat yang berarti aturan yang diadakan oleh Allah
untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi SAW, baik hukum yangberhubungan
dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan
amaliyah (perbuatan) yang dilakukan oleh umat Muslim semuanya.
Hukum dalam islam terbagi menjadi dua, yaitu Hukum Taklifi dan Hukum Wad‟i. Dari hasil
survei yang dilakukan, rata rata mahasiswa menjawab disekitar mereka, telah
diterapkanhukum islam sesuai anjuran dalam Al-
Qur‟an.Walaupundalammemecahkanmasalahdalam kehidupan sehari hari masih sangat jarang
ditemukan di indonesia. Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan
negara yang berpenduduk Muslimterbesar di dunia, dengan lebih dari 230 juta jiwa. Indonesia
adalah negara hukum berdasarkan undang- undang dan memiliki beragam agama dimana
indonesia tidak bisa menerapkan 1 hukum berdasarkan satu agama. Tentu akan mengganggu
dan memicu peperangan antar agama karena dikira pilih kasih dalam membuat hukum di
negara ini. Agama di Indonesiaada banyak, beberapa diantaranya Islam adalah agama
mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 87% penduduk Indonesia, yang menjadikan Indonesia
negara dengan penduduk muslim terbanyak didunia. Sisanya beragama Protestan (7%),
Katolik (3%), Hindu (1,7%), Budha (0,7%), Konghucu dan lain lain(0,5%).

Kesimpulan
Islam adalah agama yang paling sempurna, yang menuntun pemeluknya untuk
menyembah Allah SWT., dan percaya Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Di dalam
agama islam terdapat hukum hukum yang menjadi pedoman bagi Umat Islam. Hukum dalam
Islam ada 5, yaitu Wajib, Sunnah, Haram, Makruh, serta Mubah. Dimana hukum-hukum
tersebut mempunyai batasan tersendiri di dalamnya. Islam memang Agama yang ketat akan
aturan, hadis, serta hukuman. Walau begitu, Islam adalah agama yang paling indah jika di
taati.

Pengertian Hukum Islam adalah sistem kaidah-kaidah yang didasarkan pada wahyu
Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah lakumukallaf (orang yang sudah dapat
3
dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, mengikat bagi semua pemeluknya.
Daftar Pustaka

Kutbuddin Aibak, "Otoritas dalam Hukum Islam (Telaah Pemikiran Khaled M. Abou El
Fadl)". Disertasi. (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014), hal. 94. Kutbuddin Aibak,
"Membaca Kembali Eksistensi Hukum Islam dalam Keragaman Hidup dan Kehidupan",
dalam Ahkam: Jurnal Hukum Islam, volume 5 No. 2 November 201I7, hal. 322

Kutbuddin Aibak, Metodologi Pembaruan Hukum Islam.(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2008),


hal 1.
Abdul Ghani Abdullah, Pengantar Komopilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia.
(Jakarta: Gema Insani Press, 1994), hal 10.
Kutbuddin Aibak,”Otoritas dalam Hukum Islam (Telaah Pemikiran Khaled M. Abou El
Fadl)”. Disertasi. (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014), hal 94.
Husain Hamid hasan, Nadzariyyah al-Malahah fi ak-Fiqh al-Islami. (Mesir: Dar an-Nahdhah
al-„Arabiyah, 1971), hal 50.
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam. (Jakarta: rajawali press, 1998), hal. 235

DepartemenAgamaRI,Al-Qur‟amdanterjemahannya,(Bandung:Diponegoro,2010),hal.906 Dr.
H. H. A. Matondang, M.Ag, Drs. Manaon Batubara, MA, Dr. Ramli Nur, MA, Hapni Siregar,
MA, Hj. Nurmayani, MA. 2020. Islam Kaidah. CV. Manhaji Medan.Medan
Harjan Syuhada. 2015. Fikih Madrasah Aliyah. Bumi Aksara. Jakarta

Alda Kartika Yudha. 2017. Hukum Islam dan Hukum Positif, Perbedaan, Hubungan, dan
Pandangan Ulama. Program Pascasarjana Universitas Islam Indonesia. Jurnal Hukum Novelty
vol. 8 no. 2.

Anda mungkin juga menyukai